Professional Documents
Culture Documents
Rangkuman Agama Versi Sungut Lele
Rangkuman Agama Versi Sungut Lele
Dalam Persahabatan
1. Takut akan Tuhan dan hidup dengan bergaul erat pada Firman Tuhan.
Pengaruh-pengaruh zaman yang melingkupi pergaulan dan persahabatan
pastilah menawarkan banyak prinsip yang seolah-olah hal itu adalah
kebenaran yang sesungguhnya. Sehingga seringkali remaja bingung dan
tidak tahu mana yang benar dan mana yang tidak benar, mana yang
berkenan bagi Tuhan dan mana yang tidak berkenan sama sekali bagi Tuhan.
Semuanya itu mampu dibedakan oleh setiap kita yang mau hidup tetap takut
akan Tuhan senantiasa dan mau hidup dengan bergaul erat pada Firman
Tuhan. (Roma 12:2)
2.Tetap menyediakan tempat bagi orang tua sebagai kontrol bagi pergaulan
dan persahabatan.
Pertumbuhan yang terjadi pada remaja membawanya pada dunia tertentu di
mana ada privasi yang dituntut oleh remaja supaya orang tua tidak boleh
masuk dan ikut campur pada wilayah tersebut. Batasan itu diciptakan sendiri
oleh remaja. Belum lagi para orangtua memang tak punya waktu untuk
mengawasi anak-anaknya yang mulai bertumbuh menuju kedewasaan. Selain
itu orang tua juga tak punya kemampuan mengikuti perkembangan dan
kemajuan zaman sehingga orang tua terkesan menjadi “imigran” bagi
kehidupan anaknya yang sedang bertumbuh itu. Dari sini jelas orang tua tak
punya lagi kesempatan dan tempat untuk mengawasi dan mengontrol
pergaulan anaknya apakah berjalan dengan baik dan membawa dampak baik
bagi perkembangan kepribadian anaknya. Oleh karena itu, perlu kerendahan
hati dan penerimaan yang baik dari para remaja untuk tetap menempatkan
para orang tua sebagai pembimbing yang mengawasi dan mengontrol
pergaulan dan persahabatannya. Dengan mendengarkan nasihat-nasihat,
didikan maupun teguran dari orangtua yang dilandaskan kasih maka para
remaja terhindar dari dampak dan akibat pergaulan dan persahabatan yang
buruk (Amsal 1:8)
3. Kritis pada hal-hal yang berlangsung dalam pergaulan. Takut akan Tuhan dan
nasihat orang tua menjadi bekal yang kuat dalam pergaulan dan relasi
persahabatan, sehingga pada akhirnya mendatangkan dampak positif bagi remaja.
Namun, bekal tersebut menjadi percuma jika pada akhirnya, remaja tidak
mempergunakan bekal tersebut untuk mengkritisi pergaulannya. Firman Tuhan dan
nasihat orang tua menjadi dasar berpikir kritis yang menghasilkan keputusan yang
benar dalam menyikapi pengaruh-pengaruh yang ada dalam persahabatan. Remaja
bisa menolak ajakan membolos, bisa mengatakan tidak pada tawaran
mengkonsumsi narkoba, berani menolak tantangan berkelahi walaupun diejek terus
sebagai pengecut dan lain-lainnya yang membawa kita pada hal-hal buruk. Semua
itu mampu dilakukan jika remaja punya kemauan dan kemampuan berpikiran kritis
dalam persahabatan dan pergaulannya. Sehingga tidak muncul sebagai pribadi yang
ikut-ikutan saja namun, tak mengerti apa tujuan dan akibat dari tindakannya tersebut
(Mazmur 37:27-28).
Dalam penjelasan singkat di atas, kasih Tuhan bagi kita menjadikan kita manusia
yang berarti dan memberi kita kesempatan untuk memilih yang baik atau buruk.
