You are on page 1of 14

MODUL PERKULIAHAN

Modul 12
BUSSINESS ETHICS
& GCG
Materi: Prinsip-Prinsip GCG

Disusun Oleh
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK
Tim Dosen

12
Fak Ekonomi & Bisni S1 Manajemen 1902510020

Abstract Kompetensi
Materi perkuliahan ke-12 membahas Mahasiswa mampu mengaplikasikan
Mengenai Prinsip-prinsip Good Tanggungjawab Sosial Perusahaan,
Corporate Governance diantaranya Syarat bagitanggungjawab moral, Status
adalah Transparansi, Akuntabilitas, perusahaan dan Lingkup tanggungjawab
Responsibilitas, Independensi, serta social, Argumen yang mendukung
Kewajaran dan Kesetaraan. keter;ibatan social perusahaan,
Implementasi tanggungjawab social
perusahaan. Serta konsep, fungsi, nilai-
nilai Lingkungan Hidup dan Etika yang
meliputi : Suistainable Development,
Lingkungan Hidup dan Ekonomi, Jenis
Kerusakan Lingkungan Hidup, Dasar
Etika Lingkungan Hidup, Peran
Pemerintah dalam menanggulangi
kerusakan lingkungan hidup
Prinsip-prinsip Good Corporate Governance

Pada dasarnya, esensi dari corporate governance adalah peningkatan kinerja


perusahaan melalui supervisi atau pemantauan kinerja manajemen dan adanya
akuntabilitas manajemen terhadap pemangku kepentingan lainnya, berdasarkan
kerangka aturan dan peraturan yang berlaku. Oleh karena itu, tujuan good corporate
governance adalah untuk menciptakaan nilai tambah bagi semua pihak yang
berkepentingan. Pihak-pihak tersebut adalah pihak internal yang meliputi dewan
komisaris, direksi, karyawan, dan pihak eksternal yang meliputi investor, kreditur,
pemerintah, masyarakat dan pihak–pihak lain yang berkepentingan (stakeholders).
Secara khusus, beberapa tujuan good corporate governance adalah:
1. Meningkatkan efisiensi, efektifitas, dan kesinambungan suatu organisasi yang
memberikan kontribusi kepada terciptanya kesejahteraan pemegang saham,
pegawai dan stakeholders lainnya dan merupakan solusi yang elegan dalam
menghadapi tantangan organisasi kedepan
2. Meningkatkan legitimasi organisasi yang dikelola dengan terbuka, adil, dan
dapat dipertanggungjawabkan
3. Mengakui dan melindungi hak dan kewajiban para shareholders dan
stakeholders
Dalam mewujudkan good corporate governance, diperlukan adanya dua aspek
keseimbangan, yaitu keseimbangan internal dan eksternal. Keseimbangan internal
dilakukan dengan cara menyajikan informasi yang berguna dalam evaluasi kinerja,
informasi tentang sumber daya yang dimiliki perusahaan, semua transaksi dan
kejadian internal, dan informasi untuk keputusan manajemen internal. Sedangkan
keseimbangan eksternal dilakukan dengan cara menyajikan informasi bisnis kepada
para pemegang saham, kreditur, bank, dan organisasi lainnya yang berkepentingan.
Prinsip good corporate governance dilakukan dengan menggunakan prinsip-prinsip
yang berlaku secara internasional, yaitu (FCGI, 2001). Prinsip-prinsip tersebut
adalah :
1. Hak-hak para pemegang saham, yang harus diberi informasi dengan benar
dan tepat pada waktunya mengenai perusahaan, dapat ikut berperan serta
dalam pengambilan keputusan atas perusahaan, dan turut memperoleh 2

bagian dari keuntungan perusahaan.


