Professional Documents
Culture Documents
Bab Iv
Bab Iv
A. Data
1. Letak Geografis
Kabupaten Takalar berada pada posisi 5°30’ – 5°38’ Lintang Selatan dan
119°22’ – 119°39’ Bujur Timur dengan luas wilayah kurang lebih 566,51
sebelah utara dengan luas wilayah 15,11 Km dan berjarak 27 kilometer dari
Kelurahan Bontolebang.
59
Gambar 4.1 Peta Administrasi Desa Aeng Batu-Batu
60
Gambar 4.2 Peta Lokasi Penelitian
61
2. Abrasi
gelombang dan material hasil kikisan itu sendiri terangkut ke tempat lain oleh
menyempit, bila dibiarkan bisa menjadi lebih berbahaya. Hal tersebut dapat
Abrasi adalah aktivitas gelombang di pantai yang terjedi secara terus menerus
hangat dan meningkatkan level muka laut, hal ini diperkirakan terus
meningkat di masa datang. Tinggi muka laut dapat berubah dari tahun ke
tahun selama waktu jangka panjang, tergantung kepada ENSO dan siklus IPO
(IPCC), memperkirakan bahwa level muka laut akan terus meningkat untuk
beberapa abad ke depan bahkan jika emisi gas rumah kaca telah stabil, hal ini
pesisirnya dan masih berlangsung hingga saat ini. Berdasrkan penelitian yang
62
dilakukan oleh kelompok kami bahwa wilayah-wilayah yang rentan akan
kerusakan yang diakibatkan oleh aktivitas air laut adalah Desa Aeng Batu-
berpengaruh adalah perubahan garis pantai yaitu pada wilayah tersebut terjadi
abrasi sebesar 1.2 – 2.8 m/thn, kenaikan muka air laut pada wilayah tersebut
termasuk tinggi sekitar 6.3 mm/thn, Pasang surut pun tinggi diwilayah
tersebut yaitu sekitar 1.39 m sehingga desa tersebut dikatakan sangat rentan
terhadap kerusakan.
mdpl, yaitu sekitar 86,10% atau kurang lebih 48,778 Km 2. Sumber data yang
Kemiringan lereng dan garis kontur merupakan kondisi fisik topografi suatu
63
yang menentukan fungsi kawasan, untuk diarahkan sebagai kawasan lindung
berada pada ketinggian 0-300 meter diatas permukaan laut (mdpl), dengan
Lokasi 1
0-8 (Datar)
Lokasi 2 0-8 (Datar)
64
Gambar 4.2 Kemiringan Lereng Desa Aeng Batu-Batu
65
66
Gambar 4.3 Topografi Desa Aeng Batu-Batu
67
4. Jenis Tanah
Adapun jenis tanah yang terdapat di Desa Aeng Batu-Batu yaitu tanah
argilik), bersifat masam, kejenuhan basa (jumlah kation) pada kedalaman 180
Histosol 1
Inceptisol 2
Alfisol 4
Ultisol 5
Lokasi 1 Inceptisol
Lokasi 2 Inceptisol
Lokasi 3 Inceptisol
67
68
69
5. Angin
ditandai dengan jumlah hari hujan dan curah hujan yang relatif tinggi, dan
pertemuan Selat Makassar dan Laut Flores, kondisi ini berdampak pada
putaran angin yang dapat berubah setiap waktu. Kondisi tersebut utamanya
disebabkan oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia
Angin topan atau dikenal aingin puting beliung adalah suatu fenomena
menimbulkan kerusakan dan kerugian yang cukup besar hingga korban jiwa.
Angin topan disebabkan oleh adanya perbedaan tekanan dalam suatu sistem
cuaca. Angin ini berasal dari awan Cumulonimbus (Cb) yaitu awan yang
terjadi kapan dan dimana saja, baik didarat maupun di laut dan jika terjadi di
laut durasinya lebih lama dibandingkan dengan darat. Angin topan umumnya
terjadi pada siang atau sore hari, dan terkadang pada malam hari dan lebih
69
Bencana alam angin topan di Kabupaten Takalar hampir terjadi diseluruh
Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Takalar bencana angin topan hampir
terjadi setiap tahunnya. Kejadian bencana alam angin topan dari data terakhir
pada tahun 2018 terjadi 62 kejadian dan tertinggi dalam tiga tahun terakhir
dengan kerusakan yang tidak ringan bahkan ada yang menimbulkan kerugian
yang tidak sedikit yang akan mengganggu ruang publik untuk kehidupan.
