You are on page 1of 10

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: 2460-643X

Analisa Viktimologis terhadap Korban “Body Shaming” di Media


Sosial dan Prospek Pengaturannya dalam Hukum Pidana yang akan
Datang
Viktimologis Analysis Of Victims Of Body Shaming On Social Media And Prospek
Regulation In Future Criminal Law
1
Siti Hilma Nurzaojah, 2Dian Andriasari
1,2
Prodi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Islam Bandung,
Jl. Tamansari No.1 Bandung 40116
email: 1ramdanihilma@gmail.com, 2andriasaridian@gmail.com

Abstract. Body Shaming is an activity or behavior deliberately carried out by a group of people on social
media. Indonesia is highest number in internet users so that body shaming events often occur and have a
negative impacton the victims. So the problem identification was formulated as follows : (1) How to
analyze the victimization of victims of body shaming on social media. (2) How the procedure for
regulating body shaming cases is in the perspektive of criminal law. Regarding the case article 27
paragraph 3 of Act No. 19 Of 2016 concerning changes to law No.11 of 2008 concerning information and
electronic transactions for use as a legal umbrella for victims of bidy shaming cases. There fore article 27
paragraph 3 of the ITE law is still relevant to the use of body shaming if the action is carried out through a
computer or electronic media and can be done in criminal cases if it meets the qualification of a crime. But
related to the understanding of article 27 paragraph 3 of the ITE Law,basically humiliation of body image
can be recognized as a form of offense based on articles 310, 311 and 315. Where the settlement of police
partie puts forward the system of restorative justice in the form of settelment with the media of reason as
alternative efforts before this case must end in court.
Keyward : Legal Protection,Social Media, Peraturan Hukum.

Abstrak,Body Shaming merupakan sebuah kegiatan atau perilaku agresif yang disengaja dilakukan oleh
sekelompok orang di media sosial. Indonesia termasuk angka tertinggi dalam jumlah pengguna internet
sehingga peristiwa body shaming sering terjadi dan berdampak negatif bagi para korbannya. Sehingga
dirumuskan identifkikasi masalah sebagai berikut : (1) Bagaimana analisa viktimologis terhadap korban
“Body Shaming” di media sosial. (2) Bagaimana prospek pengaturan kasus “Body Shaming” dalam
prespektif Hukum Pidana. Mengenai kasus tersebut Pasal 27 ayat 3 Undang- Undang No. 19 Tahun 2016
tentang perubahan atas Undang- Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
guna sebagai payung hukum untuk korban kasus body shaming. Maka dari itu Pasal 27 Ayat (3) UU ITE
sampai saat ini masih relevansi digunakan untuk kasus tindak pidana penghinaan citra tubuh (body
shaming) bila perbuatan tersebut dilakukan melalui komputer atau media elektronik dan bisa dipidana
apabila sudah memenuhi kualifikasi tindakan kejahatan. Akan tetapi terkait pemahaman Pasal 27 ayat (3)
UU ITE, pada dasarnya penghinaan terhadap citra tubuh (body shaming) dapat diakui sebagai bentuk delik
penghinaan berlandaskan dengan Pasal 310, 311 dan 315. Sedangkan penyelesaiannya pihak kepolisian
lebih mengedepankan sistem restorative justice yaitu berupa penyelesaian dengan media penal sebagai
upaya alternative sebelum kasus ini harus berakhir di pengadilan.
Kata Kunci : Perlindungan Hukum, Media Sosial, Peraturan Hukum.

A. Pendahuluan asasi manusia (HAM) yang dirugikan


orang lain dan perlindungan itu
Hakikatnya setiap orang berhak
diberikan kepada masyarakat agar
mendapatkan perlindungan dari
dapat menikmati semua hak-hak yang
hukum. Hampir seluruh hubungan
diberikan oleh hukum.1 Undang-
hukum harus mendapat perlindungan
Undang Nomor 31 Tahun 2014 tentang
dari hukum. Oleh karena itu terdapat
Perlindungan Saksi dan Korban (UU
banyak macam perlindungan
hukum.Perlindungan hukum adalah 1
Satijipto Raharjo, Ilmu Hukum, PT. Citra
memberikan pengayoman terhadap hak
Aditya Bakti, Bandung, 2000, hlm 54.

