You are on page 1of 4

Nama : Juliansyah Adi Permana

Nim : 02.11.22.148
Kelas : TMP 1D
1. Contoh kasus pelanggaran Etika yang bukan pelanggaran Hukum dalam
penerapan/aplikasi Teknologi Informasi:
a. Penggunaan data pengguna untuk tujuan iklan yang tidak diinginkan tanpa izin
mereka.
b. Pengumpulan data pribadi tanpa memberikan pilihan atau informasi yang jelas
kepada pengguna.
c. Penggunaan desain antarmuka yang manipulatif atau mengarahkan pengguna untuk
mengambil tindakan yang tidak diinginkan.
d. Penggunaan teknik manipulatif dalam desain permainan atau aplikasi untuk
memanipulasi perilaku pengguna.
e. Tidak menjaga kerahasiaan informasi pengguna yang dikumpulkan atau disimpan.
2. Contoh kasus pelanggaran Hukum yang bukan pelanggaran Etika dalam
penerapan/aplikasi Teknologi Informasi:
a. Penggunaan perangkat lunak bajakan atau tindakan pelanggaran hak cipta yang
melibatkan penggunaan ilegal dari karya intelektual.
b. Penyebaran virus komputer atau serangan siber yang merusak atau menghancurkan
sistem atau data orang lain.
c. Pelanggaran privasi yang melibatkan pencurian data pribadi, seperti informasi kartu
kredit, dan penggunaan ilegalnya.
d. Penggunaan teknologi untuk tujuan pencurian identitas atau penipuan online.
e. Aktivitas pengintaian elektronik yang melanggar undang-undang negara, seperti
penyadapan telepon tanpa izin.
3. Contoh pelanggaran Etika yang juga merupakan pelanggaran Hukum dalam
penerapan/aplikasi Teknologi Informasi:
a. Penyebaran konten ilegal atau berbahaya, seperti konten pornografi anak, yang
melanggar undang-undang dan juga melanggar etika moral.
b. Penyebaran berita palsu atau informasi yang menyesatkan dengan tujuan
menghasilkan keuntungan atau merusak reputasi orang lain.
c. Penggunaan teknologi untuk melakukan tindakan diskriminasi atau pelecehan
terhadap individu atau kelompok tertentu yang melanggar undang-undang dan etika.
4. Contoh kasus pelanggaran privasi dalam penerapan/aplikasi Teknologi Informasi:
a. Pelanggaran privasi data pengguna melalui serangan hacker yang menyebabkan
pencurian atau pengungkapan informasi pribadi.
b. Pengumpulan dan penggunaan data pengguna tanpa persetujuan mereka atau tanpa
memberikan pilihan yang jelas.
c. Pelanggaran privasi melalui penyalahgunaan kamera atau mikrofon dalam
perangkat elektronik untuk memata-matai individu.

5. Saat ini, Indonesia belum memiliki undang-undang perlindungan privasi yang


komprehensif. Namun, beberapa ketentuan terkait privasi ditemukan dalam UU ITE
(Informasi dan Transaksi Elektronik) yang melindungi pengguna dalam hal
pengumpulan, penggunaan, dan pengolahan data pribadi. Meskipun demikian, UU
ITE belum secara spesifik mencakup semua aspek perlindungan privasi.

6 a. Kasus pelanggaran Copyright:

 Membajak atau mendistribusikan karya asli tanpa izin pemilik hak cipta.
 Menggunakan karya orisinal orang lain tanpa memberikan atribusi atau
mencantumkan izin yang sesuai.
 Menerbitkan atau mengunggah konten milik orang lain tanpa persetujuan.

b. Kasus pelanggaran Merek Dagang (Trademark):

 Menggunakan merek dagang orang lain tanpa izin atau menciptakan merek dagang
serupa yang menimbulkan kebingungan bagi konsumen.
 Menjual atau mempromosikan produk palsu yang menggunakan merek dagang
terkenal.

c. Kasus pelanggaran nama domain (Domain Name):

 Menggunakan nama domain yang mirip dengan merek dagang orang lain untuk tujuan
penipuan atau untuk mengalihkan lalu lintas pengunjung.
 Mendaftarkan nama domain yang sama dengan nama perusahaan atau merek dagang
terkenal dengan tujuan menghambat bisnis asli.

d. Kasus pelanggaran hak paten (Patent):

 Menggunakan atau memproduksi produk atau teknologi yang dilindungi oleh hak
paten tanpa izin dari pemegang paten.
 Menjual atau mendistribusikan produk yang melanggar hak paten yang dimiliki oleh
orang lain.
7. Contoh perilaku yang tidak selaras dengan konsep Green Computing:
 Meninggalkan perangkat elektronik dalam mode stand-by atau tidak dimatikan
ketika tidak digunakan.
 Mengeksekusi tugas komputasi yang berlebihan atau menggunakan sumber
daya komputasi secara tidak efisien.
 Menggunakan perangkat keras atau perangkat lunak yang tidak ramah
lingkungan atau tidak hemat energi.
 Tidak mendaur ulang atau membuang perangkat elektronik secara
bertanggung jawab.
 Menggunakan server data center yang menggunakan energi berlebih atau tidak
dioptimalkan.
8. Contoh perilaku yang selaras dengan konsep Green Computing:
 Menggunakan perangkat elektronik dengan efisiensi energi yang tinggi dan
mematikan perangkat saat tidak digunakan.
 Menggunakan teknologi virtualisasi untuk mengurangi jumlah perangkat keras
fisik yang digunakan.
 Menerapkan kebijakan penghematan energi di tempat kerja, seperti mematikan
peralatan komputer di malam hari.
 Menggunakan perangkat lunak yang dioptimalkan untuk penggunaan energi
yang lebih efisien.
 Mendaur ulang dan mendaur ulang perangkat elektronik yang sudah tidak
digunakan.
9. Penggunaan aplikasi Cloud Computing dikatakan selaras dengan konsep Green
Computing karena beberapa alasan berikut:
 Konsolidasi Server: Dengan menggunakan cloud computing, banyak
perusahaan dan pengguna dapat berbagi server yang sama di pusat data,
mengurangi jumlah perangkat keras fisik yang dibutuhkan dan menghemat
energi.
 Skalabilitas yang Efisien: Pengguna cloud computing dapat menyesuaikan
kapasitas sumber daya mereka sesuai dengan permintaan yang berfluktuasi,
menghindari penggunaan berlebihan atau underutilization yang dapat
menghabiskan energi secara tidak efisien.
 Optimalisasi Pemrosesan: Pusat data cloud biasanya menggunakan teknologi
efisien untuk pemrosesan dan penyimpanan data, seperti virtualisasi dan
manajemen energi yang canggih.
 Lokasi Pusat Data yang Efisien: Penempatan pusat data di area dengan energi
terbarukan atau energi yang murah dapat membantu mengurangi dampak
lingkungan dari operasi pusat data.
 Kolaborasi dan Berbagi Sumber Daya: Cloud computing memungkinkan
kolaborasi online dan berbagi sumber daya yang efisien, mengurangi
kebutuhan akan perjalanan fisik atau duplikasi data yang berlebihan.

You might also like