Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
Kelompok 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB 1..............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG...........................................................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH.......................................................................................................4
1.3 TUJUAN................................................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................5
PEMBAHASAN..............................................................................................................................5
2.1 SISTEM KEWASPADAAN DINI KLB...............................................................................5
2.2 INVESTIGASI WABAH ......................................................................................................8
2.3 PEMANTAUAN WILAYAH SETEMPAT PADA SURVIELANCE KESEHATAN......13
BAB III..........................................................................................................................................15
PENUTUP.....................................................................................................................................15
3.1 KESIMPULAN....................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................16
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kejadian luar biasa (KLB) penyakit menular, keracunan makanan, keracunan bahan
berbahaya lainnya masih menjadi masalah kesehatan masyarakat karena dapat menyebabkan
jatuhnya korban kesakitan dan kematian yang besar, menyerap anggaran biaya yang besar
dalam upaya penanggulangannya, berdampak pada sektor ekonomi, pariwisata serta
berpotensi menyebar luas lintas kabupaten/kota, propinsi bahkan internasional yang
membutuhkan koordinasi dalam penanggulangannya
Diare, campak dan demam berdarah dengue merupakan jenis penyakit yang sering
menimbulkan KLB di Indonesia. Beberapa jenis KLB mengalami penurunan seperti, diare,
campak dan malaria, tetapi beberapa jenis KLB penyakit lainnya justru semakin meningkat
seperti demam berdarah, keracunan makanan dan bahan berbahaya lainnya serta munculnya
KLB penyakit baru seperti SARS, HFMD, Hepatitis E dan lain-lain. Demikian juga
beberapa penyakit yang sudah dianggap tidak menjadi masalah masyarakat timbul kembali
seperti KLB difteri, chikungunya, leptospirosis dan kolera.
Penanggulangan wabah/KLB penyakit menular diatur dalam UU. No. 4 tahun 1984
tentang Wabah Penyakit Menular, PP No 40 tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah
Penyakit Menular, Peraturan Menteri Kesehatan No. 560 tentang Jenis Penyakit Tertentu
Yang Dapat Menimbulkan Wabah. Pada tahun 2000, Indonesia menerapkan secara penuh
UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan UU No. 25 tahun 1999 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Daerah, yang kemudian diikuti
dengan terbitnya PP No 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan
Propinsi Sebagai Daerah Otonom yang berpengaruh terhadap penyelenggaraan
penanggulangan wabah/KLB
1.3 TUJUAN
1. Dapat memahami apa yang di maksud dengan sistem kewaspadaan dini KLB.
2. Mengetahui apa yang dimaksud investigasi wabah.
3. Mengetahui apa yang dimaksud pemantauan wilayah setempat pada surveillance kesehatan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 SISTEM KEWASPADAAN DINI KLB
A. Pengertian Sistem Kewaspadaan Dini
Kegiatan SKD diarahkan terhadap deteksi dini KLB dan pemantauan faktor-faktor
yang memungkinkan timbulnya KLB serta cara-cara pencegahan dan penanggulangannya,
sehingga dapat mengurangi kerugian. Pelaksanaan SKD-KLB di Puskesmas akan
memberikan manfaat yang besar dalam pencegahan KLB penyakit apabila dilaksanakan
dengan baik. Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) merupakan salah satu aplikasi SKD-
KLB di Puskesmas. Disamping itu, di Puskesmas juga terdapat PWS imunisasi, PWS
sanitasi dan sebagainya. Dugaan terhadap suatu KLB mungkin muncul ketika aktifitas
surveilans rutin mendeteksi adanya isolat mikroba atau kluster kasus yang tidak biasa, atau
terjadinya peningkatan jumlah kasus yang signifikan dari jumlah yang biasa.
