You are on page 1of 217

KEMENTERIAN AGAMA RI

DITJEN PENDIDIKAN ISLAM

PENGEMBANGAN PERANGKAT
PEMBELAJARAN PADA RA
PENDIDIKAN PROFESI GURU

1
KEGIATAN BELAJAR I

PENYUSUNAN KURIKULUM OPERASIONAL MADRASAH PADA RA


Oleh: Dr. Irma Yuliantina, M.Pd

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Mampu merancang pembelajaran Raudhatul Athfal dengan menerapkan
prinsip memadukan pengetahuan dan keterampilan yang terkait dengan materi
ajar, pedagogik, serta teknologi informasi dan komunikasi atau yang disebut
dengan penerapan pendekatan technological, pedagogical and content
knowledge (TPACK) dan pendekatan lain yang relevan dalam pembelajaran
Raudhatul Athfal;
B. TUJUAN PEMBELAJARAN:
1. Mampu menjelaskan prinsip penyusunan Kurikulum Oprasional
Madrasah (KOM) pada RA
2. Mampu menjelaskan cara menyusun Kurikulum Oprasional Madrasah
(KOM)
3. Mampu menyusun komponen pada Kurikulum Oprasional Madrasah
(KOM)

C. AKTIVITAS PEMBELAJARAN
Pembelajaran ini menggunakan model discovery learning yaitu kegiatan
belajar yang berfokus pada pencarian dan penemuan melalui berfikir secara
sistematis. Dosen bersama dengan mahasiswa melakukan analisis kritis terhadap
materi capaian pembelajaran dengan merujuk pada Keputusan Direktur Jenderal
Pendidikan Islam nomor 3211 tahun 2022 dan merujuk pada Keputusan Kepala
Badan Standar, Kurikulum, Dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, Dan Teknologi Nomor 033/H/Kr/2022 Tentang Capaian
Pembelajaran Pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan
Jenjang Pendidikan Menengah Pada Kurikulum Merdeka.
Dosen membimbing mahasiswa untuk menganalisis komponen capaian
pembelajaran kemudian menemukan materi esensial pada setiap elemen untuk

2
setiap fase dan membandingkannya. Mahasiswa melakukan komunikasi pada dosen
pengampu dan bekerjasama dengan kelompok kelasnya untuk mengambil tema
yang akan diperdalam dalam kegiatan tugas lanjutan KB 8.

D. PENGANTAR
Setiap madrasah wajib mengembangkan kurikulum operasionalnya masing-
masing termasuk Raudatul Athfal (RA). Kurikulum Operasional Madrasah
dikembangkan dan dikelola dengan mengacu kepada struktur kurikulum dan
standar yang ditetapkan oleh Pemerintah dan menyelaraskannya dengan
karakteristik dan kebutuhan peserta didik, madrasah dan daerah. Dalam menyusun
kurikulum operasional, madrasah diberikan wewenang untuk menentukan format
dan sistematika penyusunannya. Pengembangan Kurikulum Operasional Madrasah
diharapkan tidak menekankan pada pemenuhan aspek administrasi yang seragam.
Namun lebih ditekankan pada aspek inovasi dan kreatifitas madrasah dalam
mencapai visi, misi dan tujuan madrasah. Struktur Kurikulum yang ditetapkan oleh
Pemerintah menjadi acuan Madrasah untuk mengembangkan kurikulum menuju
tercapainya Profil Pelajar Pancasila dan Profil Pelajar Rahmatan lil Alamin dapat
ditambahkan dengan kekhasan madrasah sesuai dengan visi, misi dan tujuan
madrasah. Struktur kurikulum ini berisi kegiatan intrakurikuler dan kokurikuler
dalam bentuk Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Profil Pelajar
Rahmatan lil Alamin. Bagi madrasah yang memiliki Peserta Didik Berkebutuhan
Khusus (PDBK) ditambahkan dengan layanan Program Kebutuhan Khusus dan
program pasca madrasah yang meliputi program penguatan akademik dan
penguatan ketrampilan pilihan bagi PDBK untuk penguatan Profil Pelajar Pancasila
dan Profil Pelajar Rahmatan lil Alamin.
Madrasah saat menyusun Kurikulum Oprasional Madrasah harus mengacu
pada Keputusan Menteri Agama Nomor 347 Tahun 2022 Tentang Pedoman
Implementasi Kurikulum Merdeka pada Madrasah, Keputusan Direktur Jenderal
Pendidikan Islam Nomor 3211 tahun 2022 tentang Capaian Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab Kurikulum Merdeka pada Madrasah dan
Panduan Pengembangan Kurikulum Operasional Madrasah (KOM).

3
Spirit Kurikulum Merdeka, antara lain memberikan otonomi kepada
madrasah untuk melakukan inovasi dan kreasi dalam pengembangan kurikulum
operasional madrasah, adanya fleksibilitas dalam mengelola kegiatan pembelajaran
yang dinamis sesuai kebutuhan dan tuntutan perkembangan zaman. Spirit ini harus
ditangkap oleh seluruh elemen madrasah dan pemangku kepentingan lainnya
dengan melahirkan kreasi, inovasi atau terobosan dalam mengelola pendidikan
untuk meningkatkan mutu dan daya saing madrasah. Pengembangan kurikulum
merdeka di RA dilakukan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan karakteristik
Raudhatul Athfal, potensi daerah dan kondisi anak serta melibatkan komite
madrasah

E. URAIAN MATERI
1. Prinsip Penyusunan Kurikulum Operasional Madrasah
Keputusan Menteri Agama Nomor 347 tahun 2022 tentang Pedoman
Implementasi Kurikulum Merdeka pada Raudhatul Athfal menjelaskan tentang
Kurikulum Operasional Madrasah (KOM). Setiap satuan Raudhatul Athfal
diberi kewenangan untuk mengembangkan KOM sesuai dengan karakteristik,
visi, misi, tujuan yang mengacu pada struktur kurikulum yang telah ditetapkan
oleh pemerintah. KOM yang dikembangkan, menunjukkan kesesuaian dengan
karakteristik dan kebutuhan anak, satuan RA dan budaya sekitar. Prinsip
Penyusunan KOM di RA yaitu:
a. Berpusat pada anak, yaitu pembelajaran harus memenuhi keragaman
potensi, kebutuhan perkembangan dan tahapan belajar, serta
kepentingan anak.
b. Kontekstual, menunjukkan kekhasan dan sesuai dengan karakteristik
satuan RA, konteks sosial budaya dan lingkungan.
c. Esensial, yaitu memuat semua unsur informasi penting/utama yang
dibutuhkan dan digunakan di satuan RA. Bahasa yang digunakan lugas,
ringkas, dan mudah dipahami.
d. Akuntabel, dapat dipertanggungjawabkan karena berbasis data dan
aktual.

4
e. Keterlibatan berbagai pemangku kepentingan. Pengembangan
kurikulum satuan RA melibatkan komite satuan RA dan berbagai
pemangku kepentingan, antara lain orang tua, pengawas dan pejabat
kantor Kementerian Agama sesuai dengan kewenangannya.
f. Pemerataan dan peningkatan mutu. Pengembangan KOM
diorientasikan sebagai upaya pemerataan kesempatan memperoleh
layanan pendidikan dan peningkatan mutu pendidikan yang dapat
memberikan akses pada semua anak dan menghargai perbedaan
termasuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).
Analisis karakteristik/kekhasan Raudhatul Athfal menjadi bagian
penting untuk dilakukan agar mendapatkan gambaran utuh kondisi dan
kebutuhan Raudhatul Athfal dan seluruh warganya. Karakteristik kekhasan dan
ruh Raudhatul Athfal harus ada dalam pengembangan kurikulum merdeka yang
terdapat dalam panduan Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) pada
Madrasah, yaitu sebagai berikut:
a. Perspektif ibadah berdimensi ukhrowi
Bahwa aktivitas belajar-mengajar dan kegiatan manajemen untuk
memfasilitasi berlangsungnya pendidikan di madrasah adalah
merupakan bentuk ibadah yang berdimensi ukhrawi berdampak
pahala kelak di akhirat. Maka, nilai agama dan akhlak harus
mewarnai dalam praksis pendidikan di madrasah.
b. Hubungan guru-anak diikat dengan mahabbah fillah
Bahwa pola hubungan guru-anak bukan hubungan transaksional
duniawi. Hubungan mahabbah fillah berarti pola komunikasi,
interaksi dan bergaul antara guru-anak didorong rasa kasih sayang,
saling membantu, dan menolong dalam kebaikan untuk secara
bersama-sama mencapai ridla Allah SWT dalam praksis
pendidikannya.
c. Pandangan ‘ainurrahmah
Bahwa semua tindakan guru kepada anak didasari rasa kasih-sayang
terhadap anak yang berperilaku kurang baik tetap disikapi dengan

5
pandangan kasih sayang, bukan nafsu, kebencian, dendam dan iri-
dengki.
d. Hati nurani sebagai sasaran utama,
Pembelajaran di madrasah mengarusutamakan upaya menfungsikan
hati nurani, dengan membersihkan diri dari akhlak tercela (takhlly)
dan sekaligus senantiasa menghiasi diri dengan akhlak terpuji
(tahally), melalui proses mujahadah dan riyadlah.
e. Akhlak di atas ilmu pengetahuan
Ilmu pengetahuan dan kompetensi bukan segalanya. Tanpa akhlak,
kepintaran akan menjadikan seseorang semakin berbahaya dan
berpotensi menimbulkan kerugian dan kerusakan kepada orang lain.
Maka pendidikan di madrasah meletakkan pentingnya akhlak di atas
ilmu itu sendiri yang diupayakan melalui pembersihan hati nurani.

2. Penyusunan Kurikulum Operasional Madrasah (KOM)


Penyusunan dokumen KOM dimulai dengan memahami secara utuh
Struktur Kurikulum Merdeka, karena KOM merupakan dokumen yang
dinamis, yang diperbarui secara berkesinambungan, menjadi referensi dalam
keseharian, direfleksikan, dan terus dikembangkan, maka setiap satuan RA
wajib mengembangkan kurikulum sesuai karakteristiknya masing-masing.
Proses penyusunan KOM bersifat:
a. Tetap (mengacu kepada kerangka dasar kurikulum yang ditetapkan
oleh pemerintah pusat, namun demikian satuan RA diberikan
kewenangan untuk melakukan kreasi dan inovasi).
b. Fleksibel/Dinamis (mengembangkan kurikulum operasional
berdasarkan kerangka dan struktur kurikulum, sesuai karakteristik
dan kebutuhan RA masing-masing)
Alur penyusunan KOM ada 2, yaitu:
a. Bagi RA yang belum pernah menyusun KOM, berikut Langkah-
langkah identifikasi dan refleksi diri:
1) Apakah RA sudah memiliki inspirasi KOM?

