You are on page 1of 16

EKONOMI DAN ADMINISTRASI ISLAM

Disusun oleh:

1. Abdurrahim 'Azmi 195150201111072


2. Febriansyah Adi 155150200111314
3. Gilang Perdana 155150207111159
4. Shandy arga vindra 195150207111058

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA


JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
Abstrak
Makalah ini disusun untuk kita sebagai umat muslim lebih tau dan mengerti bagaimana Islam
mengatur kehidupan kita dalam bidang ekonomi dan administrasi. Dengan begitu, kita dapat
menerapkannya dan menjadikan hidup kita ini makin diberkahi oleh Allah Subhanahu Wata’ala.
Selain itu, saat menerapkannya, kita akan merasakan beragam kemaslahatannya, karena apa
yang kita terapkan bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadits.
Kata Pengantar
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala, karena atas rahmat
dan karunia-Nya kami dapat membuat dan menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas
pelajaran Agama yang berjudul “Ekonomi dan Administrasi Islam”. Kami berharap makalah ini
dapat memberikan manfaat kepada kita semua dan memberikan pengetahuan-pengetahuan
baru, terutama pengetahuan yang lebih dalam ekonomi dan administrasi dalam Islam.
BAB 1
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Pada masa sekarang, banyak sekali sumber-sumber ilmu yang bisa kita dapatkan dari segala
bidang. Seperti di bidang sains, bidang sosial, bidang ekonomi, dan bidang lainnya. Sumber-
sumber ilmu yang ada tidak semuanya benar dan baik untuk kita ambil dan terapkan. Bisa saja,
sumber-sumber ilmu yang kita yakini dan terapkan sekarang tidak benar dan baik untuk kita.
Tapi, segala puji bagi Allah, Tuhan Semesta Alam, karena Allah telah menurunkan petunjuk dan
pedoman hidup bagi kita umat manusia. Petunjuk dan pedoman yang Allah turunkan, yaitu
berupa Al-Qur’an dan Al-Hadits sudah pasti benar dan baik untuk kita sebagai umat manusia.
Karena, yang menciptakan kita adalah Allah SWT. dan tentu Allah lah yang lebih mengenal kita
dan mengetahui pedoman hidup yang benar dan baik untuk umat manusia. Oleh karena itu,
agar hidup kita ini mengikuti petunjuk yang benar dan baik, kami disini akan menjelaskan
beberapa pedoman yang telah Allah berikan kepada kita, terutama dalam bidang ekonomi dan
administrasi Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadits.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa pengertian ekonomi dan administrasi islam?


1.2.2 Apa saja hal-hal yang mendasari ekonomi dan administrasi Islam?
1.2.3 Bagaimana ciri-ciri ekonomi dan administrasi islam?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian ekonomi dan administrasi islam.
1.3.2 Untuk mengetahui hal-hal yang mendasari ekonomi dan administrasi islam.
1.3.3 Untuk mengetahui ciri-ciri ekonomi dan administrasi islam.
BAB 2
Pembahasan
2.1 Ekonomi Islam
2.1.1 Pengertian Sistem Ekonomi Islam
Pengertian Sistem Ekonomi Islam adalah suatu sistem ekonomi dimana dalam pelaksanaannya
berlandaskan syariat Islam dengan berpedoman kepada Al-quran dan Al Hadis.

Dalam sistem ekonomi Islam mengatur berbagai kegiatan perekonomian seperti jual-bel,
simpan-pinjam, investasi, dan berbagai kegiatan ekonomi lainnya. Pada pelaksanaan kegiatan
ekonomi Islam, semuanya harus sesuai dengan syariat Islam dengan menghindaari semuanya
yang sifatnya Maisyir, Gharar, Haram, Dzalim, Ikhtikar dan Riba.

Menurut berbagai sumber, sistem ekonomi Islam mengandung sifat-sifat baik dari sistem
ekonomi kapitalis dan sosialis, namun melepas sifat-sifat buruk dari kedua sistem ekonomi
tersebut.

