You are on page 1of 24

SATUAN ACARA KEGIATAN (SAK)

TERAPI BERMAIN STORY TELLING


PADA ANAK USIA TODDLER (1-3 TAHUN)
DI RUANG BONA 2 RSUD DR. SOETOMO

Dosen Pembimbing :

Dr. Ilya Krisnana S.Kep., Ns., M.Kep.

Disusun Oleh :

Kelompok D Angkatan 2017

Tya Wahyun Kurniawati, S.Kep. 132113143077


Anie Desiana, S.Kep. 132113143078
Miftakhul Janah, S.Kep. 132113143079
Ely Ayu Andira, S.Kep. 132113143080
Irawati Dewi, S.Kep. 132113143081
Muhammad Rafly Bagus N, S.Kep. 132113143082
Ro’ihatus Siha, S.Kep. 132113143085

PRAKTIK PROFESI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA
2022
PROPOSAL KEGIATAN
SATUAN ACARA KEGIATAN (SAK)
TERAPI BERMAIN: STORY TELLING

Surabaya, 4 Januari 2022

Ketua Panitia Sekretaris


Satuan Acara Kegiatan Satuan Acara Kegiatan

Anie Desiana, S.Kep. Tya Wahyun Kurniawati, S.Kep.


132113143078 132113143077

Pembimbing Klinik Dosen Pembimbing


Satuan Acara Kegiatan
Satuan Acara Kegiatan

Suparmiasih, S.Kep. Ns. Dr. Ilya Krisnana S.Kep., Ns., M.Kep.


NIP. 196906091988032001 NIP. 198109282012122002

Wakil Dekan I
PJ Profesi
Fakultas Keperawatan
Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga
Universitas Airlangga

Dr. Ika Yuni W, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.KMB.


NIP. 197806052008122001 Harmayetti S.Kp.,M.Kes
NIP. 197004102000122001
BAB 1
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Anak adalah individu yang masih memiliki ketergantungan pada orang dewasa dan
lingkungan sekitarnya. Anak pada masa tumbuh kembangnya berada pada rentang sehat dan sakit.
Saat anak sakit, anak merasakan perubahan baik dari minat dan aktivitas apalagi jika anak
memerlukan perawatan di rumah sakit. Hospitalisasi merupakan suatu kondisi saat seseorang
harus dirawat di rumah sakit. Bagi anak - anak, kondisi ini menimbulkan kecemasan bahkan
menjadi pengalaman traumatik. Dalam sudut pandang anak-anak rumah sakit merupakan negeri
asing dimana mereka harus beradaptasi dengan kebiasaan, bahasa dan jadwal yang berbeda
dengan lingkungan di rumah. Anak-anak rentan mengalami stress selama hospitalisasi akibat
keterbatasan kemampuan kognitif dan emosi serta ketergantungan pada orang lain (Riri, 2017).
Stres hospitalisasi sering terjadi pada anak yang sedang menjalani perawatan di rumah sakit
(Jacobi. Agras and Bryson, 2013). National center for health statistic melaporkan bahwa 3-5 juta
anak dibawah umur 6 tahun di rawat di rumah sakit dan mengalami stres hospitalisasi selama
menjalani perawatan di rumah sakit (Tat and Sing, 2014) dalam (Maria, 2019).
Anak usia toddler menunjukkan kecemasan dengan cara yang lebih agresif yang
ditunjukkan dengan menangis, menyerang dan mengusir petugas kesehatan secara verbal dan
fisik, menendang dan memaksa orang tuanya untuk tinggal. Tingkat stress dan kecemasan anak
harus segera mendapat penanganan agar anak tidak merasa stres berada di rumah sakit. Sebab
pikiran yang stres akan menyebabkan anak akan lama pulih dari pengobatan yang sedang dijalani
(Riri, 2017).
Tingkat stress dan kecemasan yang dirasakan anak terjadi ketika berada di rumah sakit dan
membutuhkan perawatan untuk mengatasi kecemasannya. Kecemasan yang terjadi pada anak
dapat diatasi dengan kegiatan bermain. Kegiatan bermain digunakan peneliti sebagai media terapi
untuk menurunkan kecemasan anak yang menjalani hospitalisasi. Hospitalisasi menimbulkan
krisis dalam kehidupan anak dan sering disertai cemas berlebihan, maka anak-anak perlu bermain
untuk mengeluarkan rasa takut dan cemas yang mereka alami sebagai alat koping dalam
menghadapi cemas sehingga anak dapat tetap merasakan kesenangan dari permainan walaupun
dalam keadaan sakit (Padila, 2019). Selain itu, Pendekatan psikologis yang dapat dilakukan untuk
mendukung intervensi asuhan keperawatan dalam membantu anak mencegah dan mengatasi stres
dab kecemasan selama proses perawatan yaitu terapi seni, terapi kreatifitas, terapi bermain, terapi
musik, terapi relaksasi progesif, storytelling dan guided imagery.
Sebuah penelitian menunjukkan, Storytelling bertujuan untuk membantu anak
mengekspresikan emosinya terhadap perubahan hidup dalam lingkungan yang nyaman, juga
untuk membuka kekuatan dalam dirinya sehingga dapat meningkatkan resiliensi dalam hidupnya.
Fabel menggambarkan cerita tentang kehidupan binatang yang digambarkan dapat bicara seperti
manusia. Cerita fabel sangat luwes digunakan untuk menyindir perilaku manusia tanpa membuat
manusia tersinggung. Misalnya, dongeng kancil, kelinci, dan kura-kura (Trijayanti, 2017). Dalam
penelitian Jawiah (2021) menegaskan bahwa kegiatan pengalihan melalui storytelling efektif
unntuk menurunkan tingkat stress dan kecemasan anak selama hospitalisasi, hal ini dibuktikan
dengan menurunnya kecemasan anak secara signifikan setelah teknik distraksi storytelling
dibeikan. Oleh karena itu, kelompok akan menggunakan teknik ini untuk mengurangi kecemasan
dan stress hospitalisasi pada anak di Ruang Bona 2 RSUD Dr. Soetomo.
SATUAN ACARA KEGIATAN (SAK)

