You are on page 1of 22

MAKALAH

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TUKAK LAMBUNG


Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Program Pencegahan Dan
Pengendalian Penyakit Tidak Menular
Dosen Pengampu : Herlina Avianty, SKM., MARS

Disusun Oleh:
Kelompok 2
Anisa Wulansari 113119061
Anggun Asmara Ningsih 113120084
Elmi Aini Maliki 2250367019

PEMINATAN EPIDEMIOLOGI
PRODI KESEHATAN MASYARAKAT S1
FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan
kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Epidemiologi Penyakit Tukak Lambung” tepat waktu.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Program Pencegahan
Dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P4TM) di peminatan Epidemiologi
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu dan Teknologi Kesehatan
Universitas Jenderal Achmad Yani Cimahi. Selanjutnya penulis mengucapkan
terima kasih kepada Ibu Herlina Avianty, SKM., MARS selaku dosen mata kuliah
P4TM. Semoga tugas yang diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penulisan
makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 24 Mei 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................... Error! Bookmark not defined.

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 2

C. Tujuan ................................................................................................................... 2

D. Manfaat ................................................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 4

A. Gambaran Epidemiologi ........................................................................................ 4

B. Pengertian Penyakit Tukak Lambung .................................................................... 5

C. Etiologi .................................................................................................................. 5

D. Patofisiologi/Perjalanan Penyakit .......................................................................... 7

E. Tanda Dan Gejala .................................................................................................. 8

F. Diagnosis ............................................................................................................... 9

G. Hubungan Antara Infeksi Bakteri H. pylori Dan Penyakit Tukak Lambung ...........
............................................................................................................................ 11

H. Faktor Risiko ....................................................................................................... 12

I. Strategi Pencegahan dan Pengendalian ................................................................ 14

BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 17

A. Kesimpulan ......................................................................................................... 17

B. Saran ................................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit tukak lambung, juga dikenal sebagai ulkus peptikum, adalah
kondisi yang ditandai oleh terbentuknya luka atau lapisan yang rusak pada
dinding lambung atau bagian atas usus dua belas jari. Penyakit ini merupakan
salah satu masalah kesehatan yang umum di seluruh dunia dan dapat
menyebabkan berbagai komplikasi serius jika tidak ditangani dengan baik.
Epidemiologi penyakit tukak lambung melibatkan studi tentang
distribusi, faktor risiko, prevalensi, dan tren kejadian penyakit ini di populasi.
Penelitian epidemiologi telah memberikan pemahaman yang lebih baik
tentang faktor-faktor yang berkontribusi terhadap penyakit tukak lambung,
serta membantu dalam pengembangan strategi pencegahan dan pengendalian.
Faktor risiko utama yang diketahui untuk penyakit tukak lambung
termasuk infeksi bakteri Helicobacter pylori, penggunaan obat antiinflamasi
nonsteroid (NSAID), konsumsi alkohol, merokok, stres, usia lanjut, riwayat
keluarga dengan tukak lambung, dan kondisi kesehatan tertentu seperti
penyakit gastroesophageal reflux (GERD). Prevalensi penyakit tukak lambung
bervariasi di seluruh dunia, dengan angka prevalensi global berkisar antara 5-
10%.
Perubahan gaya hidup, seperti pola makan yang tidak sehat,
peningkatan konsumsi alkohol, dan kebiasaan merokok, juga telah dikaitkan
dengan peningkatan risiko penyakit tukak lambung. Selain itu, faktor
lingkungan seperti polusi udara dan paparan bahan kimia tertentu juga dapat
mempengaruhi kejadian penyakit ini, meskipun hubungannya masih
membutuhkan penelitian lebih lanjut.
Melalui makalah ini, diharapkan akan diperoleh pemahaman yang
lebih baik tentang epidemiologi penyakit tukak lambung, termasuk faktor
risiko, prevalensi, perbedaan geografis, dan perubahan tren. Pengetahuan ini
dapat digunakan untuk mengembangkan strategi pencegahan yang efektif dan

