Professional Documents
Culture Documents
Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
SURABAYA
2022
PROPOSAL KEGIATAN
SATUAN ACARA KEGIATAN (SAK)
TERAPI BERMAIN: STORY TELLING
Wakil Dekan I
PJ Profesi
Fakultas Keperawatan
Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga
Universitas Airlangga
1. Latar Belakang
Anak adalah individu yang masih memiliki ketergantungan pada orang dewasa dan
lingkungan sekitarnya. Anak pada masa tumbuh kembangnya berada pada rentang sehat dan sakit.
Saat anak sakit, anak merasakan perubahan baik dari minat dan aktivitas apalagi jika anak
memerlukan perawatan di rumah sakit. Hospitalisasi merupakan suatu kondisi saat seseorang
harus dirawat di rumah sakit. Bagi anak - anak, kondisi ini menimbulkan kecemasan bahkan
menjadi pengalaman traumatik. Dalam sudut pandang anak-anak rumah sakit merupakan negeri
asing dimana mereka harus beradaptasi dengan kebiasaan, bahasa dan jadwal yang berbeda
dengan lingkungan di rumah. Anak-anak rentan mengalami stress selama hospitalisasi akibat
keterbatasan kemampuan kognitif dan emosi serta ketergantungan pada orang lain (Riri, 2017).
Stres hospitalisasi sering terjadi pada anak yang sedang menjalani perawatan di rumah sakit
(Jacobi. Agras and Bryson, 2013). National center for health statistic melaporkan bahwa 3-5 juta
anak dibawah umur 6 tahun di rawat di rumah sakit dan mengalami stres hospitalisasi selama
menjalani perawatan di rumah sakit (Tat and Sing, 2014) dalam (Maria, 2019).
Anak usia toddler menunjukkan kecemasan dengan cara yang lebih agresif yang
ditunjukkan dengan menangis, menyerang dan mengusir petugas kesehatan secara verbal dan
fisik, menendang dan memaksa orang tuanya untuk tinggal. Tingkat stress dan kecemasan anak
harus segera mendapat penanganan agar anak tidak merasa stres berada di rumah sakit. Sebab
pikiran yang stres akan menyebabkan anak akan lama pulih dari pengobatan yang sedang dijalani
(Riri, 2017).
Tingkat stress dan kecemasan yang dirasakan anak terjadi ketika berada di rumah sakit dan
membutuhkan perawatan untuk mengatasi kecemasannya. Kecemasan yang terjadi pada anak
dapat diatasi dengan kegiatan bermain. Kegiatan bermain digunakan peneliti sebagai media terapi
untuk menurunkan kecemasan anak yang menjalani hospitalisasi. Hospitalisasi menimbulkan
krisis dalam kehidupan anak dan sering disertai cemas berlebihan, maka anak-anak perlu bermain
untuk mengeluarkan rasa takut dan cemas yang mereka alami sebagai alat koping dalam
menghadapi cemas sehingga anak dapat tetap merasakan kesenangan dari permainan walaupun
dalam keadaan sakit (Padila, 2019). Selain itu, Pendekatan psikologis yang dapat dilakukan untuk
mendukung intervensi asuhan keperawatan dalam membantu anak mencegah dan mengatasi stres
dab kecemasan selama proses perawatan yaitu terapi seni, terapi kreatifitas, terapi bermain, terapi
musik, terapi relaksasi progesif, storytelling dan guided imagery.
Sebuah penelitian menunjukkan, Storytelling bertujuan untuk membantu anak
mengekspresikan emosinya terhadap perubahan hidup dalam lingkungan yang nyaman, juga
untuk membuka kekuatan dalam dirinya sehingga dapat meningkatkan resiliensi dalam hidupnya.
Fabel menggambarkan cerita tentang kehidupan binatang yang digambarkan dapat bicara seperti
manusia. Cerita fabel sangat luwes digunakan untuk menyindir perilaku manusia tanpa membuat
manusia tersinggung. Misalnya, dongeng kancil, kelinci, dan kura-kura (Trijayanti, 2017). Dalam
penelitian Jawiah (2021) menegaskan bahwa kegiatan pengalihan melalui storytelling efektif
unntuk menurunkan tingkat stress dan kecemasan anak selama hospitalisasi, hal ini dibuktikan
dengan menurunnya kecemasan anak secara signifikan setelah teknik distraksi storytelling
dibeikan. Oleh karena itu, kelompok akan menggunakan teknik ini untuk mengurangi kecemasan
dan stress hospitalisasi pada anak di Ruang Bona 2 RSUD Dr. Soetomo.
