You are on page 1of 6

REVIEW JURNAL

ANALISIS SIGMA METRIC PADA PEMERIKSAAN TROMBOSIT MENGGUNAKAN


HEMATOLOGY ANALYZER

Disusun oleh

Mardhiva Indra (13200916N)


Istiqomah Dwi Mayawati (13200920N)
Iin Trisnawati (13200922N)
Devi Rahmawati (13200923N)

PROGRAM STUDI D-IV ANALIS KESEHATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SETIA BUDI SURAKARTA
2023
Nama – NIM Mardhiva Indra (13200916N)
Istiqomah Dwi Mayawati (13200920N)
Iin Trisnawati (13200922N)
Devi Rahmawati (13200923N)

Tugas MK Sistem Manajemen Mutu Laboratorium

Penulis Jurnal Hieronymus Rayi Prasetya, Irene Rambu Pedi Mosa dan Yuliana
Prasetyaningsih
Tahun 2022
Judul Jurnal
Analisis Sigma Metric Pada Pemeriksaan Trombosit Menggunakan
Hematology Analyzer
Jumlah Halaman 5 Halaman

ABSTRAK
Pemantapan Mutu Internal adalah kegiatan pencegahan dan pengawasan yang
dilaksanakan oleh laboratorium secara terus menerus serta berguna dalam mendeteksi kesalahan
sehingga dapat meningkatkan kualitas dan menjamin hasil pemeriksaan. Pemeriksaan trombosit
menggunakan alat hematology analyzer dapat memberikan hasil secara cepat dan tepat namun
trombosit yang mudah melekat atau menggumpal akan membentuk fragmen yang lebih kecil
sehingga tidak terhitung sebagai trombosit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemantapan
mutu internal tahap analitik alat hematology analyzer terhadap pemeriksaan jumlah trombosit
berdasarkan analisis westgard dan six sigma. Metode penelitian ini merupakan deskriptif. Sampel
dalam penelitian ini adalah data nilai kontrol pemeriksaan jumlah trombosit selama 16 hari. Data
tersebut dianalisis menggunakan aturan westgard dan six sigma. Berdasarkan hasil penelitian pada
grafik levey jenning’s level normal diperoleh penyimpangan 13S (kesalahan acak) dan 12S
(peringatan). Pada level tinggi diperoleh penyimpangan 13S (kesalahan acak). Pada level normal
dan tinggi di temukan penyimpangan 22S (kesalahan sistematik) dan R4S (kesalahan acak). Skala
sigma kedua level kontrol menunjukan skala di atas 6 untuk pemeriksaan trombosit menunjukkan
kualitas laboratorium word class.

3
PENDAHULUAN
Kegiatan Pemantapan Mutu Internal (PMI) merupakan kegiatan kontrol yang mengacu
pada kesalahan acak dan kesalahan sistematik yang akan mempengaruhi hasil pemeriksaan
laboratorium. Proses pengujian dalam laboratorium sebagian besar terdiri dari tiga tahap: tahap
pranalitik, tahap analitik dan pasca analitik. Hematology analyzer merupakan penghitung sel darah
otomatis alat ini digunakan untuk menghitung darah lengkap. Hematology analyzer mampu
mengerjakan beberapa parameter pemeriksaan dalam waktu bersamaan secara cepat. Namun,
dapat terjadi kesalahan yang timbul pada pemeriksaan trombosit menggunakan alat otomatis yaitu
bila larutan pengencer tidak bebas dari partikel, sampel yang dibiarkan terlalu lama sebelum
dilakukan pemeriksaan, atau jika jumlah trombosit melekat satu sama lain (Kiswari, 2014). Oleh
karena itu untuk menngetahui ketepatan dan ketelitian dalam menggunakan alat hematology
analyzer terutama dalam limitasi alat, maka perlu dilakukan quality control pada alat hematology
analyzer untuk mengetahui jika terjadi penyimpangan pengukuran pada alat (Vis & Huisman,
2016).
Salah satu kontrol kualitas yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan westgard
dan six sigma Westgard menyajikan suatu seri aturan untuk membantu evaluasi pemeriksaan
grafik kontrol. Menggunakan aturan kontrol yang tepat ( grafik levy jennings dengan penilaian
westgard multirule chart) sehingga dapat mendeteksi setiap sinyal out of kontrol (Siregar dkk.,
2018). Analasis sigma metric merupakan pengendalian dan peningkatan kualitas laboratorium
yang menggambarkan peyimpangan dan memenunjukan seberapa sering kesalahan terjadi dalam
setiap proses. Skala six sigma terdiri dari rentang 0-6 sigma. Kinerja sigma dinilai dengan
menghitung Defects Per Million Opportunities (DPM, atau DPMO) (Westgard & Westgard,
2020).