1
upaya pengendalian penyakit tukak lambung, serta membantu dalam
perencanaan pelayanan kesehatan yang lebih baik.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran epidemiologi penyakit tukak lambung?
2. Apa pengertian dari penyakit tukak lambung?
3. Bagaimana perjalanan penyakit tukak lambung?
4. Bagaimana tanda dan gejala penyakit tukak lambung berkembang pada
pasien?
5. Apa hubungan antara infeksi bakteri Helicobacter pylori dan penyakit
tukak lambung?
6. Apa saja faktor risiko penyakit tukak lambung?
7. Apa strategi pencegahan yang efektif untuk mengurangi risiko penyakit
tukak lambung?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui epidemiologi penyakit tukak lambung.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran epidemiologi penyakit tukak lambung.
b. Untuk mengetahui pengertian dari penyakit tukak lambung.
c. Untuk mengetahui tanda dan gejala penyakit tukak lambung
berkembang pada pasien.
d. Untuk mengetahui hubungan antara infeksi bakteri Helicobacter pylori
dan penyakit tukak lambung.
e. Untuk mengetahui faktor risiko penyakit tukak lambung
f. Untuk mengetahui strategi pencegahan yang efektif untuk mengurangi
risiko penyakit tukak lambung

2
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Hasil pembahasan ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan
kesehatan masyarakat khususnya di bidang program pencegahan dan
pengendalian penyakit tidak menular.
2. Manfaat Praktis
Hasil pembahasan ini dapat digunakan untuk memberikan masukan
dalam rangka meningkatkan epidemiologi penyakit tukak lambung.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Gambaran Epidemiologi

Penyebab tukak lambung atau ulkus peptikum di seluruh negara


disebabkan oleh H. pylori dan obat anti inflamasi non steroid (NSAID).
Infeksi H. pylori menyumbang 90% tukak duodenum dan 70% -90% tukak
lambung. Menurut data PubMed tahun 2018, negara Spanyol memiliki insiden
tahunan tertinggi yaitu 141,8/100.000 orang, sedangkan Inggris memiliki yang
terendah 23,9/100.000 orang. Di Amerika Serikat, memiliki angka kesakitan
sebanyak 4,6 juta orang setiap tahun, dengan perkiraan 10% populasi AS akan
memiliki tukak duodenum pada suatu waktu.
Pada tahun 2019, prevalensi global penyakit ulkus peptikum (PUD)
adalah sekitar 8,09 juta, mewakili peningkatan 25,82% dari tahun 1990.
Tingkat prevalensi standar usia adalah 99,40 per 100.000 populasi pada tahun
2019, mewakili penurunan sebesar 143,37 per 100.000 penduduk dari tahun
1990. Tingkat DALY (disability-adjusted life years) standar usia pada tahun
2019 menurun sebesar 60,64% dibandingkan dengan tahun 1990. Pada kedua
jenis kelamin, jumlahnya dan ASRs (age-standardized death rate) dari
prevalensi, kejadian, kematian dan DALYs lebih tinggi pada laki-laki
dibandingkan perempuan selama 29 tahun. Secara regional, Asia Selatan
memiliki tingkat prevalensi standar usia tertinggi pada tahun 2019. Tingkat
kematian standar usia yang rendah ditemukan di wilayah berpendapatan
tinggi. (Xie et al., 2022).
Ulkus peptikum atau tukak lambung mempunyai prevalensi berkisar
antara 11-14% pada laki-laki, sedangkan sebesar 8-11% pada wanita (Zahra et
al., 2022). Menurut data WHO tahun 2014, prevalensi ulkus peptikum di
Indonesia sebesar 6-15% terutama pada usia 20-50 tahun dengan usia puncak
50-60 tahun. Angka kematian akibat penyakit ulkus peptikum di Indonesia
mencapai 1.081 atau 0,08% dari total kematian (Pratiwi, 2020).

4
B. Pengertian Penyakit Tukak Lambung

Gambar 2.1 ulkus peptikum.

Peptic ulcer atau tukak lambung merupakan penyakit dengan


gangguan pada saluran gastrointestinal atas yang disebabkan oleh asam
lambung dan pepsin yang di sekresi berlebihan oleh mukosa lambung. Ulkus
berbeda dari gastritis dan erosi karena mereka meluas lebih dalam ke mucosa
muscularis. Tiga bentuk umum dari tukak lambung termasuk Helicobacter
pylori yang berhubungan dengan luka dan obat anti inflamasi non steroid
(NSAID) (Luksi et al., 2020).

