Professional Documents
Culture Documents
BAB 3 - Rencana Struktur Ruang
BAB 3 - Rencana Struktur Ruang
B
A
B
3 RENCANA STRUKTUR
RUANG
3.1 RENCANA SISTEM PERKOTAAN WILAYAH KABUPATEN KARO
a. PKN (Pusat Kegiatan Nasional) : kawasan perkotaan yang berfungsi untuk
melayani kegiatan skala internasional, nasional, atau beberapa provinsi;
Diagram Tata Jenjang Sistem Pusat‐Pusat Permukiman
PPL
PPK
PPL
PKN
PPL
PKL
PPK
PPL
Pusat Kegiatan Lokal (PKL) adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk
melayani kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan. Sesuai
dengan arahan RTRW Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008 – 2028, Pusat
Kegiatan Lokal (PKL) yang ditetapkan di Kabupaten Karo adalah Kota
Kabanjahe, Tiga Binanga, Berastagi, Merek dan Kutabuluh. Yang fungsinya
diarahkan untuk agroindustri, pertanian, perkebunan, pariwisata serta
pengolahan hasil pertanian dan perkebunan.
Untuk lebih jelasnya pusat pelayanan di Kabupaten Karo dapat dilihat pada
Tabel 3.1.
Tabel 3.1
Rencana Pusat Pelayanan Kabupaten Karo
3.2 RENCANA SISTEM JARINGAN PRASARANA KABUPATEN KARO
3.2.1 Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Transportasi
Salah satu aspek yang sangat penting dalam perkembangan suatu wilayah
adalah sistem transportasi yang baik yang menunjang kemudahan akses dari
berbagai arah, baik itu prasarana transportasi, sarana transportasi, sistem
aktivitas, sistem pergerakan atau sistem jaringannya.
Pola pergerakan angkutan orang dan barang secara garis besar dapat
dibedakan menjadi 3 (tiga) tipe, yaitu:
a. Lalu lintas dalam wilayah/pergerakan lokal
Lalu lintas dalam wilayah kabupaten akan bergerak dari kota ke kota atau
dari kota ke desa dan dari desa ke desa, dan sebaliknya. Umumnya
pergerakan arus lalu lintas dimulai dari desa ke wilayah ibukota
kecamatan, ke ibukota kabupaten dengan maksud bekerja, sekolah dan
berbelanja. Dengan demikian volume arus lalu lintas tipe pergerakan ini
akan bertambah besar mulai dari desa, kota kecamatan sampai ibukota
kabupaten, khususnya pada hari pekan.
b. Lalu lintas masuk dan keluar wilayah
Khususnya lalu lintas ini adalah yang datang dari kota atau desa‐desa di
luar wilayah Kabupaten Karo.
c. Lalu lintas melalui atau melewati wilayah
Lalu lintas yang melewati Kabupaten Karo adalah lalu lintas utama yang
melewati jalan Negara yakni dari Kabanjahe ‐ Propinsi NAD dan Medan.
Berdasarkan uraian di atas, maka jaringan jalan di Wilayah Kabupaten Karo
perlu ditingkatkan dan direncanakan untuk pembukaan jalan baru. Dalam
peningkatan jaringan jalan salah satu dasar pemikirannya adalah
meminimalkan pencampuran antara pergerakan lokal dengan regional untuk
memenuhi kebutuhan pelayanan dan mendukung perkembangan wilayah.
Rencana peningkatan dan pembangunan jaringan jalan baru di Kabupaten
Karo dapat diuraikan sebagai berikut.
3.2.1.1 Jaringan Jalan
A. Kondisi Jaringan Jalan
Panjang jalan di Kabupaten Karo tahun 2008 tercatat 1.328,43 Km, dengan
rincian jalan negara sepanjang 167,69 Km, jalan propinsi sepanjang 35,50
Km, dan jalan kabupaten sepanjang 1.125,30 Km. Kondisi jalan negara dan
propinsi terpelihara dengan baik sedang jalan kabupaten hanya sepanjang
645,95 Km yang sudah diaspal, sedangkan sisanya jalan berbatu sepanjang
78,20 Km, jalan krikil 148,00 Km dan jalan tanah sepanjang 253,15 Km.