Bidang Studi : Ilmu Keperawatan Anak


Topik : Terapi Bermain (Story Telling)
Tempat : Ruang Bona 2 RSUD Dr. Soetomo

Hari, Tanggal : Kamis, 6 Januari 2022


Waktu : 10.00-10.30 WIB (30 menit)
Sasaran : Pasien Anak Usia Toddler di Ruang Bona 2 RSUD Dr. Soetomo

1. Tujuan

1.1 Tujuan Instruksional Umum

Setelah melakukan terapi bermain story telling pada pasien anak di Ruang Bona 2
RSUD Dr. Soetomo Surabaya diharapkan dapat mengurangi stres anak saat
hospitalisasi berkurang dengan menungkatkan rasa senang pada anak, serta dapat
meningkatkan kecerdasan emosional, bahasa dan kreativitas anak.

1.2 Tujuan Instruksional Khusus

Setelah mengikuti terapi bermain story telling, pasien anak di Ruang Bona 2
RSUD Dr. Soetomo Surabaya diharapkan mampu:
1) Untuk mengetahui dan melatih kecerdasan emosional anak saat mengolah
rasa terhadap cerita yang disampaikan
2) Untuk mengetahui dan melatih kelancaran bahasa anak
3) Untuk menumbuhkan kreativitas anak
4) Sebagai sarana berkomunikasi dengan anak

2. Sasaran

Pasien Anak Usia Toddler di Ruang Bona 2 RSUD Dr. Soetomo Surabaya

3. Materi (Terlampir)

1. Konsep Dasar Anak Toddler

2. Konsep Terapi Bermain: Story Telling


4. Perencanaan
1. Jenis Program Bermain
Story Telling
2. Karakteristik Permainan
Melatih kecerdasan emosional, kelancaran bahasa dan kreativitas anak.
3. Karakteristik Peserta
- Usia : 1-3 tahun
- Keadaan umum : Baik, kooperatif
- Posisi : Duduk
4. Sasaran
Sasaran terapi aktivitas ini adalah anak-anak usia toddler (1-3 tahun) yang dirawat di Ruang
Bona 2 RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

5. Metode
1. Story Telling
Langkah permainan:
- Sediakan media berupa wayang hewan dari kardus
- Leader dan co leader memainkan media dan bermain story telling
- Anak diminta untuk memperhatikan sampai cerita selesai

6. Media
1.Wayang hewan dari kardus
2. Handrub
3. Lagu edukatif

7. Setting Tempat
Anak-anak duduk berkelompok didampingi oleh 1 fasilitator.
Keterangan :
: Leader
: Co leader
: Fasilitator
: Observer
: Pasien
: Keluarga

8. Pengorganisasian

a. Pembimbing Klinik : Suparmiasih, S.Kep. Ns.


b. Pembimbing Akademik : Dr. Ilya Krisnana S.Kep., Ns., M.Kep.

c. Leader : Anie Desiana, S.Kep.

d. Co leader : Ro’ihatus Siha, S.Kep.

e. Fasilitator : Miftakhul Janah, S.Kep.