6
2) Apakah RA telah memiliki visi dan misi?
3) Siapa yang akan memfasilitasi di dalam penyusunan KOM?
4) Siapa yang akan terlibat di dalam penyusunan KOM
secarainternal (kepala RA dan pendidik)?
5) Siapa yang akan terlibat di dalam penyusunan KOM secara
eksternal (orang tua, komite RA dan pemangku kepentingan
lainnya)?
Berikut alur proses penyusunan KOM bagi RA yang belum pernah
menyusun kurikulum, terilustrasikan pada bagan dibawah ini:

Penjelasan bagan alur penyusunan KOM pada poin ke-5 yaitu


tindak lanjut hasil pendampingan, evaluasi dan pengembangan
profesional dapat dijadikan:
 masukan dalam melakukan analisis konteks karakteristik
satuan RA
 evaluasi untuk merubah visi, misi dan tujuan RA

7
 menjadi dasar dalam menentukan pengorganisasian
pembelajaran

b. Bagi RA yang sudah pernah menyusun KOM, berikut langkah-


langkah identifikasi dan refleksi diri:
1) Siapa yang akan memfasilitasi dan terlibat di dalam peninjauan
dan revisi KOM RA?
2) Apakah KOM yang telah dibuat sudah sesuai dengan kerangka
dan ketentuan penyusunan?
3) Apakah ada proses diskusi/kerja kolaborasi untuk menyusun
KOM di RA ?
4) Apakah ada informasi atau pembahasan yang disampaikan
kepada orangtua dan atau komite mengenai kurikulum dan/atau
program-program?
5) Bagaimana strategi yang akan dilakukan untuk mengevaluasi?

Berikut alur proses penyusunan KOM bagi yang RA yang sudah


pernah menyusun kurikulum terilustrasikan pada gambar dibawah ini:

8
3. Komponen Pada Kurikulum Oprasional Madrasah (KOM)
Komponen KOM pada satuan RA terdiri dari: karakteristik RA; Visi, misi,
dan tujuan RA; Pengorganisasian pembelajaran; Perencanaan pembelajaran;
Pendampingan dan pengembangan profesional di satuan RA. Komponen-komponen
tersebut dijelaskan sebagai berikut:
a. Karakteristik Satuan RA
Sebelum mengembangkan KOM, satuan RA perlu melakukan analisis
karakteristik dan lingkungan belajar dengan menampung aspirasi anggota
komunitas, dan menjadikan visi dan misi sebagai arahan yang disepakati
oleh seluruh warga satuan RA . Dari analisis konteks, diperoleh gambaran
mengenai karakteristik satuan RA, termasuk anak, tenaga pendidik, tenaga
kependidikan, dan sosial budaya.
Dalam menganalisis karakteristik, satuan RA perlu melakukan
evaluasi kesiapan implementasi sehingga dapat menyesuaikannya dengan
pilihan yang akan dijalankan. Pilihan-pilihan ini bertujuan untuk
memberikan gambaran bagi satuan RA bahwa penyusunan dan pelaksanaan

9
kurikulum operasional dapat dilakukan sesuai kesiapan dan kondisi masing-
masing satuan RA. Satuan RA diharapkan melakukan refleksi secara rutin
agar dapat menentukan pilihan yang tepat dalam menyusun dan
melaksanakan kurikulum operasional.
Contoh Analisis Karakteristik Satuan RA : Analisis kekuatan,
kelemahan, peluang, serta ancaman atau yang biasa kita sebut sebagai
SWOT merupakan cara yang umum dilakukan dalam mengenali satuan RA
dan lingkungannya untuk dasar penyusunan strategi dalam mengembangkan
dan mengatasi permasalahan satuan RA.
 Strength (Kekuatan): Situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan
yang dimiliki satuan RA yang bisa memberikan pengaruh positif pada
saat ini atau pun di masa yang akan datang. Contoh pertanyaan pemantik:
Kekuatan atau kelebihan apa yang dimiliki satuan RA? Apa yang
membuat satuan RA lebih baik dari satuan RA lainnya?
 Weakness (Kelemahan): Situasi atau kondisi yang merupakan
kelemahan yang dimiliki satuan RA yang bisa memberikan pengaruh
negatif pada saat ini atau pun di masa yang akan datang. Contoh
pertanyaan pemantik: Apa yang belum berjalan dengan baik? Apa saja
kebutuhan anak, pendidik, dan tenaga kependidikan yang belum
terpenuhi di satuan RA?
 Opportunity (Peluang): Situasi atau kondisi yang merupakan peluang
atau kesempatan di luar satuan RA yang bisa memberikan peluang untuk
berkembang di kemudian hari. Contoh pertanyaan pemantik: Kekuatan
atau kelebihan apa yang dimiliki satuan RA? Apa yang membuat satuan
RA lebih baik dari satuan RA lainnya?
 Threat (Ancaman): Ancaman atau tantangan apa saja yang mungkin
akan dihadapi satuan RA yang bisa menghambat laju perkembangan
satuan RA.Contoh pertanyaan pemantik: Hambatan apa yang sedang
dihadapi sekarang? Adakah perubahan peraturan pemerintah yang akan
berdampak bagi perkembangan satuan RA?

10
Analisis karakteristik satuan RA penting untuk dilakukan agar
mendapatkan gambaran utuh kondisi dan kebutuhan satuan RA dan seluruh
warganya. Hasil analisis karakteristik akan menjadi landasan dalam proses
perumusan visi, misi, dan tujuan satuan RA. Prinsip-prinsip analisis
lingkungan belajar yaitu:
 Melibatkan perwakilan warga satuan RA.
 Menggunakan data-data yang diperoleh dari situasi nyata/kondisi satuan
RA.
 Mengalokasikan waktu yang cukup untuk pengumpulan,
pengorganisasian, analisis, dan dokumentasi data.
 Memilah informasi yang relevan dan menyimpulkan untuk
mengembangkan strategi atau solusi. Hal ini dilakukan untuk mengenali
satuan RA dan lingkungannya sebagai dasar penyusunan strategi dalam
mengembangkan dan mengatasi permasalahan satuan RA.

b. Penyusunan Visi, Misi dan Tujuan RA


Visi, misi, dan tujuan menjadi referensi arah pengembangan dan
menunjukkan prioritas satuan RA. Merumuskan visi, misi, dan tujuan satuan
RA merupakan langkah awal yang sangat penting sebagai acuan utama
dalam merancang pembelajaran yang berkualitas. Untuk satuan RA, visi,
misi, dan tujuan harus berpusat pada anak.
 VISI
Visi menggambarkan bagaimana anak menjadi subjek dalam tujuan
jangka panjang satuan RA dan nilai-nilai yang dituju berdasarkan hasil
analisis karakteristik satuan RA. Nilai-nilai yang mendasari
penyelenggaraan pembelajaran agar anak dapat mencapai Profil Pelajar
Pancasila dan Profil Pelajar Rahmatan Lil Alamiin yang mengacu pada
Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak (STPPA). Visi
memberikan panduan/arahan yang realistis, kredibel dan atraktif untuk
mencapai gambaran masa depan yang ingin dicapai oleh satuan RA.
Penulisan visi sebaiknya mudah dipahami, relatif singkat, ideal dan berfokus

11
pada mutu, serta memotivasi setiap pemangku kepentingan. Visi merupakan
cita-cita bersama pada masa mendatang dari seluruh warga satuan RA, yang
dirumuskan berdasarkan masukan dari seluruh warga satuan RA. Hal yang
perlu diperhatikan dalam merumuskan visi:
1) Visi merupakan gambaran masa depan yang ingin dicapai oleh satuan
RA.
2) Visi harus dapat memberikan panduan/arahan serta motivasi.
3) Visi harus tampak realistis, kredibel dan atraktif.
4) Sebaiknya mudah dipahami, relatif singkat, ideal, dan berfokus pada
mutu, serta memotivasi setiap pemangku kepentingan.
5) Visi merupakan cita-cita yang akan dicapai pada masa yang akan datang.

 MISI
Misi adalah pernyataan bagaimana satuan RA mencapai visi yang
ditetapkan untuk menjadi rujukan bagi penyusunan program jangka pendek,
menengah, dan jangka panjang, dengan berdasarkan masukan dari seluruh
warga satuan RA. Misi menjawab bagaimana satuan RA mencapai visi dan
nilai-nilai penting yang diprioritaskan selama menjalankan misi.
Hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan misi:
1) Pernyataan misi menunjukkan secara jelas mengenai apa yang hendak
dicapai oleh satuan RA.
2) Rumusan misi selalu dalam bentuk kalimat yang menunjukkan
tindakan, bukan kalimat yang menunjukkan keadaan sebagaimana pada
rumusan visi.
3) Antara indikator visi dan rumusan misi harus ada keterkaitan atau
terdapat benang merahnya secara jelas. Satu indikator visi dapat
dirumuskan lebih dari satu rumusan misi.
4) Misi menggambarkan upaya bersama yang berorientasi kepada anak
5) Misi merupakan upaya strategis untuk mencapai visi sebagai acuan
untuk menyusun program.

