Professional Documents
Culture Documents
(Kelompok 2 P4TM) Epidemilogi Penyakit Tukak Lambung
(Kelompok 2 P4TM) Epidemilogi Penyakit Tukak Lambung
Disusun Oleh:
Kelompok 2
Anisa Wulansari 113119061
Anggun Asmara Ningsih 113120084
Elmi Aini Maliki 2250367019
PEMINATAN EPIDEMIOLOGI
PRODI KESEHATAN MASYARAKAT S1
FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan
kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Epidemiologi Penyakit Tukak Lambung” tepat waktu.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Program Pencegahan
Dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P4TM) di peminatan Epidemiologi
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu dan Teknologi Kesehatan
Universitas Jenderal Achmad Yani Cimahi. Selanjutnya penulis mengucapkan
terima kasih kepada Ibu Herlina Avianty, SKM., MARS selaku dosen mata kuliah
P4TM. Semoga tugas yang diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penulisan
makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................i
C. Tujuan ................................................................................................................... 2
D. Manfaat ................................................................................................................. 3
C. Etiologi .................................................................................................................. 5
F. Diagnosis ............................................................................................................... 9
G. Hubungan Antara Infeksi Bakteri H. pylori Dan Penyakit Tukak Lambung ...........
............................................................................................................................ 11
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 17
B. Saran ................................................................................................................... 17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit tukak lambung, juga dikenal sebagai ulkus peptikum, adalah
kondisi yang ditandai oleh terbentuknya luka atau lapisan yang rusak pada
dinding lambung atau bagian atas usus dua belas jari. Penyakit ini merupakan
salah satu masalah kesehatan yang umum di seluruh dunia dan dapat
menyebabkan berbagai komplikasi serius jika tidak ditangani dengan baik.
Epidemiologi penyakit tukak lambung melibatkan studi tentang
distribusi, faktor risiko, prevalensi, dan tren kejadian penyakit ini di populasi.
Penelitian epidemiologi telah memberikan pemahaman yang lebih baik
tentang faktor-faktor yang berkontribusi terhadap penyakit tukak lambung,
serta membantu dalam pengembangan strategi pencegahan dan pengendalian.
Faktor risiko utama yang diketahui untuk penyakit tukak lambung
termasuk infeksi bakteri Helicobacter pylori, penggunaan obat antiinflamasi
nonsteroid (NSAID), konsumsi alkohol, merokok, stres, usia lanjut, riwayat
keluarga dengan tukak lambung, dan kondisi kesehatan tertentu seperti
penyakit gastroesophageal reflux (GERD). Prevalensi penyakit tukak lambung
bervariasi di seluruh dunia, dengan angka prevalensi global berkisar antara 5-
10%.
Perubahan gaya hidup, seperti pola makan yang tidak sehat,
peningkatan konsumsi alkohol, dan kebiasaan merokok, juga telah dikaitkan
dengan peningkatan risiko penyakit tukak lambung. Selain itu, faktor
lingkungan seperti polusi udara dan paparan bahan kimia tertentu juga dapat
mempengaruhi kejadian penyakit ini, meskipun hubungannya masih
membutuhkan penelitian lebih lanjut.
Melalui makalah ini, diharapkan akan diperoleh pemahaman yang
lebih baik tentang epidemiologi penyakit tukak lambung, termasuk faktor
risiko, prevalensi, perbedaan geografis, dan perubahan tren. Pengetahuan ini
dapat digunakan untuk mengembangkan strategi pencegahan yang efektif dan
1
upaya pengendalian penyakit tukak lambung, serta membantu dalam
perencanaan pelayanan kesehatan yang lebih baik.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran epidemiologi penyakit tukak lambung?
2. Apa pengertian dari penyakit tukak lambung?
3. Bagaimana perjalanan penyakit tukak lambung?
4. Bagaimana tanda dan gejala penyakit tukak lambung berkembang pada
pasien?
5. Apa hubungan antara infeksi bakteri Helicobacter pylori dan penyakit
tukak lambung?