BAHAN DAN CARA PENELITIAN

Pemeriksaan bahan kontrol dua level (normal dan tinggi) dilakukan menggunakan alat
hematology analyzer XP-100 disalah satu Puskesmas di Sleman, DIY. Perhitungan periode
pendahuluan dilakukan dengan mengambil 10 data pada 2 level bahan kontrol (masing-masing 5
data). Periode pendahuluan digunakan untuk menghitung true value, rata-rata, SD, CV, Bias, TE,
TEA, dan Sigma. Analisa westgard dilakukan dengan grafik setelah periode pendahuluan dengan
menerapkan aturan westgard. Nilai sigma yang diperoleh digunakan untuk mengetahui kualitas
laboratorium (skala 1-6)
4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian bahan kontrol level normal dan level tinggi pada perriode pendahuluan
dilakukan selama 5 hari. Uji pendahuluan dilakukan untuk menghitung nilai rata-rata, standar
deviasi, koefisien variasi, bias, %bias, TE % (Total Error), sedangkan nilai TEA (Total Error
Allowable) yang digunakan adalah 25 % untuk pemeriksaan jumlah Leukosit menurut Clinical
Laboratory Improvement Amendments.

Data hasil perhitungan nilai mean (X̅) dan standard deviasi (SD) dari pengukuran bahan
kontrol level normal dan tinngi pada periode pendahuluan dibuat ke dalam grafik levey
Jennings untuk deteksi jenis kesalahan berdasarkan aturan westgard pada periode kontrol 11
hari. Berdasarkan aturan westgard terjadi penyimpangan pada level normal yaitu 12S pada hari
ke 2 dan 5. Pada level normal dan tinggi terjadi penyimpangan 22S pada hari ke 6. Pada level
normal dan tinggi terjadi penyimpangan 13S pada hari ke 7,8,9,10,11 dan pada level tinggi dan
level normal terjadi penyimpangan 41S pada dua level kontrol yang diukur secara bersamaan.

Nilai true value bahan kontrol didapatkan pada kit yaitu pada level normal 242 dan
tinggi 568. True value merupakan nilai sebenarnya dari bahan kontrol sedangkan mean range
adalah kisaran rata-rata dari nilai sebenarnya. Nilai tersebut digunakan sebagai acuan ketika
melakukan pengukuran dengan alat hematology analyzer untuk menentukan in control atau out
of control. Nilai standar deviasi adalah pengukuran variasi dalam serangkaian hasil
pemeriksaan. SD menggambarkan distribusi data. SD yang kecil menunjukkan bahwa titik data
cenderung sangat dekat dengan mean, sedangkan SD yang besar menunjukkan bahwa titik data
tersebar pada rentang nilai yang luas (Har dkk., 2013). Nilai Nilai SD dalam penelitian ini
adalah 5,5 pada level normal dan 10,4 pada level tinggi hasil tersebut menunjukan bahwa
sebaran data menjauhi nilai mean. Nilai koefisien variasi menggambarkan perbedaaan hasil
yang diperoleh setiap kali kita melakukan pengulangan pemeriksaan pada sampel yang sama
(Siregar dkk., 2018). Semakin kecil nilai KV (%) semakin teliti sistem/metode tersebut dan
sebaliknya. Idealnya, nilai CV harus kurang dari 5% (Siregar dkk., 2018).

