You are on page 1of 38

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

BUDIDAYA TANAMAN SAWI ( Brassica junce.L)


MENGGUNAKAN SISTEM HIDROPONIK AKTIF

Oleh :
ANISA OKTAPIYA
NPM 1954211022

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS MIUHAMMADIYAH BENGKULU
2022
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN HASIL PRAKTEK KERJA LAPANGAN

Oleh :
ANISA OKTAPIYA
NPM 1954211022

Menyetujui
Dosen Pembimbing Pembimbing Lapangan

Dr.Ir.Eva Oktavidiati,M.si Yuli Oktavia


NIP.196810051994022002 NIP.

Mengetahui

Ketua Prodi Agroteknologi Sub Koordinator KSPP

Ir.Hj.Fiana Podesta,MP Nurmegawati,SP,M.Si


NIP.196312231989032003 NIP.198011242008012010
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT atas segala karunian-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktek kerja lapangan yang berjudul

“Budidaya Tanaman Sawi ( Brassica junce.L) Menggunakan Sistem Hidroponik

Aktif” Shalawat beserta salam tidak lupa penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW

yang mana berkat rahmat beliau kita dapat merasakan dunia yang penuh dengan ilmu

pengetahuan seperti sekarang ini.

Kegiatan Praktek Kerja Lapangan yang dilakukan oleh penulis tertentu tidak lepas

dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis tidak lupa

mengucapkan terima kasih.

Dan tentunya dalam penulisan laporan ini dengan segala keterbatasan tidak lepas dari

kekurangan . Oleh sebab itu, sangat diharapkan kritik dan saran yang mendukung dari para

pembaca demi kesempurnaan penulisan dan pengkajian laporan ini pada masa berikutnya.

Dan penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi para

pembaca.

Bengkulu, Oktober 2022

ANISA OKTAPIYA
NPM. 1954211022
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan
1.3. Manfaat
BAB II GAMBARAN UMUM TEMPAT PKL
2.1. Profil BPTP Bengkulu
2.1.1. Sejarah
2.1.2. Tugas dan Fungsi
2.1.3. Visi dan Misi
2.1.4. Susunan Organisasi
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
BAB IV PROSEDUR KEGIATAN
4.1. Waktu dan Tempat
4.2. Alat dan Bahan
4.3. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan
4.4. Kegiatan Pengamatan
4.4.1. Karakter Agronomi
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1.Keragaan Agronomi
5.2.Pengukuran Nutrisi
BAB VI KESIMPULAN
6.1. Kesimpulan
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Praktek kerja lapangan (PKL) merupakan latihan praktek kerja yang di lakukan di

sebuah perusahaan, organisasi yang bagus atau pabrik industri. Umunya, praktek kerja di
lakukan untuk mendapatkan pengalaman dengan atau tanpa bayaran atau upah selama

praktek kerja berlangsung.

Praktek kerja lapangan merupakan mata kuliah wajib falkultas yang harus di

tempuh oleh setiap mahasiswa yang membuat substansi kegiatan yang sifatnya praktik

kerja diinstansi/negri dan swasta perkebunan yang bertujuan untuk memberikan

pengalaman kerja dalam bidang tertentu dan berkaitan dengan rencana keahlian

mahasiswa. Dengan memadupadankan aspek pembelajaran, yakni: kognitif,

efektif,psikomotrik.

Eksistensi magang di harapkan dapat melengkapi pengetahuan teoritis yang telah

di peroleh mahasiswa di bangku perkulihan para mahasiswa tidak hanya memahami teori

belaka,melainkan juga memahami pertanian dari sudut pandang yang lebih luas, yakni

dari implementasi ilmu pertanian dengan aplikasi di lapangan.

Praktek kerja lapangan adalah pekerjaan paruh mahasiswa pada bidangnya atau

jurusan atau yang di ambil mahasiswa tersebut untuk mempraktekkan apa yang telah

dipelajari mahasiswa tersebut pada masa perkuliyahan sebelumnya. Praktek kerja sangat

berkesinambungan antara akademik dan tujuan kariernya, dan mungkin dapat menjadikan

mahasiswa sebagai seorang wirausaha yang prpfesional dan berdaya saing tinggi.

Beberapa kerja praktek memungkinkan untuk lebih dekat dengan mentor atau orang yang

mengajarkan ditempat ia magang atau kerja praktek.

Ditengah-tengah persaingan global yang sangat ketat dan berdaya saing tinggi

menuntut manusia sebagai individu harus memiliki kualitas baik. Di indonesia masih

dalam tahap pembagunan sangat memerlukan putra-putri yang dapat menangani berbagai

masalah yang di hadapi. Sebagai tenaga siap pakai, maka di tuntut untuk mengambil

langkah yang tidak nerugikan. Selain itu, mereka di tuntut untuk menciptakan hal yang

baru agar dapat membuka lapangan kerja yang lebih luas. Oleh sebab itu, praktek kerja
lapanagan merupakan persiapan awal untuk memenuhi tuntutan dalam bidang ekonomi,

demi kemajuan bangsa.

1.2. Tujuan Praktik Kerja Lapangan (PKL)

1. Praktek kerja lapangan di lakukan agar ilmu yang di dapatksn di bangku kuliah dapat

di terapkan di perusahaan atau istansi dimana tempat melakukan PKL

2. Dengan melaksanakan praktek kerja lapangan diharapkan bisa melihat secara

langsung permasalahan yang timbul di lapangan dan mencari solusi dari permasalahan

yang ada.

3. Menambah wawasan, memperluas pengetahuan, mengasah keterampilan dan bakat,

serta melatih untuk menjadi wirausahawan yang profesional dan ahli dalam bidangnya

masing-masing.

