You are on page 1of 8

ANALISIS TOSERBA YOLA RANCAH DENGAN MENGGUNAKAN

MODEL PORTER’S FIVE FORCES

ASEP ENDRI MULYANA


ANGGA GUMILAR
DIAN HADIANI

Email: asep.endri.1987@gmail.com

Program Studi Administrasi Bisnis


STISIP Bina Putra Banjar

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisa: 1) Penerapan Porter’s
Five Force pada Toserba Yola Rancah; 2) Hambatan-hambatan yang ditemukan pada Toserba
Yola Rancah dalam rangka penerapan Porter’s Five Force ; dan 3) Upaya-upaya yang
dilakukan oleh Toserba Yola Rancah untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam rangka
penerapan Porter’s Five Force.Dalam penelitian ini peneliti melakukan pengumpulan data
yang berupa informasi yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. Metode penelitian
yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Penelitian ini diketahui bahwa Toserba
Yola Rancah menganalisa bisnis ritelnya dengan menggunakan Porter’s Five Forces. Hasil
analisa dengan menggunakan Porter’s Five Forces dan diterapkannya pada Toserba Yola
Rancah yaitu untuk menghadapi kekuatan persaingan sehingga dapat mencapai profitabilitas
di atas rata-rata industri dengan memiliki sustainable competitive advantage.

Kata Kunci: Porter’s Five Force

Abstract

The purpose of this research is to find out and analyze: 1) Application of Porter's Five Forces
at the Yola Rancah Department Store; 2) Obstacles found in the Yola Rancah General Store in
implementing Porter's Five Forces; and 3) The efforts made by the Yola Rancah Department
Store to overcome obstacles in the context of implementing Porter's Five Forces. In this study
the researcher collected data in the form of information related to the problem to be studied.
The results of the analysis using Porter's Five Forces and its application to the Yola Rancah
Department Store are to deal with competitive forces so that they can achieve profitability
above the industry average by having a sustainable competitive advantage.

Keywords: Porter's Five Forces

18
Asep Endri Mulyana, dkk/ ADBIS: Jurnal Ilmiah Administrasi Bisnis
Vol. 7 No. 1 (Agustus 2022) 18-25
ISSN: 2528-3928
PENDAHULUAN Perkembangan bisnis ritel di
Salah satu perusahaan ritel yaitu Toserba Kabupaten Ciamis juga mengalami
Yola Rancah juga merupakan perusahaan peningkatan. Dengan banyaknya cabang-
yang sangat memperhatikan kualitas dari cabang usaha toko modern yang membuka
semua yang ada di dalamnya. Bukti bisnis di daerah Ciamis dan sekitarnya baik
keseriusan Toserba Yola Rancah dalam toko modern local maupun toko modern
meningkatkan kualitas dari perusahaan nasional dan juga banyak sekali perubahan
tersebut diwujudkan dengan strategi yang terjadi dari toko tradisional menjadi
pengembangan sumber daya manusia yang toko modern Salah satu cara pemasaran
mengacu pada konsep development people. prodak yang meliputi semua kegiatan yang
Saat ini bisnis ritel telah mengalami melibatkan penjualamn barang secara
perubahan, yaitu terjadi peralihan dari langsung ke konsumen
konsep toko-toko lokal yang independen .Dengan banyak nya pesaing dalam
atau toko-toko di jalan menjadi toko-toko bisnis ritel perusahaan perlu melakukan
modern market utama menjadi situasi toko sebuah inovasi dan juga suatu perubahan
berskala nasional dan internasional dalam agar perusahaan ritel bisa bersaing dan juga
bentuk pusat-pusat perbelanjaan yang survive. Maka dari itu Toserba Yola harus
modern,seperti supermarket, pasar bisa melakukan suatu observasi dan
swalayan, toko serba ada dan sebagainya. menentukan stretagi agar bisa bertahan
Bagi bisnis ritel yang tidak siap dalam persaingan bisnis ritel yang
untuk masuknya pendatang baru dengan berkembang saat ini di Inonesia khusunya
penampilan yang lebih baik maka di Kabupaten Ciamis.
kemungkinan besar akan kalah bersaing. Adapun hasil observasi peneliti
Dalam pengelolaan bisnis ritel tidak dilakukanlah tentang permasalahan yang
sekedar hanya membuka toko dan berkaitan dengan strategi dari Toserba Yola
mempersiapkan barang-barang yang saat ini, metode yang digunakan analisis
lengkap, namun lebih dari itu. Pengelolaan Porter’s Five Force pada Toserba Yola
bisnis ritel harus melihat dan mengikuti Rancah, yaitu sebagai berikut:
perkembangan teknologi pemasaran agar Teori Porter’s Five Forces
dapat berhasil dan mempunyai keunggulan merupakan sebuah metode yang digunakan
bersaing. untuk mengetahui kekuatan industri
Dalam menghadapi eraperdagangan berdasarkan faktor-faktor eksternal
bebas saat ini, setiap perusahaan akan perusahaan. Teori tersebut muncul didasari
menghadapi lingkungan bisnis yang oleh adanya pandangan Industrial
semakin dinamis dengan tingkat intensitas Organization yang merupakan sebuah
persaingan yang lebih tinggi. Agar dapat pandangan manajemen bahwa perusahaan
bersaing, bertahan, dan berkembang dalam sangat memperhatikan faktor eksternal utuk
lingkungan yang kompetitif tersebut, mendapatkan keunggulan bersaing. Tokoh
perusahaan sebagai produsen barang atau manajemen yang mendukung pandangan
jasa dituntut untuk mampu memahami ini adalah Michael Porter yang menyatakan
kekuatan-kekuatan persaingan dalam bahwa faktor paling utama yang
industrinya dan harus senantiasa menentukan kinerja perusahaan adalah
mengembangkan strategi bersaingnya. kekuatan industri dalam persaingan.
Indonesia merupakan negara yang sangat Porter’s Five Forces sebagai alat
potensial dalam menjalan bisnis untuk menganalisis kondisi persaingan
ritel,dengan melihat banyaknya perusahaan industri digambarkan sebagai berikut:
yang bergerak di bidang tersebut.

