You are on page 1of 16

MAKALAH

SURVIELANCE KESEHATAN MASYARAKAT


“ SISTEM KEWASPADAAN DINI KLB,INVESTIGASI WABAH,
DAN PEMANTAUAN WILAYAH SETEMPAT ”
DOSEN PENGAMPU
Arif Sofyandi, S.Kep.,M.Kes.

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2

1. Muhammad Iqbal Maulana A.A 21281091


2. Tadri Maulani 21281984
3. Nike Astri 21281083
4. Andi Arjuna Sakti 21281070
5. Wahyu Fahreza 21281065
6. Yopi Hariyani 21281099
7. Fanisa 21281060
8. Istiwahdania 21281059
9. Ari Surya Putra 21281106

UNIVERSITAS PENDIDIKAN MANDALIKA


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN DAN KESEHATAN MASYARAKAT
PRODI KESEHATAN MASYARAKAT
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT. Karena atas limpahan karunia,rahmat dan
hidayahnya yang berupa kesehatan, sehingga makalah yang dengan tema “ SISTEM
KEWASPADAAN DINI KLB, INVESTIGASI WABAH, DAN PEMANTAUAN WILAYAH
SETEMPAT” dapat terselesaikan pada waktunya. Kami mengucapkan terima kasih kepada
bapak dosen yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai bidang studi yang kami tekuni. Makalah ini di susun sebagai tugas kelompok
mata kuliah survielance kesehatan masyarakat. Kami berusaha menyusun makalah ini dengan
segala kemampuan kami, namun kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak memiliki
kekurangan baik dari segi penulisan maupun segi penyusunan, oleh karena itu kritik dan saran
yang bersifat membangun akan kami terima dengan senang hati.

Mataram,15 Juni 2023

Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB 1..............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG...........................................................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH.......................................................................................................4
1.3 TUJUAN................................................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................5
PEMBAHASAN..............................................................................................................................5
2.1 SISTEM KEWASPADAAN DINI KLB...............................................................................5
2.2 INVESTIGASI WABAH ......................................................................................................8
2.3 PEMANTAUAN WILAYAH SETEMPAT PADA SURVIELANCE KESEHATAN......13
BAB III..........................................................................................................................................15
PENUTUP.....................................................................................................................................15
3.1 KESIMPULAN....................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................16
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kejadian luar biasa (KLB) penyakit menular, keracunan makanan, keracunan bahan
berbahaya lainnya masih menjadi masalah kesehatan masyarakat karena dapat menyebabkan
jatuhnya korban kesakitan dan kematian yang besar, menyerap anggaran biaya yang besar
dalam upaya penanggulangannya, berdampak pada sektor ekonomi, pariwisata serta
berpotensi menyebar luas lintas kabupaten/kota, propinsi bahkan internasional yang
membutuhkan koordinasi dalam penanggulangannya

Diare, campak dan demam berdarah dengue merupakan jenis penyakit yang sering
menimbulkan KLB di Indonesia. Beberapa jenis KLB mengalami penurunan seperti, diare,
campak dan malaria, tetapi beberapa jenis KLB penyakit lainnya justru semakin meningkat
seperti demam berdarah, keracunan makanan dan bahan berbahaya lainnya serta munculnya
KLB penyakit baru seperti SARS, HFMD, Hepatitis E dan lain-lain. Demikian juga
beberapa penyakit yang sudah dianggap tidak menjadi masalah masyarakat timbul kembali
seperti KLB difteri, chikungunya, leptospirosis dan kolera.