1.3. Manfaat Praktik Kerja Lapangan (PKL)

1. Mendapatkan pengalaman nyata yang terkait dengan aplikasi ilmu pertanian.

2. Mendapatkan kesempatan mengaplikaikan teori yang diperoleh dari proses

perkuliahan ke dalam dunia kerja.

3. Institusi praktek kerja lapangan lapangan dapat memanfaatkan tenaga PKL sesuai

dengan kebutuhan di unit kerjanya.

4. Institusi praktek kerja lapangan mendapatkan alternatif calon keryawan yang telah di

kenal mutu, dedikasi, dan kredibilitasnya.

5. Laporan Praktek kerja lapagan dapat di manfaatkan sebagai salah satu sumber

informasi mengenai situasi tempat PKL tersebut.


I. PROFIL LOKASI PRAKTEK KERJA LAPANGAN ( PKL )

I.1. Profil Balai Pengkajian Teknologi Pertanian ( BPTP) Bengkulu

Sejak didirikan pada tahun 1985, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

telah mengalami banyak perubahan, baik dari sisi organisasi maupun kepemimpinan dan

nama UPT. Pimpinan BPTP Bengkulu datang dan pergi silih berganti, begitu pula program

dan kebijakan strategisnya sebagai tuntutan dari dinamika lingkungan strategis sektor

pertanian.

Periode 1985 s/d 1986, Proyek Informasi Pertanian (PIP) di pimpin oleh : SAHAL M.

BURHAN. Proyek Informasi Pertanian (PIP) Bengkulu adalah Proyek Badan Pendidikan dan

Latihan Pertanian Pusat (Badan Diklatluh) yang merupakan inisiasi pembentukan Balai

Informasi Pertanian (BIP) Propinsi Bengkulu. Kantor PIP Bengkulu pada saat itu menempati

salah satu ruangan yang ada di Kanwil Departemen Pertanian Provinsi Bengkulu di Jalan

Basuki Rahmat. Tugas dan Fungsi PIP pada saat itu untuk mendukung pembangunan

pertanian di Propinsi Bengkulu, diantaranya:

1. Mempersiapkan dan menerbitkan bahan Informasi pertanian dalam bentuk

2. Liptan, Folder, Brosur, Foster,

3. Pembinaan Petani/kelembagaan tani

4. Melaksanakan Mimbar sarasehan

Pada periode ini status Proyek Informasi Pertanian (PIP) secara sturktural dan

fungsional berubah menjadi Balai Informasi Pertanian (BIP) dengan Eselon III.B sebagai

Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat Badan Diklatuh Depatemen Pertanian di bidang
informasi pertanian dan penyuluhan dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian

No.26/Kpts/OT.210/I/92 tanggal 17 Juni 1992.

1. Mempersiapkan,meproduksi dan menerbitkan bahan Informasi pertanian dalam

2. bentuk Liptan, Folder, Brosur, Foster, Bulletin, Mempersiapkan Naskah siaran

3. Pedesaan kerjasama dengan RRI Regional Bengkulu

4. Melaksanakan Pertemuan Aplikasi Paket Teknologi Pertanian , Pameran Pertanian

5. Mempersiapkan Naskah skenario/sinopsis untuk Foto seri, Slide ,film dokumenter/semi

dokumenter/intraksional

6. Mempersiapkan dan memproduksi Rekaman caset penyuluhan pertanian

7. Pembinaan Petani/kelembagaan tani, seperti menumbuhkan P4S, mempersiapkan

8. Taruna Tani untuk Magang di Jepang

9. Melaksanakan Mimbar sarasehan, Pemutaran Film Pertanian.

10. Melaksanakan demplot Kaji Terap Komoditi, Pelatihan SLPT Wereng Coklat

11. Melaksanakan Pertemuan Tarutani Tingkat Nasional ke 2 di SPP Klobak

12. Kepahiang Kabupaten Rejang Lebong

Periode Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian

Pada periode ini terjadi perubahan struktur organisasi di Departemen Pertanian

sehingga terjadi merger/penggabungan tugas dan fungsi Balai Informasi Pertanian (BIP)

MENJADI Balai Penelitian dan pengkajian Teknologi Pertanian BPTP) yang antara lain

tugas dan fungsinya melaksanakan penelitian pengkajian yang hasilnya disebarluaskan ke

pengguna teknologi melalui kegiatan Diseminasi teknologi penyuluhan pertanian.Kegitan

yang dilaksanakan pada periode ini, antara lain: :


1. Mempersiapkan dan menerbitkan bahan informasi pertanian

2. Melaksanakan Aplikasi Paket teknologi Pertanian, temu lapang, pameran pertanian

3. Melaksanakan Pengkajian terpadu Padi-ikan bandeng dan longyam ayam buras

4. Melaksanakan pengkajian Teknologi Sistem Usaha Pertanian (SUP) Padi Gogo di

Desa Sulau Kabupaten Bengkulu Selatan

5. Melaksanakan pengkajian/pendampingan Teknologi Proyek Pertanian Rakyat

Terpadu (P2RT) Kanwil Pertanian Provinsi Bengkulu Sistem Pertanian Agribisnis

Komoditas Unggulan (SPAKU)

6. Melaksanakan pengkajian Teknologi pemanfaataan lahan bergambut dengan

komoditas jagung di Riak Siabun Bengkulu

7. Melaksanakan pengkajian Teknologi Tabela tanaman padi di Kemumu Kabupaten

Bengkulu Utara

8. Kerjasama dengan Pemda Provinsi Bengkulu dan World Bank tentang teknologi

pertanian untuk daerah tertinggal melalui Proyek Pengembangan Daerah Tertinggal/

Bengkulu Regional Development Project (BRDP).