2.1.2 Pengertian Sistem Ekonomi Islam Menurut Para Ahli


Seperti yang dituliskan dalam buku karya M.B Hendrie Anto, berikut ini adalah beberapa definisi
ekonomi Islam menurut para ahli:

1. Hasanuzzaman

Menurut Hasanuzzaman (1986), pengertian ekonomi Islam adalah suatu ilmu dan aplikasi
petunjuk dan aturan syari’ah yang mencegah ketidak adilan dalam memperoleh dan
menggunakan sumber daya material agar memnuhi kebutuhan manusia dan agar dapat
menjalankan kewajibannya kepada Allah dan masyarakat.

2. Shidqi

Menurut Shidqi (1992), pengertian ekonomi Islam adalah tanggapan pemikir-pemikir muslim
terhadap tantangan ekonomi pada zamannnya. Dalam upaya ini mereka dibantu oleh Al-Qur’an
dan Hadist, serta alasan dan pengalaman.

2.1.3 Ciri-Ciri Sistem Ekonomi Islam


Dari penjelasan singkat pengertian sistem ekonomi ini, kita dapat mengetahui beberapa
karakteristiknya. Adapun ciri-ciri sistem ekonomi Islam adalah sebagai berikut:

Adanya pengakuan terhadap hak individu, namun dibatasi agar tidak terjadi monopoli yang
merugikan masyarakat umum.
Adanya pengakuan akan hak umat atau umum dimana hak umat lebih diutamakan dibanding
hak lainnya.

Adanya keyakinan bahwa manusia hanya memegang amanah dari yang Maha Kuasa. Segala
kelimpahan harta yang dimiliki manusia adalah berasal dari Allah sang maha segalanya.

Adanya pengakuan terhadap hak individu, namun dibatasi agar tidak terjadi monopoli yang
merugikan masyarakat umum.

Adanya pengakuan akan hak umat atau umum dimana hak umat lebih diutamakan dibanding
hak lainnya.

Adanya konsep halal dan haram dimana semua produk (barang dan jasa) harus bebas dari
unsur haram yang dilarang dalam Islam.

Adanya sistem sedekah, yaitu distribusi kekayaan secara merata dari yang kaya kepada yang
kurang mampu.

Tidak memperbolehkan adanya bunga atau tambahan dari suatu pinjaman sehingga hutang-
piutang hanya memperbolehkan konsep bagi hasil.

Adanya larangan menimbun harta kepada umat Islam. Hal ini dianggap menghambat aliran
harta dari yang kaya kepada yang miskin dan dianggap sebagai kejahatan besar.

2.1.4 Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam


Pada pelaksanaannya, sistem ekonomi Islam mengedapankan prinsip-prinsip ekonomi yang
bertujuan untuk mensejahterakan manusia. Adapun beberapa prinsip ekonomi Islam adalah
sebagai berikut:

1. Mencegah Kesenjangan Sosial

“Dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat, dan taatlah kepada rasul, supaya kamu diberi
rahmat.” (QS An-Nur: 56).

Dalam ekonomi Islam diutamakan untuk memberikan bantuan kepada orang lain yang
membutuhkan. Meskipun tetap memperbolehkan kompetisi, hal ini bukan berarti
mengesampingkan kepedulian terhadap orang lain dan lingkungan.

2. Tidak Bergantung Kepada Nasib atau Keberuntungan

“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: “Pada keduanya terdapat
dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari
manfaatnya.”…” (QS Al-Baqarah: 219).
Segala yang berhubungan dengan perjudian dan mengandalkan keberuntungan adalah sesuatu
yang dilarang dalam ekonomi Islam. Prinsip ekonomi Islam mengacu pada kejelasan transaksi
dan tidak bergantung pada keberuntungan yang tidak jelas, apalagai sampai melalaikan kerja
keras dan ikhtiar.