Kecamatan yang memiliki jarak yang paling jauh dari ibukota kabupaten
adalah Kecamatan Mardingding sejauh 95 Km, kemudian urutan kedua
adalah Kecamatan Laubaleng sejauh 77 Km. Sedangkan kecamatan yang
memiliki jarak paling dekat adalah Kecamatan Tiga Panah yaitu sejauh 5 Km.
Berdasarkan kondisi jalannya, dengan kondisi baik sepanjang 62 Km, kondisi
sedang 150 Km dan kondisi rusak 263,2 Km. Untuk lebih jelasnya panjang
jalan menurut jenis dan kondisi jalan dapat dilihat pada Tabel 3.2, dan Tabel
3.3.
Tabel 3.2
Panjang Jalan menurut Jenisnya di Kabupaten Karo
Tahun 2008 (Km)
Tabel 3.3
Jarak dari Ibukota Kabupaten ke Ibukota Kecamatan serta Kondisi Jalan
di Kabupaten Karo Tahun 2008 (Km)
Jarak Ibukota Kondisi Jalan Panjang
No. Kecamatan Kabupaten Ke Jalan
Ibukota Kecamatan Baik Sedang Rusak Kecamatan
1 Mardingding 95 ‐ 35 60 96,70
2 Laubaleng 77 ‐ 25 52 58,90
3 Tiga Binanga 35 ‐ 5 30 82,00
4 Juhar 45 ‐ 15 30 92,00
5 Munte 24 ‐ 10 14 104,00
6 Kutabuluh 37 6 10 21 90,40
7 Payung 25 ‐ 10 15 72,40
8 Tiganderket 29 4 10 15 ‐
9 Simpang Empat 6,6 ‐ 4 2,6 107,00
10 Naman Teran 16,6 10 4 2,6 ‐
11 Merdeka 13 11 2 ‐ ‐
12 Kabanjahe ‐ ‐ ‐ ‐ 69,40
13 Berastagi 11 11 ‐ ‐ 42,10
14 Tigapanah 5 ‐ ‐ 5 124,90
15 Dolat Rayat 15 15 ‐ ‐ ‐
16 Merek 26 15 11 100,20
17 Barusjahe 15 5 5 5 85,30
Jumlah 62 150 263,2 1.125,30
Sumber : Kabupaten Karo Dalam Angka Tahun 2009
B. Rencana Jaringan Jalan
Penataan hierarki fungsi jalan dilakukan dalam hal sebagai penghubung dan
pengikat antar elemen kota/lingkungan. Prinsip‐prinsip penataan hierarki
jalan adalah sebagai berikut :
3.2.1.2 Terminal/Stasiun
Dalam hal ini, terminal dibedakan kedalam tiga jenis yakni: terminal
regional, terminal dalam kota dan sub terminal. Adapun rencana terminal di
Kabupaten Karo adalah:
• Lokasi terminal angkutan barang dengan fasilitasnya dan pangkalan truk
diarahkan pada terminal terpadu regional Kabanjahe dilengkapi dengan
industri/pergudangan.
• Lokasi terminal transportasi darat tipe B di Kecamatan Berastagi.
3.2.1.3 Pelabuhan
3.2.1.4 Bandara
Untuk lebih jelasnya rencana struktur ruang Kabupaten Karo dapat dilihat
pada Peta 3.1.
Peta 3.1
Rencana Struktur Ruang Kabupaten Karo
3.2.2 Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Energi
Rencana pengembangan jaringan listrik yaitu tersedianya energi listrik untuk
memenuhi kebutuhan listrik domestik, instansi pemerintah/swasta, industri
dan lain‐lain. Rencana pengembangan dilakukan melalui:
• Menjamin penyediaan daya, mutu dan keandalan tenaga listrik;
• Menjaga keselamatan di sepanjang jalur transmisi listrik tegangan tinggi;
• Pada pusat‐pusat kota sekunder dan tersier, pengembangan infrastruktur
listrik diarahkan sesuai dengan skala potensi ekonomi yang dimiliki
dengan tujuan untuk memacu pertumbuhan ekonomi di wilayah
tersebut;
• Pengembangan jaringan infrastruktur diarahkan ke kota yang mempunyai
fungsi pelayanan lokal di kawasan‐kawasan tertentu yang memiliki
potensi ekonomi yang memerlukan dukungan penyediaan listrik yang
terhubungkan dengan sistem jaringan Kota Kabanjahe;
• Menciptakan pengelolaan ruang yang terpadu bagi pemanfaatan air dan
udara untuk pembangkit dengan pelestarian lingkungan, kegiatan sosial
masyarakat, pertanian, industri, perdagangan dan pariwisata.