Penanggulangan wabah/KLB penyakit menular diatur dalam UU. No. 4 tahun 1984
tentang Wabah Penyakit Menular, PP No 40 tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah
Penyakit Menular, Peraturan Menteri Kesehatan No. 560 tentang Jenis Penyakit Tertentu
Yang Dapat Menimbulkan Wabah. Pada tahun 2000, Indonesia menerapkan secara penuh
UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan UU No. 25 tahun 1999 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Daerah, yang kemudian diikuti
dengan terbitnya PP No 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan
Propinsi Sebagai Daerah Otonom yang berpengaruh terhadap penyelenggaraan
penanggulangan wabah/KLB

KLB penyakit dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan kesakitan dan kematian


yang besar, yang juga berdampak pada pariwisata, ekonomi dansosial, sehingga
membutuhkan perhatian dan penanganan oleh semua pihak terkait. Kejadian-kejadian KLB
perlu dideteksi secara dini dan diikuti tindakan yang cepat dan tepat, perlu diidentifikasi
adanya ancaman KLB beserta kondisi rentan yang memperbesar risiko terjadinya KLB agar
dapat dilakukan peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan
KLB, dan oleh karena itu perlu diatur dalam pedoman Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian
Luar Biasa.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan sistem kewaspadaan dini KLB !
2. Apa yang dimakdus dengan investigasi wabah !
3. Apa yang di maksud pemantauan wilayah setempat pada surveillance kesehatan !

1.3 TUJUAN
1. Dapat memahami apa yang di maksud dengan sistem kewaspadaan dini KLB.
2. Mengetahui apa yang dimaksud investigasi wabah.
3. Mengetahui apa yang dimaksud pemantauan wilayah setempat pada surveillance kesehatan.
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 SISTEM KEWASPADAAN DINI KLB
A. Pengertian Sistem Kewaspadaan Dini

Sistem kewaspadaan dini KLB adalah merupakan kewaspadaan terhadap penyakit


berpotensi LB beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya dengan menerapkan teknologi
surveilans epidemiologi dan dimanfaatkan untuk meningkatkan sikap tanggap
kesiapsiagaan, upaya-upaya pencegahan dan tindakan penanggulangan kejadian luar biasa
yang cepat dan tepat.

Kewaspadaan dini adalah serangkaian upaya/tindakan untuk menangkal segala potensi


ancaman, tantangan, hambatan dangan gangguan dengan meningkatkan pendeteksian dan
pencegahan dini. Kewaspadaan dini masyarakat adalah kondisi kesiagaan dan antisipasi
masyarakat dalam menghadapi potensi dan indikasi timbulnya bencana. Kewaspadaan dini
adalah langkah-langkah yang dapat diambil untuk mendeteksi atau mencegah
kemungkinan bahaya atau masalah di masa depan. Salah satu upaya dalam mengurangi
dampak negatif akibat Kejadian Luar Biasa (KLB) suatu penyakit atau keracunan adalah
dengan melakukan pengamatan yang intensif yang dikenal dengan Sistem Kewaspadaan
Dini terhadap penyakit potensial KLB (SKD-KLB).

Kegiatan SKD diarahkan terhadap deteksi dini KLB dan pemantauan faktor-faktor
yang memungkinkan timbulnya KLB serta cara-cara pencegahan dan penanggulangannya,
sehingga dapat mengurangi kerugian. Pelaksanaan SKD-KLB di Puskesmas akan
memberikan manfaat yang besar dalam pencegahan KLB penyakit apabila dilaksanakan
dengan baik. Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) merupakan salah satu aplikasi SKD-
KLB di Puskesmas. Disamping itu, di Puskesmas juga terdapat PWS imunisasi, PWS
sanitasi dan sebagainya. Dugaan terhadap suatu KLB mungkin muncul ketika aktifitas
surveilans rutin mendeteksi adanya isolat mikroba atau kluster kasus yang tidak biasa, atau
terjadinya peningkatan jumlah kasus yang signifikan dari jumlah yang biasa.

