You are on page 1of 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Belajar merupakan kegiatan aktif karena dilakukan dengan sengaja, sadar, dan
disengaja untuk membuat perubahan baru dalam perilaku sebagai hasil dari pengalaman
berinteraksi dengan lingkungan. Kegiatan ini dilakukan oleh seseorang sejak kecil
hingga akhir hayat. Tanda-tanda orang belajar adalah perubahan perilaku, baik kognitif
maupun psikomotorik, dan juga afektif.Belajar sebagai proses berfokus pada apa yang
terjadi ketika pembelajaran berlangsung.
Dalam proses pembelajaran teori belajar merupakan salah satu faktor
pendukung keberhasilan proses pembelajaran. Teori belajar adalah upaya untuk
menjelaskan bagaimana manusia dan hewan belajar, sehingga membantu kita untuk
memahami proses belajar yang kompleks secara inheren. Pada prinsipnya belajar
mencakup semua perubahan dalam berpikir, pengetahuan, informasi, kebiasaan, sikap
penghayatan dan pemahaman. Perubahan karena proses belajar adalah karena usaha
individu, dan perubahan ini berlangsung lama. Faktor pendukung seperti kondisi belajar
yang baik, fasilitas, lingkungan yang mendukung, dan proses belajar mengajar yang
tepat diperlukan agar kegiatan belajar dapat mencapai hasil yang optimal.
Padahal, dalam dunia pendidikan banyak sekali teori-teori belajar yang
dikemukakan oleh para ahli. Teori-teori ini akan membantu Anda belajar sesuai dengan
tingkat perkembangan individu Anda. Makalah ini membahas teori belajar Edward Le
Thorndike dan Albert Bandura.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis akan merumuskan masalah tersebut
sebagai berikut:
1. Apa itu teori belajar connectionisme?
2. Bagaimana hukum-hukum connectionisme?
3. Bagaimana prinsip belajar connectionisme?
4. Apa itu teori belajar sosial?
5. Apa itu teori modeling?
6. Bagaimana proses teori modeling?
7. Bagaimana prinsip teori belajar sosial?

1
C. Tujuan Penulisan
Dalam pembuatan makalah ini terdapat beberapa tujuan, yaitu:
1. Untuk mengetahui dan memahami teori belajar connectionisme
2. Untuk mengetahui hukum-hukum connectionisme.
3. Untuk mengetahui prinsip belajar connectionisme
4. Untuk mengetahui dan memahami teori belajar sosial
5. Untuk mengetahui dan memahami teori belajar modeling
6. Untuk mengetahui proses teori modeling
7. Untuk mengetahui prinsip teori belajar sosial

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Edward Lee Thorndike
Edward Lee Thorndike (31 Agustus 1874 - 9 Agustus 1949) adalah seorang
psikolog terkemuka asal Amerika yang menghabiskan hampir seluruh karirnya di
mengajar di Columbia University. Karyanya pada perilaku hewan dan belajar proses
menyebabkan teori connectionism dan membantu meletakkan dasar ilmiah untuk
modern psikologi pendidikan. Dia juga bekerja pada pemecahan masalah industri,
seperti ujian karyawan dan pengujian. Dia adalah seorang anggota dewan Corporation
psikologis, dan menjabat sebagai presiden American Psychological Association pada
tahun 1912. Thorndike berprofesi sebagai seorang pendidik dan psikolog yang
berkebangsaan Amerika. Lulus S1 dari Universitas Wesleyen tahun 1895, S2 dari
Harvard tahun 1896 dan meraih gelar doktor di Columbia tahun 1898. Setelah ia
menyelesaikan pelajarannya di Harvard, ia bekerja di Teacher’s College of Columbia
di bawah pimpinan James Mckeen Cattell. Di sinlah minatnya yangbesar timbul
terhadap proses belajar, pendidikan, dan intelegensi.

