Professional Documents
Culture Documents
Bab Ii
Bab Ii
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Industri Farmasi
Industri farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri
Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat
(Menteri Kesehatan RI, 2010). Berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Kesehatan No. 245/MenKes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata Cara
Pelaksanaan Pemberian Izin Usaha Industri Farmasi, Industri Farmasi adalah
Industri Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Industri Farmasi dalam
seluruh aspek dan rangkaian kegiatan pembuatan obat dan atau bahan obat
harus menerapkan Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).
CPOB adalah cara pembuatan obat yang bertujuan untuk memastikan
agar mutu obat yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan tujuan
penggunaan (Menteri Kesehatan RI, 2010). Industri farmasi merupakan
industri yang diatur secara ketat (seperti registrasi, Cara Pembuatan Obat
yang Baik, distribusi dan perdagangan produk yang dihasilkan, dan lain-lain)
karena menyangkut jiwa (nyawa) manusia. Perusahaan industri farmasi wajib
memperoleh izin usaha industri farmasi, karena itu industri tersebut wajib
memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.
Persyaratan industri farmasi tercantum dalam Surat Keputusan
Menteri Kesehatan RI No. 245//Menkes/SK/V/1990 adalah sebagai berikut :
a. Industri farmasi merupakan suatu perusahaan umum, badan hukum
berbentuk Perseroan Terbatas atau Koperasi.
b. Memiliki rencana investasi.
c. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
d. Industri farmasi obat jadi dan bahan baku wajib memenuhi persyaratan
CPOB sesuai dengan ketentuan SK Menteri Kesehatan No.
43/Menkes/SK/II/1988.
4
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Islam Indonesia
PT. Molex Ayus
Periode Bulan November 2014
e. Industri farmasi obat jadi dan bahan baku, wajib mempekerjakan secara
tetap sekurang-kurangnya 3 orang apoteker Warga Negara Indonesia,
masing-masing sebagai penanggung jawab produksi, penanggung jawab
penjaminan mutu dan penanggung jawab pengawasan mutu sesuai dengan
persyaratan CPOB.
f. Obat jadi yang diproduksi oleh industri farmasi hanya dapat diedarkan
setelah memperoleh izin edar sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku (Menteri Kesehatan, 1990).
5
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Islam Indonesia
PT. Molex Ayus
Periode Bulan November 2014
2. Personalia
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan
penerapan sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat
yang benar. Oleh sebab itu industri farmasi bertanggung jawab untuk
menyediakan personil yang terkualifikasi dalam jumlah yang memadai
untuk melaksanakan semua tugas. Tiap personil hendaklah memahami
tanggung jawab masing-masing dan dicatat. Seluruh personil hendaklah
memahami prinsip CPOB serta memperoleh pelatihan awal dan
berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yang berkaitan
dengan pekerjaannya (Anonim, 2012).
Personil Kunci mencakup kepala bagian Produksi, kepala bagian
Pengawasan Mutu dan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu).
Posisi utama tersebut dijabat oleh personil purnawaktu. Kepala bagian
Produksi dan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu)/kepala
bagian Pengawasan Mutu harus independen satu terhadap yang
lain(Anonim, 2012).
Struktur organisasi industri farmasi hendaklah sedemikian rupa
sehingga bagian produksi, pengawasan mutu, manajemen mutu (pemastian
mutu) dipimpin oleh orang yang berbeda serta tidak saling bertanggung
jawab satu terhadap yang lain. Masing-masing personil hendaklah diberi
wewenang penuh dan sarana yang memadai yang diperlukan untuk dapat
melaksanakan tugasnya secara efektif(Anonim, 2012).