Periode Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

IPPTP Bengkulu menjadi BPTP terbentuk pada tanggal 14 Juni 2001 sesuai SK. Menteri

Pertanian RI No.350/Kpts/OT/210/6/2001. Yang berada dibawah Pusat Penelitian dan

Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian (PSE) sebagai eselon II dan Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian (Badan Litbang) sebagai Eselon I pada Departemen Pertanian.

Keberadaan BPTP di Provinsi mempunyai peran ganda yaitu : sebagai lembaga penelitian

pertanian untuk mendukung pembangunan pertanian daerah dan sebagai bagian dan jaringan

penelitian pengkajian nasional.Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.

16/Permentan/OT.140/3/2006 tanggal 1 Maret 2006, BPTP bertanggung jawab langsung

kepada Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP), serta
mempunyai tugas melaksanakan penelitian dan pengkajian teknologi pertanian spesifik lokasi

yang menjadi tanggung jawab dan wewenangnya. Keberadaan BPTP ini membuka peluang

yang lebih besar bagi tersedianya teknologi maju untuk mendukung pembangunan pertanian

di Propinsi Bengkulu yang sesuai dengan kebijakan, kondisi sumberdaya alam dan

sumberdaya riset, sosial ekonomi pertanian.

2.2. Struktur Organisasi BPTP

2.3. Visi Misi Tugas dan Fungsi

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Balitbangtan Bengkulu merupakan

salah satu unit pelaksana teknis Eselon 3 Badan Litbang Pertanian, yang secara hirarkis

merupakan Bussines Unit Balitbangtan. Berdasarkan hierachical strategic plan, maka BPTP

menyusun Rencana Aksi dari Visi, Misi, Kebijakan, dan Program Badan Litbang Pertanian,

yang selanjutnya pada tataran rencana strategis BPTP (functional unit) dituangkan menjadi

Rencana Operasional.Oleh karena itu, visi, misi, kebijakan, strategi, dan program Badan

Litbang Misi Balitbangtan 2015-2019 mengacu pada Visi dan Misi Kementerian Pertanian,
yang selanjutnya akan menjadi visi, misi, kebijakan, strategi, dan program seluruh satuan

kerja Badan Litbang Pertanian, termasuk BBP2TP dan BPTP. Memperhatikan hierarchical

strategic plan, maka visi dan misi Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

adalah:

a. Visi

Pertanian yang Maju, Mandiri dan Modern untuk Terwujudnya Indonesia Maju yang

Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong

b. Misi

1. Mewujudkan ketahanan pangan

2. Meningkatkan nilai tambah dan daya saing pertanian, serta

3. Meningkatkan kualitas SDM dan prasarana Kementerian Pertanian.

c. Tugas

BPTP mempunyai tugas melaksanakan pengkajian, perakitan, pengembangan dan

diseminasi teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi.Sub bagian Tata Usaha mempunyai

tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, perlengkapan, surat menyurat, dan rumah

tangga.

Seksi Kerja Sama dan Pelayanan Pengkajian mempunyai tugas melakukan penyiapan

bahan penyusunan program, rencana kerja, anggaran, kerja sama, informasi, dokumentasi,

penyebarluasan dan pendayagunaan hasil, pelayanan teknis pengkajian, perakitan dan

pengembangan teknologi, pendampingan penerapan teknologi mendukung pelaksanaan

program dan kegiatan strategis pertanian serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan.
d. Fungsi

1. Pelaksanaan penyusunan program, rencana kerja, anggaran, evaluasi, laporan

pengkajian, perakitan, pengembangan dan diseminasi teknologi pertanian tepat guna

spesifik lokasi,

2. Pelaksanaan inventarisasi dan identifikasi kebutuhan teknologi pertanian tepat guna

spesifik lokasi,

3. Pelaksanaan penelitian, pengkajian dan perakitan teknologi pertanian tepat guna

spesifik lokasi,

4. Pelaksanaan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi,

5. Perakitan materi penyuluhan dan diseminasi hasil pengkajian teknologi pertanian

tepat guna spesifik lokasi,

6. Pelaksanaan bimbingan teknis materi penyuluhan dan diseminasi hasil pengkajian

teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi,

7. Penyiapan kerja sama, informasi, dokumentasi, serta penyebarluasan dan

pendayagunaan hasil pengkajian, perakitan, dan pengembangan teknologi pertanian

tepat guna spesifik lokasi,

8. Pemberian pelayanan teknik pengkajian, perakitan dan pengembangan teknologi

pertanian tepat guna spesifik lokasi,

9. Pendampingan penerapan teknologi mendukung pelaksanaan program dan kegiatan

strategis pertanian, dan

10. Pelaksanaan urusan kepegawaian, keuangan, rumah tangga dan perlengkapan BPTP.

2.4.Sistem Kelola Tenaga Kerja


Tugas pokok dan fungsi di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian ( BPTP) Bengkulu

adalah melaksanakan inventarisasi dan identifikasi kebutuhan teknologi pertanian tepat guna

spesifik lokasi,melaksanakan penelitian,pengkajian dan perakitan teknologi pertanian tepat

guna spesifik lokasi ,melaksanakan penegembangan teknologi dan diseminasi hasil

pengkajian serta perakitan materi penyuluhan,penyiapan kerja

sama,informasi,dokumentasi,serta penyebarluasan dan pendayagunaan hasil

pengkajian,perakitan dan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik,pemberian

pelayanan teknis,kegiatan pengkajian ,pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga balai

dan penerbitan balai informasi pertanian.


III. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi Tanaman Sawi

Menurut Margiyanto (2007), botani tanaman sawi dapat diklasifikasikan sebagai

berikut :

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Rhoeadales

Famili : Cruciferae

Genus : Brassica

Spesies : Brassica juncea

2.2. Morfologi Tanaman Sawi

2.2.1. Akar
Sistem perakaran tanaman sawi memiliki akar tunggang (Radix primaria). dan
cabang-cabang akar yang bentuknya bulat panjang (silendris) menyebar kesemua
arah kedalaman antara 30-50 cm. Akar-akar ini berfungsi antara lain mengisap air
dan zat makanan dari dalam tanah, serta menguatkan berdirinya batang tanaman
(Rukmana, 2003).
2.2.2. Batang

Batang tanaman sawi pendek sekali dan beruas-ruas sehingga hampir tidak

kelihatan. Batang ini berfungsi sebagai alat pembentuk dan penopang daun. Batang
sawi memiliki ukuran yang lebih langsing dari tanaman petsai (Anonymous,

2005).

2.2.3. Daun

Secara umum tanaman sawi biasanya mempunyai daun panjang, halus, tidak

berbulu, dan tidak berkrop. Daunnya lebar memanjang, tipis, bersayap dan bertangkai

panjang yang bentuknya pipih. Warna daun pada umumnya hijau keputihan sampai hijau

tua (Rukmana, 2003).

2.2.4. Bunga

Struktur bunga tanaman sawi tersusun dalam tangkai bunga yang tumbuh

memanjang (tinggi) dan bercabang banyak. Tiap kuntum bunga sawi terdiri atas empat

helai daun kelompok, empat helai daun mahkota bunga berwarna kuning cerah, empat

helai benang sari dan satu buah putik yang berongga dua (Haryanto, 2001).

2.3. Syarat Tumbuh Tanaman Sawi

2.3.1. Iklim
Keadaan iklim sangat mempengaruhi produktivitas suatu tanaman. Menurut

Cahyono (2003), yang perlu diperhatikan untuk pertumbuhan dan produksi tanaman

sawi antara lain suhu, tanaman sawi memerlukan suhu berkisar 19 oC – 21oC,

kelembaban udara, tanaman sawi membutuhkan kelembaban udara yang optimal

berkisar antara 80 - 90 %, Sedangkan curah hujan yang sesuai dalam pembudidayaan

tanaman sawi berkisar 1000 – 1500 mm pertahun.

2.3.2. Cahaya Matahari


Seperti pada umumnya tanaman yang hidup dikebun atau media tanah, tanaman

hidroponik memerlukan penerangan 8–10 jam cahaya matahari untuk setiap harinya, supaya

menghasilkan pertumbuhan tanaman yang sempurna.

2.3.3. Air

Tidak semua jenis air dapat digunakan didalam budidaya tanaman secara hidroponik.

Air yang difilter melalui Reserve Osmosis (OS) adalah sumber paling tepat di 15–60 EC atau

air tanah yang jernih. Air berkadar EC yang rendah PH atau hampir 0, merupakan air terbaik

untuk pelarut atau pencampur nutrisi untuk tanaman hidroponik. Anda bisa mentakar kadar

EC air memakai alat TDS/ EC Meter.

2.3.4. pH
pH adalah bagian dari Hidrogen yang terdapat didalam air. pH Nutrisi adalah

salah satu poin yang paling dibutuhkan dalam bertanam hidroponik. Apabila pH nutrisi

menjauh dari kisaran maksimum, nutrisi tersebut akan menjadi lenyap untuk tumbuhan.

Kadar pH yang sesuai untuk setiap jenis tanaman berbeda, tidak sama antara satu jenis

tanaman dengan jenis yang lain. Namun rentang yang sesuai untuk kebanyakan tanaman

hidroponik yaitu 5.5–6.5.

2.3.5. Suhu udara


Suhu udara mempunyai fungsi pokok terhadap proses tumbuhnya tanaman. Terdapat

berbagai jenis tumbuhan yang mampu tumbuh dengan maksimal di tempat bersuhu udara

dingin, tetapi ada juga tanaman yang tidak mampu tumbuh subur ditempat cuaca dingin

ataupun sebaliknya. Untuk tumbuhan bersuhu dingin, akan mampu tumbuh optimal di suhu

16–28 derajat celcius. Sedangkan untuk sayuran bersuhu panas, akan dapat tumbuh optimal

pada suhu 20–32 derajat celcius.

2.3.6. Nutrisi

Tumbuhan hidroponik juga membutuhkan nutrisi banyak seperti hal nya tanaman yang

ditanam ladang, yaitu enam unsur nutrisi makro + tiga belas unsur nutrisi mikro. Jika ingin

mendapatkan panen tanaman atau buah yang optimal, maka disarankan memberikan nutrisi

hidroponik berkualitas. Gantilah isi penampungan nutrisi antara dua belas sampai 14 hari

dengan nutrisi yang baru. Agar sayuran bisa berkembang baik dan segar. Sesuaikan juga nilai

ppm nutrisi dan sesuaikan dengan kebutuhan tanaman yang kita tanam.

2.4. Hidroponik
Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara bercocok

tanam tanpa menggunakan tanah sebagai media pertanamannya. Teknologi hidroponik dapat

menggantikan peran dan fungsi tanah serta menyuplai kebutuhan tanaman untuk

pertumbuhan optimalnya. Selain itu, penggunaan sistem hidroponik tidak mengenal musim

dan tidak memerlukan lahan yang luas dibandingkan dengan media tanah dan menghasilkan

satuan produktivitas yang sama (Leonardy, 2006). Menurut Wibowo dan Asriyanti (2013),

budidaya tanaman menggunakan sistem hidroponik memiliki keunggulan sekaligus

kelemahan, yaitu:

a. Keunggulan Hidroponik 

Keunggulan atau kelebihan budidaya tanaman menggunakan sistem hidroponik adalah

sebagai berikut: 

1. Tidak membutuhkan tanah. 

2. Tidak membutuhkan banyak air. Artinya, air terbatas dapat digunakan sebagai media

hidroponik. Hal ini dikarenakan air akan terus bersirkulasi dalam sistem. 

