You are on page 1of 6

SEMINAR NASIONAL VII

Prodi Pendidikan Biologi


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Malang

Pengaruh ekstrak siwak (Salvadora persica) terhadap


mortalitas larva Aedes aegypti
Aprillia Putri Kusumaningthyas a*, Auberta Myra Ardelia b, Findo Bayu Adji c, Muthia
Maharani Saiful d, Putri Nurul Nabilah e
Program Studi Pendidikan Biologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang
email : putriaprilia.kusuma@gmail.com

ABSTRAK

Nyamuk merupakan satu di antara serangga yang sangat penting dalam dunia kesehatan.
Penyakit menular yang ditularkan serangga sebagai vektor saat ini masih merupakan
masalah kesehatan di Indonesia, terutama penyakit malaria dan demam berdarah. Salah
satu pendekatan yang menarik dalam pengendalian vektor adalah penggunaan bahan
alami sebagai insektisida nabati. Salah satu bahan alami yang telah lama digunakan dalam
pengobatan tradisional adalah ekstrak siwak (Salvadora persica). Penelitian bertujuan
untuk mengetahui pengaruh ekstrak siwak (Salvadora persica) terhadap mortalitas larva
Aedes aegypti. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Universitas
Muhammadiyah Malang. Konsentrasi ekstrak siwak yang digunakan adalah 1000 ppm,
4000 ppm, dan 7500 ppm. Hasil yang didapatkan yakni pada perlakuan control positif,
1000 ppm dan 4000 ppm rata-rata 0% larva yang mati. Sedangkan pada dosis 7500 ppm
rata-rata prosentase yakni 3,3% larva mati. Keefektifan penggunaan ekstrak siwak sebagai
larvasida salah satunya dipengaruhi oleh konsentrasi ekstrak yang digunakan. Sehingga
penggunaan konsentrasi 7500 ppm lebih efektif jika dibandingkan dengan konsentrasi
1000 ppm dan 4000 ppm
Kata kunci: DBD, Larva Aedes sp., mortalitas ,Salvadora percia

PENDAHULUAN

Nyamuk merupakan satu di antara serangga yang sangat penting dalam dunia
kesehatan. Nyamuk termasuk dalam filum Arthropoda, ordo Diptera, family Culicidae,
dengan tiga sub famili yaitu Toxorhynchitinae (Toxorhynchites), Culicinae (Aedes, Culex,
Mansonia, Armigeres,) dan Anophelinae (Anopheles) (Howard et al., 2007). Nyamuk
merupakan ektoparasit pengganggu yang merugikan kesehatan manusia, hewan, dan
lingkungan. Hal ini dikarenakan kemampuannya sebagai vector berbagai penyakit.
Nyamuk tergolong serangga yang cukup tua di alam dan telah mengalami proses evolusi
serta seleksi alam yang panjang sehingga menjadikan insekta ini sangat adaptif tinggal
bersama manusia.
Penyakit menular yang ditularkan serangga sebagai vektor saat ini masih
merupakan masalah kesehatan di Indonesia, terutama penyakit malaria dan demam
berdarah. Pada saat ini pemberantasan Aedes aegypti merupakan cara utama yang
dilakukan untuk memberantas demam berdarah, karena vaksin untuk mencegah dan
obat untuk membasmi virusnya belum tersedia. Pemberantasan Aedes aegypti dapat
dilakukan terhadap nyamuk dewasa atau jentiknya. Pemberantasan terhadap jentik
dapat dilakukan dengan cara kimia, biologi, dan fisik (Valiant et al., 2010).

Universitas Muhammadiyah Malang, Indonesia


SEMINAR NASIONAL VII
Prodi Pendidikan Biologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Malang

