Professional Documents
Culture Documents
Isi Fix
Isi Fix
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar merupakan kegiatan aktif karena dilakukan dengan sengaja, sadar, dan
disengaja untuk membuat perubahan baru dalam perilaku sebagai hasil dari pengalaman
berinteraksi dengan lingkungan. Kegiatan ini dilakukan oleh seseorang sejak kecil
hingga akhir hayat. Tanda-tanda orang belajar adalah perubahan perilaku, baik kognitif
maupun psikomotorik, dan juga afektif.Belajar sebagai proses berfokus pada apa yang
terjadi ketika pembelajaran berlangsung.
Dalam proses pembelajaran teori belajar merupakan salah satu faktor
pendukung keberhasilan proses pembelajaran. Teori belajar adalah upaya untuk
menjelaskan bagaimana manusia dan hewan belajar, sehingga membantu kita untuk
memahami proses belajar yang kompleks secara inheren. Pada prinsipnya belajar
mencakup semua perubahan dalam berpikir, pengetahuan, informasi, kebiasaan, sikap
penghayatan dan pemahaman. Perubahan karena proses belajar adalah karena usaha
individu, dan perubahan ini berlangsung lama. Faktor pendukung seperti kondisi belajar
yang baik, fasilitas, lingkungan yang mendukung, dan proses belajar mengajar yang
tepat diperlukan agar kegiatan belajar dapat mencapai hasil yang optimal.
Padahal, dalam dunia pendidikan banyak sekali teori-teori belajar yang
dikemukakan oleh para ahli. Teori-teori ini akan membantu Anda belajar sesuai dengan
tingkat perkembangan individu Anda. Makalah ini membahas teori belajar Edward Le
Thorndike dan Albert Bandura.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis akan merumuskan masalah tersebut
sebagai berikut:
1. Apa itu teori belajar connectionisme?
2. Bagaimana hukum-hukum connectionisme?
3. Bagaimana prinsip belajar connectionisme?
4. Apa itu teori belajar sosial?
5. Apa itu teori modeling?
6. Bagaimana proses teori modeling?
7. Bagaimana prinsip teori belajar sosial?
1
C. Tujuan Penulisan
Dalam pembuatan makalah ini terdapat beberapa tujuan, yaitu:
1. Untuk mengetahui dan memahami teori belajar connectionisme
2. Untuk mengetahui hukum-hukum connectionisme.
3. Untuk mengetahui prinsip belajar connectionisme
4. Untuk mengetahui dan memahami teori belajar sosial
5. Untuk mengetahui dan memahami teori belajar modeling
6. Untuk mengetahui proses teori modeling
7. Untuk mengetahui prinsip teori belajar sosial
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Edward Lee Thorndike
Edward Lee Thorndike (31 Agustus 1874 - 9 Agustus 1949) adalah seorang
psikolog terkemuka asal Amerika yang menghabiskan hampir seluruh karirnya di
mengajar di Columbia University. Karyanya pada perilaku hewan dan belajar proses
menyebabkan teori connectionism dan membantu meletakkan dasar ilmiah untuk
modern psikologi pendidikan. Dia juga bekerja pada pemecahan masalah industri,
seperti ujian karyawan dan pengujian. Dia adalah seorang anggota dewan Corporation
psikologis, dan menjabat sebagai presiden American Psychological Association pada
tahun 1912. Thorndike berprofesi sebagai seorang pendidik dan psikolog yang
berkebangsaan Amerika. Lulus S1 dari Universitas Wesleyen tahun 1895, S2 dari
Harvard tahun 1896 dan meraih gelar doktor di Columbia tahun 1898. Setelah ia
menyelesaikan pelajarannya di Harvard, ia bekerja di Teacher’s College of Columbia
di bawah pimpinan James Mckeen Cattell. Di sinlah minatnya yangbesar timbul
terhadap proses belajar, pendidikan, dan intelegensi.
4
E. Hukum-Hukum Connectionism
Thorndike menghasilkan teori belajar “Connectionisme” karena belajar
merupakan proses pembentukan koneksi-koneksi antara stimulus dan respons. Dia
mengemukakan tiga hukum dalam belajar yaitu:
1. Law of Readiness (Hukum Kesiapan)
Ketika seseorang dipersiapkan (sehingga siap) untuk bertindak, maka
melakukan tindakan merupakan imbalan (reward) sementara tidak melakukannya
merupakan hukuman (punishment) (Schunk: 2012). Semakin siap suatu individu
terhadap suatu tindakan, maka perilaku-perilaku yang mendukung akan
menghasilkan imbalan (memuaskan). Kegiatan belajar dapat berlangsung secara
efisien bila si pelajar telah memiliki kesiapan belajar. Ada tiga keadaan yang
menunjukkan berlakunya hukum kesiapan ini, yaitu bahwa:
a. Apabila suatu unit tingkah laku telah siap digunakan, maka penggunaannya
akan membawa kepuasan.