‐ Desa Mburidi dan Kuala Tebu (Kecamatan Kutabuluh).
‐ Desa Bukit Makmur dan Rimo Bunga (Kecamatan Mardinding).
‐ Desa Buluh Pancu, Naga dan Namosuro (Kecamatan Juhar).
• Pengembangan energi baru yaitu panas bumi di Kecamatan Merdeka dan
Payung.
Jaringan pelayanan listrik yang dikelola oleh PLN di kabupaten diperlukan bagi
perumahan. Tetapi tidak tertutup kemungkinan untuk digunakan juga bagi
kegiatan‐kegiatan industri komersial lainnya. Standar kebutuhan listrik untuk
jenis penggunaan domestik adalah sebesar 180 VA/orang, untuk sarana
umum/sosial sebesar 9 VA/orang, dan untuk komersial dan lain‐lain yaitu 45
VA/orang. Berdasarkan analisa rencana kebutuhan akan penyediaan
kebutuhan listrik di Kabupaten Karo untuk tahun 2010 sebesar 86.060 KVA,
tahun 2015 sebesar 90.232 KVA, tahun 2020 sebesar 94.605 KVA, tahun 2025
sebesar 99.191 KVA dan tahun 2030 sebesar 103.999 KVA. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.4.
3.2.3 Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Sumber Daya Air
3.2.3.1 Jaringan Irigasi
Sistem rencana pengembangan sistem irigasi di Kabupaten Karo antara lain
adalah: penerapan sistem irigasi semi teknis dan irigasi sederhana yang
bersumber dari sungai, air tanah ataupun air hujan, untuk pertanian
tanaman pangan lahan basah, yang terletak di Kecamatan Mardingding,
Laubaleng, Tiga Binanga, Juhar dan Munte.
3.2.4 Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Telekomunikasi
Sebagai alat untuk menunjang komunikasi dan informasi dari suatu tempat ke
tempat lain dan cukup berjauhan, fasilitas telepon amat diperlukan.
Ketersediaan fasilitas ini merupakan elemen yang penting terutama untuk
masyarakat yang dinamis kehidupan sosial dan ekonominya.
Rencana pengembangan jaringan telekomunikasi adalah tersedianya fasilitas
komunikasi untuk memenuhi kebutuhan domestik, instansi
pemerintah/swasta, industri dan lain‐lain.
Tabel 3.4
Rencana Kebutuhan Listrik menurut Jenis Penggunaan di Kabupaten Karo
Tahun 2010 ‐2030
Kebutuhan
2010 2015 2020 2025 2030
Standrad
No. Jenis Penggunaan Jlh Jlh Jlh Jlh Jlh
(VA/Org) 385.605 423.894
Penduduk= 367.778 Penduduk= Penduduk= 404.296 Penduduk= Penduduk= 444.441
VA KVA VA KVA VA KVA VA KVA VA KVA
1 Domestik 180 66.200.040 66.200 69.408.900 69.409 72.773.280 72.773 76.300.920 76.301 79.999.380 79.999
2 Sarana Umum/Sosial 9 3.310.002 3.310 3.470.445 3.470 3.638.664 3.639 3.815.046 3.815 3.999.969 4.000
3 Komersial/Lain‐lain 45 16.550.010 16.550 17.352.225 17.352 18.193.320 18.193 19.075.230 19.075 19.999.845 20.000
J u m l a h 86.060.052 86.060 90.231.570 90.232 94.605.264 94.605 99.191.196 99.191 103.999.194 103.999
Sumber : Hasil Rencana, 2009
Rencana pengembangan jaringan telekomunikasi dilakukan melalui :
• Pengembangannya diarahkan sesuai dengan pola jaringan jalan.