B. Teori Belajar Connectionisme


Teori connectionism adalah salah satu teori belajar yang berasal dari aliran
behaviorisme. connectionism atau koneksionisme dimaknai sebagai seperangkat
pendekatan dalam bidang kecerdasan buatan, psikologi kognitif, ilmu kognitif, dan
filosofi pikiran, yang menggambarkan fenomena perilaku mental sebagai proses yang
muncul dari jaringan unit sederhana yang saling berhubungan.
Connectionism didasarkan pada prinsip-prinsip asosiasionisme yang sebagian
besar mengklaim bahwa unsur atau gagasan yang saling terkait satu sama lain melalui
pengalaman dan gagasan yang kompleks dapat dijelaskan melalui serangkaian
peraturan sederhana.
Connectionism kemudian memperluas asumsi ini dan mengenalkan gagasan
seperti representasi terdistribusi dan pembelajaran yang diawasi serta tidak boleh
disalah artikan dengan asosiasionisme. Connectionism merepresentasikan teori belajar
psikologi pertama yang sangat komprehensif. Connectionism sejatinya dikenalkan oleh
beberapa tokoh psikologi seperti Herbert Spencer, William James, dan Edward L.
Thorndike. Teori ini didasarkan atas berbagai temuan dari hasil eksperiman yang telah
Thorndike lakukan terhadap ayam, tikus, dan kucing. Dari hasil eksperimen tersebut,
3
Thorndike merumuskan beberapa prinsip yang membentuk teori belajar Thorndike atau
teori connectionis
Terinspirasi oleh Pavlov, Thorndike memandang sebagian besar perilaku
sebagai respon refleksif fisik terhadap stimuli lingkungan. Inilah awal timbulnya teori
stimulus respon. Pandangan ini menyatakan bahwa beberapa perilaku yang terjadi
disebabkan adanya stimuli lingkungan dan bukan disebabkan oleh pemikiran.
Thorndike kemudian mengembangkan lebih lanjut teori Pavlov dengan
memperlihatkan bahwa stimuli yang terjadi setelah perilaku memberikan dampak atau
pengaruh terhadap perilaku selanjutnya. Thorndike menyelidiki reaksi sukarela dan
bukan reaksi refleksif dan berpendapat bahwa koneksi dilakukan antara stimuli tertentu
dan perilaku tertentu yang disengaja. Dari perspektif inilah, perilaku yang terjadi
bersifat self-directed atau disengaja dan bukan merupakan perilaku yang tidak
disengaja.
C. Konsep Teori Connectionism
Konsep dari Teori Connectionism Pembelajaran Trial and Error, Thorndike
meyakini bahwa trial and error terjadi dalam setiap pembelajaran. Koneksi terbentuk
secara mekanis melalui pengulangan yaitu sebuah proses yang tidak memerlukan
kesadaran. Melalui trial and error pembelajaran terjadi dengan membuat beberapa
kesalahan hingga menemukan solusi yang tepat dalam ketiadaan pengajaran,
pemodelan, atau petunjuk. Pembelajaran melalui trial and error merupakan proses yang
berlangsung secara bertahap melalui pengulangan percobaan keberhasilan dan
mengabaikan percobaan yang tidak berhasil.
D. Prinsip-Prinsip Connectionism
Berdasarkan eksperimen yang telah dilakukan, Thorndike merumuskan
beberapa prinsip pembelajaran yang membentuk teori belajar. Prinsip-prinsip yang
dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Pembelajaran adalah proses yang melibatkan trial and error.
2. Pembelajaran adalah hasil dari pembentukan koneksi atau ikatan antara stimulus
respon.
3. Pembelajaran bersifat incremental dan bukan berwawasan.
4. Pembelajaran adalah proses langsung bukan kognitif.
5. Koneksi stimulus dan respon dibentuk dalam sistem neuron.
6. Kekuatan koneksi antara stimulus dan respon dapat meningkat ataupun menurun.

