Professional Documents
Culture Documents
Abstract. Body Shaming is an activity or behavior deliberately carried out by a group of people on social
media. Indonesia is highest number in internet users so that body shaming events often occur and have a
negative impacton the victims. So the problem identification was formulated as follows : (1) How to
analyze the victimization of victims of body shaming on social media. (2) How the procedure for
regulating body shaming cases is in the perspektive of criminal law. Regarding the case article 27
paragraph 3 of Act No. 19 Of 2016 concerning changes to law No.11 of 2008 concerning information and
electronic transactions for use as a legal umbrella for victims of bidy shaming cases. There fore article 27
paragraph 3 of the ITE law is still relevant to the use of body shaming if the action is carried out through a
computer or electronic media and can be done in criminal cases if it meets the qualification of a crime. But
related to the understanding of article 27 paragraph 3 of the ITE Law,basically humiliation of body image
can be recognized as a form of offense based on articles 310, 311 and 315. Where the settlement of police
partie puts forward the system of restorative justice in the form of settelment with the media of reason as
alternative efforts before this case must end in court.
Keyward : Legal Protection,Social Media, Peraturan Hukum.
Abstrak,Body Shaming merupakan sebuah kegiatan atau perilaku agresif yang disengaja dilakukan oleh
sekelompok orang di media sosial. Indonesia termasuk angka tertinggi dalam jumlah pengguna internet
sehingga peristiwa body shaming sering terjadi dan berdampak negatif bagi para korbannya. Sehingga
dirumuskan identifkikasi masalah sebagai berikut : (1) Bagaimana analisa viktimologis terhadap korban
“Body Shaming” di media sosial. (2) Bagaimana prospek pengaturan kasus “Body Shaming” dalam
prespektif Hukum Pidana. Mengenai kasus tersebut Pasal 27 ayat 3 Undang- Undang No. 19 Tahun 2016
tentang perubahan atas Undang- Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
guna sebagai payung hukum untuk korban kasus body shaming. Maka dari itu Pasal 27 Ayat (3) UU ITE
sampai saat ini masih relevansi digunakan untuk kasus tindak pidana penghinaan citra tubuh (body
shaming) bila perbuatan tersebut dilakukan melalui komputer atau media elektronik dan bisa dipidana
apabila sudah memenuhi kualifikasi tindakan kejahatan. Akan tetapi terkait pemahaman Pasal 27 ayat (3)
UU ITE, pada dasarnya penghinaan terhadap citra tubuh (body shaming) dapat diakui sebagai bentuk delik
penghinaan berlandaskan dengan Pasal 310, 311 dan 315. Sedangkan penyelesaiannya pihak kepolisian
lebih mengedepankan sistem restorative justice yaitu berupa penyelesaian dengan media penal sebagai
upaya alternative sebelum kasus ini harus berakhir di pengadilan.
Kata Kunci : Perlindungan Hukum, Media Sosial, Peraturan Hukum.
1132
Analisa Viktimologis terhadap Korban... | 1133
PSK) dalam pasal 1 angka (3) hanya tampak pada layar, namun
menyebutkan bahwa korban adalah sebenarnya mendeskripsikan realiatas
seseorang yang mengalami penderitaan kehidupan manusia. Namun tidak
fisik, mental dan/atau kerugian disangkal bahwa pesan-pesan yang
ekonomi yang diakibatkan oleh suatu ditayangkan melalui media elektronik
tindak pidana. UU PSK membatasi dapat mengarahkan khalayak, baik ke
bahwa korban adalah orang arah perilaku proposial mau pun
(perseorangan) dan korban yang antisosial. Facebook dan Twitter
dimaksud adalah korban dari tindak menjadi pilihan mayoritas pengguna
pidana.2Di samping itu era globalisasi jejaring sosial,khusunya remaja sebab
menjanjikan kemudahan bagi manusia, banyak layanan fitur yang ditawarkan
terlebih pada teknologi informasi dengan menarik. Sekitar 53% dari total
bahkan kehadiran teknologi informasi pengguna facebook di Indonesia adalah
cenderung berpengaruh pada remaja berusia di bawah 18 tahun
peradaban manusia. Pola hidup Facebook dan Twitter menjadi pilihan
individu dalam masyarakat mayoritas pengguna jejaring
kontemporer ini. Melalui media sosial,khusunya remaja sebab banyak
elektronik dapat mengarahkan layanan fitur yang ditawarkan dengan
khalayak ke arah perilaku proposial menarik. Sekitar 53% dari total
ataupun antisosial.3 Namun, dampak pengguna facebook di Indonesia adalag
yang paling besar pengaruhnya pada remaja berusia di bawah 18 tahun.