1132
Analisa Viktimologis terhadap Korban... | 1133

PSK) dalam pasal 1 angka (3) hanya tampak pada layar, namun
menyebutkan bahwa korban adalah sebenarnya mendeskripsikan realiatas
seseorang yang mengalami penderitaan kehidupan manusia. Namun tidak
fisik, mental dan/atau kerugian disangkal bahwa pesan-pesan yang
ekonomi yang diakibatkan oleh suatu ditayangkan melalui media elektronik
tindak pidana. UU PSK membatasi dapat mengarahkan khalayak, baik ke
bahwa korban adalah orang arah perilaku proposial mau pun
(perseorangan) dan korban yang antisosial. Facebook dan Twitter
dimaksud adalah korban dari tindak menjadi pilihan mayoritas pengguna
pidana.2Di samping itu era globalisasi jejaring sosial,khusunya remaja sebab
menjanjikan kemudahan bagi manusia, banyak layanan fitur yang ditawarkan
terlebih pada teknologi informasi dengan menarik. Sekitar 53% dari total
bahkan kehadiran teknologi informasi pengguna facebook di Indonesia adalah
cenderung berpengaruh pada remaja berusia di bawah 18 tahun
peradaban manusia. Pola hidup Facebook dan Twitter menjadi pilihan
individu dalam masyarakat mayoritas pengguna jejaring
kontemporer ini. Melalui media sosial,khusunya remaja sebab banyak
elektronik dapat mengarahkan layanan fitur yang ditawarkan dengan
khalayak ke arah perilaku proposial menarik. Sekitar 53% dari total
ataupun antisosial.3 Namun, dampak pengguna facebook di Indonesia adalag
yang paling besar pengaruhnya pada remaja berusia di bawah 18 tahun.
kaum remaja karena usia merupakan Sebuah riset yang dilakukan situs
periode transisi penuh badai dalam jejaring sosial Yahoo di Indonesia
kehidupan batiniah anak-anak yang melaporkan bahwa pengguna terbesar
dapat membuat sangat labil kejiwaanya internet di Indonesia adalah remaja
dan mudah dipengaruhi oleh berusia 15-19. Indonesia akan
rangsangan eksternal. 4 memiliki pengguna jejaring sosial
Media sosial merupakan salah terbesar keempat di dunia dengan
satu bentuk kemajuan teknologi jumlah mencapai 79.2 juta pada tahun
informasi dan komunikasi. Melalui 2014, meningkat dari 34.4 juta pada
media sosial yang semakin banyak tahun 2011. China masih akan
berkembang memungkinkan informasi memimpin dengan 414.5 juta (2014),
menyebar dengan mudah di disusul AS mencapai 170.7 juta
masyarakat. Informasi dalam bentuk (2014), dan India dengan 129.3 juta
apa pun dapat disebarluaskan dengan (2014) Melihat dari angka
mudah dan cepat sehingga pertumbuhannya, Indonesia menjadi
memengaruhi cara pandang, gaya negara kedua dengan pertumbuhan
hidup,serta budaya suatu bangsa. pengguna jejaring sosial terbesar di
Melalui media sosial. Manusia diajak dunia. Nomor satu adalah India, tahun
berdialog, mengasah ketajaman nalar ini mencatat pertumbuhan sebesar
dan psikologisnya dengan alam yang 51.7%, sementara Indonesia mencapai
51.6%. China sendiri sebagai negara
2
Einar M.Sitompul ,Gereja Menyikapi terbesar pengguna jejaring sosial,
Perubahan, Gunung mulia, Jakarta , 2006, tahun ini hanya mencatat pertumbuhan
hlm.72
3
Kamanro Sunarto, Pengantar Sosiologi, Fak
Ekonomi, Jakarta, 2012, hlm.27.
4
Kartini Kartono, Patologi Sosial Kenakalan
remaja, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2013),hlm.74

Ilmu Hukum
1134 | Siti Hilma Nurzaojah, et al.