Penemuan dini potensi KLB (Deteksi dini), akan semakin besar potensi mencegah
dampak negatif akibat KLB. Beberapa kejadian kesakitan dan masalah kesehatan yang
dapat menjadi dasar tindakan kewaspadaan, diantaranya terkait tanda dan gejala dan tanda
penyakit, seperti tanda AFP, demam berdarah, masalah Kesehatan seperti gizi buruk,
perilaku, kondisi Lingkungan, dll. Kegiatan dalam SKD diarahkan terhadap pengendalian
mata rantai faktor- faktor memungkinkan timbulnya suatu penyakit berkat cara
intervensinya sehingga dapat mengurangi kerugian. Pelaksanaan SKD-KLB yang
dilakukan pada tingkat DKK sampai dengan Puskesmas akan mempunyai manfaat yang
besar dalam pencegahan penyakit KLB. Dalam pelaksanaan SKD KLB secara legalitas
ditunjang oleh Undang-Undang Nomor 4 tahun 1984, PP Nomor 40 tahun 1991 serta
Permenkes Nomor 560 tahun 1989 dan Permenkes Nomor 453 tahun 1983, sehingga
perumusan SKD KLB menggunakan prinsip legalitas, epidemiologis dan kesisteman.

Sistem Kewaspadaan Dini KLB adalah suatu tatanan pengamatan yang mendukung
sikap tanggap terhadap adanya suatu perubahan dalam masyarakat atau penyimpangan.
Persyaratan yang berkaitan dengan kecenderungan terjadinya kesakitan/ kematian atau
pencemaran makanan/ lingkungan sehingga dapat segera melakukan tindakan dengan cepat
dan tepat untuk mncegah/ mengurangi terjadinya jatuh korban (Kemenkes, 2013).

Kegiatan SKD KLB merupakan akselerasi dan intensifikasi aktivitas Surveilans


penyakit potensial KLB yang telah dilaksanakan, yaitu dengan meningkatkan kelengkapan
dan ketepatan pelaporan W2 serta adanya penyajian dan analisis data yang teratur secara
periodik dalam setiap indikator penyakit menular yang dilaksanakan SKD

B. Cara melakukan kewaspadaan dini

Kewaspadaan Dini dalam Kesehatan:

- Melakukan pemeriksaan kesehatan rutin secara berkala.

- Mengadopsi pola makan sehat dan menghindari makanan yang tidak sehat.

- Berolahraga secara teratur untuk menjaga kebugaran fisik.

- Menghindari kebiasaan merokok dan minum alkohol secara berlebihan.

- Menghindari stres dan mempraktikkan teknik relaksasi.

Kewaspadaan Dini dalam Keuangan:

-Membuat anggaran keuangan dan mengelola pengeluaran dengan bijak.

- Menabung secara rutin untuk menghadapi kebutuhan mendesak di masa depan.

- Memiliki perencanaan keuangan jangka panjang, seperti investasi atau asuransi.

- Menghindari utang yang berlebihan dan berpikir secara bijak sebelum mengambil
keputusan finansial besar.

Kewaspadaan Dini dalam Keselamatan Pribadi:

- Mengunci pintu dan jendela rumah serta memasang sistem keamanan yang memadai.

- Menghindari tempat atau situasi yang berpotensi berbahaya, terutama pada malam hari.
- Menggunakan transportasi umum atau berkendara dengan hati-hati dan mematuhi
peraturan lalu lintas.

- Memperhatikan keadaan sekitar, terutama saat berjalan sendiri di tempat yang sepi.

- Menghindari berinteraksi dengan orang yang mencurigakan atau mengancam.

Kewaspadaan Dini dalam Bencana Alam:

- Mengetahui dan memahami risiko bencana yang mungkin terjadi di daerah Anda.

- Membuat rencana evakuasi darurat dan mempersiapkan peralatan penting, seperti kit
darurat dan obat-obatan.

- Mengikuti perkembangan cuaca atau peringatan bencana dari pihak berwenang.

- Mengikuti latihan atau simulasi evakuasi yang diselenggarakan oleh pemerintah


setempat.

- Menghindari daerah rawan bencana saat ada peringatan atau ancaman yang serius.

