Tugas PPK Kelompok 4

You might also like

You are on page 1of 13

TUGAS KELOMPOK

“PELATIHAN PRAKTEK PEMODELAN KEBIJAKAN”


KEBIJAKAN PUBLIK

Disusun Oleh :
KELOMPOK 4

1. Akta Surya Rahma Kenyo Hidayat ( 30.0771 Absen 13)


2. Maychel Yoas Sinaga
3. Marshela Manurung (30.1007 Absen 17)
4. Muh. Anang Tripasca
5. Muhlis Dwi Putra ( 30.1247 Absen 21 )
6. Yohanes B. Jata

KELAS J5
MANAJEMEN KEAMANAN DAN KESELAMATAN PUBLIK
INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
TAHUN AJARAN 2021/2022
A. AKTOR KEBIJAKAN YANG TERLIBAT DALAM PROSES PENYUSUNAN
KEBIJAKAN
Aktor dalam proses penyusunan kebijakan di organisasi Pemerintah dibagi atas dua yaitu
Pemerintah dan Non-Pemerintah, yaitu :
AktorPemerintah:
1. Legislatif

Lembaga ini adalah lembagaformal yang berfungsi untuk menetapkan perundangan,


parlemen mempunyai peran sentral dalam mempertimbangkan, meneliti, mengoreksi sampai
menyebarluaskan kebijakan kepada masyarakat dan lembaga ini juga berfungsi untuk
menetapkan keputusan-keputusan dalam bidang politik.

Aktor dari lembaga Legislatif sertaPeran dan Wewenangnya:

 MPR : -MenetapkanUndang-undangDasar.
-Menetapkan Tap MPR
 DPR :-Menetapkan Undang-undang Dasar dengan bekerjasama bersama Presiden.
 DPRD Provinsi :-Menetapkan Peraturan Daerah Provinsi bersama-sama dengan
Pemerintah Daerah Provinsi
 DPRD Kabupaten/Kota: -Menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota bersama-sama
Pemerintah daerah Kabupaten/Kota.

2. Eksekutif:

Presiden mempunyai peran penting sebagai Kepala Eksekutif seperti pembentukan


kebijakan dan secara langsung seorang Presiden memiliki peran dalam pembuatan kebijakan hal
ini bisadilihatdalam rapat kabinetdan komisi presidensial, dan presiden bisa terlibat secara
personal dalam pembuatan kebijakan dan presiden juga bisa membentuk berbagai kelompok
yang terdiridari berbagai unsure dalam menetapkan dan menyelidiki suatu kebijakan yang
dibentuk.

Aktor dari lembagaEksekutif sertaPeran danWewenangnya:

 Presiden:-Membentuk Undang-Undang dengan Persetujuan DPR


-Menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang–Undang
3. Yudikatif

Lembaga ini merupakan suatu lembaga yang memiliki peran penting atau kekuasaan
yang dapat mempengaruhi kebijakan public dengan melakukan peninjauan undang-undang dan
menentukan sah atau tidaknya suatu kebijakan yang dilakukan oleh lembaga Legislatif dan
Eksekutif dan akan dinyatakan sah jika sesuai dengan konstitusi yang ada.

Aktor dari lembaga Yudikatif serta Peran dan Wewenangnya:

 Lembaga peradilan (Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi): -Uji material


peraturankebijakan.

4. InstansiAdministratif:

Instansi Administrasi dapat berhubungan dengan Politik dan keterlibatannya sering


terlihat untuk mengembangkan suatu kebijakan public dan pluralitas dalam masyarakat
mendukung Instansi administrative mendapat kesempatan dalam menjadi suatu aktor yang
berperan dalam kebijakan publik.

