2010 R. Abdussalam dan Adri Desasfuryanto, Hukum Perlindungan Anak, PTIK Press, jakarta, 2014 Waluyadi, Hukum Perlindungan Anak, Mandar Maju, Bandung, 2009 PENGERTIAN PERLINDUNGAN ANAK, ASAS DAN TUJUAN PERLINDUNGAN ANAK PERLINDUNGAN ANAK DALAM HUKUM PERDATA PERLINDUNGAN ANAK DALAM HUKUM PIDANA PENGERTIAN HUKUM PERLINDUNGAN ANAK a. Arief Gosita : suatu usaha untuk melindungi anak untuk dapat melaksanakan hak dan kewajiban. b. Dan O’ Donnell : perlindungan dari kekerasan, pelecehan dan eksploitasi, ditujukan pada penghormatan, perlindungan dan pemajuan hak anak untuk tidak menjadi korban dari situasi yang merugikan/membahayakan dirinya. c. Save the children allience : perlindungan anak merupakan langkah-langkah dan pengembangan struktur untuk mencegah dan menanggapi penyalahgunaan, penelantaran, eksploitasi dan kekerasan yang dapat mempengaruhi kehidupan anak-anak sebagaimana yang diatur dalam KHA dan Instrumen Hukum HAM lain. Perlindungan hukum terhadap anak: upaya perlindungan hukum terhadap berbagai kebebasan dan hak asasi anak serta berbagai kepentingan yang berhubungan dengan kesejahteraan anak. Lingkup perlindungan hukum bagi anak mencakup : 1. Perlindungan terhadap kebebasan anak 2. Perlindungan terhadap hak asasi anak 3. Perlindungan terhadap semua kepentingan anak yang berkaitan dengan kesejahteraan. Untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi demi terwujudnya anak indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia dan sejahtera. SIAPAKAH YANG DIMAKSUD DENGAN ANAK? Kitab Undang-undang Hukum Perdata (BW) Pasal 330 ayat (1) memuat batasan antara belum dewasa (Minderjarigheid) dengan dewasa (Meerderjarigheid) yaitu 21 Tahun, kecuali anak tersebut telah kawin sebelum berumur 21 tahun. Pasal ini senada dengan Pasal 1 Angka 2 UU No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak. UU No. 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) Pasal 153 ayat (5) larangan hakim untuk melarang anak yang belum mencapai Usia 17 Tahun untuk menghadiri sidang. UU No. 1 Tahun 1974 Tentang perkawinan, Pasal 47 Ayat (1) Dan Pasal 50 ayat (1), batasan anak belum mencapai 18 Tahun dan belum pernah menikah. UU No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, anak paling tinggi sampai berumur 18 Tahun. UU No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia, anak adalah setiap manusia yang berusia dibawah 18 tahun dan belum menikah Uu No. 35 Tahun 2014 tentang perubahan atas UU No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, anak adalah seseorang yang belum berusia 18 Tahun, termasuk anak yang masih berada dalam kandungan. UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, anak terdiri atas: anak yang berkonflik dengan hukum , sudah berusia 12 Tahun dan belum berusia 18 tahun anak yang menjadi korban tindak pidana, anak yang belum berusia 18 tahun anak yang menjadi saksi, anak yang belum berusia 18 tahun. Hukum Adat, batasan usia anak bersifat pluralistik, misalnya “kuat Gawe”, akil Baliq”, menek bajang Kegiatan perlindungan anak setidaknya memiliki dua aspek : 1. Berkaitan dengan kebijakan dan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai perlindungan hak-hak anak. 2. Menyangkut pelaksanaan kebijakan dan peraturan-peraturan tersebut. Huttman merinci kebutuhan anak, antara lain: 1. Kasih sayang orang tua 2. Stabilitas emosional 3. Pengertian dan perhatian 4. Pertumbuhan kepribadian 5. Dorongan kreatif 6. Pembinaan intelektual 7. Pemeliharaan kesehatan 8. Pemenuhan kebutuhan makanan, pakaian, dan tempat tinggal yang sehat dan memadai 9. Aktivitas rekreasional yang konstruktif dan positif 10. Pemeliharaan, perawatan dan perlindungan PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERKAITAN DENGAN ANAK
UU No. 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan
Anak Konvensi Hak Anak kEPPRES No. 36 Tahun 1990 tentang pengesahan Konvensi Hak-hak Anak UU No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia UU No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, diubah dengan UU No. 35 Tahun 2014 UU No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak Pengertian Hak Anak Hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara. Hak anak dikelompokkan dalam 4 kategori : 1. Hak untuk kelangsungan hidup (The Right to survival) 2. Hak untuk tumbuh kembang ( The Right to develop) 3. Hak Untuk perlindungan (The right to protection) 4. Hak untuk partisipasi (The right to participation) 1. Hak anak untuk mendapatkan nama dan kewarganegaraan semenjak dilahirkan (UU No.22 Tahun 2006 ) 2. Hak anak untuk hidup bersama orang tua 3. Kewajiban negara melindungi anak dari segala bentuk salah perlakuan (Abuse) 4. Hak anak penyandang cacat, untuk memperoleh pengasuhan, pendidikan dan latihan khusus. 5. Hak anak menikmati standar kehidupan yang memadai 6. Hak anak atas pendidikan 7. Hak anak atas perlindungan dari penyalah gunaan obat bius dan narkotika 8. Hak anak atas perlindungan eksploitasi dan penganiayaan seksual, termasuk prostitusi dan pornografi HAK UNTUK MEMPEROLEH AKSES PENDIDIKAN DALAM SEGALA BENTUK PENDIDIKAN: 1. Hak untuk memperoleh informasi 2. Hak bermain dan rekreasi 3. Hak kebebasan berfikir dan beragama Adanya larangan diskriminasi anak: non diskriminasi terhadap hak-hak anak, hak mendapat nama dan kewarganegaraan. Larangan eksploitasi anak: hak berkumpul dengan keluarga, kewajiban negara untuk melindungi anak dari keterlibatan dalam pekerjaan yang mengancam kesehatan, pendidikan dan perkembangan anak Kondisi krisis dan keadaan darurat anak: Perlindungan anak pengungsian, kondisi konflik bersenjata/perang. Hak ini memberi makna bahwa anak-anak ikut memberikan sumbang peran: 1. Hak untuk berpendapat dan memperoleh pertimbangan atas pendapatnya 2. Hak untuk mendapatkan dan mengetahui informasi serta untuk berekspresi TUGAS 1 Apa sajakah hak-hak anak Indonesia yang ditentukan dalam UU No.35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak? Perlindungan anak berasaskan Pancasila dan UUD 1945 serta prinsip-prinsip konvensi Hak- hak anak. Berdasarkan sila-sila Pancasila maka masyarakat Indonesia dikatakan sebagai: 1. Masyarakat religius 2. Masyarakat humanis
3. Masyarakat yang utuh dan bersatu
4. Masyarakat kekeluargaan
5. Masyarakat yang adil
Komitmen bangsa Indonesia untuk melindungi warga negaranya termasuk terhadap anak, dapat ditemukan dalam Pembukaan UUD1945 yang tercermin dalam kalimat: ” … kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah darah indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan indonesia itu….” Selanjutnya dijabarkan dalam Bab tentang Hak Asasi Manusia. Khusus untuk perlindungan anak, Pasal 28B ayat (2) UUD 1945 menyatakan: “setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”. Non diskriminasi Yang terbaik bagi anak (best Interests of child) Hak hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan (the right to life, survival and development) Penghargaan terhadap pendapat anak (respect for the views of the child) Perlindungan terhadap anak bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia dan sejahtera. Negara,pemerintah, masyarakat, keluarga dan orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan perlindungan anak. Perwalian : segalanya menjadi tanggungjawab orang tua angkat, kecuali anak perempuan Islam ketika menikah. Waris: o Hukum adat : parental tidak otomatis putus tali keluarga dengan orang tua kandung, sehingga dapat warisan dari orang tua angkat dan orang tua kandung. o Hukum Islam : tidak membawa akibat, dalam hubungan darah tetap dengan orang tua kandung o Peraturan perundang-undangan : Stb 1917 No.129 secara hukum memperoleh nama orang tua angkat, putus hubungan dengan orang tua kandung. PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK DALAM HUKUM PIDANA UNDANG-UNDANG NO. 