Ely Ayu Andira, S.Kep.

Irawati Dewi, S.Kep.

Muhammad Rafly Bagus N., S.Kep.

f. Observer : Tya Wahyun Kurniawati, S.Kep.

9. Job Description

No. Nama Sie Job Description

1. Leader 1. Membuka acara permainan dengan salam

2. Memperkenalkan diri pada anak dan keluarga

3. Menjelaskan tujuan dan kontrak waktu

4. Mengatur jalannya permainan mulai dari pembukaan


sampai selesai

5. Mengarahkan permainan
6. Memandu proses permainan

2. Co leader 1. Membantu leader mengatur jalannya permainan

2. Menjalankan permainan bersama leader

3. Fasilitator 1. Membimbing anak bermain

2. Memberi motivasi dan semangat kepada anak

3. Memperhatikan respon anak saat bermain

4. Mengajak anak untuk bersosialisasi dengan bermain,


perawat dan keluarganya

5. Mencatat penilaian hasil terapi story telling pada


anak

4. Obserrver 1. Mengawasi jalannya permainan

2. Mencatat proses kegiatan dari awal hingga akhir


permainan

3. Mencatat situasi penghambat dan pendukung proses


bermain

4. Menyusun laporan dan menilai hasil penilaian

10. Pelaksanaan

No Waktu Acara Kegiatan Peserta

1 Pembukaan 1. Mengucapkan salam, 1) Menjawab salam


(5 menit) 2. Memperkenalkan diri, 2) Memperhatikan
3. Menjelaskan permainan yang akan 3) Memperhatikan
dilakukan, 4) Memperhatikan
4. Mendemonstrasikan cuci tangan
dilanjutkan melakukan cuci tangan
bersama-sama

2 Pelaksanaan 1. Leader dan co leader menyediakan 1) Memperhatikan


(20 menit) media berupa wayang hewan dari 2) Memperhatikan
kardus
2. Leader dan co leader memulai
permainan story telling
3 Penutup 1. Menanyakan kepada peserta 1) Menjawab
(5 menit) perasaan setelah bermain story pertanyaan
telling 2) Memperhatikan
2. Leader memberikan pujian kepada 3) Memperhatikan
peserta,
4) Memperhatikan
3. Leader memberikan semangat
5) Menyanyi
kepada peserta,
4. Mengucapkan terimakasih terhadap
peran serta peserta,
5. Mengucapkan salam penutup dan
menyanyi bersama-sama.

11. Kriteria Evaluasi


1. Kriteria struktur
a. Persiapan media telah lengkap dan siap untuk digunakan
b. Pembuatan SAK dan wayang hewan dari kardus dilakukan satu hari sebelumnya
c. Seluruh pasien anak (1-3 tahun) di Ruang Bona 2 RSUD Dr. Soetomo Surabaya mengikuti
terapi bermain
d. Penyelenggaraan terapi bermain dilakukan di Ruang Bona 2 RSUD Dr. Soetomo
Surabaya.
2. Kriteria proses
a. Peserta antusias dalam mengikuti terapi bermain
b. Pengorganisasian berjalan sesuai dengan job description
c. Kehadiran peserta diharapkan 80% dari kapasitas ruangan yang tersedia dan tidak ada
peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan selama kegiatan berlangsung
3. Kriteria hasil
a. Acara dimulai tepat waktu
b. Peserta mengikuti terapi bermain dari awal sampai selesai
c. Pengorganisasian dalam penyuluhan melaksanakan perannya dengan baik
Lampiran.
1
Materi SAK
Terapi Bermain Story Telling
Pada Anak Usia 1-3 Tahun (Toddler) (Untuk Penyuluh)
A. Konsep Toddler

a. Definisi

Anak usia toddler merupakan anak yang berada antara rentang usia 12-36 bulan
(Soetjiningsih dan Ranuh, 2013). Masa ini juga merupakan masa golden age/ masa
keemasan untuk kecerdasan dan perkembangan anak (Loeziana, 2015).
b. Tumbuh Kembang Anak Toddler

Perkembangan yang sudah mampu dicapai oleh anak usia toddler diantaranya sebagai
berikut:
1. Perkembangan motorik kasar anak usia toddler