4
E. Hukum-Hukum Connectionism
Thorndike menghasilkan teori belajar “Connectionisme” karena belajar
merupakan proses pembentukan koneksi-koneksi antara stimulus dan respons. Dia
mengemukakan tiga hukum dalam belajar yaitu:
1. Law of Readiness (Hukum Kesiapan)
Ketika seseorang dipersiapkan (sehingga siap) untuk bertindak, maka
melakukan tindakan merupakan imbalan (reward) sementara tidak melakukannya
merupakan hukuman (punishment) (Schunk: 2012). Semakin siap suatu individu
terhadap suatu tindakan, maka perilaku-perilaku yang mendukung akan
menghasilkan imbalan (memuaskan). Kegiatan belajar dapat berlangsung secara
efisien bila si pelajar telah memiliki kesiapan belajar. Ada tiga keadaan yang
menunjukkan berlakunya hukum kesiapan ini, yaitu bahwa:
a. Apabila suatu unit tingkah laku telah siap digunakan, maka penggunaannya
akan membawa kepuasan.
b. Apabila suatu unit tingkah laku telah siap digunakan namun tidak digunakan
maka akan menimbulkan ketidakpuasan (kerugian) dan menimbulkan respon
yang lain untuk mengurangi atau meniadakan ketidakpuasan itu.
c. Apabila suatu unit tingkah laku belum siap tetapi dipaksakan untuk digunakan
maka akibatnya juga kerugian.
2. Law of Exercise (Hukum Latihan)
Koneksi antara kondisi dan tindakan akan menjadi kuat karena latihan dan akan
menjadi lemah karena kurang latihan. Dalam belajar, pelajar perlu mengulang-
ulang bahan pelajaran. Semakin sering suatu pelajaran diulangi semakin dikuasai
pelajaran tersebut. Hukum ini mengandung dua hal, yaitu; Law of Use(Hukum
Kegunaan), sebuah respon terhadap stimulus memperkuat koneksi keduanya.
Respon dalam hal ini adalah latihan tersebut.
3. Law of Disuse (Hukum Ketidakgunaan)
Ketika respon tidak diberikan terhadap stimulus kekuatan koneksinya menjadi
menurun.
4. Law of Effect (Hukum Akibat)
Kegiatan belajar yang memberikan efek hasil belajar yang menyenangkan
(hadiah) cenderung akan diulangi, sedangkan kegiatan belajar yang memberikan
efek hasil belajar yang tidak menyenangkan (hukuman) akan dihentikan. Dalam

5
pembelajaran hukum ini biasa diterapkan dengan pemberian reward and
punishment.

Selain hukum dasar di atas, ada lima hukum tambahan, yaitu :

1. Hukum Reaksi Bervariasi (Multiple Respons)


Pada individu diawali oleh proses trial and erroryang menunjukkan adanya
bermacam-macam respon sebelum memperoleh respon yang tepat dalam
memecahkan masalah yang dihadapi.
2. Hukum Sikap (Attitude)
Perilaku belajar seseorang tidak hanya ditentukan oleh hubungan stimulus
dengan respon saja tetapi juga ditentukan keadaan yang ada dalam diri individu baik
kognitif, emosi, sosial, maupun psikomotor.
3. Hukum Aktivitas Berat Sebelah (Prepotency of Element)
Individu dalam proses belajar memberikan respon hanya pada stimulus tertentu
saja sesuai dengan persepsinya terhadap keseluruhan situasi (respon selektif).
4. Hukum Respon by Analogy
Individu dapat melakukan respon pada situasi yang belum pernah dialami
karena individu sesungguhnya dapat menghubungkan situasi yang belum pernah
dialami dengan situasi lama yang pernah dialami.
5. Hukum Perpindahan Asosiasi (Associative Shifting)
Merupakan proses peralihan dari situasi yang dikenal ke situasi yang belum
dikenal dilakukan secara bertahap dengan cara menambahkan sedikit demi sedikit
unsur lama. Thorndike dalam teori Koneksionisme juga menyebutkan konsep
transfer of training. Transfer of training yaitu hal yang didapatkan dalam belajar
bisa digunakan untuk menghadapi atau memecahkan hal-hal lain yang sejenis atau
berhubungan maka diperlukanlah usaha agartransfer of learningdapat terjadi secara
optimal

Konsep Sekunder Teori Belajar Thorndike Edward L.

Thorndike dalam teori connectionism dari Amerika Serikat, mengatakan bahwa


dasar dari belajar adalah asosiasi antara kesan panca indra (sense impression) dan
impuls untuk bertindak (impuls to action) atau terjadinya hubungan antara stimulus (S)
dan response (R) disebut BOND, sehingga dikenal dengan teori S-R Bond.

6
Didalam belajar terdapat dua hukum, yaitu hukum primer sebagaimana
dijelaskan di atas dan Hukum sekunder yang terdiri dari:

1. Law of Multiple Response


Yaitu sesuatu yang dilakukan dengan variasi ujui coba dalam menghadapi
situasi problematis, maka salah satunya akan berhasil juga. Hal ini dikenal dengan
Trial and Error.
2. Law of Assimilation
Yaitu orang yang mudah menyesuaikan diri dengan situasi baru, asal situasi itu
ada unsur yang bersamaan.
3. Law of Partial Activity
Yaitu seseorang yang dapat bereaksi secara selektif terhadap kemungkinan yang
ada didalam situasi tertentu.