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK UNDANG-UNDANG NO. 35 TAHUN 2014 PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK Anak yang berkonflik dengan hukum : anak yang telah berumur 12 tahun tetapi belum berumur 18 tahun yang diduga melakukan tindak pidana. Anak yang menjadi korban tindak pidana : belum berumur 18 tahun yang mengalami penderitaan fisik, mental dan/atau kerugian ekonomi yang disebabkan oleh tindak pidana. Anak yang menjadi saksi tindak pidana : belum berusia 18 tahun yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan sidang pengadilan. Juvenile Deliquency (JD) Juvenile; young person; youngster: child; adolescent Deliquency : tindakan atau perbuatan yang dilakukan oleh anak, dimana jika dilakukan oleh orang dewasa merupakan suatu kejahatan. Deliquency ada 2 bentuk : a. Criminal deliquency offence b. Status deliquency offence A. TINDAKAN PREVENTIF Meningkatkan kesejahteraan keluarga Perbaikan lingkungan Mendirikan klinik bimbingan psikologis dan edukatif untuk memperbaiki tingkah laku anak Menyediakan tempat rekreasi yang sehat untuk remaja Membuat badan supervisi dan pengontrolan terhadap kegiatan anak delikuen Mengadakan pengadilan anak B.TINDAKAN KURATIF Menghilangkan semua sebab timbulnya kejahatan Melakukan perubahan lingkungan dengan jalan mencarikan orang tua asuh dan memberikan fasilitas yang diperlukan bagi perkembangan jasmani dan rohani yang sehat bagi remaja Memindahkan anak nakal kesekolah yang lebih baik, atau ke tengah lingkungan sosial yang baik Memanfaatkan waktu senggang di kamp latihan, untuk membiasakan diri bekerja, belajar dan melakukan rekreasi sehat menggiatkan organisasi pemuda dengan program latihan untuk mempersiapkan bagi pasaran kerja Mendirikan klinik psikologi Keseluruhan proses penyelesaian perkara anak yang berhadapan dengan hukum, mulai tahap penyelidikan sampai dengan tahap pembimbingan setelah menjalani pidana. Sistem peradilan anak dilaksanakan berdasarkan asas: a. perlindungan; b. Keadilan; c. Nondiskriminasi; d. Kepentingan terbaik bagi anak; e. Penghargaan terhadap pendapat anak; f. Kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak; g. Pembinaan dan pembimbingan anak; h. Proporsional; i. Perampasan kemerdekaan dan pemidanaan sebagai upaya terakhir; j. Penghindaran pembalasan. Sistem peradilan anak wajib mengutamakan pendekatan keadilan restoratif. Hak-hak anak dalam proses peradilan pidana: a. Diperlakukan secara manusiawi dengan memperhatikan kebutuhan sesuai dengan umurnya; b. Dipisahkan dari orang dewasa c. Memperoleh bantuan hukum dan bantuan lain secara efektif d. Bebas dari penyiksaan, perlakuan kejam serta merendahkan derajat dan martabatnya e. Tidak dijatuhi hukum mati atau pidana seumur hidup f. Tidak ditangkap, ditahan atau dipenjara kecuali sebagai upaya terakhir dan dalam waktu yang paling singkat g. Memperoleh keadilan dimuka pengadilan anak yang objektif, tidak memihak dan dalam sidang yang tertutup untuk umum h. Memperoleh pendampingan orang tua/wali dan orang yang dipercaya oleh anak. i. Tidak dipublikasikan identitasnya. j. Memperoleh advokasi sosial k. Memperoleh kehidupan pribadi l. Memperoleh aksesibilitas terutama bagi anak cacat m. Memperoleh pendidikan n. Memperoleh pelayanan kesehatan Penangkapan anak guna kepentingan penyidikan paling lama 24 jam Anak ditempatkan dalam ruang pelayanan khusus anak atau anak dititipkan di LPKS Penahanan terhadap anak tidak dibenarkan dalam hal anak memperoleh jaminan dari orang tua/walinya dan/atau lembaga bahwa anak tidak melarikan diri, tidak akan menghilangkan atau merusak barang bukti, dan/atau tidak akan mengulangi tindak pidana. Penahanan dapat dilakukan dengan syarat: a. Anak telah berumur 14 tahun atau lebih b. Diduga melakukan tindak pidana dengan ancaman 7 tahun atau lebih. Penahanan untuk kepentingan penyidikan dilakukan paling lama 7 hari, dapat diperpanjang oleh Penuntut umum paling lama 8 hari Penahanan dilaksanakan di LPAS atau dapat dilakukan di LPKS setempat. Penahanan untuk kepentingan penuntutan, paling lama 5 hari, dan