You are on page 1of 19

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP 1)
Satuan Pendidikan : SMP WACHID HASYIM 10 PRAMBON
Mata Pelajaran : Bahasa Jawa
Kelas/Semester : VIII/Semester Ganjil
Materi Pokok : Teks cerita pendek
Alokasi Waktu : 2 pertemuan (4 X 40 menit)

A. Kompetensi Inti
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan
keberadaannya.
3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan
rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait
fenomena dan kejadian tampak mata.
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut
pandang/teori

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi


No Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
1 1.1 Menghargai dan mensyukuri 1.1.1Berdoa sebelum memulai dan
keberadaan bahasa daerah mengakhiri belajar
sebagai anugerah Tuhan Yang 1.1.2Menyapa dengan bahasa daerah
Maha Esa untuk meningkatan
pengetahuan dan keterampilan
berbahasa daerah, serta untuk
melestarikan dan
mengembangkan budaya daerah
untuk didayagunakan sebagai
upaya pembinaan dan
pengembangan kebudayaan
Nasional.
1.3 Menghargai dan mensyukuri 1.3.1 Mensyukuri keberadaan
keberadaan bahasa daerah bahasa daerah.
sebagai anugerah Tuhan Yang 1.3.2 Bercakap-cakap dengan
Maha Esa sebagai sarana bahasa daerah sebagai rasa
menyajikan informasi lisan dan syukur pada Tuhan Yang
tulis. Maha Esa.

2 2.1 Memiliki perilaku jujur dalam 2.1.1 Membiasakan perilaku jujur


menceritakan sudut pandang dalam berbicara
moral yang eksplisit

2.2. Memiliki perilaku demokratis, 2.2.1 Memiliki perilaku kreatif


kreatif, dan santun dalam dalam berbahasa daerah
berdebat tentang kasus atau
sudut pandang. 2.2.2 Memiliki perilaku demokratis.
2.2.3 Membiasakan perilaku santun
dalam berbahasa

3 3.1 Mengidentifikasi, memahami dan 3. 1.1 Mengidentifikasi struktur teks


menganalisis struktur teks, cerita pendek.
unsur kebahasaan, dan pesan
moral cerita fiksi ( cerkak ) 3.1.2 Menganalisis struktur teks
secara lisan dan tulis cerita pendek.
Mengapresiasi teks fiksi
3.1.3 Menganalisis unsur kebahasaan
( cerkak ) sesuai konteks secara
cerita pendek
lisan dan tulis.
3.1.4 Menyimpulkan pesan moral
cerita pendek

4 4.1 Mengapresiasi cerita fiksi 4.1.1 Membaca indah cerita pendek.


(cerkak ) secara lisan dan tulis.
4.1.2 Merangkum isi cerita pendek
4.1.3 Menceritakan relevansi isi
cerita pendek dengan
kehidupan sehari-hari

C. Tujuan Pembelajaran (ABCD)


Sikap
Sikap Spiritual
1. Dengan terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran (C) , peserta didik
(A) dapat berdoa (B) sebelum dan sesudah kegiatan pembelajaran dengan
baik (D).
2. Dengan terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran teks cerita cekak “
Topeng ” peserta didik dapat menggunakan bahasa Jawa sebagai sarana
memahami informasi tulis dengan tepat.
3. Dengan terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran teks cerita cekak “
Topeng ” , peserta didik dapat menggunakan bahasa Jawa sebagai sarana
menyajikan informasi lisan dan tulis sesuai dengan tata krama/santun.

Sikap Sosial
1. Selama dalam proses pembelajaran struktur teks cerita cekak “Topeng”,
peserta didik dapat membiasakan berperilaku jujur dalam berbicara.
2. Selama dalam proses pembelajaran struktur teks cerita cekak “ Topeng”,
peserta didik dapat berperilaku kreatif dalam berbahasa Jawa
3. Selama dalam proses pembelajaran struktur teks cerita cekak “ Topeng”,
peserta didik dapat berperilaku tanggung jawab dalam berbahasa Jawa.
4. Selama dalam proses pembelajaran struktur teks cerita cekak “ Topeng”,
peserta didik dapat berperilaku santun dalam berbahasa Jawa.

Pengetahuan
1. Melalui kegiatan mendengarkan pembacaan cerita cekak “ Topeng ” peserta
didik dapat menganalisis struktur teks cerita cekak.
2. Melalui kegiatan mendengarkan pembacaan cerita cekak “ Topeng ” peserta
didik dapat menganalisis unsur kebahasaan teks cerita cekak.
3. Melalui kegiatan mendengarkan pembacaan cerita cekak “ Topeng ” peserta
didik dapat menyimpulkan pesan moral teks cerita cekak.