b. Apabila suatu unit tingkah laku telah siap digunakan namun tidak digunakan
maka akan menimbulkan ketidakpuasan (kerugian) dan menimbulkan respon
yang lain untuk mengurangi atau meniadakan ketidakpuasan itu.
c. Apabila suatu unit tingkah laku belum siap tetapi dipaksakan untuk digunakan
maka akibatnya juga kerugian.
2. Law of Exercise (Hukum Latihan)
Koneksi antara kondisi dan tindakan akan menjadi kuat karena latihan dan akan
menjadi lemah karena kurang latihan. Dalam belajar, pelajar perlu mengulang-
ulang bahan pelajaran. Semakin sering suatu pelajaran diulangi semakin dikuasai
pelajaran tersebut. Hukum ini mengandung dua hal, yaitu; Law of Use(Hukum
Kegunaan), sebuah respon terhadap stimulus memperkuat koneksi keduanya.
Respon dalam hal ini adalah latihan tersebut.
3. Law of Disuse (Hukum Ketidakgunaan)
Ketika respon tidak diberikan terhadap stimulus kekuatan koneksinya menjadi
menurun.
4. Law of Effect (Hukum Akibat)
Kegiatan belajar yang memberikan efek hasil belajar yang menyenangkan
(hadiah) cenderung akan diulangi, sedangkan kegiatan belajar yang memberikan
efek hasil belajar yang tidak menyenangkan (hukuman) akan dihentikan. Dalam
5
pembelajaran hukum ini biasa diterapkan dengan pemberian reward and
punishment.
6
Didalam belajar terdapat dua hukum, yaitu hukum primer sebagaimana
dijelaskan di atas dan Hukum sekunder yang terdiri dari:
a. Rasa memiliki atau belongingness – konsep ini membuat koneksi menjadi lebih
mudah terbentuk jika seseorang merasa bahwa stimuli atau tanggapan berjalan
secara bersamaan.
b. Polaritas atau polarity – koneksi akan terjadi lebih mudah dalam arah yang telah
mereka bentuk sebelumnya dibanding sebaliknya.
c. Penyebaran efek atau spread of effect – suatu penghargaan tidak hanya
mempengaruhi koneksi yang menghasilkannya melainkan juga koneksi yang
berdekatan secara sementara.
7
gelar sarjana pada tahun 1949. Dia kemudian menerima gelar master dalam psikologi
pada tahun 1951 dan Ph.D. dalam psikologi klinis pada tahun berikutnya. Albert
Bandura terkenal dengan teori pembelajaran sosialnya, salah satu konsep aliran
behavioris yang menekankan pada komponen kognitif dari berpikir, memahami dan
mengevaluasi.
G. Teori Belajar Sosial
Teori belajar sosial merupakan perkembangan atau perluasan dari teori
behavioristik. Teori belajar sosial ini dikembangkan oleh Albert Bandura (1986). Teori
ini menerima sebagian besar prinsip teori pembelajaran perilaku, dan lebih menekankan
pada perilaku, lingkungan dan faktor kognitif sebagai kunci dalam perkembangan
individu. Teori belajar sosial Albert Bandura menunjukkan pentingnya proses
mengamati dan meniru perilaku dalam proses pembelajaran untuk membentuk sikap
dalam proses belajar dan memengaruhi respon diri sendiri. Artinya proses belajar
seseorang lebih banyak terjadi dengan mengamati situasi dan kondisi lingkungan.1
Bentuk pembelajaran sosial Albert Bandura menekankan pentingnya peserta
didik memproses sendiri pengetahuan dan informasi yang diperoleh dari mengamati
model di lingkungan mereka. Teori ini menunjukkan pentingnya mengamati,
mengobservasi, atau meniru tindakan orang lain untuk diterapkan pada anak-anak yang
masih membutuhkan kontrol orang dewasa yang suka meniru, senang mendapat
penghargaan (pujian), dan suka mengulangi perilaku untuk dibiasakan.2 Proses
perkembangan sosial anak ditekankan pada perlunya pembiasaan merespon dan
peniruan ( imitasi ).3
Landasan penting yang perlu dibahas dalam teori belajar sosial Albert Bandura
adalah determinisme timbal balik (reciprocal determinism). Sistem ini menyatakan
bahwa perilaku manusia merupakan hasil interaksi tiga variabel, yaitu lingkungan,
perilaku, dan kepribadian.