3. Mencari dan Mengelola Kekayaan Alam

“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia
Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (QS Al Jumuah: 10).

Dalam prinsip ekonoi Islam, setiap manusia diharuskan mencari dan mengelola sumber daya
alam sebaik-baiknya. Hal ini termasuk dalam memaksimalkan hasil bumi, hubungan kerjasama
dengan orang lain, dan lain-lain.

4. Melarang Praktik Riba

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang
belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS Al-Baqarah: 278).

Seperti yang telah disebutkan di atas, sistem ekonomi Islam melarang praktik riba dalam setiap
kegiatn ekonomi karena dianggap dapat menyengsarakan peminjam dana, khususnya mereka
yang kurang mampu.

5. Membuat Catatan Transaksi dengan Jelas

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai untuk waktu
yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara
kamu menuliskannya dengan benar” (QS Al Baqarah: 282).

Dalam ekonomi Islam, setiap transaksi yang terjadi harus dicatat dengan baik. Hal ini bertujuan
untuk mencegah terjadinya konflik atau masalah di masa depan karena adanya potensi
kelalaian atau lupa.

6. Mengutamakan Keadilan dan Keseimbangan dalam Berniaga

“Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan neraca yang
benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS Al Isra: 35).

Dalam ekonomi Islam juga memerintahkan agar kegiatan niaga berjalan secara adil dan
seimbang. Artinya, setiap melakukan transaksi maka pembeli maupun penjual tidak boleh
melakukan hal-hal yang dapat merugikan satu sama lain, misalnya menipu atau membohongi.
2.2Administrasi Islam
2.2.1 Pengertian
Administrasi dapat dipahami secara sempit dan dapat dipahami secara luas. Dalam arti
sempit, administrasi berkisar pada masalah pencatatan, tatausaha, tulis menulis, mengetik,
dan kearsipan. Sedangkan dalam arti luas, sebagaimana dikemukakan oleh Jpohn M. Pfiffner
dan Robert Vance Presthus (1960) bahwa administrasi ialah “suatu kegiatan atau proses
yang terutama berkenan dengan upaya atau jalan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.” Demikian pula Sondang P. Siagian (t.t) merumuskan administrasi sebagai
“keseluruhan proses kerja sama antara dua orang atau lebih yang didasarkan atas
rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.”

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa administrasi adalah sebuah proses dalam
merencanakan melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan yang dilakukan oleh seorang dan
sekelompok orang. Seluruh proses itu bertujuan jalannya untuk mengatur jalannya kegiatan
yang telah direncanakan. Dalam melakukan kegiatan administrasi seorang administrator
dibantu oleh beberapa orang dalam menjalankan tugas-tugasnya untuk mencapai tujuan
yang tellah ditetapkan. Kerja sama antara orang-orang itu ditempatkan dalam suatu wadah
organisasi.

Administrasi Islam adalah proses penyelenggaraan kegiatan yang dilakukan oleh seorang
atau beberapa orang Islam di mana kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan syari’at
Allah dan Rasul-Nya untuk mencapai tujuan yang diridhai Allah.

Konsep-konsep yang dirumuskan dalam administrasi Islam merujuk pada sumber autentik
yaitu Al-Qur’an dan Hadits. Para administrator menjadikan prinsip-prinsip dasar
administrasi yang ada dalam Al-Qur’an sebagai panduannya. Prinsip-prinsip administrasi
Islam dimuat dalam surat 24 ayat 55, surat 35 ayat 39, surat 38 ayat 26, surat 42 ayat 38,
dan sebagainya.

Dengan demikian administrasi Islam merupakan kajian teoritik yang sumber-sumbernya


berasal dari wahyu. Kajian administrasi Islam kemudian dikembangkan oleh para ulama
yang disusun dalam karya-karya mereka seperti Abu Yusuf, Al-Ghazali, Ibnu Taimiyah, Ibnu
Khaldun dan lain sebagainya.