 Usia 12-18 bulan anak mampu berdiri sendiri tanpa berpegangan, membungkuk
untuk memungut permainannya kemudian berdiri tegak kembali secara
mandiri, berjalan mundur lima langkah.
 Usia 18-24 bulan anak mampu berdiri sendiri tanpa berpegangan selama 30
detik, anak mampu berjalan tanpa terhuyung-huyung.
 Usia 24-36 bulan anak mampu menaiki tangga secara mandiri, anak dapat
bermain dan menendang bola kecil.
2. Perkembangan motorik halus anak usia toddler

 Usia 12-18 bulan anak mampu menumpuk dua buah kubus, memasukkan kubus
ke dalam kotak.
 Usia 18-24 bulan anak mampu melakukan tepuk tangan, melambaikan tangan,
menumpuk empat buah kubus, memungut benda kecil dengan ibu jari dan
telunjuk, anak bisa menggelindingkan bola ke sasaran.
 Usia 24-36 bulan anak mampu mencoret-coretkan pensil diatas kertas
(Soetjiningsih dan Gde Ranuh, 2013).
3. Perkembangan bahasa anak usia toddler

Tahapan perkembangan bahasa pada anak yaitu Reflective vocalization, Bubbling,


Lalling, Echolalia, dan True speech. Usia 10-16 bulan anak mampu memproduksi
kata-kata sendiri, menunjuk bagian tubuh atau mampu memahami kata-kata tunggal
; usia 18-24 bulan anak mampu memahami kalimat sederhana, perbendaharaan kata
meningkat pesat, mengucapkan kalimat yang terdiri dari dua kata atau lebih ; usia
24-36 bulan pengertian anak sudah bagus terhadap percakapan yang sudah sering
dilakukan di keluarga, anak mampu melakukan percakapan melalui kegiatan tanya-
jawab (Soetjiningsih dan Gde Ranuh, 2013).
4. Perkembangan personal-sosial anak usia toddler

Berdasrakan teori Erick Erickson, anak usia toddler masuk dalam tahapan
otonomi/mandiri >< malu/ragu-ragu.
5. Perkembangan seksualitas anak usia toddler

Teori psikoseksual oleh Sigmund Freud menjelaskan bahwa tahap perkembangan


anak memiliki ciri dan waktu tertentu serta diharapkan berjalan secara kontinyu.
Anak usia toddler masuk dalam tahap fase anal (umur 2-3 tahun), yang mana
fungsi tubuh yang memberikan kepuasan terhadap anus.
6. Perkembangan kognitif anak usia toddler

Perkembangan kognitif anak meliputi semua aspek perkembangan anak yang


berkaitan dengan pengertian mengenai proses bagaimana anak belajar dan
memikirkan lingkungan. Kognisi meliputi persepsi (penerimaan indra dan makna
yang diindra), imajinasi, menangkap makna, menilai dan menalar. Semua bentuk
mengenal, melihat, mengamati, memperhatikan, membayangkan, memperkirakan,
menduga dan menilai adalah kognisi (Sulistyawati, 2015). Menurut teori dari
Pieget, anak usia toddler termasuk dalam tahap pra-operasional (usia 2-7 tahun).
Anak menjadi egosentris, sehingga terkesan pelit karena tidak bisa melihat dari
sudut pandang orang lain. Anak memiliki kecenderungan meniru orang
disekitarnya. Usia 6-7 tahun anak sudah mulai mengerti motivasi, tetapi mereka
tidak mengerti cara berpikir yang sistematis.
c. Tahapan dan Karakteristik Bermain Anak Toddler
Anak usia toddler berada pada tahapan solitary play, yang mana anak bermain sendiri
walaupun ada anak lain bermain disekitarnya. Massa toddler juga merupakan massa
yang aktif, dimana anak mulai suka melakukan pergerakan, seperti mulai berjalan lebih
cepat, berjinjitr dan melompat kecil. Mainan yang dapat membuat anak toddler
berkreasi anatar lain crayon atau pensil warna, lilin kreasi, mewarnai, dan mainan alat
musik (piano, gitar dan lain lain). (Ardini dan Lestariningrum, 2018).