C. Etiologi
1. Helicobacter pylori

Penyakit Helicobacter pylori adalah penyebab utama tukak


lambung. Helicobacter pylori adalah bakteri tahan asam bacilus,
mikrofilik, flagella dan bakteri berbentuk spiral. Helicobacter pylori
adalah bakteri gram negatif yang ada didalam mukosa lambung, lalu
berkembang menjadi gastritis dan berpotensi menjadi penyakit tukak
peptik dan kanker lambung. Ada berbagai jenis ulkus yang paling umum
adalah ulkus peptikum yaitu tampaknya terlihat akibat kerusakan pada
lapisan perut dan ulkus duodenum yang dikaitkan dengan sekresi asam
yang berlebihan oleh lambung. Perforasi ulkus duodenum dapat terjadi

5
pada kondisi pasien seperti duodenal iskemia, duodenal diverticula,
penyakit menular dan pada kondisi autoimun seperti penyakit chron
(radang usus), scledorma (penyakit gangguan imun pada jaringan ikat,
sehingga mengakibatkan jaringan tersebut tebal dan keras) dan abdominal
vasculitis (Samiasih, 2021).

H. pylori secara tidak resmi terkait dengan kronis chritis, PUD,


limfoma jaringan terkait mukosa (MALT), dan kanker lambung. Terapi
hanya 20% individu yang terinfeksi mengembangkan tukak simptomatik
dan ˂ 1% mengembangkan tukak lambung. Prevalensi H. Pylori bervariasi
berdasarkan lokasi geografis, lingkungan sosia ekonomi, etnis, dan usia.
Infeksi lebih umum di negara berkembang dari pada dinegara industri.
Prevalensi di Amerika Serikat diperkirakan 30% hingga 40%. Prevalensi
yang lebih tinggi diantara individu yang lebih tua mencerminkan ekuisis
selama masa bayi dan anak usia dini. H. pylori juga dapat ditularkan
melalui muntah atau penggunaan endoskopi yang tidak disterikan secara
memadai.

2. Non Steroid Anti Inflammatory Drug (NSAID)

Non Steroid Anti Inflammatory Drug (NSAID) digunakan untuk


anti nyeri sendi dan anti inflamasi. Non Steroid Anti Inflammatory Drug
contohnya aspirin dan indometasin menyebabkan efek samping di gaster
atau lambung. Apabila dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama
menyebabkan tukak lambung (Samiasih, 2021).

Anti Inflamasi Nonsteroid yang disebabkan penggunaan obat-obat


ada banyak bukti yang mengaitkan pengguaan kronis NSAID yang cedera
pada saluran GI. Ulkus peptik dan duodenum berkembang pada 15%
hingga 30% dari penggunaan NSAID kronis. Sedangkan 1% menjadi 2%
mengalami komplikasi terkait ulkus yang serius. Ulkus lambung adalah
yang paling umum dan berkembang. NSAID dapat menyebabkan ulkus
pada kerongkongan dan usus besar. (Alldredge, et.al, 2013).

6
D. Patofisiologi/Perjalanan Penyakit
Pada kondisi normal terdapat keseimbangan antara sekresi asam
lambung dengan sistem pertahanan mukosa gastroduodenal. Kerusakan
mukosa, dan selanjutnya tukak peptik, terjadi ketika keseimbangan antara
faktor agresif dan mekanisme pertahanan (faktor protektif) ini terganggu,
NSAID dan infeksi H. pylori berperan dalam menyebabkan terjadinya
kerusakan integritas lapisan pelindung mukosa dan produksi prostaglandin
sehingga membuat agen-agen iritatif seperti asam lambung dapat masuk dan
merusak lapisan dalam dari dinding lambung.