• Pengembangan infrastruktur telekomunikasi diarahkan untuk mencapai
tujuan mewujudkan sistem telekomunikasi lokal, antar kota, kabupaten,
propinsi, nasional dan antar negara dan terjamin keandalannya.
• Pada Pusat Kota Sekunder dan Tersier, pengembangan infrastruktur
telekomunikasi diarahkan sesuai dengan skala potensi ekonomi yang
dimiliki dengan tujuan untuk memacu pertumbuhan ekonomi di wilayah
tersebut.
• Pengembangan jaringan diarahkan ke kota yang mempunyai fungsi
pelayanan lokal di kawasan‐kawasan tertentu yang memiliki potensi
ekonomi yang memerlukan dukungan penyediaan telepon baik yang
terhubungkan dengan sistem jaringan Kota Kabanjahe maupun yang
sifatnya discountinue melalui stasiun relay komunikasi lokal.
Sistem distribusi jaringan telepon di Kabupaten Karo yang digunakan adalah
jaringan primer dan jaringan sekunder. Jaringan primer menghubungkan
sentral dengan daerah‐daerah lokasi, sedangkan jaringan sekunder
menghubungkan jaringan primer dengan rumah‐rumah penduduk.
Prasarana telekomunikasi di Kabupaten Karo dimanfaatkan oleh instansi‐
instansi pemerintah, swasta maupun kalangan masyarakat sendiri. Rencana
kebutuhan pelayanan telepon di Kabupaten Karo adalah menggunakan
standar proporsi kapasitas pelayanan sambungan per 50 penduduk yaitu
minimal 1 SST.
Adapun standar proporsi sambungan langsung yang digunakan di Kabupaten
Karo yang digunakan untuk berbagai kegiatan, antara lain:
• Kebutuhan untuk Rumah Tangga (RT) sebesar 1/50 SST/orang.
• Kebutuhan sarana umum/sosial sebesar 1/250 SST/orang.
• Kebutuhan komersial dan lain‐lain sebesar 1/150 SST/orang.
• telepon umum sebesar 1/1000 SST/orang.
Dari hasil analisis yang telah dilakukan, maka diketahui rencana kebutuhan
sambungan telepon di Kabupaten Karo pada Tahun 2010 sebesar 11.646 SST,
tahun 2020 sebesar 12.803 SST dan untuk tahun 2030 sebesar 14.074 SST.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5
Rencana Kebutuhan Telekomunikasi menurut Jenis Penggunaan
di Kabupaten Karo Tahun 2010 ‐2030
Jumlah Penduduk Kebutuhan
Standrad
No. Jenis Penggunaan 2010 2010 2015 2025 2030 2010 2015 2020 2025 2030
(SST/ORG)
(jiwa) (jiwa) (jiwa) (jiwa) (jiwa) (sst) (sst) (sst) (sst) (sst)
Sambungan Langsung
1 367.778 385.605 404.296 423.894 444.441 1/50 org 7.356 7.712 8.086 8.478 8.889
(RT)
2 Sarana umum/sosial 367.778 385.605 404.296 423.894 444.441 1/250 org 1.471 1.542 1.617 1.696 1.778
3 Komersial/lain‐lain 367.778 385.605 404.296 423.894 444.441 1/150 org 2.452 2.571 2.695 2.826 2.963
4 Telepon Umum 367.778 385.605 404.296 423.894 444.441 1/1000 org 368 386 404 424 444
3.2.5 Rencana pengembangan Prasarana Lainnya
3.2.5.1 Prasarana Pengelolaan Lingkungan
A. Persampahan
Tabel 3.6
Perkiraan Timbulan Sampah di Kabupaten Karo Tahun 2010‐2030
Timbulan/kebutuhan
2010 2015 2020 2025 2030
Standard
No. Keterangan Jlh Jlh Jlh Jlh Jlh
(l/org/hari) 367.778 385.605 404.296 423.894 444.441
Penduduk= Penduduk= Penduduk= Penduduk= Penduduk=
l/hari m³/hari l/hari m³/hari l/hari m³/hari l/hari m³/hari l/hari m³/hari
