You are on page 1of 11

MAKALAH REVIEW KURIKULUM KIMA

“PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIA”

DOSEN PENGAMPU :
Dr. Eda Lolo Allo, S.Pd., M.Pd.

OLEH :
KELOMPOK III
KELAS PENDIDIKAN KIMIA A

Annisa Masdar 200105500005


Jumriati
Nurul Riska Maulida Sufyan
Indira Magfirah
Nur Hikma

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat dan
Karunia-Nya sehingga sehingga penulis dapat menyelesaikkan tugas makalah yang berjudul
“Perkembangan Kurikulum di Indonesia” dengan tepat waktu. Penulis mengucapkan
terimakasih kepada dosen pengampu Ibu Dr. Eda Lolo Allo, S.Pd., M.Pd., sebagai dosen
mata kuliah Review Kurikulum Kimia.
Penulis telah berusaha dengan segenap tenaga dan pikiran, tetapi karena kemampuan,
pengetahuan dan pengalaman yang masih sangat terbatas maka kerendahan hati penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, baik isi, susunan susunan maupun
tata bahasa. bahasa. Walaupun demikian, harapan penulis agar makalah ini dapat bermanfaat
bagi pihak- pihak yang membacanya. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan tulisan ini. Penulis berharap
makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.

Makassar, 6 September 2022

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Sampul..................................................................................................................i

Kata Pengantar.....................................................................................................................ii

Daftar Isi..............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Perkembangan Kurikulum di Indonesia...................................................................2

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..............................................................................................................10
B. Saran........................................................................................................................10