Tukak gaster/lambung menyebabkan abnormalitas patofisiologi dan


faktor genetik lingkungan. Peningkatan sekresi asam lambung dapat terjadi
dengan tukak dodenum, tetapi pasien dengan tukak peptik biasanya memiliki
tingkat sekresi asam yang normal atau sedikit. NSAID non selektif (termasuk
aspirin) dapat mengakibatkan rusaknya mukosa gaster dengan dua mekanisme
yaitu pertama mengiritasi pada mukosa secara topikal khususnya epitel
lambung, dan yang kedua menghambat secara sistemik sintesis prostaglandin
mukosa endogen (Shim & Kim, 2016).
Peningkatan pengeluaran HCl menyebabkan munculnya luka atau
tukak. Kebanyakan manusia menderita tukak lambung dibagian awal
duodenum, jumlah sekresi HCl lebih tinggi dari normal. Walaupun produksi
HCl meningkat setengah dari produksi biasanya, ini mungkin disebabkan
infeksi bakteri, pada penelitian laboratorik terhadap hewan coba, ditambah
bukti adanya stimulus berlebihan pengeluaran HCl oleh saraf pada manusia
yang menderita ulkus peptikum mengarah kepada pengeluaran cairan gaster
yang berlebihan untuk alasan apa saja (sebagai contoh, pada gangguan fisik)
yang sering merupakan penyebab utama ulkus peptikum.
Mekanisme pertahanan dan perbaikan mukosa normal termasuk lendir
dan sekresi bikarbonat, pertahanan sel epitel intrinsik, dan aliran darah
mukosa. Pemeliharaan integritas dan perbaikan mukosa dimediasi oleh
produksi prostaglandin endogen. Sel parietal mengeluarkan HCl, pepsinogen
dikeluarkan oleh zinogen kemudian oleh HCl dirubah menjadi pepsin. Fungsi
pepsin adalah memecah protein dengan Ph < 4 (agresif pada mukosa gaster).

7
HCl dan pepsin diketahui termasuk dalam faktor agresif. Ketika histamin
terangsang lalu mengeluarkan banyak HCl itu menimbulkan dilatasi serta
meningkatnya permeabilitas kapiler, dapat menyebabkan rusaknya mukosa
gaster, tukak akut atau kronik, dan ulkus gaster (Gulo, 2019).
Infeksi Helicobacter pylori menyebabkan peradangan pada mukosa
lambung semua orang yang terinfeksi, tetapi hanya sebagian kecil yang
menderita maag atau kanker lambung. Cedera mukosa dihasilkan oleh enzim
pengurai bakteri (urease, lipase, dan protease), kepatuhan, dan faktor virulensi
H. pylori. Bakteri tersebut menginduksi peradangan lambung dengan
mengubah peradangan respon inang dan merusak sel-sel epitel (Vaira et al.,
2018). Bakteri ini mampu bertahan di suasana asam di lambung, lalu
menyebabkan penekanan pada mukosa lambung dan H. pylori bermukim
dalam gaster. Penggunaan obat kortikosteroid tidak meningkatkan resiko
terjadi tukak atau komplikasi, tetapi resiko dapat berlipat ganda jika
penggunaan kortikosteroid dan NSAID dikonsumsi secara bersamaan.
Kebiasaan merokok menyebabkan resiko tukak kemudian besarnya resikonya
sebanding dengan jumlah rokok yang dikonsumsi atau dihisap per hari. Secara
psikologis stres belum terbukti dapat menyebabkan tukak peptik tetapi pasien
tukak bisa bertambah buruk keadaannya jika dipengaruhi oleh kehidupan
sekitar yang penuh dengan tekanan (Samiasih, 2021).

E. Tanda Dan Gejala

Tanda dan gejala penyakit tukak lambung dapat bervariasi antara


individu, dan beberapa pasien mungkin tidak mengalami gejala sama sekali.
Berikut adalah beberapa tanda dan gejala umum yang dapat berkembang pada
pasien dengan penyakit tukak lambung:

1. Nyeri ulu hati: Nyeri atau sensasi terbakar di daerah ulu hati merupakan
gejala yang paling umum terkait dengan tukak lambung. Nyeri ini
biasanya terjadi beberapa jam setelah makan atau pada malam hari.
2. Nyeri perut: Pasien dengan tukak lambung dapat mengalami nyeri atau
kram perut yang terlokalisasi di daerah epigastrium (bagian tengah perut).
Nyeri ini dapat berfluktuasi dalam intensitas dan durasi.

8
3. Mual dan muntah: Beberapa pasien mungkin mengalami mual dan muntah
sebagai gejala tukak lambung. Ini terutama terjadi setelah makan atau saat
perut kosong
4. Perubahan nafsu makan: Tukak lambung dapat mempengaruhi nafsu
makan pasien. Beberapa pasien mungkin merasa kenyang dengan cepat
setelah makan sedikit.
5. Perdarahan gastrointestinal: Tukak lambung yang dalam atau meluas dapat
menyebabkan perdarahan gastrointestinal. Ini dapat mengakibatkan
muntah darah (hematemesis) atau tinja berwarna hitam seperti terak
(melena).
6. Anemia: Jika terjadi perdarahan yang berulang atau kronis, pasien dapat
mengalami anemia, yang ditandai dengan kelelahan, pucat, dan sesak
napas.