merusak seperti:
yang berserakan
Dampak buruk dari angin topan, dapat meluluh lantahkan tempat dengan area
seluas 5 kilometer. Dalam hal ini rumah serta banyak tanaman akan hancur
serta tumbang. Bukan hanya itu namun makhluk hidup juga bisa mati akibat
terlempar atau terbentur oleh benda-benda keras yang ikut masuk dalam
pusaran angin. Angin puting beliung merupakan bencana yang bisa muncul
kapan saja, dan susah untuk diprediksi. Sehingga pembangunan yang akan
70
daerah yang memiliki risiko tinggi terjadinya angin topan. Penyiapan ruang
evakuasi untuk bencana ini juga diperlukan untuk mengurangi dampak yang
Angin Lemah 1
Angin Sedang 2
Angin Ribut 3
Badai 4
Angin Topan 5
Lokasi 1
Angin Sedang
71
72
Gambar 4.4 Peyebaran Isu Resiko Bencana Angin Topan Kabupaten Takalar
72
6. Pasang Surut
permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya
gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi terutama oleh
matahari, bumi dan bulan. Pengaruh benda angkasa lainnya dapat diabaikan
karena jaraknya lebih jauh atau ukurannya lebih kecil. Faktor non astronomi
adalah bentuk garis pantai dan topografi dasar perairan. Puncak gelombang
Perbedaan vertikal antara pasang tinggi dan pasang rendah disebut rentang
pasang surut (tidal range). Periode pasang surut adalah waktu antara puncak
menit.
penyebab pasang surut adalah kedalaman dan luas perairan, pengaruh rotasi
bumi (Gaya Coriolis), dan gesekan dasar. Selain itu juga terdapat beberapa
topografi dasar laut, lebar selat, bentuk teluk, dan sebagainya, sehingga
73
selanjutnya dilakukan penentuan nilai perubahan amplitudo dan fase dari
74
B. Analisis
a. Koefisien Determinasi
terikat (dependen).
Model Summary
Square) dari model regresi sebesar 0,976, hal ini berarti bahwa 97,6%
kemiringan lereng, jenis tanah, angin dan pasang surut air laut.
75
b. Uji Simultan
ANOVAa
Sum of Mean
Model df F Sig.
Squares Square
Total 5.333 5
a. Dependent Variable: Y
c. Uji Parsial
Unstandardized Standardized
76
Kemiringan
.509 .072 .881 7.089 .000
Lereng
berikut:
Abrasi
signifikansi 0,000 yang lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti
yang lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti jenis tanah tidak
77
Berdasarkan tabel 4.11 dapat dilihat bahwa variabel angin
yang lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti angin tidak berpengaruh
Abrasi
signifikansi 0,217 yang lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti
bencana abrasi.
2. Analisis Deskriptif
hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih
luas. Tujuan dari metode ini adalah untuk menggambarkan suatu keadaan
yang ada pada saat penelitian dilakukan dan memeriksa sebab akibat melalui
identifikasi dari gejala yang ada dari permasalahan. Meteode ini dapat
teoritis.
78
Informasi deskriptif membolehkan perluasan konsep-konsep suatu
perspektif.
kawasan tepi laut yang ada pada saat ini yang selanjutnya dapat diketahui
pantai, faktor kemiringan lereng yang datar, faktor jenis tanah yang
terkikis oleh gelombang air laut, faktor tipe pantai yang berpasir,
faktor pasang surut air laut yang dapat menghasilkan gelombang, serta
79
merumuskan alternatif konsep mitigasi bencana sebagai upaya
perumusan konsep mitigasi bencana abarasi ini juga tidak terlepas dari
solusi sebab hal ini sangat dipengaruhi oleh karakteristik fisik pantai
80
berbentuk seragam), beton, dan batu alam (blok beton). Untuk
seperti beton, turap baja atau kayu, pasangan batu atau pipa beton
81
Pemecah gelombang sejajar pantai, dibuat terpisah ke arah lepas
terumbu karang).
82