You are on page 1of 6

Pengaruh pondasi pada pompa centrifugal

Saya mendapat banyak email yang menanyakan bagaimana merencanakan pondasi untuk
mesin-mesin, terutama yang mengeluarkan getaran. Untuk itu, saya tulis artikel ini sebagai
sumbang saran bagi design engineer yang berkutat di perencanaan pondasi mesin. Dan saya
ingin membagi pengalaman rekayasa dan desain tentang serba serbi pondasi dangkal
khususnya untuk pondasi mesin (rotating equipment) secara umum saja.

Rotating equipment (RE), -saya cenderung memakai istilah RE saja diartikel ini untuk lebih
spesifik dibanding kata “mesin”-, yang harus diletakkan langsung diatas pondasi beton,
banyak macam jenisnya. Dan tiap jenis RE dapat memberikan efek yang harus
diperhitungkan dalam mendesain pondasi pendukungnya.
Jenis RE yang sering dijumpai dalam plant/kilang Migas/Petrokimia/Refinery misalnya
adalah:

1. Kompresor (Reciprocating dan Centrifugal).


2. Turbin (Gas dan Uap/Steam)
3. Pompa (Rotary dan Reciprocating)
4. Genset (biasanya hanya sebagai back up dari system catu daya listrik kilang).

Untuk rekayasa keteknikan pondasi RE ini, sebaiknya kita mempersenjatai diri dengan
membaca beberapa referensi dari beberapa Code dan Standard internasional misalnya:
ASME B 73.1 M, ACI 207.2R, ACI 318 dan ACI 318R, ACI 504, kemudian serial API
seperti API STD (610, 611, 612, 613, 616, 617, 618, 672, 674, 676, 677) & API RP 6869.
Baik juga ditambah ISO 2631-1 & 2631-2 dan PIP REIE 686 & PIP STC 01015.

Sedangkan untuk pemahaman lebih lanjut, silahkan dibuka referensi kepustakaan seperti
Design of Structures and Foundations for Vibrating Machines oleh Suresh C Arya, Michael
O’Neill & George Pincus, juga Foundation Engineering Handbook oleh Hans F Winterkon &
Hsai Yang Fang, plus Foundation Design for Vibration Machines oleh Suresh C Arya,
Roland P Drewyer & George Pincus.

Sekedar mengingatkan dalam mendesain pondasi untuk RE yang mengeluarkan vibrasi, saya
kutipkan pendapat suhu-suhu pondasi (Suresh C Arya, Michael O’Neill dan G Pincus) bahwa
pondasi akan mengalami akibat getaran seperti berikut ini:

a. Vertical Excitation.
b. Horizontal Translation.
c. Rocking Exictation.
d. Torsional Excitation.
e. Coupled Horizontal Translation & Rocking Oscillation.

Dengan demikian, seorang design engineer harus mempertimbangkan bahwa bentuk/dimensi


dan massa pondasi serta daya dukung tanah harus benar-benar kuat untuk menahan akibat
getaran tersebut. Serta memperhitungkan faktor-faktor sekunder seperti kondisi sekeliling,
antisipasi lemahnya workmanship dari pekerja lapangan dan lain sebagainya.

Disamping itu, pengertian atas beberapa istilah teknis dan nomenklatur yang juga patut
dipahami, seperti:

a. High Tuned System (HTS) : adalah suatu sistem pondasi pendukung dimana kisaran
frekwensi mesin dibawah frekwensi natural dari sistem secara keseluruhan.
Pengaruh pondasi pada pompa centrifugal

b. Low-Tuned System (LTS): adalah suatu sistem pondasi pendukung dimana kisaran
frekwensi mesin diatas frekwensi natural dari sistem secara keseluruhan.
c. Table Top (TT): Struktur beton bertulang berketinggian untuk menopang/sebagai dudukan
RE.
d. f(n): Frekwensi natural dari system pondasi mesin dalam satuan Hertz.
e. ED: Modulus dinamis elastisitas beton dalam satuan MPa.
f. A: Batas ijin maximum getaran amplitude puncak ke puncak (peak to peak).
g. Grout: Material bersifat semen atau epoksi (epoxy) yang disediakan untuk keseragaman
pondasi pendukung dan sebagai media transfer beban dari instalasi RE diatasnya ke pondasi.
Grout diposisikan dibawah base plate/mounting plate/skid dari RE. Dan grout haruslah
mempunyai sifat non shrink (tidak berkerut).