Penemuan dini potensi KLB (Deteksi dini), akan semakin besar potensi mencegah
dampak negatif akibat KLB. Beberapa kejadian kesakitan dan masalah kesehatan yang
dapat menjadi dasar tindakan kewaspadaan, diantaranya terkait tanda dan gejala dan tanda
penyakit, seperti tanda AFP, demam berdarah, masalah Kesehatan seperti gizi buruk,
perilaku, kondisi Lingkungan, dll. Kegiatan dalam SKD diarahkan terhadap pengendalian
mata rantai faktor- faktor memungkinkan timbulnya suatu penyakit berkat cara
intervensinya sehingga dapat mengurangi kerugian. Pelaksanaan SKD-KLB yang
dilakukan pada tingkat DKK sampai dengan Puskesmas akan mempunyai manfaat yang
besar dalam pencegahan penyakit KLB. Dalam pelaksanaan SKD KLB secara legalitas
ditunjang oleh Undang-Undang Nomor 4 tahun 1984, PP Nomor 40 tahun 1991 serta
Permenkes Nomor 560 tahun 1989 dan Permenkes Nomor 453 tahun 1983, sehingga
perumusan SKD KLB menggunakan prinsip legalitas, epidemiologis dan kesisteman.
Sistem Kewaspadaan Dini KLB adalah suatu tatanan pengamatan yang mendukung
sikap tanggap terhadap adanya suatu perubahan dalam masyarakat atau penyimpangan.
Persyaratan yang berkaitan dengan kecenderungan terjadinya kesakitan/ kematian atau
pencemaran makanan/ lingkungan sehingga dapat segera melakukan tindakan dengan cepat
dan tepat untuk mncegah/ mengurangi terjadinya jatuh korban (Kemenkes, 2013).
- Mengadopsi pola makan sehat dan menghindari makanan yang tidak sehat.
- Menghindari utang yang berlebihan dan berpikir secara bijak sebelum mengambil
keputusan finansial besar.
- Mengunci pintu dan jendela rumah serta memasang sistem keamanan yang memadai.
- Menghindari tempat atau situasi yang berpotensi berbahaya, terutama pada malam hari.
- Menggunakan transportasi umum atau berkendara dengan hati-hati dan mematuhi
peraturan lalu lintas.
- Memperhatikan keadaan sekitar, terutama saat berjalan sendiri di tempat yang sepi.
- Mengetahui dan memahami risiko bencana yang mungkin terjadi di daerah Anda.
- Membuat rencana evakuasi darurat dan mempersiapkan peralatan penting, seperti kit
darurat dan obat-obatan.
- Menghindari daerah rawan bencana saat ada peringatan atau ancaman yang serius.
1. Mencegah kerugian yang lebih besar: Dengan mengidentifikasi masalah atau bahaya
sejak dini, tindakan dapat diambil untuk mencegah kerugian yang lebih besar. Misalnya,
jika ada tanda-tanda kerusakan pada mesin, perbaikan atau penggantian dapat dilakukan
sebelum kerusakan tersebut menyebabkan kerugian yang lebih besar, seperti kerusakan
komponen lain atau kehilangan waktu produksi.
3. Menghemat biaya: Dengan mendeteksi masalah atau potensi bahaya sejak dini,
biaya perbaikan atau penanggulangan dapat lebih rendah daripada jika masalah tersebut
dibiarkan berkembang menjadi lebih serius. Misalnya, memeriksa secara teratur kesehatan
gigi dan gusi dapat membantu menghindari biaya perawatan gigi yang mahal di masa
depan.
4. Meningkatkan efisiensi: Dengan mengidentifikasi masalah atau kelemahan dalam
proses atau sistem secara dini, tindakan perbaikan atau peningkatan dapat diambil untuk
meningkatkan efisiensi. Misalnya, dengan mendeteksi kebocoran air pada pipa secara dini,
tindakan perbaikan dapat dilakukan untuk mengurangi pemborosan air dan meningkatkan
efisiensi penggunaan air.