Oleh karena itu, seseorang yang menerapkan prinsip kasih dalam kehidupannya,
bisa menghasilkan suatu karakter hidup yang baik, salah satunya adalah karakter
hidup setia
Tetapi keadilan tidak bisa berdiri sendiri tanpa adanya kasih. Keadilan tanpa kasih
akan menghasilkan kekejaman, sedangkan kasih tanpa keadilan akan menjadi hal
yang murahan. Maka perlu bagi kita untuk menerapkan prinsip keadilan dibarengi
dengan prinsip kasih.
Bab 9 Warna-
Warni Kehidupan
DISKRIMINASI
Pembedaan perlakuan terhadap sesama (berdasarkan warna kulit/rasis, golongan,
suku, ekonomi, agama, dan sebagainya). Diskriminasi dapat muncul karena
stereotipe, prasangka dan stigma
1. Stereotip adalah pembuatan kesimpulan sederhana tentang sekelompok
orang berdasarkan ras, etnis, usia, gender, orientasi seksual, atau karakteristik
apapun. Apabila dikenakan kepada in-group atau kelompoknya (termasuk pemberi
stereotip itu), sifatnya adalah positif. Misalnya, orang bersuku Jawa akan
mengatakan bahwa orang bersuku Jawa memiliki perilaku “sabar”, tidak terburu-buru
dalam mengambil keputusan. Akan tetapi, apabila stereotip ini dikenakan oleh
out-group atau kelompok di luar mereka yang dikenakan stereotip itu, sifatnya
menjadi negatif. Tentang tingkah laku “sabar” yang tadi disebutkan oleh orang dari
suku Jawa, oleh orang dari suku lain, misalnya Batak Toba, akan dikategorikan
sebagai “lamban” (Suleeman, 2013). Jadi, stereotip tidak memperhitungkan bahwa
ada perbedaan individu pada karakteristik yang disebutkan itu. Dari mana stereotip
berawal? Pada umumnya diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya,
bahkan dari satu kelompok kepada kelompok lainnya. Contohnya, stereotip yang
dikenakan kepada mereka yang tergolong berkulit hitam di Amerika Serikat adalah
stereotip yang semula dikenakan kepada imigran yang datang dari Eropa,
khususnya dari Irlandia dan Eropa Timur.
3. Mengembangkan cara agar bisa membangun hubungan antar manusia agar tidak
terjebak pada diskrimimasi
JAWABAN:
Bab 10 Sekolah
adalah Anugerah
3. Memahami dasar Alkitab Amsal 2:6 bahwa sekolah adalah sarana yang Tuhan
anugerahkan
JAWABAN:
Tidak semua orang bisa mendapatkan kesempatan bersekolah karena berbagai
alasan, bisa karena faktor ekonomi, minat sekolah yang rendah, kurang perhatian
dari orang tua, fasilitas belajar yang kurang mendukung, faktor budaya, dan lokasi
atau jarak sekolah. Sekolah merupakan sarana yang Tuhan anugerahkan sebagai
alat untuk menyampaikan terang firman-Nya, yaitu nilai-nilai kebenaran, kasih,
keadilan, dan perdamaian.
Tuhan akan memberikan hikmat dan pengertian kepada setiap orang yang
menghargai hikmat dan pengertian kepada setiap orang yang menghargai waktu
dan kesempatan sebaik-baiknya untuk memperoleh pengetahuan, seperti yang
tertulis dalam Amsal 2:6, “Karena Tuhanlah yang memberikan hikmat, dari
mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian”. Pengetahuan dan didikan
yang didapatkan seseorang dapat membentuk karakter dan kepribadiannya. Hal itu
selaras dengan kehidupan Tuhan Yesus yang begitu peduli dengan pertumbuhan
pengetahuan dan karakter pengikut-Nya. Tuhan Yesus mendidik dan mengajar
banyak orang supaya mengalami pembaruan dan menjalani hidup secara adil dan
benar.
