You are on page 1of 7

BAHAN

AJAR

PERIZINAN
BERUSAHA
BAGI UMKM
Mata Pelatihan Pelatihan PTSP
Tingkat Lanjutan
A. Jenis Perizinan Berusaha dan Persyaratan Untuk Memulai Usaha dan
Jenis Pelaku Usaha
Perizinan Berusaha terdiri dari a) Perizinan berusaha berbasis risiko, yang
terdiri atas NIB, Sertifikat Standar dan Izin; dan b) Perizinan Berusaha untuk
menunjang kegiatan usaha (UMKU). Pelaku Usaha didalam sistem OSS
dikategorikan dalam skala usaha mikro kecil dan skala usaha non usaha mikro
kecil, untuk kategorisasi skala usaha berdasarkan nilai permodalan dan
investasi akan dibahas lebih lanjut dalam Bab VII. Setelah pelaku usaha
memilih di dalam sistem OSS, maka pelaku usaha yang mengajukan
permohonan perizinan berusaha terdiri atas
a. Orang Perseorangan (khusus untuk PMDN;
b. Badan Usaha (baik badan hukum maupun tidak berbentuk badan
hukum); paling sedikit terdiri atas :
1) perseroan terbatas;
2) persekutuan komanditer (commanditaire vennotschap);
3) persekutuan firma (venootschap onder firma);
4) persekutuan perdata;
5) koperasi;
6) yayasan;
7) perusahaan umum;
8) perusahaan umum daerah;
9) badan hukum lainnya yang dimiliki oleh negara; dan
10) lembaga penyiaran.
11) Badan hukum lainnya yang dimiliki oleh negara berupa Lembaga
Pembiayaan Ekspor Indonesia, Lembaga Pengelola Investasi, Bank
Tanah, dan Badan Layanan Umum
B. Kategori Pelaku Usaha Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMK-M)
Ketentuan nilai investasi dan permodalan bagi UMK-M mengikuti kriteria modal
usaha sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2021
tentang Kemudahan, Pelindungan, dan Pemberdayaan Koperasi dan Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah, sebagai berikut :
a. usaha mikro memiliki modal usaha sampai dengan paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha;

b. usaha kecil memiliki modal usaha lebih dari Rp1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; dan

c. usaha menengah memiliki modal usaha lebih dari Rp5.000.000.000,00 (lima


miliar rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh
miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
d. usaha besar memiliki modal usaha lebih dari Rp5.000.000.000,00 (lima miliar
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Badan usaha
yang tergolong PMA dikategorikan sebagai usaha besar dan wajib mengikuti
ketentuan minimum nilai investasi, kecuali ditentukan lain oleh peraturan
perundang-undangan, yaitu: Ketentuan minimum nilai investasi bagi PMA
yaitu total investasi lebih besar dari Rp 10 miliar, di luar tanah dan bangunan
per bidang usaha KBLI 5 (lima) digit per lokasi proyek.