C. Manfaat dari melakukan kewaspadaan dini :

Manfaat dalam melakukan kewaspadaan dini adalah untuk mengidentifikasi potensi


bahaya atau masalah sejak dini sehingga tindakan pencegahan atau penanggulangan dapat
dilakukan lebih efektif. Berikut ini beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari
kewaspadaan dini:

1. Mencegah kerugian yang lebih besar: Dengan mengidentifikasi masalah atau bahaya
sejak dini, tindakan dapat diambil untuk mencegah kerugian yang lebih besar. Misalnya,
jika ada tanda-tanda kerusakan pada mesin, perbaikan atau penggantian dapat dilakukan
sebelum kerusakan tersebut menyebabkan kerugian yang lebih besar, seperti kerusakan
komponen lain atau kehilangan waktu produksi.

2. Menjaga keselamatan: Kewaspadaan dini memungkinkan kita untuk mengenali


potensi bahaya yang dapat membahayakan keselamatan orang-orang. Misalnya, dengan
memantau tanda-tanda awal kebakaran, tindakan evakuasi dapat dilakukan sebelum api
menyebar dan mengancam nyawa.

3. Menghemat biaya: Dengan mendeteksi masalah atau potensi bahaya sejak dini,
biaya perbaikan atau penanggulangan dapat lebih rendah daripada jika masalah tersebut
dibiarkan berkembang menjadi lebih serius. Misalnya, memeriksa secara teratur kesehatan
gigi dan gusi dapat membantu menghindari biaya perawatan gigi yang mahal di masa
depan.
4. Meningkatkan efisiensi: Dengan mengidentifikasi masalah atau kelemahan dalam
proses atau sistem secara dini, tindakan perbaikan atau peningkatan dapat diambil untuk
meningkatkan efisiensi. Misalnya, dengan mendeteksi kebocoran air pada pipa secara dini,
tindakan perbaikan dapat dilakukan untuk mengurangi pemborosan air dan meningkatkan
efisiensi penggunaan air.

D. Tujuan dari kewaspadaan dini adalah:

1. Mengidentifikasi potensi bahaya atau masalah sejak dini.

2. Mencegah kerugian yang lebih besar.

3. Melindungi keselamatan individu dan lingkungan.

4. Menghemat biaya dalam jangka panjang.

5. Meningkatkan efisiensi proses atau sistem.

E. KLB (Kejadian Luar Biasa) atau wabah penyakit merupakan situasi yang memerlukan
kewaspadaan dan tindakan cepat untuk mencegah penyebaran yang lebih luas. Berikut ini
adalah beberapa situasi di mana kita perlu melakukan kewaspadaan dini terhadap KLB:

Ketika ada laporan atau indikasi adanya peningkatan jumlah kasus penyakit secara
tiba-tiba dan tidak biasa di suatu wilayah. Misalnya, jika ada lonjakan kasus penyakit yang
signifikan dalam waktu singkat, terutama jika penyakit tersebut menyebar dengan cepat
dan memiliki dampak kesehatan yang serius.

Ketika ada penyakit baru atau belum diketahui dengan gejala yang tidak biasa atau
parah. Jika ada penyakit yang tidak dikenal atau belum teridentifikasi dengan gejala yang
tidak biasa atau parah, perlu dilakukan kewaspadaan dini untuk mengetahui penyebabnya,
mencegah penyebaran lebih lanjut, dan meresponsnya secara tepat.

Ketika ada indikasi penyebaran penyakit dari satu wilayah ke wilayah lain. Jika ada
laporan atau bukti adanya penyebaran penyakit dari satu wilayah ke wilayah lain, penting
untuk melakukan kewaspadaan dini dan mengambil tindakan pencegahan agar
penyebarannya tidak semakin meluas.

Ketika ada indikasi adanya kasus penyakit yang berhubungan dengan faktor risiko
tertentu atau lingkungan yang tidak sehat. Misalnya, jika ada lonjakan kasus penyakit yang
terkait dengan makanan yang terkontaminasi, air yang tercemar, atau lingkungan yang
tidak sehat, maka perlu dilakukan kewaspadaan dini dan penanganan cepat untuk
menghindari dampak yang lebih buruk.