Gejala tukak lambung dapat mirip dengan gejala gangguan pencernaan


lainnya, untuk itu perlu dilakukan diagnosis yang akurat harus dilakukan oleh
profesional medis melalui pemeriksaan fisik, riwayat medis, dan tes penunjang
seperti endoskopi atau tes deteksi H. pylori. (Cheung KS et.al, 2019 dan
Malfertheiner P et.al, 2017).

F. Diagnosis
1. Pendekatan Klinis

Nyeri abdomen adalah gejala umum kebanyakan kelainan pada


saluran cerna, termasuk tukak lambung. Sekitar 10% dari seluruh pasien
dengan tukak lambung akibat NSAID dating dengan komplikasi
(perdarahan, perforasi, dan obstruksi) tanpa adanya gejala sebelumnya.

Nyeri epigastrium dengan keluhan rasa terbakar, tasa tidak


nyaman, dan perih dirasakan pada penderita tukak lambung. Nyeri
dirasakan selama 90 menit hingga 3 jam setelah makan dan nyeri mereda
setelah pemberian antacid atau makanan. Adapun gejala dyspepsia yang
berlangsung menetap tidak berkurang oleh makanan atau antasida. Feses
atau muntah berwarna hitam dapat menjadi indikasi adanya perdarahan.

9
2. Pemeriksaan Penunjang (radiologi dan endoskopi)

Gambar 2.2 Pemeriksaan radiologi barium (a) tukak lambung jinak (b)
tukak lambung lesi ganas.

Pemeriksaan radiologi hamper ditinggalkan dan digantikan dengan


pemeriksaan endoskopik dalam diagnostik rutin, walaupun pemeriksaan
radiologi masih dipakai bagi pasien yang menolak tindakan endoskopi.

Pemeriksaan endoskopi saluran cerna bagian atas merupakan


pemeriksaan penunjang pilihan untuk mengevaluasi pasien yang dicurigai
menderita tukak lambung. Sensivitas sangat tinggi dalam mendiagnosis
tukak lambung, dapat sekaligus dilakukan pemeriksaan biopsi untuk
mengetahun tukak jinak atau ganas dan dapat mendeteksi infeksi H.pylori
melalui biopsi antral untuk dilakukan rapid urea test.

10
Gambar 2.3 Pemeriksaan endoskopik.

Tukak lambung terlihat suatu lesi mukosa yang jelas dengan bagian
dasar tukak rata dan menonjol ke arah luar dan terisi dengan eksudat
fibrinoid berwarna keputih-putihan dengan diameter 0,5 – 2,5 cm. Tanda-
tanda yang mengindikasikan keadaan yang jinak adalah batas yang regular
dan lipatan mukosa simetris. Selain itu terdapat gambaran sekeliling lesi
transulen yang rata, yang mengelilingi „kawah‟ tukak serta menampilkan
edema dan lekukan dinding yang berlawanan. Sebaliknya, tanda-tanda
keadaan ganas dapat dilihat dari ukuran tukak yang besar, lipatan mukosa
yang ireguler, dan tidak adanya kontras ataupun pengisian yang ireguler
(Taringan, 2014).

G. Hubungan Antara Infeksi Bakteri H. pylori Dan Penyakit Tukak


Lambung

Infeksi bakteri H. pylori telah terbukti memiliki hubungan yang kuat


dengan penyakit tukak lambung. Berikut adalah informasi mengenai hubungan
tersebut menurut Malfertheiner P et.al, 2017 :

1. Penyebab utama tukak lambung: Helicobacter pylori diakui sebagai


penyebab utama tukak lambung. Bakteri ini menginfeksi lapisan pelindung
lambung dan usus dua belas jari, yang dapat menyebabkan peradangan dan
merusak jaringan di dinding lambung. Infeksi H. pylori ditemukan pada
sebagian besar penderita tukak lambung.