6
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Islam Indonesia
PT. Molex Ayus
Periode Bulan November 2014
7
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Islam Indonesia
PT. Molex Ayus
Periode Bulan November 2014
8
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Islam Indonesia
PT. Molex Ayus
Periode Bulan November 2014
A 3.520 20 3.520 20
d. Area Penyimpanan
Area penyimpanan hendaklah memiliki kapasitas yang
memadai untuk menyimpan dengan rapi dan teratur berbagai macam
bahan dan produk seperti bahan awal dan bahan pengemas, produk
antara, produk ruahan dan produk jadi, produk dalam status karantina,
produk yang telah diluluskan, produk yang ditolak, produk yang
dikembalikan atau produk yang ditarik dari peredaran. Area
penyimpanan hendaklah didesain atau disesuaikan untuk menjamin
kondisi penyimpanan yang baik, terutama area tersebut hendaklah
bersih, kering dan mendapat penerangan yang cukup serta dipelihara
dalam batas suhu yang ditetapkan(Anonim, 2012).
4. Peralatan
a. Desain dan Konstruksi
Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan
konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan
dikualifikasi dengan tepat, agar mutu obat terjamin sesuai desain serta
seragam dari bets ke bets dan untuk memudahkan pembersihan serta
perawatan agar dapat mencegah kontaminasi silang, penumpukan debu
9
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Islam Indonesia
PT. Molex Ayus
Periode Bulan November 2014
atau kotoran dan, hal-hal yang umumnya berdampak buruk pada mutu
produk(Anonim, 2012).
Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan awal,
produk antara atau produk jadi tidak boleh menimbulkan reaksi, adisi
atau absorbsi yang dapat memengaruhi identitas, mutu atau kemurnian
diluar batas yang ditentukan. Bahan yang diperlukan untuk peng-
operasian alat khusus, misalnya pelumas atau pendingin tidak boleh
bersentuhan dengan bahan yang sedang diolah sehingga tidak
memengaruhi identitas, mutu atau kemurnian bahan awal, produk antara
ataupun produk jadi(Anonim, 2012).
Peralatan manufaktur hendaklah didesain sedemikian rupa agar
mudah dibersihkan. Peralatan tersebut hendaklah dibersihkan sesuai
prosedur tertulis yang rinci serta disimpan dalam keadaan bersih dan
kering. Peralatan pencucian dan pembersihan hendaklah dipilih dan
digunakan agar tidak menjadi sumber pencemaran(Anonim, 2012).
Peralatan produksi yang digunakan hendaklah tidak berakibat
buruk pada produk. Bagian alat produksi yang bersentuhan dengan
produk tidak boleh bersifat reaktif, aditif atau absorbtif yang dapat
mempengaruhi mutu dan berakibat buruk pada produk. Semua peralatan
khusus untuk pengolahan bahan mudah terbakar atau bahan kimia atau
yang ditempatkan di area dimana digunakan bahan mudah terbakar,
hendaklah dilengkapi dengan perlengkapan elektris yang kedap eksplosi
serta dibumikan dengan benar(Anonim, 2012).
b. Pemasangan dan penempatan
Peralatan hendaklah dipasang sedemikian rupa untuk mencegah
risiko kesalahan atau kontaminasi. Peralatan satu sama lain hendaklah
ditempatkan pada jarak yang cukup untuk menghindarkan kesesakan
serta memastikan tidak terjadi kekeliruan dan ketercampuran produk.
Tiap peralatan utama hendaklah diberi tanda dengan nomor identitas
yang jelas. Nomor ini dicantumkan di dalam semua perintah dan catatan
bets untuk menunjukkan unit atau peralatan yang digunakan pada
10
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Islam Indonesia
PT. Molex Ayus
Periode Bulan November 2014
11
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Islam Indonesia
PT. Molex Ayus
Periode Bulan November 2014
a. Higiene Perorangan
Untuk menjamin perlindungan produk dari pencemaran dan
untuk keselamatan personil, hendaklah personil mengenakan pakaian
pelindung yang bersih dan sesuai dengan tugasnya termasuk penutup
rambut. Pakaian kerja kotor dan lap pembersih kotor (yang dapat
dipakai ulang) hendaklah disimpan dalam wadah tertutup hingga saat
pencucian, dan bila perlu, didisinfeksi atau disterilisasi. Prosedur
higiene perorangan termasuk persyaratan untuk mengenakan pakaian
pelindung hendaklah diberlakukan bagi semua personil yang
memasuki area produksi, baik karyawan purnawaktu, paruh waktu
atau bukan karyawan yang berada di area pabrik, misal karyawan
kontraktor, pengunjung, anggota manajemen senior dan
inspektur(Anonim, 2012).