sebesar 19.9%.5 Tidak jarang internet untuk menyakiti orang lain


komunikasi melalui jejaring sosial dengan cara sengaja dan diulang-
menuai problematika, sehingga ulang.10
berujung di meja hijau. Roberts Dalam peraturan perundang-
mengatakan bahwa ini dikarenakan undangan, tindakan cyberbullying
perilaku yang memang ada di dunia belum diatur dalam Undang-Undang
nyata dengan lebih mudah lagi yang khusus. Walaupun belum ada
ditranslasikan di dunia maya. 6 Banyak Undang-Undang yang secara khusus
terjadi penyalahgunaan dari situs-situs mngatur tentang tindakan cyber
tersebut. Munculnya beberapa kasus bullying, tetapiperbuatan yang
terkait penyalahgunaan jejaring sosial termasuk dalam Body shamingdapat
marak terjadi. Dampak tersebut adalah diancam pidana melaluiUndang-
penyalahgunaan yang dapat Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang
menenggelamkan diri pada Informasi dan Transaksi Elektronik.
7
dilakukannya tindak kriminal. Pasal yang dapat dikenai dalam
Negara Indonesia termasuk tindakan cyber bullying adalah Pasal27
angka tertinggi dalam jumlah ayat (1), (3), dan (4); Pasal 28 ayat (2),
penggunaan media sosial sehingga dan pasal 29.11
peristiwa bodyshaming marak terjadi,. Undang-Undang Nomor 11
Pengaruh perangkat teknologi terhadap Tahun 2008 tentang Informasi dan
pemuda hari ini sering menyebabkan Transaksi Elektronik berarti
mereka untuk mengatakan dan memperjelas akibat hukum bagi pelaku
melakukan hal-hal kejam dibandingkan cyber bullying. Dengandemikian, polisi
dengan apa yang didapati dalam tatap sebagai penegak hukum harus siap
muka pelaku bullying8Kegiatan menanggulangi tindakan cyberbullying
tersebut sudah dapat dipandang sebagai yang terjadi dalam
perbuatan criminal atau cyber masyarakat.Penanggulangan terhadap
9
crime. Cyberbullying adalah teknologi cyberbullying sangat penting untuk
mencegahterjadinya dampak negatif
5
dari cyberbullying itu sendiri.
“Indonesia Pengguna Jejaring Sosial,” Diakses Salah satu pihak yang dapat
pada 16 Februari 2019,pukul 12.25 melakukan penanggulangan adalah
http://www.popsurvey.net/berita-dan-opini/1-
kepolisisan. Kepolisisan
news/87-terbesar-kedua-di-
sebagailembaga yang bertugas untuk
duniapertumbuhan- pengguna- jejaring-
melindungi masyarakat serta
sosial-indonesia
6 6
Dominikus Juju dan Feri Sulianta, Hitam Putih
10
Facebook , Elex Media Komputindo, Jakarta, Arie Prabawati, Awas Internet Jahat
2010, hlm. 54 Mengintai Anak Anda (Yogyakarta: ANDI
7
Banyak Remaja Indonesia Jadi Korban Offset, 2013), 4; Lihat juga Martell Teasley,
Kejahatan di facebook,” “Cyberbullying, Youth Behavior and
2019 pukul: 20.13, Society,” J Child Adolesc Behav 20
https://www.hidayatullah.com/iptekes/saintek/ (2013):119-120, doi:10.4172/jcalb.1000119;
read/2012/02/20/56844/banyak remaja- Suniti Bhat C., “Cyber bullying: Overview
indonesia-jadi-korban-kejahatan- and strategies for school counselors,
facebook.html guidance officers, and all school personnel,”
8
Kathryn Gerald, IntervensiPraktis Bagi Remaja Australian Journal of Guidance &
Be risiko, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2012, Counseling 18 (2008): 53-66.
11
hlm.72 Siswanto Sunarso, Hukum Informasi dan
9
Sudarto , Hukum dan Hukum Pidana , Transaksi Elektronik, PT. Rineka Cipta,
Bandung , 1986 hlm.183-184 jakarta, 2009 hlm.38