19
Gambar 1. Model Porter’s Five Forces

1. Ancaman Pendatang Baru (Threat of perusahaan. Hal ini berkaitan dengan


New Model) apakah konsumen memiliki pilihan lain
Ancaman pesaing tidak hanya terhadap produk yang ada.
datang dari para kompetitor lama. Seiring
dengan berkembangnya usaha, munculah 3.Kekuatan Tawar Menawar Pembeli
kompetitor baru. Masuknya pemain baru (Bargaining Power of Buyers).
dalam industri akan membuat persaingan Daya tawar pembeli pada industri
menjadi ketat yang pada akhirnya dapat berperan dalam menekan harga untuk
menyebabkan turunnya laba. Hal ini turun, serta memberikan penawaran dalam
berkaitan dengan seberapa mudah hal peningkatan kualitas ataupun layanan
pendatang baru untuk ikut berkompetisi lebih, dan membuat kompetitor saling
dalam persaingan usaha sejenis. Terdapat bersaing satu sama lain. Hal ini berkaitan
enam sumber utama hambatan terhadap dengan kemampuan konsumen untuk dapat
masuknya pendatang baru: mempengaruhi harga jual barang sehingga
1. Skala Ekonomi menjadi lebih rendah.
2. Diferensiasi Prodak
3. Persyaratan Modal 4.Kekuatan Tawar Menawar Pemasok
4. Kerugian biaya yang tidak dipengaruhi (Bargaining Power of Suppliers).
oleh ukuran perusahaan Pemasok dapat menggunakan
5. Akses terhadap saluran distribusi kekuatan tawar menawar terhadap pembeli
6. Kebiajan pemerintah dalam industri dengan cara menaikkan
harga atau menurunkan kualitas produk
2.Ancaman Prodak Atau Jasa Pengganti atau jasa yang dibeli. Perusahaan berusaha
(Threat of Subsitutes) mendapatkan harga semurah mungkin
Merupakan barang atau jasa yang dengan kualitas yang tinggi. Jika
dapat menggantikan produk sejenis. perusahaan memperoleh pemasok yang
Adanya produk atau jasa pengganti akan demikian, maka perusahaan tersebut akan
membatasi jumlah laba potensial yang memperoleh kompetisi yang baik di
didapat dari suatu industri. Makin menarik bandingkan dengan pesaing.
alternatif harga yang ditawarkan oleh
produk pengganti, makin ketat pembatasan 5.Persaingan dalam Industri Sejenis
laba dari suatu industri. Sehingga dengan (Rivalry of Competitors).
semakin banyak ragam barang dan jasa, Persaingan antar pesaing dalam
terciptanya produk pengganti juga industri yang sama ini menjadi pusat
mempengaruhi pendapatan bagi kekuatan persaingan. Kompetitor dalam hal

