You are on page 1of 9

AGROSCRIPT Vol. 3 No.

1 (2021)
Hal. 48-56

PENGARUH PEMBERIAN HORMON AUKSIN DAN GIBERELIN TERHADAP


PERTUMBUHAN TOMAT (Solanum lycopersicum L.) Var. AICHI FIRST
DI DATARAN MEDIUM
THE EFFECT OF AUXIN AND GIBBERELLIN ON THE GROWTH OF
TOMATO (Solanum lycopersicum L.) Var. AICHI FIRST ON MEDIUM PLAIN

Nindi Andianingsih1, Arrin Rosmala1, dan Syariful Mubarok2*


1Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Perjuangan Tasikmalaya
Jl. PETA No. 177, Kahuripan, Tawang, Kota Tasikmalaya 46115 – Indonesia
2Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran

Jl. Raya Bandung-Sumedang KM. 21, Jatinangor, Sumedang 45363 - Indonesia

*Korespondensi: syariful.mubarok@unpad.ac.id

ABSTRAK
Tanaman tomat Aichi First merupakan tanaman sub tropis yang umumnya dibudidayakan di
dataran tinggi Indonesia. Kualitas buah tomat yang baik hanya dicapai pada ketinggian 800 mdpl.
Auksin dan giberelin bekerja sinergis dalam pembentukan bunga dan buah pada tanaman tomat.
Pemberian hormon auksin dan giberelin pada tomat kultivar Aichi First diharapkan dapat memacu
pertumbuhan, pembungaan dan pembuahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
pemberian hormon Auksin dan Giberelin dan untuk mendapatkan perlakuan hormon yang paling
optimal terhadap pertumbuhan Aichi First di dataran medium. Penelitian dilaksanakan pada bulan
Januari-Mei 2020 di kebun percobaan yang terletak di Desa Dadiharja, Kecamatan Rancah,
Kabupaten Ciamis. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial dengan
10 perlakuan dan 3 kali ulangan. Pemberian hormon auksin dan hormon giberelin berpengaruh
terhadap tinggi tanaman, akan tetapi tidak berpengaruh pada parameter diameter batang, jumlah
tandan, jumlah bunga, umur berbunga, dan luas daun. Konsentrasi auksin 30 ppm + giberelin 80
ppm menghasilkan tinggi tanaman paling tinggi, yaitu sebesar 50.42 cm.

Kata kunci: hormone pertumbuhan; auksin; giberelin; dataran medium

ABSTRACT
Tomato plants are generally cultivated commercially in Indonesia, especially in the highlands. Good
quality tomato fruit is only achieved at an altitude of 800 masl. Auxins and gibberellins work
synergistically in the formation of flowers and fruit in tomato plants. Giving the hormones auxin
and gibberellin to Aichi First cultivar tomatoes is expected to spur growth, flowering and
fertilization. This study aims to determine the effect of auxin and gibberellin on the growth of Aichi
First and to obtain the optimal hormone treatment. The research was conducted in January-May
2020 in an experimental garden located in Dadiharja Village, Rancah District, Ciamis Regency. The
study used a non-factorial randomized block design (RBD) and was repeated 3 times. The
administration of auxin hormone and gibberellin hormone affected plant height, but did not affect
the parameters of stem diameter, number of bunches, number of flowers, flowering age, and leaf
area. The auxin concentration of 30 ppm + gibberellin 80 ppm produced the highest plant height,
which was 50.42 cm.