Volume 5, No. 2, Tahun 2019


Analisa Viktimologis terhadap Korban... | 1135

berwenangmenegakkan hukum victimity yang tidak selalu


merupakan lembaga yang dapat berhubungan dengan masalah
melakukan penanggulanganterhadap kejahatan, termasuk pola korban
cyberbullying.12 kecelakaan, dan bencana alam selain
Berdasarkan latar belakang dari korban kejahatan dan
14
diatas penyusun mengidentifikasi penyalahgunaan kekuasaan.
beberapa pertanyaan yang akan Ruang lingkup viktimologi
menjadi pokok permasalahan yang menurut Arief Gosita, 15 adalah sebagai
ajkan diabahas dalam skripsi ini. berikut :
Pertanyaan-pertanyaan tersebut 1. Berbagai macam viktimisasi
diantaranya : kriminal atau kriminalistik.
1. Bagaimana analisa viktimologis 2. Teori-teori etiologi viktimisasi
terhadap korban “body kriminal.
shaming” di media sosial? 3. Para peserta terlibat dalam
2. Bagaimana prospek pengaturan terjadinya atau eksistensi suatu
kasus“body shaming” dalam viktimisasi kriminal atau
perspektif hukum pidana yang kriminalistik, seperti para
akan datang? korban, pelaku, pengamat,
pembuat Undang-Undang,
polisi, jaksa, hakim, pengacara
B. Landasan Teori
dan sebagainya.
Viktimologi merupakan suatu 4. Reaksi terhadap suatu
pengetahuan yang mempelajari suatu viktimisasi kriminal.
viktimalisasi (criminal) sebagai suatu 5. Respons terhadap suatu
permasalahan manusia yang viktimisasi kriminal
merupakan suatu kenyataan sosial. argumentasi kegiatankegiatan
Secara sederhana,dalam penyelesaian suatu viktimisasi
perkembangannya disesuaikan dengan atau viktimologi, usaha-usaha
masalah yang diatur dalam beberapa prevensi, refresi, tindak lanjut
perundang-undangan, sehingga (ganti kerugian), dan pembuatan
terdapat satu pengertian yang baku peraturan hukum yang
namun hakikatnya adalah sama yakni berkaitan.
sebagai korban tindak pidana. Sebagai 6. Faktor-faktor viktimogen/
contoh korban, pelanggaran Hak Asasi kriminogen.
Manusia yang berat dan sebagainya, Viktimologi lebih menekankan
pengertian tentang korban mengacu pada korban ,sehingga lebih lanjut
pada Undang-Undang Nomor 31 yang dibahas adalah perempuan
Tahun 2014 perubahan atas Undang- sebagai korban kejahatan atau tindak
Undang Nomor 13 Tahun 2006. kekerasan. Karna masing-masing
Korban kejahatan bukan saja orang meruapakan komponen suatu interaksi
perorangan, tetapi meluas dan yang hasil interaksi itu adalah
13
kompleks Menurut J. E. Sahetapy, viktimisasi kriminal. Viktimisasi atau
ruang lingkup viktimologi meliputi kriminalitas itu adalah :
bagaimana seseorang (dapat) menjadi 1. Merupakan masalah manusia
korban yang ditentukan oleh suatu yang sebenarnya secara
dimensional
12
Siswanto Sunarso, Hukum Informasi dan
Transaksi Elektronik, PT. Rineka Cipta,
14
Jakarta, 2009, hlm. 39. Ibid, hlm 45.
13 15
Ibid, hlm 45. Ibid, hlm 45-46

Ilmu Hukum
1136 | Siti Hilma Nurzaojah, et al.