Menurut saya, atas dasar kepraktisan dan keekonomisan, lebih baik menerapkan azas desain
Low-Tuned System (LTS) terutama untuk RE yang mempunyai RPM (revolutions per
minute) tinggi. RE dengan RPM tinggi cenderung menghasilkan frekwensi natural yang lebih
tinggi dari pada frekwensi natural pondasi beton. Selain daripada itu, LTS memiliki efek
vibrasi yang lebih rendah dari HTS.
Namun penerapan azas LTS tidak disarankan buat RE yang mempunyai RPM rendah ataupun
bervariasi. Untuk kasus seperti ini, azas HTS dianggap lebih baik.

Secara umum, rule of thumb jika kita sebagai perencana tidak ada/tidak bisa mendapatkan
data analisa dinamis (dynamic analysis) dari RE, sengaja kalimat itu saya tebalkan dan
garis bawahi sebagai catatan penting, maka langkah berikut ini bisa kita pergunakan:

a. Struktur pendukung atau pondasi untuk RE CENTRIFUGAL yang mengeluarkan output


KURANG dari 500 HP (horse power), maka berat pondasi didesain tidak boleh kurang dari 3
(tiga) kali dari berat RE secara keseluruhan. Terkecuali jika ada pemberitahuan lain dari
pabrik pembuatnya.
b. Sedangkan untuk RE RECIPROCATING yang mengeluarkan output KURANG dari 200
HP, maka berat pondasi didesain tidak boleh kurang dari 5 (lima) kali dari berat RE secara
keseluruhan. Terkecuali jika ada pemberitahuan lain dari pabrik pembuatnya.

Perbandingan rasio massa 3:1 dan 5:1 ini juga merupakan nilai empiris yang telah lama
dipakai perbandingan untuk massa pondasi terhadap massa RE/mesin. Tentu saja nilai
perbandingan tersebut bisa kita ubah menjadi lebih kecil dan tentu saja harus dibarengi
dengan perhitungan dan bukti terapan dilapangan yang cukup.
Dan meskipun pendekatan dengan metode ini merupakan best practice terhadap rule of
thumb, sebaiknya pada pendesainan tetap dilakukan analisa dinamis untuk memprediksi
perilaku pondasi akibat RE.

Patut dipertimbangkan bahwa untuk penempatan/lokasi pondasi RE haruslah terpisah dari


pondasi dan bangunan lain. Dasar pemikirannya adalah massa pondasi RE maupun efek
getaran yang dihasilkan akan memberikan stress/tekanan pembebanan terhadap pondasi dan
bangunan disampingnya dan ataupun sebaliknya jika tidak ada pemisahan.

Berbicara tentang jarak pemisahan pondasi RE terhadap struktur lain disampingnya, saya
merekomendasikan lebar ruang antara (space) minimal sebesar 2,5 kali lebar pondasi
berukuran terkecil.
Nilai ini dianggap sebagai best practice serta karena stress yang diderita tanah dibawah
struktur/pondasi lain (pada jarak ruang antara tersebut) tidak akan menimpa tanah dibawah
Pengaruh pondasi pada pompa centrifugal

pondasi RE dan sebaliknya. Pada jarak tersebut juga, dapat dihindarkan akibat negative dari
transmisi amplitudo getaran yang merugikan lewat tanah disekeliling.

Tetapi, jika nilai jarak antar tersebut tidak bisa diterapkan karena keterbatasan ruang, maka
diperlukan perhitungan teknis yang dapat memberikan indikasi bahwa transmisi amplitude
getaran masih dapat diterima. Bisa juga dipertimbangkan opsi menggunakan softboard
(misalnya gabus/Styrofoam atau bahan yang tidak rigid) atau menggunakan lapisan slurry
(campuran semen) yang dibuat seperti dinding atau bahkan sheetpiles yang diletakkan
diantara pondasi yang berdekatan. Opsi-opsi diatas tergantung dari hasil perhitungan
amplitudo getaran dan perilaku tanah. Jadi bijaklah menyikapi semua informasi yang didapat
sebelum memutuskan.

Jika pondasi RE ini terletak diarea paving/pavement atau disekeliling slab beton, maka perlu
pula diberikan isolation joint disekeliling pondasi. Untuk penerapan isolation joint ini
disarankan lebar minimum 12 mm dan kedalaman sekitar 20 mm dan material adalah sesuai
penggunaan yaitu jenis material untuk expansion joint. Untuk itu, ACI 504R (Guide for
Sealing Joints in Concrete Structures) bisa dijadikan rujukan.

