Professional Documents
Culture Documents
Ringkasan Eksekutif
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa dampak besar bagi
kehidupan manusia dan hubungan antar bangsa. Selama hampir satu
dasawarsa, topik perang siber terus mencuat dan bahkan di prediksi akan
memicu ketegangan antarnegara yang dapat mengancam perdamaian dunia.
Ketika orang menjadi lebih bergantung pada teknologi informasi, semakin
banyak risiko dari perkembangan ini yang perlu dikelola. Kurangnya
penyaringan informasi berita yang tersebar di media sosial online dari pihak
yang berwenang semakin memudahkan para pembuat hoaks dalam
melakukan pekerjaannya. Hoaks merupakan informasi yang direkayasa untuk
menutupi informasi sebenarnya dengan kata lain hoaks diartikan sebagai
upaya memutarbalikkan fakta menggunakan informasi yang meyakinkan
tetapi tidak dapat diverifikasi kebenarannya, dan dapat pula diartikan sebagai
tindakan mengaburkan informasi yang sebenarnya dengan cara membanjiri
suatu media dengan pesan yang salah agar bisa menutupi informasi yang
benar yang biasanya digunakan dalam media sosial, misalnya : facebook,
twitter, whatsapp, blog dan lain-lain. Hoaks atau berita bohong adalah salah
satu bentuk kejahatan yang kelihatannya sederhana, mudah dilakukan
namun berdampak sangat besar bagi kehidupan politik, sosial dan
masyarakat, yang mana penyebaran hoaks melalui media sosial di Indonesia
mulai marak sejak media sosial populer digunakan oleh masyarakat Indonesia
Pendahuluan
Hoaks yang menyangkut kesehatan memang marak beredar di kalangan
masyarakat. survei yang dilakukan oleh Kementerian Informatika
menemukan bahwa lebih dari 90 persen informasi di bidang kesehatan tidak
dapat dipertanggungjawabkan karena memiliki sumber yang tidak jelas serta
menyebar dengan bebas melalui media sosial dan pesan instan. Begitu pula
dengan hasil survei yang dilakukan oleh Surveyor Persatuan Wartawan
Indonesia (PWI) menemukan bahwa hoaks kesehatan terbanyak beredar di
masyarakat. Selain itu organisasi kesehatan memberikan klarifikasi informasi
kesehatan yang benar justru tidak menyebar seluas penyebaran hoaks. Hal ini
menunjukan bahwa hoaks kesehatan lebih popular dikonsumsi masyarakat
dan penyebarannya terbilang lebih cepat dibanding berita yang valid. Informasi
yang valid justru jarang menyentuh kepada seribu lebih orang sementara
hoaks paling populer yang jumlahnya hanya satu persen dari informasi valid
justru mampu menyebar ke seribu sampai seratus ribu orang.
Kajian ini diangkat penulis berkaitan dengan beberapa teori seperti teori
perilaku Skinner (2014) yang menyatakan bahwa perilaku adalah reaksi atau
respon seseorang terhadap rangsangan atau stimulus dari luar dirinya.
Perilaku sebagai hasil aktifitas organisme dapat diamati secara langsung
maupun secara tidak langsung terhadap lingkungan sekitarnya, Teori
Komunikasi Laswell (2006) yang menyatakan komunikasi berfungsi sebagai
mengamati lingkungan dan hubungan para kelompok dalam masyarakat saat
lingkungan serta transmisi warisan sosial dari generasi satu ke generasi yang
lain ditanggapi, serta teori penyebaran informasi oleh Turner (2010) yang
menyatakan bahwa penyebaran informasi merupakan bagian dari interaksi
simbolik di mana makna terbangun melalui proses komunikasi oleh setiap
individu dengan tujuan untuk berbagi. Penyebaran informasi akan berhasil
ditentukan oleh salurannya, yaitu penggunaan media baik komunikasi secara
langsung atau tatap muka atau dengan menggunakan teknologi.
TEMUAN
Penyebaran berita hoax, saat ini dapat dilakukan diberbagai media baik
media kovensional maupun media sosial dengan presentase radio (1,20%),
media cetak (5%), dan televisi (8,70%). Dan melalui media seperti whatsapp,
line, telegram sebanyak 62,80%, situs web sebanyak 34,90%, dan media sosial
(instagram, facebook, twitter) sebanyak 92,40 % (Sawedy, 2022) Berdasarkan
laporan tersebut, menunjukkan presentase penyebaran berita melalui media
online menjadi yang paling tinggi diantara yang lain. Produksi berita hoax
melalui media online seakan-akan menjadi hal yang “mudah” sehingga
menjadikan media online menjadi media penyebar hoax. Hal ini karena dalam
media online, frekuensi tersebarnya berita sangat cepat dan mudah mejadi ciri
khas dan perbedaan antara media online dan media yang lain.
Penyebaran berita hoaks selama pandemic covid-19 mengalami pasang
surut seperti yang dikatakan oleh kepala riset divisi Indonesia indikator, rata-
rata berita hoaks muncul saat keadaan krisis seperti halnya saat pertama kali
virus covid-19 muncul di Indonesia, program vaksinasi dan saat terdapat
varian baru covid-19.
KESIMPULAN
Pertama, pemerintah bisa mengambil peran sebagai penengah dalam waktu sesegera
mungkin, dalam hal ini sebagai verifikator, baik lewat akun resmi pemerintah
maupun akun yang bisa diajak bekerja sama. Setiap berita hoax dan palsu yang
menyerang kebijakan sebuah instansi, tidak lagi memerlukan waktu lama untuk
diklarifikasi. Klarifikasi tidak hanya dalam bentuk teks, tetapi juga dalam bentuk
grafis maupun video yang diproduksi dalam waktu singkat dan didistribusikan lewat
jalur tradisional maupun media sosial atau situs resmi.
Keempat, pemerintah membuat satu situs atau aplikasi resmi yang bisa menjelaskan
pada masyarakat mana saja situs yang berbahaya untuk dibuka, karena kontennya
yang hoax, atau berita-berita apa saja yang ternyata tidak benar. Ini menjadi rujukan
utama bagi masyarakat.
Halim, D. (2020). Ada 81 Kasus Hoaks terkait Virus Corona, Polisi Tahan 12
Tersangka. Retrieved from
https://nasional.kompas.com/read/2020/04/09/151055 41/ada-81-kasus-
hoaks-terkait-virus-corona-polisitahan-12-tersangka [Accessed 7 Mei 2020].
Hamidi. (2010). Metode Penelitian dan Teori Komunikasi. Malang: UMM Pers.
Heldavidson. (2020). The First Covid-19 case happened in November, China
government records show – report2020. The Guardian. ‘