You are on page 1of 3

Sejarah bahasa Inggris bermula dari migrasi Anglo-Saxon ke pulau

Britania pada sekitar 1.500 tahun yang lalu. Bahasa Inggris adalah sebuah
bahasa Jermanik Barat yang berasal dari dialek-dialek Anglo-Frisia yang
dibawa ke pulau Britania oleh para imigran Jermanik dari beberapa
bagian barat laut daerah yang sekarang disebut Belanda dan Jerman.
Pada awalnya, bahasa Inggris Kuno adalah sekelompok dialek yang
mencerminkan asal usul beragam kerajaan-kerajaan Anglo-Saxon di
Inggris. Salah satu dialek ini, Saxon Barat akhirnya yang berdominasi.
Lalu bahasa Inggris Kuno yang asli kemudian dipengaruhi oleh dua
gelombang invasi.
Gelombang invasi pertama adalah invasi para penutur bahasa
dari cabang Skandinavia keluarga bahasa Jerman. Mereka
menaklukkan dan menghuni beberapa bagian Britania pada
abad ke-8 dan ke-9.

Lalu gelombang invasi kedua ini ialah suku Norman pada abad
ke-11 yang bertuturkan sebuah dialek bahasa Prancis. Kedua
invasi ini mengakibatkan bahasa Inggris “bercampur” sampai
kadar tertentu (meskipun tidak pernah menjadi sebuah bahasa
campuran secara harafiah).

Hidup bersama dengan anggota sukubangsa Skandinavia


akhirnya menciptakan simplifikasi tatabahasa dan pengkayaan
inti Anglo-Inggris dari bahasa Inggris.
Selama 300 tahun setelah invasi kaum Norman di Britania pada
tahun 1066, raja-raja Norman dan kaum bangsawan hanya
menuturkan bahasa Prancis dialek Norman saja yang disebut
dengan nama bahasa Anglo-Norman. Sementara itu bahasa
Inggris berlanjut sebagai bahasa rakyat. Sementara Anglo-Saxon
Chronicle tetap ditulis sampai tahun 1154, sebagian besar karya
sastra lainnya dari masa ini ditulis dalam bahasa Prancis Kuno
atau bahasa Latin.
Sejumlah besar kata-kata Norman dipinjam dalam bahasa Inggris
Kuno dan menghasilkan banyak sinonim (sebagai contoh diambil
ox/beef (sapi), sheep/mutton (kambing), dan lain-lain). Pengaruh
Norman ini memperkuat kesinambungan perubahan-perubahan
bahasa Inggris pada abad-abad selanjutnya dan menghasilkan
sebuah bahasa yang sekarang disebut dengan istilah bahasa
Inggris Pertengahan. Salah satu perubahannya adalah
meningkatnya pemakaian sebuah aspek unik tatabahasa Inggris
yang disebut dengan istilah continuous tense dengan imbuhan
atau sufiks -ing.

Ejaan bahasa Inggris juga dipengaruhi bahasa Prancis pada


periode ini. Bunyi-bunyi /θ/ dan /ð/ sekarang dieja sebagai th dan
bukan dengan huruf Inggris Kuno þ and ð, yang tidak ada dalam
bahasa Prancis.

Selama abad ke-15, bahasa Inggris Pertengahan berubah lebih


lanjut lagi. Perubahan ini disebut sebagai The Great Vowel Shift
(“Pergeseran Vokal Besar”), dan dimulai dengan penyebaran
dialek London bahasa Inggris yang mulai dipakai oleh
pemerintahan dan munculnya buku-buku cetak. Bahasa Inggris
modern sendiri bisa dikatakan muncul pada masa William
Shakespeare. Penulis ternama dari masa Inggris Pertengahan ini
ialah Geoffrey Chaucer, dengan karyanya yang terkenal The
Canterbury Tales.

Banyak sumber sezaman menyatakan bahwa dalam kurun waktu


lima puluh tahun setelah Invasi kaum Norman, sebagian besar
kaum Norman di luar istana berganti bahasa dan menuturkan
bahasa Inggris. Bahasa Prancis kala itu tetap menjadi bahasa
resmi pemerintahan dan perundang-undangan yang bergengsi
di luar dinamika sosial. Sebagai contoh, Orderic Vitalis, seorang

2
sejarawan yang lahir pada tahun 1075 dan seorang anak ksatria
Norman, menyatakan bahwa ia hanya mempelajari bahasa
Prancis sebagai bahasa kedua.

Sastra Inggris mulai muncul kembali pada sekitar tahun 1200M


ketika perubahan iklim politik dan jatuhnya bahasa Anglo-
Norman membuat hal ini lebih bisa diterima. Pada akhir abad
tersebut, bahkan kalangan kerajaan sudah berganti menuturkan
bahasa Inggris. Sedangkan bahasa Anglo-Norman masih tetap
dipakai pada kalangan tertentu sampai agak lama, namun
akhirnya bahasa ini juga tidak merupakan bahasa hidup lagi.

You might also like