E. KLB (Kejadian Luar Biasa) atau wabah penyakit merupakan situasi yang memerlukan
kewaspadaan dan tindakan cepat untuk mencegah penyebaran yang lebih luas. Berikut ini
adalah beberapa situasi di mana kita perlu melakukan kewaspadaan dini terhadap KLB:
Ketika ada laporan atau indikasi adanya peningkatan jumlah kasus penyakit secara
tiba-tiba dan tidak biasa di suatu wilayah. Misalnya, jika ada lonjakan kasus penyakit yang
signifikan dalam waktu singkat, terutama jika penyakit tersebut menyebar dengan cepat
dan memiliki dampak kesehatan yang serius.
Ketika ada penyakit baru atau belum diketahui dengan gejala yang tidak biasa atau
parah. Jika ada penyakit yang tidak dikenal atau belum teridentifikasi dengan gejala yang
tidak biasa atau parah, perlu dilakukan kewaspadaan dini untuk mengetahui penyebabnya,
mencegah penyebaran lebih lanjut, dan meresponsnya secara tepat.
Ketika ada indikasi penyebaran penyakit dari satu wilayah ke wilayah lain. Jika ada
laporan atau bukti adanya penyebaran penyakit dari satu wilayah ke wilayah lain, penting
untuk melakukan kewaspadaan dini dan mengambil tindakan pencegahan agar
penyebarannya tidak semakin meluas.
Ketika ada indikasi adanya kasus penyakit yang berhubungan dengan faktor risiko
tertentu atau lingkungan yang tidak sehat. Misalnya, jika ada lonjakan kasus penyakit yang
terkait dengan makanan yang terkontaminasi, air yang tercemar, atau lingkungan yang
tidak sehat, maka perlu dilakukan kewaspadaan dini dan penanganan cepat untuk
menghindari dampak yang lebih buruk.
F. Ketika tidak melakukan kewaspadaan dini terhadap KLB (Kejadian Luar Biasa), berbagai
dampak negatif dapat terjadi. Berikut adalah beberapa dampak yang mungkin terjadi:
1. Penyebaran Penyakit yang Lebih Cepat: KLB sering kali terkait dengan penyebaran
penyakit yang cepat dan luas. Tanpa kewaspadaan dini, penyakit tersebut dapat menyebar
dengan lebih cepat di antara populasi, menyebabkan peningkatan jumlah kasus dan risiko
infeksi yang lebih tinggi.
3. Overwhelm Sistem Kesehatan: KLB yang tidak dikendalikan dapat menyebabkan beban
yang berat pada sistem kesehatan. Rumah sakit dan fasilitas kesehatan mungkin tidak
mampu menangani jumlah pasien yang meningkat dengan cepat, sehingga menyebabkan
kualitas perawatan dan respons medis menurun.
4. Gangguan Sosial dan Ekonomi: KLB yang meluas dapat mengganggu kehidupan sosial
dan ekonomi masyarakat. Bisnis, pendidikan, perjalanan, dan aktivitas sehari-hari lainnya
dapat terganggu atau terhenti sepenuhnya. Ini dapat berdampak negatif pada
perekonomian dan kehidupan sosial masyarakat secara keseluruhan.
Selain tujuan di atas, dalam melakukan kegiatan investigasi KLB/wabah juga memiliki
prinsip yang perlu untuk diperhatikan oleh tim investigator, yakni :
Pada gambar di atas langkah – langkah yang dilakukan pada tahap 1 – 5 disebut
dengan descriptive steps, tahap 6 -7 disebut analyse steps dan tahap 8 – 10 disebut dengan
synthesis and action steps.
Tahap awal yang harus dilakukan sebelum melakukan kegiatan investigasi adalah
mempersiapkan tim yang akan terlibat sesuai dengan KLB/Wabah yang sedang terjadi di
masyarakat
Pada tahap ini, tim investigator dapat mencari informasi dari masyarakat dan
mengetahui pola penyakit yang terjadi dengan pendekatan orang waktu dan tempat
c. Verifikasi diagnosis
Verifikasi diagnosis dilakukan dengan menganalisis gejala dan tanda klinik dari
penderita yang informasinya dapat diperoleh dari hasil rekam medis, dokter ataupun
masyarakat. Pada tahap ini juga dapat dilakukan pengambilan sampel. Seperti sampel
lingkungan, darah, muntahan dll.