2.2.2 Ruang Lingkup Pengkajian Administrasi Islam di Indonesia


Objek kajian administrasi Islam secara luas meliputi administrasi pendidikan Islam,
administrasi ormas-ormas Islam, administrasi mesjid, administrasi partai Islam, administrasi
lembaga perekonomian syari’ah (antara lain BMI, Asuransi Takaful, BMT, IDB, BPRS),
Inkopontren, administrasi perkawinan dan rujuk, administrasi haji, administrasi zakat infaq
shadaqah, administrasi wakaf, dan administrasi peradilan agama.

2.2.3 Contoh-contoh Administrasi Islam di Indonesia


1. Administrasi Perkawinan dan Rujuk

Adapun KUA sebagai Pelaksana Administrasi Perkawinan. KUA melaksanakan sebagian tugas
kantor Departemen Agama Kabupaten/Kotamadya dibidang Urusan Agama Islam dalam
wilayah kecamatan.

· Tata Cara Pernikahan

Tata cara atau proses pelaksanaan pencatatan nikah meliputi pemberitahuan kehendak
nikah, pengumuman kehendak nikah, akad nikah dan penandatanganan akta nikah serta
pembuatan akta nikah.

· Tata Cara Rujuk

Orang yang akan rujuk harus datang bersama isterinya ke PPN (Pegawai Pencatat Nikah)
atau pembantu PPN yang mewilayahi tempat tinggal isteri dengan membawa dan
menyerahkan surat keterangan untuk rujuk dari kepala desa (model RI) dan akta cerai talak
yang diterima dari Pengadilan Agama.

2. Administrasi Perbankan Syari’ah

· Produk bank muamalat Indonesia

Dalam operaionalnya, BMI menggunakan prinsip bagi hasil (mudharabah) yang


ditransformasi dan diadaptasi dari fiqh muamalah. Konsep bagi hasil itu kemudian
mendapat legitimasi hukum dalam UU No. 7 Tahun 1992 (tenang pokok-pokok Perbankan).
Dalam penjelasannya disebutkan bahwa yang dimaksud dengan prinsip bagi hasil adalah
prinsip muamalah yang didasarkan syari’at dalam melakukan kegiatan bank.

Produk yang dipasarkan oleh BMI sebagai produk pengerahan dana yaitu:

1. Giro wadi’ah. Merupakan titipan murni yang dengan seizin penitip dapat dipergunakan
oleh bank.

2. Tabungan mudharabah, yaitu simpanan pihak ketiga di bank Muamalat yang


penarikannya dapat dilakukan setiap saat atau beberapa kali sesuai dengan perjanjian.
3. Deposito investasi mudharabah, yaitu investasi melalui simpanan pihak ketiga
(perseorangan atau badan hukum) yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam waktu
tertentu setelah jatuh tempo dengan mendapat imbalan bagi hasil.

4. Tabungan Haji Arafah, yaitu simpanan pihak ketiga yang penarikannya dilakukan pada
saat nasabah akan menunaikan ibadah haji atau pada kondisi-kondisi tertentu sesuai
dengan perjanjian nasaabah.

5. Tabungan Qurban, yaitu simpanan pihak ketiga yang dihimpunkan untuk ibadah
qurban dengan penarikan dilakukan pada saat nasabah akan melaksanakan ibadah qurban,
atau atas kesepakatan.

6. Tabungan trendi, yaitu simpanan pihak ketiga yang memberikan asuransi, beasiswa
dan prestasi kepada para penabung kgususnya para pelajar.

7. Tabungan ummat, yaitu simpanan dana pihak ketiga yang dananya dapat
dipergunakan oleh mudharib (bank) dimana nasabah akan mendapatkan bagi hasil dari
pendapatan dana tersebut.