SATUAN ACARA KEGIATAN (SAK)
1. Tujuan
Setelah melakukan terapi bermain story telling pada pasien anak di Ruang Bona 2
RSUD Dr. Soetomo Surabaya diharapkan dapat mengurangi stres anak saat
hospitalisasi berkurang dengan menungkatkan rasa senang pada anak, serta dapat
meningkatkan kecerdasan emosional, bahasa dan kreativitas anak.
Setelah mengikuti terapi bermain story telling, pasien anak di Ruang Bona 2
RSUD Dr. Soetomo Surabaya diharapkan mampu:
1) Untuk mengetahui dan melatih kecerdasan emosional anak saat mengolah
rasa terhadap cerita yang disampaikan
2) Untuk mengetahui dan melatih kelancaran bahasa anak
3) Untuk menumbuhkan kreativitas anak
4) Sebagai sarana berkomunikasi dengan anak
2. Sasaran
Pasien Anak Usia Toddler di Ruang Bona 2 RSUD Dr. Soetomo Surabaya
3. Materi (Terlampir)
5. Metode
1. Story Telling
Langkah permainan:
- Sediakan media berupa wayang hewan dari kardus
- Leader dan co leader memainkan media dan bermain story telling
- Anak diminta untuk memperhatikan sampai cerita selesai
6. Media
1.Wayang hewan dari kardus
2. Handrub
3. Lagu edukatif
7. Setting Tempat
Anak-anak duduk berkelompok didampingi oleh 1 fasilitator.
Keterangan :
: Leader
: Co leader
: Fasilitator
: Observer
: Pasien
: Keluarga
8. Pengorganisasian
9. Job Description
5. Mengarahkan permainan
6. Memandu proses permainan
10. Pelaksanaan
a. Definisi
Anak usia toddler merupakan anak yang berada antara rentang usia 12-36 bulan
(Soetjiningsih dan Ranuh, 2013). Masa ini juga merupakan masa golden age/ masa
keemasan untuk kecerdasan dan perkembangan anak (Loeziana, 2015).
b. Tumbuh Kembang Anak Toddler
Perkembangan yang sudah mampu dicapai oleh anak usia toddler diantaranya sebagai
berikut:
1. Perkembangan motorik kasar anak usia toddler
Usia 12-18 bulan anak mampu berdiri sendiri tanpa berpegangan, membungkuk
untuk memungut permainannya kemudian berdiri tegak kembali secara
mandiri, berjalan mundur lima langkah.
Usia 18-24 bulan anak mampu berdiri sendiri tanpa berpegangan selama 30
detik, anak mampu berjalan tanpa terhuyung-huyung.
Usia 24-36 bulan anak mampu menaiki tangga secara mandiri, anak dapat
bermain dan menendang bola kecil.
2. Perkembangan motorik halus anak usia toddler
Usia 12-18 bulan anak mampu menumpuk dua buah kubus, memasukkan kubus
ke dalam kotak.
Usia 18-24 bulan anak mampu melakukan tepuk tangan, melambaikan tangan,
menumpuk empat buah kubus, memungut benda kecil dengan ibu jari dan
telunjuk, anak bisa menggelindingkan bola ke sasaran.
Usia 24-36 bulan anak mampu mencoret-coretkan pensil diatas kertas
(Soetjiningsih dan Gde Ranuh, 2013).
3. Perkembangan bahasa anak usia toddler
Berdasrakan teori Erick Erickson, anak usia toddler masuk dalam tahapan
otonomi/mandiri >< malu/ragu-ragu.
5. Perkembangan seksualitas anak usia toddler
Media SAK
Terapi Story Telling pada Anak Usia 1-3 Tahun (Toddler)
(Untuk Peserta)
LEMBAR OBSERVASI
No Nama Usia
Lampiran 5
3. Pembimbing Klinik 3.
4. Pembimbing Klinik 4.
Lampiran 6
“TERAPI BERMAIN: STORY TELLING PADA ANAK USIA TODDLER DI RUANG BONA II RSUD DR. SOETOMO”
Nama Anak
Skor Indikator Evaluasi
A. Kemampuan Emosional
3. An. mampu memperhatikan dan menampilkan emosi
yang sesuai
2. An. mampu memperhatikan jalan cerita tanpa
menampilkan emosi
1. An. tidak memperhatikan sama sekali
B. Kemampuan Bahasa dan Hubungan Sosial
3. An. mampu berkomunikasi dengan penyaji dan atau
teman sebaya
2. An. mampu berkomunikasi dengan teman sebaya dan
atau keluarga
1. An. hanya diam
Total Nilai
Keterangan :
3 = mampu melakukan
2 = kurang bisa melakukan