6. Apa saja faktor risiko penyakit tukak lambung?
7. Apa strategi pencegahan yang efektif untuk mengurangi risiko penyakit
tukak lambung?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui epidemiologi penyakit tukak lambung.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran epidemiologi penyakit tukak lambung.
b. Untuk mengetahui pengertian dari penyakit tukak lambung.
c. Untuk mengetahui tanda dan gejala penyakit tukak lambung
berkembang pada pasien.
d. Untuk mengetahui hubungan antara infeksi bakteri Helicobacter pylori
dan penyakit tukak lambung.
e. Untuk mengetahui faktor risiko penyakit tukak lambung
f. Untuk mengetahui strategi pencegahan yang efektif untuk mengurangi
risiko penyakit tukak lambung
2
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Hasil pembahasan ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan
kesehatan masyarakat khususnya di bidang program pencegahan dan
pengendalian penyakit tidak menular.
2. Manfaat Praktis
Hasil pembahasan ini dapat digunakan untuk memberikan masukan
dalam rangka meningkatkan epidemiologi penyakit tukak lambung.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Gambaran Epidemiologi
4
B. Pengertian Penyakit Tukak Lambung
C. Etiologi
1. Helicobacter pylori
5
pada kondisi pasien seperti duodenal iskemia, duodenal diverticula,
penyakit menular dan pada kondisi autoimun seperti penyakit chron
(radang usus), scledorma (penyakit gangguan imun pada jaringan ikat,
sehingga mengakibatkan jaringan tersebut tebal dan keras) dan abdominal
vasculitis (Samiasih, 2021).
6
D. Patofisiologi/Perjalanan Penyakit
Pada kondisi normal terdapat keseimbangan antara sekresi asam
lambung dengan sistem pertahanan mukosa gastroduodenal. Kerusakan
mukosa, dan selanjutnya tukak peptik, terjadi ketika keseimbangan antara
faktor agresif dan mekanisme pertahanan (faktor protektif) ini terganggu,
NSAID dan infeksi H. pylori berperan dalam menyebabkan terjadinya
kerusakan integritas lapisan pelindung mukosa dan produksi prostaglandin
sehingga membuat agen-agen iritatif seperti asam lambung dapat masuk dan
merusak lapisan dalam dari dinding lambung.
7
HCl dan pepsin diketahui termasuk dalam faktor agresif. Ketika histamin
terangsang lalu mengeluarkan banyak HCl itu menimbulkan dilatasi serta
meningkatnya permeabilitas kapiler, dapat menyebabkan rusaknya mukosa
gaster, tukak akut atau kronik, dan ulkus gaster (Gulo, 2019).
Infeksi Helicobacter pylori menyebabkan peradangan pada mukosa
lambung semua orang yang terinfeksi, tetapi hanya sebagian kecil yang
menderita maag atau kanker lambung. Cedera mukosa dihasilkan oleh enzim
pengurai bakteri (urease, lipase, dan protease), kepatuhan, dan faktor virulensi
H. pylori. Bakteri tersebut menginduksi peradangan lambung dengan
mengubah peradangan respon inang dan merusak sel-sel epitel (Vaira et al.,
2018). Bakteri ini mampu bertahan di suasana asam di lambung, lalu
menyebabkan penekanan pada mukosa lambung dan H. pylori bermukim
dalam gaster. Penggunaan obat kortikosteroid tidak meningkatkan resiko
terjadi tukak atau komplikasi, tetapi resiko dapat berlipat ganda jika
penggunaan kortikosteroid dan NSAID dikonsumsi secara bersamaan.
Kebiasaan merokok menyebabkan resiko tukak kemudian besarnya resikonya
sebanding dengan jumlah rokok yang dikonsumsi atau dihisap per hari. Secara
psikologis stres belum terbukti dapat menyebabkan tukak peptik tetapi pasien
tukak bisa bertambah buruk keadaannya jika dipengaruhi oleh kehidupan
sekitar yang penuh dengan tekanan (Samiasih, 2021).
1. Nyeri ulu hati: Nyeri atau sensasi terbakar di daerah ulu hati merupakan
gejala yang paling umum terkait dengan tukak lambung. Nyeri ini
biasanya terjadi beberapa jam setelah makan atau pada malam hari.
2. Nyeri perut: Pasien dengan tukak lambung dapat mengalami nyeri atau
kram perut yang terlokalisasi di daerah epigastrium (bagian tengah perut).