2. Merupakan suatu hasil interaksi stigmastisasi kendatipun sudah


akibat adanya suatu interaksi diselesaikan aspek
antar fenomena yang ada dan peradilannya.
saling mempengaruhi Body shaming merupakan suatu
3. Merupakan tindakan seorang tindakan yang mengganggu
individu yang dipengaruhi oleh kenyamanan dan menyakitiorang lain
suatu struktur sosial tertentu dengan adanya perbedaan kekuatan
dari suatu masyarakat tetentu. maupun psikis dari korban dan pelaku
Menurut J.E. Sahetapy, yang dilakukan secara
viktimisasi adalah penderitaan, baik berulang.Berdasarkan medianya
secara fisik maupun psikis atau mental bullying dibedakan menjadi dua,yakni
berkaitan dengan perbuatan pihak lain. traditional bullying dan cyber bullying.
Lebih lanjut J.E. Sahetapy berpendapat Traditional bullying terjadi dengan
mengenai paradigma viktimisasi yang kontak secara langsung antara korban
meliputi : dan pelaku. Sedangkan, cyber bullying
1. Viktimisasi politik, dapat terjadi melalui perantaraan media
dimasukkan aspek sosial dan korban dilecehkan atau
penyalahgunaan kekuasaan, dianiaya melalui media sosial. Korban
perkosaan hak-hak asasi body shaming lebih banyak dialami
manusia, campur tangan oleh anak anak dan perempuan.
angkatan bersenjata diluar Dampak dari body shaming yaitu
fungsinya, terorisme, intervensi, Kerusakan mental bisa menyebabkan
dan peperangan lokal atau orang mengalami :
dalam skala internasional; 1. Membuat orang menjadi
2. Viktimisasi ekonomi, terutama insecure dan tidak percaya diri
yang terjadi karena ada kolusi 2. Korban body shamming akan
antara pemerintah dan menutup diri dan lebih senang
konglomerat, produksi barang- menyendiri
barang tidak bermutu atau yang 3. Membuat orang lain tidak
merusak kesehatan, termasuk berkembang
aspek lingkungan hidup; 4. Melakukan hal ekstrem untuk
3. Viktimisasi keluarga, seperti memperbaiki kondisi fisiknya
perkosaan, penyiksaan, terhadap 5. Bahkan ada yang nekat
anak dan istri dan mengakhiri hidup
menelantarkan kaum manusia Dan fakta dilapangan hal ini
lanjut atau orang tuanya sendiri; masih dianggap tidak penting padahal
4. Viktimisasi media, dalam hal ini korban body shaming sangat
dapat disebut penyalahgunaan merasakan dampaknya, meskipun ada
obat bius, alkoholisme, aturannya sendiri, kasus ini jarang
malpraktek di bidang sekali berakhir dipenjara karna
kedokteran dan lain-lain; kepolisian selalu mengupayakan media
5. Viktimisasi yuridis, dimensi ini penal sebagai upaya penyelesaiannya.
cukup luas, baik yang Korban dalam pengertian
menyangkut aspek peradilan seabagai akibat dari adanya tindak
dan lembaga pemasyarakatan pidana. Posisi korban dalam praktek
maupun yang menyangkut dapat dilihat dalam sudut pandang :
dimensi diskriminasi 1. Korban dilihat dari
perundangundangan, termasuk pembentukan hokum
menerapkan kekuasaan dan 2. Korban dilihat dari perilaku

Volume 5, No. 2, Tahun 2019


Analisa Viktimologis terhadap Korban... | 1137

kriminal atau antisosial 2. Cyber stalking (akan mencapai


3. Korban dilihat dari dalam tahap mengerikan ketika
lingkup HAM dan kesejahteraan mengetahui aktivitas offline),
sosial dan
Menurut Mendelsohn,16 3. Revenge porn (penyebaran
berdasarkan derajat kesalahannya foto/video dengan tujuan balas
korban dibedakan menjadi lima dendam dibarengi intimidasi/
macam, yaitu: pemerasan).
1. Yang sama sekali tidak bersalah Hingga saat ini kasus body
2. Yang jadi korban karena shaming semakin banyak terjadi
kelalaiannya Seiring tingginya pengguna media
3. Yang sama salahnya dengan sosial di indonesia juga masih banyak
pelaku korban yang belum menyadari bentuk
4. Yang lebih bersalah dari pelaku body shaming itu seperti apa dan
5. Yang korban adalah satu- banyak korban yang lebih memilih
satunya yang bersalah (dalam diam ketika ia mengalami body
hal ini pelaku dibebaskan). shaming mungkin itu juga yang
menjadi penyebab semakin banyak
terjadinya peristiwa body shaming di
C. Hasil Penelitian dan media sosial bagaikan tidak ada efek
Pembahasan jera bagi si pelaku maka pelaku-pelaku
Analisa Viktimologis terhadap korban selanjutnya pun semakin banyak
body shaming di media sosial bermunculan. selama beberapa tahun
terakhir body shaming semakin banyak
Hingga kini kekerasan di
terjadi karena berbagai faktor, di
internet terhadap perempuan masih
antaranya:
belum diperhatikan.Beberapa
1. Masih rendahnya kesadaran
menganggap kekerasan verbal atau
untuk berani melapor
tulisan daring (online) sebagai candaan
dikarenakan masyarakat sendiri
atau sesuatu yang dianggap wajar.
enggan melaporkan
Padahal kekerasan tersebut tidak
permasalahan.
sekedar kekerasan online atau
2. Pihak terkait yang kurang
kekerasan dunia maya atau siber,
mensosialisasikan tentang body
melainkan merupakan perpanjangan
shaming di media sosial
dari kekerasan yang sudah ada.
maupun secara langsung,
Dalam penelitian lain
sehingga data kasus tentang
ditemukan bahwa cyber bullying
body shaming pun banyak
menjadi ancaman yang jauh lebih
dikesampingkan ataupun
berbahaya bagi anak-anak daripada
dianggap masalah yang sepele.
yang banyak orangtua perkirakan.
3. Banyak kasus body shaming
Cyber bullying adalah tindak
yang tidak tertangani secara
intimidasi, penganiayaan atau
langsung dari pihak yang
pelecehan disengaja yang anak-anak
berwajib, bahkan kasus kasus
dan remaja alami di internet. Ada
body shaming yang kecil pun
jenis- jenis kekerasan di ranah online ,
lebih banyak dipandang sebelah
diantaranya :
mata daripada kasus-kasus
1. Doxing (mempublikasikan data
lainnya.
personal oranglain),
4. Korban takut bentuk kekerasan
yang dialaminya tak dikenal
16
Ibid, hlm 52.