Keterampilan
1. Setelah belajar tentang isi teks, peserta didik dapat membaca cerita cekak ”
Topeng ” dengan lafal dan intonasi yang tepat.
2. Setelah belajar tentang isi teks, peserta didik dapat merangkum isi cerita
cekak “ Topeng ” dengan baik.
3. Setelah belajar tentang isi teks cerita cekak “ Topeng ” peserta didik dapat
menceritakan relevansi isi cerita cekak dengan kehidupan sehari-hari.

D. Materi Pelajaran*
Pertemuan I

1) Teks cerita cekak “ Topeng ”.


2) Unsur instrinsik cerita cekak.

Pertemuan II

3) Unsur kebahasaan teks cerita cekak.


4) Pesan moral dalam teks cerita cekak.
5) Sinopsis teks cerita cekak.
6) Relevansi isi cerita cekak dengan kehidupan sehari-hari
* Materi terlampir
E. Metode Pembelajaran
1. Pendekatan : Saintifik/ Kontekstual
2. Model : Pembelajaran Berbasis Teks (Genre-based Aproach)
Model pembelajaran kooperatif
3. Metode : Jigsaw, tanya jawab, diskusi
4. Teknik : Explicit Instruction.

F. KKM : 2,66

G. Langkah-langkah Kegiatan pembelajaran


Pertemuan 1

Pengorganisasian
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Peserta Alokasi
didik waktu
 Guru memberi salam 10 menit
Pendahuluan
 Siswa melakukan doa
 Guru menyiapkan kondisi dan motivasi
siswa dalam belajar.
 Guru melakukan apersepsi melalui
kegiatan bertanya jawab tentang karya
sastra fiksi.
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
meliputi aspek sikap (sikap spirutual dan
sikap sosial), pengetahuan, dan
keterampilan.
Kegiatan inti Peserta didik bersama guru melakukan 60 menit
pembelajaran berbasis saintifik dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
Mengamati:
 Peserta didik mendengarkan pembacaan
teks cerita cekak “ Topeng ”
Menanya:
 Peserta didik bertanya jawab tentang
unsur intrinsik cerita cekak: tema, alur,
penokohan, latar, dan pesan
pengarang(amanat).
Mengumpulkan informasi:
 Peserta didik mencari bukti watak baik
tokoh utama dalam teks cerita cekak.
 Peserta didik mengidentifikasi peristiwa
yang membentuk plot dalam teks cerita
cekak.
Mengasosiasi:
 Peserta didik membandingkan watak
tokoh utama dengan tokoh yang lain
dalam cerita cekak.
Mengomunikasikan:
 Peserta didik menyampaikan hasil
diskusi tentang watak tokoh utama,
urutan peristiwa beserta pembuktiannya
dengan bahasa Jawa yang benar dan
santun.
Penutup  Guru bersama peserta didik melakukan 10 menit
refleksi hasi pembelajaran
 Guru memberi tugas sebagai perbaikan
dan pengayaan
 Guru menutup pelajaran
 Guru menginformasikan untuk KD
pertemuan berikutnya

Pertemuan 2

Pengorganisasian
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Peserta Alokasi
didik waktu
 Guru memberi salam 10 menit
Pendahuluan
 Siswa melakukan doa
 Guru menyiapkan kondisi dan motivasi
siswa dalam belajar.
 Guru melakukan apersepsi dengan
mengingatkan kembali materi yang telah
dipelajari pada pertemuan sebelumnya.
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
meliputi aspek sikap (sikap spirutual dan
sikap sosial), pengetahuan, dan
keterampilan.
Peserta didik bersama guru melakukan 60 menit
Kegiatan inti
pembelajaran berbasis saintifik dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
Mengamati:
 Peserta didik menandai/mencatat hal-hal
penting yang terkait dengan teks cerita
cekak “ Topeng ”
Menanya:
 Peserta didik bertanya jawab tentang
penggunaan unggah-ungguh dalam
cerita cekak “ Topeng ”.
 Peserta didik bertanya jawab tentang
pesan moral di dalam teks cerita cekak.
Mengumpulkan informasi:
 Peserta didik berdiskusi tentang unsur
kebahasaan teks cerita cekak “ Topeng”.
 Peserta didik mendiskusikan isi teks
cerita cekak “ Topeng ”
 Peserta didik mendiskusikan pesan
moral dalam teks cerita cekak
“ Topeng”.
 Peserta didik berdiskusi tentang
relevansi isi teks cerita cekak dengan
kehidupan sehari-hari.
Mengasosiasi:
 Peserta didik menyimpulkan isi teks
cerita cekak.
Mengomunikasikan:
 Peserta didik membaca teks cerita
cekak dengan lafal dan intonasi yang
tepat.
 Peserta didik menceritakan kembali isi
cerita cekak,

 Guru bersama peserta didik melakukan 10 menit


Penutup
refleksi hasi pembelajaran
 Guru memberi tugas sebagai perbaikan
dan pengayaan
 Guru menutup pelajaran
 Guru menginformasikan untuk KD
pertemuan berikutnya