20
Asep Endri Mulyana, dkk/ ADBIS: Jurnal Ilmiah Administrasi Bisnis
Vol. 7 No. 1 (Agustus 2022) 18-25
ISSN: 2528-3928
ini adalah industri yang menghasilkan serta semua hal tersebut membentuk nilai
menjual produk sejenis, yang bersaing tersendiri di benak konsumen. Semakin
memperebutkan pasar yang sama. banyak kompetitor, perusahaan akan
Kompetisi yang terjadi dalam industry semakin bekerja keras memenangkan
sejeni biasanya terjadi dari segi harga, pesaing.
kualitas produk, pelayanan purna jual, yang

Tabel 1. Analisis Porter’s Five Force Pada Toserba Yola Rancah

Porter’s Five
No Toserba Yola Rancah
Force
1. Persaingan antar Dalam hal persaingan, diantara ritel-ritel modern, pesaing-
perusahaan sejenis pesaing langsung bagi Toserba Yola Rancah adalah
Alfamart,Indomart, Subaru Toserba, Subur Mini Mart, dan lain-
lain yang sama sangat memungkinkan berbeda yang dilihat dari
kenyamanan saat berbelanja,pelayanan yang baik, keamanan,
kemudahan, variasi produk yang semakin beragam, kualitas
produk yang terus meningkat, harga produk yang menjadi lebih
murah. Jadi dengan adanya para pesaing-pesaing baru dari
bisnis ritel yang terus bermunculan, maka persaingan di
dalam industri ini cenderung cukup tinggi.
2. Kemungkinan Dalam bisnis ritel, kemungkinan masuknya pesaing baru dapat
masuknya pesaing dikatakan tidak mudah. Karena hambatan masuk bagi
baru pendatang baru cukup besar. Hal ini disebabkan karena untuk
masuk ke dalam industri bisnis ritel ini, pesaing baru
memerlukan modal yang cukup besar dalam berinvestasi,
kebutuhan akan diferensiasi produk yang banyak (beraneka
ragam), dan memperoleh akses untuk masuk ke dalam saluran
distribusi yang luas.
3. Pengembangan Pada industri ritel khususnya minimarket, ancaman produk
produk substitusi substitusinya adalah para peritel tradisional. Hal ini dapat
dengan jelas dikatakan bahwa, para peritel tradisional memiliki
banyak produk beragam sebagai barang pengganti. Penjualan
makanan, daging, sayuran serta produk-produk makanan
lainnya, serta melakukan pembatasan penjualan terhadap
produk-produk nonmakanan, seperti produk kesehatan,
kecantikan dan produk-produk umum lainnya. Para peritel
tradisional dapat menjadi produk substitusi karena peritel
tradisional merupakan pasar tradisional yang menyediakan
segala kebutuhan barang-barang yang dibutuhkan konsumen
secara lebih lebih lengkap bila dengan Toserba Yola Rancah
yang menjual beberapa produk seperti: kebutuhan sembako,
makanan kemasan, non makanan, dan lain-lain.
4. Kekuatan tawar- Kekuatan posisi tawar menawar pembeli lebih kuat
menawar dibandingkan perusahaan ritelnya. Ini dikarenakan perusahaan
pembeli/konsumen menjual produk kebutuhan sehari-hari dengan konsumennya
adalah konsumen akhir. Konsumen yang membeli produk
kebutuhan sehari-hari pada saat ini peka terhadap harga
dikarenakan keadaan perekonomian negara yang masih belum
stabil. Jadi, Toserba Yola Rancah harus menetapkan harga