3. Mudah dalam pengendalian nutrisi, sehingga pemberian nutrisi bisa lebih efisien.

4. Relatif tidak menghasilkan polusi nutrisi ke lingkungan. 

5. Memberikan hasil yang lebih banyak. 

6. Mudah dalam memanen hasil. 

7. Steril dan bersih.

8. Bebas dari tumbuhan pengganggu atau gulma.

9. Tanaman tumbuh lebih cepat. 

10. Sangat cocok didaerah dengan tanah yang gersang. 

11. Sangat cocok untuk lahan terbatas. 

12. Mengurangi pencemaran zat kimia ke tanah. 


13. Kandungan gizi tanaman hidroponik lebih tinggi.

b. Kelemahan Hidroponik 

Kelemahan atau kekurangan budidaya tanaman menggunakan sistem hidroponik adalah

sebagai berikut: 

1. Membutuhkan biaya yang besar, karena perangkat dalam sistem hidroponik sulit

diperoleh dan harganya mahal.

2. Memerlukan ketelitian dan kemampuan khusus. 

3. Bila terjadi kesalahan pada sistemnya, maka tanaman akan mati.

2.5. Media Tanam hidroponik

Pada budidaya tanaman secara hidroponik, tanaman memperoleh unsur hara dari

larutan nutrisi yang dipersiapkan khusus. Larutan nutrisi dapat diberikan dalam bentuk

genangan atau dalam keadaan mengalir. Media tanam hidroponik dapat berasal dari bahan

alam seperti kerikil, pasir, sabut kelapa, arang sekam, batu apung, gambut, dan potongan

kayu atau bahan buatan seperti pecahan bata (Suhardiyanto, 2011).Persyaratan terpenting

untuk media hidroponik harus ringan dan porus. Setiap media mempunyai bobot dan

porositas yang berbeda. Macam-macam media yang dapat digunakan yaitu arang sekam,

pasir, zeolite, rockwoll, gambur dan sabut kelapa. Menurut Moesa (2016), terdapat beberapa

media tanam yang biasa digunakan dalam budidaya tanaman menggunakan sistem

hidroponik, yaitu: 

1. Rockwool. Rockwool dibuat dengan melelehkan kombinasi batu dan pasir dan

kemudian campuran diputar untuk membuat serat yang dibentuk menjadi berbagai

bentuk dan ukuran. Proses ini sangat mirip dengan membuat permen kapas. Bentuk
bervariasi dari 1"x1"x1" dimulai dengan bentuk kubus hingga 3"x12"x36" lempengan,

dengan berbagai ukuran lainnya. Rockwool media semai dan media tanam yang

paling baik dan cocok untuk sayuran. Rockwool dapat menghindarkan dari kegagalan

semai akibat bakteri dan cendawan penyebab layu fusarium. 

2. Spons. Media tanam spons sangatlah ringan, sehingga sangat mudah untuh

dipindahkan dan ditempatkan dimana saja. Spons tidak memerlukan pemberat lagi

karena setelah disiram oleh air spons akan menyerap air sehingga tanaman dapat

berdiri tegak. Hasil yang didapatkan media tanam spons adalah pertumbuhan tanaman

yang lebih prima, bisa dipakai berulang kali, tanaman lebih subur tanpa proses

adaptasi, mampu menyimpan kandungan air lebih dari 2 minggu, dan kekebalan

terhadap jamur yang beresiko merusak tanaman. 

3. Coconut Coir (sabut kelapa). Coconut Coir dikenal juga sebagai coco peat adalah

bahan sisa setelah serat telah dihapus dari kulit terluarnya dari kelapa. Coconut Coir

bersimbiosis dengan jamur Trichoderma, yang berfungsi sebagai melindungi akar dan

merangsang pertumbuhan akar. 

4. Sekam bakar. Sekam bakar merupakan media tanam yang dapat digunakan untuk

membudidayakan sayuran buah tidak hanya sayuran daun saja. Media tanam sekam

bakar tidak membebani akar tanaman karena ringan sehingga tanaman dapat tumbuh

secara bebas dan leluasa.

2.6. Hidroponik Aktif

Sistem rakit apung ( system hidroponik aktif ) adalah yang sistem paling sederhana

dari semua sistem hidroponik aktif, cukup mudah digunakan karena tidak membutuhkan alat

yang terlalu banyak, yang dibutuhkan box atau wadah yang dapat terbuat dari bahan plastik,

styrofoam dan aerator . Hidroponik rakit apung merupakan pengembangan dari sistem

bertanam hidroponik yang dapat digunakan untuk kepentingan komersial dengan skala besar
ataupun skala rumah tangga. Prinsip Kerja Sistem Rakit Apung hampir sama dengan sistem

sumbu, yaitu berupa sistem statis dan sistem hidroponik sederhana. Perbedaannya dalam

sistem ini tidak menggunakan sumbu sebagai pembantu kapiler air, tetapi media tanam dan

akar tanaman langsung menyentuh air nutrisi. Wadah tempat tanaman berada dalam kondisi

mengapung dan bersentuhan langsung dengan air nutrisi. Sehingga, sistem rakit apung

penggunaan air lebih banyak dari sistem sumbu.

BAB IV METODE PELAKSANAAN KEGIATAN

3.1. Waktu dan Tempat

Praktek kerja lapangan dilaksanakan pada tanggal 14 November 2022 sampai dengan

14 Januari 2023 di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu ,Jl. Irian km 6,5

kelurahan semarang , kecamatan sungai serut ,kota bengkulu.


3.2. Alat dan Bahan

a. Alat

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah pH meter, EC meter, pompa air

nutrisi, bak nutrisi, tray semai , paranet, pipa , selang nutrisi, net pot, pipa pengisi, pipa

pengering , saluran listrik dan timbangan analitik .