H. Sumber Belajar
1. Istuningsih, Sri Ismini. 2014. Antologi Cerita Cekak Pralampita.
Tulungagung: Paramarta
2. Kementrian Pendidikan Nasional. 2011. Pedoman Umum Ejaan bahasa Jawa
Huruf Latin yang Disempurnakan. Yogyakarta: Balai Bahasa
3. Mangunsuwito, S.A. 2002.Kamus Bahasa Jawa, Jawa-Indonesia. Bandung:
CV. Rama Widya.
4. Sry Tjatur Wisnu. 1989. Unggah-ungguh Basa Jawa. Yogyakarta:Elmatera
Publishing.
5. Poerwadarminta, W.J.S. 1939. Baoesastra Djawa. Batavia:J.B. Wolters.
I. Media Pembelajaran
1. Alat :
LCD/Laptop. CD Interaktif rekaman pembacaan cerita cekak.
2. Bahan :
Antologi Cerita Cekak Pralampita
Kalawarti Jaya Baya, Panjebar Semangat.

A. Penilaian
1. Sikap spiritual dan sosial
a. Teknik Penilaian : Pengamatan/ Observasi, Penilaian Diri, Penilaian
Antar Peserta Didik, dan Jurnal
b. Bentuk Instrumen : Lembar Observasi, Lembar Angket, Catatan Guru
c. Kisi – kisi :
LEMBAR PENGAMATAN DIRI

No. Sikap/Nilai Indikator Rubrik Butir


Penilaian Pertanyaan

1 1.1 Menghargai dan 1.1.1 Berdoa sebelum


mensyukuri memulai dan
keberadaan bahasa sesudah
daerah sebagai kegiatan belajar
anugerah Tuhan bahasa daerah.
Yang Maha Esa 1.1.2 Menyapa
untuk meningkatkan dengan Bahasa
pengetahuan dan Jawa dalam
keterampilan berkomunikasi
berbahasa daerah, menggunakan
serta untuk unggah-ungguh
melestarikan dan basa yang baik.
mengembangkan
budaya daerah untuk
didayagunakan
sebagai upaya
pembinaan dan
pengembangan
kebudayaan Nasional

1.2 Menghargai dan 1.2.1 Mensyukuri


mensyukuri keberadaan
keberadaan bahasa Bahasa Jawa.
daerah sebagai
anugerah Tuhan yang 1.2.2 Bercakap-cakap
Maha Esa sebagai dengan bahasa
sarana menyajikan Jawa sebagai rasa
informasi lisan dan syukur pada
tulis. Tuhan Yang
Maha Esa.

2 2.1 Memiliki perilaku 2.1.1 Membiasakan


jujur dalam perilaku jujur
menceritakan sudut dalam berbicara.
pandang moral yang
eksplisit.

2.2 Memiliki perilaku 2.2.1 Memiliki perilaku


kreatif dalam
demokratis, kreatif,
berbahasa Jawa.
dan santun dalam 2.2.2 Memiliki
berdebat tentang perilaku
kasus atau sudut tanggung
pandang. jawab.
2.2.3 Membiasakan
perilaku santun
dalam
berbahasa Jawa

2. Pengetahuan

a. Tehnik Penilaian : Tes tulis/tes lisan, penugasan (produk)


b. Bentuk Isntrumen : Tes Objektif, Tes Uraian Non Objektif/ Uraian
Objektif
c. Kisi – kisi :
LEMBAR PENILAIAN PENGETAHUAN

No Indikator Rubrik Butir Instrumen


Penilaian

1 Menemukan watak tokoh Sapa paraga utama ing


utama dalam cerita cekak cerkak, lan kepriye watake ?
“Topeng”.
2 Menemukan urutan peristiwa Kepriye urutan prastawa ing
dalam teks cerkak “Topeng” cerkak “Topeng”?
dengan benar
3 menyimpulkan tema teks Apa tema cerkak “Topeng”?
cerita cekak “Topeng”.
4 Menjelaskan pesan moral teks Apa piwulang budi pekerti
cerita cekak “Topeng” dengan sing bisa kapethik saka crita
benar. cekak “Topeng”?

5 Menjelaskan relevansi teks Critakna kanthi ringkes,


cerita cekak dengan kehidupan kepriye isine cerkak
sehari-hari. “Topeng” gegayutan karo
kahanan ing jaman saiki?
Tes lisan:
1. Menilai membaca indah cerita
cekak yang dilakukan peserta
didik.
2. Menceritakan kembali isi cerkak
dengan bahasanya sendiri.