3. Administrasi Wakaf

· Persiapan dan pelaksanaan wakaf

Pendaftaran ikrar wakaf dilakukan oleh wakif, yaitu orang atau sekelompok orang atau
badan hukum yang mewakafkan benda miliknya dengan mendatangi kepala KUA yang oleh
Menteri Agama diputuskan sebagai Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW).

· Pengaturan wakaf dalam perundang-undangan

Menurut PP Nomor 28 Tahun 1977 pasal (1) dinyatakan bahwa wakaf adalah “perbuatan
hukum yang memisahkan sebagian harta kekayaan yang berupa tanah milik dan
melembagakannya selama-lamanya untuk kepentingan peribadatan atau keperluan umum
lainnya sesuai dengan ajaran agama Islam.

· Fleksibilitas Konsep Fiqh Wakaf

Jika ditinjau dari kekuatan hukum yang dimiliki, ajaran wakaf merupakan ajaran yang
bersifat anjuran (sunnah), namun kekuatan yang dimiliki sesungguhnya begitu besar sebagai
tonggak menjalankan roda kesejahteraan masyarakat banyak. Lain dengan zakat yang
dalam posisi-posisi tertentu akan habis begitu saja karena harus diberikan kepada orang
yang berhak. Namun, kalau wakaf justru yang menjadi kelebihannya terletak pada aspek
pemanfaatan yang bersifat abadi, sedangkan pokoknya (asalnya) tetap utuh sampai waktu
yang lama, bahkan abadi.

Sehingga dengan demikian, ajaran wakaf yang masuk dalam wajah ijtihad,

Dengan sendirinya menjadi pendukung non manajerial yang bisa dikembangkan


pengelolaannya secara optimal.

4. Administrasi Asuransi Takaful

· Produk asuransi takaful umum

Produk asuransi Takaful Umum yang ditetapkan oleh PT asuransi Takaful yaitu:

1. Takaful kebakaran

2. Takaful Kendaraan Bermotor

3. Takaful Rekayasa (Engineering Insurance)

4. Takaful Pengangkutan (Cargo Insurance)

5. Takaful Rangka Kapal (Marine Hull Insurance)

6. Takaful Aneka (General Accident Insurance)

· Aqad-aqad dalam asuransi syari’ah

Aqad dalam asuransi syari’ah takaful menurut Ahmad Salim terbagi kepada tiga bagian
seperti yang dikutip oleh jafril khalil, yaitu:

1. Asuransi konvensional (ta’min taqlidi atau tijari). Hal seperti ini mempunyai aqad
mawwadah yang mengandung unsur gharar: gharar fil ajl, gharar fil husul, dan gharar fil
wujud. Gharar dimaksud termasuk fahisy. Ta’min tijari ini mengandung unsure riba nasyiah
dan fadhl, ia juga mengandung maysir dan memakan harta sesama manusia dengan cara
ang batil.

2. Ta’min ta’awuni al-basit. Ta’min dimaksud, dihalalkan oleh ketentuan syari’ah islam.
Sebab ia bersifat tolong menolong, yaitu peserta memberikan sebagian hartanya tanpa
ditentukan jumlahnya untuk kepentingan orang yang menjadi peserta atau bukan peserta
dan sifatnya bukan dalam jumlah yang besar, hal ini bisa diatur dengan manajemen yang
rapid an boleh juga dilaksanakan tanpa manajemen yang baik. Prinsip yang dijalankan
adalah ta’awun atau tabarru’ dengan aqad hibah atau sedekah.
3. Ta’min ta’awuni murakkab, secara prinsip hampir sama dengan ta’min jenis kedua.
Tetapi dalam jumlah yang banyak dan dikendalikan oleh perusahaan dengan manajemen
yang rapid an berbadan hukum. Ketiga aqad dimaksud, penulis akan menguraikan jenis
asuransi aqad ketiga.