Gambar 1

b. Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktek budidaya tanaman sawi hidroponik aktif ini

adalah benih sawi, media semai berupa arang sekam dan campuran pupuk kandang kambing,

pupuk kalium nitrat, kalsium ammonium nitrat, kalium dihidrofosfat, magnesium sulfat,

pupuk mikro dan air baku.


Gambar 2

3.3. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan

Adapun tahapan pelaksanaan yang digunakan dalam pelaksanaan kerja lapangan ini

yaitu :

a. Studi Literatur

Literatur digunakan dalam penyusunan rencana kerja PKL .Tahapan ini bertujuan

untuk mempelajari tentang teknologi budidaya dengan system hidroponik terkait dengan

perkembangannya, permasalahan, dan prospek pengembangan.

b. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dapat dilakukan melalui pengamatan harian data,laju penguapan,

laju penyerapan nutrisi, dan tinggi tanaman. Data komponen hasil meliputi jumlah daun dan

bobot panen tanaman.

c. Penyusunan Nutrisi

Pembuatan nutrisi dilakukan dengan cara menggabungkan dari beberapa bahan

aktif yang dibutuhkan tanaman sesuai yang dibutuhkan. Bahan aktif yang digunakan

berupa kalium nitrat (KNO3), Kalsium ammonium nitrat ( 5Ca(NO3)2NH4NO3.10H2O),

Kalium dihidro-fosfat (KH2PO4), Magnesium sulfat (MgSO4.7H2O), dan hara mikro

( Gambar 3 ).

1. Nutrisi A
Nutrisi A merupakan unsur hara yang terkandung dalam senyawa kalsium ( Ca).

Ca(NO3)2 adalah senyawa poliatom yang terbentuk antara kation logam golongan II A

dengan anion ion poliatom yaitu ion nitrat. Pupuk Ca(NO 3)2 yang digunakan mengandung

N 15,5 % dan CaO 26%.

2. Nutrisi B

Pembuatan nutrisi B merupakan gabungan dari beberapa pupuk yang terdiri atas :

Kalium nitrat ( N 13% dan K 2O 46% ), Kalium dihidro-fosfat (P 2O5 52% , dan K2O 34%),

magnesium sulfat ( MgO 16% dan S 13%), serta mikro ( Fe 7,7%, Zn 1.5%, B 1.0%, Cu

1,6%, M0 0,25%, dan Mn 1,5%. Komposisi bahan-bahan pupuk tersebut disusun

berdasarkan kebutuhan tanaman kebutuhan tanaman dengan menggunakan aplikasi

HydroponicsCalculator Nutrien. Komposisi bahan untuk tanaman sayuran disajikan pada

Tabel 1.

Tabel 1 Komposisi dan jumlah bahan nutrisi alternatif untuk 200 liter air baku.

no Nama kimia volume (gram)

1 Kalium dihidro-fosfat 45,12

2 magnesium sulfat 124,36

3 kalium nitrat 246,28

4 hara mikro 10,67

3. Penyemaian
 Pertama, siapkanlah alat dan bahan media semai yaitu berupa arang sekam dan pukan

kambing dengan perbandingan 1:1, kemudian dari kedua bahan tersebut dicampurkan

secara merata

 masukkan campuran arang sekam dan pukan kambing yang sudah dicampurkan tadi

kedalam pottray secara merata

 kemudian,taruh pottray pada nampan alas tray semai yang telah diisi air dan disiram

( Gambar 5)

 lalu masukkan sekitar 2 sampai 3 benih sawi ke dalam setiap lubang pottray

 setelah itu benih sawi yang telah semai ditutup hingga benih berkecambah

( Tujuan benih ditutup adalah untuk menghangatkan dan juga untuk mempercepat proses

perkecambahan )

 benih sawi yang telah berkecambah ditaruh ditempat yang memiliki intensitas cahaya

matahari yang cukup supaya terhindar dari etiolasi ( pertumbuhan kecambah yang tidak

normal )

 melakukan pengontrolan dan perawatan pada benih sawi yang telah disemai selama 7 hari

sampai benih siap untuk ditanam

Gambar 5

4. Penanaman dan perawatan

 Larutan nutrisi yang telah diencerkan terlebih dahulu dimasukkan ke dalam bak

dengan kekentalan 1000 – 1100 ppm ( sesuai kebutuhan tanaman )


 Masukkan bibit kangkung 2 batang ke dalam netpot dan tempatkan pada instalasi

hidroponik

 Lakukan pengecakan nutrisi dan hama tanaman setiap hari untuk menjaga tanaman

tumbuh dengan baik

 Periksa secara berkala kadar kekentalan nutrisi agar penyerapan berlangsung optimal (

Gambar 6 )

Gambar 6 penanaman dan pemeliharaan tanaman

5. Panen dan Pasca panen

Panen tanaman sawi dilakukan jika tanaman sawi sudah memiliki kriteria tinggi

tanaman yang sama rata, pertumbuhan tunas-tunasnya telah memanjang dan semua

daun membuka sempurna ,pertumbuhan normal dan tampilan yang segar. Sedangkan

pasca panen , dilakukan dengan membersihkan daun-daun yang menguning dan

batang yang membusuk, kemudian dilanjutkan dengan penimbangan seberat 250 gram

sebelum dipasarkan ( Gambar 7 ).


Gambar 7 Panen dan Pasca panen

3.4. Kegiatan Pengamatan

3.4.1. Keragaan Agronomi

a. Tinggi Tanaman

Pengukuran tinggi tanaman mulai dari pangkal batang hingga ujung daun tertinggi

dengan menggunakan penggaris. Pengukuran dilakukan setiap hari pada 25 sampel netpot

tanaman sawi yang telah ditentukan. Data tinggi tanaman kemudian dicatat dan

dikelompokkan sesuai kode atau label yang tertera pada tanaman tersebut ( Gambar 8 ).