Menurut (Kolo, 2018) Pemberantasan dengan cara kimia saat ini dapat
dilakukan dengan larvasida yang dikenal dengan istilah abatisasi. Larvasida yang biasa
digunakan adalah temefos. Temefos merupakan jenis insektisida yang tergolong ke dalam
organofosfat, namun penggunaan insektisida dari bahan kimia ternyata
menimbulkan banyak masalah baru diantaranya adalah pencemaran lingkungan
sepertipencemaran air dan resistensi serangga terhadap insektisida sehingga dampak
negatif dari penggunaan insektisida kimia maka perlu dicari alternatif lain yang lebih
aman. Salah satunya adalah dengan menggunakan insektisida alami.
Kejadian penyakit yang penularannya dibawa oleh vector nyamuk tersebut,
disebabkan oleh tingginya kepadatan vektor nyamuk khususnya di Indonesia (Ndione et
al., 2007). Nyamuk (Diptera: Culicidae) merupakan vektor beberapa penyakit baik pada
hewan mau pun manusia. Banyak penyakit pada hewan dan manusia dalam penularannya
mutlak memerlukan peran nyamuk sebagai vektor dari agen penyakitnya.
Upaya pengendalian vektor ini menjadi penting dalam usaha pencegahan
penyebaran penyakit tersebut (Yunita et al., 2009). Salah satu pendekatan yang menarik
dalam pengendalian vektor adalah penggunaan bahan alami sebagai insektisida nabati.
Salah satu bahan alami yang telah lama digunakan dalam pengobatan tradisional adalah
ekstrak siwak (Salvadora persica).
Penggunaan siwak (Salvadora persica) sudah banyak dikenal oleh masyarakat
muslim sejak berabad-abad yang lalu yang pada awalnya banyak digunakan oleh
masyarakat Arab. Pada awalnya, pertimbangan penggunaannya banyak dikarenakan oleh
faktor sosial dan agama. Hasil penelitian kayu siwak menghambat aktivitas bakteri mulut
yang aerob dan anaerob. Sebab, Ekstrak siwak mengandung properti antimikrobial
terutama antibakterial yang sangat efektif dalam membunuh dan menghambat beberapa
pertumbuhan bakteri dan antifungal. Hal ini didukung pula dari penelitian yang
melaporkan bahwa komponen kimiawi ekstrak kayu siwak sangat ampuh dalam
menghilangkan plak dan mereduksi virulensi bakteri periodontopathogenic. Hal ini sesuai
dengan penelitian tentang analisa kandungan batang kayu siwak kering (Salvadora
persica) dengan ekstraksi menggunakan etanol 80% kemudian dilanjutkan dengan eter
lalu diteliti kandungannya melalui prosedur kimia Exhaustive Chemical Procedure (ECP)
menunjukkan bahwa siwak mengandung zat-zat kimia, seperti : trimetilamin, alkaloid
yang diduga sebagai salvadorin, klorida, sejumlah besar fluorida dan silika, sulfur, vitamin
C, serta sejumlah kecil tanin, saponin, flavonoid dan sterol (Fatkhurrohman & Medawati,
2013). Beberapa penelitian sebelumnya telah mengungkapkan potensi ekstrak siwak
sebagai insektisida nabati melawan vektor nyamuk. Namun, meskipun beberapa studi
menunjukkan potensi insektisida dari ekstrak siwak terhadap beberapa spesies nyamuk
lain, masih perlu penelitian lebih lanjut untuk menentukan pengaruhnya terhadap larva
Aedes aegypti secara khusus.
Berdasarkan latar belakang tersebut, tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui Pengaruh ekstrak siwak (Salvadora persica) terhadap mortalitas larva Aedes
aegypti

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif karena mendeskripsikan


pengaruh ekstrak siwak (Salvadora persica) terhadap mortalitas larva nyamuk Aedes
aegypti dalam berbagai konsentrasi secara kuantitatif. Penelitian ini dilaksanakan di
Laboratorium Biologi Universitas Muhammadiyah Malang, Kampus 3 pada yanggal 24 Mei
2023. Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu gelas plastic yang digunakan sebagai

Universitas Muhammadiyah Malang, Indonesia


SEMINAR NASIONAL VII
Prodi Pendidikan Biologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Malang