Keywords: growth hormone; auxin; gibberellin; medium plains

48
AGROSCRIPT Vol. 3 No.1 (2021)
Hal. 48-56

PENDAHULUAN Tanaman tomat dapat tumbuh baik


di dataran tinggi maupun dataran rendah
Tomat merupakan salah satu
tergantung varietasnya. Suatu varietas
sayuran yang umum dikonsumsi di
tomat perlu diketahui karakteristik
dunia. Buah tomat dimanfaatkan di
pertumbuhannya pada suatu lokasi
antaranya sebagai sumber vitamin dan
(Pongoh, 2011). Menurut Purwati dan
mineral. Kandungan zat gizi pada 100 g
Khirunnisa (2012), daerah penyebaran
buah tomat adalah vitamin C 40 mg,
tomat di Indonesia cukup luas, mulai dari
vitamin A (karoten) 1500 SI, vitamin B
ketinggian 19-700 mdpl, dimana tomat
(tiamin) 60 ug, karbohidrat (4,2 g),
yang dibudidayakan di daerah tropis
lemak (0,3 g), protein (1 g), zat besi (0,5
cenderung lebih produktif di dataran
mg), kalsium (5 mg), fosfor (27 mg)
tinggi daripada di dataran rendah. Akan
(Handrian et al., 2013).
tetapi, pengembangan budidaya tomat di
Menurut Badan Pusat Statistik
dataran tinggi terbatas pada lahan yang
(2016), produksi tomat di Indonesia
tersedia, serta budidaya tanaman tomat
pada tahun 2011 sebesar 954.046 ton,
berpotensi menimbulkan erosi. Sehingga
tahun 2012 mengalami penurunan
perluasan untuk budidaya tomat
produksi menjadi 893.504 ton, pada
diarahkan ke dataran rendah
tahun 2013 mengalami peningkatan
Tomat yang menghadapi Kepala
produksi dari tahun sebelumnya
putik cepat kering dan tabung sari,
mencapai 992.780 ton, pada tahun 2014
terjadi kerusakan pollen dan sel telur,
dan 2015 produksi tomat kembali
menghambat pembentukan dan
menurun yaitu 916.001 ton dan 877.801
pertumbuhan buah, sehingga tidak
ton. Berdasarkan data ekspor dan impor
banyak terjadi pembentukan buah pada
tahun 2011 (Direktorat Jenderal
suhu udara yang terlalu panas (Syukur,
Hortikultura (2013) Indonesia
2011).
mengimpor tomat dalam bentuk sayuran
Auksin berperan memacu proses
segar sebesar 18 ton, tomat dalam
pemanjangan sel. Fungsi lain dari auksin
bentuk sayuran olahan sebesar 8.651
adalah merangsang kambium untuk
ton. Data tersebut menunjukkan bahwa
membentuk xylem dan floem. Giberelin
Indonesia kebutuhan konsumsi tomat
merupakan hormon yang berfungsi
dalam negeri masih tergantung pada
sinergis dengan hormon auksin.
impor, terutama tomat untuk bahan
Giberelin berpengaruh terhadap
industri dan dalam bentuk sudah
perkembangan dan perkecambahan
menjadi barang olahan.
embrio.