b. Sanitasi bangunan dan fasilitas
Bangunan yang digunakan untuk pembuatan obat hendaklah
didesain dan dikonstruksi dengan tepat untuk memudahkan sanitasi
yang baik. Hendaklah tersedia dalam jumlah yang cukup sarana toilet
dengan ventilasi yang baik dan tempat cuci bagi personil yang
letaknya mudah diakses dari area pembuatan. Hendaklah disediakan
sarana yang memadai untuk penyimpanan pakaian personil dan milik
pribadinya di tempat yang tepat. Penyiapan, penyimpanan dan
konsumsi makanan dan minuman hendaklah dibatasi di area khusus,
misalnya kantin dan hendaklah memenuhi standar saniter (Anonim,
2012).
c. Pembersihan dan Sanitasi Peralatan
Setelah digunakan, peralatan hendaklah dibersihkan baik
bagian luar maupun bagian dalam sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan, serta dijaga dan disimpan dalam kondisi yang bersih. Tiap
kali sebelum dipakai, kebersihannya diperiksa untuk memastikan
bahwa semua produk atau bahan dari bets sebelumnya telah
dihilangkan. Metode pembersihan dengan cara vakum atau cara basah
12
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Islam Indonesia
PT. Molex Ayus
Periode Bulan November 2014
13
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Islam Indonesia
PT. Molex Ayus
Periode Bulan November 2014
tertulis dan bila perlu dicatat. Seluruh bahan yang diterima hendaklah
diperiksa untuk memastikan kesesuaiannya dengan pesanan. Wadah
hendaklah dibersihkan dimana perlu dan diberi penandaan dengan data
yang diperlukan(Anonim, 2012).
Bahan yang diterima dan produk jadi hendaklah dikarantina secara
fisik atau administratif segera setelah diterima atau diolah, sampai
dinyatakan lulus untuk pemakaian atau distribusi. Produk antara dan
produk ruahan yang diterima hendaklah ditangani seperti penerimaan
bahan awal. Semua bahan dan produk jadi hendaklah disimpan pada
kondisi seperti yang ditetapkan pabrik pembuat dan disimpan secara
teratur untuk memudahkan segregasi antar bets dan rotasi stok(Anonim,
2012).
a. Bahan Awal
Pembelian bahan awal hendaklah hanya dari pemasok yang
telah disetujui dan memenuhi spesifikasi yang relevan, dan bila
memungkinkan, langsung dari produsen. Dianjurkan agar spesifikasi
yang dibuat oleh pabrik pembuat untuk bahan awal dibicarakan
dengan pemasok. Sangat menguntungkan bila semua aspek produksi
dan pengawasan bahan awal tersebut, termasuk persyaratan
penanganan, pemberian label dan pengemasan, juga prosedur
penanganan keluhan dan penolakan, dibicarakan dengan pabrik
pembuat dan pemasok. Sampel bahan awal hendaklah diuji
pemenuhannya terhadap spesifikasi. Dalam keadaan tertentu,
pemenuhan sebagian atau keseluruhan terhadap spesifikasi dapat
ditunjukkan dengan sertifikat analisis yang diperkuat dengan
pemastian identitas yang dilakukan sendiri(Anonim, 2012).
b. Validasi Proses
Studi validasi hendaklah memperkuat pelaksanaan CPOB dan
dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Hasil validasi
dan kesimpulan hendaklah dicatat. Hendaklah secara kritis dilakukan
revalidasi secara periodik untuk memastikan bahwa proses dan
14
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Islam Indonesia
PT. Molex Ayus
Periode Bulan November 2014
15
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Islam Indonesia
PT. Molex Ayus
Periode Bulan November 2014
7. Pengawasan Mutu
Pengawasan Mutu merupakan bagian yang esensial dari Cara
Pembuatan Obat yang Baik untuk memberikan kepastian bahwa produk
secara konsisten mempunyai mutu yang sesuai dengan tujuan
pemakaiannya. Keterlibatan dan komitmen semua pihak yang
berkepentingan pada semua tahap merupakan keharusan untuk mencapai
sasaran mutu mulai dari awal pembuatan sampai kepada distribusi produk
jadi (Anonim, 2012).