Ilmu Hukum
1138 | Siti Hilma Nurzaojah, et al.

dalam KUHP. strategis. Termasuk dalam masalah


5. Proses hukum yang setengah- kebijakan dalam menetapkan sanksi
setengah cuma bikin korban pidana, kebijakan menetapkan pidana
menanggung malu karena udah dalam perundang-undangan. yang
telanjur disorot media. sekaligus merupakan landasan legalitas
6. Faktor budaya. bagi tahap-tahap berikutnya, yaitu
7. Faktor Domestik. tahap penerapan pidana oleh badan
8. Lingkungan. pengadilan dan tahap pelaksanaan
pidana oleh aparat pelaksana pidana
Prospek pengaturan kasus “Body
Kebijakan yang ditempuh oleh bangsa
Shaming” dalam perspektif hukum
Indonesia.
pidana yang akan datang
Dalam melaksanakan
Saat ini kondisi dan keadaan pembaruan hukum pidana, melalui dua
hukum di Indonesia harus berhadapan jalur, yaitu:
dengan masalah-masalah yang rumit, 1. Pembuatan Konsep Rancangan
seperti penyusunan, kebangkitan Kitab Undang-Undang Hukum
kembali, pembangunan, kelahiran, dan Pidana Nasional, yang
bentuk potensial hukum dari tertib maksudnya untuk menggantikan
hukum. Kondisi hukum yang sudah KUHP yang berlaku sekarang.
tidak stabil lagi dikarenakan aparat 2. Pembaruan perundang-
penegak hukum yang korup dan tak undangan pidana yang
mempunyai nilai-nilai philosophia,, maksudnya mengubah,
yang justru melakukan tindakan yang menambah, dan melengkapi
menguntungkan pihak-pihak tertentu. KUHP yang berlaku sekarang.
Upaya dalam memperbaiki hal-hal ini Pembaharuan hukum pidana
pun telah dan sedang dilakukan, Indonesia didasarkan pada alasan-
yakni : alasan sebagai berikut:
1. Dengan memperbaiki 1. KUHP dipandang tidak lagi
perundang-undangan yang sesuai dengan dinamika
dinilai memiliki kelemahan atau perkembangan hukum pidana
tidak memenuhi rasa keadilan nasional Indonesia.
masyarakat. 2. Perkembangan Hukum Pidana
2. Dengan membuat undang- diluar KUHP, baik berupa
undang yang baru, untuk dapat hukum pidana khusus maupun
mengganti perundang-undangan hukum pidana administrasi telah
yang dinilai banyak memiliki menggeserkeberadaan system
kelemahan atau tidak memenuhi hukum pidana dalam KUHP.
rasa keadilan masyarakat. Keadaan ini telah
3. Dengan melakukan penelitian- mengakibatkan terbentuknya
penelitain mendalam, oleh lebih dari satu system hukum
kalangan ilmuan dan akademisi, pidana yang berlaku dalam
terhadap perundang-undangan system hukum pidana nasional.
yang dinilai bermasalah. 3. Dalam beberapa hal telah juga
4. Dengan penemuan hukum, oleh terjadi duplikasinorma hukum
para hakim sebagai penegak pidana antara norma hukum
hukum. pidana dalam KUHP dengan
Pembaharuan hukum pidana norma hukum pidana dalam
menuntut adanya penelitian dan undang-undang di luar KUHP.
pemikira terhadap masalah sentral Di dalam KUHP memang tidak
yang sangat fundamental dan sangat
Volume 5, No. 2, Tahun 2019
Analisa Viktimologis terhadap Korban... | 1139