49
AGROSCRIPT Vol. 3 No.1 (2021)
Hal. 48-56

Pemberian hormon giberelin percobaan yang terletak di Desa


dalam berbagai konsentrasi Dadiharja, Kecamatan Rancah,
menunjukkan adanya perbedaan bobot Kabupaten Ciamis, dan ketinggian
buah dan bobot biji buah tomat varitas tempat 491.915 mdpl dengan ketepatan
tombatu F1. Konsentrasi terbaik hormon 3.2 m, lintang -7.1505705°LU dengan
giberelin adalah 100 ppm yang garis bujur 108.5002405°BT.
ditunjukkan dengan bobot buah sebesar Alat yang digunakan dalam
81 07 ± 1 59 g dan bobot biji sebesar penelitian ini adalah meteran, penggaris,
0.05 ± 0.010 g (Permatasari et al., 2016). timbangan, kamera digital, ajir, tali rafia,
Menurut Zaini et al. (2017) konsentrasi spayer, cangkul, papan nama, polybag,
auksin yang tepat untuk meningkatkan gelas ukur, soil tester, pH meter, soil
pertumbuhan tanaman adalah 1-3 ml thermometer, gunting, dan mulsa plastik
dalam 1 L air. Jika konsentrasi IAA terlalu hitam perak. Bahan yang digunakan
tinggi menyebabkan pemanjangan sel adalah tomat Aichi First, giberelin,
batang menjadi terhambat. Penelitian auksin, larutan fungisida, larutan
mengenai aplikasi auksin dan giberelin insektisida, dan pupuk kandang.
terhadap pertumbuhan dan hasil tomat Penelitian ini menggunakan
Aichi First belum banyak dilakukan. Oleh Rancangan Acak Kelompok (RAK).
karena itu, perlu dilakukan penelitian Perlakuan :
mengenai pengaruh hormon yang A = Kontrol (0 ppm)
optimal untuk pertumbuhan tanaman B = IAA (25 ppm)
tomat var Aichi First. C = IAA (50 ppm)
Berdasarkan latar belakang di atas D = Giberelin (80 ppm)
maka tujuan penelitian ini yaitu Untuk E = Giberelin (100 ppm)
mengetahui pengaruh pemberian F = IAA (25 ppm) + Giberelin (80 ppm)
hormon auksin dan giberelin terhadap G = IAA (25 ppm) + Giberelin (100 ppm)
pertumbuhan tomat Aichi First. Untuk H = IAA (50 ppm) + Giberelin (80 ppm)
mendapatkan perlakuan hormon auksin I = IAA (50 ppm) + Giberelin (100 ppm)
dan giberelin yang paling optimal
Setiap perlakuan diulang 3 kali,
terhadap pertumbuhan tomat Aichi First.
sehingga didapat 27 petak percobaan.
Setiap perlakuan ditanam 6 tanaman
METODE PENELITIAN
dalam 2 baris. Panjang dan lebar
Penelitian dilaksanakan pada bedengan 6 m x 1,2 m, dengan jarak
Januari sampai Mei 2020 di kebun tanam 60 cm x 60 cm.

50
AGROSCRIPT Vol. 3 No.1 (2021)
Hal. 48-56

Variabel Pengamatan Hormon auksin dapat disemprotkan ke


Pengamatan Penunjang: bagian bawah daun, disiram ataupun
Curah hujan harian rata-rata yang dikocorkan ke akar.
terletak di Kabupaten Ciamis dan Ciamis Pemeliharaan
Kota, temperatur udara harian dan Pemeliharaan tanaman meliputi
kelembapan udara relatif. Jenis hama dan penyulaman, pemasangan ajir,
penyakit yang menyerang tanaman penyiangan, pemangkasan, pengikatan
tomat Aichi First. tanaman, penyiraman, pemupukan, dan
Pengamatan Utama: pengendalian hama penyakit tanaman
Tinggi tanaman (cm), luas daun (cm2), tomat.
diameter batang (cm), jumlah tandan, Analisis Data
umur berbunga (hari), dan jumlah bunga Data yang diperoleh diolah
per tandan. menggunakan sidik ragam (Uji F) pada
Pelaksanaan Penelitian taraf nyata 5% dengan menggunakan
Persemaian program aplikasi STAR (Statistical Tool
Dengan merendam biji dalam for Agricultural Reseach). Apabila hasil
larutan fungisida selama 1 jam kemudian uji berbeda nyata, dilanjutkan dengan uji
dikeringkan setelah itu biji disemai pada Tukey.
tray semai berisi media tanam 100 g
dengan perbandingan tanah dan pupuk HASIL DAN PEMBAHASAN
kandang 2:1.
Tinggi Tanaman
Penanaman
Hasil analisis ragam tinggi
Bibit tanaman tomat yang ditanam
tanaman pada 6 MST disajikan pada
berumur 3 minggu dan memiliki dua
Tabel 1. Hasil pengamatan menunjukan
daun lebih. Penanaman dilakukan pada
bahwa pengaruh perlakuan hormon
pagi hari.
terhadap tinggi tanaman berpengaruh
Pemberian hormon
nyata pada pengamatan 6 MST.
Aplikasi hormon giberelin
Berdasarkan data rata-rata tinggi
dilakukan saat umur bunga mekar
tanaman, perlakuan H memberikan
berumur 3 hari, dengan cara
tinggi tanaman tertinggi yaitu sebesar
disemprotkan ke seluruh bagian
50.42 cm, sedangkan perlakuan D
tanaman, dilakukan 1 minggu sekali.
memberikan tinggi tanaman tomat
Auksin diaplikasikan dengan cara
terendah yaitu sebesar 43.17 cm.
mencelup bibit kelarutan hormon.