wadah pengamatan, pipet tetes yang digunakan untuk mengambil larva nyamuk, gelas
ukur yang digunakan untuk mengukur konsentrasi ekstrak dan aquades, kertas label
untuk memberi label pada gelas plastic dan bahan yang digunakan yaitu ekstrak siwak,
aquades dan larva nyamuk. Populasi penelitian ini adalah seluruh larva nyamuk Aedes
aegypti yang diperoleh dari hasil landing collection larva nyamuk di Sumber Nyolo,
kecamatan karangploso, kabupaten Malang. Sampel yang digunkaan pada penelitian ini
yakni 100 larva nyamuk Aedes aegypti. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu
simple random sampling karena pengambilan sampel dilakukan secara acak tidak ada
kriteria tertentu.
Pengujian sampel dilakukan dengan menyiapkan alat dan bahan, selanjutnya
pemberian label pada 10 gelas plastic sebagai tempat perlakuan larva nyamuk. Kemudian
memasukkan 50 ml aquades ke dalam gelas plastic serta mengambil 10 larva yang
dimasukkan ke dalam gelas plastic berisi 50 ml aquades, kemudian mengukur 50 ml
aquadest pada gelas ukur dan mengambil aquades dengan mikropipet sesuai dengan dosis
perlakuan. Tahap selanjutnya memasukka ekstrak sesuai dengan dosis dan
menghomogenkan ke dalam gelas plastic berisi larva.
Konsentrasi ekstrak Salvadora persica yang digunakan adalah 1000 ppm, 4000
ppm, dan 7500 ppm. Setiap dosis konsentrasi ekstrak siwak, dicobakan pada 10 ekor larva
nyamuk dengan tiga kali pengulangan. Data yang diamati selama penelitian adalah
kematian larva nyamuk pada pengamatan jam ke-1, ke-6, ke-12 serta pada 24 jam.
Teknik analisis data pada penelitian Ini adalah deskriptif karena hanya
mendeskripsikan angka kematian larva nyamuk Aedes aegypti namun tidak menganalisis
dosis ekstrak Salvadora persica .

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biologi Universitas Muhammadiyah


Malang. Tabel 1. Persentase kematian larva Aedes sp.setelah pemberian beberapa
konsentrasi ekstrak batang kayu siwak (Salvadora persica).

Tabel 1. Hasil presentase larva nyamuk Aedes sp. Selama 24 jam


Dosis (ppm) Mortalitas rata-rata
Kontrol positif 0%
1.000 ppm 0%
4.000 ppm 0%
7.500 ppm 3,3%
Sumber : Data Primer, 2023

Berdasarkan Tabel 1, terlihat bahwa tidak ada kematian lava nyamuk pada
kosentrasi 1.000 ppm dan 4.000 ppm pada ketiga pengulangannya, sedangkan konsentrasi
7.500 PPM batang siwak pada waktu 6 jam pengulangan 1 terdapat 1 lava nyamuk yang
mati. Berdasarkan hasil tersebut maka ekstrak batang siwak memiliki pengaruh sebagai
larvasida terhadap larva nyamuk Aedes sp. karena terdapat nyamuk yang mati di saat
diberikan ekstrak dengan konsentrasi 7.500 ppm. Ekstrak batang siwak pada konsentrasi
1000 ppm dan 4000 ppm juga memiliki senyawa yang dapat membunuh larva tetapi
kandungan senyawa tersebut kecil sehingga kurang efektif dalam membunuh larva
(Husna, 2012). Karena perbedaan konsentrasi tersebut yang membuat larva nyamuk

Universitas Muhammadiyah Malang, Indonesia


SEMINAR NASIONAL VII
Prodi Pendidikan Biologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Malang