Inti dari determinisme timbal balik adalah bahwa manusia memproses informasi
dari model, mengembangkan melalui pembelajaran yang bersifat coba-coba dan
menyesuaikannya dengan manusia. Ketiga faktor yang berlawanan ini tidak perlu
memiliki kekuatan yang sama atau memberikan kontribusi yang sama. Pola
1
Irham & Wiyani. (2014). Psikologi Pendidikan: Teori dan Aplikasi dalam Proses Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-
Ruzz hal.160
2
Sugihartono, Fathiyah, K.N., Setiawati, F.A., Harahap, F., dan Nurhayati, S.R. 2007. Psikologi Pendidikan.
Yogyakarta : UNY Press hal.101-104
3
syah, Darwyan, Supardi, Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Ciputat: Haja Mandiri 2014 hal.79
8
determinisme timbal balik ini menggunakan umpan balik untuk menemukan perilaku
yang tepat, tergantung pada perilaku yang diinginkan. Oleh karena itu, belajar bukanlah
proses sederhana di mana individu menerima panutan dan meniru perilaku mereka.
Bandura akhirnya memperluas konsep ini untuk memasukkan harga diri dan efikasi
diri. Self-efficacy merupakan faktor personal (kognitif) yang berperan penting dalam
teori belajar Bandura. Self-efficacy adalah keyakinan bahwa seseorang terbiasa
menguasai situasi dan menghasilkan perilaku positif.
H. Teori Modelling
Modelling adalah kegiatan belajar melalui pengamatan dengan menambah atau
mengurangi perilaku yang diamati dan menggabungkan proses kognitif.4 Modelling
disebut juga observation learning, imitation, atau social learning. Observation learning
adalah komponen utama dalam teori belajar sosial karena berkaitan. Inti dari
pembelajaran observasional adalah modelling. Dengan belajar mengamati yang bisa
disebut juga imitation atau modelling, individu secara kognitif menggambarkan
perilaku manusia yang diamati dan mengadopsi perilaku tersebut.5 Bandura
berpendapat bahwa sebagian besar perilaku manusia dipelajari dengan pengamatan
melalui pemodelan.6
I. Proses Modeling
Proses-proses yang memengaruhi pembelajaran dengan teknik modeling:
1. Proses perhatian.
Pada tahap ini, anak mengikuti apa yang dilakukan atau dikatakan model.
2. Proses Retensi
Pada tahap ini, anak harus mampu menyerap dan menyimpan informasi berupa
apa yang dilakukan oleh model dalam ingatan atau memori.
3. Proses Produksi
Pada tahap ini anak mulai mengikuti model dan anak terbantu ketika
menghadapi kesulitan
4
Komalasari, Gantina., Eka Wahyuni., dan Karsih. (2011). Teori dan Teknik Konseling. Jakarta: Indeks. Hal.
176
5
Desmita, (2015). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Hal.58
6
Dunlap, R. E., et al (2000). Measuring endorsement of the new ecological paradigm: A revised NEP scale.
Journal of Social Issues, 56 (3), 425- 442.https://pdfs.semanticscholar.org/613a/defa1ebcd0962d551fadc3f6a86
d57b79f39.pdf hal. 217
9
4. Proses Motivasi
Pada tahap ini anak mulai melakukan apa yang diajarkan dan didukung oleh
model, anak harus diberi penguatab agar anak termotivasi untuk melakukan apa
yang diajarkan oleh model.7
Dengan demikian, proses pembelajaran sosial dapat dilakukan melalui kegiatan
peniruan dan penyajian contoh perilaku (modeling).
Albert Bandura (1974) mengidentifikasi tiga model dasar melalui pengamatan atau
observasi, yaitu:
1. Model Hidup (Live Model) yang menunjukkan perilaku
2. Model Intruksional Verbal (verbal instructional model) yang menggambarkan dan
menjelaskan perilaku
3. Model Simbolik (Symboic Model) yang menggunakan tokoh nyata atau fiktif yang
menampilkan perilaku tertentu dalam buku, film, program televis
1. Mengarahkan perhatian.
Dengan modeling orang lain, kita bukan hanya belajar tentang berbagai
tindakan, tetapi juga melihat berbagai objek terlibat dalam tindakan-tindakan
tersebut.
2. Menyempurnakan perilaku yang sudah dipelajari.
Pemodelan menunjukkan perilaku yang dipelajari yang digunakan.
3. Meningkatkan atau melemahkan hambatan.
Pemodelan perilaku dapat diperkuat atau dilemahkan tergantung pada hasil
yang dialami.