Teori connectionism menunjukkan bahwa transfer pembelajaran tergantung


pada adanya berbagai undur yang identik dan terdapat dalam situasi pembelajaran yang
asli dan baru. Teori connectionism kemudian mengalami pengembangan lebih lanjut
yakni dengan dikenalkannya konsep rasa memiliki atau belongingness, polaritas
atau polarity, dan penyebaran efek atau spread of effect.

a. Rasa memiliki atau belongingness – konsep ini membuat koneksi menjadi lebih
mudah terbentuk jika seseorang merasa bahwa stimuli atau tanggapan berjalan
secara bersamaan.
b. Polaritas atau polarity – koneksi akan terjadi lebih mudah dalam arah yang telah
mereka bentuk sebelumnya dibanding sebaliknya.
c. Penyebaran efek atau spread of effect – suatu penghargaan tidak hanya
mempengaruhi koneksi yang menghasilkannya melainkan juga koneksi yang
berdekatan secara sementara.

F. Biografi Albert Bandura


Albert Bandura lahir pada 4 Desember 1925 di Mundare, Alberta, Kanada.
Bandura adalah keturunan Polandia dan Ukraina. Ayahnya berasal dari Krakow,
Polandia dan ibunya dari Ukraina, dan ia menghabiskan masa kecil dan remajanya di
sebuah desa kecil sampai Bandura belajar di sana. Albert Bandura kemudian
melanjutkan pendidikannya di University of British Columbia. Bandura menerima

7
gelar sarjana pada tahun 1949. Dia kemudian menerima gelar master dalam psikologi
pada tahun 1951 dan Ph.D. dalam psikologi klinis pada tahun berikutnya. Albert
Bandura terkenal dengan teori pembelajaran sosialnya, salah satu konsep aliran
behavioris yang menekankan pada komponen kognitif dari berpikir, memahami dan
mengevaluasi.
G. Teori Belajar Sosial
Teori belajar sosial merupakan perkembangan atau perluasan dari teori
behavioristik. Teori belajar sosial ini dikembangkan oleh Albert Bandura (1986). Teori
ini menerima sebagian besar prinsip teori pembelajaran perilaku, dan lebih menekankan
pada perilaku, lingkungan dan faktor kognitif sebagai kunci dalam perkembangan
individu. Teori belajar sosial Albert Bandura menunjukkan pentingnya proses
mengamati dan meniru perilaku dalam proses pembelajaran untuk membentuk sikap
dalam proses belajar dan memengaruhi respon diri sendiri. Artinya proses belajar
seseorang lebih banyak terjadi dengan mengamati situasi dan kondisi lingkungan.1
Bentuk pembelajaran sosial Albert Bandura menekankan pentingnya peserta
didik memproses sendiri pengetahuan dan informasi yang diperoleh dari mengamati
model di lingkungan mereka. Teori ini menunjukkan pentingnya mengamati,
mengobservasi, atau meniru tindakan orang lain untuk diterapkan pada anak-anak yang
masih membutuhkan kontrol orang dewasa yang suka meniru, senang mendapat
penghargaan (pujian), dan suka mengulangi perilaku untuk dibiasakan.2 Proses
perkembangan sosial anak ditekankan pada perlunya pembiasaan merespon dan
peniruan ( imitasi ).3
Landasan penting yang perlu dibahas dalam teori belajar sosial Albert Bandura
adalah determinisme timbal balik (reciprocal determinism). Sistem ini menyatakan
bahwa perilaku manusia merupakan hasil interaksi tiga variabel, yaitu lingkungan,
perilaku, dan kepribadian.
Inti dari determinisme timbal balik adalah bahwa manusia memproses informasi
dari model, mengembangkan melalui pembelajaran yang bersifat coba-coba dan
menyesuaikannya dengan manusia. Ketiga faktor yang berlawanan ini tidak perlu
memiliki kekuatan yang sama atau memberikan kontribusi yang sama. Pola

1
Irham & Wiyani. (2014). Psikologi Pendidikan: Teori dan Aplikasi dalam Proses Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-
Ruzz hal.160
2
Sugihartono, Fathiyah, K.N., Setiawati, F.A., Harahap, F., dan Nurhayati, S.R. 2007. Psikologi Pendidikan.
Yogyakarta : UNY Press hal.101-104
3
syah, Darwyan, Supardi, Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Ciputat: Haja Mandiri 2014 hal.79

8
determinisme timbal balik ini menggunakan umpan balik untuk menemukan perilaku
yang tepat, tergantung pada perilaku yang diinginkan. Oleh karena itu, belajar bukanlah
proses sederhana di mana individu menerima panutan dan meniru perilaku mereka.
Bandura akhirnya memperluas konsep ini untuk memasukkan harga diri dan efikasi
diri. Self-efficacy merupakan faktor personal (kognitif) yang berperan penting dalam
teori belajar Bandura. Self-efficacy adalah keyakinan bahwa seseorang terbiasa
menguasai situasi dan menghasilkan perilaku positif.