21
Porter’s Five
No Toserba Yola Rancah
Force
yang tepat dan memberikan pelayanan yang dapat memberikan
kepuasan kepada pelanggan. Kekuatan yang dimiliki pembeli
mampu memaksa harga turun, peningkatan pelayan dan
kualitas, dalam hal menetapkan harga pada Toserba Yola
Rancah ini tidak secara langsung menentukan harga, harga
sepenuhnya ditentukan oleh franchisor-nya Toserba Yola
Rancah dan harga yang ditawarkan merupakan harga mati yang
tidak dapat ditawar yang sifatnya tetap (fix).
5. Kekuatan tawar- Dalam hal ini, Toserba Yola Rancah memiliki posisi baik dalam
menawar menentukan produk yang akan dijualnya. Dilihat dari jumlah
penjual/pemasok pemasok yang banyak, pembelian barang dengan skala yang
besar, produk pemasok terdiferensiasi.
Sumber: Toserba Yola Rancah (data diolah kembali)

Analisa Porter’s Five Forces TINJAUAN PUSTAKA


memberikan gambaran yang powerfull Bisnis ritel atau eceran mengalami
mengenai bagaimana tingkat persaingan perkembangan cukup pesat, ditandai
dari suatu industri, baik itu dari sisi supply dengan semakin banyaknya bisnis ritel
chain (supplier dan pelanggan) serta pasar tradisional yang mulai membenahi diri
(pemain baru dan substitusi). Analisis lima menjadi bisnis ritel modern maupun bisnis
kekuatan bersaing ini dapat menentukan ritel modern yang baru. Perusahaan dan
profitabilitas dari Toserba Yola Rancah perkembangan kondisi pasar juga menuntut
yang menjadi daya tarik bagi suatu industri peritel untuk mengubah paradigma lama
yaitu dengan mengetahui posisi suatu usaha pengelolaan ritel tradisional menuju
berdasarkan kekuatan-kekuatan yang telah paradigma pengelolaan ritel modern.
dimilikinya. Sebuah perusahaan Dalam kamus Bahasa Inggris-Indonesia,
memposisikan dirinya dengan retail bisa juga diartikan sebagai “eceran”.
memanfaatkan kekuatan. Yang telah Pengertian retailer menurut Sunyoto
menyatakan bahwa kekuatan sebuah (2015) adalah: “Semua organisasi bisnis
perusahaan pada akhirnya jatuh ke salah yang memperoleh lebih dari setengah hasil
satu dari dua judul: keunggulan biaya dan penjualannya dari retailing”.
diferensiasi, dengan menerapkan kekuatan Dengan pertumbuhan usaha ritel
baik dalam lingkup yang luas atau sempit. yang demikian cepat, orang awam kerap
Berdasarkan latar belakang bingung untuk membedakan jenis usaha
penelitian maka rumusan masalahnya ritel. Berbagai pihak sudah
adalah sebagai berikut: mengklasifikasikan beberapa usaha ritel
1. Bagaimana penerapan Porter’s Five mulai dari sisi luas, produk yang dijual,
Force dan Strategy Generic Porter hingga model kepemilikan usaha ritel.
pada Toserba Yola Rancah? Sebagian besar masyarakat hanya
2. Hambatan-hambatan apa saja yang mengenal hypermarket, supermarket,
ditemukan pada Toserba Yola Rancah minimarket, toko grosir, gudang rabat, dan
dalam rangka penerapan Porter’s Five department store. Untuk membedakan
Force ? berbagai macam bentuk usaha ritel
3. Upaya-upaya apa saja yang dilakukan (Sugiarta, 2010: 4)
oleh Toserba Yola Rancah untuk Menurut Porter (1998) (dalam
mengatasi hambatan-hambatan dalam Solihin, 2012) menjabarkan tiap-tiap
rangka penerapan Porter’s Five elemen dari struktur industri yang dapat
Force? memicu persaingan dalam suatu industri