4. Ajarkan perilaku baru.
Ketika pemodelan bekerja dengan cara baru (melakukan hal baru), ada efek
pemodelan.
5. Penciptaan emosi.
Pemodelan memungkinkan orang untuk mengembangkan respons
emosional terhadap situasi yang dialami secara pribadi.9
7
Santrock, J. W. (2012). Life Span Development : Perkembangan Masa Hidup Jilid I. (B. Widyasinta, Penerj.)
Jakarta: Penerbit Erlangga hal. 326-327
8
Albert Bandura, Social Foudation of Thought and Action. (Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall, 1986). hlm.
87
9
Albert Bandura.Social Learning Theory. (Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall, 1997). hlm. 24
10
J. Prisnsip-Prinsip Teori Belajar Sosial
Menurut Bandura, pembelajaran harus mencakup prinsip-prinsip berikut:
1. Determinis resiprokal
Yang dimaksud dengan Determinis resiprokal adalah konsep keterkaitan
antara lingkungan dan perilaku. Menurut Bandura, perilaku manusia dapat dibentuk
oleh lingkungan. Demikian pula, lingkungan juga dapat dibentuk oleh tindakan
manusia di sekitar mereka.
2. Tanpa Penguatan (reinforcement)
Bandura menekankan bahwa penguatan bukanlah satu-satunya bentuk
perilaku. Seseorang hanya dapat belajar dengan melihat dan meniru apa yang telah
dilihatnya.
3. Kognisi dan Regulasi Diri
Menurut Bandura, seseorang dapat menjadi pengamat perilakunya,
memperkuat dan menghukum kesalahannya. Ia juga berpendapat bahwa manusia
dapat mengatur lingkungannya, membentuk dukungan kognitif, dan bertanggung
jawab atas tindakannya.
11
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dari penulisan makalah dapat disimpulkan bahwa:
1. Thorndike memandang sebagian besar perilaku sebagai respon refleksif fisik
terhadap stimuli lingkungan. Konsep dari Teori Connectionism Pembelajaran Trial
and Error, Thorndike meyakini bahwa trial and error terjadi dalam setiap
pembelajaran
2. Prinsip-Prinsip Connectionism:
a. Pembelajaran adalah proses yang melibatkan trial and error.
b. Pembelajaran adalah hasil dari pembentukan koneksi atau ikatan antara
stimulus respon.
c. Pembelajaran bersifat incremental dan bukan berwawasan.
d. Pembelajaran adalah proses langsung bukan kognitif.
e. Koneksi stimulus dan respon dibentuk dalam sistem neuron.
f. Kekuatan koneksi antara stimulus dan respon dapat meningkat ataupun
menurun.
3. Hukum-Hukum Connectionism
a. Law of Readiness (Hukum Kesiapan)
b. Law of Exercise (Hukum Latihan)
c. Law of Disuse (Hukum Ketidakgunaan)
d. Law of Effect (Hukum Akibat
4. Penerapan belajar sosial Albert Bandura dalam proses belajar mengajar memberi
ruang bagi suatu proses belajar yang bergerak terus-menerus.
5. Modelling adalah kegiatan belajar melalui pengamatan dengan menambah atau
mengurangi perilaku yang diamati dan menggabungkan proses kognitif.
6. Proses Modeling
a. Proses perhatian.
b. Proses Retensi
c. Proses Produksi
d. Proses Motivasi
7. Prisnsip-Prinsip Teori Belajar Sosial
12
a. Determinis resiprokal
b. Tanpa Penguatan (reinforcement)
c. Kognisi dan Regulasi Diri
13
DAFTAR PUSTAKA
Bandura, A. 1986. Social Foudation of Thought and Action. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-
Hall.
Bandura, A. 1977. Social Learning Theory. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall.
Irham & Wiyani. (2014). Psikologi Pendidikan: Teori dan Aplikasi dalam Proses
Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz
Makki, Ali. 2019. Jurnal Studi Islam Vol.14, No.1. Sekolah Tinggi Ilmu Syari’ah As-Salafiyah
Pamekasan, Indonesia
Santrock, J. W. (2012). Life Span Development : Perkembangan Masa Hidup Jilid I. (B.
Widyasinta, Penerj.) Jakarta: Penerbit Erlangga
Sugihartono, Fathiyah, K.N., Setiawati, F.A., Harahap, F., dan Nurhayati, S.R. 2007. Psikologi
Pendidikan. Yogyakarta : UNY Press
Syah, Darwyan, Supardi, Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Ciputat: Haja
Mandiri 2014 hal.79
14