F. Ketika tidak melakukan kewaspadaan dini terhadap KLB (Kejadian Luar Biasa), berbagai
dampak negatif dapat terjadi. Berikut adalah beberapa dampak yang mungkin terjadi:
1. Penyebaran Penyakit yang Lebih Cepat: KLB sering kali terkait dengan penyebaran
penyakit yang cepat dan luas. Tanpa kewaspadaan dini, penyakit tersebut dapat menyebar
dengan lebih cepat di antara populasi, menyebabkan peningkatan jumlah kasus dan risiko
infeksi yang lebih tinggi.

2. Kehilangan Nyawa: Penyebaran penyakit yang tidak terkendali dapat menyebabkan


peningkatan angka kematian. Jika tindakan pencegahan tidak diambil secara dini,
individu yang rentan seperti anak-anak, orang tua, atau mereka dengan sistem kekebalan
tubuh yang lemah dapat terkena dampak yang lebih serius.

3. Overwhelm Sistem Kesehatan: KLB yang tidak dikendalikan dapat menyebabkan beban
yang berat pada sistem kesehatan. Rumah sakit dan fasilitas kesehatan mungkin tidak
mampu menangani jumlah pasien yang meningkat dengan cepat, sehingga menyebabkan
kualitas perawatan dan respons medis menurun.

4. Gangguan Sosial dan Ekonomi: KLB yang meluas dapat mengganggu kehidupan sosial
dan ekonomi masyarakat. Bisnis, pendidikan, perjalanan, dan aktivitas sehari-hari lainnya
dapat terganggu atau terhenti sepenuhnya. Ini dapat berdampak negatif pada
perekonomian dan kehidupan sosial masyarakat secara keseluruhan.

5. Ketidakpastian dan Kekhawatiran Masyarakat: KLB yang tidak dikendalikan dapat


menyebabkan ketidakpastian dan kekhawatiran yang signifikan di antara masyarakat.
Kurangnya tindakan pencegahan dan perlindungan yang memadai dapat memicu
kepanikan, kebingungan, dan kurangnya kepercayaan terhadap otoritas kesehatan.

2.2 INVESTIGASI WABAH


Investigasi wabah atau penyelidikan KLB (Kejadian Luar Biasa)/wabah adalah suatu
kegiatan untuk memastikan adanya KLB/wabah, mengetahui penyebab, mengetahui cara
penyebaran, mengetahui faktor risiko dan menetapkan program penanggulangan KLB.
Investigasi KLB/wabah perlu dilanjutkan dengan upaya penanggulangan KLB/wabah yaitu
kegiatan yang bertujuan menangani penderita, mencegah perluasan KLB/wabah, mencegah
terjadinya penderita/kematian baru pada saat terjadinya KLB/wabah.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 4 tahun 1984 wabah dapat


didefinisikan sebagai kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang
jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada
waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka (UU RI no 4 1984). Ada
beberapa tujuan dilakukannya kegiatan investigasi wabah, diantaranya :

a. Untuk mengetahui agent penyebab

b. Untuk mengetahui cara penularan

c. Untuk mengetahui sumber penularan


d. Untuk mengetahui ada tidaknya carrier

e. Untuk mengetahui populasi berisiko

f. Untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian KLB/wabah

Selain tujuan di atas, dalam melakukan kegiatan investigasi KLB/wabah juga memiliki
prinsip yang perlu untuk diperhatikan oleh tim investigator, yakni :

a. Lakukan Secara sistematik

b. Berhenti sejenak, lakukan penilaian kembali terhadap informasi yang diperoleh

c. Koordinasi dengan tim investigasi

Untuk memudahkan tim investigator KLB/wabah dalam melakukan kegiatannya,


dirumuskan 10 langkah sistematis yang perlu diperhatikan dalam melakukan kegiatan
investigasi yakni :

Pada gambar di atas langkah – langkah yang dilakukan pada tahap 1 – 5 disebut
dengan descriptive steps, tahap 6 -7 disebut analyse steps dan tahap 8 – 10 disebut dengan
synthesis and action steps.