disebutkan secara jelas ada pasal yang yang sudah digunakan dalam suatu
mengatur mengenai tindak pidana body putusan 11 pengadilan yaitu terdapat
shaming namun ada dasar yang dapat pada beberapa pasal pada Undang-
dijadikan dasar rujukan terhadap undang No 11 Tahun 2008 tentang
perbuatan penghinaan citra tubuh Informasi dan Transaksi Elektronik
(body shaming) terdapat Pasal 310, yang kemudian diubah dalam Undang-
Pasal 311 dan Pasal 315 KUHP. Akan undang No 19 Tahun 2016 tentang
tetapi sementara ini yang paling cocok Perubahan Atas Undang-undang
menjadi dasar hukum bagi tindak Nomor 11 Tahun 2008 tentang
pidana penghinaan citra tubuh (body Informasi dan Transaksi Elektronik
shaming) adalah Pasal 315, yang atau (UU ITE).
menyatakan “Tiap-tiap penghinaan
dengan sengaja yang tidak bersifat
D. Kesimpulan
pencemaran atau pencemaran tertulis,
yang dilakukan terhadap seorang, baik Berdasarkan pembahasan dalam
di muka umum dengan lisan atau penelitian ini, peneliti menyimpulkan
tulisan, maupun di muka orang itu beberapa hasil penelitian sebagai
sendiri dengan lisan atau perbuatan, berikut:
atau dengan surat yang dikirimkan atau 1. Dalam kasus ini perempuan dan
diterimakan kepadanya, diancam anak anak sering kali menjadi
karena penghinaan ringan, dengan korban body shaming di media
pidana penjara paling lama empat sosial perempuan lebih rentan
bulan dua minggu atau denda paling mengalaminya karna
banyak tiga ratus rupiah”. perempuan lebih aktif dalam
Istilah yang juga umum bermedi sosial. Dan masyarakat
dipergunakan untuk tindak pidana modern lebih tunduk pada
terhadap kehormatan adalah tindak budaya kebencian di internet.
pidana “penghinaan” Kata penghinaan kasus ini jarang sekali berakhir
ringan sebagaimana diatur dalam Pasal di penjara karna kepolisian
315 KUHP di Pasal tersebut belum lebih mengedepankan
cukup mengakomodir seluruh restorative justice yaitu dengan
perbuatan penghinaan terhadap citra upaya mediasi penal.
tubuh (body shaming) yang sering kita 2. Pengaturan tindak pidana
jumpai akhir-akhir ini. Pasal 315 penghinaan citra tubuh (body
KUHP masih terbatas karena mengatur shaming) jika ditinjau dari
mengenai penghinaan yang dilakukan perspektif KUHP maka akan
dengan sengaja yang tidak bersifat mengacu pada Pasal 310, Pasal
pencemaran maupun pencemaran baik 311 dan Pasal 315 tentang
yang dilakukan oleh seseorang baik Penghinaan. Dilihat dari ketiga
dimuka umum atau di muka orang itu pasal diatas, maka tindak pidana
sendiri menggunakan lisan atau tulisan. penghinaan citra tubuh (body
Dengan demikian Pasal 315 shaming) ini lebih mengarah
KUHP dapat digunakan untuk menjerat kepada Pasal 315 KUHP
warganet yang menuliskan yang dapat karena, jika dilihat dari ciri-ciri
dijadikan payung hukum bagi body shaming telah memenuhi
pemidanaan terhadap perbuatan unsur obyektif dari Pasal 315
penghinaan terhadap citra tubuh (body KUHP, sehingga body shaming
shaming), terdapat pula aturan di luar merupakan tindak pidana
KUHP yang mengatur hal tersebut penghinaan ringan terhadap
citra tubuh seseorang, sehingga
Ilmu Hukum
1140 | Siti Hilma Nurzaojah, et al.