Aktor dari Instansi Administratif serta Peran dan Wewenangnya:

 Pemerintah: -Menetapkan Peraturan Pemerintah (PP) untuk melaksanakan Undang-


Undang (UU)
 Menteri: -Menetapkan Peraturan Menteri (Permen) atau Keputusan Menteri (Kepmen)
sebagai peraturan pelaksana
 Lembaga Pemerintah Non Departemen: -Menetapkan peraturan-peraturan yang bersifat
teknis, yaitu peraturan pelaksanaan dari perundangan yang lebih tinggi derajatnya.
 Direktorat Jenderal: -Menetapkan/mengeluarkan peraturan-peraturan pelaksanaan yang
bersifat teknis di bidangnya masing-masing.
 Badan-Badan Negara Lainnya: -Mengeluarkan/menetapkan peraturan-peraturan
pelaksanaan yang berisi perincian dari ketentuan-ketentuan perundangan yang mengatur
di bidang tugas dan fungsinya masing-masing.
 Pemerintah Provinsi: -Menetapkan Peraturan Daerah Provinsi (Perda Provinsi) dengan
persetujuan DPRD Provinsi
 Pemerintah Kabupaten/Kota: -Menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota (Perda
Kabupaten/Kota) dengan Persetujuan DPRD Kabupaten/Kota
 KepalaDesa/WaliNagari:-Menetapkan Peraturan dan Keputusan Desa dengan persetujuan
Badan Perwakilan Desa (BPD) / Bamus
 BPD: -Menetapkan Peraturan Desa atau Keputusan Desa bersama-sama dengan
KepalaDesa

5. KelompokKepentingan

Kelompok kepentingan mempunyai fungsi dalam mengemukakan tuntutan dan dukungan


serta memberikan alternative tindakan kebijakan dan member informasi yang bersifat teknis
mengenai sifat dan akibat yang bisa ditimbulkan atau dihasilkan dari pembentukan kebijakan dan
hal ini disampaikan kepada pejabat terkait (rasionalitas), dan kelompok ini merupakan sumber
utama pemerintah untuk memproses kebijakan publik.

6. PartaiPolitik

Partai Politik berfungsi sebagai kumpulan kepentingan dan berusaha untuk menghasilkan
suatu kebijakan dimana ketika mereka memenangkan pemilu bisa menguntungkan konstituennya
dan ketika suatu partai politik sudah duduk di parlemen suatu partai politik akan mengusulkan
kebijakan-kebijakan dan berusaha untuk mengubah permintaan khusus dari kelompok
kepentingan menjadi usulan kebijakan atau bahkana lternatif kebijakan.

7. Warga Negara (Individu)

Warga Negara memiliki peluang dalam berpartisipasi untuk pembuatan kebijakan karena
warga Negara wajib didengarkan oleh pejabat yang berwenang dalam penyampaian
pendapatnya.

B. MEKANISME PENYUSUNAN KEBIJAKAN


Kebijakan publik pemerintah berimpitan dengan beberapa prinsip dalam good
governance bahkan kebijakan pemerintah akan menjadi cermin bagi pelaksanaan tata kelola
pemerintah yang baik. prinsip prinsip yang dimaksud adalah patisipasi, transparansi, dan
akuntabilitas (Indah Ratih, 2016). Dalam menghasilkan kebijakan publik, pemerintah melakukan
tahapan atau proses penyusunan kebijakan publik yang meliputi; Perumusan kebijakan,
pelaksanaan kebijakan, dan evaluasi kebijakan.

Menurut William N. Dunn proses kebijakan publik dimulai dari penyusunan agenda
kebijakan, formulasi kebijakan, adopsi kebijakan. Penyusunan agenda kebijakan merupakan
salah satu bagian yang sangat pentingdari tahapan pembuatan kebijakan. Tahapan ini merupakan
langkah kunci yang harus dilalui ketika suatu isu masuk dan dapat diangkat dalam agenda
pemerintah. Pada akhirnya isu tersebut dapat diangkat menjadi agenda kebijakan pemerintah,
maka masalah tersebut dapat dipecahkan melalui tindakan kebijakan.proses penyusunan
kebijakan harus didasarkan pada kebutuhan yang sudah diperhitungkan rasionalitasnya.

