Professional Documents
Culture Documents
Fiqih Kel8
Fiqih Kel8
DOSEN PEMGAMPU:
KELOMPOK 8
MELIYANA 503220025
AKUNTANSI SYARIAH 2 A
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga, penulis dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “LEASING DAN AKAD IMBT (Ijarah Muntahiyah Bi
Tamlik)”.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan do’a, saran, dan kritik
sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi semangat dan
motivasi dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang penulis
miliki. Apabila terdapat kesalahan dalam penulisan ataupun adanya
ketidaksesuaian materi yang penulis angkat pada makalah ini, penulis mohon
maaf. Penulis mengharapkan segala saran dan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat pendidikan untuk
kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3
1. Leasing............................................................................................3
A. Pengertian Leasing..............................................................
B. Jenis-jenis Leasing..............................................................
C. Keuntungan dan Resiko Leasing........................................
2. Akad Ijarah Muntahiya Bit Tamlik (IMBT)...................................
A. Pengertian Ijarah.................................................................
B. Pengertian Ijarah Muntahiya Bit Tamlik............................
C. Kaidah Fiqhiyah..................................................................
A. Kesimpulan.....................................................................................
B. Saran...............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Usaha leasing di Indonesia mulai timbul sejak tahun 1974, dengan adanya
Surat Keputusan Bersama Mentri Keuangan, Mentri Perindustrian Dan Mentri
Perdagangan Nomor: KEP-122/MK/IV/2/1974, Nomor:32/M/SK/2/1974, pasal 1
tentang perizinan usaha leasing, memberi definisi mengenai leasing yaitu yang
dimaksud dalam Surat Keputusan Bersama ini dengan leasing ialah setiap
kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang untuk
digunakan oleh suatu perusahaan untuk suatu jangka waktu tertentu, berdasarkan
pembayaran-pembayaran secara berkala dan disertai dengan hak pilih (opsi) bagi
perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau
memperpanjang jangka leasing berdasarkan nilai sisa yang disepakati bersama.
Berdasarkan fatwa DSN No. 27 tahun 2002, disebutkan bahwa pihak yang
melakukan transaksi IMBT harus melaksanakan akad ijarah terlebih dahulu.
Dengan demikian, pada akad IMBT, juga berlaku semua rukun dan Dahulu.
Dengan demikian, pada akad IMBT, juga berlaku semua rukun dan syarat
transaksi ijarah. Adapun akad perjanjian IMBT harus disepakati ketika akad ijarah
ditandatangani. Selanjutnya pelaksanaan akad pemindahan kepemilikan, baik
dengan jual beli atau pemberian hanya dapat dilakukan setelah masa ijarah selesai.
PEMBAHASAN
1. Leasing
A. Pengertian Leasing
Leasing merupakan suatu “kata atau peristilahan” baru dari Bahasa Asing,
yang sampai sekarang masih dipakai kata leasing dalam Bahasa Indonesia karena
belum ada yang dirasa cocok untuk menggantikan istilah itu. Secara umum
leasing artinya adalah Equipment Funding, yaitu pembiayaan/barang modal untuk
digunakan pada proses produksi suatu perusahaan baik secara langsung maupun
tidak langsung.
Menurut The Equipment Leasing Association di London memberikan
definisi sebagai berikut: “Leasing adalah perjanjian antara lessor dengan lessee
untuk penyewaan suatu jenis barang modal tertentu yang dipilih/ditentukan oleh
lessee. Hak pemilihan atas barang modal tersebut ada pada lessor sedang lessee
hanya menggunakan barang modal tersebut berdasarkan uang sewa yang telah
ditentukan dalam suatu jangka waktu tertentu”.
Dapat diartikan bahwa leasing itu adalah pembiayaan perusahaan dalam
bentuk penyediaan barang-barang modal dengan pembayaran secara berkala oleh
perusahaan yang menggunakan barang-barang modal tersebut, dan dapat membeli
atau memperpanjang jangka waktu berdasarkan nilai sisa.
Dari segi pandangan hukum kegiatan leasing memiliki 4 ciri, yaitu:
Perjanjian pihak Lessor dengan pihak Lessee.
Berdasarkan perjanjian Leasing, Lessor mengalihkan hak
penggunaan barang kepada pihak Lessee.
Lessee membayar kepada pihak Lessor uang sewa atas penggunaan
barang atau asset.
Lessee mengembalikan barang atau asset tersebut kepasa Lessor
pada akhir priode yang ditetapkan lebih dahulu dan jangka
waktunya kurang dari umur ekonomis barang tersebut.
