You are on page 1of 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Blakang


Bisnis dalam kehidupan ini merupakan kegiatan yang sangat penting bagimasyarakat
dalam menjalani kehidupan mereka. Sekarang ini bisnis banyakdilakukan dengan cara-cara
yang tidak benar, tidak ada kejujuran dalam menjalanikegiatan tersebut. Banyak kecurangan
yang terjadi dalam dunia bisnis dan
bagian- bagian yang berkaitan dengan bisnis tersebut. Contohnya, para pengusaha- pengusaha 
menjual produknya dengan tipuan-tipuan iklan agar menarik pembeli, tetapi itu merupakan
sebuah penipuan. Dan bukan di dunia bisnisnya saja, akantetapi kegiatan-kegiatan yang
berkaitan atau tergantung oleh bisnis, seperti para pengusaha tidak bayar pajak, tetapi
dia membayar pada orang-orang dalam kantor perpajakan itu agar tidak membayar pajak.
Oleh karena itu dalam makalah ini kita akan membahasa bisnis menurutcara pandang islam,
berbisnis seperti yang diajarkan rosulullah SAW, berbisnisdengan kejujuran, dan keadilan di
dalamnya.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa pengertian jual beli
2. Apa prinsip islam dalam jual beli
3. Apa saya produk jual beli yang di larang dalam islam
4. Bagaimana akhlak bisnis dalam islam

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Manusia adalah makhluk sosial yang harus saling berinteraksi satu sama lain. Jual beli
adalah salah satu praktek yang merupakan hasil interaksi sesama manusia, sehingga dengan
jual beli tersebut mereka mampu mendapatkan kebutuhan yang mereka inginkan.
Dalam Islam pun, jual beli sudah di atur dengan serinci-rincinya, sehingga ketika
mengadakan transaksi jual beli, manusia dapat berinteraksi satu sama lain dalam koridor
syariat Islam.
Secara bahasa, jual beli berarti “mengambil dan memberikan sesuatu”. Sedangkan
menurut istilah yaitu transaksi tukar menukar yang berkonsekuensi beralihnya hak
kepemilikan, dan hal tersebut dapat terlaksana dengan akad baik akad ucapan maupun
perbuatan.
Dengan kata lain, jual beli adalah transaksi antara satu orang dengan orang lain yang
berupa tukar menukar barang suatu barang dengan barang yang lain dengan cara dan akad
tertentu.

2.2 Prinsip-prinsip jual beli dalam islam


1. Saling rela atau rida.
2. barang yang dijual memang ada harganya, milik sendiri, bisa diperjual belikan dan
merupakan barang halal. Bukan barang haram seperti khamar (minuman keras), babi,
obat terlarang, dan barang yang dilarang lainnya.
3. tidak ada gharar (spekulasi atau tidak jelas). Misalnya dalam kasus membeli ikan
dalam kolam yang belum jelas jumlah dan semacamnya
4. satu sama lain tidak merugikan.
5. tidak mengandung riba.

2.3 Jual beli yang di larang


Bila telah dipahami bahwa hukum asal setiap perniagaan adalah halal, maka hal yang
semestinya dikenali ialah hal-hal yang menjadikan suatu perniagaan diharamkan dalam
Islam. Karena hal-hal yang menyebabkan suatu transaksi dilarang sedikit jumlahnya, berbeda
halnya dengan perniagaan yang dibolehkan, jumlahnya tidak terbatas.
Imam Ibnu Rusyud Al Maliky berkata: “Bila engkau meneliti berbagai sebab yang
karenanya suatu perniagaan dilarang dalam syari’at, dan sebab-sebab itu berlaku pada seluruh
jenis perniagaan, niscaya engkau dapatkan sebab-sebab itu terangkaum dalam empat hal:
Barang yang menjadi obyek perniagaan adalah barang yang diharamkan.
1. Adanya unsur riba.