Tahapan Proses Kebijakan Publik

1. Perumusan Masalah
Langkah pertama yang dilakukan dalam perumusan masalah ini adalah dilakukan
musyawarah mengenai permasalahan atau isu-isu publik dengan pertimbangan tertentu
dengan teknik yang sesuai. Perumusan masalah mengandung beberapa unsur yakni;
a. Menurut Sidney perumusan kebijakan mencoba menjawab sejumlah pertanyaan,
yaitu: apa rencana untuk menyelesaikan masalah? Apa yang menjadi tujuan dan
prioritas? Pilihan apa yang tersedia untuk mencapai tujuan tersebut? Apa saja
keuntungan dan kerugian dari setiap pilihan? Eksternalitas apa, baik positif maupun
negatif yang terkait dengan setiap alternatif? ( Muadi Sholih, dkk, 2016).
b. Melibatkan proses penyusunandraft peraturan untuk setiap alternatif yang isinya
mendeskripsikan mengenai sanksi, hibah, larangan, hak, serta mengartikulasikan
kepada siapa atau kepada apa ketentuan tersebut akan berlaku dan memiliki dampak,
dan lain-lain,.

Dalam Perumusan masalah juga memiliki beberapa tahapan yang diawali dengan
dilakukannya penyusunan agenda.
a. Penyusunan Agenda
Penyusunan agenda merupakan sebuah proses yang sangat strategis dalam realitas
kebijakan publik. Didalamnya terdapat ruang dimana terjadi pemaknaan apa yang
disebut dengan masalah publik dan prioritas ddalam agenda politik dipertarungakan,
Membahas mengapa mengapa beberapa persoalan muncul sebagai agenda
pemerintah, sedangkan yang lain tidak. Membahas tentang siapa saja yang
mempengaruhi agenda pemerintah, dan mengapa mereka melakukan itu. Jika sebuah
isu mampu mendapatkan status sebagai masalah publik, dan mendapat prioritas
dalam agenda, maka isu tersebut mendapat alokasi sumber daya publik yang lebih
daripada isu yang lainnya.

2. Pelaksanaan Kebijakan
Tahapan yang kedua adalah pelaksanaan kebijakan yakni melaksanakan atau
mengimplementasikan kebijakan di kalangan masyarakat yang telah dibuat atau
dirumuskan oleh aktor kebijakan publik atau birokrasi.

3. Evaluasi Kebijakan
Tahapan terakhir yakni evaluasi adalah mengevaluasi kebiajakn yang telah
diterapkan di masyarakat untuk mengetahui seberapa jauh pelaksanaan kebijakan publik
dapat mencapai tujuan kebijakan publik sebagai dasar dibuatnya kebijakan ini.
Mengevaluasi kekurangan dan kelebihan dari kebijakan publik ini. Apakah harus di
revisi atau dilanjutkan hingga dilakukan penetapan kebiajakan secara resmi.

C. MENGIDENTIFIKASI PROSES PENYUSUNAN KEBIJAKAN DENGAN MELIHAT


STAKEHOLDERS DAN KETERLIBATAN KAUM MARJINAL DALAM PENYUSUNAN
KEBIJAKAN YANG DIPILIH.
Kelompok marjinal pada dasarnya memiliki ruang yang terbatas untuk dapat
mengekpresikan suara, keinginan, harapan, komplain atas apa yang mereka alami dalam
kehidupan sehari – hari. Seringkali kelompok marjinal adalah kelompok yang tidak pernah
diundang dalam musyawarah untuk merumuskan penyusunan kebijakan. Dalam mendorong
kelompok marginal agar berdaya dan dapat terlibat dalam siklus penyusunan kebijakan dapat
dibentuk Kelompok Intermediary yang beranggotakan aktor – aktor yang dapat menjadi
perantara serta membantu mengartikulasikan kebutuhan dan kepentingan kelompok marjinal.