Dalam menentukan seberapa kedalaman yang layak dari suatu pondasi RE dari muka tanah
khususnya untuk pondasi berbentuk blok, ada beberapa pendapat misalnya minimum 50%
dari tebal pondasi yang harus tertanam dalam tanah. Ada juga yang berpendapat minimum
80%.

Saya pribadi lebih memilih nilai 80 % dengan pertimbangan faktor penambahan keamanan
stabilitas pondasi atas getaran yang bakal diterima. Menurut saya, dengan berkedalaman lebih
juga akan meningkatkan ketahanan lateral dan rasio-rasio peredam untuk semua mode
vibrasi.

Menyikapi perihal tentang tanah, perlulah dipahami kaitan pondasi yang kita desain dengan
tekanan daya dukung tanah. Untuk pondasi dangkal, meskipun kita sudah mendesain pondasi
pendukung sebaik mungkin namun itu semua bakal tidak terpakai jika tanah sebagai
pendukung pondasi tidak cukup baik kualitasnya, terutama daya dukung.
Untuk itu, diperlukan tindakan uji soil investigation, kecermatan dalam membaca hasilnya,
kemudian kecermatan dalam menerapkannya dalam desain. Pemeriksaan terhadap kecukupan
kuat tanah dalam kemampuan kapasitas daya dukung statis dan pertimbangan besar
penurunan (settlement) perlulah dilakukan.
Termasuk juga efek pembebanan dinamis terhadap tanah dan jika diperlukan, perlakuan
lanjutan untuk meningkatkan kapasitas daya dukung dapat saja dilakukan. Banyak metoda
yang dipakai, salah satunya seperti metoda dynamic compaction atau dynamic replacement
seperti yang telah saya tulis diartikel sebelum ini.

Beberapa patokan untuk daya dukung ijin tanah yang dapat dipertimbangkan adalah:

a. Untuk system pondasi high-tuned: tekanan daya dukung tanah tidak melebihi 50% dari
tekanan daya dukung ijin yang diperbolehkan terhadap beban statis.
b. Untuk system pondasi low-tuned: tekanan daya dukung tanah tidak melebihi 75% dari
tekanan daya dukung ijin yang diperbolehkan terhadap beban statis.
Sebagai catatan, daya dukung ijin (Q all) untuk pondasi RE berat haruslah dikurangi. Hal ini
perlu dilakukan untuk menyediakan lebih besar safety factor terhadap kemungkinan
penurunan (settlement) akibat getaran.
Pengaruh pondasi pada pompa centrifugal

Bagaimana dengan penentuan ketebalan minimum? Disamping kita bisa mendapat masukan
pertimbangan atas perbandingan berat dari rasio 3:1 atau 5:1, lebih spesifik dalam
menentukan ketebalan pondasi minimum adalah azas:
0.60 + L/30 (dalam satuan meter).
Misalnya:
Direncanakan panjang (L) pondasi = 1,50 meter maka ketebalan minimum adalah 0.60 + 1,5
m/30 = 0.605 m.
Faktor lain yang patut dipertimbangkan adalah jika ada anchor bolt yang harus ditanam
kedalam pondasi maka meskipun ketebalan minimum sudah terpenuhi dengan azas diatas,
ketebalan harus mengakomodasi panjang anchor bolt tertanam plus ketebalan sekitar
minimum 100 mm diatas lapisan tulangan terbawah.

Untuk lebar minimum, secara teknis nilai berikut ini dapat dipakai yaitu paling tidak 1,5 kali
jarak vertical dari dasar ke garis tengah RE dan tambahkan lebar mimimum dengan area
bebas (jarak ke tepi beton) dari base plate/mounting plate/skid RE yaitu 100 mm kesegala
arah.
Jadi misalnya lebar skid 1000 mm maka lebar pondasi disarankan 1000 mm + 100 mm (kiri)
+ 100 mm (kanan) = 1200 mm.
Mengapa? Hal ini untuk mengantisipasi jika terjadi retak pinggir yang sering terjadi karena
kekurang cermatan pekerja lapangan dalam mengkonstruksi pondasi dan jarak 100 mm ini
dipandang cukup mengakomodasi sudut tekanan yang tercipta dari skid.

Sekarang kita masuk kebagian penulangan dan pembetonan.