Nyeri ini dapat berfluktuasi dalam intensitas dan durasi.
8
3. Mual dan muntah: Beberapa pasien mungkin mengalami mual dan muntah
sebagai gejala tukak lambung. Ini terutama terjadi setelah makan atau saat
perut kosong
4. Perubahan nafsu makan: Tukak lambung dapat mempengaruhi nafsu
makan pasien. Beberapa pasien mungkin merasa kenyang dengan cepat
setelah makan sedikit.
5. Perdarahan gastrointestinal: Tukak lambung yang dalam atau meluas dapat
menyebabkan perdarahan gastrointestinal. Ini dapat mengakibatkan
muntah darah (hematemesis) atau tinja berwarna hitam seperti terak
(melena).
6. Anemia: Jika terjadi perdarahan yang berulang atau kronis, pasien dapat
mengalami anemia, yang ditandai dengan kelelahan, pucat, dan sesak
napas.
F. Diagnosis
1. Pendekatan Klinis
9
2. Pemeriksaan Penunjang (radiologi dan endoskopi)
Gambar 2.2 Pemeriksaan radiologi barium (a) tukak lambung jinak (b)
tukak lambung lesi ganas.
10
Gambar 2.3 Pemeriksaan endoskopik.
Tukak lambung terlihat suatu lesi mukosa yang jelas dengan bagian
dasar tukak rata dan menonjol ke arah luar dan terisi dengan eksudat
fibrinoid berwarna keputih-putihan dengan diameter 0,5 – 2,5 cm. Tanda-
tanda yang mengindikasikan keadaan yang jinak adalah batas yang regular
dan lipatan mukosa simetris. Selain itu terdapat gambaran sekeliling lesi
transulen yang rata, yang mengelilingi „kawah‟ tukak serta menampilkan
edema dan lekukan dinding yang berlawanan. Sebaliknya, tanda-tanda
keadaan ganas dapat dilihat dari ukuran tukak yang besar, lipatan mukosa
yang ireguler, dan tidak adanya kontras ataupun pengisian yang ireguler
(Taringan, 2014).
11
2. Penetrasi mukosa lambung: H. pylori memiliki kemampuan untuk
menembus lapisan mukosa lambung dan menghasilkan faktor virulensi
seperti enzim urease dan faktor sitotoksin yang merusak sel-sel epitel
lambung. Hal ini menyebabkan kerusakan pada lapisan pelindung lambung
dan meningkatkan risiko terjadinya tukak.
3. Stimulasi produksi asam lambung: Infeksi H. pylori merangsang produksi
asam lambung yang berlebihan. Bakteri ini merangsang sel-sel lambung
untuk memproduksi asam hidroklorik yang lebih banyak, yang dapat
menyebabkan kerusakan pada lapisan mukosa lambung dan meningkatkan
risiko terjadinya tukak.
4. Pengaruh imunologis dan inflamasi: Infeksi H. pylori menyebabkan
respons imunologis dan peradangan di lambung. Respon imun ini dapat
menyebabkan kerusakan jaringan lambung dan meningkatkan risiko
terjadinya tukak.
H. Faktor Risiko
12
2. Faktor Risiko Gaya Hidup:
a. Penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID): Penggunaan
jangka panjang NSAID dapat menyebabkan iritasi pada dinding
lambung dan meningkatkan risiko tukak lambung.
b. Konsumsi alkohol: Konsumsi alkohol dalam jumlah berlebihan dapat
merusak lapisan pelindung lambung dan meningkatkan risiko tukak
lambung.
c. Merokok: Merokok dapat meningkatkan produksi asam lambung dan
memengaruhi fungsi katup antara lambung dan kerongkongan.
13
I. Strategi Pencegahan dan Pengendalian
Untuk mengurangi risiko penyakit tukak lambung, berikut adalah
beberapa strategi pengendalian dan pencegahan yang efektif yang dapat
dilakukan. Beberapa strategi pencegahan yang efektif untuk mengurangi risiko
penyakit tukak lambung adalah sebagai berikut:
14
d. Mengelola stres: Praktikkan teknik relaksasi seperti meditasi, yoga,
atau olahraga untuk mengurangi stres yang dapat memengaruhi
kesehatan lambung.