2. Perlakuan sama terhadap pemegang saham, terutama kepada pemegang
saham minoritas dan pemegang saham asing, dengan keterbukaan informasi
yang penting serta melarang pembagian untuk pihak sendiri dan
perdagangan saham oleh orang dalam (insider trading).
3. Peranan pemegang saham harus diakui sebagaimana ditetapkan oleh hukum
dan kerjasama yang aktif antara perusahaan serta para pemegang
kepentingan dalam menciptakan kesejahteraan, lapangan kerja dan
perusahaan yang sehat dari aspek keuangan.
4. Pengungkapan yang akurat dan tepat pada waktunya serta transparasi
mengenai semua hal yang penting bagi kinerja perusahaan, kepemilikan,
serta para pemegang kepentingan (stakeholders).
5. Tanggungjawab pengurus dalam manajemen, pengawasan manajemen serta
pertanggungjawaban kepada perusahaan dan para pemegang saham.
Sistem tatakelola organisasi perusahaan yang baik, menuntut dibangun dan
dijalankannya prinsip-prinsip tata kelola perusahaan (Good Corporate Governance)
dalam proses manajerial perusahaan. Dengan mengenal dan sekaligus menerapkan
prinsip-prinsip yang berlaku secara universal ini diharapkan perusahaan dapat hidup
secara berkelanjutan dan memberikan manfaat bagi para stakeholdernya.
Indonesia mulai menerapkan prinsip GCG sejak menandatangani letter of intent
(LOI) dengan IMF, yang salah satu bagian pentingnya adalah pencantuman jadwal
perbaikan pengelolaan perusahaan-perusahaan di Indonesia.
Sejalan dengan hal tersebut, Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance
(KNKCG) berpendapat bahwa perusahaanperusahaan di Indonesia mempunyai
tanggung jawab untuk menerapkan standar GCG yang telah diterapkan di tingkat
internasional. Namun, walau menyadari pentingnya GCG, banyak pihak yang
melaporkan masih rendahnya perusahaan yang menerapkan prinsip tersebut. Masih
banyak perusahaan menerapkan prinsip GCG karena dorongan regulasi dan
menghindari sanksi yang ada dibandingkan yang menganggap prinsip tersebut
sebagai bagian dari kultur perusahaan.
Implementasi dari good corporate governance dalam manajemen perusahaan dapat
dilihat dari kemampuan perusahaan dalam mengimplementasikan konsep ini.
Menurut Institute of Corporate Governance (IICG) dan Forum for Corporate
3
Governance in Indonesia (FCGI), ada empat prinsip dari implementasi corporate
governance: kewajaran yang menjamin hak-hak para pemegang saham mayoritas,
minoritas dan para pemegang saham asing serta menjamin terlaksananya komitmen
dengan para investor; transparansi Mewajibkan adanya suatu informasi yang
terbuka, tepat waktu dan jelas serta dapat dibandingkan tentang berbagai hal,
misalnya: kondisi keuangan perusahaan, pengelolaan perusahaan, kepemilikan
perusahaan dan sebagainya. Akuntabilitas yang menjelaskan peran dan tanggung
jawab serta mendukung usaha untuk menjamin keseimbangan kepentingan antara
pemegang saham dan manajemen perusahaan. Serta pertanggungjawaban yang
memastikan peraturan dan ketentuan yang berlaku telah dipatuhi sebagai cerminan
dipatuhinya nilai-nilai sosial.
Menurut OECD, ada 5 prinsip dalam pengimplementasian corporat governance,
diantaranya adalah:
1. Pemenuhan hak-hak para pemegang saham.
2. Perlakuan yang sama terhadap para pemegang saham sehingga tidak
membedakan antara pemegang saham mayoritas dan minoritas.
3. Peranan semua pihak yang berkepentingan (stakeholder) dalam
pengimplementasian corporate governance.
4. Transparansi dan penjelasan terkait kinerja perusahaan secara jelas dan
akurat bagi para stakeholder perusahaan.
konsep corporate governance dapat tercapai secara efektif apabila manajemen
perusahaan melakukan beberapa tindakan, yaitu:
1. Mengidentifikasi dengan tepat, mengevaluasi, dan mengatur resiko serta
kesempatan.
2. Meninjau kembali kebijakan yang dibuat oleh perusahaan dan menjelaskan tujuan
perusahaan secara keseluruhan.
3. Melaksanakan standart dan etika yang telah ditetapkan.
4. Memandang dewan-dewan perusahaan sebagai seorang ahli di bidangnya.
Menurut Hananto (2004) dalam Octaviani (2009), ada beberapa manfaat dalam
penerapan good corporate governance, diantaranya:
1. Mengurangi agency cost.
2. Mengurangi biaya modal.
3. Meningkatkan nilai saham perusahaan.
4. Meningkatkan citra perusahaan tersebut dalam jangka panjang.
4
5. Menciptakan dukungan dari para stakeholder dalam lingkungan perusahaan
terhadap strategi dan kebijakan dalam perusahaan tersebut.
Manajemen perusahaan merupakan komponen dari stakeholder yang
berpengaruh terhadap keberhasilan penerapan good corporate governance yang
kemudian akan mempengaruhi nilai perusahaan secara keseluruhan. Struktur
kepemilikan manajerial merupakan salah satu komponen penting dari corporate
governance. Hubungan antara kepemilikan (ownership) dan manajemen adalah
untuk menjadikan manajemen yang profesional dan mendapat laba yang maksimal
dengan efisiensi biaya Selain adanya struktur kepemilikan manajerial, adanya
organ-organ perusahaan (dewan direksi maupun dewan komisaris) menjadi bukti
dari implementasi corporate governance dalam tataran minimal
Untuk mewujudkan dua aspek keseimbangan tersebut, terdapat beberapa prinsip
dasar praktik good corporate governance. Berdasarkan Pedoman Umum Good
Corporate Governance Indonesia, yang dikeluarkan oleh Komite Nasional Kebijakan
Governance (KNKG, 2006), ada 5 asas good corporate governance. Kelima asas
tersebut adalah transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi serta
kewajaran dan kesetaraan, seperti yang diilustrasikan pada Gambar 1