hanya mati pada konsentrasi 7.500 ppm. Sedangkan pada konsentrasi 1.000 ppm dan
4.000 ppm tidak menunjukkan kematian. Kematian yang rendah dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya kadar konsentrasi ekstrak dan kondisi fisiologi larva
(Anthonio, 2020). Hal ini sesuai dengan Sulastri (2016) semakin tinggi konsentrasi , maka
semakin tinggi efek larvasida yang dapat menyebabkan kematian larva uji. Jadi hal itu
yang menyebakan pada konsentrasi 1.000 ppm dan 4.000 ppm tidak terdapat larva
nyamuk yang mati, tetapi pada konsentrasi 7.500 ppm terdapat larva nyamuk yang mati.
Karena semakin tinggi konsentrasi maka semakin banyak larva nyamuk yang akan mati.
Dari hasil praktikum didapatkan bahwa pada kontrol positif yang menggunakan
aquades saja tanpa menggunakan ekstrak batang siwak tidak ditemukan adanya kematian
larva selama 24 jam. Hal tersebut membuktikan bahwa kematian larva tidak dipengaruhi
oleh faktor lingkungan tetapi dipengaruhi oleh senyawa yang ada pada ekstrak batang
siwak (Karima, 2021). Senyawa aktif yang terdapat pada batang kayu Siwak diantaranya
adalah terpenoid trimetilamin alkaloid klorida fluorida silica sulfur vitamin c tanin
saponin flavonoid dan steroid (Fathurrohman 2013). Kayu siwak memiliki komponen
utama alkaloid (Swamy, 2015). Adapun senyawa bersifat toksik atau racun dari ekstrak
batang siwak yaitu alkaloid, steroid, saponin, flavonoid. Senyawa flavonoid dapat
mengganggu sistem kinerja saraf larva (Laksono et al, 2022). Menurut Ula (2021) aquades
tidak mengandung senyawa yang dapat membunuh larva sehingga tidak didapat kematian
pada larva nyamuk. Oleh karena itu larva nyamuk yang hanya diberikan aquades tidak ada
yang mati.
Faktor yang kedua selain tingkat kosentrasi yang digunakan pada ekstrak batang
siwak adalah kondisi fisiologi larva yang digunakan pada setiap pengulangan. Setiap larva
yang digunakan pada setiap pengulangan memiliki ukuran yang berbeda. Terdapat larva
instar 2,3 dan 4. Perbedaan tersebut dapat berpengaruh terhadap toksisitas larva yang
diberi ekstrak menurut Sanjaya (2006) menyatakan bahwa semakin dewasa larva maka
daya tahan tubuhnya semakin tinggi hal ini disebabkan oleh lapisan kulit larva instar 4
jauh lebih tebal daripada larva instar 1. Faktor yang ketiga karena ekstrak yang digunakan
merupakan ekstrak yang masa penggunaanya sudah tidak efektif karena masa
penyimpanan sudah lebih dari 6 bulan. Hal ini sesuai dengan hasil praktikum yang
mengalami kematian satu larva dengan ukuran yang masih muda pada konsentrasi paling
tinggi yaitu 7500 ppm. Jadi, semakin tinggi tingkat instar, semakin tinggi pula daya tahan
hidupnya. Hal ini ditandai dengan jenis instar atau ukuran larva yang mati pada
konsentrasi 7.500 ppm. Menurut Basri (2018) toksisitas elevasi daun untuk membunuh
larva sangat bergantung pada bentuk larvasida cara masuk senyawa ke dalam tubuh larva
konsentrasi dan jumlah senyawa dalam tubuh larva serta ukuran, susunan tubuh, stadium,
dan habitat larva. Ini berkaian dengan senyawa autama pada ekstrak batang siwak yaitu
alkaloid. Menurut Kristiana (2015) senyawa alkaloid dapat menembus epicuticula yang
terdiri atas lipoprotein terkonjugasi (ptotein dan lemak terpisah) yang tersusun atas
bahan-bahan lipid atau lilin dan tersebat tetapi tidak membentuk lapisan, sehingga
alkaloid akan masuk ke dalam jaringan di bawah integument menuju organ sasaran.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa keefektifan penggunaan


larvasida di pengaruhi oleh beberapa faktor. Factor tersebut antara lain : jumlah
konsentrasi yang digunakan, kondisi fisiologis larva, dan masa penggunaan ekstrak. Pada
hasil di dapatkan bahwa jumlah penggunaan konsentrasi ekstrak dengan konsentrasi
7500 ppm lebih efektif mematikan larva jika dibandingkan dengan konsentrasi 1000 ppm
dan 4000 ppm. Selain itu, pada perbandingan fisiologi larva di dapatkan hasil bahwa

Universitas Muhammadiyah Malang, Indonesia


SEMINAR NASIONAL VII
Prodi Pendidikan Biologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Malang

kondisi larva yang diberi perlakuan ekstrak siwak pada larva instar 4 akan lebih sulit mati.
Sehingga penggunaan ekstrak sebagai larvasida selain perlu memperhatikan kandungan
yang terdapat dalam ekstrak juga perlu memperhatikan konsentrasi ekstrak yang
dibutuhkan, kondisi fisiologi larva dan masa penggunaan ekstrak.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih kami ucapkan kepada Bapak Moh. Mirza Nuryady, S.Si., M.Sc. selaku
dosen pembina penelitian ini berserta laboran Laboratorium Biologi Universitas
Muhammadiyah Malang yang terus membantu, memotivasi, dan mendorong semangat
kami dalam melaksanakan penelitian ini.