kaum remaja karena usia merupakan Sebuah riset yang dilakukan situs
periode transisi penuh badai dalam jejaring sosial Yahoo di Indonesia
kehidupan batiniah anak-anak yang melaporkan bahwa pengguna terbesar
dapat membuat sangat labil kejiwaanya internet di Indonesia adalah remaja
dan mudah dipengaruhi oleh berusia 15-19. Indonesia akan
rangsangan eksternal. 4 memiliki pengguna jejaring sosial
Media sosial merupakan salah terbesar keempat di dunia dengan
satu bentuk kemajuan teknologi jumlah mencapai 79.2 juta pada tahun
informasi dan komunikasi. Melalui 2014, meningkat dari 34.4 juta pada
media sosial yang semakin banyak tahun 2011. China masih akan
berkembang memungkinkan informasi memimpin dengan 414.5 juta (2014),
menyebar dengan mudah di disusul AS mencapai 170.7 juta
masyarakat. Informasi dalam bentuk (2014), dan India dengan 129.3 juta
apa pun dapat disebarluaskan dengan (2014) Melihat dari angka
mudah dan cepat sehingga pertumbuhannya, Indonesia menjadi
memengaruhi cara pandang, gaya negara kedua dengan pertumbuhan
hidup,serta budaya suatu bangsa. pengguna jejaring sosial terbesar di
Melalui media sosial. Manusia diajak dunia. Nomor satu adalah India, tahun
berdialog, mengasah ketajaman nalar ini mencatat pertumbuhan sebesar
dan psikologisnya dengan alam yang 51.7%, sementara Indonesia mencapai
51.6%. China sendiri sebagai negara
2
Einar M.Sitompul ,Gereja Menyikapi terbesar pengguna jejaring sosial,
Perubahan, Gunung mulia, Jakarta , 2006, tahun ini hanya mencatat pertumbuhan
hlm.72
3
Kamanro Sunarto, Pengantar Sosiologi, Fak
Ekonomi, Jakarta, 2012, hlm.27.
4
Kartini Kartono, Patologi Sosial Kenakalan
remaja, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2013),hlm.74
Ilmu Hukum
1134 | Siti Hilma Nurzaojah, et al.
Ilmu Hukum
1136 | Siti Hilma Nurzaojah, et al.
Ilmu Hukum
1138 | Siti Hilma Nurzaojah, et al.
disebutkan secara jelas ada pasal yang yang sudah digunakan dalam suatu
mengatur mengenai tindak pidana body putusan 11 pengadilan yaitu terdapat
shaming namun ada dasar yang dapat pada beberapa pasal pada Undang-
dijadikan dasar rujukan terhadap undang No 11 Tahun 2008 tentang
perbuatan penghinaan citra tubuh Informasi dan Transaksi Elektronik
(body shaming) terdapat Pasal 310, yang kemudian diubah dalam Undang-
Pasal 311 dan Pasal 315 KUHP. Akan undang No 19 Tahun 2016 tentang
tetapi sementara ini yang paling cocok Perubahan Atas Undang-undang
menjadi dasar hukum bagi tindak Nomor 11 Tahun 2008 tentang
pidana penghinaan citra tubuh (body Informasi dan Transaksi Elektronik
shaming) adalah Pasal 315, yang atau (UU ITE).
menyatakan “Tiap-tiap penghinaan
dengan sengaja yang tidak bersifat
D. Kesimpulan
pencemaran atau pencemaran tertulis,
yang dilakukan terhadap seorang, baik Berdasarkan pembahasan dalam
di muka umum dengan lisan atau penelitian ini, peneliti menyimpulkan
tulisan, maupun di muka orang itu beberapa hasil penelitian sebagai
sendiri dengan lisan atau perbuatan, berikut:
atau dengan surat yang dikirimkan atau 1. Dalam kasus ini perempuan dan
diterimakan kepadanya, diancam anak anak sering kali menjadi
karena penghinaan ringan, dengan korban body shaming di media
pidana penjara paling lama empat sosial perempuan lebih rentan
bulan dua minggu atau denda paling mengalaminya karna
banyak tiga ratus rupiah”. perempuan lebih aktif dalam
Istilah yang juga umum bermedi sosial. Dan masyarakat
dipergunakan untuk tindak pidana modern lebih tunduk pada
terhadap kehormatan adalah tindak budaya kebencian di internet.
pidana “penghinaan” Kata penghinaan kasus ini jarang sekali berakhir
ringan sebagaimana diatur dalam Pasal di penjara karna kepolisian
315 KUHP di Pasal tersebut belum lebih mengedepankan
cukup mengakomodir seluruh restorative justice yaitu dengan
perbuatan penghinaan terhadap citra upaya mediasi penal.
tubuh (body shaming) yang sering kita 2. Pengaturan tindak pidana
jumpai akhir-akhir ini. Pasal 315 penghinaan citra tubuh (body
KUHP masih terbatas karena mengatur shaming) jika ditinjau dari
mengenai penghinaan yang dilakukan perspektif KUHP maka akan
dengan sengaja yang tidak bersifat mengacu pada Pasal 310, Pasal
pencemaran maupun pencemaran baik 311 dan Pasal 315 tentang
yang dilakukan oleh seseorang baik Penghinaan. Dilihat dari ketiga
dimuka umum atau di muka orang itu pasal diatas, maka tindak pidana
sendiri menggunakan lisan atau tulisan. penghinaan citra tubuh (body
Dengan demikian Pasal 315 shaming) ini lebih mengarah
KUHP dapat digunakan untuk menjerat kepada Pasal 315 KUHP
warganet yang menuliskan yang dapat karena, jika dilihat dari ciri-ciri
dijadikan payung hukum bagi body shaming telah memenuhi
pemidanaan terhadap perbuatan unsur obyektif dari Pasal 315
penghinaan terhadap citra tubuh (body KUHP, sehingga body shaming
shaming), terdapat pula aturan di luar merupakan tindak pidana
KUHP yang mengatur hal tersebut penghinaan ringan terhadap
citra tubuh seseorang, sehingga
Ilmu Hukum
1140 | Siti Hilma Nurzaojah, et al.
Ilmu Hukum