22
Asep Endri Mulyana, dkk/ ADBIS: Jurnal Ilmiah Administrasi Bisnis
Vol. 7 No. 1 (Agustus 2022) 18-25
ISSN: 2528-3928
(The Five Forces Model of Industry
Competition).
Kabupaten Ciamis, Jawa Barat 46386
METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah
Menurut Sugiyono (2012), metode penelitian kualitatif dengan metode
memaparkan bahwa: ”Metode penelitian penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif
pada dasarnya merupakan cara ilmiah adalah akumulasi dari data dasar dalam cara
untuk mendapatkan data dengan tujuan dan deskriptif yang tidak perlu mencari atau
kegunaan tertentu”. Dalam penelitian ini menerangkan hubungan antar variabel,
peneliti melakukan pengumpulan data yang menguji hipotesis, membuat ramalan, atau
berupa informasi yang berhubungan membuat makna implikasi, walaupun
dengan masalah yang akan diteliti. penelitian yang bertujuan untuk
Tempat penelitian ini dilakukan menemukan hal-hal tersebut dapat juga
pada Toserba Yola Rancah yang beralamat merupakan metode-metode deskriptif.
di Jalan Raya Rancah Kecamatan Rancah

Tabel 2. Operasionalisasi Variabel

Variabel Konsep Indikator


Porter’s Lima kekuatan 1. Ancaman masuknya pesaing potensial (threat of
Five Forces persaingan dalam potential new entrants)
industri. 2. Daya tarik pemasok (bargaining power of supplier)
(Solihin, 3. Persaingan antar perusahaan dalam satu industri
2012) (rivalry among existing firms)
4. Ancaman dari produk substitusi (threats of
substitute products)
5. Daya tawar pembeli (bargaining power of buyer)

Menurut Nazir (2003) berpendapat Pada penelitian kualitatif, tingkat


bahwa: Operasional variabel adalah suatu keabsahan lebih ditekankan pada data yang
definisi yang tersusun atas dasar kegiatan diperoleh. Melihat hal tersebut maka
lain yang terjadi, bagaimana sifat serta cara kepercaaan data hasil penelitian dapat
beroperasinya dan bagaimana hal yang dikatakan memiliki pengaruh signifikan
didefinisikan itu muncul yang harus terhadap keberhasilan sebuah penelitian.
dilakukan untuk memperoleh kontrak yang Data yang valid dapat diperoleh
didefinisikan. Untuk mengetahui analisis dengan melakukan uji kredibilitas
Minimarket Pajajaran Sindangkasih dengan (validitas internal) terhadap data hasil
menggunakan Porter’s Five Force penelitian sesuai dengan prosedur uji
Berdasarkan teknik pengumpulan kredibilitas data dalam penelitian kualitatif.
data di atas, peneliti mengumpulkan data Adapun macam-macam pengujian
dalam bentuk data primer yang didapat dari kredibilitas menurut Sugiyono (2008):
sumber pertama baik dari individu atau a. Perpanjangan pengamatan
perseorangan, seperti hasil wawancara atau b. Meningkatkan ketekunan
hasil pengisian kuesioner serta dalam c. Trianggulasi
bentuk data sekunder yaitu data primer d. Analisis kasus negatif
yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan e. Menggunakan bahan referensi
dengan baik oleh pihak pengumpul dan f. Mengadakan member check
primer atau oleh pihak lain.