1 Domestik 2 735.556 736 771.210 771 808.592 809 847.788 848 888.882 889
2 Sarana Umum/Sosial 0,5 183.889 184 192.803 193 202.148 202 211.947 212 222.221 222
3 Komersial 0,25 91.945 92 96.401 96 101.074 101 105.974 106 111.110 111
Total Timbulan
4 1.011.390 1.011 1.060.414 1.060 1.111.814 1.112 1.165.709 1.166 1.222.213 1.222
Sampah ‐
5 Kebutuhan Bak/Tong 1 unit/50 lt 20.228 ‐ 21.208 22.236 ‐ 23.314 24.444 ‐
Sampah
6 Kebutuhan Gerobak 1 unit/2 m³ ‐ 506 530 ‐ 556 583 ‐ 611
Sampah
7 Kebutuhan TPS 1 unit /6 m³ ‐ 169 177 ‐ 185 194 ‐ 204
1 unit/18
8 ‐ 56 59 ‐ 62 65 ‐ 68
Kebutuhan Truk m³
Sampah (3 trip)
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2009
Tabel 3.7
Perkiraan Produksi Air Limbah di Kabupaten Karo tahun 2010 – 2030
Tahun Perkiraan Produksi
No SANITASE/DRAINASE Standart
2010 2015 2020 2025 2030 2010 2015 2020 2025 2030
Kebutuhan Air Bersih
1 Limbah Air Kotor (M3) 103.713 108.741 114.011 305.204 125.332 70%xAir Bersih 72.599 76.119 79.808 213.643 87.733
Jumlah Penduduk (jiwa)
2 1 unit (5
Septictank/Rt 367.778 385.605 404.296 423.894 444.441 penduduk) 73.556 77.121 80.859 84.779 88.888
(Unit)
3 Septicktank
umum/MCK 367.778 385.605 404.296 423.894 444.441 1 unit (1000 pddk) 368 386 404 424 444
( Unit)
Sumber : Hasil Rencana Tahun 2009
3.2.5.2 Penyediaan Air Bersih Wilayah
Kebutuhan akan air bersih/minum merupakan hal yang vital bagi kehidupan.
Kebutuhan ini akan meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah
penduduk dan kegiatan. Berdasarkan kondisi yang ada, kebutuhan
penyediaan air bersih/minum di kecamatan secara ideal didekati dengan
penggunaan angka standart yang telah ditetapkan yaitu minimal 60
liter/hari/kapital dan optimal 86,4 liter/hari/kapita (menurut standart dari
Prof. Mortonegoro). Dari angka standart tersebut dapat dihitung perkiraan
volume air bersih/minum yang perlu diproduksi oleh instansi pengelola air
bersih/minum. Selain angka standart tersebut, guna memanfaatkan
proporsi angka presentase pendistribusian volume air bersih/minum yang
diproduksi, digunakan pendekatan dengan ketentuan yang telah ada di
aplikasikan beberapa konsep rencana di Indonesia, yaitu:
• Kebutuhan domestik, yaitu 150 liter/orang/hari.
• Hidran Umum, yaitu 40 liter/orang/hari.
• Kebutuhan untuk komersial/industri, yaitu 30 liter/orang/hari..
• Kebutuhan pelayanan sosial, yaitu 15 liter/orang/hari.
Tabel 3.8
Perkiraan Kebutuhan Air Bersih menurut Jenis Penggunaan
di Kabupaten Karo Tahun 2010 ‐2030
Kebutuhan
Peta 3.2
Rencana Jaringan Prasarana Kabupaten Karo
3.2.6 Rencana Pengembangan Sarana Lainnya
3.2.6.1 Rencana Prasarana Pendidikan
Berdasarkan data tahun 2008 fasilitas pendidikan berupa SD sebanyak 286
unit, jadi sampai tahun 2030 jumlah kebutuhan SD sudah mencukupi. Untuk
SLTP, tahun 2008 sebanyak 60 unit dengan penambahan sampai tahun 2030
sebanyak 33 unit. SMU pada tahun 2008 sebanyak 29, sehingga sampai
tahun 2030 membutuhkan penambahan 64 unit. Untuk lebih jelasnya
rencana fasilitas pendidikan di Kabupaten Karo dapat dilihat pada Tabel 3.9.
