You are on page 1of 3

Latarbelakang

Hadits merupakan sumber kedua dalam agama Islam setelah Al-Quran. Hadits adalah
riwayat atau keterangan tentang perbuatan, perkataan, atau persetujuan Nabi Muhammad SAW
yang dianggap sebagai tuntunan dalam beragama dan dalam kehidupan sehari-hari umat Islam.
Hadits memegang peranan penting dalam Islam, karena ia memberikan penjelasan, interpretasi,
dan aplikasi dari ajaran Al-Quran.Kedudukan hadits dalam agama Islam sangat penting, karena
hadits memuat informasi tentang ajaran, tata cara ibadah, akhlak, dan sejarah kehidupan Nabi
Muhammad SAW yang menjadi contoh teladan bagi umat Islam. Selain itu, hadits juga menjadi
sumber rujukan bagi para ulama untuk menentukan hukum-hukum Islam dalam berbagai
masalah yang belum dijelaskan secara rinci dalam Al-Quran.1
Namun demikian, tidak semua hadits dianggap sahih dan dapat dijadikan sumber rujukan.
Oleh karena itu, hadits perlu diperiksa keasliannya dan kebenarannya melalui metode ilmiah dan
kritik yang disebut ilmu hadits. Ilmu hadits memiliki peran penting dalam mengidentifikasi
hadits-hadits yang benar dan sahih, serta memastikan bahwa informasi yang disampaikan dalam
hadits tersebut dapat dipercaya dan dapat dijadikan rujukan oleh umat Islam
Pembahasan
Kedudukan hadits
Kedudukan hadits dalam agama Islam sangat penting karena hadits menjadi sumber
rujukan bagi umat Islam untuk mengetahui ajaran Islam yang lebih rinci dan detail. Hadits juga
menjadi sumber rujukan dalam menentukan hukum-hukum Islam dalam berbagai masalah
kehidupan. Selain itu, hadits menjadi sumber rujukan dalam menjaga tradisi keislaman dan
melindungi umat Islam dari penyelewengan ajaran.2
Terdapat beberapa klasifikasi dalam hadits, yaitu sebagai berikut:
1. Sahih (benar): Hadits sahih adalah hadits yang diriwayatkan dengan lancar dan jelas,
serta dinyatakan benar dan dapat dipercaya oleh para ulama hadits. Hadits sahih
merupakan sumber rujukan utama dalam agama Islam.

2. Hasan (baik): Hadits hasan adalah hadits yang dianggap baik dan dapat diterima,
meskipun tidak sebaik hadits sahih. Hadits hasan memiliki kemungkinan adanya
kelemahan dalam sanad (rantai periwayatan).

3. Dhaif (lemah): Hadits dhaif adalah hadits yang memiliki kelemahan dalam sanad dan
tidak dapat dijadikan rujukan dalam menentukan hukum Islam. Hadits dhaif sering kali

1
Sulidar, “Urgensi Kedudukan Hadis Terhadap Alquran Dan Kehujjahannya Dalam Ajaran Islam,” Analytica Islamica
2, No. 2 (2013): 335–51.
2
Muhammad Jayadi, “Kedudukan Dan Fungsi Hadits Dalam Islma,” Jurnal Adabiyah XI (2011): 242–55.
mengandung kesalahan atau keraguan, dan oleh karena itu tidak dapat dianggap sebagai
sumber rujukan dalam agama Islam.

4. Maudhu (palsu): Hadits maudhu adalah hadits yang dianggap sebagai hadits palsu atau
dibuat-buat oleh orang yang tidak bertanggung jawab untuk menyebarkan ajaran atau
tujuan tertentu. Hadits maudhu harus dihindari dan tidak boleh dijadikan sebagai sumber
rujukan dalam agama Islam.