Penulangan diperlukan untuk menahan gaya-gaya dalam dan momen yang relatif kecil dalam
suatu pondasi berbentuk blok disebabkan oleh ukuran pondasi yang masif. Untuk itu,
minimum jumlah tulangan yang diperlukan lebih banyak diperlukan untuk mengantisipasi
penyusutan dan temperatur beton.
Di ACI 318 memang tidak secara spesifik menyebutkan kebutuhan tulangan minimum untuk
pondasi blok, tetapi pemakaian nilai 0,0018 (sebagai A min tulangan) dikalikan luasan arah
melintang beton dapat dipergunakan sebagai panduan.

Pengecualian terhadap nilai tersebut dapat kita lihat di ACI 207.2R jika ketebalan pondasi
ternyata setelah kita hitung melebihi 1,2 meter. Dimana ketebalan tersebut kita perlukan lebih
pada faktor kestabilan, kekakuan dan peredaman akibat getaran serta untuk mengakomodasi
panjang anchor bolt, maka disarankan tulangan minimum memakai diameter 22 mm dengan
jarak maksimum antar tulangan adalah 300 mm (center to center), namun saya lebih
menyukai pemakaian jarak tulangan 200 mm.

Sedangkan jika kita harus menggunakan pier (pengertian ini beda dengan table top), maka
jumlah tulangan minimum yang harus disediakan di pier adalah tidak boleh kurang dari 1%
tetapi tidak boleh lebih dari 8% dikalikan luasan potongan melintang beton. Jika
mempergunakan pedestal, maka tulangan minimum tidak boleh kurang dari ½%.

Untuk pondasi dengan ketebalan minimum 500 mm, maka haruslah disediakan tulangan susut
dan penahan temperature beton sesuai ACI 318. Untuk nilai ED dalam menghitung kekakuan
beton, kita memakai:
ED (dalam satuan MPa) = 6560 x kuat tekan beton berpangkat 0,5 (setengah).
Kuat tekan beton disarankan minimum 28 MPa (atau sekitar 4000 psi). Perlu dipahami nilai
modulus dinamis elastisitas harus lebih tinggi dari modulus statis.
Pengaruh pondasi pada pompa centrifugal

Bagaimana dengan eksentrisitas pondasi dengan RE yang berporos horizontal?


Kita tahu bahwa eksentrisitas dapat menimbulkan gaya tidak seimbang yang berujung pada
penambahan momen. Untuk itu perlulah kita batasi besaran eksentrisitas tersebut. Alasannya
adalah untuk meminimalisasi momen-momen sekunder yang bisa saja secara signifikan
mempengaruhi frekwensi natural dari pondasi. Misalnya pondasi dimaksudkan untuk mampu
menahan gaya tidak seimbang vertical dimana gaya tidak segaris dengan titik pendukung
elastis, yang dimana gaya tersebut menghasilkan tambahan gaya putar (rotation) terhadap
vertical displacement.
Nah jika kita tidak menetapkan batasan eksentrisitas yang diijinkan maka dikhawatirkan
(momen sekunder plus momen utama) akan mengakibatkan 2 jenis frekwensi natural yang
mungkin saja secara significant berbeda dengan azas tunggal frekwensi natural dalam satu
system pondasi.

Ada beberapa batasan yang saya anut dalam menentukan nilai eksentrisitas ijin.
Yaitu, untuk eksentrisitas horizontal, tegak lurus terhadap bantalan poros (bearing axis),
antara titik pusat garis berat pondasi dan pusat area kontak tanah tidaklah boleh melebihi nilai
0,05 dikalikan lebar pondasi. Sedangkan jika searah/parallel dengan bantalan poros, maka
tidak boleh melebihi 0,05 dikalikan panjang pondasi.
Jika kita menggunakan pier atau pedestal, maka penerapan nilai tersebut juga harus
disesuaikan plus pertimbangan terhadap center of gravity dari RE. Diatas semua itu, saya
menyarankan, jika dimungkinkan, sebaiknya hindarilah eksentritas. Sedapat mungkin.

Sedikit bahasan tentang rasio rentang frekwensi natural yang diijinkan.