Kelompok marjinal pada dasarnya memiliki ruang yang terbatas untuk dapat
mengekpresikan suara, keinginan, harapan, komplain atas apa yang mereka alami dalam
kehidupan sehari – hari. Di desa, seringkali kelompok marjinal adalah kelompok yang tidak
pernah diundang dalam musyawarah desa untuk merumuskan rencana pembangunan desa.
Kelompok marjinal dapat mengekspresikan diri dalam tahapan – tahapan penyusunan kebijakan
mulai dari perencanaan, penganggaran, dan pertanggung jawaban karena keberadaan mereka
sebagai masyarakat yang berdaya diakui oleh undang – undang. UU menjelaskan bahwa setiap
orang berhak memperoleh informasi, berpartisipasi, dan melakukan pemantauan. Jangan
kesampingkan mereka, berdayakan mereka untuk mewujudkan pembangunan desa yang mandiri
dan sejahtera.

Ada dua dampak yang terjadi apabila kaum marjinal tidak dilibatkan dalam penyusunan
kebijakan yaitu :

1. masyarakat merasa tidak berguna, padahal kekuasaan berada di tangan rakyat


2. masyarakat tidak akan ada hubungan baik dengan pemerintah.

Ada beberapa dampak bagi Kelompok marjinal pada masa covid 19 yaitu rentan bisa
terdampak dua hal. Pertama, kemungkinan tak mampu melakukan preventif dan social
distancing sehingga lebih rentan terkena covid-19. Kedua, mereka terkena dampak ekonomi saat
tak bisa bekerja karena sakit. pembatasan sosial berskala besar juga membuat kelompok marjinal
kesulitan dalam mengelola perekonomian mereka karena menurunnya tingkat permintaan barang
dan jasa.

D. MODEL KEBIJAKAN YANG DIGUNAKAN


Penerapan PPKM untuk Mengendalikan Laju Covid-19 dan Menjaga Kehidupan
Masyarakat

Presiden RI Joko Widodo telah menyampaikan penjelasan resmi terkait perkembangan terkini
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) pada Selasa (20/7) . Presiden
mengungkapkan bahwa kebijakan penerapan PPKM adalah sesuatu yang tak dapat dihindari
guna menekan laju penularan Covid-19, serta mengendalikan kapasitas rumah sakit yang
menangani pasien Covid-19 agar tidak over capacity.

“Pemerintah memutuskan untuk melanjutkan PPKM sampai 25 Juli 2021. Namun terus
memantau, memahami dinamika di lapangan, dan mendengar suara-suara masyarakat yang
terdampak PPKM. Jika tren kasus terus mengalami penurunan, maka 26 Juli 2021, Pemerintah
akan melakukan pembukaan secara bertahap,” ungkap Presiden Jokowi.

Untuk melaksanakan kebijakan perpanjangan sementara PPKM, telah diterbitkan dua Instruksi
Mendagri, yaitu Instruksi Mendagri No. 22 Tahun 2021 terkait Pemberlakuan PPKM Level 4
untuk Kabupaten/Kota di Wilayah Jawa dan Bali, dan Instruksi Mendagri No. 23 Tahun 2021
terkait Pemberlakuan PPKM Mikro (Level 4 dan Level 3 untuk Kabupaten/Kota di Wilayah Luar
Jawa dan Bali). Kedua Instruksi Mendagri tersebut berlaku sejak 21 s.d. 25 Juli 2021.

“Akan terus dilakukan evaluasi dan monitoring perkembangan laju kenaikan kasus Covid-19 dan
berbagai indikator yang lain. Hasil evaluasi dan monitoring selama 5 hari ini, akan menjadi dasar
bagi pembukaan secara bertahap atas Pembatasan Kegiatan Masyarakat, yang saat ini dilakukan
pengetatan dalam PPKM Darurat ini,” tutur Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
Airlangga Hartarto, dalam Konferensi Pers “Tindak Lanjut Arahan Presiden RI terkait
Perkembangan Terkini Penerapan PPKM” secara virtual di Jakarta, Rabu (21/7).