Pengawasan Mutu mencakup pengambilan sampel, spesifikasi,
pengujian serta termasuk pengaturan, dokumentasi dan prosedur pelulusan
yang memastikan bahwa semua pengujian yang relevan telah dilakukan,
dan bahan tidak diluluskan untuk dipakai atau produk diluluskan untuk
dijual, sampai mutunya telah dibuktikan memenuhi persyaratan.
Pengawasan Mutu tidak terbatas pada kegiatan laboratorium, tapi juga
harus terlibat dalam semua keputusan yang terkait dengan mutu produk.
Ketidaktergantungan Pengawasan Mutu dari Produksi dianggap hal yang
fundamental agar Pengawasan Mutu dapat melakukan kegiatan dengan
memuaskan(Anonim, 2012).
a. Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel merupakan kegiatan penting. Keabsahan
kesimpulan secara keseluruhan tidak dapat didasarkan pada pengujian
16
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Islam Indonesia
PT. Molex Ayus
Periode Bulan November 2014
yang dilakukan terhadap sampel yang tidak mewakili satu bets. Oleh
karena itu cara pengambilan sampel yang benar adalah bagian yang
penting dari sistem Pemastian Mutu(Anonim, 2012).
b. Bahan Awal
Pengambilan bahan awal hendaklah dilakukan menurut pola di
bawah ini(Anonim, 2013):
1) Pola n : hanya jika bahan yang akan diambil sampelnya
diperkirakan homogeny dan diperoleh dari pemasok yang disetujui.
Sampel dapat diambil dari bagian manapun dari wadah (umumnya
dari lapisan atas).
Dimana n = 1 + √ N
n = jumlah wadah yang dibuka / diambil sampelnya
N= jumlah wadah yang diterima
Catatan:
Apabila N ≤ 4 , maka sampel diambil dari tiap wadah
17
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Islam Indonesia
PT. Molex Ayus
Periode Bulan November 2014
18
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Islam Indonesia
PT. Molex Ayus
Periode Bulan November 2014
19
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Islam Indonesia
PT. Molex Ayus
Periode Bulan November 2014
10. Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan
dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian
mutu. Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan
bahwa tiap personil menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan
rinci sehingga memperkecil risiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang
biasanya timbul karena hanya mengandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi,
20
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Islam Indonesia
PT. Molex Ayus
Periode Bulan November 2014
21
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Islam Indonesia
PT. Molex Ayus
Periode Bulan November 2014
22
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Islam Indonesia
PT. Molex Ayus
Periode Bulan November 2014
23
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Islam Indonesia
PT. Molex Ayus
Periode Bulan November 2014
24
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Islam Indonesia
PT. Molex Ayus
Periode Bulan November 2014
b. Validasi(Anonim, 2012)
1) Validasi Proses
Pada umumnya validasi proses dilakukan sebelum produk
dipasarkan (validasi prospektif). Dalam keadaan tertentu, jika hal di
atas tidak memungkinkan, validasi dapat juga dilakukan selama
proses produksi rutin dilakukan (validasi konkuren). Proses yang
sudah berjalan hendaklah juga divalidasi (validasi retrospektif).