Gambar 1. Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance

5
a. Transparansi (Transparency)

Prinsip dasar dalam asas transparansi adalah bahwa perusahaan harus


menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses
dan dipahami oleh pemangku kepentingan dalam menjalankan bisnisnya. Lebih
lanjut lagi, perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya
masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang
penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan
pemangku kepentingan lainnya
Dalam pedoman pelaksanaannya, asas transparansi berarti bahwa Perusahaan
harus menyediakan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat dan dapat
diperbandingkan serta mudah diakses oleh pemangku kepentingan sesuai dengan
haknya. Kemudian ditegaskan bahwa Informasi yang harus diungkapkan meliputi,
tetapi tidak terbatas pada, visi, misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan, kondisi
keuangan, susunan dan kompensasi pengurus, pemegang saham pengendali,
kepemilikan saham oleh anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris beserta
anggota keluarganya dalam perusahaan dan perusahaan lainnya, sistem
manajemen risiko, sistem pengawasan dan pengendalian internal, sistem dan
pelaksanaan GCG serta tingkat kepatuhannya, dan kejadian penting yang dapat
mempengaruhi kondisi perusahaan.
Prinsip transparansi telah diterapkan dealam peraturan perundang-undangan
perusahaan, terutama untuk PT. Terbuka. Menurut peraturan pasar modal di
Indonesia, yang dimaksud informasi material dan relevan adalah informasi yang
dapat mempengaruhi secara signifikan risiko serta prospek usaha perusahaan
bersangkutan. Banyak manfaat yang bisa dipetik bila prinsip transparency
diterapkan di suatu perusahaan , diantaranya, stake holder dapat mengetahui risiko
yang mungkin terjadi dalam melakukan transaksi dengan perusahaan. Dengan
adanya informasi kinerja perusahaan yang diungkap secara akurat, tepat waktu,
jelas, konsisten, dan dapat diperbandingkan, maka dimungkinkan terjadinya efisiensi
pasar. Jika prinsip transparansi dilaksanakan dengan baik dan tepat, akan
dimungkinkan terhindarnya benturan kepentingan (conflict of interest) berbagai pihak
dalam manajemen. 6
b. Akuntabilitas (Accountability)

Dalam asas akuntabilitas, prinsip dasar penerapan good corporate governance


mengandung makna bahwa Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan
kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara
benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap
memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain
Berdasarkan prinsip dasar ini, perusahaan harus menetapkan rincian tugas dan
tanggung jawab masing-masing organ perusahaan dan semua karyawan secara
jelas dan selaras dengan visi, misi, nilai-nilai perusahaan (corporate values), dan
strategi perusahaan. Perusahaan juga harus meyakini bahwa semua organ
perusahaan dan semua karyawan mempunyai kemampuan sesuai dengan tugas,
tanggung jawab, dan perannya dalam pelaksanaan GCG. Kemudian, perusahaan
harus memastikan adanya sistem pengendalian internal yang efektif dalam
pengelolaan perusahaan. Juga, perusahaan harus memiliki ukuran kinerja untuk
semua jajaran perusahaan yang konsisten dengan sasaran usaha perusahaan, serta
memiliki sistem penghargaan dan sanksi (reward and punishment system).
Selanjutnya, dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, setiap organ
perusahaan dan semua karyawan harus berpegang pada etika bisnis dan pedoman
perilaku (code of conduct) yang telah disepakati.
Akuntabilitas secara formal diterapkan disetiap perusahaan, masalah akuntabilitas
yang ditemukan di perusahaan- perusahaan Indonesia terutama disebabkan oleh
mandulnya fungsi pengawasan Dewan Komisaris. Atau justru sebaliknya, Komisaris
utama mengambil peran berikut wewenang yang seharusnya dijalankan Direksi.
Padahal, diperlukan kejelasan tugas serta fungsi organ perusahaan agar tercipta
suatu mekanisme checks and balances kewenangan dan peran dalam mengolah
perusahaan. Kewajiban untuk memiliki Komisaris Independen dan komite Audit
sebagaimana yang ditetapkan oleh Bursa Efek Jakarta, merupakan salah satu
implementasi prinsip ini. Tepatnya, berupa memberdayakan fungsi pengawasan
Dewan Komisaris. Beberapa bentuk implementasi lain dari prinsip accountability
antara lain:

7
1. Praktek Audit Internal yang efektif, serta;
2. Kejelasan fungsi, hak, kewajiban, wewenang dan tanggung jawab dalam
anggaran dasar perusahaan dan Statemen of Corporate Intent (Target
Pencapaian Perusahaan di masa depan).
Bila prinsip accountability ini diterapkan secara efektif, maka ada kejelasan fungsi,
hak, kewajiban, wewenang, dan tanggung jawab antara pemegang saham, Dewan
Komisaris, serta Direksi. Dengan adanya kejelasan inilah maka perusahaan akan
terhindar dari kondisi agency problem (bentuk kepentingan peran).

c. Responsibilitas (Responsibility)

Prinsip dasar dalam asas responsibilitas adalah bahwa Perusahaan harus mematuhi
peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap
masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha
dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen.
Dalam pelaksanaanya, organ perusahaan harus berpegang pada prinsip kehati-
hatian dan memastikan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan,
anggaran dasar dan peraturan perusahaan (by-laws). Juga, perusahaan harus
melaksanakan tanggung jawab sosial dengan antara lain peduli terhadap
masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar perusahaan dengan
membuat perencanaan dan pelaksanaan yang memadai.
Prinsip responsibilitas adalah landasan ideal untuk terwujudnya aspek manfaat
perusaan bagi semua pihak terutama bagi masyarakat luas atau masyarakat
sekelilingnya, termasuk yang berkaitan dengan masalah pajak, hubungan industrial,
perlindungan lingkungan hidup, kesehatan/ keselamatan kerja, standar perjanjian,
dan persaingan yang sehat. Beberapa contoh mengenai hal ini dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Kesediaan perusahaan untuk menyisihkan keuntungan usaha untuk
menyediakan dana untuk kepentingan sosial seperti ; dana untuk bencana alam,
dana untuk perbaikan kesehatan bagi masyarakat yang masih berada dibawah
kemiskinan, dana bea siswa bagi anak keluarga miskin yang berprestasi.
2. Kebijakan perusahaan makanan untuk mendapat sertifikat halal. Ini
8
merupakan bentuk pertanggungjawaban kepada masyarakat. Lewat sertifikat halal
ini, dari sisi konsumen, mereka akan merasa yakin bahwa makanan yang
dikonsumsinya itu halal dan tidak merasa dibohongi perusahaan. Dari sisi
Pemerintah, perusahaan telah mematuhi peraturan perundang-undangan yang
berlaku (Peraturan Perlindungan Konsumen). Dari sisi perusahaan, kebijakan
tersebut akan menjamin loyalitas konsumen sehingga kelangsungan usaha,
pertumbuhan, dan kemampuan mencetak laba lebih terjamin, yang pada akhirnya
memberi manfaat maksimal bagi pemegang saham.
3. Kebijakan perusahaan mengelola limbah sebelum dibuang ke tempat umum.
Ini juga merupakan pertanggungan jawab kepada publik. Dari sisi masyarakat,
kebijakan ini menjamin mereka untuk hidup layak tanpa merasa terancam
kesehatannya tercemar. Demikian pula dari sisi Pemerintah, perusahaan memenuhi
peraturan perundang-undangan lingkungan hidup. Sebaliknya dari sisi perusahaan,
kebijakan tersebut merupakan bentuk jaminan kelangsungan usaha karena akan
mendapat dukungan pengamanan dari masyarakat sekitar lingkungan.
Kebijakan perusahaan mengelola limbah sebelum dibuang ke tempat umum. Ini juga
merupakan pertanggungan jawab kepada publik. Dari sisi masyarakat, kebijakan ini
menjamin mereka untuk hidup layak tanpa merasa terancam kesehatannya
tercemar. Demikian pula dari sisi Pemerintah, perusahaan memenuhi peraturan
perundang-undangan lingkungan hidup. Sebaliknya dari sisi perusahaan, kebijakan
tersebut merupakan bentuk jaminan kelangsungan usaha karena akan mendapat
dukungan pengamanan dari masyarakat sekitar lingkungan.