Gambar 8 pengamatan tinggi tanaman

b. Jumlah daun ( Helai )

Daun yang dihitung yaitu seluruh daun tanaman yang telah terbuka sempurna dan

masih berwarna hijau, Jumlah daun dihitung 10 hari sekali setelah tanaman dipindahkan

kedalam instalasi hidroponik ( Gambar 9 )


Gambar 9 pengamatan jumlah daun tanaman

c. Berat Tanaman

Pengamatan ini dilakukan dengan cara menimbang seluruh bagian tanaman dalam

keadaan segar dan ditimbang secara langsung setelah panen ( Gambar 10 )

Gambar 10 penimbangan

berat panen tanaman

d. Panjang Akar

Pengamatan ini di lakukan dengan mengukur akar terpanjang menggunakan penggaris

(Gambar 11) .
Gambar 11 pengamatan Panjang akar tanaman

g. Penyerapan dan penguapan nutrisi

Penyerapan laju nutrisi dilakukan dengan cara mengamati tinggi permukaan air di bak

menggunakan mistrar besi ( Gambar 12 ) . Pengukuran dilakukan setiap hari pada pukul

07.00 pagi. Jika tinggi air nutrisi sudah mencapai batas toleran maka akan ditambahkan lagi

seperti kondisi awal. Laju penguapan nutrisi dilakukan dengan cara yang sama pada instalasi

yang telah disiapkan . Angka yang diperoleh kemudian dimasukkan pada persamaan yang

diperoleh dari penelitian pendahuluan

Gambar 12 Pengamatan laju penyerapan dan penguapan nutrisi

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Keragaan Agronomi


Hasil analisis sidik ragam untuk masing-masing instalasi hidroponik terhadap semua

parameter pengamatan dapat dilihat pada table 1.

Variabel pengamatan

Instalas tinggi tanaman jumlah daun berat basah panjang akar

i (cm) (helai)   ( gram ) (cm)

1 17,84 ( a ) 6,92 ( a )   25,87 ( a ) 12,44 ( a )

2 15,6 ( b ) 6,76 (a )   21,08 (a ) 8,86 ( b )

Keterangan :

 Data dianalisis menggunakan table anova dengan taraf 5% dan uji lanjut BNT 5 %

 Data yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama hasilnya tidak

berbeda nyata

Berdasarkan table diatas menunjukkan bahwa tinggi tanaman sawi dengan

menggunakan instalasi hidroponik bertingkat dengan nilai mean 17,84 dan instalasi

hidroponik datar dengan nilai mean 15,6 memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap

parameter tinggi tanaman.jadi dapat disimpulkan bahwa instalasi hidroponik bertingkat dan

instalasi hidroponik datar berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman.

Pada penggunaan instalasi hidroponik bertingkat dengan nilai mean 6,92 dan instalasi

hidroponik datar dengan nilai mean 6,76 memberikan hasil tidak berbeda nyata terhadap

parameter jumlah daun. Jadi dari data diatas dapat disimpulkan bahwa antara instalasi

hidroponik bertingkat dan instalasi hidroponik datar tidak memiliki pengaruh terhadap

parameter jumlah daun.


Penggunaan instalasi hidroponik bertingkat dengan nilai mean 25,87 dan instalasi

hidroponik datar dengan nilai mean 21,08 memberikan hasil tidak berbeda nyata pada

parameter berat basah tanaman sawi. jadi dari data diatas dapat disimpulkan bahwa instalasi

hidroponik bertingkat dan instalasi hidroponik tidak memiliki pengaruh terhadap parameter

berat basah.

Pada parameter Panjang akar dengan menggunakan instalasi hidroponik bertingkat

dengan nilai mean 12,44 dan instalasi hidroponik datar dengan nilai mean 8,86 memberikan

hasil berbeda nyata pada tanaman sawi. Jadi dari data diatas dapat disimpulkan bahwa

instalasi hidroponik bertingkat dan instalasi hidroponik datar berpengaruh nyata terhadap

parameter Panjang akar.

1. Grafik tinggi tanaman

a. Tinggi tanaman instalasi hidroponik bertingkat

tinggi tanaman instalasi bertingkat


20
18
16
14
12
10
8
6 Grafik 1 rata-rata tinggi tanaman
4
2
0 Berdasarkan grafik 1 diatas dapat dilihat bahwa dari hasil pengamatan tinggi tanaman
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
sawi dari umur 10, 20, 30 dan 34 HST
10 hst
tersebut
20 hst 30 hst
diperoleh
34 hst
data tertinggi dengan rata-rata 20

pada sampel ke 8,9 dan 25 instalasi hidroponik bertingkat pada umur 34 HST. .

b. Tinggi tanaman instalasi hidroponik datar

tinggi tanaman instalasi hidroponik datar


25

20

15

10

5
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

10 hst+F34:I59 20 hst 30 hst 34 hst

Grafik 2 rata-rata tinggi tanaman instalasi datar

Grafik 2 diatas dapat dilihat bahwa dari hasil pengamatan tinggi tanaman sawi dari

umur 10, 20, 30 dan 34 HST tersebut diperoleh data tertinggi dengan rata-rata 25 pada

sampel ke 7,10 dan 22 instalasi hidroponik datar pada umur 34 HST.