Untuk memastikan keaslian dan kebenaran hadits, maka diperlukan suatu ilmu yang disebut
ilmu hadits. Ilmu hadits adalah ilmu yang mempelajari tentang kriteria keabsahan dan keandalan
hadits dalam hal sanad, matan, dan syawahid. Sanad adalah urutan periwayatan hadits dari
generasi ke generasi. Matan adalah isi atau teks hadits, sedangkan syawahid adalah keterangan
atau saksi lain yang menguatkan kebenaran suatu hadits.
Dalam ilmu hadits, terdapat metode-metode kritis untuk menentukan keaslian dan kebenaran
hadits. Metode tersebut antara lain: ilmu jarh wa ta’dil, ilmu tahqiq al-hadits, dan ilmu takhrij al-
hadits. Ilmu jarh wa ta’dil adalah ilmu yang mempelajari tentang periwayat hadits, apakah
mereka dapat dipercaya atau tidak. Ilmu tahqiq al-hadits adalah ilmu yang mempelajari tentang
kebenaran dan kesahihan suatu hadits berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan.
Sedangkan ilmu takhrij al-hadits adalah ilmu yang mempelajari tentang mencari sumber atau
referensi dari suatu hadits. Dalam ilmu hadits, juga terdapat beberapa kitab rujukan yang menjadi
acuan utama dalam menentukan keaslian dan kebenaran suatu hadits. Beberapa kitab rujukan
tersebut antara lain Sahih Bukhari, Sahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan Tirmidzi, Sunan
Nasai, dan Sunan Ibnu Majah.3
Meskipun hadits memegang peranan penting dalam agama Islam, namun juga terdapat
kontroversi dan perbedaan pandangan di antara umat Islam terkait dengan hadits. Ada sebagian
kelompok yang berpandangan bahwa hadits tidak boleh dijadikan sebagai rujukan dalam agama
Islam, karena adanya dugaan hadits palsu dan pengaruh budaya atau politik dalam penyebaran
hadits. Namun, pandangan mayoritas umat Islam tetap memegang hadits sebagai sumber rujukan
penting dalam menjalankan ajaran Islam.
Dalam praktik kehidupan sehari-hari umat Islam, hadits sering digunakan sebagai sumber
rujukan dalam menjalankan ibadah, seperti shalat, puasa, zakat, dan haji. Hadits juga digunakan
dalam menjalankan prinsip-prinsip moral dan etika Islam, serta dalam menentukan hukum-
hukum Islam terkait dengan masalah kehidupan, seperti pernikahan, perceraian, warisan, dan
perdagangan.

Fungsi hadits

3
Tasbih, “Kedudukan Dan Fungsi Hadis Sebagai Sumber Hukum Islam Tasbih,” Al-Fikr 14 (2010): 331–41.
Hadits memiliki fungsi yang sangat penting dalam agama Islam, karena hadits menjadi
sumber rujukan kedua setelah Al-Qur’an dalam menentukan hukum-hukum Islam dan tata cara
ibadah. Beberapa fungsi hadits yang dapat dijelaskan antara lain:
1. Menjelaskan dan menguraikan ajaran Islam: Hadits memberikan penjelasan dan uraian
yang lebih terperinci mengenai ajaran Islam yang terdapat dalam Al-Qur’an. Dalam
hadits juga terdapat penjelasan mengenai cara-cara pelaksanaan ibadah seperti shalat,
zakat, haji, dan puasa.

2. Menjaga keutuhan agama: Hadits berfungsi sebagai penjaga keutuhan agama Islam,
karena hadits membantu menjaga agar ajaran Islam tidak dipengaruhi oleh budaya atau
kebiasaan-kebiasaan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.

3. Menjaga kebenaran ajaran Islam: Hadits berfungsi sebagai pengawas atau penjaga
kebenaran ajaran Islam yang diambil dari Al-Qur’an, karena hadits dapat memastikan
bahwa penafsiran Al-Qur’an yang diterapkan pada kehidupan sehari-hari sesuai dengan
ajaran Islam yang benar.

4. Memberikan contoh teladan: Hadits juga berfungsi sebagai sumber teladan atau contoh
bagi umat Islam dalam menjalankan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Dalam
hadits terdapat banyak kisah-kisah yang menggambarkan bagaimana cara Rasulullah
SAW dan para sahabatnya menjalankan ajaran Islam.

5. Menjaga keutamaan akhlak: Hadits juga berfungsi sebagai sumber informasi mengenai
keutamaan akhlak dan etika yang harus dimiliki oleh seorang muslim. Dalam hadits
terdapat banyak sekali informasi mengenai akhlak yang mulia dan etika yang baik dalam
berinteraksi dengan sesama manusia dan dengan Tuhan.

Secara keseluruhan, hadits memiliki peranan yang sangat penting dalam agama Islam. Hadits
menjadi sumber informasi yang akurat dan lengkap mengenai ajaran Islam, baik dalam hal
ibadah maupun tata cara kehidupan sehari-hari. Hadits juga berfungsi sebagai pengawas atau
penjaga kebenaran ajaran Islam, sehingga menjaga keutuhan dan keaslian ajaran Islam dari
pengaruh budaya atau kebiasaan-kebiasaan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam4

4
Hamdani Khairul Fikri, “Fungsi Hadits Terhadap Al-Qur’an,” Tasamuh 12, no. 2 (2015): 178–88.

You might also like