51
AGROSCRIPT Vol. 3 No.1 (2021)
Hal. 48-56

Tabel 1. Nilai rerata tinggi tanaman tomat pada 6 MST


Perlakuan Tinggi Tanaman (cm)
A (Kontrol) 43.17 b
B (Auksin 25 ppm) 43.33 b
C (Auksin 50 ppm) 46.42 ab
D (Giberelin 80 ppm) 45.92 ab
E (Giberelin 100 ppm) 48.42 ab
F (Auksin 25 ppm + Giberelin 80 ppm) 48.33 ab
G (Auksin 25 ppm + Giberelin 100 ppm) 46.58 ab
H (Auksin 50 ppm + Giberelin 80 ppm) 50.42 a
I (Auksin 50 ppm + Giberelin 100 ppm) 48.17 ab
Keterangan: Nilai rata-rata yang ditandai huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan tidak berbeda
nyata menurut Tukey pada taraf 5%.

Perlakuan H (Auksin 50 ppm + dapat menurunkan diameter buah tomat


Giberelin 80 ppm) memberikan tinggi Puspitasari et al. (2014). Auksin mampu
tanaman paling tinggi, karena kandungan merangsang pertumbuhan tunas-tunas
auksin dan giberelin yang cukup besar. baru karena auksin yang terdapat pada
Pemberian hormon giberelin secara pucuk-pucuk tunas muda dan pada
eksogen memacu pertumbuhan batang jaringan meristem di pucuk, hormon ini
dan daun muda, sehingga proses berfungsi sebagai pengatur pembesaran
fotosintesis lebih terpacu dan pada sel dan memicu perpanjangan dari
menghasilkan peningkatan pertumbuhan sel pada daerah belakang meristem
pada seluruh organ tanaman, termasuk ujung serta membantu proses
akar (Sundhari et al., 2014). Menurut pertumbuhan batang (Hasibuan, 2014).
penelitian Dinda et al. (2016), induksi Penelitian yang dilakukan Gurjar et
giberelin berpengaruh nyata terhadap al. (2018) menyatakan bahwa terdapat
parameter panjang tanaman tomat. Hal peningkatan tinggi tanaman dan jumlah
ini seiring dengan penelitian yang cabang tanaman tomat pada konsentrasi
dilakukan oleh Maharani et al. (2018), 20 ppm NAA dan 5 ppm GA3. Akan tetapi
bahwa tinggi tanaman Kailan bertambah terdapat penurunan tinggi tanaman dan
akibat pemberian GA3 20 ppm. jumlah cabang yang diberi perlakuan 40
Sedangkan konsentrasi 40 ppm tidak ppm NAA dan 10 ppm GA3. Hormon NAA
memberikan penambahan tinggi dan GA3 dapat memacu pertumbuhan
tanaman Kailan. tetapi pada konsentrasi yang tinggi dapat
Pemberian NAA 30 ppm dapat menurunkan pertumbuhan.
meningkatkan tinggi tanaman dan
jumlah anak daun pada tomat varietas
Juliet F1. Sedangkan aplikasi 150 ppm

52
AGROSCRIPT Vol. 3 No.1 (2021)
Hal. 48-56

Diameter Batang dan Jumlah Tandan berpengaruh nyata terhadap diameter


Bunga
batang dan jumlah tandan tanaman
Hasil analisis ragam pada Tabel 2 tomat.
menunjukan perlakuan tidak

Tabel 2. Nilai rerata diameter batang dan jumlah tandan bunga pada 6 MST
Diameter Batang Jumlah Tandan
Perlakuan
(mm) Bunga (buah)
A (Kontrol) 5.12 6.00
B (Auksin 25 ppm) 4.57 5.58
C (Auksin 50 ppm) 4.81 5.83
D (Giberelin 80 ppm) 4.8 6.33
E (Giberelin 100 ppm) 5.06 5.67
F (Auksin 25 ppm + Giberelin 80 ppm) 4.42 5.67
G (Auksin 25 ppm + Giberelin 100 ppm) 4.38 6.08
H (Auksin 50 ppm + Giberelin 80 ppm) 4.45 6.4
I (Auksin 50 ppm + Giberelin 100 ppm) 4.34 7.08
Keterangan: Nilai rata-rata yang ditandai huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan tidak berbeda
nyata menurut Tukey pada taraf 5%.