2
2. Adanya ketidak jelasan (gharar).
3. Adanya persyaratan yang memancing timbulnya dua hal di atas (riba dan gharar).
Inilah hal-hal paling utama yang menjadikan suatu perniagaan terlarang.” (Bidayatul
Mujtahid 2/102)
Perincian dari keempat faktor di atas membutuhkan penjelasan yang panjang dan lebar,
sehingga pembahasannyapun membutuhkan waktu yang lebih luas.
Keempat faktor yang disebutkan oleh imam Ibnu Rusyud di atas, adalah faktor penyebab
terlarangnya suatu perniagaan dan yang terdapat pada rangkaian perniagaan tersebut.
Masih ada faktor-faktor lain yang menjadikan suatu perniagaan dilarang, akan tetapi faktor-
faktor tersebut merupakan faktor luar. Diantara faktor-faktor tersebut ialah

1. Waktu.
Dilarang bagi seorang muslim untuk mengadakan akap perniagaan setelah muazzin
mengumandangkan azan kedua pada hari jum’at. Ketentuan ini berdasarkan firman Allah
Ta’ala:

‫صاَل ِة ِمن يَ ْو ِم ْال ُج ُم َع ِة فَا ْس َع ْوا ِإلَى ِذ ْك ِر هَّللا ِ َو َذرُوا‬


َّ ‫ين آ َمنُوا ِإ َذا نُو ِدي لِل‬ َ ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذ‬
‫ْالبَ ْي َع َذلِ ُك ْم َخ ْي ٌر لَّ ُك ْم ِإن ُكنتُ ْم تَ ْعلَ ُمون‬

“Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat pada hari Jum’at,
maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang
demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (Qs. Al Jum’ah: 9)

2. Penipuan.
Telah diketahui bersama bahwa penipuan diharamkan Allah, dalam segala hal. Dan bila
penipuan terjadi pada akad perniagaan, maka tindakan ini menjadikan perniagan tersebut
diharamkan

3. Merugikan orang lain.

a. Menimbun barang dagangan.


Diantara bentuk penerapan terhadap prinsip ini ialah diharamkannya menimbun barang
kebutuhan masyarakat banyak, sebagaimana disabdakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam:
“Barang siapa yang menimbun maka ia telah berbuat dosa.” (Riwayat Muslim)
b. Melangkahi penawaran atau penjualan sesama muslim.

3
“Janganlah kamu menghadang orang-orang kampung yang membawa barang dagangannya
(ke pasar), dan janganlah sebagian dari kamu melangkahi penjualan sebagian yang lain,
dan jangalan kamu saling menaikkan tawaran suatu barang (tanpa niat untuk membelinya),
dan janganlah orang kota menjualkan barang dagangan milik orang kampung.” (Riwayat
Bukhary dan Muslim)
c. Percaloan.
“Dari sahabat Jabir bin Abdillah radhiallahu ‘anhu ia menuturkan: Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda: “Janganlah orang kota menjualkan barang-barang milik orang
kampung, biarkanlah masyarakat, sebagian diberi rizki oleh Allah dari sebagian
lainnya.” (Riwayat Muslim)

2.4 Riba
riba yaitu suatu ketentuan nilai tambahan dengan melebihkan jumlah uang pinjaman
ketika dilakukan pelunasan. Untuk besaran bunga yang diberikan biasanya mengacu pada
suatu persentase tertentu yang dibebankan kepada peminjam.
Secara Etimologi atau Bahasa, dalam Bahasa Arab riba merupakan kelebihan ataupun
tambahan (az-ziyadah). Untuk kelebihannya tersebut, secara umum mencakup semua
tambahan terhadap nominal pokok hutan dan juga kekayaan.
Disisi lain, dari segi terminologi atau makna istilah, pengertian riba merupakan nilai
tambahan atau pembayaran hutang yang melebihi jumlah piutang dan sudah ditentukan
sebelumnya oleh salah satu pihak yang bersangkutan.

2.5 Akhlak bisnis dalam islam


1. Kejujuran

sikap jujur sangat penting dalam bisnis karena dapat menghindari kegiatan tipu-
menipu demi meraup keuntungan, masih banyak yang melakukan tindakan kecurangan, maka
dari itu sikap jujur ini sangat perlu di terapkan dalam bisnis karena akan menimbulkan rasa
saling percaya

2. Sikap ekonomi

yaitu sikap atau kemampuan seseorang dalam mengambil keputusan secara sadar
tanpa paksaan orang lain, agar tidak ada kekecewaan dari salah satu pihak pelaku bisnis.