Bab 11 Mencegah
sebelum terlambat
Orang yang egois hanya berpikir dari sudut kepentingannya sendiri. Ia ingin
hidupnya nyaman tanpa mempedulikan bagaimana kehidupan orang-orang lain yang
mengalami dampak dari tingkah lakunya. Yang termasuk dalam kategori
orang-orang seperti ini adalah orang yang membuang sampah sembarangan, orang
yang membakar hutan untuk membangun perumahan, dan sebagainya. Sebaliknya,
orang yang altruistik berpikir tentang apakah tingkah lakunya memberikan dampak
negatif kepada orang lain dan lingkungan. Orang yang altruistik ternyata memiliki
rasa bersatu dengan alam. Mereka tidak rela bila melihat alam dan lingkungan
menderita, bahkan hancur akibat kelakuan tidak bertanggung jawab dari
orang-orang yang mementingkan diri sendiri. Penggolongan ini tampak terlalu
menyederhanakan, tetapi cukup memberikan gambaran kepada kita tentang prinsip
hidup yang ternyata berperan erat dalam pengambilan keputusan dalam kehidupan
sehari-hari
Kejadian 2:15 berisi perintah Tuhan Allah kepada manusia. Ada dua perintah utama
yang diberikan-Nya di sini, yaitu mengusahakan dan memelihara Taman Eden.
Perintah ini merupakan kelanjutan dari apa yang ditugaskan kepada manusia dalam
Kejadian 1:28. Di situ dikatakan, “Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah
bumi dan taklukkanlah itu.” Sebagaimana yang sudah dibahas dalam Bab XI, kata
“taklukkanlah” di sini seringkali menimbulkan salah pemahaman. Kalau kita
perhatikan edisi terjemahan Alkitab Yang Terbuka (AYT) terbitan 2014, kita
menemukan penjelasan yang lebih ramah, yaitu “Beranakcuculah dan
berlipatgandalah, dan penuhilah bumi, dan kuasailah itu.” Perintah “taklukkanlah”
cenderung bernada negatif, sementara kata “kuasailah” lebih netral.
Artinya, kata taklukanlah tidak dapat diartikan sebagai mengalahkan, tetapi lebih
kepada menguasai seperti Allah menguasai dunia dengan kasih. Dari penjelasan di
atas nyata bahwa tugas manusia di dunia sungguh penting dan mulia. Tugas kita
bukanlah mengolah taman yang diberikan Allah dengan sewenang-wenang,
melainkan menjaganya dengan penuh tanggung jawab. Kita tidak bisa sembarangan
menebangi hutan untuk mengambil dan menjual kayunya tanpa upaya untuk
melestarikannya kembali. Dengan demikian, hutan tetap bisa menjadi sumber
kehidupan bagi manusia dan berbagai hewan yang hidup di dalamnya
Pemahaman tentang Sabat ini semakin diperluas di dalam Imamat 25. Di dalam
bagian kitab itu dikatakan bahwa pada Tahun Yobel, yaitu pada tahun ketujuh dari
tahun Sabat, artinya 7 x tahun Sabat (tahun ke-49 atau tahun ke-50), seluruh tanah
harus diistirahatkan. Kemudian, masyarakat Israel akan menjalankan pembagian
ulang tanah garapan dan perumahan mereka. Orang-orang yang selama ini miskin
karena terpaksa menjual atau menggadaikan tanah mereka karena berbagai alasan,
kini akan mendapatkan tanah kembali. Mereka yang sudah menjadi terlalu kaya
karena terus-menerus berhasil membeli tanah berkali-kali, kini akan menjadi sama
dengan rekan-rekan sebangsanya. Tanah milik mereka akan dijadikan sama luasnya
dengan para buruh tani dan hamba yang sebelumnya tidak punya tanah. Mengapa
aturan Sabat ini penting?
Aturan ini penting karena ternyata alam juga membutuhkan waktu istirahat untuk
memulihkan kembali kondisinya. Apabila tanah terus-menerus ditanami dan digarap,
tanpa istirahat, tanah itu pun akan kehabisan zat haranya yang sangat dibutuhkan
untuk menjadi sumber makanan bagi tanaman-tanaman yang tumbuh di situ.
Kehabisan zat hara akan membuat tanah berubah menjadi padang gurun
Bab 12 Bertanggung
jawab menjaga alam