3. Keterampilan
a. Teknik Penilaian : P1= Evaluasi Produk Dan P2= Evaluasi Unjuk
Kerja/ Tes Praktik
b. Bentuk Instrumen : Lembar Penilaian
c. Kisi-kisi :

LEMBAR PENILAIAN KETRAMPILAN

No. Indikator Rubrik Butir


Penilaian Instrumen

1.  Peserta didik membaca indah cerita pendek


dengan lafal dan intonasi yang tepat
 Peserta didik merangkum isi cerita pendek
 Peserta didik menceritakan kembali isi
cerita cekak,

Mengetahui, Sidoarjo,  Juli 2022


Kepala Sekolah, Guru Mata Pelajaran,

Drs. H. SAIFUL FUAT Siti Djuwariyah, S.Pd.


LAMPIRAN-LAMPIRAN:

I. LAMPIRAN MATERI :
A. Crita Fiksi lan unsur Intrinsikipun

Wacan ing ngisor iki wacanen kang titi!


TOPENG
Dening : Oemaryanto

Buntelan sing diwadhahi tas kresek ireng iku dicepitake ing boncengan
buri. Lawang omahe digembok banjur nggenjot sepedhah jengkine urut dalan
padesan. Ora suwe wis tekan dalan gedhe jurusan Jombang – Kandhangan,
sing isih sepi saka kumliwere kendharaan. Sauntara ing brang wetan, sunare
surya wiwit sumamburat abang.
Alon-alon Syahri mancal sepedhahe. Saka omahe ing Kandhangan
nguon-ngidul parane. Dina iki sing dituju pasar Pamenang – Pare. Simbah
saka putu lanang siji thil iki suthik dikalahake karo umur. Kisut tuwa lan
krenggosane napas dudu pepalang kanggone Syahri kanggo ngisi dinane
kanthi tangi isuk lan tumandang gawe sadurunge srengenge njedhul.
“Ayo, Dhik Kasun. Aku dhisik...” sapane marang Kasun Parno sing
lagi ngenteni bojone ing ngarep wartel Mawar. Sing disapa mlengos,
mbuwang panyawang karo ethok-ethok ora krungu. Syahri ora kaget. Batine
mung mesem. Wis ngira yen sapa aruhe bakal ora dipaelu. Mulane dadi
uwong gak usah neka-neka, batine maido tanggane iku. Kurang luwih
seminggu kepungkur Kasun Parno mampir omahe. Saka bale desa, sebab
panas banjur ngisis ing emper lungguh lincak ngarepan omahe Syahri sing
pancen isis. Kebeneran awan iku Syahri lagi ngresiki topeng-topeng
tinggalane wong tuwane. Topeng-topeng iku wis tuwa. Kayune ireng nggales,
kelir lan cete akeh sing wis burem. Biyen ana sing arep nuku, nanging ditulak.
Senajan ajine ora sepira nanging topeng-topeng iku kabeh dianggep warisane
kulawarga. Mung loro sing gaweyane Syahri dhewe.
Garapane kasar, wangune kaya badhut, pating pendhosol kaya wong
lahi ngenyek lan nyungir. Ing burine ana kain kanggo nutupi sirah. Dadi sapa
bae sing nganggo topeng iku ora bakal diweruhi sapa sing ana walik topeng
iku. Iya topeng badhut rai abang lan ireng iku sing saben dina diajak makarya
mbarang turut pasar.
“Topeng kaya badhut iki kok beda karo liyane, Kang?” pitakone Kasun
Parno nyekel topeng badhut praen abang.
“Iya, wong gaweyanku dhewe. Bahane saka kayu waru. Takgarap
sabisaku, sing penting ngrejekeni,”
“Saka kelire isih anyar ya, Kang?”
Syahri banjur nerangake yen nggawene rong taun kepungkur sawise
Karmidi anake rabi lan boyong menyang Bogor kae.
“Wah, bolongane mripat kurang amba, Kang iki,” kandha ngono Kasun
Parno karo njajal topeng badhut sing praen ireng.
“Ora apa-apa, Dhik. Nganggo topeng iku bisa weruh kanyatan tanpa
disumurupi dening liyan,”
“Maksude, Kang?”
“Nalika takenggo nyambut gawe mbarang turut toko, ora nyana aku
weruh salah siji prangkat desa sing lagi boncengan karo wanita liya...”
kandhane Syahri isih karo ngelapi topeng-topenge.
“Sapa? Sampeyan nate weruh sapa, Kang?” Kasun Parno kandha lirih
karo nyedhaki lungguhe Syahri sing mung ana dhingklik ngisor iku.
“Pokoke ya prangkat desa, sing mesthine dadi contone warga. Wanita
sing dibonceng dudu bojone. Kira-kira ya... wong digonceng ki sajak mesra
banget. Ndadak lendhetan barang neng pundhake sing bonceng...”
Durung tutuk olehe crita Kasun Parno ngadeg nyat lan njaluk pamit
kesusu banget.
“Lho, Dhik.. bukune kari.. iki lho...”
Sepisan maneh Syahri mesem. Sepedhah jengkine digenjot alon sajak
tanpa sanggan. Akeh sing wis disumurupi. Akeh wong sing wis dikonangi.
Mulane ngamen topeng badhut iku ditlateni. Ora mung asile nanging
pengalaman-pengalaman sing bareng tuwa iku bisa nguwatake imane,
nggedhekake rasa syukur marang Gustine.
Tekan buk pinggir kali ana sawetara pemudha lagi cangkruk. Ana sing
nggawa gitar lan ketipung. Sajake lagi ngenteni liwate bis esuk.
“Ayo, Mas. Menyang pasar ora?”
Nadyan sapa aruhe iku mau cetha dirungu, nanging para mudha iku ora
ana sing wangsulan. Salah sijine sing klambi kothak-kothak malah mentheleng
sajak nyimpen dendam. Syahri ngguyu plengeh. Mulane nyambutgawe ing
pasar sing bener, Le, batine.
Telung dina kepungkur Syahri lan topeng badhute ngonangi klambi