PPKM kali ini juga disesuaikan menurut level asesmen masing-masing Kabupaten/Kota.
Penentuan level yang didasarkan pada standar WHO, yaitu level asesmen situasi pandemi yang
mengukur antara laju transmisi virus dibandingkan dengan kapasitas respon (3T). Selain itu juga
menggunakan indikator kasus konfirmasi harian, tingkat BOR, dan pencapaian vaksinasi.
Pada saat dilakukan pembukaan secara bertahap, tempat usaha yang akan dilakukan pembukaan
yakni pasar tradisional (selain yang menjual kebutuhan pokok sehari-hari), diizinkan dibuka s.d.
pukul 15.00 dengan kapasitas maksimal 50%, dengan protokol kesehatan ketat yang
pengaturannya ditetapkan oleh Pemerintah Daerah (Pemda). Namun, saat ini pasar tradisional
yang menjual kebutuhan pokok sehari-hari tetap diizinkan dibuka s.d. pukul 20.00 waktu
setempat dengan kapasitas pengunjung 50%.

Selain itu, juga pedagang kaki lima, toko kelontong, agen/outlet voucher pulsa, pangkas
rambut, laundry, pedagang asongan, bengkel kecil, cucian kendaraan, dan usaha kecil lain yang
sejenis, diizinkan buka dengan protokol kesehatan ketat s.d. pukul 21.00 waktu setempat yang
pengaturan teknisnya diatur oleh Pemda.

Kemudian, warung makan, pedagang kaki lima, lapak jajanan dan sejenisnya yang memiliki
tempat usaha di ruang terbuka diizinkan buka dengan protokol kesehatan ketat s.d. pukul 21.00
waktu setempat dan maksimum waktu makan untuk setiap pengunjung adalah 30 menit.

Pemerintah juga telah mengalokasikan tambahan anggaran untuk Program Pemulihan Ekonomi
Nasional (PEN), khususnya klaster Kesehatan dan Perlindungan Sosial (Perlinsos) yang
mendapat tambahan sebesar Rp55,21 triliun. Khusus untuk Program Perlinsos ditambah sebesar
Rp33,98 triliun (dari sebelumnya Rp153,86 triliun menjadi Rp187,84 triliun), yaitu untuk
program Kartu Sembako, Diskon Listrik, Subsidi Kuota Internet, Kartu Prakerja, Bantuan Beras
Bulog dan Kartu Sembako PPKM.

Tambahan atas beberapa Program Perlinsos tersebut antara lain adalah:

 Program Kartu Sembako, akan ditambah indeks manfaatnya selama 2 bulan @Rp200
ribu untuk 18,8 juta KPM;
 Diskon Listrik akan dilanjutkan untuk 3 bulan (Oktober – Desember 2021), sebesar
Rp1,91 triliun;
 Subsidi kuota internet selama 5 bulan (Agustus – Desember 2021) sebesar Rp5,54 triliun;
 Kartu Prakerja (Rp1,2 triliun) dan Bantuan Subsidi Upah/BSU (Rp8,8 triliun) akan
ditambah sebesar total Rp10 triliun. Khusus BSU akan diberikan kepada para pekerja di
sektor non kritikal dan lokasi kerjanya berada di area PPKM Level 4 dengan upah Rp3,5
juta ke bawah (diatur lebih lanjut dalam Permenaker yang sedang disusun); dan
 Bantuan Beras BULOG untuk 10 juta KPM BST dan 18,8 juta KPM Kartu Sembako.

“Program-program Perlinsos tambahan tersebut akan diprioritaskan untuk daerah-daerah yang


menerapkan PPKM Level 4, di mana untuk periode saat ini ada 122 Kabupaten/Kota di Pulau
Jawa dan Bali serta 15 Kabupaten/Kota di Luar Pulau Jawa dan Bali,” tutur Menko Airlangga.