Fasilitas, sistem dan peralatan yang digunakan hendaklah telah
terkualifikasi dan metode analisis hendaklah divalidasi. Personil
yang melakukan validasi hendaklah mendapat pelatihan yang
sesuai. Fasilitas, sistem, peralatan dan proses hendaklah dievaluasi
secara berkala untuk verifikasi bahwa fasilitas, sistem, peralatan
dan proses tersebut masih bekerja dengan baik.
a) Validasi Prospektif
Validasi prospektif hendaklah mencakup, tapi tidak
terbatas pada hal berikut:
(a) Uraian singkat suatu proses;
(b) Ringkasan tahap kritis proses pembuatan yang harus
diinvestigasi.
(c) Daftar peralatan/fasilitas yang digunakan termasuk alat
ukur, pemantau dan pencatat serta status kalibrasinya.
(d) Spesifikasi produk jadi untuk diluluskan.
(e) Daftar metode analisis yang seharusnya
(f) Usul pengawasan selama-proses dan kriteria penerimaan.
(g) Pengujian tambahan yang dilakukan termasuk kriteria
penerimaan dan validasi metode analisis, bila diperlukan.
(h) Pola pengambilan sampel (lokasi dan frekuensi).
(i) Metode pencatatan dan evaluasi hasil
(j) Fungsi dan tanggung jawab
(k) Jadwal yang diusulkan;
b) Validasi Konkuren
25
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Islam Indonesia
PT. Molex Ayus
Periode Bulan November 2014
26
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Islam Indonesia
PT. Molex Ayus
Periode Bulan November 2014
27
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Islam Indonesia
PT. Molex Ayus
Periode Bulan November 2014
28
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Islam Indonesia
PT. Molex Ayus
Periode Bulan November 2014
D. Pergudangan
Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi dan operasi
industri farmasi yang berfungsi untuk menyimpan bahan, bahan baku, bahan
kemas dan obat jadi yang belum didistribusikan. Selain untuk penyimpanan,
gudang juga berfungsi untuk melindungi bahan (baku, pengemas, dan obat
jadi) dari pengaruh luar dan binatang pengerat, serangga dan melindungi obat
dari kerusakan(Slamet, Lucky, 2006).
Syarat-syarat gudang (sesuai CPOB 2006) :
1. Harus ada Prosedur Tetap (protap) yang mengatur/tata cara kerja bagian
gudang, termasuk didalamnya mencakup tentang tata cara penerimaan
bahan, penyimpanan dan distribusi bahan/produk.
2. Gudang harus cukup luas, terang dan dapat menyimpan bahan dalam
keadaan kering, bersuhu sesuai dengan persyaratan, bersih dan teratur.
3. Harus terdapat tempat khusus untuk menyimpan bahan yang mudah
terbakar atau meledak (misal alkohol atau pelarut-pelarut organik)
4. Tersedia tempat khusus untuk produk atau bahan dalam status “karantina”
dan “ditolak”.
5. Tersedia tempat khusus untuk melakukan sampling (sampling room)
dengan kualitas ruangan seperti ruang produksi (grey area).
6. Pengeluaran bahan baku harus menggunakan prinsip FIFO (First In First
Out) FEFO (First Expired First Out).
7. Ada program “Pest Control” yang terdokumentasi.
8. Khusus untuk LABEL, harus terkunci(Priyambodo, 2007).
Gudang meliputi gudang bahan baku, pengemas, dan obat jadi. Fungsi
gudang adalah melindungi bahan dari pengaruh luar dan binatang pengerat,
serangga, dan melindungi obat dari kerusakan. Gudang biasanya memiliki
persyaratan suhu dan kelembaban yang harus selalu dapat diawasi. Dalam hal
ini aspek yang perlu dipertimbangkan antara lain: lokasi dan/atau jumlah titik
pengawasan suhu yang dapat mewakili kondisi ruangan. Alat ukur tersebut
juga harus memiliki standar ukuran yang sudah terkalibrasi). Dan yang
29
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Islam Indonesia
PT. Molex Ayus
Periode Bulan November 2014
E. Produksi
Produksi adalah penciptaan atau penambahan faedah, bentuk, waktu
dan tempat atas faktor-faktor produksi sehingga lebih bermanfaat bagi
pemenuhan kebutuhan manusia. Produksi hendaknya dilaksanakan dengan
mengikuti prosedur yang telah ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB
yang menjamin senantiasa menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan
mutu serta memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar (registrasi).