kothak-kothak mau nyopet ing pasar Peterongan. Nalika dheweke wiwit
ngamen, tetembangan karo nauh terbang cilik. Sirahe lenggut-lenggut awake
obah manut wiramane lagu. Lho kok dumadakan ana pemudha loro melu suk-
sukan ing antarane ibu-ibu sing blanja. Sing klambi kothak-kothak banjur
ngetokake silet. Tas kulit iku suwek kena silet. Isine diodhos-odhos. Dhompet,
hp, dicopet lan kanthi cepet dilungake kancane. Sing nampani enggal
sumingkir ngadoh saka kerameyan.
Ora suwe kedadeyane. Ibu-ibu sing kecopetan bengok-bengok.
Pemudha klambi kothak-kothak iku nyingkir mbalik dalan. Saking kesusune
nubruk Syahri sing wis tekan burine. Pemudha iku mandheg sedhela. Mripate
menthelengi Syahri sajak ngincim, ora sah melu cawe-cawe. Sing dipenthelengi
mung mesem. Naning eseme ora ketok sebab ketutupan topeng badhut ireng.
Dina iki topengku weruh sapa nyopet lan sapa sing dicopet tanpa bisa
tumindak apa-apa. Mulane sing klambi kothak-kothak ing pinggir dalan iku
mentheleng tajem nalika disapa Syahri. Salahmu dhewe, Le, batine Syahri.
Wusana Syahri tekan ing pasar Pamenang sing wis wiwit rame dening
umyeke wong dol tinuku. Sepedhah jengkine dituntun lan dititipake ing warung
langganane. Buntelan ing tas kresek dijupuk nuli jumangkah tumuju toilet.
Sepuluh menit sabanjure Syahri wis njedhul saka toilet. Sandhang
penganggone wis salin. Klambine tambal-tambal nganti sadhengkul dawane.
Wetenge mblendhuk, nganggo topeng badhut lan nyekethem terbang cilik.
Banjur terbang ditabuh, lambene wiwit nembang ing sangarepe bakul. Dhuwit
klithik pawewehe bakul lan uwong sing padha welas dilebokake ing kanthong
klambi sing sengaja digawe luwih gedhe.
Uga ana bakul sing ora menehi tur malah grenengan. Syahri ora
ngresula. Saumpama Syahri arep mecucu apa ngece-ece uga ora ana sing ngerti
sebab kabeh mau ketutupan topeng badhut rai ireng iku.
Tekan bakul pracangan sisih pojok kidul jangkahe Syahri kandheg.
Anggone tetembangan saya lirih. Sirahe menga-mengo. Swarane terbang uga
wis ora pati ana wiramane. Saka walike topeng Syahri weruh ana sawenehing
wanita lagi blanja karo nggandheng anake lanang sing isih cilik. Wanita iku
ditamatake. Jebul Hardini, mantune dhewe sing kudune ana ing Bogor kana.
Kapan olehe bali? Dhadhane Syahri tratapan. Sauntara bocah cilik iku wiwit
wedi. Bocah iku wedi marang topeng badhut praen ireng sing dianggo Syahri.
“Ora sah wedi,.. ora apa-apa kok!” kandhane ibune semu kudu ngguyu.
Syahri mundur alus. Dheweke enggal metu saka jero pasar. Nuli lenger-lenger
ing trotoar ngisor wit waru. Topenge isih dienggo, jantunge isih dheg-dhegan.
Apa mantuku iki entuk cuti saka pabrik? Dheweke bali dhewe apa bareng karo
Karmidi? Kapan tekane? Apa Hardini njujug omahe wong tuwane ing kana?
Pikirane Syahri saiki umyek, kaya umyeke wong-wong ing pasar.
Saploke Karmidi, anake lanang rabi entuk Hardini lan nyambutgawe ing
Bogor kana, Syahri pancen arang-arang banget ketemu. Mung setaun sepisan,
yen dhong riyayan. Sauntara Syahri sing lumuh nganggur iku, uga ora tau
krasan yen mung meneng ana omah. Dheweke uga suthik yen mung njagakake
kiriman blanja saka Karmidi. Sedhenge tenaga tuwane wis ora kuwat nyandhak
pegaweyan kasar. Mula banjur nekad ngamen turut dalan, turut pasar.
Pegawayan iku ora dingerteni dening anake lanang uga mantune si
Hardini. Anggone ngamen nganti tekan puluhan kilometer adohe saka desane.
Tangga teparone wae arang sing ngerti yen Syahri iku pengamen. Malah ora
sithik sing ngira yen dheweke iku bakul topeng. Lan dina iki anggone ngamen
jebul adhep-adhepan karo mantune dhewe. Muga-muga bae dheweke ora
ngerti.
“Topeng nakal!” aloke bocah cilik saka burine Syahri.
Klothak! Tangane bocah cilik iku nyampe topenge Syahri. Karet sing
nyanthol ing kupinge pedhot, topenge coplok lan ceblok ing pangkone Syahri.
Syahri gragapan kaget.
“Lho?...Pak! Njenengan kok... ” aloke Ibune si bocah mau semu ora
percaya. Syahri klincutan. Lambene rinasa abot ora bisa guneman. Dipeksa
mesem kanggo nutupi isin, tetep ora bisa. Sedhenge wanita sing ora liya
Hardini iku jumangkah nyedhak, batine isih ora percaya karo apa sing dinulu.
“Sepurane...Ndhuk...,” guneme Syahri kaya kolu ing gorokane. Topenge
saiki ngglundhung ing lemah.
Topenge sing gumlethak neng lemah dijupuk. Topeng sing dianggep
bisa weruh kasunyatan tanpa disumurupi liyan, topeng sing bisa gawe seneng
lan wedine liyan, topeng sing bisa dijak nyambutgawe. Topeng sing sasuwene
iki bisa kanggo ndhelik saka kanyatan, jebul dina iki wis miyak wadine dhewe.
*****
(Jaya Baya 12, 2005 : 28 - 19)