12
6) Misi yang baik adalah relevan, realistik, konsisten, terukur, dan merujuk
pada pencapain visi.
7) Misi merupakan operasional tindakan dari visi supaya tercapainya visi.
Untuk membuat kalimat aksi yang jelas, gunakan kata kerja operasional
yang bersifat umum yang masih bisa diterjemahkan menjadi pernyataan
spesifik.
 TUJUAN
Tujuan adalah gambaran hasil yang akan dicapai dalam kurun waktu
tertentu oleh setiap satuan RA dengan mengacu pada karakteristik dan/atau
keunikan setiap satuan RA sesuai dengan prinsip yang sudah ditetapkan.
Tujuan akhir dari kurikulum satuan RA berdampak kepada anak. Tujuan
menggambarkan tahapan-tahapan (milestone) penting dan selaras dengan
misi. Strategi satuan RA untuk mencapai tujuan pendidikan.
Kompetensi/karakteristik yang menjadi kekhasan lulusan suatu satuan RA
dan selaras dengan Profil Pelajar Pancasila dan Profil Pelajar Rahmatan Lil
alamiin (PPRA).
Ciri-ciri tujuan antara lain: tujuan harus serasi dan mendeskripsikan
misi dan nilai-nilai satuan; fokus pada hasil yang diinginkan pada anak;
harus spesifik, terukur, dan dapat dicapai dalam jangka waktu tertentu.
Tujuan merupakan perwujudan dari visi dan misi satuan RA yang
mencerminkan karakteristik dan hasil yang akan dicapai oleh anak . Untuk
mengetahui pencapaian tujuan pendidikan, satuan RA dapat melakukan
evaluasi secara berkala.
Untuk merumuskan visi, misi, dan tujuan RA, perlu membentuk tim
perumus, yaitu:
1) Tim penyusun, terdiri dari: kepala RA, guru dan atau tenaga pendidik,
komite RA, perwakilan orang tua, pihak yayasan apabila lembaga
swasta, dan Kemenag kab/kota
2) Tim penyusun bertugas untuk merumuskan/mereview visi, misi, tujuan
dan mempertimbangkan hasil Evaluasi Diri RA, serta Analisis Konteks,
maka akan melakukan perumusan ulang visi, misi, dan tujuan RA yang

13
sesuai dengan kerangka kurikulum yang ditetapkan oleh Kementerian
Agama.
 Penyelarasan VISI, MISI, dan TUJUAN SATUAN RA
Saat melakukan analisis lingkungan belajar, pastikan visi, misi, dan
tujuan saling berkaitan dan tidak bertentangan dengan kerangka kurikulum.
Berikut adalah alur penyelarasan visi, Misi, dan Tujuan Satuan RA:

c. Pengorganisasian Pembelajaran
Pengorganisasian pembelajaran adalah cara satuan RA mengatur
pembelajaran dari muatan kurikulum dalam satu rentang waktu.
Pengorganisasian ini termasuk pula mengatur beban belajar dalam struktur
kurikulum, muatan pembelajaran dan area belajar, pengaturan waktu
belajar, serta proses pembelajaran. Penyusunan struktur kurikulum
merupakan hal penting di dalam mengorganisasikan pembelajaran. Struktur
kurikulum adalah pola dan susunan muatan/materi pembelajaran yang harus
ditempuh oleh anak pada satuan RA dalam kegiatan pembelajaran dan
merupakan aplikasi dari konsep pengorganisasian konten dan beban belajar.
Dalam pengorganisasian KOM di RA, pembelajaran dibagi menjadi
2 (dua) kegiatan utama, yaitu pembelajaran intrakurikuler dan Projek
Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Profil Pelajar Rahmatan lil Alamiin.
Selain itu, satuan RA dapat menyusun kegiatan ekstrakurikuler. Oleh karena

14
itu, satuan RA perlu mengorganisasikan pembelajaran ke dalam bentuk
struktur kurikulum yang meliputi:

Intrakurikuler Berdasarkan regulasi yang mengatur struktur


kurikulum merdeka, kegiatan pembelajaran
intrakurikuler dirancang agar anak dapat mencapai
kemampuan yang tertuang di dalam capaian
pembelajaran.
Kokurikuler Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Profil
Pelajar Rahmatan lil Alamiin dirancang dalam
bentuk kokurikuler, atau dapat juga dirancang
secara terpadu dengan intrakurikuler maupun
ekstrakurikuler.
Ekstrakurikuler Kegiatan ekstrakurikuler yang dilakukan diluar jam
belajar di bawah bimbingan dan pengawasan satuan
RA, sebagai wadah untuk mengembangkan potensi,
bakat, minat kemampuan, kepribadian, kerjasama
dan kemandirian anak secara optimal.

Kegiatan pembelajaran intrakurikuler dirancang agar anak dapat


mencapai kemampuan yang tertuang di dalam Keputusan Direktur Jenderal
Pendidikan Islam nomor 3211 tahun 2022 Tentang Capaian Pembelajaran
PAI dan Bahasa Arab Kurikulum Merdeka pada RA. Intisari kegiatan
pembelajaran intrakurikuler adalah bermain, yang bermakna sebagai
perwujudan ‘Merdeka Belajar, Merdeka Bermain’. Kegiatan intrakurikuler
harus memberikan pengalaman yang menyenangkan dan bermakna bagi anak.
Kegiatan bermain ini dirancang untuk memberi kesempatan anak agar dapat
mencapai kemampuan yang tertuang dalam capaian perkembangan yang
diharapkan. Kegiatan bermain perlu didukung dengan penggunaan sumber-
sumber belajar yang nyata dan terdapat di lingkungan sekitar anak. Sumber
belajar yang tidak tersedia secara nyata dapat dihadirkan dengan teknologi
dan kreasi atau inovasi. Alokasi waktu pembelajaran di Raudhatul Athfal usia
4-6 tahun minimal 900 (sembilan ratus) menit per minggu.
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila bertujuan untuk
memperkuat upaya pencapaian profil pelajar Pancasila yang mengacu pada

15
Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak (STPPA) yang tertuang
dalam KMA Nomor 347 tahun 2022 serta PPRA. Untuk pelaksanaan kegiatan
di RA, pemerintah menetapkan tema-tema utama yang dapat dikerucutkan
menjadi topik oleh satuan RA sesuai dengan konteks wilayah serta
karakteristik anak. Projek Penguatan Profil Pelajar Rahmatan Lil Alamiin di
RA difokuskan pada moderasi beragama yang dapat diimplementasikan
melalui kegiatan yang terprogram dalam proses pembelajaran maupun
pembiasaan Moderasi beragama di RA mengajarkan pada sikap toleransi,
menghargai perbedaan, cinta tanah air dan cinta damai yang dilaksanakan
dengan berbagai kegiatan. Pelaksanaannya menggunakan alokasi waktu
kegiatan di Raudhatul Athfal dengan ketentuan 1 sampai dengan 2 projek
profil dengan tema berbeda dalam satu tahun. Kegiatan ini dimaksudkan
untuk menguatkan perwujudan enam karakter profil pelajar Pancasila dan 10
nilai Profil Pelajar Rahmatan lil Alamiin (PPRA) pada fase fondasi.
Pelaksanaan P5 dan PPRA melalui empat tema yang sudah ditentukan, tema-
tema tersebut yaitu: Aku Sayang Bumi, Aku Cinta Indonesia, Kita Semua
Bersaudara, Imajinasi dan Kreativitasku.
Pelaksanaan P5 dan PPRA di Raudhatul Athfal selain direncanakan
dan dilaksanakan pada pembelajaran kokurikuler, dapat juga dilakukan secara
terintegrasi dengan intrakurikuler atau ekstrakurikuler. Pada konteks RA,
pengorganisasian pembelajaran disarankan menggunakan pendekatan tematik
terintegrasi atau pendekatan secara integrasi dan disesuaikan dengan pilihan
anak sesuai situasi dan kebutuhan sehingga pembelajaran menjadi lebih
bermakna.
Pendekatan tematik yaitu kegiatan belajar menghadirkan tema-tema
yang relevan dan kontekstual serta berkaitan dengan kehidupn nyata anak,
memadukan konsep-konsep dan berbagai disiplin ilmu, bersifat fleksibel dan
menghasilkan pembelajaran yang menyenangkan. Pendekatan tematik yang
diterapkan satuan perlu dikaitkan dengan visi, misi yang dimiliki satuan dan
sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah dirancang.

16
Pendekatan yang terintegrasi yaitu anak belajar suatu konsep secara
komprehensif dan kontekstual karena keterampilan, pengetahuan dan sikap
diintegrasikan untuk mencapai suatu penguasaan kompetensi tertentu.
Pendekatan ini memadukan beberapa disiplin ilmu untuk kemudian dikaitkan
dengan kehidupan anak sehari-hari sehingga dalam satu kegiatan dapat
memantik pencapaian pembelajaran yang beragam.
Alokasi waktu d usia 4 - 6 tahun sebaiknya tidak kurang dari 900
(sembilan ratus) menit per minggu. Usia 3 - 4 tahun sebaiknya tidak kurang
dari 360 (tiga ratus enam puluh) menit per minggu.
Pendekatan pembelajaran yang disarankan adalah pendekatan
bermain dengan memaknai bahwa bermain adalah belajar. Mengutamakan
penggunaan nilai-nilai lokal dalam pemilihan kegiatan. Agar bermakna,
menggunakan sumber belajar nyata dari lingkungan sekitar. Sumber belajar
yang tidak tersedia secara nyata dapat dihadirkan dengan dukungan teknologi
dan buku bacaan anak.
Setiap satuan RA menyusun pengorganisasian pembelajaran secara
kontekstual, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Menentukan alokasi waktu dalam satu semester minimal 17 minggu.
2) Melakukan pemetaan, stuktur (intrakurikuler, kokurikuler dan
ekstrakurikuler) serta jumlah JP setiap bulan dalam satu semester.

Contoh Pendekatan Muatan Belajar Secara Integrasi Untuk RA


Pengorganisasian Pembelajaran RA AL -KAUTSAR
Jumlah Jp
Struktur Keterangan Juli Agust Sept Okt Nop Desb
Semest
er

Dipilih topik-
topik yang 900 900 900 900 900 900
Intra- sesuai dengan menit x menit x Menit x menit x 4 menit menit x
Kurikuler karakteristik 2 2 4 Minggu x4 2
RA dan dekat Minggu Minggu Minggu Ming Minggu
dengan anak gu

17
Tema: -
Semest Dipilih dari 4
er I tema yang
telah 900 - -
Ko- ditetapkan - menit x
Kurikuler pemerintah 2
: Projek: Minggu
P5 dan Dipilih topik
PPRA yang sesuai
dengan tema
yang dipilih

Ekstra Menyesuaikan -
Kurikuler Potensi RA

Langkah-langkah menyusun pengorganisasian pembelajaran dan


pengembangan topik dan tema dalam projek per semester untuk satuan RA:
a. Menyusun topik dan sub topik untuk pembelajaran intrakurikuler. Topik
adalah ide, gagasan, konsep, atau inspirasi yang hendak diperkenalkan,
dibangun, dan dieksplorasi bersama anak. Topik ditentukan oleh satuan
RA berdasarkan visi, misi, tujuan, dan analisis karakteristik.
b. Menentukan tema yang akan dipilih pada pembelajaran P5 dan PPRA
kemudian menentukan proyek yang akan dlakukan. Tema yang telah
ditetapkan dan dapat dipih maksimal dua tema satu tahun antara lain: Aku
Sayang Bumi, Aku Cinta Indonesia,Kita Semua Bersaudara, Imajinasi
Dan Kreativitasku.
c. Menentukan jumlah JP dalam setiap topik atau tema.
d. Menentukan jumlah minggu dalam setiap bulan.
e. Melakukan pemetaan struktur, topik dan jumlah JP.