a. Identifikasi tim investigasi dan sumber daya

Tahap awal yang harus dilakukan sebelum melakukan kegiatan investigasi adalah
mempersiapkan tim yang akan terlibat sesuai dengan KLB/Wabah yang sedang terjadi di
masyarakat

b. Tentukan keberadaan wabah

Pada tahap ini, tim investigator dapat mencari informasi dari masyarakat dan
mengetahui pola penyakit yang terjadi dengan pendekatan orang waktu dan tempat

c. Verifikasi diagnosis
Verifikasi diagnosis dilakukan dengan menganalisis gejala dan tanda klinik dari
penderita yang informasinya dapat diperoleh dari hasil rekam medis, dokter ataupun
masyarakat. Pada tahap ini juga dapat dilakukan pengambilan sampel. Seperti sampel
lingkungan, darah, muntahan dll.

d. Buat definisi kasus

Pada tahap ini definisi kasus sangat diperlukan untuk menjaring masyarakat yang
termasuk dalam kelompok kasus yang diakibatkan oleh adanya KLB/wabah.

e. Cari kasus secara sistematis dan buat line listing

Pada tahap penacarian kasus harus dilakukan secara sistematis dan bisa diperoleh dari
berbagai sumber seperti rumah sakit, puskesmas, dokter, laboran sehingga tim dapat
menemukan informasi gejala klinis dan demografi dari penderita untuk selanjutnya dapat
dibuat dalam bentuk line listing.

f. Lakukan Analisa deskriptif dan buatlah hypothesis

Tim investigas dapat melakukan analisis deskriptif dapat dilakukan dengan pendekatan
orang waktu dan tempat serta membuat hypothesis. Merumuskan hipotesis diperlukan untuk
menerangkan adanya kemungkinan suatu penyebab, sumber infeksi dan distribusi penderita

g. Evaluasi hipothesis dan lakukan studi lanjutan yang diperlukan

Pada tahap ini tim investigasi melakukan evaluasi terhadap hypothesis yang telah
dibuat. Pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan desain studi case control dan cohort.
Desain studi case control dilakukan jika daftar lengkap populasi berisiko tidak tersedia atau
terlalu besar sedangkan desain studi cohort dapat digunakan apabila daftar lengkap populasi
berisiko tersedia.

h. Lakukan tindakan pengendalian

Tindakan pengendalian dapat dilakukan selama KLB/wabah berlangsung dengan


mempertimbangkan aspek hasil temuan epidemiologi berdasarkan evaluasi hypothesis yang
telah dilakukan

i. Komunikasikan temuan

Hal terpenting yang dapat dilakukan pada tahap ini adalah temuan perlu
dikomunikasikan dengan teknik satu pintu sehingga informasi yang diterima masyarakat
dapat lebih terpercaya.

j. Pertahankan surveilans
Langkah akhir dari kegiatan investigasi adalah terus mempertahankan system
surveilans yang telah dibangun sehingga dapat meminimalisis peluang terjadinya
KLB/wabah. Mendokumentasikan kegiatan yang telah dilakukan juga menjadi bagian
penting untuk dilakukan dalam setiap langkah kegiatan investigasi yang dilakukan.

2.3 PEMANTAUAN WILAYAH SETEMPAT PADA SURVEILLANCE


KESEHATAN
Pemantauan wilayah setempat dalam surveilans kesehatan dilakukan untuk
mengawasi dan memantau status kesehatan masyarakat di suatu wilayah tertentu.
Pemantauan ini bertujuan untuk mendeteksi, mencegah, dan mengendalikan penyebaran
penyakit dan masalah kesehatan lainnya. Berikut adalah beberapa metode umum yang
digunakan dalam pemantauan wilayah setempat pada surveilans kesehatan:

1. Pengumpulan Data Epidemiologi: Data epidemiologi yang mencakup jumlah kasus


penyakit, tingkat kejadian, dan karakteristik demografis pasien dikumpulkan dan dianalisis
secara rutin. Ini membantu mengidentifikasi pola dan tren penyakit yang mungkin muncul
di wilayah tersebut.