Daftar Pustaka......................................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sejarah kurikulum pendidikan di Indonesia kerap berubah setiap ada pergantian
Menteri Pendidikan, sehingga mutu pendidikan Indonesia hingga kini belum
memenuhi standar mutu yang jelas dan mantap. Dalam perjalanan sejarah sejak tahun
1945, kurikulum pendidikan nasional telahmengalami perubahan, yaitu pada tahun
1947, 1952, 1964, 1968, 1975,1984, 1994, 2004, dan 2006. Perubahan tersebut
merupakan konsekuensilogis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya,
ekonomi, daniptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Sebab, kurikulum
sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai
dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Semua kurikulum nasional
dirancang berdasarkan landasan yang sama,yaitu Pancasila dan UUD 1945,
perbedaanya pada penekanan pokok daritujuan pendidikan serta pendekatan dalam
merealisasikannya.
Membahas mengenai kurikulum, tentu semua pihak sepakat bahwasoal kebijakan
yangg sangat strategis karena semua perubahan kurikulum yang terjadi di Indonesia
merupakan rancangan pembelajaran yang memiliki kedudukan yangg sangat strategis
dalam keseluruhan kegiatan pembelajaran yangg akan menentukan proses dan hasil
sebuah pendidikan yang dilakukan.
Dalam hal ini sekolah sebagai pelaksana pendidikan sangat berkepentingan
menjadi lahan utama. Dari semua pihak baik itu orangtua, masyarakat dan semua
pihak yangg terkait dengaan perubahan- perubahan kurikulum itu. Oleh karena itu
perubahan kurikulum itu harusdisikapi secara positif dengaan mengkaji dan
memahami implementasinya di sekolah. Keberhasilan implementasi kurikulum ini
juga dipengaruhioleh kemampuan guru terutama berkaitan dengaan pengetahuan.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah bagaimana perkembangan
kurikulum di Indonesia?
C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dari disusunnya makalah ini adalah untuk mengetahui
perkembangan kurikulum di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIA
Sejarah mencatat bahwa Kurikulum yang pernah berlaku di Indonesia yakni kurikulum
1947 sampai kurikulum 2013, kurikulum tersebut mengalami pembaruan-pembaruan
mengikuti perkembangan dunia pendidikan yang semakin modern dan tentunya karena faktor
perkembangan zaman. Berikut kurikulum dari dulu sampai sekarang.
1. Kurikulum 1947
Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah dalam bahasa
Belanda leer plan artinya rencana pelajaran, istilah ini lebih popular dibanding istilah
curriculum (bahasa Inggris). Perubahan arah pendidikan lebih bersifat politis, dari orientasi
pendidikan Belanda ke kepentingan nasional. Sedangkan asas pendidikan ditetapkan
Pancasila. Kurikulum yang berjalan saat itu dikenal dengan sebutan Rentjana Pelajaran 1947,
yang baru dilaksanakan pada tahun 1950. Sejumlah kalangan menyebut sejarah
perkembangan kurikulum diawali dari Kurikulum 1950. Bentuknya memuat dua hal pokok:
a. Daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya,
b. Garis-garis besar pengajaran.
Pada saat itu, kurikulum pendidikan di Indonesia masih dipengaruhi sistem
pendidikan kolonial Belanda dan Jepang, sehingga hanya meneruskan yang pernah digunakan
sebelumnya. Rentjana Pelajaran 1947 boleh dikatakan sebagai pengganti sistem pendidikan
kolonial Belanda. Karena suasana kehidupan berbangsa saat itu masih dalam semangat juang
merebut kemerdekaan maka pendidikan lebih menekankan pada pembentukan karakter
manusia Indonesia yang merdeka dan berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain di muka bumi
ini. Orientasi Rencana Pelajaran 1947 tidak menekankan pada pendidikan pikiran. Yang
diutamakan adalah: pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat. Materi
pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, perhatian terhadap kesenian dan
pendidikan jasmani.
2. Kurikulum 1952, Rentjana Pelajaran Terurai 1952
Pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia mengalami penyempurnaan. Kurikulum ini
lebih merinci setiap mata pelajaran yang kemudian diberi nama Rentjana Pelajaran Terurai
1952. Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional. Yang paling
menonjol dan sekaligus ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus
memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.
Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut Rencana Pelajaran
Terurai 1952. “Silabus mata pelajarannya jelas sekali, seorang guru mengajar satu mata
pelajaran,” kata Djauzak Ahmad, Direktur Pendidikan Dasar Depdiknas periode 1991-1995.
Pada masa itu juga dibentuk kelas Masyarakat. Yaitu sekolah khusus bagi lulusan Sekolah
Rendah 6 tahun yang tidak melanjutkan ke SMP. Kelas masyarakat mengajarkan
keterampilan, seperti pertanian, pertukangan, dan perikanan tujuannya agar anak tak mampu
sekolah ke jenjang SMP, bisa langsung bekerja.
3. Kurikulum 1964, Rentjana Pendidikan 1964
Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah bahwa
pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk
pembekalan pada jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program