Berdasarkan data, perlakuan A memberikan mempercepat pertumbuhan


(Kontrol) menghasilkan diameter tanaman.
5.12 mm, lebih besar daripada perlakuan
Umur Berbunga dan Jumlah Bunga per
lain. Sedangkan perlakuan I (Auksin 50
Tandan
ppm + Gibrelin 100 ppm) memberikan Analisis ragam parameter umur
nilai jumlah tandan 7.08 buah, lebih berbunga dan jumlah bunga per tanda
banyak dibandingkan perlakuan lain. disajikan pada Tabel 3. Hasil analisis
Perlakuan hormon dan kombinasinya, menunjukkan perlakuan tidak
tidak memberikan pengaruh terhadap memberikan pengaruh yang tidak
pertumbuhan diameter dan jumlah berbeda nyata.
tandan tanaman tomat. Hal ini sejalan Berdasarkan Tabel 3, perlakuan B
dengan penelitian Apriliani et al. (2015) (60 ppm) dan perlakuan D (Giberelin 80
pada stek pucuk bayur, dimana ppm) cenderung memberikan umur
pemberian konsentrasi dan jenis auksin berbunga yang lebih cepat dibandingkan
yang berbeda tidak memberikan dengan perlakuan lainnya (hari ke-60).
pengaruh. Hal ini dikarenakan Sedangkan perlakuan G (Auksin 25 ppm
kandungan auksin endogen pada + Giberelin 100 ppm) cenderung
tanaman sudah cukup, dan menyebabkan memberikan jumlah bunga lebih banyak
pemberian auksin eksogen tidak akan (11 buah) dibandingkan dengan
perlakuan lain.

53
AGROSCRIPT Vol. 3 No.1 (2021)
Hal. 48-56

Kuncup bunga muncul tidak (2014) menyatakan bahwa hormon


serempak dikarenakan pemberian giberelin berpengaruh pada inisiasi
perlakuan konsentrasi yang berbeda bunga dan bekerja pada gen
pada tiap tanaman tomat. Sundahri et al. membutuhkan konsentrasi yang tepat

Tabel 3. Nilai rerata umur berbunga dan jumlah bunga per tandan tanaman tomat pada 8 MST
Jumlah Bunga Per
Perlakuan Umur Berbunga (hari)
Tandan (buah)
A (Kontrol) 60.17 7.50
B (Auksin 25 ppm) 60.00 6.25
C (Auksin 50 ppm) 60.25 5.50
D (Giberelin 80 ppm) 60.00 6.75
E (Giberelin 100 ppm) 60.50 9.00
F (Auksin 25 ppm + Giberelin 80 ppm) 60.17 8.50
G (Auksin 25 ppm + Giberelin 100 ppm) 60.47 11.0
H (Auksin 50 ppm + Giberelin 80 ppm) 60.18 10.0
I (Auksin 50 ppm + Giberelin 100 ppm) 60.28 9.50
Keterangan: Nilai rata-rata yang ditandai huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan tidak berbeda
nyata menurut Tukey pada taraf 5%.