Produksi hendaklah dilakukan dan diawasi oleh personil yang kompeten
(Slamet, Lucky, 2006). Adapun ruang lingkup yang dimaksud yaitu
penimbangan bahan baku dan bahan pengemas, proses pengolahan, validasi
proses pengolahan, protap dan dokumen produksi(Priyambodo, 2007).
Proses produksi adalah cara atau metode untuk menciptakan atau
menambah guna suatu barang atau jasa dengan memanfaatkan sumber daya
yang ada. Proses pengolahan obat (bahan aktif) harus diberikan dalam bentuk
sediaan obat agar dapat digunakan oleh pasien secara aman, mudah, nyaman,
efisien dan memberikan efek terapi yang optimal. Adapun ruang lingkup yang
termaksud di dalamnya yaitu(Anonim, 2012):
30
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Islam Indonesia
PT. Molex Ayus
Periode Bulan November 2014
31
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Islam Indonesia
PT. Molex Ayus
Periode Bulan November 2014
7. Semua bahan dan produk jadi hendaklah disimpan pada kondisi seperti
yang ditetapkan pabrik pembuat dan disimpan secara teratur untuk
memudahkan segregasi antar bets dan rotasi stok.
8. Pemeriksaan hasil nyata dan rekonsiliasi jumlah hendaklah dilakukan
sedemikian untuk memastikan tidak ada penyimpangan dari batas yang
telah ditetapkan.
9. Pengolahan produk yang berbeda tidak boleh dilakukan secara bersamaan
atau bergantian dalam ruang kerja yang sama kecuali tidak ada risiko
terjadi kecampurbauran ataupun kontaminasi silang.
10. Produk dan bahan hendaklah dilindungi terhadap pencemaran mikroba.
11. Bila bekerja dengan bahan atau produk kering, hendaklah dilakukan
tindakan khusus untuk mencegah debu timbul serta penyebarannya. Hal ini
terutama dilakukan pada penanganan bahan yang sangat aktif atau
menyebabkan sensitisasi.
12. Selama pengolahan, semua bahan, wadah produk ruahan, peralatan atau
mesin produksi dan bila perlu ruang kerja yang dipakai hendaklah diberi
label atau penandaan dari produk atau bahan yang sedang diolah, kekuatan
(bila ada) dan nomor bets. Bila perlu, penandaan ini hendaklah juga
menyebutkan tahapan proses produksi.
13. Label pada wadah, alat atau ruangan hendaklah jelas, tidak berarti ganda
dan dengan format yang telah ditetapkan. Label yang berwarna sering kali
sangat membantu untuk menunjukkan status (misal: karantina, diluluskan,
ditolak, bersih dan lain-lain).
14. Pemeriksaan perlu dilakukan untuk memastikan pipa penyalur dan alat
lain untuk transfer produk dari satu ke tempat lain telah terhubung dengan
benar.
15. Penyimpangan terhadap instruksi atau prosedur sedapat mungkin
dihindarkan. Bila terjadi penyimpangan maka hendaklah ada persetujuan
tertulis dari kepala bagian Pemastian Mutu dan bila perlu melibatkan
bagian Pengawasan Mutu.
32
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Islam Indonesia
PT. Molex Ayus
Periode Bulan November 2014
16. Akses ke fasilitas produksi hendaklah dibatasi hanya untuk personil yang
berwenang.
17. Pada umumnya pembuatan produk non obat hendaklah dihindarkan
dibuat di area dan dengan peralatan untuk produk obat.