18
Contoh Pengorganisasian Pembelajaran Dan Pengembangan Topik/Tema
Dalam Projek Per Semester RA Al-Kautsar
SEMESTER 1
NO BULAN STRUKTUR TOPIK JUMLAH JP
Intrakulikuler Topik: Sekolahku Jumlah Minggu =
menyenangkan 2 Minggu
Sub Topik: Jumlah JP = 2 x
1. Teman baruku 900 Menit
2. Peralatan sekolahku
1 JULI Kokurikuler : P5- - -
PPRA
Ekstrakulikulker - -
Intrakulikuler Topik: Jumlah Minggu =
Kotaku yang indah 2 Minggu
Sub Topik: Jumlah JP = 2 x
1. Tempat wisata di 900 Menit
kotaku
2 2. Baju daerah kotaku
AGUSTUS Kokurikuler : P5- Tema: Aku Cinta Jumlah Minggu =
PPRA Indonesia 2 Minggu
Projek: Jumlah JP = 2 x
1. Gebyar kemerdekaan 900 Menit
2. Permainan
Tradisional
Ekstrakulikulker -
3 Topik: Binatang Jumlah Minggu =
Ciptaan Allah 4 Minggu
Sub Topik: Jumlah JP = 4 x
Intrakulikuler 1. Ayam Binatang 900 Menit
SEPTEMBER peliharaan
2. Kucing Binatang
kesukaaanku
3. Ikan makanan
menyehatkan
4. Ular bintang yang
berbahaya
Kokurikuler: P5- - -
PPRA
Ekstrakulikulker - -
Topik: Makanan dan Jumlah Minggu =
minuman yang halal 4 Minggu
Subtopik: Jumlah JP = 4 x
Intrakulikuler 1. Kue Kesukaanku 900 Menit
2. Susu minuman yang
4 OKTOBER Menyehatkan

19
3. Sayur Sop
Kesukaanku
4. Tempe goreng
bautan ibuku
Kokurikuler : P5- - -
PPRA
Ekstrakulikulker - -
Intrakulikuler Topik: Belajar Jumlah Minggu =
menyenangkan dengan 4 Minggu
Gadget Jumlah JP = 4 x
Subtopik: 900 Menit
5 NOVEMBER 1. Handphone
membuatku mudah
berkomunikasi
2. Laptop membantuku
belajar
3. Tablet memudahkan
aku menonton hal
yang menarik
4. Headset
memudahkan untuk
mendengar
Kokurikuler: P5- - -
PPRA
Ekstrakulikulker - -
Intrakulikuler Topik: Pekerjaan yang Jumlah Minggu =
aku inginkan 2 Minggu
Subtopik: Jumlah JP = 2 x
1. Aku ingin menjadi 900 Menit
6 DESEMBER youtober
2. Aku Pengusaha
Hebat
Kokurikuler: P5- - -
PPRA
Ekstrakulikulker - -

4. Perencanaan Pembelajaran
Ruang lingkup perencanaan pembelajaran pada satuan RA meliputi:
a. Ruang lingkup satuan RA
Penyusunan perencanaan dalam ruang lingkup satuan RA berupa
perumusan dan penyusunan Tujuan Pembelajaran (TP) Serta Alur Tujuan

20
Pembelajaran (ATP) yang berfungsi mengarahkan satuan RA dalam
merencanakan, mengimplementasi, dan mengevaluasi pembelajaran secara
keseluruhan sehingga capaian pembelajaran diperoleh secara sistematis,
konsisten, dan terukur.
Pada awal tahun, RA dapat melakukan identifikasi untuk
menemukenali keberagaman anak dan melakukan asesmen fungsional untuk
mendapatkan informasi yang berkaitan dengan potensi, masalah, hambatan,
dan kondisi perkembangan anak secara menyeluruh sehingga satuan RA
dapat mengetahui adanya Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dan
memberikan dukungan yang sesuai kebutuhan.
b. Ruang lingkup kelas
Perencanaan dalam ruang lingkup kelas berupa penyusunan modul
ajar atau rencana pelaksanaan pembelajaran. Untuk dokumen rencana
pelaksanaan pembelajaran pada ruang lingkup kelas, satuan RA dapat
menggunakan, memodifikasi, atau mengadaptasi contoh modul ajar yang
disediakan pemerintah, dan cukup melampirkan beberapa contoh rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP)/modul ajar atau bentuk rencana kegiatan
yang mewakili inti dari rangkaian pembelajaran pada bagian Lampiran.

5. Pendampingan dan Pengembangan Profesional di Satuan RA


Pendampingan dan pengembangan profesional ditekankan pada prinsip
reflektif dan pengembangan diri bagi pendidik, serta menggunakan alat
penilaian yang jelas dan terukur. Kepala satuan pendidikan merancang dan
melakukan proses pendampingan dan pengembangan profesional sesuai
kebutuhan sebagai tindak lanjut dari hasil pengamatan dan evaluasi dengan
melibatkan pengawas. Kepala satuan RA dan pengawas dapat memainkan
peran dalam berbagai contoh pendampingan dan pengembangan profesional
yang bisa dilakukan di satuan pendidikan, seperti:
a. Coaching: proses pendampingan untuk mencapai tujuan dengan menggali
pemikiran-pemikiran seseorang terhadap suatu masalah.

21
b. Mentoring: proses pendampingan dengan berbagi pengalaman/pengetahuan
untuk mengatasi suatu kendala
c. Pelatihan: proses pendampingan dengan menguatkan pengetahuan dan
keterampilan yang berkaitan dengan kinerja, dengan narasumber internal
atau eksternal (menyesuaikan dengan kemampuan satuan RA).

6. Evaluasi KOM
Evaluasi KOM di RA bertujuan untuk mengukur keberhasilan kepala RA
dan pendidik dalam menjalankan seluruh program pendidikan yang
direncanakan dengan tujuan untuk memahami apakah visi, misi dan tujuan
satuan RA telah tercapai. Sasaran langsung evaluasi KOM pada satuan RA
adalah kepala satuan RA dan pendidik, di mana anak menjadi sasaran tidak
langsung. Proses ini dikelola oleh para kepala satuan RA dan/atau pendidik yang
dianggap sudah mampu untuk melakukan peran ini. Evaluasi KOM
dilaksanakan secara mandiri dan bertahap sesuai dengan konteks, kebutuhan,
dan kemampuan RA.
Evaluasi pembelajaran menjadi salah satu bagian penting dari evaluasi
kurikulum operasional RA. Prinsip-prinsip dalam melakukan evaluasi:
a. Menetapkan tujuan evaluasi yang akan dilakukan
b. Menetapkan data/informasi yang ingin didapatkan dalam kegiatan
peninjauan.
c. Menentukan bentuk asesmen yang akan dilakukan untuk mendapatkan
data/informasi yang diinginkan.
d. Merancang aktivitas evaluasi yang bersifat reflektif dan dapat dijadikan
pengembangan bagi pendidik dan pelaksana program.
e. Menggunakan alat penilaian pencapaian yang jelas dan terukur.
Kapan evaluasi kurikulum operasional di RA bisa dilakukan?
a. Per Hari
Pendidik membuat catatan anekdotal secara informal mengenai bagaimana
proses belajar berjalan, bagaimana tujuan belajar tercapai, bagaimana anak
merespon proses kegiatan belajar.

22
b. Per Unit Belajar
Setelah melakukan asesmen formatif, secara individual maupun tim,
pendidik bisa mengkaji ulang proses belajar dan tercapainya tujuan dan
melakukan perbaikan maupun penyesuaian terhadap proses belajar.
c. Per Semester
Setelah satu semester selesai, pendidik dan tim bisa melihat kontinum
pencapaian.
d. Per Tahun.
Evaluasi terhadap pencapaian dan proses pembelajaran dalam satu tahun
dapat dikumpulkan berkala dalam rentang waktu yang lebih pendek.
Hal apa saja yang bisa menjadi sumber informasi dalam meninjau ulang
pembelajaran dan kurikulum operasional?
a. Hasil asesmen anak per unit.
b. Artefak anak: projek anak, portofolio anak, pameran karya, pertunjukan dan
sebagainya.
c. Survei lulusan
d. Refleksi proses belajar oleh pendidik
e. Observasi kepala RA
f. Rapor Satuan RA

Beberapa contoh cara mengumpulkan informasi, yaitu:


a. Observasi dan refleksi mandiri.
Melakukan asesmen berupa observasi dan refleksi mandiri secara individual
terhadap kriteria kesuksesan yang telah ditetapkan (tujuan belajar, capaian
pembelajaran, Profil Pelajar Pancasila dan Profil Pelajar Rahmatan lil
‘Alamiin).
b. FGD (Focus Group Discussion)
Merupakan diskusi terpumpun yang dilakukan secara kelompok untuk
melihat hubungan antardata yang dimiliki pada catatan anekdotal, hasil
belajar anak, dan refleksi alam self-study, untuk menganalisis masalah dan

23
menarik kesimpulan, serta mengambil keputusan untuk melakukan
perbaikan.
c. Kuesioner anak.
Mengumpulkan persepsi anak terhadap proses belajar, kualitas sarana
prasarana, materi/bahan ajar, serta bagaimana anak memaknai hasil
belajarnya.
d. Kuesioner orang tua. Mengumpulkan persepsi orang tua terhadap
perkembangan belajar anak.

Mengapa kurikulum operasional di RA perlu ditinjau ulang?


a. Meningkatkan hasil belajar anak, keterlibatan, dan kepuasan belajar.
b. Menunjukkan kekuatan dan tantangan pelaksanaan program belajar sebagai
implementasi kurikulum operasional.
c. Mengevaluasi perubahan terkini dari implementasi yang dilakukan.
d. Mengidentifikasi program belajar yang perlu diperbaiki.
e. Mengukur ketercapaian visi dan misi lewat program yang diajarkan di
satuan RA.

Apa yang dapat ditinjau kembali?


a. Alur pembelajaran, mutu, dan relevansi hasil belajar dan prosesnya untuk
menentukan tujuan pembelajaran berikutnya;
b. Kompetensi utuh anak yang memuat pengetahuan, keterampilan, dan sikap
yang akan dituju (mengacu kepada Profil Pelajar Pancasila dan PPRA),
dengan mempertimbangkan aspek penting di setiap capaian pembelajaran,
P5 dan PPRA;
c. Asesmen pembelajaran;
d. Sumber materi ajar, perlengkapan visual maupun auditori, dan kesesuaian
dengan tahapan perkembangan anak.
e. Persepsi anak dalam menjalani proses belajar.
f. Peningkatan kompetensi dan pengelolaan kinerja pendidik dan tenaga
kependidikan agar mereka dapat bekerja dengan efektif.