B. Terapi Bermain Story Telling


1. Pengertian Story Telling
Dongeng adalah cerita rakyat yang dianggap benar terjadi dan tidak terikat oleh
awaktu maupu tempat. Dongeng diceritakan sebagai sara hiduran, Pendidikan moral, dan
juga sindiran (Agus, 2008). Mendongeng merupakan suatu kegiatan menyampaikan dongeng
secara lisan pada pendengar menggunakan gaya tertentu yang menarik perhatian
(Bimo,2011). Mendongeng (story telling) merupakan suatu keetrampilan berbahasa lisan
yang bersifat produktif. Dengan demikian, Story telling menjadi bagian dari keterampilan
berbicara. Keterampilan mendongen penting dalam menumbuhkembangkan keterampilan
berbicara, berkomunikasi, sekaligus sebagai sebuah seni. Hal ini dikarenakan Story telling
memerlukan dua keetrampilan tersebut (Fakhrudin, 2009). Kegiatan mendongeng dapat
menggunakan alat bantu berupa boneka atau replika lain yang efektif untuk berkomunikasi
dengan anak-anak. Sehingga, hal ini dapat menjadi sebuah terapi, yaitu terapi mendongeng
(Hockenbery dkk, 2013).
2. Fungsi Story Telling
Menurut para ahli pendidikan bercerita kepada anak-anak memiliki beberapa fungsi
atau manfaat yang sangat penting, yaitu :
1. Membangun kontak batin
2. Media penyampai pesan/nilai agama
3. Pendidikan imajinasi/fantasi
4. Pendidikan emosi
5. Membantu proses identifikasi diri/perbuatan
6. Memperkaya pengalaman batin
7. Hiburan dan penarik perhatian
8. Merekayasa watak/karakter
Menurut pakar dongeng Riris Sarumpaet, dongeng bermanfaat bagi orangtua/ pendidik
sebagai pendongeng, dan tentu saja unutk anak sebagai pendengar. Selain itu, dari berbagi
cara untuk mendidik anak, dongeng merupakan cara yang ampuh dan efektif untuk
memberikan human touch atau sentuhan manusiawi dan sportivitas bagi anak.
Ada lima manfaat dongeng untuk anak, yaitu sebagai berikut :
1. Merangsang kekuatan berfikir
2. Sebagai media yang efektif
3. Mengasah kepekaan anak terhadap bunyi-bunyian
4. Menumbuhkan minat baca
5. Menumbuhkan rasa empati
3. Cara Melakukan Kegiatan Story Telling
Cara melakukan terapi story telling, yaitu:
1.) Persiapan
Siapkan judul yang menarik dan mudah diingat..
2.) Pelaksanaan
a. Lakukan kontak meta dengan pendengar
b. Gunakan mimik wajah yang sesuai
c. Gunakan Gerakan tubuh yang sesuai
d. Gunakan pelafalan dan intonasi yang baik
e. Perhatikan tempo mendongeng, tidak terlalu cepat atau lambat
f. Gunakan alat peraga (boneka, wayang, patung, dsb)
3.) Penutup
Melakukan evaluasi dan tanya jawab dengan anak tentang dongeng yang telah
disamapaikan.
DAFTAR PUSTAKA

Jawiah . 2021. Kegiatan Pengalihan (Storytelling) untuk Menurunkan Kecemasan selama


Hospitalisasi pada Anak dengan Demam Berdarah Dengue di Pelayanan Rumah Sakit.
Politeknik Kesehatan Kemenkes Palembang ; Sumatra Selatan ; Indonesia
Jurana (2017) “Perkembangan Motorik Kasar dan Halus pada Anak Usia 1-3 Tahun (Toddler) di
Kelurahan Mamboro Barat Wilayah Kerja Puskesmas Mamboro,” Medika Tadulako, Jurnal
Ilmiah Kedokteran, 4(3).
Maria, Y. (2019). Pengaruh Terapi Bermain Slime Terhadap Respon Biologis, Psikologi, Dan
Perilaku Makan Pada Anak Preschool Yang Menjalani Hospitalisasi Di Ruang Dahlia Rsud
Mgr. Gabriel Manek, Svd Atambua. In Ir-Perpustakaan Universitas Airlangga
Padila. 2019. Touch, Talk dan Skill Play Terhadap Penurunan Kecemasan Anak Pre-School.
Universitas Muhammadiyah Bengkulu
Riri. 2017. Perbandingan Respon Kecemasan antara Anak Usia Toddler dengan Anak Usia
Sekolah aaat Hospitalisasi. Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau
Sulistyawati, A. (2015) “Deteksi Tumbuh Kembang Anak,” in Deteksi Tumbuh Kembang Anak.
Jakarta: Salemba Medika, hal. 157.
Soetjiningsih, P. dan Gde Ranuh, P. (2013) Tumbuh Kembang Anak. 2 ed, Tumbuh Kembang
Anak. 2 ed. Diedit oleh J. Suyono. Jakarta: EGC.
Trijayanti, U. 2017. Pengaruh Metode Storytelling Mengenai Bencana Alam Banjir Terhadap
Optimalisasi Working Memory Pada Anak Usia 4 – 6 Tahun. Psikologi
Lampiran. 2