Selain itu, Pemerintah juga akan memberikan insentif untuk Usaha Mikro atau Super Mikro yang
sifatnya informal (misalnya warung, PKL, lapak jajanan, dll.) sebesar @Rp1,2 juta untuk sekitar
1 juta usaha mikro yang terdampak Level 4, yang akan disalurkan oleh TNI/Polri. Mekanisme
atau tata cara penyaluran bantuan akan diatur dalam Pedoman Umum dan Petunjuk Teknis yang
ditetapkan dan dilaksanakan oleh TNI/Polri, dan disusun dengan berpedoman pada Permenkeu
mengenai Pemberian Bantuan Pemerintah, serta akan dilakukan pendampingan oleh Kemenkeu
dan BPKP.

Untuk mendapatkan bantuan tersebut, masyarakat (pelaku usaha mikro atau super mikro) harus
melakukan Pendaftaran Program Bantuan. Babhinsa dan Bhabinkabtibmas akan “menjemput
bola” dengan mendatangi pelaku usaha mikro yang berhak, agar memudahkan mereka
mendaftar. Formulir pendaftaran berupa isian sederhana yang berisi data-data pokok, antara lain
NIK, Jenis Usaha/Warung, Lokasi Usaha dan isian data pokok lainnya.

TNI/Polri kemudian melakukan pengecekan data ke Pemda (Dinas terkait) mengenai data NIK
(terkait dengan validitas data NIK) dan memastikan bahwa NIK tersebut tidak termasuk yang
sudah mendapatkan (penerima) BPUM sehingga tidak terjadi duplikasi bantuan. Setelah data
valid, maka TNI/Polri akan menetapkan dan pemilik NIK tersebut resmi sebagai Penerima
Bantuan.

TNI/Polri akan menyalurkan bantuan secara langsung dengan mendatangi lokasi usaha, sekaligus
mengecek kesesuaian data yang diisi saat pendaftaran sebelumnya. Untuk pertanggungjawaban
atas penyaluran bantuan tersebut, dapat berupa Tanda Terima (Berita Acara) dari Penerima
Bantuan (pemilik warung/PKL dll.) dan disertai dengan foto/dokumentasi yang memadai.
Setelah pelaksanaan penyaluran bantuan, TNI/Polri akan merekap datanya dan mengisi form
laporan sederhana untuk akuntabilitas dan pertanggungjawaban.

“Dalam pelaksanaan penyaluran bantuan tersebut, TNI/Polri akan berkoordinasi dengan Pemda
(Dinas terkait), Kemendagri (Dukcapil), Kemenkop UKM (Data BPUM), dan untuk
pengawasannya akan didampingi oleh Kejaksaan Agung, BPKP dan KPK, sehingga proses
penyaluran dapat berlangsung cepat dan tepat sasaran,” papar Menko Airlangga.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan menambahkan
bahwa pemerintah dalam waktu dekat akan meningkatkan frekuensi Testing dan Tracing, serta
membangun pusat isolasi di tempat perumahan yang padat penduduk di kawasan aglomerasi.

Di sisi lain, hari ini telah diterbitkan Permenkumham Nomor 27 Tahun 2021 tentang Pembatasan
Orang Asing Masuk ke Wilayah Indonesia dalam Masa PPKM Darurat, yang mengubah
Permenkumham Nomor 26 Tahun 2020 tentang Visa dan Izin Tinggal Dalam Masa Adaptasi
Kebiasaan Baru, dan mengatur pembatasan masuknya orang asing dari luar negeri dalam masa
PPKM Level 4, termasuk para Tenaga Kerja Asing (TKA) yang bekerja di Proyek Strategis
Nasional (PSN) maupun sektor lainnya. Orang asing yang diizinkan masuk adalah mereka yang
memegang visa dan izin tinggal diplomatik maupun dinas, pemilik izin tinggal terbatas atau
tetap, memiliki tujuan kesehatan atau kemanusiaan (misalnya dokter atau petugas laboratorium
Covid-19), dan memiliki rekomendasi dari K/L terkait, serta memenuhi prokes Covid-19 (sudah
vaksin, tes PCR, dan menjalankan karantina).