24
g. Proses dan program yang dianggap paling berhasil serta indikator
keberhasilannya.
h. Proses dan program apa yang masih perlu dan paling penting untuk
dikembangkan.

Bagaimana cara melakukannya?


a. Kolaboratif: melibatkan seluruh pemangku kepentingan terkait, termasuk
peserta didik.
b. Reflektif: melihat kembali pencapaian dan kekurangan dari berbagai aspek,
jujur, dan berdasarkan bukti.
c. Berdasarkan data: membuat kesimpulan berdasarkan fakta yang
dikumpulkan dari berbagai sumber dan yang ditelaah secara seksama.
d. Berpusat pada peserta didik: mengedepankan kepentingan peserta didik
dalam mengambil kesimpulan maupun keputusan.
e. Fokus pada perbaikan dan pengembangan kualitas pembelajaran peserta
didik

Siapa yang terlibat dalam evaluasi kurikulum operasional di satuan RA?


a. Kepala RA
b. Wakil kepala RA/Bidang Kurikulum (bila ada)
c. Pendidik
d. Tenaga kependidikan
e. Peserta didik
f. Orang tua peserta didik
g. Pengawas RA
h. Pakar

Pilihan Satuan RA dalam Melakukan Evaluasi


Evaluasi Kurikulum Operasional Satuan RA dilaksanakan mandiri dan
bertahap sesuai dengan konteks, kebutuhan, dan kemampuan satuan RA. Satuan
RA diharapkan melakukan refleksi secara rutin agar dapat menentukan pilihan

25
yang tepat dalam menyusun dan melaksanakan kurikulum operasional. Satuan
RA dapat melakukan evaluasi dengan berbagai pilihan. Pilihan-pilihan ini
bertujuan untuk memberikan gambaran bahwa penyusunan dan pelaksanaan
kurikulum operasional dapat dilakukan sesuai dengan kesiapan dan kondisi
masing-masing satuan RA. Beberapa pilihan tersebut antara lain:
a. Evaluasi pembelajaran ini fokus kepada proses dan hasil perkembangan
belajar peserta didik selama pembelajaran intrakurikuler dan P5 dan PPRA
peserta didik, dengan memperhatikan: Capaian Pembelajaran; Profil Pelajar
Pancasila; hasil asesmen pembelajaran;
b. Satuan RA melakukan evaluasi dengan memperhatikan perspektif peserta
didik. Evaluasi pembelajaran ini fokus kepada proses dan hasil
perkembangan belajar peserta didik selama pembelajaran intrakurikuler, P5
dan PPRA, dan ekstrakurikuler peserta didik, dengan memperhatikan:
Capaian Pembelajaran; Profil Pelajar Pancasila dan PPRA; hasil asesmen
pembelajaran; kualitas pengajaran pendidik dan penggunaan perangkat ajar;
dan umpan balik dari anak mengenai pengalaman belajarnya.
c. Melakukan evaluasi terhadap proses dan hasil perkembangan belajar peserta
didik selama pembelajaran intrakurikuler, P5 dan PPRA, serta
ekstrakurikuler peserta didik, dengan memperhatikan: Capaian
Pembelajaran; Profil Pelajar Pancasila dan PPRA, hasil asesmen
pembelajaran, kualitas pengajaran pendidik dan penggunaan perangkat ajar;
keselarasan dengan visi, misi, tujuan dan kekhasan satuan RA. Evaluasi ini
mempertimbangkan sudut pandang peserta didik dan orang tua.

Strategi untuk Evaluasi Kurikulum Operasional


Evaluasi kurikulum operasional di RA dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
a. Adakan pertemuan dengan orang tua, warga RA untuk mendapatkan
gambaran mengenai pandangan mereka terhadap evaluasi kurikulum; apa
yang dipahami, bagaimana perasaan dan pendapatnya mengenai evaluasi
RA.

26
b. Arahkan diskusi pada pembahasan mengenai lingkup evaluasi kurikulum;
tunjukkan sampel yang akan digunakan atau dokumen evaluasi yang akan
digunakan.
c. Amati jalannya program secara seksama untuk mendapatkan informasi
nyata mengenai implementasinya dan mengingatkan semua pihak terhadap
tujuan program.
d. Pahami tujuan program dan kekhawatiran yang dimiliki pihak-pihak
yang terlibat mengenai program dan evaluasi; cari tahu apakah terdapat
perbedaan antara tujuan yang tertulis dan tujuan yang disampaikan oleh
pihak-pihak yang menjalankan.
e. Identifikasi hal-hal yang menjadi akar permasalahan. Untuk setiap
permasalahan perlu didesain proses evaluasi, dan mencari data yang
spesifik.
f. Tentukan cara untuk mencari data; melalui observasi, penilaian,
wawancara, diskusi terpumpun ataupun melalui rapor pendidikan.
g. Jalankan prosedur pencarian dan pengumpulan data.
h. Kelompokkan dan mengatur informasi dalam tema-tema dan menyiakan
potret implementasinya. Potret ini bisa dalam bentuk video, artefak,
kasus atau bentuk- bentuk lain.
i. Tentukan pihak yang akan diberi laporan dan pilih format yang sesuai.

Tindak lanjut hasil pendampingan, evaluasi dan pengembangan


profesional:
a. Menjadi masukan dalam melakukan analisis konteks karakteristik satuan RA
b. Hasil evaluasi dapat merubah visi, misi dan tujuan RA
c. Evalusi KOM menjadi dasar dalam menentukan pengorganisasian
pembelajaran

27
F. RANGKUMAN
Modul kegiatan belajar 5 tentang penyusunan kurikulum oprasional
madrasah pada RA dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Setiap madrasah wajib mengembangkan kurikulum operasionalnya
masing-masing termasuk Raudatul Athfal (RA).
2. Madrasah saat menyusun Kurikulum Oprasional Madrasah harus
mengacu pada Keputusan Menteri Agama Nomor 347 Tahun 2022
Tentang Pedoman Implementasi Kurikulum Merdeka pada Madrasah,
Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 3211 tahun 2022
tentang Capaian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa
Arab Kurikulum Merdeka pada Madrasah dan Panduan Pengembangan
Kurikulum Operasional Madrasah (KOM).
3. Prinsip Penyusunan KOM di RA yaitu: Berpusat pada anak,
Kontekstual, Esensial, Akuntabel, Keterlibatan berbagai pemangku
kepentingan, dan Pemerataan dan peningkatan mutu
4. Komponen KOM pada satuan RA terdiri dari: karakteristik RA; Visi, misi,
dan tujuan RA; Pengorganisasian pembelajaran; Perencanaan pembelajaran;
Pendampingan dan pengembangan profesional di satuan RA
G. SUMBER BACAAN PENDUKUNG
1. Keputusan Menteri Agama Nomor 347 Tahun 2022 Tentang
Pedoman Implementasi Kurikulum Merdeka pada Madrasah
2. Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 3211 tahun
2022 tentang Capaian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan
Bahasa Arab Kurikulum Merdeka pada Madrasah
3. Panduan Pengembangan Kurikulum Operasional Madrasah,
Kementerian Agama RI, 2022
4. Panduan Pengembangan Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM)
di Raudahatul Athfal, Kementerian Agama RI, 2022

28
H. LEMBAR KERJA: PETUNJUK, FORM, RUBRIC
a. Analisis Karakteristik RA yang telah anda tentukan
b. Lakukan analisis terhadap keselarasan VISI, MISI, dan TUJUAN
SATUAN RA
c. Susun pengorganisasian pembelajaran untuk satu semester

I. REFERENSI
1. Keputusan Menteri Agama Nomor 347 Tahun 2022 Tentang Pedoman
Implementasi Kurikulum Merdeka pada Madrasah
2. Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 3211 tahun 2022
tentang Capaian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa
Arab Kurikulum Merdeka pada Madrasah
3. Panduan Pengembangan Kurikulum Operasional Madrasah,
Kementerian Agama RI, 2022

Panduan Pengembangan Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) di Raudahatul


Athfal, Kementerian Agama RI, 2022

29
KEGIATAN BELAJAR 2
ANALISIS KOMPONEN CAPAIAN PEMBELAJARAN
Oleh: Maulidya Ulfah, M.Pd.I.

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Mampu merumuskan indikator capaian pembelajaran Raudhatul Athfal
pada kategori berpikir dan berkinerja tingkat tinggi yang harus dimiliki peserta
didik mencakup pengetahuan dan keterampilan secara utuh (kritis, kreatif,
komunikatif, kolaboratif, produktif dan inovatif) yang berorientasi masa depan
(adaptif dan fleksibel).
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mahasiswa mampu mengkaji tentang capaian pembelajaran di Raudhatul
Athfal.
2. Mahasiswa mampu menganalisis ruang lingkup capaian pembelajaran
yang terdiri dari (1) Rasionalisasi Pembelajaran, (2) Tujuan Capaian
Pembelajaran, (3) Karakteristik Pembelajaran, (4) Lingkup Capaian
Pembelajaran, dan (5) Rumusan Capaian Pembelajaran.
3. Mahasiswa mampu merancang capaian pembelajaran di Satuan Raudhatul
Athfal.

C. AKTIVITAS PEMBELAJARAN
Pembelajaran ini menggunakan model discovery learning yaitu kegiatan
belajar yang berfokus pada pencarian dan penemuan melalui berfikir secara
sistematis. Dosen bersama dengan mahasiswa melakukan analisis kritis terhadap
materi capaian pembelajaran dengan merujuk pada Keputusan Direktur Jenderal
Pendidikan Islam nomor 3211 tahun 2022 dan merujuk pada Keputusan Kepala
Badan Standar, Kurikulum, Dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, Dan Teknologi Nomor 033/H/Kr/2022 Tentang Capaian
Pembelajaran Pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan
Jenjang Pendidikan Menengah Pada Kurikulum Merdeka.

30
Dosen membimbing mahasiswa untuk menganalisis komponen capaian
pembelajaran kemudian menemukan materi esensial pada setiap elemen untuk
setiap fase dan membandingkannya. Mahasiswa melakukan komunikasi pada dosen
pengampu dan bekerjasama dengan kelompok kelasnya untuk mengambil tema
yang akan diperdalam dalam kegiatan tugas lanjutan KB 2.