Inisiasi dari pertumbuhan dan fruit dengan menghasilkan protein yang akan
set tanaman tomat sangat dipengaruhi menginduksi ekspresi gen-gen
oleh lingkungan. Pembentukan fruit set pembentukan organ bunga. Giberelin
tomat dipengaruhi oleh kondisi sebagai salah satu hormon tumbuh pada
lingkungan seperti temperatur tinggi tanaman, mempunyai peranan dalam
ataupun temperatur yang rendah, karena pembungaan. Umumnya giberelin tinggi
dapat menghambat pembentukan polen menyebabkan tanaman terhambat
dan menyebabkan pecahnya serbuk sari. berbunga, sebaliknya tanaman terinduksi
Hal ini menyebabkan gagalnya berbunga apabila kandungan
pembuahan, sehingga tidak terbentuk giberelinnya menurun.
buah (Jong et al., 2019). Tomat Aichi first Muhyidin et al. (2018) mengatakan
adalah jenis tomat beef yang berasal dari pembentukan bunga dari kuncup hingga
derah subtropika. Tingginya suhu di mekar dipengaruhi oleh faktor
Ciamis menyebabkan bunga tomat Aichi lingkungan. Air hujan atau penyiraman
First rontok sehingga tidak terjadi yang berlebihan dapat menyebabkan
pembuahan. kuncup bunga membusuk sebelum
Husnul dan Ana (2013) mekar.
menyatakan bahwa giberelin berperan Luas Daun
dalam inisiasi bunga, giberelin berperan Berdasarkan hasil analis ragam
mempercepat pembungaan tanaman terhadap luas daun pada 7 MST yang
melalui pengaktifan gen meristem bunga diuraikan pada Tabel 4, menujukan hasil

54
AGROSCRIPT Vol. 3 No.1 (2021)
Hal. 48-56

tidak berbeda nyata antar perlakuan. memberikan luas daun pada sampel
Luas daun sampel bagian atas bagian tengah lebih tinggi dari pada
menunjukan perlakuan F (Auksin 25 perlakuan lain (20.55 cm2). Perlakuan F
ppm + Giberelin 80 ppm) dengan nilai (Auksin 25 ppm + Giberelin 80 ppm)
9.27 cm2 memberikan hasil luas daun pada daun sampel bagian bawah
lebih luas daripada perlakuan lain. memberikan nilai rata-rata 8.66 cm2,
Perlakuan E (Giberelin 100 ppm) lebih tinggi daripada perlakuan lain.

Tabel 4. Nilai rerata luas daun tanaman tomat umur 7 MST


Bawah Tengah Atas
Perlakuan
(cm2) (cm2) (cm2)
A (Kontrol) 7.66 19.10 7.66
B (Auksin 25 ppm) 8.09 19.80 9.22
C (Auksin 50 ppm) 7.94 19.60 8.55
D (Giberelin 80 ppm) 8.22 20.00 8.44
E (Giberelin 100 ppm) 8.55 20.55 9.00
F (Auksin 25 ppm + Giberelin 80 ppm) 8.66 20.05 9.27
G (Auksin 25 ppm + Giberelin 100 ppm) 8.16 20.50 8.94
H (Auksin 50 ppm + Giberelin 80 ppm) 8.50 20.11 8.16
I (Auksin 50 ppm + Giberelin 100 ppm) 8.27 20.11 8.83
Keterangan: Nilai rata-rata yang ditandai huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan tidak berbeda
nyata menurut Tukey pada taraf 5%.

Perlakuan hormon tidak umur berbunga, dan luas daun.


memberikan hasil yang nyata pada Konsentrasi auksin 50 ppm + giberelin
parameter pertumbuhan dikarenakan 80 ppm mampu menghasilkan tanaman
kandungan hormon endogennya sudah tertinggi yaitu sebesar 50.42 cm.
mencukupi. Sehingga pemberian hormon
eksogen tidak akan memberikan DAFTAR PUSTAKA
pengaruh yang nyata (Apriliani et al.,
Apriliani, A., Noli, Z.A., & Suwirmen.
2015). (2015). Pemberian beberapa jenis
dan konsentrasi auksin untuk
menginduksi perakaran pada stek
KESIMPULAN
pucuk buyur (Pterospermun
javanicum Jungh) dalam upaya
Berdasarkan hasil dan
perbanyakan tanaman revegetasi. J
pembahasan diatas, maka dapat ditarik Biologi Universitas Andalas 4(3), 178-
kesimpulan bahwa pemberian hormon 187.
Badan Pusat Statistik (BPS) RI [Internet].
auksin dan giberelin berpengaruh (2016). Produksi sayuran di
terhadap tinggi tanaman. Akan tetapi indonesia.
https://www.bps.go.id/site/resultTa
tidak berpengaruh terhadap diameter
b. Diakses pada Tanggal 03
batang, jumlah tandan, jumlah bunga, September 2020.