Turut hadir dalam Konferensi Pers hari ini adalah Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
Airlangga Hartarto, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar
Panjaitan, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati; Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah;
Menteri Hukum dan HAM Yasonna H. Laoly; dan Direktur Jenderal Bina Pemerintahan Desa
Kementerian Dalam Negeri Yusharto Huntoyungo. (rep/fsr/hls)

E. ANALISA SWOT TERHADAP KEBIJAKAN


STRENGTHS : Dari kebijakan PSBB dan PPKM yang diterapkan maka diantar ialah
peran serta masyarakat dan komitmen untuk menjalankan kebijakan ini dengan baik yang
bertujuan untuk menekan laju perkembangan virus yang telah bermutasi menjadi
beberapa janis varian yang berbahaya. Dengan membatasi kegiatan yang membuat orang
berkerumun, tentunya dapat mencegah dan menghindari dari penyebaran virus. Sehingga,
jumlah korban dapat dikendalikan dan langkah pemulihan dapat segera terwujud dan
aktifitas ekonomi dapat kembali normal.
WEAKNESSES : Peran pengawasan sangat penting dalam menjalankan kebijakan
PPKM ini. Konsistensi dan pengawasan menjadi dua hal potensi kelemahan dari
kebijakan PPKM ini. Sehingga, jika ini terjadi maka potensi tidak tercapainya tujuan
kebijakan PPKM ini akan semakin besar. Untuk itu diperlukan kerjasama dan koordinasi
antara berbagai pihak agar kebijakan ini dapat berjalan sesuai rencana.
OPPORTUNITIES : Untuk memastikan kebijakan PPKM berjalan dengan maksimal,
selain dengan bekerjasama dan koordinasi antar pihak, juga dapat dilakukan langkah
strategis lain berupa program vaksinasi untuk mencapai herd immunity sehinga tercipta
kekebalan tubuh yang baik untuk meminimalisasi gejala yang mungkin timbul akibat
terpapar virus ini. Program vaksinasi ini bertujuan untuk meningkatkan kekebalan imun
tubuh agar menjadi perisai dari terjangkitnya virus ini atau minimal gejala yang timbul
akan lebih ringan. Sehingga jika dilihat dari sudut pandang ekonomi, aktivitas fisik tidak
tergangu dan tetap dapat memonitor kegiatan usahanya meski dari rumah.
THREATS : Ancaman dari kebijakan PPKM ini ialah terletak pada kepatuhan
masyarakat dalam menjalankan kebijakan yang telah dicanangkan pemerintah. Jika
masyarakat patuh, maka kebijakan PPKM ini akan berhasil dan pandemi bisa teratasi.
Pun sebaliknya jika amsyarakat tidak patuh, maka kondisi pandemi semakin lama yang
berkibat pada pemulihan sektor ekonomi akan semakin lama dan dampak yang
ditimbulkan akan semakin luas.

Daftar Pustaka
https://www.caritra.org/2020/07/15/memberdayakan-kelompok-marjinal-dalam-pembangunan-desa/

Daftar Pustaka

Indah Ratih, 2016. ANALISIS PENYUSUNAN AGENDA KEBIJAKAN PUBLIK (STUDI KAJIAN AGENDA
PENYUSUNAN KEBIJAKAN PENYELESAIAN PELANGGARAN RTRW OLEH INDUSTRI CV.
EVERGREEN INDOGARMENT)

Muadi Sholih, Ismail, Sofwani Ahmad, 2016. KONSEP DAN KAJIAN TEORI PERUMUSAN
KEBIJAKAN PUBLIK

You might also like