3. Keadilan,

dalam berbisnis setiap orang dituntut untuk bersikap adil, semua diperlakukan secara
sama sesuai dengan aturan yang adil dan dapat dipertanggung jawabkan. Maka dari itu dalam

4
kegiatan bisnisnya perlu dilakukan sesuai dengan haknya masing-masing, agar tidak ada
salah satu pihak yang dirugikan.

4. Saling percaya,

sikap ini menuntut agar bisnis bisa berjalan sedemikian rupa tanpa ada keraguan dari
salah satu pihak. Karena tanpa saling percaya bisnis tidak akan berjalan sesuai dengan apa
yang diharapkan.

5. Bertanggung jawab

seseorang harus bertanggung jawab atas segala apa yang dia kerjakan dalam berbisnis,
agar tidak ada kekecewaan antara pihak yang satu dengan yang lain.

6. menghargai

dengan saling menghargai seseorang akan terhindar dari kesalah pahaman antara rekan
bisnis.

Dalam meningkatkan akhlak ekonomi bisnis islam, sikap-sikap diatas sangatlah


penting dalam berbisnis, tanpa kita menerapkan sikap-sikap diatas dalam berbisnis mungkin
bisnis yang kita jalankan tidak akan sesuai dengan apa yang kita harapkan.

5
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Jual beli adalah salah satu praktek yang merupakan hasil interaksi sesama manusia, sehingga
dengan jual beli tersebut mereka mampu mendapatkan kebutuhan yang mereka inginkan.
Prinsip-prinsip jual beli
1. Saling rela atau rida.
2. barang yang dijual memang ada harganya, milik sendiri, bisa diperjual belikan dan
merupakan barang halal. Bukan barang haram seperti khamar (minuman keras), babi,
obat terlarang, dan barang yang dilarang lainnya.
3. tidak ada gharar (spekulasi atau tidak jelas). Misalnya dalam kasus membeli ikan
dalam kolam yang belum jelas jumlah dan semacamnya
4. satu sama lain tidak merugikan.
5. tidak mengandung riba.
Jual beli yang di larang
1. Adanya unsur riba.
2. Adanya ketidak jelasan (gharar).
3. Adanya persyaratan yang memancing timbulnya dua hal di atas (riba dan gharar).
riba yaitu suatu ketentuan nilai tambahan dengan melebihkan jumlah uang pinjaman ketika
dilakukan pelunasan

6
DAFTAR PUSTAKA
https://r.search.yahoo.com/
_ylt=Awr1RYKDT3Vk6Bwin3jLQwx.;_ylu=Y29sbwNzZzMEcG9zAzIEdnRpZAMEc2VjA
3Ny/RV=2/RE=1685438467/RO=10/RU=https%3a%2f%2fwww.kompasiana.com
%2friswanda1980%2f58b3dc4b2623bd5706917a5c%2fakhlak-dasar-dalam-ekonomi-bisnis-
islam/RK=2/RS=3T6XRErAa20sRmSvis7AOHI0zRw-
https://r.search.yahoo.com/
_ylt=Awrx.usKWnVk06wiDn7LQwx.;_ylu=Y29sbwNzZzMEcG9zAzEEdnRpZAMEc2VjA3Ny/RV=2/
RE=1685441163/RO=10/RU=https%3a%2f%2fblog.evermos.com%2fjual-beli-dalam-islam%2f/RK=2/
RS=ohO7gvIAXM6QTy.pmKxjJwCxqL8-

https://r.search.yahoo.com/
_ylt=Awrx.usKWnVk06wiEH7LQwx.;_ylu=Y29sbwNzZzMEcG9zAzIEdnRpZAMEc2VjA3
Ny/RV=2/RE=1685441163/RO=10/RU=https%3a%2f%2ftirto.id%2fjual-beli-dalam-agama-
islam-pengertian-rukun-hukum-macamnya-gh64/RK=2/
RS=559apMiKtK6jXtdfokd65jfV8ZY-

You might also like