2. Sistem Pelaporan Penyakit: Sistem pelaporan wajib penyakit menular


memungkinkan petugas kesehatan di wilayah setempat melaporkan kasus penyakit tertentu
ke lembaga kesehatan yang berwenang. Hal ini membantu dalam pemantauan penyebaran
penyakit dan pengambilan tindakan yang cepat.

3. Surveilans Laboratorium: Laboratorium kesehatan di wilayah setempat melakukan


tes dan analisis untuk mendeteksi penyakit tertentu. Hasilnya dianalisis dan digunakan untuk
memantau kasus penyakit, mengidentifikasi klaster penyakit, dan memberikan respons yang
tepat.

4. Surveilans Kesehatan Lingkungan: Surveilans kesehatan lingkungan melibatkan


pemantauan kualitas air, udara, dan tanah di wilayah setempat. Hal ini penting untuk
mendeteksi adanya faktor risiko atau paparan lingkungan yang dapat mempengaruhi
kesehatan masyarakat.

5. Surveilans Kesehatan Masyarakat: Surveilans kesehatan masyarakat mencakup


pengumpulan data tentang perilaku kesehatan, vaksinasi, dan praktik kesehatan masyarakat.
Ini membantu dalam memahami pola perilaku yang dapat mempengaruhi penyebaran
penyakit dan merancang intervensi yang tepat.

6. Pemantauan Epidemiologi Berbasis Teknologi: Penggunaan teknologi seperti


sistem informasi geografis (GIS), pemantauan berbasis smartphone, dan analisis big data
dapat membantu dalam pemantauan dan pemetaan penyakit di wilayah setempat. Ini
memungkinkan petugas kesehatan untuk mengidentifikasi klaster penyakit, melacak kontak,
dan mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan.
Penting untuk memiliki sistem pemantauan yang efektif dan berkelanjutan dalam
surveilans kesehatan wilayah setempat. Data yang dikumpulkan dan analisis yang dilakukan
dapat memberikan wawasan yang berharga untuk mengambil tindakan yang cepat dan tepat
guna dalam mengendalikan penyakit dan masalah kesehatan lainnya di suatu wilayah.
BAB III

PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Sistem kewaspadaan dini KLB adalah merupakan kewaspadaan terhadap penyakit
berpotensi LB beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya dengan menerapkan teknologi
surveilans epidemiologi dan dimanfaatkan untuk meningkatkan sikap tanggap kesiapsiagaan,
upaya-upaya pencegahan dan tindakan penanggulangan kejadian luar biasa yang cepat dan
tepat. Sedangkan Investigasi wabah atau penyelidikan KLB (Kejadian Luar Biasa)/wabah
adalah suatu kegiatan untuk memastikan adanya KLB/wabah, mengetahui penyebab,
mengetahui cara penyebaran, mengetahui faktor risiko dan menetapkan program
penanggulangan KLB. Investigasi KLB/wabah perlu dilanjutkan dengan upaya
penanggulangan KLB/wabah yaitu kegiatan yang bertujuan menangani penderita, mencegah
perluasan KLB/wabah, mencegah terjadinya penderita/kematian baru pada saat terjadinya
KLB/wabah. Dan pemantauan wilayah setempat dalam surveilans kesehatan dilakukan untuk
mengawasi dan memantau status kesehatan masyarakat di suatu wilayah tertentu.
Pemantauan ini bertujuan untuk mendeteksi, mencegah, dan mengendalikan penyebaran
penyakit dan masalah kesehatan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Amiruddin R. 2012. Surveilans Kesehatan Masyarakat. IPB Press Gregg, Michael B, dkk. 1996.
Field Epidemiology

Kementerian Kesehatan RI. 2011. Buku Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian
Luar BiasaPenyakit Menular dan Keracunan Pangan (Pedoman Epidemiologi Penyakit)

Undang - Undang. 1984. Wabah Penyakit Menular. Undang - Undang Republik Indonesia

https://jurnal.unej.ac.id/index.php/jpps/article/view/6407

You might also like