sampai saat ini body shaming aturan hukum yang berlaku,


masih relevan diselesaikan maka diharapkan mampu untuk
dengan menggunakan Pasal 315 mengurangi tindak pidana
KUHP. penghinaan citra tubuh (body
3. Pengaturan tindak pidana shaming) ini.
penghinaan citra tubuh (body 2. Diharapkan pengaturan tentang
shaming) di luar KUHP jika tindak pidana penghinaan citra
ditinjau dari UU ITE memang tubuh (body shaming) di luar
tidak ada pasal yang KUHP juga dapat dibuatkan
menyebutkan secara spesifik pengaturan yang jelas, sehingga
mengenai (body shaming) yang dapat menjadi penunjang dalam
ada hanya klausul pembuktian dan pemberian
“penghinaan/pencemaran nama sanksi jika terjadi kasus serupa.
baik”. Ruang lingkup delik 3. Sebagai masyarakat kita perlu
Pasal 27 Ayat (3) ini mencakup untuk menjaga kenyamanan
penghinaan ringan. Body dengan saling menghargai
shaming termasuk tindak pidana kekurangan satu sama lain dan
penghinaan ringan terhadap menghindari ucapan dan atau
citra tubuh. Dengan demikian tindakan yang mengusik
Pasal 27 Ayat (3) UU ITE kenyamanan orang –orang
sampai saat ini masih relevansi disekitar kita dengan tidak
digunakan untuk kasus tindak melakukan body shaming atau
pidana penghinaan citra tubuh menganggap body shaming
(body shaming) apabila hanya sebagai candaan semata
perbuatan tersebut dilakukan
melalui sarana komputer atau Daftar Pustaka
media elektronik. Sehingga
Edi Setiadi dan Kristian, Sistem
kedua aturan ini masih bisa
Peradilan Pidana Terpadu dan
digunakan sebagai aturan untuk
Sistem Penegakan Hukum Di
menjerat pelaku body shaming,
Indonesia, Prenadamedia Group,
walaupun sewaktu- waktu
Jakarta, 2017
ancamannya bisa diganti
menjadi ancaman lain. Arif Gosita, Masalah Korban Kejahatan
Kumpulan Karangan,
Akademika 1995,
E. Saran Dikdik M. Arief Mansur dan Elisatri
1. Kepada pemerintah penulis Gultom, Cyber Law Aspek
menyarankan sebaiknya Hukum. Teknologi Informasi. PT
pemerintah maupun aparat Refika Aditama. Bandung,2005
penegak hukum dapat Dini Dewi Heniarti.(DKK), Kebijakan
memperluas lagi dan Kriminal Penanggulangan
membuatkan pengaturan yang Kejahatan Telematika,
spesifik di dalam KUHP. volumeIII Nomor 1,Januari-Juni
Adanya pengaturan yang jelas 2005, Hlm.33
guna mempermudah Dominikus Juju dan Feri Sulianta,
pembuktian kejahatan apabila Hitam Putih Facebook , Elex
terdapat kasus seperti diatas. Media Komputindo, Jakarta,
Selain itu jika pengaturan sudah 2010,
jelas, dapat diberikan sanksi Edi setiadi dan Dian Andriasari,
yang setimpal sesuai dengan
Volume 5, No. 2, Tahun 2019
Analisa Viktimologis terhadap Korban... | 1141

Perkembangan Hukum Pidana di


Indonesia, Graha Ilmu,
Yogyakarta, 2013,
Elva Rossana, Diskriminasi Hak Dan
Kewajiban Warga Binaan
Lembaga Pemasyarakatan
Dikaitkan Dengan Undang –
Undang Nomor 12 Tahun 1995
Tentang Pemasyarakatan,
Universitas Padjajaran,
Bandung, 2011.
Tuti Mariana Damanik, Dinamika
psikologis perempuan
mengalami body shame,
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta, Yogyakarta, 2018
Kitab Undang – Undang Hukum Pidana
Undang – Undang Nomor 19 Tahun
2016 Tentang ITE

Ilmu Hukum

You might also like