d. Independensi (Independency)

Prinsip dasar untuk melancarkan pelaksanaan asas independensi, perusahaan


harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak
saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain. Pedoman
pelaksanaan asas ini adalah bahwa masing-masing organ perusahaan harus
menghindari terjadinya dominasi oleh pihak manapun, tidak terpengaruh oleh
kepentingan tertentu, bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest) dan dari
segala pengaruh atau tekanan, sehingga pengambilan keputusan dapat dilakukan
secara obyektif. Kemudian, masingmasing organ perusahaan harus melaksanakan
fungsi dan tugasnya sesuai dengan anggaran dasar dan peraturan perundang-
9
undangan, tidak saling mendominasi dan atau melempar tanggung jawab antara
satu dengan yang lain.
Independensi terutama sekali penting dalam proses pengambilan keputusan.
Hilangnya independensi dalam proses pengambilan keputusan akan menghilangkan
obyektivitas dalam pengambilan keputusan tersebut. Kejadian ini akan sangat fatal
bila ternyata harus mengorbankan kepentingan perusahaan yang seharusnya
mendapat prioritas utama. Di dalam penelitian ini diketengahkan diantaranya
independency Bank Indonesia, yang sangat penting terutama untuk terbebas dari
pengaruh kekuasaan pemerintah atas kebijakannya untuk menentukan strategi
keuangan negara
Keberpihakan karena adanya utang budi yang berlaku dalam budaya dan tata nilai
masyarakat Indonesia dapat menghilangkan independensi seseorang. Mereka lebih
cenderung berpihak pada orang yang telah berjasa atas dirinya daripada harus
bersikap independen
Begitu pula intervensi modal yang berlebihan oleh pemegang saham terhadap
perusahaan dapat menciderai independensi dalam proses pengambilan keputusan
yang seharusnya berpihak sepenuhnya kepada kepentingan perusahaan.
Independensi bagi para anggota direksi wujudkan dalam keputusan-keputusan
transaksi yang seharusnya tidak mengandung benturan kepentingan dan atau tidak
mengambil keuntungan pribadi dari kegiatan perusahaan yang dikelompoknya selain
dari gaji dan fasilitas sebagai anggota Direksi, yang ditemikan oleh RUPS.
Untuk meningkatkan independensi dalam pengambilan keputusan bisnis,
perusahaan hendaknya mengembangkan beberapa aturan, pedoman, dan praktik di
tingkat corporate board, terutama di tingkat Dewan Komisaris dan Direksi yang oleh
undang-undang didaulat untuk mengurus perusahaan dengan sebaik-baiknya

e. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness)

Prinsip dasar berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan bahwa dalam


melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan
kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan
asas kewajaran dan kesetaraan. Dalam pelaksanaan prinsip ini, Perusahaan harus
memberikan kesempatan kepada pemangku kepentingan untuk memberikan
masukan dan menyampaikan pendapat bagi kepentingan perusahaan serta
10
membuka akses terhadap informasi sesuai dengan prinsip transparansi dalam
lingkup kedudukan masing-masing. Juga, perusahaan harus memberikan perlakuan
yang setara dan wajar kepada pemangku kepentingan sesuai dengan manfaat dan
kontribusi yang diberikan kepada perusahaan.
Pelaksanaan good corporate governance di Indonesia biasanya dinilai oleh lembaga
independen yaitu: Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI). Penilaian
dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang dijawab oleh pihak manajemen
perusahaan. Aspek yang dinilai meliputi Hak-hak Pemegang Saham, Kebijakan
Corporate Governance, Praktek-praktek Corporate Governance, Pengungkapan,
dan Fungsi Audit. Penentuan pelaksanaan good corporate governance masing-
masing aspek sebagai berikut:
1) Hak-hak Pemegang Saham
2) Kebijakan Corporate Governance
3) Praktek-praktek Corporate Governance
4) Pengungkapan (Disclosure) dan
5) Fungsi Audit

1) Hak-hak Pemegang Saham


Dalam Hak-hak Pemegang Saham, penilaian dilakukan terhadap apakah
perusahaan telah:
a. Melaksanakan RUPS tahunan dalam jangka waktu 6 bulan sesudah akhir tahun
buku sesuai dengan pasal 65 ayat 2 Undangundang Perseroan Terbatas.
b. Menyampaikan kepada Pemegang Saham pemberitahuan mengenai RUPS
tahunan minimal 28 hari sebelum pelaksanaan RUPS tersebut
c. Memberikan dorongan kepada para Pemegang Saham untuk menghadiri RUPS
dan menggunakan hak suara-nya.
d. Memberikan kesempatan yang memadai bagi Pemegang Saham untuk
mengajukan pertanyaan pada RUPS.
e. Dan seterusnya.