Keputusan bersama Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian dan Menteri
Perdagangan No. Kep. 122/MK/TV/2/74, no. 32/M/SK/2/74 dan No. 30/kpb/1/74
tertanggal 7 Januari 1974, yaitu: “Leasing adalah setiap kegiatan pembiayaan
perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh
setiap perusahaan untuk suatu jangka waktu tertentu, berdasarkan pembayaran-
pembayaran berkala disertai dengan hak pilih bagi perusahaan tersebut untuk
membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka
waktu Leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama”.
B. Jenis-jenis Leasing
1. Finance Lease
Perusahan jenis ini berlaku sebagai suatu lembaga keuangan. Lessee yang
akan membutuhkan suatu barang modal menentukan sendiri jenis serta spesifikasi
dari barang yang dibutuhkan. Lessee juga mengadakan negosiasi langsung kepada
Supplier mengenai harga serta lain-lain hal. Sedangkan Lessor hanya
berkepentingan mengenai pemilikan barang tersebut secara hukum.
Lessor akan mengeluarkan dananya untuk membayar barang tersebut
kepada Supplier dan kemudian barang tersebut diserahkan kepada Lessee. Sebagai
imbalan atas jasa penggunaan barang tersebut Lessee akan membayar secara
berkala kepada Lessor sejumlah uang yang berupa rental untuk jangka waktu
tertentu.
Pada akhir masa Lease, Lessee mempunyai hak pilih untuk membeli
barang tersebut seharga nilai sisanya, mengembalikan barang tersebut kepada
Lessor atau juga mengadakan perjanjian Leasing lagi untuk tahap kedua. Besarnya
rental serta masa Lease yang kedua ini jauh berbeda dengan yang terdapat pada
perjanjian pertama.
2. Operating Lease
Disini secara jelas tidak ditentukan adanya nilai sisa serta hak opsi bagi
Lessee. Setelah masa Lease berakhir Lessor merundingkan kemungkinan
dilakukan kontrak Lessee yang baru. Dari adanya beberapa kontrak Lessee ini
Lessor mengharapkan keuntungannya. Pada Operating Lease ini biasanya Lessor
bertanggung jawab mengenai perawatan barang terebut.
Adapun jenis perjanjian sewa guna barang yakni berdasarkan atas status
barang modal, maka perjanjian sewa guna usaha dapat dibedakan menjadi 2,
yaitu:
A. Pengertian Ijarah
Al-ijarah mengambil dari bahasa arab yang mempunyai makna “upah,
sewa, jasa, atau imbalan”. Al-ijarah merupakan salah satu format mualamah
dalam memenuhi keperluan hidup manusia, seperti sewa-menyewa, kontrak, atau
memasarkan jasa perhotelan dan lain-lain. Berdasarkan syara’ mempunyai arti
“aktivitas akad untuk mengambil manfaat sesuatu yang diterima dari orang lain
dengan jalan membayar sesuai dengan perjanjian yang telah ditentukan dengan
syarat-syarat tertentu”.
عقد عل منفعة مبا حة معلومةتوحد شياء فشيا مدة معلمة بعوض معلوم
Adapun rukun dari akad pembiayaan Ijarah Muntahiya Bit Tamlik antara
lain:
1) Penyewa (musta’jir)
2) Pemilik barang (mua’jir)
3) Barang (ma’jur)
4) Harga sewa (ujrah)
5) Ijab Kabul (serah terima barang)
Adapun yang menjadi syaratnya yaitu kerelaan dari pihak yang berakad
dan Ma’jur memiliki manfaat dan manfaatnya dibenarkan dalam islam dapat
dinilai dan manfaat atas transaksi Ijarah Muntahiya Bit Tamlik harus diberikan
oleh musta’jir kepada mua’jir. Jadi Ijarah Muntahiya Bit Tamlik ini harus
terpenuhi syarat dan rukunnya, apabila salah satu syarat yakni kerelaan tidak ada
maka batal transaksinya. Kerelaan antar yang berakad ini sangat penting.
C. Kaidah Fiqhiyah
Pada dasarnya segala bentuk mu’amalat adalah boleh kecuali ada dalil
yang mengharamkannya.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara umum leasing artinya adalah Equipment Funding, yaitu
pembiayaan/barang modal untuk digunakan pada proses produksi suatu
perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Adapun jenis perjanjian sewa guna barang yakni berdasarkan atas status
barang modal, maka perjanjian sewa guna usaha dapat dibedakan menjadi 2,
yaitu: Direct Finance Lease dan Sales and Leaseback.
B. Saran