11
2. Penetrasi mukosa lambung: H. pylori memiliki kemampuan untuk
menembus lapisan mukosa lambung dan menghasilkan faktor virulensi
seperti enzim urease dan faktor sitotoksin yang merusak sel-sel epitel
lambung. Hal ini menyebabkan kerusakan pada lapisan pelindung lambung
dan meningkatkan risiko terjadinya tukak.
3. Stimulasi produksi asam lambung: Infeksi H. pylori merangsang produksi
asam lambung yang berlebihan. Bakteri ini merangsang sel-sel lambung
untuk memproduksi asam hidroklorik yang lebih banyak, yang dapat
menyebabkan kerusakan pada lapisan mukosa lambung dan meningkatkan
risiko terjadinya tukak.
4. Pengaruh imunologis dan inflamasi: Infeksi H. pylori menyebabkan
respons imunologis dan peradangan di lambung. Respon imun ini dapat
menyebabkan kerusakan jaringan lambung dan meningkatkan risiko
terjadinya tukak.

Namun tidak semua individu yang terinfeksi H. pylori akan


mengembangkan tukak lambung. Faktor-faktor lain seperti faktor genetik,
gaya hidup, penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), dan faktor
lingkungan juga dapat mempengaruhi apakah infeksi H. pylori akan
menyebabkan perkembangan tukak lambung.

H. Faktor Risiko

Faktor risiko penyakit tukak lambung dapat dibagi menjadi beberapa


kategori, yaitu:

1. Faktor Risiko Lingkungan:


a. Infeksi Helicobacter pylori: Infeksi bakteri H. pylori merupakan faktor
risiko utama dalam perkembangan tukak lambung.
b. Paparan bahan kimia tertentu: Paparan jangka panjang terhadap bahan
kimia seperti asam empedu atau logam berat tertentu dapat
meningkatkan risiko tukak lambung.

12
2. Faktor Risiko Gaya Hidup:
a. Penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID): Penggunaan
jangka panjang NSAID dapat menyebabkan iritasi pada dinding
lambung dan meningkatkan risiko tukak lambung.
b. Konsumsi alkohol: Konsumsi alkohol dalam jumlah berlebihan dapat
merusak lapisan pelindung lambung dan meningkatkan risiko tukak
lambung.
c. Merokok: Merokok dapat meningkatkan produksi asam lambung dan
memengaruhi fungsi katup antara lambung dan kerongkongan.

3. Faktor Risiko Genetik:


Variasi genetik dalam sistem kekebalan tubuh, produksi asam
lambung, dan faktor pertumbuhan epitel dapat mempengaruhi kerentanan
seseorang terhadap infeksi H. pylori dan perkembangan tukak lambung.

4. Faktor Risiko Medis:


a. Penggunaan jangka panjang steroid: Penggunaan steroid dapat
meningkatkan risiko tukak lambung.
b. Riwayat tukak lambung sebelumnya: Orang yang pernah mengalami
tukak lambung sebelumnya memiliki risiko lebih tinggi untuk
mengalami tukak kembali.
c. Penyakit lain: Beberapa kondisi medis seperti GERD, penyakit Crohn,
dan penyakit Zollinger-Ellison dapat meningkatkan risiko tukak
lambung.

5. Faktor Risiko Usia dan Jenis Kelamin:


a. Usia: Risiko tukak lambung cenderung meningkat seiring
bertambahnya usia.
b. Jenis Kelamin: Pria memiliki risiko tukak lambung yang sedikit lebih
tinggi daripada wanita.

13
I. Strategi Pencegahan dan Pengendalian
Untuk mengurangi risiko penyakit tukak lambung, berikut adalah
beberapa strategi pengendalian dan pencegahan yang efektif yang dapat
dilakukan. Beberapa strategi pencegahan yang efektif untuk mengurangi risiko
penyakit tukak lambung adalah sebagai berikut:

1. Pemberantasan Infeksi Helicobacter pylori:


a. Tes dan pengobatan: Tes untuk deteksi infeksi H. pylori dapat
dilakukan, dan jika positif, pengobatan antibiotik yang sesuai dapat
diberikan.
b. Pencegahan penyebaran: Mencuci tangan dengan baik, menghindari
makanan atau air yang tidak higienis. Menjaga higienitas makanan
yang dikonsumsi dan lingkungan hidup.