33
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Islam Indonesia
PT. Molex Ayus
Periode Bulan November 2014
3. Validasi
Validasi dapat didefinisikan sebagai kegiatan untuk membuktikan,
meliputi segala prosedur, proses, peralatan, material, aktivitas, ataupun
sistem yang sesuai dengan yang diharapkan. Sistem validasi membutuhkan
definisi, rancangan, rencana validasi, konstruksi, instalasi dan kualifikasi,
serta pemeliharaan. Dengan berbagai kebutuhan yang ada, maka proses
validasi ini merupakan suatu acuan bagi keberlangsungan proses produksi
di industri farmasi untuk meminimalkan kesalahan-kesalahan yang tidak
terdeteksi melalui pengawasan rutin(Wrigley, 2004).
34
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Islam Indonesia
PT. Molex Ayus
Periode Bulan November 2014
35
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Islam Indonesia
PT. Molex Ayus
Periode Bulan November 2014
36
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Islam Indonesia
PT. Molex Ayus
Periode Bulan November 2014
37
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Islam Indonesia
PT. Molex Ayus
Periode Bulan November 2014
G. Pengemasan
Pengemasan adalah seluruh kegiatan meliputi pengisian, pelabelan,
dimana produk ruahan sudah dipersiapkan untuk dijadikan sebagai produk
jadi. Pada produksi steril, kegiatan pengemasan dilakukan dengan teknik
aseptik, dengan tujuan produk yang ada tetap berada dalam kondisi steril,
sehingga kegiatan tersebut menjadi bagian dari proses pengemasan(WHO,
2004).
38
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Islam Indonesia
PT. Molex Ayus
Periode Bulan November 2014
bawah pengendalian yang ketat untuk menjaga identitas, keutuhan dan mutu
produk akhir yang dikemas. Dalam kegiatan pengemasan, harus ada perhatian
khusus untuk meminimalkan resiko terjadinya kontaminasi silang,
ketercampurbauran, maupun kekeliruan lainnya. Dalam kegiatan pengemasan
juga hendaknya terdapat prosedur tertulis yang menguraikan penerimaan dan
identifikasi produk ruahan dan bahan pengemas, pengawasan untuk menjamin
bahwa produk ruahan dan bahan pengemas yang akan digunakan adalah
benar, IPC pengemasan rekonsiliasi terhadap produk ruahan dan bahan
pengemas, serta pemeriksaan hasil akhir pengemasan. Rincian pelaksanaan
pengemasan harus dicatat dalam Catatan Pengemasan Bets (CKB) (Anonim,
2012).
Resiko kesalahan yang dapat terjadi dalam kegiatan pengemasan dapat
diperkecil dengan cara sebagai berikut (Anonim, 2012) :
1. Menggunakan label dalam gulungan;
2. Pemberian penandaan bets pada jalur pemasangan label; dengan
menggunakan alat pemindai dan penghitung label elektronik;
3. Label dan bahan cetak lain didesain sedemikian rupa sehingga masing-
masing mempunyai tanda khusus untuk tiap produk yang berbeda;
4. Melakukan pemeriksaan secara independen oleh bagian Pengawasan Mutu
selama dan pada akhir proses pengemasan.
Pengawasan pada jalur pengemasan setidaknya meliputi hal-hal
berikut ini (Anonim, 2012):
1. Tampilan kemasan secara umum
2. Apakah kemasan telah lengkap
3. Apakah produk dan bahan pengemas yang dipakai telah benar
4. Apakah prakodifikasi telah benar
5. Apakah monitor pada jalur sudah berfungsi dengan benar.
H. Distribusi
39
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Islam Indonesia
PT. Molex Ayus
Periode Bulan November 2014
40
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Islam Indonesia
PT. Molex Ayus
Periode Bulan November 2014
2. Pengolahann Air
Air merupakan salah satu aspek kritis dalam pelaksanaan CPOB.
Hal tersebut disebabkan air merupakan bahan baku dalam jumlah besar,
terutama untuk produk sirup, obat suntik cair, cairan infus, dan lain-lain.