dapat diperpanjang selama 5 hari. penahanan untuk kepentingan pemeriksaan di sidang pengadilan paling lama 10 hari dan dapat diperpanjang selama 15 hari JENIS PIDANA BAGI ANAK Pidana pokok bagi anak terdiri dari: a. Pidana peringatan b. Pidana dengan syarat ( pembinaan diluar lembaga; pelayanan masyarakat; pengawasan) c. Pelatihan kerja d. Pembinaan dalam lembaga e. Penjara Pidana tambahan: a. Perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana b. Pemenuhan kewajiban adat pidana peringatan merupakan pidana ringan yang tidak mengakibatkan pembatasan kebebasan anak Pidana bersyarat : dapat dijatuhkan oleh hakim dalam hal pidana penjara yang dijatuhkan paling lama 2 tahun. Masa pidana dengan syarat paling lama 3 tahun. Penuntut umum melakukan pengawasan dan pembimbing kemasyarakatan melakukan pembimbingan agar anak menepati persyaratan yang telah ditetapkan. Pidana pembinaan di luar lembaga dapat berupa keharusan: a. Mengikuti program pembimbingan dan penyuluhan yang dilakukan oleh pejabat pembina b. Mengikuti terapi dirumah sakit jiwa c. Mengikuti terapi akibat penyalahgunaan alkohol, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya. Pidana pelayanan masyarakat tujuannya agar anak peduli pada kegiatan kemasyarakatan yang positif. Lamanya paling singkat 7 jam dan paling lama 120 jam. Pidana pengawasan , paling singkat 3 bulan dan paling lama 2 tahun Pidana pelatihan kerja, paling singkat 3 bulan paling lama 1 tahun. Pidana pembatasan kemerdekaan dilakukan jika anak melakukan tindak pidana berat atau tindak pidana yang disertai dengan kekerasan. Paling lama ½ dari maksimum pidana penjara yang diancamkan terhadap orang dewasa. Pidana pembinaan di dalam lembaga dilakukan di tempat pelatihan kerja atau lembaga pembinaan yang diselenggarakan baik oleh pemerintah maupun swasta. Pidana pembinaan di dalam lembaga dijatuhkan apabila keadaan dan perbuatan anak tidak membahayakan masyarakat Dilaksanakan paling singkat 3 bulan dan paling 24 bulan Anak yang telah menjalani ½ dari pembinaan di dalam lembaga dan tidak kurang dari 3 bulan berkelakuan baik berhak mendapatkan pembebasan bersyarat. Anak dijatuhi pidana penjara di LPKA apabila keadaan dan perbuatan anak akan membahayakan masyarakat. Pembinaan di LPKA dilaksanakan sampai anak berumur 18 tahun Anak yang telah menjalani ½ dari lamanya pembinaan di LPKA dan berkelakuan baik berhak mendapatkan pembebasan bersyarat. Mendapat pengurangan masa pidana; Memperoleh asimilasi Memperoleh cuti mengunjungi keluarga; Memperoleh pembebasan bersyarat; Memperoleh cuti menjelang bebas; Memperoleh cuti bersyarat; Tindakan yang dapat dikenakan kepada anak: a. Pengembalian kepada orang tua/wali b. Menyerahkan kepada seseorang c. Perawatan di rumah sakit jiwa d. Perawatan di LPKS e. Kewajiban mengikuti pendidikan formal dan/atau pelatihan yang diadakan oleh pemerintah atau badan swasta f. Pencabutan surat izin mengemudi g. Perbaikan akibat tindak pidana Tindakan dikenakan paling lama 1 tahun PERLINDUNGAN KHUSUS KEPADA ANAK (UU NO.35 TAHUN 2014) Anak yang menjadi pengungsi Anak korban kerusuhan Anak korban bencana alam Anak dalam situasi bersenjata Upaya yang dilakukan: Penanganan yang cepat, termasuk pengobatan dan/atau rehabilitasi secara fisik, psikis dan sosial serta pencegahan penyakit dan gangguan kesehatan lainnya Pendampingan psikososial pada saat pengobatan sampai pemulihan Pemberian bantuan sosial bagi anak yang berasal dari keluarga tidak mampu ??? Penyediaan prasarana dan sarana untuk menikmati budayanya sendiri; Mengakui dan melaksanakan ajaran agamanya sendiri Menggunakan bahasanya sendiri Penyebarluasan dan/atau sosialisasi peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan perlindungan anak yang dieksploitasi secara ekonomi dan atau seksual; Pemantauan, pelaporan dan pemberian sanksi Pelibatan berbagai perusahaan, serikat pekerja,LSM, masyarakat dalam penghapusan ekploitasi terhadap anak. Upaya pengawasan, pencegahan, perawatan