Professional Documents
Culture Documents
Makalah Eksistensi Paguyuban Terhadap So
Makalah Eksistensi Paguyuban Terhadap So
Disusun Oleh :
PALANGKA RAYA
2020
EKSISTENSI PAGUYUBAN TERHADAP SOSIAL BUDAYA
MASYARAKAT LOKAL DAN TRANSMIGRAN DI KOTA PALANGKA
RAYA
ABSTRAK
ii
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................. ii
DAFTAR PUSTAKA
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunianya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah
Revormasi Administrasi Publik dengan tema Regulasi Keberagaman yang
berjudul Eksistensi Paguyuban Terhadap Sosial Budaya Masyarakat Lokal Dan
Transmigran Di Kota Palangka Raya.
Uswatun Mailani
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
kelompok sosial misal sekumpulan orang yang sedang mengantri, ini
merupakan hal yang sifatnya dinamis.
Kalimantan Tengah dengan ibu kota Palangka Raya memiliki luas
wilayah 153.564,60 km ². Berdasarkan data dari badan pusat statistik ( BPS)
pada tahun 2018, jumlah umat Islam adalah 1.944.177, Protestan 420.624,
Katolitk 86.238, Hindu 218.890 dan Budha 9.338 (BPS 2017). Dengan jumlah
penduduk yang terbilang lumayan banyak ini memiliki suku, ras, agama yang
berbeda beda sehingga dalam hal ini masyarakat membentuk sebuah
kelompok sosial atau paguyuban atas dasar kesamaan atau rasa
kekeluargaan di dalam masyarakat itu sendiri.
1.3 Tujuan
Adapaun penyusunan makalah ini bertujuan untuk mengetetahui serta
mempelajari bagaimana eksistensi dari paguyuban terhadap sosial budaya
masyarakat baik lokal maupun transmigran di kota Palangka Raya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
beberapa unsur kebudayaan bisa saja berubah dengan sangat
cepat sementara unsur yang lainnya tidak dapat mengikuti
kecepatan perubahan unsur tersebut, maka yang terjadi adalah
ketertinggalan unsur yang berubah secara perlahan tersebut.
4
Beberapa persyaratan setiap himpunan manusia dapat dinamakan
kelompok sosial, antara lain:
5
sifatnya kuat dankekal.istilah paguyuban sering disebut juga
dengan gemeinschaft (Nugroho, p.2011).
6
2.2.3 Perkembangan Paguyuban di Indonesia
7
cenderung aktif, kreatif, ulet dan mau berusaha sedangkan remaja
sekarang ini sudah dimanjakan dengan peralatan serba canggih
dan makanan instan, dan kebanyakan tidak mau berusaha dengan
keras, sebagi generasi penerus hendaknya kita harus berusaha
lebih keras . Zaman yang serba ada ternyata mampu membuat
seorang menjadi pemalas dan lamban dalam berfikir serta
bertindak. Dahulu, nilai gotong royong sangat terasa sekali, jika
ada tetangga yang melaksanakan hajatan. Ketika petani mau
menanam padi, pasti tidak bayar, upahnya hanya makan pagi dan
siang atau makan kecil.
Nasib bangsa Indonesia dan nilai-nilai kebudayaan sangat
tergantung kepada kemampuan penalaran, skill, dan manajemen
masyarakat khususnya kaum muda sebagai generasi penerus.
Sayang sekali sampai dengan saat ini, masyarakat Indonesia
mengalami krisis kebudayaan. Hal ini disebabkan kebudayaan asli
bangsa dibiarkan merana, tidak terawat, dan tidak dikembangkan
oleh pihak-pihak yang berkompeten. Namun dengan adanya hal
ini masih ada beberapa paguyuban yang dapat berdiri meskipun
jumlahnya tidak banyak.
2.2.4 Eksistensi Paguyuban tehadap sosial budaya masyarakat di
Kota Palangka Raya
Paguyuban nampaknya kini sudah mulai berkembang juga
kota Palangka Raya salah satunya yang mana masyarakat
membentuk kelompok sosial budaya baik dari masyarakat lokal
sendiri maupun masyarakat tranmigran. Dalam kaitannnya antara
masyarakat lokal dan transmigran biasanya cenderung akan
bersatu karena hubungan darah misal marga serta suku.