2. Penggunaan Obat Antiinflamasi Nonsteroid (NSAID) dengan hati-hati:


a. Konsultasikan dengan dokter: Jika membutuhkan penggunaan jangka
panjang NSAID, konsultasikan dengan dokter untuk memastikan dosis
yang tepat dan mempertimbangkan pemberian obat tambahan untuk
melindungi lapisan lambung. Dokter mungkin akan meresepkan obat
pelindung kambung seperti penghambat pompa proton (PPI) atau
antagonist reseptor histamin H2 untuk melindungi dinding lambung.
b. Alternatif NSAID: Jika memungkinkan, pertimbangkan penggunaan
alternatif NSAID yang lebih aman untuk saluran pencernaan, seperti
COX-2 inhibitor.

3. Perubahan Gaya Hidup:


a. Makan makanan seimbang dan menjaga berat badan yang sehat
b. Hindari konsumsi alkohol yang berlebihan: Batasi konsumsi alkohol
dan hindari minum berlebihan.
c. Berhenti merokok: Berhenti merokok untuk mengurangi risiko tukak
lambung dan penyakit lainnya yang terkait dengan merokok.

14
d. Mengelola stres: Praktikkan teknik relaksasi seperti meditasi, yoga,
atau olahraga untuk mengurangi stres yang dapat memengaruhi
kesehatan lambung.

4. Menghindari faktor risiko lingkungan


Hindari paparan bahan kimia berbahaya seperti asam empedu atau logam
berat yang dapat merusak lapisan pelindung lambung.

5. Menghindari Pemicu Potensial:


a. Hindari makanan pedas, asam, atau berlemak tinggi jika mengalami
gejala iritasi lambung.
b. Batasi konsumsi kafein dan minuman berkarbonasi.
c. Hindari makanan atau minuman yang memicu gejala GERD
(gastroesophageal reflux disease).

6. Perhatian terhadap Efek Samping Obat Lain:


a. Jika menggunakan obat tertentu yang memiliki efek samping potensial
pada lambung, seperti kortikosteroid, pastikan untuk berkonsultasi
dengan dokter dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang
diperlukan.
b. Menghindari penggunaan steroid jangka panjang: Jika menggunakan
steroid jangka panjang, pastikan untuk berkonsultasi dengan dokter
tentang dosis yang tepat dan pemantauan yang diperlukan untuk
mengurangi risiko tukak lambung.

7. Edukasi dan kesadaran:


Meningkatkan pemahaman tentang faktor risiko, gejala, dan cara
pencegahan tukak lambung dapat membantu dalam pengendalian penyakit
ini. Edukasi masyarakat dan kesadaran akan pentingnya pencegahan dapat
mengurangi jumlah kasus tukak lambung.
Beberapa obat-obatan penangkal sekresi asam berlebihan dan
kerusakan mukus adalah sebagai berikut:
1. Antasida

15
Obat ini digunakan untuk menghilangkan keluhan nyeri dan obat
dispepsia dengan dosis lebih tinggi dan digunakan dalam jangka waktu
lebih lama dan lebih sering dengan komplikasi diare yang mungkin terjadi
karena mengandung magnesium dan alumunium yang dapat menyebabkan
konstipasi.
2. H2 receptor Antagonist (H2RA)
Obat ini berperan menghambat pengaruh histamin sebagai
mediator untuk mengurangi sekresi asam melalui reseptor histamin-2 pada
sel parietal. Jenis preparate yang digunakan seperti Cimetidin, Ranitidin,
dan Famotidin.
3. Protont pump inhibitor (PPI)
Obat untuk tukak lambung yang diberikan sebelum sarapan pagi
atau jika perlu sebelum makan malam juga diberikan. PPI memblokir kerja
enzim KH ATPase yang menghasilkan energi untuk mengeluarkan asam.
PPI yang biasa digunakan yaitu Omeprazol, Lansoprazol, Rabeprazol,
Pantoprazol, dan Esomeprazol.
4. Koloid Bismuth
Mekanisme kerja membentuk lapisan bersama protein pada dasar
ulkus dan melindungi dari pepsin dan asam. Efek samping tinja berwarna
kehitaman sehingga menimbulkan keraguan dengan perdarahan.
5. Sukralfat
Mekanisme kerja membentuk lapisan fisikokemikal pada dasar tukak yang
melindungi tukak dari pepsin dan asam. Efek samping yaitu konstipasi,
mual dan mulut kering.
6. Prostaglandin
Mekanisme kerja mengurangi sekresi asam lambung, menambah
sekresi mucus, bikabornat, dan meningkatkan aliran darah mukosa serta
pertahanan dan perbaikan mukosa. Biasanya digunakan sebagai penangkal
tukak lambung pada pasien yang menggunakan NSAID (Taringan, 2014).