Tabel 3.9
Rencana Penyediaan Fasilitas Pendidikan di Kabupaten Karo
Tahun 2010 – 2030
Jlh Tahun 2010 Tahun 2015 Tahun 2020 Tahun 2025 Tahun 2030
Luas/Unit Penduduk 367.778 385.605 404.296 423.894 444.441
No Jenis Fasilitas
(M²) Pendukung
(jiwa) (unit) (Ha) (unit) (Ha) (unit) (Ha) (unit) (Ha) (unit) (Ha)
1 TK 500 1.250 294 14,70 308 15,40 323 16,15 339 16,95 356 17,80
2 SD/MI 2.000 1.600 230 46,00 241 48,20 253 50,60 265 53,00 278 55,60
3 SLTP/MTs 9.000 4.800 77 69,30 80 72,00 84 75,60 88 79,20 93 83,70
4 SMU/SMK/MA 12.500 4.800 77 96,25 80 100,00 84 105,00 88 110,00 93 116,25
5 SMK Terpadu 30.000 4.800 77 231,00 80 240,00 84 252,00 88 264,00 93 279,00
5 Taman Bacaan 150 2.500 147 2,21 154 2,31 162 2,43 170 2,55 178 2,67
6 Perpustakaan 6.000 30.000 12 7,20 13 7,80 13 7,80 14 8,40 15 9,00
7 Akademi/PT 6.000 30.000 12 7,20 13 7,80 13 7,80 14 8,40 15 9,00
Jumlah 926 473,86 969 493,51 1.016 517,38 1.066 542,50 1.121 573,02
Sumber : Hasil Rencana Tahun 2009
Ket : JP = Jumlah Penduduk
3.2.6.2 Rencana Prasarana Ekonomi
Untuk fasilitas pendukung perekonomian, di Kabupaten Karo telah terdapat
fasilitas pasar yang tersebar di hampir semua kecamatan. Jumlah pasar
paling banyak terdapat di Kecamatan Berastagi sebanyak 3 unit, kemudian
Kecamatan Kabanjahe sebanyak 2 unit. Sedangkan kecamatan lainnya
masing‐masing 1 unit. Kecamatan yang belum memiliki pasar adalah
Kecamatan Payung dan Kecamatan Naman Teran. Aktifitas pasar di
Kabupaten Karo dibedakan atas 2 (dua) jenis, yaitu pasar setiap hari dan
pasar sekali dalam seminggu (pekan). Kecamatan yang aktifitas pasarnya
setiap hari adalah Kecamatan Kabanjahe dan Kecamatan Berastagi,
sedangkan aktifitas pasar di kecamatan lainnya adalah satu kali dalam
seminggu (pekan).
Tabel 3.10
Rencana Penyediaan Fasilitas Perdagangan di Kabupaten Karo
Tahun 2010 – 2030
3.2.6.3 Rencana Prasarana Kesehatan
Perkiraan jumlah fasilitas kesehatan di Kabupaten Karo sampai tahun 2030
adalah sebanyak 672 unit. Fasilitas kesehatan yang membutuhkan
penambahan adalah Balai Pengobatan Warga dan Apotik, masing‐masing
sebanyak 82 unit dan 6 unit. Sedangkan jenis fasilitas berupa Posyandu,
BKIA/Klinik Bersalin, Puskesmas Pembantu, Puskesmas dan tempat Praktek
Dokter tidak membutuhkan penambahan, karena jumlah eksisting lebih
banyak dari jumlah perkiraan. Untuk lebih jelasnya perkiraan jumlah fasilitas
kesehatan di Kabupaten Karo dapat dilihat pada Tabel 3.11.
Tabel 3.11
Perkiraan Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Karo
Tahun 2010 ‐ 2030
3.2.6.4 Rencana Prasarana Peribadatan
Tabel 3.12
Rencana Jumlah Fasilitas Peribadatan di Kabupaten Karo
Tahun 2010 ‐ 2030