D. PENGANTAR
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 4 tahun 2022 tentang Standar
Nasional Pendidikan, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kompetensi spiritual, keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan Negara. Standar Nasional Pendidikan
dikembangkan berdasarkan Pancasila, Undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945, Negara Kesatuan RI dan Bhinneka Tunggal Ika.
Seiring dengan mewujudkan tujuan pendidikan dan merespon perubahan
paradigma pembelajaran abad-21 serta perkembangan dunia yang sangat dinamis
dan tidak menentu, maka diperlukan pola baru dalam pengelolaan pendidikan dan
pembelajaran pada madrasah. Madrasah harus senantiasa melakukan perubahan dan
perbaikan berkelanjutan, berani melakukan inovasi atau terobosan baru, serta
memanfaatkan teknologi informasi secara maksimal untuk meningkatkan mutu
layanan kepada seluruh warga madrasah. Madrasah harus memiliki otonomi dalam
mengelola pendidikan dan kemandirian dalam berkreasi, berinovasi, menciptakan
layanan yang humanis, ramah, serta adaptif dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) di Raudhatul Athfal (RA)
mengacu pada kerangka dasar kurikulum dan struktur kurikulum yang menjadi
Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia (KMA) Nomor 347 tahun 2022
tentang Pedoman Implementasi Kurikulum Merdeka pada Madrasah dan Keputusan
Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 3211 tahun 2022 tentang Capaian
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab Kurikulum Merdeka pada

31
Madrasah. Pengembangan kurikulum merdeka di RA dilakukan dengan prinsip
diversifikasi sesuai dengan karakteristik RA potensi daerah dan kondisi anak serta
melibatkan komite madrasah.
Dalam pengembangan implementasi kurikulum merdeka di Raudhatul
Athfal, akan dibahas tentang (1) Standar Kompetensi Lulusan Madrasah, (2)
Standar Isi, (3) Capaian Pembelajaran, dan (4) Profil Pelajar.

E. URAIAN MATERI
1. Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak (STPPA)
Standar Kompetensi Lulusan Madrasah adalah kriteria minimal
tentang kesatuan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang menunjukkan
capaian kemampuan anak dari hasil pembelajarannya pada akhir jenjang
Pendidikan Raudhatul Athfal. Standar Kompetensi Lulusan dirumuskan
berdasarkan:
a. Tujuan Pendidikan Nasional;
b. Tingkat perkembangan anak;
c. Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia;
d. Jalur, Jenjang, dan Jenis pendidikan.
Implementasi Kurikulum Merdeka pada RA terdiri dari Standar
Kompetensi Lulusan Madrasah untuk RA yang disebut dengan Standar
Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak (STPPA). Standar Kompetensi
Lulusan di RA merupakan Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan
Anak Usia Dini yang memuat profil peserta didik sebagai kesatuan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang menjadi deskripsi capaian
perkembangan anak dari hasil partisipasinya pada akhir pendidikan anak
usia dini.
Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak Usia Dini yang
mengacu pada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 4 tahun 2022 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 57 Tahun 2021 tentang
Standar Nasional Pendidikan, terdapat beberapa ketentuan dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2021 tentang Standar Nasional

32
Pendidikan. Menurut Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 4 tahun 2022
Tentang Perubahan PP Nomor 57 Tahun 2021 Tentang Standar Nasional
Pendidikan, Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak Usia Dini
pada Raudhatul Athfal difokuskan pada aspek perkembangan anak yang
mencakup:
a. nilai agama dan moral;
b. nilai Pancasila;
c. fisik motorik;
d. kognitif;
e. bahasa; dan
f. sosial emosional.

2. Standar Isi
Standar Isi di RA memiliki muatan yaitu: al-Quran, Hadis, Akidah,
akhlak, Fikih, Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dan Bahasa Arab yang
terintegrasi dalam kegiatan bermain secara menyenangkan dan bermakna.
Upaya peningkatan fleksibilitas ruang lingkup materi dengan memberikan
ruang kepada pendidik untuk memfasilitasi anak mengembangkan
kompetensinya dan mengadopsi prinsip diferensiasi (ragam laju
perkembangan anak, latar belakang anak termasuk anak berkebutuhan
khusus).
Aspek perkembangan anak dirumuskan secara terpadu dalam
bentuk deskripsi capaian perkembangan yang terdapat dalam STPPA,
meliputi::
a. Mengenal dan percaya kepada Allah swt., Tuhan yang Maha Esa,
mengenal ajaran pokok agama, dan menunjukkan sikap menyayangi
dirinya, sesama manusia serta alam sebagai ciptaan Allah swt.,
Tuhan yang Maha Esa melalui partisipasi aktif dalam merawat diri
dan lingkungannya; yang mencakup materi:
1) Ajaran pokok Islam sebagai bentuk pengenalan dan penanaman
kepercayaan anak pada Allah swt., Tuhan yang Maha Esa;

33
2) Menjaga kebugaran, merawat kesehatan, kebersihan, keselamatan
dan keamanan diri sebagai bentuk rasa sayang anak terhadap
dirinya dan wujud syukur kepada Allah swt., Tuhan yang Maha
Esa;
3) Saling menghargai sesama manusia dengan berbagai
perbedaannya sebagai bentuk toleransi dan kasih sayang terhadap
ciptaan Allah swt., Tuhan yang Maha Esa; dan
4) Merawat alam melalui kegiatan sehari-hari sebagai bentuk rasa
sayang terhadap binatang, tanaman, dan alam yang merupakan
ciptaan Allah swt., Tuhan yang Maha Esa.
b. Mengenali identitas diri, mengetahui kebiasaan di keluarga, sekolah,
dan masyarakat, mengetahui dirinya merupakan bagian dari warga
Indonesia, serta mengetahui keberadaan negara lain di dunia; yang
mencakup materi:
1) Identitas dirinya terbentuk dari berbagai karakteristik, termasuk
gender, minat, agama, sosial, dan budaya;
2) Kesadaran diri bahwa setiap orang memiliki karakteristik dan
kebiasaan yang berbeda;
3) Menyesuaikan diri dengan lingkungan (keluarga, madrasah, dan
masyarakat) dan pemahaman di setiap lingkungan memiliki
kebiasaan, aturan yang berbeda, yang perlu diketahui dan dihargai
agar dirinya lebih terampil dalam melakukan kegiatan sehari-hari;
4) Peran sebagai diri, anggota keluarga, warga madrasah, warga
masyarakat, dan warga negara sebagai fondasi dalam pengenalan
hak, tanggung jawab, dan peduli pada sesama, lingkungan, seni,
budaya, dan menjaga kelestariannya; dan
5) Identitas kenegaraan melalui pengenalan simbol, antara lain:
bahasa, bendera, lambang negara, lagu kebangsaan, dan informasi
lainnya tentang Indonesia dan negara lain.

34
c. Mengenali emosi, mampu mengendalikan keinginannya sebagai
sikap menghargai keinginan orang lain, dan mampu berinteraksi
dengan teman sebaya; yang mencakup materi:
1) Ragam emosi yang secara wajar dirasakan oleh manusia sebagai
reaksi terhadap suatu kondisi;
2) Ragam emosi dan keinginan orang lain yang berbeda dengan
dirinya (perspective taking) dan dirinya perlu menghargai
keinginan orang lain agar dapat berteman dengan sebaya;
3) Pengendalian emosi secara bertahap agar anak dapat
mengekspresikannya secara sehat dan positif, baik terhadap diri,
orang lain, maupun lingkungan;
4) Interaksi dan kolaborasi sebagai fondasi membangun
kemampuan prososial; dan
5) Aturan dan disiplin diperkenalkan melalui kesepahaman, teladan,
pembiasaan, dan dukungan lingkungan yang sesuai.
d. Mengenali serta menghargai kebiasaan dan aturan yang berlaku,
serta memiliki rasa senang terhadap belajar, menghargai usahanya
sendiri untuk menjadi lebih baik, dan memiliki keinginan untuk
berusaha kembali ketika belum berhasil; yang mencakup materi:
1) Kebiasaan dan aturan yang berlaku sehingga perlu
mengendalikan dirinya;
2) Melihat dan merasakan proses belajar sebagai pengalaman yang
menyenangkan;
3) Proses belajar dapat terjadi di mana saja dan memaknainya
sebagai media untuk dapat menjadi lebih baik;
4) Usaha dan hasil sama pentingnya serta keberhasilan dapat dicapai
melalui berbagai cara ketika belum berhasil; dan
5) Pentingnya kepercayaan diri dan kemandirian dalam berpikir dan
bertindak melalui berbagai aktivitas sehari-hari sebagai fondasi
pembentukan pribadi yang berdikari dan tangguh.

35
e. Memiliki daya imajinasi dan kreativitas melalui eksplorasi dan
ekspresi pikiran dan/atau perasaannya dalam bentuk tindakan
sederhana dan/atau karya yang dapat dihasilkan melalui kemampuan
kognitif, afektif, rasa seni serta keterampilan motorik halus dan
kasarnya; yang mencakup materi:
1) Ragam cara penyelesaian suatu tugas atau kegiatan dan cara
dalam mengekspresikan pikiran dan perasaannya;
2) Pengembangan kreativitas melalui imajinasi, ide, perasaan, dan
karya ditumbuhkan secara bertahap melalui kegiatan sehari-
sehari yang menyenangkan;
3) Penghargaan keunggulan diri dan orang lain dalam rangka
menumbuhkan sikap positif terhadap kemampuan, karya,
prestasi, motivasi, dan produktivitas dalam aktualisasi diri; dan
4) Kegiatan motorik kasar, motorik halus, dan taktil dilakukan
melalui berbagai kegiatan sehari-hari sebagai bentuk
pengembangan diri.
f. Mampu menyebutkan alasan, pilihan atau keputusannya, mampu
memecahkan masalah sederhana, serta mengetahui hubungan sebab
akibat dari suatu kondisi atau situasi yang dipengaruhi oleh hukum
alam; yang mencakup materi:
1) Pengalaman observasi, eksplorasi, dan eksperimen yang menarik,
menantang, dan bermakna bagi kehidupan anak;
2) Hubungan sebab akibat terkait pemecahan masalah dalam
kehidupan sehari-hari;
3) Pengenalan dasar pengetahuan ilmiah untuk memahami situasi
dunia nyata dilakukan melalui informasi dari media digital
dan/atau nondigital secara bertahap; dan
4) Penggunaan dan perekayasaan teknologi diperkenalkan secara
bertahap dan menyenangkan mulai dari teknologi yang
digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