2. Grafik Jumlah daun

a. Jumlah daun instalasi hidroponik bertingkat

jumlah daun instalasi bertingkat


10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

10 hst 20 hst 30 hst 34 hst

Grafik 3 rata-rata jumlah daun


Grafik 3 diatas dapat dilihat bahwa dari hasil pengamatan jumlah daun tanaman sawi

dari umur 10, 20, 30 dan 34 HST tersebut diperoleh data tertinggi dengan rata-rata 10 pada

sampel ke 9 dan 19 instalasi hidroponik bertingkat pada umur 34 HST.

a. Jumlah daun instalasi hidroponik datar

Jumlah daun instalasi datar


10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

10 hst 20 hst 30 hst 34 hst

Grafik 4 rata-rata jumlah daun

Grafik 4 diatas dapat dilihat bahwa dari hasil pengamatan jumlah daun tanaman sawi

dari umur 10, 20, 30 dan 34 HST tersebut diperoleh data tertinggi dengan rata-rata 25 pada

sampel ke 7 dan 17 instalasi hidroponik datar pada umur 34 HST.

3. Grafik Berat basah

Berat basah
60
50
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

bb instalasi bertingkat bb instalasi datar

Grafik 5 rata-rata berat basah


Grafik 5 diatas dapat dilihat bahwa dari hasil pengamatan berat basah sawi dari

tersebut diperoleh data tertinggi dengan rata-rata 50,3 pada sampel ke 7 instalasi hidroponik

datar . Sedangkan untuk instalasi hidroponik bertingkat diperoleh data tertinggi dengan rata-

rata 44,7 pada sampel ke 19 .

4.Grafik rata-rata panjang akar

Panjang Akar
20
18
16
4.Grafik Panjang
14
aka
12
10
8 Grafik 6 rata-rata
6
4
2
Grafik0 6 diatas dapat dilihat bahwa dari hasil pengamatan panjang akar sawi dari
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
umur 10, 20, 30 dan 34 HST tersebut diperoleh
PA instalasi dataPAtertinggi
bertingkat dengan rata-rata 20 pada
instalasi datar

sampel ke 8 instalasi hidroponik bertingkat . Sedangkan untuk instalasi hidroponik datar

diperoleh data tertinggi dengan rata-rata 14 pada sampel ke 24 .

VI. KESIMPULAN DAN SARAN


6.1. Kesimpulan
6.1. Kesimpulan
1. Kegiaitan magang ini dapat disimpulkan bahwa Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

(BPTP) Bengkulu adalah istansi yang melaksanakan inventarisasi dan identifikasi

kebutuhan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi, melaksanakaan penelitian,


pengkajian dan perakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi,melaksanakan

pengembangan teknologi dan diseminasi hasil pengkajian serta perakitan materi

penyuluhan, menyiapkan Kerjasama, informasi, dokumentasi, serta penyebar luasan

dan pendagunaan hasil pengkajian, perakitan dan pengembangan teknologi pertanian

tepat guna spesipik lokasi, pemberian pelayanan Teknik kegiatan pengkajian,

melaksananakan urusan tata usaha dan rumah tangga balai dan menerbit bahan

informasi pertanian.

2. Mahasiswa magang dapat memahami dengan baik cara dan system berkerja di Balai

Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) karena ikut terjun langsung ke lapangan,

sehingga ilmu dan pengalaman yang di peroleh selama kegiatan PKL dapat berguna

bagi mahasiswa magang untuk ke depannya.

6.2. Saran

Dengan adahnya Kegiatan Praktik Kerja Lapangan ini, di harapkan dapat

menjalin hubungan kerja sama yang baik antara pihak Universitas Muhammadiyah

Bengkulu dengan tempat pelaksaan magang yaitu Di Balai Pengkajian Teknologi

Pertanian Bengkulu (BPTP) Bengkulu.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2007. Petunjuk Pemupukan. Agromedia Pustaka, Jakarta.


Anonymous,2010. Pupuk Growmore.http://0502198800.Blogspot.

Cahyono, 2003. Pengaruh Konsentrasi dan Waktu Penyemprotan Pupuk


Organik Cair Super ACI terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung

Manis. Fakultas Pertanian Universitas Tujuh Belas Agustus 1945 Samarida.

Hartus, 2003, Petunjuk Bertanam hidroponik, Agromedia Pustaka, Jakarta.

Haryanto 2001. Sawi dan Selada. Edisi revisi. Penebar Swadaya, Jakarta.

Hal170. Jones, Jr., and J. Benton 2005. Hidroponics: A Practical Guide for the
Siless Grower. CRC Press. Florida.

https://www.hipwee.com/tips/nutrisi-hidroponik/

http://www.bertaniorganik.com/2019/02/15/cara-menanam-sawi-hidroponik-

sederhana-cocok-bagi-pemula/

Lingga, P. Dan Marsono. 2005. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar

Swadaya, Jakarta. 50 hlm.

Lingga, Pinus. 2005. Hidroponik, Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Penebar

Swadaya. Jakarta.

Margiyanto. 2007. Budidaya Tanaman Sawi. Edisi revisi. Penebar Swadaya,

Jakarta. Hal 150.

Prihmantoro, H. Dan Y.H. Indriani. 2005. Hidroponik sayuran semusim untuk

bisnis dan hobi. Penebar Swadaya, jakarta. 122 hlm.

Wibowo, S., dan Asriyanti, A. 2013. Aplikasi Hidroponik NFT pada Budidaya


Pakcoy (Brassica rapachinensis). Jurnal Penelitian Pertanian Terapan, Vol.13.

Moesa, Z. 2016. Hidroponik Kreatif. Jakarta: Agromedia

Rukmana, 2003. Klasifikasi dan Struktur Anatomi Fisiologis Tanaman Sawi.

(Blogspot. Com.) diakses 9 oktober 2012.


Susila, 2009. Istilah Hidroponik, Penebar swadaya, Jakarta.

Wardi, H., Sudarmodjo dan D. Pitoyo. 2002. Teknologi Hidroponik Media


Arang Sekam untuk Budidaya Hortikultura. Direktorat teknologi
Budidaya Pertanian-BPPT, Jakarta. 3 hlm.

You might also like