1. Crita Fiksi
Crita fiksi punika nggadhahi teges khayalan.
Crita fiksi punika ing sastra Jawi kathah sanget, ing sastra tulis umpamini pun
crita cekak (cerkak), roman sacuwil, wacan bocah, alaming lelembut, crita
sambung, kalebet ugi crita rakyat.
Ing pundi saged dipun panggihi crita fiksi sastra Jawi? Ing jaman
sapunika gampil sanget. Ing majalah utawi kalawarti basa Jawi, ugi ing buku-
buku terbitan saking karya sastra jawi kalawau.
Cerkak punika kalebet crita fiksi. Cerkak saking tembung crita cekak,
inngih punika karangan awujud gancaran ingkang ringkes tur padhet,
maksudipun nyariyosaken kedadosan saking wiwitan ngantos wekasan kanthi
cara ingkang ringkes utawi cekak. Cerkak punika keunggulan ipun senaosa
ringkes nanging isinipun saged nabet ing manah.

2. Unsur Intrinsik crita fiksi


Saben jenis karya sastra punika nggadhahi kaendahan. Kaendahan
kalawau dipun wangun saking struktur sastra ingkang wonten ing salebeting
karya punika piyambak. Struktur sastra punika dipun wastani ugi unsur
intrinsik karya sastra. Kangge karya sastra jenis crita (gancaran) strukturipun
ing antawisipun inggih punika :
a. Tema = inggih punika ide pokok utawi gagasan pokok ingkang dados
sumber lan dhasar penulisan cerkak. Kangge mangertosi tema ing cerkak,
pamaosipun boten namung sepisan nanging bola-bali lan dipun mangertosi
kekajengan ipun pengarang lumantar karyanipun.
b. Plot utawi alur inggih punika reroncening kedadosan ingkang sambung-
sinambung salebeting cariyos.
Plot limrahipun nggadhahi urut-urutan
- bebuka, nalika pengarang wiwit nggambaraken cariyos ; kenalan.
Pengarang wiwit nggandheng prastawa satunggal lan prastawa sanesipun
ingkang saged nyebabaken wontenipun gesehing panemu (konflik)
salebeting cariyos.
- pradondi, kahanan ing nalika gesehing panemu (konflik) kalawau sansaya
nemen raosipun. Sedaya prastawa ing cariyos ngalami pamuncakipun.
- panutup, nalika pengarang akhiripun mungkasi cariyos lan nutup sedaya
prastawa ingkang wonten.
Alur utawi plot punika wonten ingkang ngginakaken alur maju, alur
mundur, alur rapet, alur renggang, alur maju-mundur, lsp.
c. Wewatakan (penokohan) inggih punika wewatakanipun para paraga
ingkang wonten ing cariyos. Wewatakaning para paraga punika saged
dipun tingali saking :
- gambaran wujud lairipun; wonten ingkang ayu, bagus, enom, tuwa,
uwanen, cacad, lsp.
- pikiranipun paraga, badhe tumindak sae, mikir awon, lsp.
- gambaran langsung, pengarang nyariyosaken watakipun paraga.
- basanipun lan wicantenipun
- saged ugi saking kahanan kamaripun, pakulinanipun, caranipun ageman.
Lsp.
d. Latar, Setting
Latar utawi setting punika saged arupi papan panggenan lan wekdal
kedadosan ingkang wonten ing salebeting karya sastra. Saking papan
panggenan lan wekdal punika pengarang nggambaraken swasananing
kedadosan, ngantos-ngantos penikmat – pamaos kados tumut ing
salebeting cariyos kalawau.
e. Amanat inggih punika piweling ingkang kinandhut wonten ing karangan.