Media SAK
Terapi Story Telling pada Anak Usia 1-3 Tahun (Toddler)
(Untuk Peserta)

Gambar gajah dan semut


Lampiran 3

LEMBAR OBSERVASI

TERAPI BERMAIN STORY TELLING

Hari, Tanggal : Kamis, 6 Januari 2022

Waktu : 10.00-10.30 WIB


Tempat : Ruang Bona 2 RSUD Dr. Soetomo

No. Indikator Hasil


1. Peserta
a. Nama, usia, dan jumlah peserta

b. Keamanan proses terapi bermain

c. Perilaku verbal dan nonverbal


peserta selama proses terapi bermain

2. Evaluasi hasil kegiatan dengan rencana


kegiatan
a. Struktur
1) Kesiapan materi
2) Kesiapan SAK
3) Kesiapan media
4) Peserta yang hadir
5) Pengorganisasian
penyelenggaraan terapi bermain
b. Proses
1) Fase dimulai sesuai dengan waktu
yang direncanakan
2) Peserta antusias terhadap terapi
bermain
3) Suasana terapi bermain tertib dan
tenang
4) Tidak ada peserta yang
meninggalkan tempat terapi
bermain
c. Hasil
1) Pasien anak di Ruang Bona 2
mengikuti terapi bermain dari awal
sampai selesai
2) Pasien anak dapat mencuci tangan
dengan benar
Lampiran 4
DAFTAR HADIR PESERTA

“TERAPI BERMAIN: STORY TELLING”

Hari, Tanggal : Kamis, 06 Januari 2022

Waktu : 10.00-10.30 WIB


Tempat : Ruang Bona II RSUD Dr. Soetomo

No Nama Usia
Lampiran 5

DAFTAR HADIR PEMBIMBING


“TERAPI BERMAIN: STORY TELLING PADA ANAK USIA TODDLER
DI RUANG BONA 2 RSUD DR. SOETOMO”

Hari, Tanggal : Kamis, 06 Januari 2022


Waktu : 10.00-10.30 WIB
Tempat : Ruang Bona 2 RSUD Dr. Soetomo

No Nama Jabatan Tanda Tangan

1. Dr. Ilya Krisnana S.Kep., Ns., M.Kep. Pembimbing Akademik 1.

2. Suparmiasih, S.Kep., Ns. Pembimbing Klinik 2.

3. Pembimbing Klinik 3.

4. Pembimbing Klinik 4.
Lampiran 6

DAFTAR HADIR PANITIA

“TERAPI BERMAIN: STORY TELLING PADA ANAK USIA TODDLER DI RUANG BONA II RSUD DR. SOETOMO”

Hari, Tanggal : Kamis, 06 Januari 2022


Waktu : 10.00-10.30 WIB
Tempat : Ruang Bona 2 RSUD Dr. Soetomo

No Nama Jabatan Tanda Tangan

1. Anie Desiana, S.Kep. Leader 1.

2. Ro’ihatus Siha, S.Kep. Co leader 2.

3. Tya Wahyun Kurniawati, S.Kep. Observer 3.

4. Muhammad Rafly Bagus N, S.Kep. Fasilitator 4.

5. Irawati Dewi, S.Kep. Fasilitator 5.

6. Miftakhul Janah, S.Kep. Fasilitator 6.

7. Ely Ayu Andira, S.Kep. Fasilitator 7.


Lampiran 7
LEMBAR EVALUASI PESERTA
(DIISI OLEH PANITIA)

Nama Anak
Skor Indikator Evaluasi

A. Kemampuan Emosional
3. An. mampu memperhatikan dan menampilkan emosi
yang sesuai
2. An. mampu memperhatikan jalan cerita tanpa
menampilkan emosi
1. An. tidak memperhatikan sama sekali
B. Kemampuan Bahasa dan Hubungan Sosial
3. An. mampu berkomunikasi dengan penyaji dan atau
teman sebaya
2. An. mampu berkomunikasi dengan teman sebaya dan
atau keluarga
1. An. hanya diam
Total Nilai

Keterangan :
3 = mampu melakukan
2 = kurang bisa melakukan

1 = tidak mampu melakukan

You might also like