H. Teori Modelling
Modelling adalah kegiatan belajar melalui pengamatan dengan menambah atau
mengurangi perilaku yang diamati dan menggabungkan proses kognitif.4 Modelling
disebut juga observation learning, imitation, atau social learning. Observation learning
adalah komponen utama dalam teori belajar sosial karena berkaitan. Inti dari
pembelajaran observasional adalah modelling. Dengan belajar mengamati yang bisa
disebut juga imitation atau modelling, individu secara kognitif menggambarkan
perilaku manusia yang diamati dan mengadopsi perilaku tersebut.5 Bandura
berpendapat bahwa sebagian besar perilaku manusia dipelajari dengan pengamatan
melalui pemodelan.6

I. Proses Modeling
Proses-proses yang memengaruhi pembelajaran dengan teknik modeling:
1. Proses perhatian.
Pada tahap ini, anak mengikuti apa yang dilakukan atau dikatakan model.
2. Proses Retensi
Pada tahap ini, anak harus mampu menyerap dan menyimpan informasi berupa
apa yang dilakukan oleh model dalam ingatan atau memori.
3. Proses Produksi
Pada tahap ini anak mulai mengikuti model dan anak terbantu ketika
menghadapi kesulitan

4
Komalasari, Gantina., Eka Wahyuni., dan Karsih. (2011). Teori dan Teknik Konseling. Jakarta: Indeks. Hal.
176
5
Desmita, (2015). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Hal.58
6
Dunlap, R. E., et al (2000). Measuring endorsement of the new ecological paradigm: A revised NEP scale.
Journal of Social Issues, 56 (3), 425- 442.https://pdfs.semanticscholar.org/613a/defa1ebcd0962d551fadc3f6a86
d57b79f39.pdf hal. 217

9
4. Proses Motivasi
Pada tahap ini anak mulai melakukan apa yang diajarkan dan didukung oleh
model, anak harus diberi penguatab agar anak termotivasi untuk melakukan apa
yang diajarkan oleh model.7
Dengan demikian, proses pembelajaran sosial dapat dilakukan melalui kegiatan
peniruan dan penyajian contoh perilaku (modeling).
Albert Bandura (1974) mengidentifikasi tiga model dasar melalui pengamatan atau
observasi, yaitu:
1. Model Hidup (Live Model) yang menunjukkan perilaku
2. Model Intruksional Verbal (verbal instructional model) yang menggambarkan dan
menjelaskan perilaku
3. Model Simbolik (Symboic Model) yang menggunakan tokoh nyata atau fiktif yang
menampilkan perilaku tertentu dalam buku, film, program televis

Ada lima kemungkinan hasil dari modeling, yaitu:8

1. Mengarahkan perhatian.
Dengan modeling orang lain, kita bukan hanya belajar tentang berbagai
tindakan, tetapi juga melihat berbagai objek terlibat dalam tindakan-tindakan
tersebut.
2. Menyempurnakan perilaku yang sudah dipelajari.
Pemodelan menunjukkan perilaku yang dipelajari yang digunakan.
3. Meningkatkan atau melemahkan hambatan.
Pemodelan perilaku dapat diperkuat atau dilemahkan tergantung pada hasil
yang dialami.
4. Ajarkan perilaku baru.
Ketika pemodelan bekerja dengan cara baru (melakukan hal baru), ada efek
pemodelan.
5. Penciptaan emosi.
Pemodelan memungkinkan orang untuk mengembangkan respons
emosional terhadap situasi yang dialami secara pribadi.9

7
Santrock, J. W. (2012). Life Span Development : Perkembangan Masa Hidup Jilid I. (B. Widyasinta, Penerj.)
Jakarta: Penerbit Erlangga hal. 326-327
8
Albert Bandura, Social Foudation of Thought and Action. (Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall, 1986). hlm.
87
9
Albert Bandura.Social Learning Theory. (Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall, 1997). hlm. 24