REFERENSI

Fatkhurrohman, F., & Medawati, A. (2013). Efektifitas Ekstrak Etanol Kayu Siwak
(Salvadora Persica L.) Dengan Metode Perkolasi Terhadap Pertumbuhan Sta
phylococcus Aureus Isolat 248 Yang Resisten Multiantibiotik. Insisiva Dental
Journal: Majalah Kedokteran Gigi Insisiva , 2(2), 35–42.
Howard, A. F. V., Zhou, G., & Omlin, F. X. (2007). Malaria mosquito control using edible fish
in western Kenya: Preliminary findings of a controlled study. BMC Public
Health, 7, 1–6. https://doi.org/10.1186/1471-2458-7-199
Kolo, S. M. (2018). Efektivitas Biolarvasida Ekstrak Daun Sirsak Dan Serai Wangi Terhadap
Larva Nyamuk Aedes aegypti. Jurnal Saintek Lahan Kering, 1(1), 13–16.
https://doi.org/10.32938/slk.v1i1.441
Ndione, R. D., Faye, O., Ndiaye, M., Dieye, A., & Afoutou, J. M. (2007). Toxic effects of neem
products (Azadirachta indica A. Juss) on Aedes aegypti Linnaeus 1762 larvae.
African Journal of Biotechnology , 6(24), 2846–2854.
https://doi.org/10.5897/ajb2007.000-2454
Valiant, M., Soeng, S., & Tjahjani, S. (2010). Efek Infusa Daun Pepaya (Carica papaya L.)
terhadap Larva Nyamuk Culex sp. Jkm, 9(2), 155–160.
Yunita, E. A., Suprapti, N. H., & Hidayat, J. W. (2009). Perkembangan Larva Aedes aegypti.
Bioma, 11(1), 11–17. https://core.ac.uk/download/files/379/11703242.pdf
Anthonio, R. W., Warsiyah, W., Warniningsih, W. (2020). UJI EFEKTIVITAS KEMATIAN
LARVA NYAMUK AEDES AEGYPTI DENGAN MENGGUNAKAN BERBAGAI JENIS
LARVASIDA. Jurnal Rekayasa Lingkunga. Vol. 20(1): 9-16
Basri. L. (2018). PEMANFAATAN EKSTRAK KAYU MANIS (CINNAMOMUM BURMANII)
SEBAGAI LARVASIDA ALAMI UNTUK NYAMUK AEDES AEGYPTI. Global Health
Science. Vol. 3(4): 306-310
Fatkhurrohman, F., & Medawati, A. (2013). Efektifitas Ekstrak Etanol Kayu Siwak
(Salvadora Persica L.) Dengan Metode Perkolasi Terhadap Pertumbuhan
Staphylococcus Aureus Isolat 248 Yang Resisten Multiantibiotik. International
Dental Journal. Vol. 2(2): 34-41
Husna, S. N., Priyono, B., Darwi, A. (2012). Efikasi Ekstrak Daun Lengkuas Terhadap
Mortalitas Larva Nyamuk Anopheles aconitus. Unnes Journal of Life Science.
Vol. 1(1): 1-6
Karima, W., & Ardiansyah, S. (2021). Daya Bunuh Ekstrak Daun Pisang (Musa paradisiaca
L.) Terhadap Larva Aedes aegypti. Journal of Medical Laboratory Science
Technology. Vol. 4(1): 7-12

Universitas Muhammadiyah Malang, Indonesia


SEMINAR NASIONAL VII
Prodi Pendidikan Biologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Malang

Kristiana, I. D., Ratnasari, E., Haryono, T. (2015). Pengaruh Ekstrak Daun Bintaro (Cerbera
odollam) terhadap Mortalitas Larva Nyamuk Aedes aegypti. Lentera Bio. Vol. 4
(2): 131-135
Sanjaya, Y., & Safaria, T. (2006). Toksisitas Racun Laba-laba Nephila sp. pada Larva Aëdes
aegypti. Jurnal Biodiversitas. Vol. 7(2):191-194
Sulastri, S., & Cahyati, W. H. (2016). Dosis konsentrasi tawas (Al 2(SO4)3) terhadap
kematian larva Aedes aegypti. Jurnal Care. Vol. 4(2): 1-10
Swamy, A., & Timothy, L. T. (2015). Phytochemical and antibacterial evaluation of
ethanolic extract of Salvadora persica root extract against selected
microorganism. International Journal of Bioassays. Vol. 4(12): 4658-4666
Ula, A. S., Almet, J., Laut, M. M. (2021). AKTIVITAS LARVA Culex sp TERHADAP EKSTRAK
SERAI DAPUR (Cymbopogon citratus) DI KECAMATAN MAULAFA KOTA
KUPANG. Jurnal Kajian Veteriner. Vol. 9(1): 21-27

Universitas Muhammadiyah Malang, Indonesia

You might also like