Amanat saged arupi pitutur, pamrayoga, pangajak ngantos dumugi
kritik/panyaruwe.
f. Kaendahaning Basa, inggih punika basa ingkang dipun ginakaken ing
cariyos. Taksih netepi unggah-ungguh basa, nggunakaken basa lokal
(dialek), utawi ugi rerenggan basa sanesipun.
g. Point of view/sudut pandang inggih punika kalenggahan pengarang
wonten ing salebeting cariyos. Wonten sudut pandang wong kapisan
(utama purusa), lan sudut pandang wong ka-telu/pratama purusa. Ing
sudut pandang wong kapisan, pengarang wonten ing salebeting crita
kanthi langsung. Saged dados paraga utama, saged ugi namung dados
paraga tambahan.

3. Kawruh Basa
- Dasanama; dasa = sepuluh, nama = aran
Tembung dasanama yaiku tembung kang duweni teges pirang-pirang
utawa padha tegese = sinonim.
Tuladha dasanama ing ngisor iki pahamana kanthi tliti!
1. Anak : atmaja, suta, siwi, sunu, yoga, putra
2. Angin : bajra, bayu, maruta, samirana, sindung, riwut, pawana
3. Ati : driya, galih, manah, kalbu, nala, prana, tyas, wardaya.
4. Awak : angga, badan, sarira, salira, raga.
5. Banyu : toya, her, warih, ranu, tirta, we, sindu.
6. Lsp
4. Ukara Langsung lan Ukara Ora Langsung
Ing sajrone crita kudu dimanfaatake anane ukara langsung lan ukara ora
langsung. Ukara langsung iku panulise nggunakake tandha petik loro.
Ditulis mlebu kaya dene pada/paragraf anyar.
Tuladha :
1. “Aku ora nate melu!” kandhaku banter.
2. “Taun iki kowe kudu munggah kelas, aja nganti kaya taun wingi!”
ngendikane Pak Guru.
3. “Wetengku luwih tenan. Tulung aku golekna apa-apa kanggo ngganjel
wetengku,” muni ngono karo nyekeli wetenge. Aku dadi mesakake
banget.

Ukara Ora Langsung iku mung dicritakake bae apa sing diucapake.
Panulise ora perlu tandha kutip. Ditulis padha kaya basa gancaran ing
pada/paragraf.
Tuladha :
1. Aku mbengok banter lan ngandhani wong-wong mau yen aku ora melu.
2. Aku dadi kelingan ngendikane Pak Guru, yen taun iki aku kudu
munggah kelas, ora kena kaya taun wingi.
3. Wong tuwa iku nyedhak karo nyekeli wetenge. Sabanjure dheweke
ngomong yen wetenge lara sebab luwe. Dheweke pengin digolekake
panganan apa-apa kanggo ngiseni wetenge sing keluwen iku.
II. LAMPIRAN EVALUASI

A. Lembar Pengamatan Diri


1. Wenehana tanda centang (√) ing andharan(pernyataan) sing kokanggep paling
pas karo kanyatan sing koklakoni.
2. Katrangan kanggo mbiji pakulinan (kebiasaan):
5 = ajeg
4 = kerep
3 = arang-arang
2 = tau
1 = blas

3. Lembar pengamatan
No Aspek penilaian Skala Penilaian
. 5 4 3 2 1
1 a. Kulina ndonga sadurunge miwiti lan
mungkasipasinaon Basa Jawa.
b. Kulina migunakake Basa Jawa kanggo
ngomong karo sapa bae (guru, kanca)
nalika jam pelajaran.
c. Kulina ngetrapake tatakrama nalika ing
pasrawungan.
2 Jujur nalika mangsuli pitakon-pitakon ngenani
wacan crita cekak manut panemune dhewe
3 a. Tanggungjawab marang tugas pribadi
b. Tanggungjawab marang tugas kelompok.
4 a. Ngurmati panemune wong liya nalika
diskusi.
b. Migunakake tembung kang pas (ora kasar
lan kemproh) nalika ngomong lan takon
ing diskusi.