2) Kebijakan Good Corporate Governance


Bidang Kebijakan Good Corporate Governance, perusahaan dapat menilai sendiri
apakah pihaknya telah:
a. Memiliki Kode atau Pedoman Good Corporate Governance secara tertulis, yang
secara jelas menjabar-kan hak-hak Pemegang Saham, tugas dan tanggung jawab 11

Direksi dan Komisaris.


b. Menyediakan akses bagi masyarakat untuk mengetahui kebijakan perusahaan
mengenai investor.
c. Menentukan organisasi/orang yang bertanggung jawab (misalnya Komisaris)
untuk memastikan bahwa perusahaan mentaati kode Good Corporate Governance.
d. Memiliki Code of Conduct/Ethics bagi karyawannya.
e. Aturan perilaku tersebut dikomunikasikan dan diimplementasikan dengan baik.

3) Praktek-praktek Good Corporate Governance


Dalam bidang Praktek Good Corporate Governance, dapat diteliti apakah di dalam
perusahaan:
a. Direksi mengadakan pertemuan berkala secara teratur dengan Komisaris.
b. Terdapat rencana strategis dan rencana usaha yang memberikan arahan bagi
Direksi dan Komisaris dalam menjalankan tugas dan fungsinya.
c. Direksi dan Komisaris mendapatkan pelatihan atau mempunyai latar belakang
yang memadai untuk menun-jang pelaksanaan pekerjaaanya.
d. Para anggota Komisaris maupun Direksi telah bebas dari benturan kepentingan
(conflict of interests).
e. Ada sistem penilaian kinerja untuk Direksi maupun Komisaris.

4) Pengungkapan (Disclosure)
Sementara itu dalam bidang Pengungkapan (Disclosure), dapat dinilai apakah
perusahaan telah:
a. Menyediakan akses yang sama bagi Pemegang Saham dan analis keuangan.
b. Memberikan penjelasan yang memadai mengenai risiko usaha.
c. Mengungkapkan remunerasi/kompensasi Direksi dan Komisaris secara memadai.
d. Mengungkapkan transaksi dengan pihakpihak yang mempunyai hubungan
istimewa.
e. Menyajikan hasil kinerja keuangannya dan analisa mana-jemen melalui internet.

5) Fungsi Audit
Dalam bidang Audit, dapat dinilai apakah perusahaan telah:
a. Mempunyai internal audit yang efektif.
b. Diaudit oleh akuntan publik yang independen. 12

c. Memiliki komite audit yang efektif.


d. Menciptakan komunikasi yang efektif antara internal audit, external audit dan
komite audit.
Hasil dari bidang audit ini diperoleh :
1. Hak-hak Pemegang Saham
2. Kebijakan Corporate Governance
3. Praktik-praktik Corporate Governance
4. Pengungkapan (Disclosure)
5. Audit
Keempat komponen tersebut penting karena penerapan prinsip GCG secara
konsisten terbukti dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan juga mencatat
prinsip GCG yang diterapkan dengan konsisten dapat menjadi penghambat
(constrain) aktivitas rekayasa kinerja yang mengakibatkan laporan keuangan tidak
menggambarkan nilai fundamental perusahaan.

13
Daftar Pustaka

Hendrik Manossoh, 2016. Good Corporate Governance Untuk Meningkatkan


Kualitas Laporan Keuangan. PT. Norlive Kharisma Indonesia
OECD (2015), G20/OECD Principles of Corporate Governance, OECD Publishing,
Paris. http://dx.doi.org/10.1787/9789264236882-en
Pedoman Good Corporate Governance, 2006. Komite Nasional Kebijakan Corporate
Governance.
Suherman Toha, 2005. Penelitian Masalah Hukum Tentang Penerapan Good
Corporate Governance Pada Dunia Usaha. Departemen Hukum dan HAM Republik
Indonesia

14

You might also like