36
g. Mampu menyimak, memiliki kesadaran akan pesan teks, alfabet dan
fonemik, memiliki kemampuan dasar yang diperlukan untuk
menulis, memahami instruksi sederhana, mampu mengutarakan
pertanyaan dan gagasannya serta mampu menggunakan kemampuan
bahasanya untuk bekerja sama; yang mencakup materi:
1) Mendapatkan informasi dilakukan melalui percakapan, interaksi,
kolaborasi, beragam media, serta eksplorasi fakta dan objek
secara langsung di bawah bimbingan orang dewasa;
2) Cara berkomunikasi yang mempengaruhi keterampilan untuk
menghasilkan karya bersama orang lain dan menyampaikan
ide/informasi/maksud yang diinginkan;
3) Hubungan antara pesan visual yang tertuang dalam berbagai
media dengan simbol alfabetis, suara, rangkaian kata, dan makna
dari suatu kata;
4) Penggunaan ragam cara dan alat tulis sebagai media untuk
mengekspresikan pikiran; dan
5) Minat, kegemaran, dan gairah pada bacaan yang ditumbuhkan
melalui dukungan lingkungan yang kaya literasi, positif, dan
bermakna.
h. Memiliki kesadaran bilangan, mampu melakukan pengukuran
dengan satuan tidak baku, menyadari adanya persamaan dan
perbedaan karakteristik antar objek, serta memiliki kesadaran ruang
dan waktu; yang mencakup materi:
1) Keterhubungan antara konsep bilangan dengan kehidupan sehari-
hari;
2) Ragam objek dan karakteristiknya yang berbeda, dan dapat
dibandingkan antara lain: berdasarkan jumlah, besaran, bentuk,
posisi, dan/atau tekstur;
3) Konsep dan makna waktu, antara lain: masa kini, masa lampau,
dan masa mendatang, serta hari, minggu, bulan, dan tahun;

37
4) Perbedaan antara elemen air, benda padat, dan udara, serta
konversi yang dapat terjadi sebagai reaksi dari ada atau tidaknya
hawa panas;
5) Pengambilan keputusan merupakan suatu proses menimbang
antara keinginan dan/atau suatu alasan;
6) Sebab akibat fenomena alam dan fenomena sosial yang terjadi
dalam kehidupan sehari-hari; dan
7) Konsep dan kaidah pra matematika ditumbuhkan dalam situasi
sehari-hari, antara lain: angka, berhitung, hubungan satu kesatu,
klasifikasi dan sortir, pengenalan ruang dan bentuk, pengukuran,
pola, dan pengolahan data.
i. Memiliki kemampuan bersikap, berperilaku akhlakul karimah, dan
moderat melalui keteladanan yang dicontohkan dalam kehidupan
sehari-hari pada lingkup keluarga yang berdasar pada pemahaman
ulama yang sahih dari al-Qur’an dan Hadis yang termanifestasikan
pada akidah sebagai dasar dorongan beramal, dengan fikih sebagai
basis ketentuan beribadah dan bermuamalah, yang mengambil
pelajaran dari sejarah peradaban Islam sebagai inspirasi serta mampu
mengenal bahasa arab yang terintegrasi dalam kehidupan sehari-hari,
yaitu:
1) Akidah, sebagai bentuk keyakinan diri kepada Allah melalui
ciptaan-Nya;
2) Al-Qur’an, Hadis, Ijma’, Qiyas dan Ijtihad Ulama, sebagai bentuk
pengenalan dasar-dasar Agama Islam;
3) Pelaksanaan ibadah sehari-hari sebagai bentuk pengenalan dan
kepercayaan anak pada Allah swt;
4) Akhlak karimah dan sikap moderat yang dikenalkan melalui kisah
Islami sebagai teladan dalam kehidupan sehari-hari;
5) Mengenal bahasa arab sebagai bahasa al-Qur’an yang dapat
dijadikan alat dalam memahami agama Islam dan bermuamalah.

38
Anak berkebutuhan khusus dapat mengikuti Standar Isi dengan
dilakukan penyesuaian kebutuhan berkebutuhan khusus yang sudah di
asesmen oleh masing-masing RA.
Dalam Standar Isi RA juga mengembangkan muatan al-Qur’an
Hadis, Akidah, Akhlak, Fikih, Sejarah Kebudayaan Islam (SKI), dan Bahasa
Arab yang terintegrasi dalam kegiatan bermain secara menyenangkan dan
bermakna. Upaya peningkatan fleksibilitas ruang lingkup materi dengan
memberikan ruang kepada pendidik untuk memfasilitasi anak
mengembangkan kompetensinya dan mengadopsi prinsip diferensiasi
(ragam laju perkembangan anak, latar belakang anak, termasuk anak
berkebutuhan khusus).
a. Memiliki kesadaran bilangan, mampu melakukan pengukuran dengan
satuan tidak baku, menyadari adanya persamaan dan perbedaan
karakteristik antar objek, serta memiliki kesadaran ruang dan waktu,
yang mencakup materi:
b. Memiliki kemampuan bersikap, berperilaku akhlak karimah, dan
moderat melalui keteladanan yang dicontohkan dalam kehidupan
sehari-hari pada lingkup keluarga yang berdasar pada pemahaman
ulama yang sahih dari al-Qur’an dan Hadis yang termanifestasikan pada
akidah Islam sebagai dasar dorongan beramal, dengan fikih sebagai
basis ketentuan beribadah dan bermuamalah, yang mengambil pelajaran
dari sejarah peradaban Islam sebagai inspirasi serta mampu mengenal
bahasa arab yang terintegrasi dalam kehidupan sehari-hari.
3. Capaian Pembelajaran
Pada Capaian Pembelajaran di Raudhatul Athfal, penyusunan
tujuan pembelajaran mempertimbangkan laju perkembangan anak, bukan
kompetensi dan konten seperti pada jenjang lainnya. Ada beberapa hal
yang harus diperhatikan dalam memahami capaian pembelajaran
Raudhatul Athfal, yang terdiri dari: (1) rasionalisasi pembelajaran, (2)
tujuan capaian pembelajaran Raudhatul Athfal, (3) karakteristik
pembelajaran Raudhatul Athfal, (4) lingkup capaian pembelajaran di

39
Raudhatul Athfal, dan (5) rumusan capaian pembelajaran di Raudhatul
Athfal. Kelima hal tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Rasionalisasi Pembelajaran
Capaian Pembelajaran (CP) Raudhatul Athfal terdiri dari
muatan Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab pada Raudhatul
Athfal. Penyusunan Capaian Pembelajaran di RA dapat dimaknai
sebagai sebuah respons terhadap adanya kebutuhan untuk menguatkan
peran sebagai pondasi menuju jenjang pendidikan dasar.
Capaian Pembelajaran merupakan input kurikulum merdeka
yang digunakan oleh satuan Raudhatul Athfal dalam merancang
pembelajaran. Capaian Pembelajaran memberikan kerangka stimulasi
pembelajaran yang memandu pendidik Raudhatul Athfal dalam
memberikan layanan yang dibutuhkan anak usia dini.
Capaian pembelajaran Raudhatul Athfal memiliki kekhasan
pada pembelajaran PAI dan Bahasa Arab serta praktik pendidikan
Raudhatul Athfal yang diwarnai dengan nilai-nilai agama Islam. Ciri
khas Raudhatul Athfal pada PAI dan Bahasa Arab meliputi
kemampuan bersikap dan berperilaku akhlak karimah melalui
keteladanan berdasar pada Al-Qur’an Al-Hadis dengan pemahaman
ulama yang sahih, termanifestasikan pada aqidah yang benar sebagai
dasar dorongan beramal melalui kegiatan beribadah dan
bermuamalah/ bergaul sebagai implementasi fikih, mengambil
pelajaran dari cerita-cerita Islami sebagai inspirasi dalam berperilaku,
serta dikenalkan juga kosa kata Bahasa Arab secara sederhana.
Sedangkan praktik pendidikan Raudhatul Athfal dibangun
dalam suasana akademik-religius yang harmonis-kolaboratif antara
guru, orang tua dan dalam ikatan cinta karena Allah Swt. (mahabbah
fillah), bukan hubungan atas dasar transaksional-materealistis,
sehingga memungkinkan tumbuh kembangnya perilaku beraklak
mulia dan nilai keislaman dalam iklim akademik di ligkungan
Raudhatul Athfal.

40
Penanaman nilai-nilai akhlak kepada warga Raudhatul Athfal
sebisa mungkin tidak dilakukan dengan paksaan yang mekanistik,
namun dengan penghayatan dan penyadaran bagaimana nilai-nilai
positif dari ajaran akhlak terinternalisasi dalam diri, menjadi warna
dan inspirasi dalam cara berfikir, bersikap dan bertindak oleh warga
Raudhatul Athfal dalam praksis pendidikan dan kehidupan sehari-
hari.
Pembelajaran di Raudhatul Athfal merupakan proses
pendidikan yang menstimulasi hati dan kejiwaan anak sebagai fokus
utama. Karena itu pengkondisian suasana kebatinan proses
pembelajaran melalui bermain yang harmonis dengan pendekatan
kasih sayang dan jauh dari amarah dan kekerasan harus diutamakan.
Anak beserta semua permasalahan dan karakteristiknya dipandang
dengan pandangan kasih sayang (ain al-rahmah).
Stimulasi dirancang dengan cara memperkaya lingkungan
yang dapat menguatkan interaksi antara anak dengan lingkungan
sekitar termasuk pendidik dan orangtua. Peran guru dan orangtua pada
stimulasi anak usia dini selaras dengan pemikiran Ki Hadjar
Dewantara yaitu berfungsi sebagai fasilitator, mentor serta mitra anak
dalam proses perkembangannya. Proses stimulasi dapat memberikan
dampak yang optimal terhadap penanaman karakter, pengetahuan
maupun keterampilan anak. Stimulasi tersebut dilakukan pada semua
aspek pertumbuhan dan perkembangan anak, baik dari aspek moral
dan agama, fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial emosional dan seni
melalui kegiatan bermain yang bermakna.
Pembentukan pengetahuan dan penanaman akhlak kepada
anak terjadi ketika bermain dan berinteraksi dengan lingkungannya
secara aktif. Proses tersebut didukung oleh desain lingkungan belajar
yang sesuai dengan karakteristik Raudhatul Athfal serta tantangan dan
dukungan yang diberikan oleh guru untuk memastikan anak
memperoleh kemampuan-kemampuan baru. Lingkungan bermain di