dan rehabilitasi Upaya pembinaan, pendampingan serta pemulihan sosial, kesehatan fisik dan mental Upaya pengawasan, pencegahan, pengobatan, perawatan dan rehabilitasi Upaya pengawasan, pencegahan, pengobatan, perawatan dan rehabilitasi Penyebarluasan dan/atau sosialisasi peraturan perundang-undangan yang melindungi anak korban tindak kekerasan; Pemantauan, pelaporan dan pemberian sanksi Edukasi tentang kesehatan reproduksi, nilai agama dan nilai kesusilaan; Rehabilitasi sosial; Pendampingan psikososial pada saat pengobatan sampai pemulihan; Pemberian perlindungan dan pendampingan pada setiap tingkat pemeriksaan mulai dari penyidikan, penuntutan sampai dengan pemeriksaan di sidang pengadilan Edukasi tentang pendidikan, ideologi dan nilai nasionalisme; Konseling tentang bahaya terorisme; Rehabilitasi sosial; Pendampingan sosial. Perlakuan anak secara manusiawi sesuai dengan martabat dan Hak Anak; Pemenuhan kebutuhan khusus Perlakuan yang sama dengan anak lainnya untuk mencapai integrasi sosial sepenuh mungkin dan pengembangan individu Pendampingan sosial. Pengawasan Pencegahan Perawatan Konseling Rehabilitasi sosial Pendampingan sosial Bimbingan nilai agama dan nilai sosial Konseling Rehabilitasi sosial Pendampingan sosial Konseling Rehabilitasi sosial Pendampingan sosial Memperlakukan secara diskriminatif (Pidana Penjara paling lama 5 tahun dan/atau denda paling banyak Rp.100 jt. Dengan sengaja melakukan aborsi dengan alasan yang tidak dibenarkan (pidana penjara 10 tahun denda paling banyak Rp.1 M Menempatkan, membiarkan, melibatkan, menyuruh melibatkan anak dalam situasi perlakuan salah dan penelantaran (Penjara paling lama 5 Tahun dan/denda Rp.100 jt Menempatkan, membiarkan, melakukan, menyuruh melakukan, turut serta melakukan kekerasan terhadap anak (Penjara paling lama 3 tahun 6 bulan dan/atau denda paling banyak Rp.72 jt Jika anak luka berat (pidana penjara max 5 tahun dan/atau denda max Rp.100 jt Jika anak meninggal (pidana penjara max 15 tahun dan/atau denda max Rp. 3M Pidana ditambah dengan 1/3 jika pelaku adalah orang tua. Melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain (penjara min 5 tahun max 15 tahun dan denda max Rp.5 M Pidana ditambah 1/3 dalam hal pelaku adalah orang tua, wali, pengasuh anak, pendidik atau tenaga kependidikan. Melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan, memaksa, melakukan tipu muslihat, melakukan serangkaian kebohongan atau membujuk anak untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul (Penjara min 5 tahun max 15 tahun dan denda max Rp. 5 M) Pidana ditambah 1/3 dalam hal pelaku adalah orang tua, wali, pengasuh anak, pendidik atau tenaga kependidikan. Menempatkan, membiarkan, melakukan, menyuruh melakukan, turut serta melakukan penculikan, penjualan dan/atau perdagangan anak (Penjara min 3 tahun max 15 tahun dan denda min Rp. 60 jt dan max Rp. 300 jt) Menghalang halangi anak untuk menikmati budayanya sendiri, mengakui dan melaksanakan ajaran agamanya dan/atau menggunakan bahasanya sendiri tanpa mengabaikan akses pembangunan masyarakat dan budaya. (penjara max 5 haun dan/atau denda max Rp. 100 jt) Merekrut atau memperalat anak untuk kepentingan militer dan/atau lainnya dan membiarkan anak tanpa perlindungan jiwa (Penjara max 5 tahun dan/atau denda max Rp. 100 jt) Menempatkan, membiarkan, melakukan, menyuruh melakukan, atau turut serta melakukan eksploitasi secara ekonomi dan/atau seksual terhadap anak (penjara max 10 tahun dan/atau denda max Rp. 200 jt) Sengaja menempatkan, membiarkan, melibatkan, menyuruh melibatkan anak dalam penyalahgunaan, serta produksi dan distribusi narkotika dan/atau psikotropika, alkohol dan zat adiktif (pidana mati/ penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 5 tahun dan max 20 tahun dan denda min Rp. 50 jt dan max Rp.500 jt) Alkohol dan zat adiktif lainnya : penjara min 2 tahun dan max 10 tahun dan denda min Rp. 20 jt dan max Rp. 200 jt TERIMA KASIH