Masyarakat adalah sistem yang kompleks dalam berbagai
kebutuhan dan menciptakan ruang sosial integrasi untuk
kelangsungan hidup komunitas itu sendiri (Suprayitno, 2018, p.
231). Kelompok sosial (paguyuban) yang dibentuk oleh
masyarakat dibentuk oleh anggota anggota dalam masyarakat itu
sendiri. Menurut Justian (2016, p.161) transmigrasi merupakan
salah satu bentuk migrasi yang diatur dan dibiayai oleh pemerintah
8
serta ditetapkan melalui undang-undang. Berdasarkan undang-
undang RI No.3 tahun 1972 tentang ketentuan pokok transmigrasi
menyatakan bahwa: “transmigrasi adalah perpindahan penduduk
dari suatu Daerah yang padat penduduknya yang ditetapkan di
dalam wilayah Republik Indonesia. Transmigrasi di Indonesia
bermula dari upaya pemerintah Hindia Belanda untuk
memindahkan penduduk pulau Jawa yang semakin padat ke
pulau-pulau lain yang membutuhkan tenaga kerja untuk
mengembangkan potensi ekonominya dan merupakan bagian dari
politik etis. Sementara masyarakat lokal adalah salah satu bagian
dari hubungan sosial masyarakat berdasarkan sistem sosial yang
tumbuh di dalam masyarakat tersebut.
Perbedaan pada setiap anggota paguyuban tak jarang
mengakibatkan adanya hubungan yang tidak baik. Paguyuban
memang sudah harus di kembangkan serta dilestarikan dengan
tetap menjunjung tinggi nilai nilai pancasila dan saling menghargai
satu sama lain. Berjalannya sebuah paguyuban tentunya dibaengi
dengan adanya hubungan sosial yang akan diikuti dengan adanya
sebuah interkasi. Interaksi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(kbbi.web.id) yaitu diartikan sebagai hal saling melakukan aksi
seperti berhubungan dan mempengaruhi. Sedangkan interaksi
sosial diartikan sebagai hubungan sosial yang dinamis antara
orang perseorangan dan orang perseorangan, antara
perseorangan dan kelompok, dan antara kelompok dengan
kelompok. Sejalan dengan hal ini, interaksi sosial menurut Basrowi
(2005, p.138) interaksi sosial adalah hubungan yang dinamis yang
mempertemukan seserang dengan seseorang, kelompok dengan
kelompok maupun orang dengan kelompok manusia.
Paguyuban di kota Palangka Raya sendiri memilki beberapa
jenis paguyuban yaitu :
a. Paguyuban komunitas hindu Jawa diamana memilki etnis
jawa dan dengan adat serta nilai budaya luhur. Dalam Adi
Agung (2018, p.4) Hindu Jawa di Kota Palangka Raya
tergabung dalam komunitas Paguyuban Hindu Jawi (Pandu
9
Jawi). Paguyuban ini memiliki aktivitas pertemuan rutin sekali
dalam sebulan dengan para anggotanya, kegiatan sosial dan
ritus lingkaran hidup acap diselenggarakan oleh Pandu Jawi.
Hal ini menunjukkan bahwa mereka memiliki eksistensi di
tengah pluralnya masyarakat Hindu di Kota Palangka Raya.
Paguyuban Hindu Jawi merupakan organisasi yang bernaung
di bawah lembaga PHDI Provinsi Kalimantan Tengah.