55
AGROSCRIPT Vol. 3 No.1 (2021)
Hal. 48-56

Dinda, A., Permatasari., Yuni S.R., & Evie, Muhyidin, H., Islami, T., & Maghfoer, M.D.
R. (2016). Pengaruh pemberian (2018). Pengaruh konsentrasi dan
hormon giberelin terhadap waktu pemberian giberelin pada
pertumbuhan buah secara pertumbuhan dan hasil tanaman
partenokarpi pada tanaman tomat tomat (Lycopersicum esculentum
varitas tombatu F1. J Lentera Bio 5 Mill.). J. Produksi Tanaman 6(6),
1147-1154.
(1), 25–31.
Pongoh, J. (2011). Penampilan beberapa
Direktorat Jenderal Hortikultura. (2013).
varietas tomat pada dua kondisi
Data ekspor impor komoditi tomat. lingkungan. J Eugenia 17(2), 142-
https://www.hortikultura.pertanian. 150.
go.id. Permatasari., Dinda, A., Yuni., Sri, R., &
Gurjar, J.S., Banafar, R.S., Gupta, N.K., Ratnasari, E. (2016). Pengaruh
Gurjar, P.K.S., & Singh, L. (2018). pemberian hormon giberelin
Effect of NAA, GA3 on growth and yeld terhadap pertumbuhan buah
of tomato varieties. J of secara partenokarpi pada tanaman
Pharmacognosy and Phytochemistry tomat varietas Tombatu F1. J
7(5), 3157-3160. LenteraBio 5(1), 25-37.
Handrian, R.G., Meiriani., & Haryati. Purwati, E., & Khirunnisa. (2012).
Budidaya tomat dataran rendah.
(2013). Peningkatan kadar vitamin C
Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
buah tomat (Lycopersicum
Puspitasari, Y.D., Aini, N., & Koesriharti.
esculentum MILL.) dataran rendah (2014). Respon dua varietas tomat
dengan pemberian hormon GA3. (Lycopersicum esculentum Mill.)
Jurnal Online Agroekoteknologi 2(1), terhadap aplikasi zat pengatur
333-339. tumbuh Napthalene Acetic Acid
Hasibuan, S.P., & Malayu. (2014). (NAA). J Produksi Tanaman 2(7),
Manajemen sumber daya manusia. 566-575.
Jakarta (ID): Bumi Aksara. Sundhari, Hariyanti, N., & Setiyono, T.
Husnul., & Ana, H. (2013). Pengaruh (2014). Efektivitas pemberian
hormon giberelin dan auksin giberelin terhadap pertumbuhan
terhadap umur pembungaan dan dan produksi tomat. J Agritop Ilmu-
persentase bunga menjadi buah pada ilmu Pertanian 14(1), 42-47.
Syukur, A. (2011). Analisis iklim mikro di
tanaman tomat. J Hort 11 (1), 66-72.
dalam rumah tanaman untuk
Jong, M.C., Mariani, W.H., & Vriezen.
memprediksi waktu permbungaan
(2019). The role of auxin and dan matang fisiologis tanaman
gibberellin in tomato fruit set. J of tomat dengan menggunakan
Experimental Botani 6(5), 1523- metode artificial neutral network. J
1532. Agroland 18(2), 97-103.
Maharani, A., Sawirmen., & Noli, Z.A. Zaini, M., Adnan., & Juanda, B.R. (2017).
(2018). Pengaruh Konsentrasi Pengaruh konsentrasi dan lama
Giberelin (GA3) terhadap perendaman dalam ZPT auksin
pertumbuhan Kailan (Brassica terhadap viabilitas benih
deraceae L. Var aboglabra) pada semangka (Citurullus lunatus). J.
berbagai media tanam dengan Penelitian 4(1), 45-55.
hidroponik Eick System. J Biologi
Universitas Andalas 6(2), 63-70.

56

You might also like