Pancawardhana (Hamalik, 2004), yaitu pengembangan moral, kecerdasan, emosional/artistik,
keterampilann, dan jasmani. Ada yang menyebut Panca wardhana berfokus pada
pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral. Mata pelajaran diklasifikasikan
dalam lima kelompok bidang studi: moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan
(keterampilan), dan jasmaniah. Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan
kegiatan fungsional praktis.
4. Kurikulum 1968
Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan kurikulum 1964, yakni dilakukan perubahan
struktur kulrikulum pendidikan dari pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila,
pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum ini merupakan perwujudan perubahan
orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Kelahiran Kurikulum
1968 bersifat politis yaitu mengganti Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai
produk Orde Lama. Tujuannya pada pembentukan manusia Pancasila sejati. Kurikulum 1968
menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila,
pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah pelajarannya 9. Djauzak menyebut
Kurikulum 1968 sebagai kurikulum bulat. “Hanya memuat mata pelajaran pokok-pokok
saja,” katanya. Muatan materi pelajaran bersifat teoritis, tak mengaitkan dengan
permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja yang tepat diberikan
kepada siswa di setiap jenjang pendidikan.
5. Kurikulum Periode 1975
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan efektif.
“Yang melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang manejemen, yaitu MBO
(management by objective) yang terkenal saat itu,” kata Drs. Mudjito, Ak, MSi, Direktur
Pembinaan TK dan SD Depdiknas. Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam
Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Zaman ini dikenal istilah “satuan
pelajaran”, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan.
Setiap satuan pelajaran dirinci lagi dalam bentuk Tujuan Instruksional Umum (TIU),
Tujuan Instruksional Khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar
mengajar, dan evaluasi. Guru harus trampil menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap
kegiatan pembelajaran.
6. Kurikulum 1984, Kurikulum 1975 yang Disempurnakan
Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan pendekatan
proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut Kurikulum 1975
yang disempurnakan. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati
sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara
Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL). Tokoh penting dibalik
lahirnya Kurikulum 1984 adalah Profesor Dr. Conny R. Semiawan, Kepala Pusat Kurikulum
Depdiknas periode 1980-1986.
Konsep CBSA yang elok secara teoritis dan bagus hasilnya di sekolah-sekolah yang
diujicobakan, mengalami banyak deviasi dan reduksi saat diterapkan secara nasional.
Sayangnya, banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA. Yang terlihat adalah suasana
gaduh di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, di sana-sini ada tempelan gambar, dan yang
menyolok guru tak lagi mengajar model berceramah. Akhiran penolakan CBSA
bermunculan.
7. Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999
Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai
dengan Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini
berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari sistem
semester ke sistem caturwulan. Dengan sistem caturwulan yang pembagiannya dalam satu
tahun menjadi tiga tahap diharapkan dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat
menerima materi pelajaran cukup banyak. Tujuan pengajaran menekankan pada pemahaman
konsep dan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah. Kurikulum 1994
bergulir lebih pada upaya memadukan kurikulum-kurikulum sebelumnya. “Jiwanya ingin
mengkombinasikan antara Kurikulum 1975 dan Kurikulum 1984, antara pendekatan proses,”
kata Mudjito menjelaskan.
Pada kurikulum 1994 perpaduan tujuan dan proses belum berhasil karena beban belajar
siswa dinilai terlalu berat. Dari muatan nasional hingga lokal. Materi muatan lokal
disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing, misalnya bahasa daerah kesenian,
keterampilan daerah, dan lain-lain. Berbagai kepentingan kelompok-kelompok masyarakat
juga mendesakkan agar isu-isu tertentu masuk dalam kurikulum. Walhasil, Kurikulum 1994
menjelma menjadi kurikulum super padat. Kehadiran Suplemen Kurikulum 1999  lebih pada
menambal sejumlah materi.
8. Kurikulum 2004, KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi)
Kurikulum 2004, disebut juga Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Suatu program
pendidikan berbasis kompetensi harus mengandung tiga unsur pokok, yaitu: pemilihan
kompetensi yang sesuai; spesifikasi indikator-indikator evaluasi untuk menentukan
keberhasilan pencapaian kompetensi; dan pengembangan pembelajaran.
Ciri-ciri KBK sebagai berikut:
a. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun
klasikal, berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.
b. Kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.
c. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi
unsur edukatif.
d. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau
pencapaian suatu kompetensi.
e. Struktur kompetensi dasar KBK ini dirinci dalam komponen aspek, kelas dan
semester.
f. Keterampilan dan pengetahuan dalam setiap mata pelajaran, disusun dan dibagi
menurut aspek dari mata pelajaran tersebut.
g. Pernyataan hasil belajar ditetapkan untuk setiap aspek rumpun pelajaran pada setiap
level.
Pendidikan berbasis kompetensi menitikberatkan pada pengembangan kemampuan untuk
melakukan kompetensi tugas-tugas tertentu sesuai dengan standar performance yang telah
ditetapkan. Hal ini mengandung arti bahwa pendidikan mengacu pada upaya penyiapan
individu yang mampu melakukan perangkat kompetensi yang telah ditentukan. Implikasinya
adalah perlu dikembangkan suatu kurikulum berbasis kompetensi sebagai pedoman
pembelajaran.
9. Kurikulum Periode KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran) 2006.
Awal 2006 ujicoba KBK dihentikan, muncullah KTSP. Disusun oleh Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP) yang selanjutnya ditetapkan oleh Menteri Pendidikan Nasional
melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 22, 23, dan 24 tahun
2006. Menurut Undang-undang nomor 24 tahun 2006 pasal 1 ayat 15, Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan
di masing-masing satuan pendidikan. Jadi, penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan
pendidikan dengan memperhatikan standar kompetensi serta kompetensi dasar yang
dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Disamping itu,
pengembangan KTSP harus disesuaikan dengan kondisi satuan pendidikan, potensi dan
karakteristik daerah, serta peserta didik.
Penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah berpedoman pada panduan yang disusun oleh BSNP dimana panduan tersebut
berisi sekurang-kurangnya model-model kurikulum tingkat satuan pendidikan pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tersebut
dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah/ karakteristik daerah, sosial
budaya masyarakat setempat, dan peserta didik.
Tujuan KTSP ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan,
kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum
disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan
dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah. Tujuan Panduan Penyusunan KTSP ini
untuk menjadi acuan bagi satuan pendidikan SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB,
SMA/MA/SMALB, dan SMK/MAK dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum yang
akan dilaksanakan pada tingkat satuan pendidikan yang bersangkutan.
10. Kurikulum Periode 2013
Kurikulum 2013 merupan penyempurna dari kurikulum 2004/2006. Dan pemerintah
berharap kurikulum 2013 ini dapat berjalandengan baik, meskipun masih terdapat beberapa
kendala yang memang harus segera di atasi dan juga di selesaikan.
Adapun ciri kurikulum 2013 yangg paling mendasar ialah:
a. Menuntut pengetahuan Guru dalam berpengetahuan dan mencari tahu pengetahuan
sebanyak – banyaknya karena siswa zaman sekarang telah mudah mencari informasi
dengaan bebas melalui perkembangan teknologi dan informasi.
b. Siswa lebih didorong untukk memiliki tanggung jawab kepada lingkungan, kemampuan
interpersonal, antar personal, maupun memiliki kemampuan berpikir kritis.
c. Memiliki tujuan agar terbentuknya genenrasi produktif, kreatif, inovativ, dan avektif.
d. Khusus tingkat SD, pendekatan tematik integrative memberi kesempatan siswa untukk
mengenal dan memahami suatu tema dalam berbagai pelajaran.
Tujuan kurikulum 2013 adalah untukk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki
kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yangg beriman, produktif, kreatif,
inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
bernegara, dan peradaban dunia.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari masa kemasa sudah sering kali kurikulum di Indonesia ini berganti dan
berkembang dari Masa Awal Kemerdekaan /Masa Orde Lama (Kurikulum 1947, 1952
dan 1964), Kurikulum Orde Baru (1968, 1975, 1984, 1994), dan Kurikulum Masa
Reformasi (Kurikulum Tahun 2004, 2007 dan 2013) dari semua kurikulum ini memiliki
memilki tujuan sama yakni untuk memajukan pendidikan di Indonesia dan mencetus
generasi yang baik.
B. SARAN
Diharapkan agar kita sebagai generasi muda penerus bangsa yang tentu saja memiliki
keinginan untuk memajukan bangsa dan negaranya akan terus berusaha sebaik mungkin
untuk mewujudkannya. Oleh karena itu, jangan jadikan perubahan kurikulum tersebut
menjadi beban untuk kita. Tetapi, kita harus menjadikan hal tersebut menjadi suatu
motivasi kita untuk memperoleh hasil yang lebih baik dan mampu bersaing dalam
pendidikan nasional maupun internasional. Hal tersebut akan terwujud dengan
menerapkan sistem manajemen kurikulum pendidikan yang baik dan merata secara
keseluruhan. Dan ini adalah tanggung jawab kita bersama untuk mewujudkan pendidikan
Indonesia yang merata disemua kalangan.
DAFTAR PUSTAKA

Mulyasa. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetesi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

You might also like