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Peptic ulcer atau tukak lambung adalah penyakit dengan gangguan
pada saluran gastrointestinal atas yang disebabkan oleh asam lambung dan
pepsin yang di sekresi berlebihan oleh mukosa lambung. Tukak lambung di
sebabkan oleh infeksi Helicobacter pylori dan obat anti inflamasi non steroid
(NSAID). Gejala dari tukak lambung adalah nyeri ulu hati, nyeri perut, mual
muntah, perubahan nafsu makan, perdarahan gastrointestinal, dan anemia.
Faktor lingkungan, gaya hidup, genetik, risiko medis, usia, dan jenis kelamin
juga dapat menyebabkan terjadinya penyakit tukak lambung. Upaya
pencegahan dan pengendalian yang dilakukan adalah dengan melakukan
pemberantasan infeksi Helicobacter Pylori, penggunaan obat antiinflamasi
nonsteroid (NSAID) dengan hati-hati, perubahan gaya hidup, menghindari
faktor risiko lingkungan, menghindari pemicu potensial, perhatian terhadap
efek samping obat lain, dan meningkatkan edukasi juga kesadaran.

B. Saran
Semoga pembuatan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Kami
selaku penulis memohon adanya kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini.

17
DAFTAR PUSTAKA

Cheung KS, Leung WK. (2019). Gastrointestinal bleeding: An overview of the


common causes and management. Med Princ Pract. 28(5):401-412.

Gulo, A. Y. (2019). Pengaruh Kecepatan Pembentukan Tukak Lambung Terhadap


Pemberian Berbagai Golongan NSAID Pada Tikus Jantan. Kesehatan Deli
Husada Deli Tua I, 1(2):8–17.
https://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JFM/article/%0Aview/147%0D

Lanas Á, Chan FKL. (2017). Peptic ulcer disease. Lancet. 390(10094):613-624.


doi: 10.1016/S0140-6736(16)32404-7.

Luksi, L. I., Nurcahyo, H., & Santoso, J. (2020). Evaluasi Penggunaan Obat
Tukak Lambung. Ejournal.Poltektegal, 7(1), 1–6.

Malfertheiner P, Chan FK, McColl KE.(2009). Peptic ulcer disease. Lancet.


374(9699):1449-1461. doi: 10.1016/S0140-6736(09)60938-7

Malfertheiner P, Megraud F, O'Morain CA, et al. (2017). Management of


Helicobacter pylori infection-the Maastricht V/Florence Consensus
Report. Gut. 66(1):6-30.

Pratiwi, A. D. (2020). Efek Gastroprotektor Madu Terhadap Penyembuhan Tukak


Lambung. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 11(1), 512–516.
https://doi.org/10.35816/jiskh.v11i1.340

Samiasih, A. (2021). Proses Terjadinya Tukak Lambung Dan Pencegahannya


Dalam Perspektif Penelitian Laboratorik (Khoiriyah & A. Rahmawati
(eds.)). Unimus Press.

Shim, Y., & Kim, N. (2016). Nonsteroidal Anti-inflammatory Drug and Aspirin-
induced Peptic Ulcer Disease. Korean J Gastroenterol.
https://synapse.koreamed.org/articles/1007518

18
Taringan, P. (2014) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th edn. Edited by S. Setiati
et al. Jakarta: Interna Publishing.

Vaira, D., Holton, J., Miglioli, M., Menegatti, M., Mule, P., & Barbara, L. (2018).
Peptic Ulcer Disease and Helicobacter pylori infection. Mo Med,
115(3):219. /pmc/articles/PMC6140150/

Xie, X. et al. (2022). The global, regional and national burden of peptic ulcer
disease from 1990 to 2019: a population-based study. BMC
Gastroenterology, 22(1), 1–13. Diakses dari:
https://doi.org/10.1186/s12876-022-02130-2.

Zahra, H. et al. (2022). Aktivitas Antiulseratif Berbagai Tanaman Herbal dan


Prospek Masa Depan. Jurnal Sains dan Kesehatan. 4(3):343-353. Diakses
dari: https://jsk.farmasi.unmul.ac.id

19

You might also like