10
J. Prisnsip-Prinsip Teori Belajar Sosial
Menurut Bandura, pembelajaran harus mencakup prinsip-prinsip berikut:
1. Determinis resiprokal
Yang dimaksud dengan Determinis resiprokal adalah konsep keterkaitan
antara lingkungan dan perilaku. Menurut Bandura, perilaku manusia dapat dibentuk
oleh lingkungan. Demikian pula, lingkungan juga dapat dibentuk oleh tindakan
manusia di sekitar mereka.
2. Tanpa Penguatan (reinforcement)
Bandura menekankan bahwa penguatan bukanlah satu-satunya bentuk
perilaku. Seseorang hanya dapat belajar dengan melihat dan meniru apa yang telah
dilihatnya.
3. Kognisi dan Regulasi Diri
Menurut Bandura, seseorang dapat menjadi pengamat perilakunya,
memperkuat dan menghukum kesalahannya. Ia juga berpendapat bahwa manusia
dapat mengatur lingkungannya, membentuk dukungan kognitif, dan bertanggung
jawab atas tindakannya.

11
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Dari penulisan makalah dapat disimpulkan bahwa:
1. Thorndike memandang sebagian besar perilaku sebagai respon refleksif fisik
terhadap stimuli lingkungan. Konsep dari Teori Connectionism Pembelajaran Trial
and Error, Thorndike meyakini bahwa trial and error terjadi dalam setiap
pembelajaran
2. Prinsip-Prinsip Connectionism:
a. Pembelajaran adalah proses yang melibatkan trial and error.
b. Pembelajaran adalah hasil dari pembentukan koneksi atau ikatan antara
stimulus respon.
c. Pembelajaran bersifat incremental dan bukan berwawasan.
d. Pembelajaran adalah proses langsung bukan kognitif.
e. Koneksi stimulus dan respon dibentuk dalam sistem neuron.
f. Kekuatan koneksi antara stimulus dan respon dapat meningkat ataupun
menurun.
3. Hukum-Hukum Connectionism
a. Law of Readiness (Hukum Kesiapan)
b. Law of Exercise (Hukum Latihan)
c. Law of Disuse (Hukum Ketidakgunaan)
d. Law of Effect (Hukum Akibat
4. Penerapan belajar sosial Albert Bandura dalam proses belajar mengajar memberi
ruang bagi suatu proses belajar yang bergerak terus-menerus.
5. Modelling adalah kegiatan belajar melalui pengamatan dengan menambah atau
mengurangi perilaku yang diamati dan menggabungkan proses kognitif.
6. Proses Modeling
a. Proses perhatian.
b. Proses Retensi
c. Proses Produksi
d. Proses Motivasi
7. Prisnsip-Prinsip Teori Belajar Sosial

12
a. Determinis resiprokal
b. Tanpa Penguatan (reinforcement)
c. Kognisi dan Regulasi Diri

13
DAFTAR PUSTAKA

Bandura, A. 1986. Social Foudation of Thought and Action. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-
Hall.
Bandura, A. 1977. Social Learning Theory. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall.

Desmita, (2015). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Dunlap, R. E., et al (2000). Measuring endorsement of the new ecological paradigm: A


revised NEP scale. Journal of Social Issues, 56 .

Irham & Wiyani. (2014). Psikologi Pendidikan: Teori dan Aplikasi dalam Proses
Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz

Journal Indonesian Language Education and Literature Vol.1, No. 2, 2016


Komalasari, Gantina., Eka Wahyuni., dan Karsih. (2011). Teori dan Teknik Konseling. Jakarta:
Indeks.

Makki, Ali. 2019. Jurnal Studi Islam Vol.14, No.1. Sekolah Tinggi Ilmu Syari’ah As-Salafiyah
Pamekasan, Indonesia
Santrock, J. W. (2012). Life Span Development : Perkembangan Masa Hidup Jilid I. (B.
Widyasinta, Penerj.) Jakarta: Penerbit Erlangga

Sugihartono, Fathiyah, K.N., Setiawati, F.A., Harahap, F., dan Nurhayati, S.R. 2007. Psikologi
Pendidikan. Yogyakarta : UNY Press

Syah, Darwyan, Supardi, Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Ciputat: Haja
Mandiri 2014 hal.79

Zahidin, M.Ali. TEORI KONEKSIONISME DALAM PEMBELAJARAN BAHASA


KEDUA ANAK USIA DINI Indrya Mulyaningsih IAIN Syekh Nurjati, Cirebon

14

You might also like