Memiliki unsur kepengurusan; penasehat, ketua, wakil ketua,
sekretaris, bendahara. Sedangkan masa bhakti kepengurusan
Paguyuban Hindu Jawi selama 3 tahun dan dapat dipilih
kembali untuk periode berikutnya berdasarkan musyawarah
dan mufakat. Aktifitas eksternal paguyuban hindu jawa berupa
pelatihan fermentasi makanan ternak, gotong royong, dharma
wacana/pandehen dalam acara basarahserta arisan.
sementara aktifitas internal berupa ritus slametan, slametan
kelahiran bayi (babaran, brokahan, puputan dan selapanan)
serta wetonan, slametan kematian.
b. Paguyuban kebudayaan berupa kuda lumping, yang mana
paguyuban ini ikut serta berkontribusi membangun kota cantik
Palangka Raya. Paguyuban yang bergerak dibidang kesenian
tradisional ini merupakan paguyuban resmi secara legal
formal dan diakui oleh negara. Kuda lumping ini sebagai
hiburan bernuansa seni. Paguyuban ini mengharapkan
keikutsertaan marga lainnya untuk ikut andil sehingga dapat
menjalin atau memperkuat tali silaturahmi. Untuk
mempertahankan eksistensi dari paguyuban ini dilakukan
dengan menghadiri even dan tampil secara bergiliran.
c. Paguyuban car free day, dimana paguyuban ini dibentuk guna
ikut serta juga berkontribusi membangun Kalteng. Car free
day biasanya diadakan di hari minggu mulai pukul 06:00 –
09:00 WIB. Paguyuban ini bergerak dengan melakukan
kegiatan berupa peduli terhadap lingkungan.
d. Paguyuban sosial marga Tionghoa, orang nomor satu di Bumi
Tambun Bungai ini meyakini jajaran pengurus paguyuban
10
sosial marga Tionghoa Indonesia provinsi Kalimantan Tengah
ini pasti dapat mewujudkan tujuan organisasi kedepannya
dengan baik dan sesuai dengan aturan dan ketentuan dalam
sebuah organisasi yang berlaku di Negara Kesatuan Republik
Indonesia ini. PSMT (Paguyuban Sosial Marga Tionghoa) INI
bergerak pada bidang sosial dan tidak ada kaitannya dengan
ranah politik.
2.3 Solusi
Adapun solusi dari penulisan makalah ini, dengan adanya fungsi
paguyuban yaitu untuk membina persatuan atau kerukunan dengan para
anggota dapat menyeimbangkan dengan kehidupan masyarakat dan tidak
membentuk suatu perkumpulan perkumpulan yang menyimpang dari nilai
nilai. Paguyuban dengan adanya nilai nilai pancasila akan membentuk
sebuah panguyuban yang baik.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Jurnal :
Suprayitno, S., Putri, F.P.P., Triyani, T. (2019). Strategy on the National Unity
and Politics Agency (KESBANGPOL) in Maintaining Ethnicity and
Religious Relations Based on Huma Betang Philosophy in Central
Kalimantan. Budapest Internasional Research And Critics Institute-
Journal (Birci-Journal). 2. 229-238. DOI:
https://doi.org/10.33258/birci.v2i4.629.
Justian., Juhaepa., dan Bakri Yusuf. (2016). Hubungan Antara Masyarakat Lokal
Dengan Masyarakat Transmigran Dalam Adaptasi Pertanian (Studi
Di Desa Lalobao Kecamatan Andoolo Kabupaten Konawe Selatan).
161- 169.
Adi Agung. (2018). Eksistensi Paguyuban Hindu Jawi Di Kota Palangka Raya.
Jurnal Satya Widya. Vol 1. Halaman 1-25.
Sumber Internet :
https://kbbi.web.id/keragaman
https://www.academia.edu/38137207/Makalah_keberagaman_dalam_keberagam
aan_dalam_islam
https://www.scribd.com/doc/137528789/Teori-Tentang-Sosial-Kebudayaan
13
https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-budaya/
pendidikan.co.id/pengertian-budaya/
https://eprints.uny.ac.id/8668/3/BAB%202%20-%2008413241015.pdf
http://repositori.kemdikbud.go.id/7726/
https://pengertianmenurutparaahli.org/pengertian-paguyuban-dan-patembayan-
beserta-contohnya/
https://www.kompasiana.com/noviccasalim6930/5b94df1b677ffb50bc06a083/me
ngapa-nilai-paguyuban-memudar.
14