23
HASIL PENELITIAN DAN pesaingnya dengan lebih mempertegas
PEMBAHASAN dan mengkomunikasikan
Adapun hasil dari penelitian ini, yaitu: perbedaannya. Salah satunya dalam hal
1. Berdasarkan hasil wawancara dengan
diferensi.
owner, store manager, supervisor,
serta unit marketing Toserba Yola DAFTAR PUSTAKA
Rancah, dapat disimpulkan bahwa Ali, Muhammad. 2007. Metode Penelitian.
Toserba Yola Rancah sudah Bandung: CV. Pustaka Setia.
melakukan menganalisa bisnis ritelnya
dengan menggunakan Porter’s Five David, Fred. R. 2009. Manajemen Strategis
Forces. Hasil analisa dengan Konsep. Edisi 12 Buku 1. Jakarta:
menggunakan Porter’s Five Forces Salemba Empat.
dan diterapkannya pada Toserba Yola Djatmiko, Budi. 2012. Studi Kelayakan
Rancah yaitu untuk menghadapi Bisnis. Bandung: STEMBI Bandung.
kekuatan persaingan sehingga dapat
mencapai profitabilitas di atas rata-rata Hunger, David dan Thomas Wheleen.
industri dengan memiliki sustainable 2003. Manajemen Strategis.
competitive advantage. Dan juga untuk Yogyakarta: Penerbit ANDI.
meningkatkan kualitas dari perusahaan Ismail, Hanif dan Darsono Prawironegoro.
tersebut agar tetap dapat bersaing 2009. Sistem Pengendalian
dengan competitor bisnis ritel yang Manajemen. Konsep dan Aplikasi.
lainnya. Jakarta: Mitra Wacana Media.
2. Terdapat beberapa hambatan dalam
Kotler, Philip. 2000. Manajemen
menerapkan Porter’s Five Force dan
Pemasaran Analisa, Perencanaan,
di Toserba Yola Rancah, yaitu
Pengendalian. Jakarta: Salemba
kesamaan jenis produk yang
Empat.
dipasarkan dan lemahnya posisi
perusahaan. Ma’aruf, Hendri. 2005. Pemasaran Ritel.
3. Toserba Yola Rancah menemukan Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
solusi untuk mengatasi hambatan- Nazir, Muhamad. 2003. Metode Penelitian.
hambatan tersebut. Salah satunya yaitu Jakarta: Ghalia Indonesia.
mengggunakan strategi keunggulan
bersaing (competitive advantage Nilasari, Irma dan Sri Wiludjeng. 2006.
strategy) dan differentiation advantage Pengantar Bisnis. Bandung: CV.
dalam menjalankan kegiatan usahanya. Pustaka Setia.
Purhantara, Wahyu. 2010. Metode
KESIMPULAN Penelitian Kualitatif. Yogyakarta:
Berdasarkan hasil pembahasan di Penerbit ANDI.
atas dapat dikemukakan beberapa saran
yang diharapkan dapat bermanfaat bagi Robbins, Stephen P. dan Mary Coulter.
semua pihak berkaitan dengan penerapan 2010. Manajemen. Edisi Kesepuluh.
Porter’s Five Forces,yaitu: Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
1. Minimarket Toserba Yola Rancah Saladin, Djaslim. 2004. Manajemen
sebaiknya membuka beberapa cabang Strategi & Kebijakan Perusahaan.
baru di tempat-tempat yang strategis Bandung: Linda Karya
dimana letaknya tidak berdekatan Setiawan dan Zulkieflimansyah. 2005.
dengan minimarket yang lainnya. Manajemen Strategi: Sebuah Konsep
2. Toserba Yola Rancah diharapkan Pengantar. Jakarta: LPFEUI.
menciptakan perbedaan dengan

24
Asep Endri Mulyana, dkk/ ADBIS: Jurnal Ilmiah Administrasi Bisnis
Vol. 7 No. 1 (Agustus 2022) 18-25
ISSN: 2528-3928
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis.
Bandung: CV. Alfabeta
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian
Administrasi. Bandung: CV.
Alfabeta.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: CV. Alfabeta.
Sugiyono. 2013. Statistika untuk
Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta.
Sunyoto, Danang. 2015. Manajemen Bisnis
Ritel. Teori, Praktik, dan Kasus Ritel.
Yogyakarta: PT. Buku Seru.
Solihin, Ismail. 2012. Manajemen
Strategik. Jakarta: Erlangga.
Sopiah dan Syihabudhin. 2008. Manajemen
Bisnis Ritel. Yogyakarta: Penerbit
ANDI.
Sugiarta, I Nyoman. 2011. Panduan Praktis
& Strategis. Retail Consumer Goods.
Jakarta: Expose (Mizan Group)
Anggota IKAPI.
Suryabarata. 2003. Metode Penelitian.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Utami, Christina Whidya. 2006.
Manajemen Ritel: Strategi dan
Implementasi Ritel Modern. Jakarta:
Salemba Empat.
Wajdi M. F. 2001. Manajemen Strategi.
Edisi 2. Jakarta: Penerbit Erlangga.

25

You might also like