Data koefisien variasi pada penelitian ini level normal 2,3 dan level tinggi 1,8 hasil
tersebut menunjukan tingkat ketelitian alat tinggi > 5%. Ketelitian (presisi) dipengaruhi
kesalahahan acak yang tidak dapat dihindarkan Kesalahan acak merupakan kesalahan dengan
pola yang tidak teratur diantaranya stabilitas instrumen yang kurang baik, variasi suhu, variasi
reagen dan kalibrasi serta variasi teknik pada prosedur pemeriksaan (pipetasi, pencampuran
dan waktu inkubasi) (Permenkes RI No 43, 2013). Bias (inaccuracy) adalah perbedaan antara

5
hasil pengukuran alat dengan nilai bahan kontrol yang sudah diketahui (Har dkk., 2013).
Semakin kecil d (%), maka semakin tinggi akurasi pemeriksaan yang dilakukan. Akurasi
(ketepatan) atau inakurasi (ketidaktepatan) dipakai untuk menilai adanya kesalahan acak atau
sistematik atau keduanya (total) (Permenkes RI No 43, 2013) Kesalahan sistematik disebabkan
oleh berbagai faktor mempengaruhi hasil pengukuran separti disebabkan oleh standar kalibrasi
atau instrumentasi yang tidak baik. Data nilai bias adalah 1,0 untuk level normal dan 0,3 untuk
level tinggi. Standar nilai bias pada pemeriksaan trombosit adaalh 6,4% (Vis & Huisman,
2016) berdasarkan data tersebut nliai bias pada kedua level berada dalam batas toleransi hal ini
menunjukan bahwa alat bekerja dengan akurat TE adalah JumLah kesalahan acak
(ketidaktepatan) dan kesalahan sistematis (bias atau ketidakakuratan). Batas toleransi total
error allowable parameter pemeriksaan trombosit menurut CLIA yaitu 25%. Terdapat nilai bias
1,0 untuk level normal dan 0,3 untuk level tinggi hasil ini tidak menunjukan nilai TE yang
melebihi batas nilai total error allowable. Nilai %TE berperan dalam menghitung nilai sigma
sehingga dapat menentukan keputusan yang diambil berdasarkan metode metrik sigma (Har
dkk., 2013). Nilai sigma yang didapat berguna untuk menentukan prosedur kontrol kualitas
yang harus dijalankan. Sigma matric akan memberikan gambaran jumlah prosedur quality
control (QC) yang dibutuhkan oleh setiap parameter. Jika CV dan bias rendah, sigma metric
akan tinggi dan hanya dibutuhkan prosedur QC minimal. Sebalikanya CV dan bias besar,
penampilan metode buruk dan membutuhkan lebih banyak prosedur QC (Westgard, 2019).
Nilai sigma metric pemeriksaan trombosit adalah 10 untuk level normal dan 13 untuk level
tinggi dengan rata-rata 11.

Menurut aturan nilai ini tergolong dalam kategori word class. Grafik levey Jennings
menandakan adanya beberapa kesalahan dan peringatan. Deteksi kesalahan dan peringatan
tersebut dapat digunakan dalam memperkirakan suatu pemeriksaan dapat dilakukan atau tidak
pada hari tertentu. Terdapat beberapa hari yang berpotensi mengalami kesalahan pemeriksaan
terkait permasalahan sistematik dan malfungsi instrumen (Pratama dkk., 2021) pada kontrol
level tnormal dan tinggi ditemukan penyimpangan pada hari ke 1 yaitu R4S (adanya kesalahan
acak) pada hari tersebut. Pada Level normal menunjukkan penyimpangan pada hari ke 2 dan 5
yaitu 12s (menandakan aturan peringatan). Pada level normal dan tinggi ditemukan
penyimpangan pada hari 6 yaitu 22S (adanya kesalahan sistematik). Pada level normal dan
ditemukan penyimpangan pada hari ke 7,8,9,10,11 yaitu 13S (adanya kesalahan acak).

KESIMPULAN DAN SARAN

6
Analisis Sigma Metrik pada pemeriksaan trombosit menggunakan hematology
analyzer di salah satu laboratorium Puskesmas di Sleman, DIY diperoleh hasil nilai sigma
rata-rata 11 atau dikatakan word class.

PARAF DOSEN NILAI

You might also like