Sidoarjo,  Juli 2022
Guru Mata Pelajaran,

Siti Djuwariyah, S.Pd.


Nama : .............................
Kelas/No absen : ................

B. Pengetahuan

1. Sapa paraga utama ing cerkak iku, lan kepriye watake?


2. Kepriye urutan prastawa ing cerkak “Topeng” iku?
3. Apa temane cerkak “Topeng” iku?
4. Apa piwulang budi pekerti sing bisa kapethik saka crita cekak “Topeng”?
5. Critakna kanthi ringkes, kepriye isine cerkak “Topeng” gegayutan karo
kahanan ing jaman saiki.

Kunci Jawaban
1. Paraga utama : Syahri, watake : tuwa, kisut, simbah saka putu lanang siji thil,
sregep, tansah syukur marang Allah.
2. Urutane prastawa kawiwitan nalika Syahri budhal ngamen menyang pasar
Pamenang Pare, sadawane dalan ngeling-eling prastawa kang wis disumurupi
wiwit Kasun Parno sing selingkuh, pemudha ngamen sing nyambi nyopet,
nganti sawijining dina pegaweyane dikonangi dening mantune dhewe lan
putune ana ing pasar Pamenang.
3. Tema cerkak : Pak Syahri tukang mbarang topeng.
4. Piwulang ing cerkak : - urip iku kudu ati-ati, ora kena njaluk menange dhewe.
5. Isine cerkak “Topeng” gegayutan karo kahanan ing jaman saiki, isih ana wong
wis tuwa sing ngrekadaya dhewe kanggo nyukupi
butuhe senajan duweni anak cukup, ora gumantung
marang pawewehe anak, tanpa maelu panemune
wong-wong sakupenge, sing penting pegaweyan mau
bener lan khalal.

Rubrik Pambiji Wangsulan

Aspek Deskriptor Ya Ora

Pas, orane - Wangsulan arupa penjelasan


wangsulan
- Wangsulan pas, mathuk ana ing jroning
crita cerkak.

Kebahasaan - Wangsulan migunakake basa Jawa kang


komunikatif

- Tata tulis ejaan jroning wangsulan ora


akeh sing kleru, (pas, mathuk karo
kaidah )

- Struktur tembung, ukara wangsulan pas,


mathuk karo tatanan struktur tembung,
ukara basa Jawa

Kriteria pambiji : 5 ya = 100, 4 ya = 85, 3 ya = 75, kurang saka 3 = mbaleni

c. Keterampilan
a. Teknik Penilaian : P1= Evaluasi Produk Dan P2= Evaluasi Unjuk
Kerja/ Tes Praktik
b. Bentuk Instrumen : Lembar Penilaian
c. Kisi-kisi :
LEMBAR PENILAIAN KETRAMPILAN

No. Indikator Rubrik Butir


Penilaian Instrumen

1.  Peserta didik membaca teks cerita pendek


dengan lafal dan intonasi yang tepat

 Peserta didik merangkum isi cerita pendek

2.  Peserta didik menceritakan kembali isi


cerita cekak,

3.

1. Rubrik Pambiji unjuk kerja

No. Aspek penilaian Skala Penilaian


4 3 2 1
1 Kuwanenan nalika maju
2 Banter/lirihne swara
3 Lafal/intonasi
4 Sikap/perilaku sopan lan tenanan

2. Rubrik pambiji portofolio hasil tulisan (Lembar Pengamatan)


Wenehana tandha centhang (√) ing andharan (pernyataan) sing
kokanggep paling pas karo kanyatan sing kokamati, tulisane kancamu.
Katrangan kanggo mbiji:
5 = pas banget
4 = pas
3 = cukup pas
2 = kurang pas
1 = ora pas

No. Aspek penilaian Skala Penilaian


5 4 3 2 1
1. Tulisan (hasil tulisan/karya tulis
sederhana) sing pas karo kaidah ejaan
lan penulisan ing tata tulis basa Jawa.
2. Migunakake basa jawa kang
komunikatif
3. Rangkuman urut, runtut pas karo
critane
4. Kohesi lan koherensi paragraf

3. Rubrik Pambiji unjuk kerja

Skor penilaian
No Aspek Penilaian
4 3 2 1
1 Lafal, vokal lan wirama

2 Banter/lirihne swara

Critane urut, runtut cocok karo isine


3 cerkak

4 Basa sing digunakake komunikatif

5 Sikap/perilaku sopan lan tenanan

Keterangan Skor 1 : kurang, 2 : cukup, 3 : baik, 4 : amat baik

Skor Perolehan
Nilai akhir = x100
Penilaian : Skor maksimal

You might also like