Aqad-aqa yang dapat digunakan dalam asuransi syari’ah amat ditentukan oleh tujuan ber-
aqad dari kedua belah pihak dalam melakukan investasi, sehinngga aqad yang akan
digunakan adalah aqad mudharabah, musyarakah, wadhi’ah, dan semacamnya yang sesuai
hukum islam.

5. Administrasi Peradilan Agama

· Prosedur berperkara di pengadilan agama

Pengadilan agama sebagai salah satu lembaga peradilan pelaksanaan Kekuasaan Kehakiman
mempunyai tugas pokok, menerima, memeriksa, mengadili serta menyelesaikan setiap
perkara yang diajukan kepadanya (pasal 2 ayat (1)) Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970
Jo pasal 49 ayat (1) Undang-undang nomor 7 Tahun 1989 dan berfungsi mencari,
menafsirkan menemukan serta menerapkan hukum atas perkara-perkara dalam lingkup
kewenangannya. Dengan demikian, pengadilan agama mengemban tugas memeberikan
pelayanan terhadap para pencari keadilan dari masyarakat khususnya yang beragama Islam
(Anonimous, 1999: 1).

Untuk mewujudkan peradilan yang sebenarnya itu, dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun
1989 telah diatur mengenai asas pelaksanaan peradilan. Salah satu dari asas tersebut
adalah asas sederhana cepat dan biaya ringan. Walaupun asas tersebut lebih
menitikberatkan pada penyelesaian perkara dalam persidangan, tetapi asas ini sekaligus
menjadi landasan administrasi penyelenggaraan peradilan secara keseluruhan sejak perkara
didaftarkan di pengadilan sampai perkara diselesaikan. Berdasarkan atas asas ini kemudian
peradilan melakuka penataan administrasi yang merujuk kepada keputusan MA tentang
Pola Pembinaan dan Pengendalian Administrasi Kepaniteraan Pengadilan Agama dan
Pengadilan Tinggi Agama. Berdasarkan peraturan tersebut, ditetapkan pola-pola pembinaan
dan pengendalian administrasi perkara yang meliputi lima bidang, yaitu:

1. Pola prosedur penyelenggaraan administrasi perkara tingkat pertama, banding, kasasi


dan peninjauan kembali.

2. Pola tentang register perkara

3. Pola tentang keuangan perkara


4. Pola tentang laporan perkara

5. Pola tentang keasripan perkara

· Pendaftaran perkara di pengadilan

Sesudah surat gugatan atau permohonan dibuat dan dilampiri dengan syarat-syarat
kelengkapan umum atau mungkin sudah sekaligus dilampiri dengan syarat-syarat
kelengkapan khusus, atau dalam hal buta huruf, bawa saja semua syarat-syarat kelengkapan
itu ke pengadilan agama, daftarkanlah di kepaniteraan.

Sewaktu kepaniteraan pengadilan agama menerima berkas, surat gugatan atau


permohonan itu akan diteliti dan penelitian itu menyangkut dua hal: 1, apakah surat
gugatan atau permohonan itu sudah jelas, benar atau tidak tukar balik mulai dari identitas
pihak-pihak, bagian posita dan tentang petitanya, apakah posita sudah terarah sesuai
dengan petita dan sebagainya. 2, apakah perkara tersebut termasuk kekuasaan pengadilan
agama, baik kekuasaan relative maupun kekuasaan absolute. Untuk keperluan penelitian
surat gugatan atau permohonan tersebut, biasanya (bag lingkungan peradilan umum) sudah
ditugaskan seorang hakim atau kepaniteraan yang menguasai betul-betul tentang bentuk
dan isi gugatan atau permohonan. Hal serupa itu bisa pula ditiru oleh peradilan agama.

Sebelum dikatannya benar terhadap gugatan atau permohonan tersebut, belum boleh
didaftarkan ke kepaniteraan, sebab hal itu akan memperlambat proses bahkan mungkin
akan menyebabkan keputusan pengadilan menjadi tidak menentu sebagai akibat dari
gugatan atau permohonan yang tidak jelas atau tidak terarah.