Pembatasan rentang frekwensi natural yang diijinkan dalam suatu system pondasi berkaitan
dalam upaya menghindari bahaya yang terjadi akibat getaran yang berlebihan. Secara umum,
rasio antara frekwensi operasi mesin (f) dengan frekwensi natural dari system pondasi f(n)
tidak diharapkan berada pada rentang 0,7 hingga 1,3.
Sehingga, untuk frekwensi natural HTS harus berada dibawah nilai 0,7 dan untuk LTS f/f(n)
nilainya harus diatas 1,3. Seperti yang kita ketahui, jika rasio f/f(n) mendekat angka 1, akan
terjadi penambahan peningkatan secara cepat terhadap amplitude getaran.
Untuk itulah dalam menyediakan factor keamanan terhadap resonansi getaran, kita
membatasi rentang frekwensi natural ini. Diluar rentang 0,7 – 1,3 ini, respon dinamis
maksimum dari system hanya terbatas sedikit lebih besar dari nilai defleksi statis system
pondasi.

Meskipun demikian, pembatasan rentang frekwensi natural ini sangat sulit dicapai jika kita
mendesain suatu system struktur yang rumit seperti halnya kombinasi kekakuan steel
structure dengan sistim pondasi, pondasi untuk RE yang memilik beragam mode kecepatan,
pondasi untuk RE yang sangat berat (turbo compressor yang berdimensi luar biasa besar
misalnya), maka kita harus menyediakan perhitungan yang lebih rumit (misalnya menghitung
maksimum kecepatan getaran dalam fasa dan 180 derajat diluar fasa, penentuan lokasi
dimana amplitude getaran yang dominan berada dan lain sebagainya). Jika nanti ada
kesempatan, untuk serba serbi frekwensi natural ini akan saya bahas dalam artikel tersendiri.

Untuk itu jika kita harus menyediakan suatu platform struktur baja, terutama jika mendesain
pondasi RE dengan memakai TT (table top), maka platform tersebut sebaiknya terpisah
dengan system pondasi TT. Untuk bagaimana supaya platform dapat bernilai aman dan
nyaman bagi pemakai dilapangan, design engineer sebaiknya membaca ISO 2631-1 & ISO
2631-2. Referensi itu membahas tentang bagaimana respon seseorang terhadap getaran
Pengaruh pondasi pada pompa centrifugal

bangunan dan kurva berat respon pada kesamaan gangguan terhadap tubuh dan metoda-
metoda bagaimana cara mengatasinya.

Diluar semua perhitungan teknis diatas kertas, seorang engineer haruslah memiliki “sense of
engineering” atau juga disebut “engineering feeling”. “Rasa” ini tidak ada kriteria bakunya
namun bisa terbentuk dan terasah jika seorang engineer setia pada kemauan untuk berkarya
sesuai bidangnya.
“Rasa” ini juga bisa membimbing seorang engineer dalam mendesain suatu konstruksi yang
kuat dan aman, tepat sasaran, tidak rumit, mudah dilaksanakan serta hemat biaya.

Sedikit cerita tentang engineer copas (copy paste).


Suatu ketika karib saya mengirim email, meminta bantuan saya memeriksa pekerjaan desain
pondasi RE (generator/genset) yang dikerjakan staffnya. Setelah membaca hitungan desain,
belum lagi saya memeriksa hitungan yang dikirimkan tersebut, saya langsung mendapat
kesimpulan staff karib saya ini hanya melakukan engineering copas. Sang staff yang
mengaku jebolan konsultan engineering, hanya mengganti angka-angka (dari suatu
perhitungan pondasi lain) dan memberikan kesimpulan dimensi serta menyebutkan bahwa
desain tersebut aman. Aman dari hongkong? Hehehehehe..
Dalam perhitungan tersebut, tidak ada hubungan data teknis dari mesin generator dengan
desain pondasi dibawahnya dan ajaibnya dibawah pondasi generator diberikan usulan
menggunakan cerucuk dolken kayu untuk meningkatkan daya dukung tanah, yang sayangnya
sang staff tidak menuliskan berapa daya dukung tanah yang dihasilkan dengan metoda
cerucuk.
Sehingga tidak ada perhitungan settlement dan daya dukung yang ditulis hanya imajinasi
saja. Sedangkan data teknis generator, yang seharusnya diperhitungkan untuk penentuan
system pondasi, tidak dipakai dan hanya untuk pajangan supaya jumlah halaman teknis jadi
panjang dan terkesan bagus.
Saya kemudian menganjurkan karib saya untuk meminta staff tersebut mendesain ulang
dengan kaidah-kaidah yang benar, desain harus memiliki esensi dan tidak copas. Model copas
inilah yang kita harus hindari.

You might also like