C. Persyaratan Dasar Bagi Perizinan Berusaha UMKM


1. KKPR
Pelaku UMK juga diberikan kemudahan dalam persyaratan dasar berupa
kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang dan persetujuan lingkungan. Untuk
persetujuan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang, pelaku usaha UMK
cukup membuat pernyataan saja bahwa lokasi usahanya sudah sesuai
dengan peruntukannya.
2. Persetujuan Lingkungan
Persetujuan Lingkungan wajib dimiliki oleh setiap Usaha dan/atau Kegiatan
yang memiliki Dampak Penting atau tidak penting terhadap lingkungan.
Persetujuan Lingkungan diberikan kepada Pelaku Usaha atau Instansi
Pemerintah. Setiap rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang berdampak
terhadap Lingkungan Hidup wajib memiliki Amdal, UKL-UPL atau SPPL.
Persetujuan Lingkungan ini berakhir bersamaan dengan berakhirnya
Perizinan Berusaha atau Persetujuan Pemerintah. Dalam Hal perizinan
berusaha berakhir dan tidak terjadi perubahan badan usaha dan/atau
kegiatan perpanjangan perizinan berusaha dapat menggunakan dasar
persetujuan lingkungan yang existing. Bagi Usaha Mikro dan Kecil yang tidak
memiliki dampak penting terhadap lingkungan maka persetujuan
lingkungannya dapat berbentuk SPPL. Bagi Usaha Mikro dan Kecil serta
menengah apabila memiliki dampak penting terhadap lingkungan maka
bentuk persetujuan lingkungannya dapat berbentuk UKL/UPL atau AMDAL.
Ketentuan lebih detail mengenai persetujuan lingkungan diatur dalam PP No
22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan Permen LHK No 4 Tahun 2021 mengenai daftar usaha
dan/atau kegiatan wajib AMDAL, UKL-UPL atau SPPL
3. PBG
Apabila kegiatan usaha membutuhkan pembangunan gedung, sistem OSS
memberikan notifikasi keperluan Persetujuan Bangunan Gedung (PBG) dan
Sertifikat Laik Fungsi (SLF) kepada Sistem Informasi Manajemen Bangunan
Gedung (SIMBG) yang dikelola oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat (PUPR). Notifikasi juga akan diberikan kepada pelaku
usaha untuk menindaklanjuti permohonan PBG dan SLF melalui SIMBG.
PBG adalah perizinan yang diberikan kepada pemilik bangunan gedung untuk
membangun baru, mengubah, memperluas, mengurangi, dan/atau merawat
bangunan gedung sesuai dengan standar teknis bangunan gedung.
Sementara SLF adalah sertifikat yang diberikan oleh pemerintah daerah
untuk menyatakan kelaikan fungsi bangunan gedung sebelum dapat
dimanfaatkan. Pemrosesan permohonan perizinan berusaha tetap dapat
dilakukan dalam waktu yang bersamaan dengan permohonan PBG dan SLF.
D. Penerbitan Perizinan Berusaha Bagi UMK

E. Kemudahan Perizinan Berusaha Bagi Usaha Mikro & Kecil


Pemerintah memberikan kemudahan kepada usaha mikro dan kecil berupa
perizinan tunggal. Perizinan tunggal meliputi perizinan berusaha, standar nasional
Indonesia dan sertifikasi jaminan produk halal.
1. Alur sertifikasi Halal Pernyataan Pelaku Usaha (Self Declare)
2. Alur Proses Pembinaan UMK (SNI)

Sumber : Peraturan BSN No 28 Tahun 2021

F. PT Perseorangan
Kriteria PT Perorangan. Pelaku Usaha yang bisa mendirikan PT Perorangan
dengan Kriteria Usaha Mikro dan Kecil dengan Modal usaha paling banyak Rp
5.000.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha PT Perorangan
didirikan oleh 1 (satu ) orang. Perseroan wajib memiliki modal dasar perseroan,
Modal dasar perseroan harus ditempatkan dan disetor penuh paling sedikit 25 %
yang dibuktikan dengan bukti penyetoran yang sah bukti penyetoran disampaikan
kepada Menteri dalam waktu paling lama 60 hari, untuk PT Perorangan melakukan
pengisian pernyataan mandiri.

G. Pengawasan Perizinan Berusaha UMK


Pengawasan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko bagi Pelaku Usaha mikro dan
Pelaku Usaha kecil dilakukan melalui pembinaan, pendampingan atau penyuluhan
terkait kegiatan usaha. Pembinaan dapat berupa pendampingan dan penyuluhan
meliputi pemberian penjelasan, konsultasi, bimbingan teknis dan/atau kegiatan
fasilitasi penyelesaian oleh kementerian/lembaga, Pemerintah Daerah provinsi,
Pemerintah Daerah kabupaten/kota, administrator KEK, dan/atau badan
pengusahaan KPBPB atas permasalahan yang dihadapi Pelaku Usaha. Atas
pembinaan, Pelaku Usaha wajib menindaklanjuti dengan melakukan perbaikan
terhadap hasil evaluasi yang diberikan. Dalam hal perbaikan tidak dilakukan,
kementerian/lembaga, Pemerintah Daerah provinsi, Pemerintah Daerah
kabupaten/kota, administrator KEK, dan/atau badan pengusahaan KPBPB yang
berwenang dapat menindaklanjuti dengan penerapan sanksi sesuai ketentuan
peraturan perundangundangan. Dalam hal Pelaku Usaha diberikan sanksi,
kementerian/lembaga, Pemerintah Daerah provinsi, Pemerintah Daerah
kabupaten/kota, administrator KEK, dan/atau badan pengusahaan KPBPB
mencatatkan informasi pemberian sanksi ke dalam Sistem OSS.

You might also like