Sebagaimana diketahui bahwa pengadilan dilarang mengabulkan melampaui tuntuan


penggugat atau pemohon, juga dilarang untuk tidak memeriksa dan mengadili seluruh apa
yang yang dituntut oleh penggugat atau pemohon. Jika petita tidak jelas atau petita ada
tetapi tidak didukung oleh pesita, itu berarti gugatan atau permohonan tidak jelas atau
tidak terarah.

Petita harus diatur diatur urusannya karena sedemikian rupa karena pengadilan belum akan
mengabulkan atau menolak gugatan penggugat sebelum dinyatakan dulu bahwa
perkaranya secara formal diterima oleh pengadilan.

Selanjunya bila bila syarat kelengkapan umum gugatan atau permohonan sudah dipenuhi,
penelitian sudah dilakukan dan benar, maka pengadilan dilarang untuk tidak menerima
didaftarkannya perkara tersebut.
6. Administrasi Pegadaian Syari’ah

Perum pegadaian mengeluarkan produk berbasis syari’ah yang disebut dengan


pegadaian syari’ah. Pada dasarnya, produk-produk berbasis syari’ah memiliki karakteristik,
seperti tidak memungut bunga dalam berbagai bentuk karena riba, menetapkan uang
sebagai alat tukar, bukan sengaja komoditas yang diperdagangkan, dan melakukan bisnis
untuk memperoleh imbalan atas jasa dan atau bagi hasil. Pegadaian syari’ah atau dikenal
dengan istilah rahn, dalam pengoperasiannya menggunakan metode Fee Based Income
(FaBI) atau Mudharabah (bagi hasil). Karena nasabah dalam mempergunakan marhun bih
(UP) mempunyai tujuan yang berbeda-beda.

Sebagai penerima gadai atau disebut mutahim, penggadaian akan mendapatkan Surat Bukti
Rahn (gadai) berikut akad pinjam meminjam yang disebut Akad Gadai Syari’ah dan Akad
Sewa Tempat (Ijarah). Dalam akad gadai syari’ah disebutkan apabila jangka waktu akad
tidak diperpanjang, penggadai menyetujui agunan (marhum) miliknya dijual oleh murtahin
guna melunasi pinjaman.
BAB 3
Penutup
3.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kita ambil dari beberapa tulisan yang telah dikemukakan adalah
Islam bukan hanya soal ritual keagamaan saja, melainkan dalam kehidupan sehari-hari kita
pun perlu menerapkan petunjuk-petunjuk yang sesuai dengan Islam, terutama dalam
bidang ekonomi dan administrasi. Petunjuk-petunjuk yang diturunkan oleh Allah SWT. yaitu
berupa Al-Qur’an dan Al-Hadits harus kita yakini dan berpegang teguh padanya, karena
inilah petunjuk yang benar dan baik untuk kita sebagai umat manusia. Mulai saat ini, sudah
semestinya dalam urusan ekonomi dan administrasi kita sehari-hari harus sesuai dengan
ajaran Islam, terutama bagi kita yang mengaku sebagai umat muslim.

3.2. Saran
Apa yang kami telah sampaikan masih memiliki banyak kekurangan, untuk itu jangan hanya
belajar dari apa yang telah kami sampaikan, tapi cari dan pelajarilah referensi-referensi lain
yang tentunya dapat dipercaya. Bagi yang ingin mengembangkan dan mengkaji lebih yang
telah kami sampaikan, kami sarankan untuk mencari dan mengkaji beragaram referensi
yang tentunya referensi yang dapat dipercaya.
Daftar Pustaka
https://www.maxmanroe.com/vid/bisnis/sistem-ekonomi-islam.html

https://sadamniasuh.blogspot.com/2015/09/administrasi-islam.html

You might also like