15
Obat ini digunakan untuk menghilangkan keluhan nyeri dan obat
dispepsia dengan dosis lebih tinggi dan digunakan dalam jangka waktu
lebih lama dan lebih sering dengan komplikasi diare yang mungkin terjadi
karena mengandung magnesium dan alumunium yang dapat menyebabkan
konstipasi.
2. H2 receptor Antagonist (H2RA)
Obat ini berperan menghambat pengaruh histamin sebagai
mediator untuk mengurangi sekresi asam melalui reseptor histamin-2 pada
sel parietal. Jenis preparate yang digunakan seperti Cimetidin, Ranitidin,
dan Famotidin.
3. Protont pump inhibitor (PPI)
Obat untuk tukak lambung yang diberikan sebelum sarapan pagi
atau jika perlu sebelum makan malam juga diberikan. PPI memblokir kerja
enzim KH ATPase yang menghasilkan energi untuk mengeluarkan asam.
PPI yang biasa digunakan yaitu Omeprazol, Lansoprazol, Rabeprazol,
Pantoprazol, dan Esomeprazol.
4. Koloid Bismuth
Mekanisme kerja membentuk lapisan bersama protein pada dasar
ulkus dan melindungi dari pepsin dan asam. Efek samping tinja berwarna
kehitaman sehingga menimbulkan keraguan dengan perdarahan.
5. Sukralfat
Mekanisme kerja membentuk lapisan fisikokemikal pada dasar tukak yang
melindungi tukak dari pepsin dan asam. Efek samping yaitu konstipasi,
mual dan mulut kering.
6. Prostaglandin
Mekanisme kerja mengurangi sekresi asam lambung, menambah
sekresi mucus, bikabornat, dan meningkatkan aliran darah mukosa serta
pertahanan dan perbaikan mukosa. Biasanya digunakan sebagai penangkal
tukak lambung pada pasien yang menggunakan NSAID (Taringan, 2014).
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Peptic ulcer atau tukak lambung adalah penyakit dengan gangguan
pada saluran gastrointestinal atas yang disebabkan oleh asam lambung dan
pepsin yang di sekresi berlebihan oleh mukosa lambung. Tukak lambung di
sebabkan oleh infeksi Helicobacter pylori dan obat anti inflamasi non steroid
(NSAID). Gejala dari tukak lambung adalah nyeri ulu hati, nyeri perut, mual
muntah, perubahan nafsu makan, perdarahan gastrointestinal, dan anemia.
Faktor lingkungan, gaya hidup, genetik, risiko medis, usia, dan jenis kelamin
juga dapat menyebabkan terjadinya penyakit tukak lambung. Upaya
pencegahan dan pengendalian yang dilakukan adalah dengan melakukan
pemberantasan infeksi Helicobacter Pylori, penggunaan obat antiinflamasi
nonsteroid (NSAID) dengan hati-hati, perubahan gaya hidup, menghindari
faktor risiko lingkungan, menghindari pemicu potensial, perhatian terhadap
efek samping obat lain, dan meningkatkan edukasi juga kesadaran.
B. Saran
Semoga pembuatan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Kami
selaku penulis memohon adanya kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
17
DAFTAR PUSTAKA
Luksi, L. I., Nurcahyo, H., & Santoso, J. (2020). Evaluasi Penggunaan Obat
Tukak Lambung. Ejournal.Poltektegal, 7(1), 1–6.
Shim, Y., & Kim, N. (2016). Nonsteroidal Anti-inflammatory Drug and Aspirin-
induced Peptic Ulcer Disease. Korean J Gastroenterol.
https://synapse.koreamed.org/articles/1007518
18
Taringan, P. (2014) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th edn. Edited by S. Setiati
et al. Jakarta: Interna Publishing.
Vaira, D., Holton, J., Miglioli, M., Menegatti, M., Mule, P., & Barbara, L. (2018).
Peptic Ulcer Disease and Helicobacter pylori infection. Mo Med,
115(3):219. /pmc/articles/PMC6140150/
Xie, X. et al. (2022). The global, regional and national burden of peptic ulcer
disease from 1990 to 2019: a population-based study. BMC
Gastroenterology, 22(1), 1–13. Diakses dari:
https://doi.org/10.1186/s12876-022-02130-2.
19