Pada tahap ini definisi kasus sangat diperlukan untuk menjaring masyarakat yang
termasuk dalam kelompok kasus yang diakibatkan oleh adanya KLB/wabah.
Pada tahap penacarian kasus harus dilakukan secara sistematis dan bisa diperoleh dari
berbagai sumber seperti rumah sakit, puskesmas, dokter, laboran sehingga tim dapat
menemukan informasi gejala klinis dan demografi dari penderita untuk selanjutnya dapat
dibuat dalam bentuk line listing.
Tim investigas dapat melakukan analisis deskriptif dapat dilakukan dengan pendekatan
orang waktu dan tempat serta membuat hypothesis. Merumuskan hipotesis diperlukan untuk
menerangkan adanya kemungkinan suatu penyebab, sumber infeksi dan distribusi penderita
Pada tahap ini tim investigasi melakukan evaluasi terhadap hypothesis yang telah
dibuat. Pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan desain studi case control dan cohort.
Desain studi case control dilakukan jika daftar lengkap populasi berisiko tidak tersedia atau
terlalu besar sedangkan desain studi cohort dapat digunakan apabila daftar lengkap populasi
berisiko tersedia.
i. Komunikasikan temuan
Hal terpenting yang dapat dilakukan pada tahap ini adalah temuan perlu
dikomunikasikan dengan teknik satu pintu sehingga informasi yang diterima masyarakat
dapat lebih terpercaya.
j. Pertahankan surveilans
Langkah akhir dari kegiatan investigasi adalah terus mempertahankan system
surveilans yang telah dibangun sehingga dapat meminimalisis peluang terjadinya
KLB/wabah. Mendokumentasikan kegiatan yang telah dilakukan juga menjadi bagian
penting untuk dilakukan dalam setiap langkah kegiatan investigasi yang dilakukan.
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Sistem kewaspadaan dini KLB adalah merupakan kewaspadaan terhadap penyakit
berpotensi LB beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya dengan menerapkan teknologi
surveilans epidemiologi dan dimanfaatkan untuk meningkatkan sikap tanggap kesiapsiagaan,
upaya-upaya pencegahan dan tindakan penanggulangan kejadian luar biasa yang cepat dan
tepat. Sedangkan Investigasi wabah atau penyelidikan KLB (Kejadian Luar Biasa)/wabah
adalah suatu kegiatan untuk memastikan adanya KLB/wabah, mengetahui penyebab,
mengetahui cara penyebaran, mengetahui faktor risiko dan menetapkan program
penanggulangan KLB. Investigasi KLB/wabah perlu dilanjutkan dengan upaya
penanggulangan KLB/wabah yaitu kegiatan yang bertujuan menangani penderita, mencegah
perluasan KLB/wabah, mencegah terjadinya penderita/kematian baru pada saat terjadinya
KLB/wabah. Dan pemantauan wilayah setempat dalam surveilans kesehatan dilakukan untuk
mengawasi dan memantau status kesehatan masyarakat di suatu wilayah tertentu.
Pemantauan ini bertujuan untuk mendeteksi, mencegah, dan mengendalikan penyebaran
penyakit dan masalah kesehatan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Amiruddin R. 2012. Surveilans Kesehatan Masyarakat. IPB Press Gregg, Michael B, dkk. 1996.
Field Epidemiology
Kementerian Kesehatan RI. 2011. Buku Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian
Luar BiasaPenyakit Menular dan Keracunan Pangan (Pedoman Epidemiologi Penyakit)
Undang - Undang. 1984. Wabah Penyakit Menular. Undang - Undang Republik Indonesia
https://jurnal.unej.ac.id/index.php/jpps/article/view/6407