Bila tercemar, beresiko sangat fatal bagi pemakai. Kualitas air yang
digunakan untuk produksi tergantung dari persyaratan air yang digunakan
41
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Islam Indonesia
PT. Molex Ayus
Periode Bulan November 2014
produk yang dibuat, yaitu air murni (purified water) atau air untuk injeksi
(water for injection)(Priyambodo, 2007). Mekanisme kerja Purified Water
System terdiri dari:
a. Multimedia Filter
Multimedia filter berfungsi untuk menghilangkan lumpur, endapan
dan partikel-partikel yang terdapat pada raw water. Multimedia filter ini
terdiri dari beberapa filter dengan porositas yang berbeda-beda, yaitu 6-
12 mm; 2,4-4,8 mm; 1,2-2,4 mm; dan 0,6-1,2 mm.
b. Active Carbon Filter
Active Carbon Filter merupakan karbon yang telah diaktifkan
dengan menggunakan uap bertekanan tinggi atau karbon dioksida.
Karbon ini berfungsi sebagai pre-treatment sebelum proses de-ionisasi
untuk menghilangkan chlorine, chloramines, benzene, pestisida, bahan-
bahan organik, warna, bau dan rasa.
c. Water Softener Filter
Water Softener Filter berisi resin anionik yang berfungsi untuk
menghilangkan atau menurunkan kesadahan.
d. Reverse Osmosis
Reverse Osmosis merupakan teknik pembuatan air murni yang
dapat menurunkan hingga 95% Total Dissolve Solids di dalam air.
e. EDI (Electronik De-Ionization)
EDI merupakan perkembangan dari Ion Exchange system yang
menggunakan elektroda dan resin sebagai pengikat ion (-) dan (+).
Elektroda ini dihubungkan dengan arus listrik searah sehingga proses
pemurnian air dapat berlangsung terus menerus tanpa perlu regenerasi.
f. Looping System
CPOB mensyaratkan bahwa air yang digunakan untuk proses
produksi harus disirkulasi 24 jam. Untuk itu purified water system harus
dilengkapi dengan looping system.
42
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Islam Indonesia
PT. Molex Ayus
Periode Bulan November 2014
43
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Islam Indonesia
PT. Molex Ayus
Periode Bulan November 2014
ke ruang produksi sehingga tekanan dan pola aliran udara yang masuk
ke ruang produksi dapat dikontrol.
3. Filter
Filter merupakan bagian dari AHU yang berfungi untuk
mengendalikan dan mengontrol jumlah partikel dan mikroorganisme
(partikel asing) yang dapat mengkontaminasi udara yang masuk
kedalam ruang produksi. Filter yang digunakan untuk AHU dibagi
menjadi Prefilter (efisiensi penyaringan 35%), medium filter ( efisiensi
penyaringan 95%), HEPA filter (efisiensi penyaringan 99,997%).
4. Ducting
Saluran tertutup tempat mengalirnya udara yang
menghubungkan blower dengan ruangan produksi. Ducting terdiri dari
saluran udara yang masuk dan saluran udara yang keluar dari ruang
produksi dan dilapisi insulator untuk menahan penetrasi panas dari
udara luar.
5. Dumper
Dumper berfungsi mengatur jumlah (debit) udara yang
dipindahkan ke dalam maupun yang keluar dari produksi. Besar
kecilnya debit udara yang dipindahkan dapat diatur sesuai dengan
pengaturan tertentu pada dumper.
Supply udara yang akan disalurkan ke ruang produksi berasal
dari 2 sumber yaitu :
1. Berasal dari udara yang disirkulasi kembali (sebanyak 80%).
2. Berasal dari udara bebas/fresh air (sebanyak 20%).
Supply udara tersebut kemudian melewati filter yang terdapat di dalam
filter house, yang terdiri dari pre-filter yang memiliki efisiensi
penyaringan sebesar 35%, dan medium filter yang memiliki efisiensi
penyaringan sebesar 95%. Selanjutnya supply udara ini melewati
cooling coil yang akan menurunkan suhu dan kelembaban relative
udara. Kemudian udara dipompa dengan menggunakan static pressure
fan ke dalam ruang produksi melalui ducting. Jumlah udara yang masuk
44
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Islam Indonesia
PT. Molex Ayus
Periode Bulan November 2014
45