41
RA didesain sedemikian rupa dalam rangka membentuk anak-anak
yang memiliki karakter mulia sesuai ajaran Islam yang rahmatan lil
alamin.
Bermain yang dilakukan secara alami dan spontan merupakan
kegiatan belajar yang menyenangkan. Apabila dilakukan dengan
dukungan yang tepat, maka akan mengarah pada pembelajaran yang
lebih dalam dan bermakna tentang diri anak dan dunianya. Melalui
bermain anak dapat mengekspresikan apa yang ia ketahui tentang
dunianya. Hal ini merupakan kesempatan yang tepat bagi guru untuk
menstimulasi anak dan mengambil langkah berikutnya, serta
mengarahkannya untuk mencoba tantangan baru agar memperoleh
pengalaman belajar lebih banyak lagi. Stimulasi bermain yang tepat,
berkualitas, menantang serta selaras dengan minat diharapkan dapat
memberikan kesempatan kepada anak untuk menunjukkan
pengenalan tentang dirinya sebagai anak Indonesia yang cerdas dan
saleh dalam keragaman budayanya.
Guru merupakan teladan bagi anak sepanjang melakukan
kegiatan bermain di Raudhatul Athfal. Keterlibatan orang dewasa
terutama orangtua sebagai pendidik menjadi penting dalam mendesain
stimulasi belajar anak dengan prinsip kasih sayang karena Allah
(mahabah fillah). Dukungan (scaffolding) dari orang dewasa yang
terlibat dengan merespon minat dan bakat anak, menjelaskan berbagai
hal, mengenalkan kosa kata dalam tiap kegiatan pengalaman belajar
yang baru dan mendorong anak mengeksplorasi berbagai hal.
b. Tujuan Capaian Pembelajaran Raudhatul Athfal
Tujuan capaian pembelajaran di Raudhatul Athfal untuk
membantu anak mencapai tahap-tahap perkembangannya dan
mengarahkan pada semua aspek perkembangan anak (nilai agama dan
moral, nilai-nilai Pancasila, fisik motorik, sosial emosional, bahasa,
kognitif dan seni) dengan menginternalisasikan nilai-nilai agama
Islam serta menarasikan kompetensi pembelajaran yang diharapkan

42
dicapai anak, agar anak siap mengikuti jenjang pendidikan
selanjutnya.
c. Karakteristik Pembelajaran Raudhatul Athfal
Karakteristik pembelajaran di Raudhatul Athfal memandang
bahwa setiap anak unik dan memiliki potensi-potensi yang masih
dapat ditumbuhkembangkan melalui berbagai macam stimulasi dalam
kegiatan bermain yang bermakna. Guru diharapkan dapat
menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, aktif kreatif dan
beroreintasi pada kebutuhan anak serta didukung oleh lingkungan
yang kondusif dan diwarnai nilai-nilai Islami. Pembelajaran di
Raudhatul Athfal perlu memperhatikan beberapa karakteristik yaitu:
1) mengintegrasikan nilai-nilai agama Islam pada setiap aspek
perkembangan anak;
2) membiasakan perperilaku akhlak karimah kepada allah swt, diri
sendiri, orang lain, dan ciptaannya;
3) mendukung terbentuknya kesehatan mental anak (mental health)
dan kesejahteraan diri (well-being);
4) menghargai dan menghormati anak;
5) mendorong rasa ingin tahu anak;
6) menyesuaikan dengan usia, tahap perkembangan, minat bakat
dan kebutuhan anak;
7) memberikan stimulasi secara holistik integratif;
8) memberikan tantangan, bimbingan, dan dukungan kepada tiap
anak melalui interaksi yang bermakna;
9) melibatkan keluarga dan lingkungan sosial sebagai mitra;
10) memanfaatkan lingkungan dan teknologi sebagai sumber belajar.
d. Lingkup Capaian Pembelajaran Raudhatul Athfal
Lingkup capaian pembelajaran di Raudhatul Athfal mencakup
tiga elemen stimulasi yang saling terintegrasi, yakni
1) Nilai agama dan budi pekerti, yang mencakup kemampuan dasar-
dasar agama (akidah, akhlak karimah, al-Qur’an dan al-hadis,

43
ibadah, cerita islami serta pengenalan bahasa arab secara
sederhana);
2) Jati diri, yang mencakup pengenalan jati diri anak indonesia yang
sehat secara emosi dan sosial , berlandaskan pancasila yang
rahmatan lil alamin, serta memiliki kemandirian fisik;
3) Dasar-dasar literasi, Matematika, Sains, Teknologi, Rekayasa,
dan Seni, yang mencakup kemampuan memahami berbagai
informasi dan berkomunikasi serta berpartisipasi dalam kegiatan
pra-membaca.
Tiga elemen stimulasi tersebut merupakan elaborasi aspek-
aspek perkembangan nilai agama dan moral, nilai-nilai Pancasila, fisik
motorik, kognitif, sosial emosional, bahasa, dan seni serta bidang-
bidang lain untuk optimalisasi tumbuh kembang anak sesuai dengan
tantangan pendidikan abad 21. Tiap elemen stimulasi mengeksplorasi
aspek-aspek perkembangan secara utuh dan tidak terpisah. Setiap
elemen stimulasi harus digunakan sebagai dasar untuk mengeksplorasi
aspek perkembangan anak secara keseluruhan.
Capaian Pembelajaran di Raudhatul Athfal bagi Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) ditetapkan secara akomodatif dengan
mempertimbangkan prinsip fleksibilitas sesuai karakteristik dan
kondisi anak berdasarkan hasil asesmen kebutuhan anak. Pelaksanaan
akomodasi kurikulum merdeka, pembelajaran dan penilaian bagi
ABK dalam memenuhi Capaian Pembelajaran menjadi kewenangan
guru dan/atau Raudhatul Athfal.
e. Rumusan Capaian Pembelajaran Raudhatul Athfal
Capaian Pembelajaran pada jenjang Raudhatul Athfal
bertujuan untuk memberikan arah yang sesuai dengan usia
perkembangan pada semua aspek perkembangan anak sehingga
kompetensi pembelajaran yang diharapkan dicapai anak pada akhir
pembelajaran di Raudhatul Athfal dapat dipahami dengan jelas agar
anak siap mengikuti jenjang pendidikan selanjutnya.

44
Lingkup Capaian Pembelajaran di Raudhatul Athfal
dikembangkan dari tiga elemen stimulasi yang saling terintegrasi dan
merupakan elaborasi dari aspek-aspek perkembangan anak, yaitu nilai
agama dan moral, fisik motorik, kognitif, sosial emosional, bahasa;
dan nilai Pancasila; serta bidang-bidang lain untuk mengoptimalkan
tumbuh kembang anak sesuai dengan kebutuhan pendidikan Abad 21
di Indonesia yang dikenal dengan 4C (Critical thinking,
Comunication, Collaboration, Creativity).
Tiga elemen stimulasi yang dimaksud, yaitu: 1) Nilai Agama
dan Budi Pekerti; 2) Jati Diri (P5 PPRA); dan 3) Dasar-dasar Literasi,
Matematika, Sains, Teknologi, Rekayasa, dan Seni; diharapkan dapat
mengeksplorasi aspek-aspek perkembangan anak secara utuh dan
tidak terpisah.
Capaian Pembelajaran jenjang Raudhatul Athfal menjabarkan
capaian yang diharapkan terjadi di akhir di fase fondasi. Capaian
Pembelajaran memberikan kerangka pembelajaran yang memandu
pendidik di satuan dalam memberikan stimulasi yang dibutuhkan oleh
anak usia dini.
Capaian Pembelajaran secara spesifik menekankan pentingnya
pendampingan anak dalam menemukan jati dirinya, serta menguatkan
pemahaman anak terhadap dunianya melalui eksplorasi terhadap
lingkungan sekitar.
Pada akhir fase fondasi, anak menunjukkan kegemaran
mempraktikkan dasar-dasar nilai agama Islam dan budi pekerti;
kebanggaan terhadap dirinya; dasar-dasar kemampuan literasi,
matematika, sains, teknologi, rekayasa, dan seni untuk membangun
sikap positif terhadap belajar dan kesiapan untuk mengikuti
pendidikan dasar.

45
Tabel 1. Rumusan Capaian Pembelajaran
Raudhatul Athfal
No Elemen Capaian Pembelajaran
1. Nilai 1. Anak mengenal dan percaya kepada Allah,
Agama dan 2. Anak mengenal Al-Qur’an dan Al-Hadis sebagai
Budi Pekerti pedoman hidupnya,
3. Anak mempratikkan ibadah sehari-hari dengan
tuntunan orang dewasa,
4. Anak membiasakan berakhlak karimah di lingkungan
rumah, madrasah dan lingkungan sekitarnya dengan
menghargai perbedaan,
5. Anak meneladani kisah Nabi Muhammad SAW dan
para sahabat serta cerita-cerita Islami,
6. Anak mengenal kosa kata Bahasa Arab secara sederhana,
7. Anak berpartisipasi aktif dalam menjaga
kebersihan, kesehatan dan keselamtan diri sebagai
bentuk rasa sayang terhadap dirinya dan sebagai
bentuk rasa syukur kepada Allah Swt,
8. Anak menghargai alam dengan cara merawatnya dan
menunjukkan rasa sayang terhadap makhluk hidup
yang merupakan ciptaan Allah Swt.

2. Jati diri 1. Anak mengenali, mengekspresikan dan mengelola


emosi diri serta membangun hubungan sosial secara
sehat,
2. Anak mengenal dan memiliki perilaku positif terhadap
diri dan lingkngan (keluarga, sekolah, masyarakat,
Negara dan dunia) serta rasa bangga sebagai anak
Indonesia yang berlandaskan Pancasila sebagai wujud
Rahmatan lil alamin,
3. Anak menyesuaikan diri dengan lingkunganm aturan
dan norma yang berlaku,
4. Anak menggunakan fungsi gerak (motorik halus, kasar
dan taktil) untuk mengeksplorasi dan memanipulasi
berbagai objek dan lingkungan sekitar sebagai bentuk
pengembangan diri.

3. Dasar-dasar 1. Anak mengenali dan memahami berbagai informasi,


Literasi. mengkomunikasikan perasaan dan pikiran secara lisan,
Matematika, tulisan, atau menggunakan berbagai media serta
Sains, membangun percakapan,
Teknologi, 2. Anak menunjukkan minat, kegemaran, dan
Rekayasa berpartisipasi dalam kegiatan pra membaca dan pra
dan Seni menulis,

46
3. Anak mengenali dan menggunakan konsep pra
matematika untuk memecahkan masalah di dalam
kehidupan sehari-hari,
4. Anak menunjukkan kemampuan dasar berpikir krits,
kreatif dan kolaboratif,
5. Anak menunjukkan rasa ingin tahu melalui observasi,
eksplorasi dan eksperimen dengan menggunakan
lingkungan sekitar dan media sebagai sumber belajar,
untuk mendapatkan gagasan mengenai fenomena alam
dan sosial,
6. Anak menunjukkan kemampuan awal, menggunakan
dan merekayasa teknologi serta untuk mencari
informasi, gagasan, dan keterampilan secara aman dan
bertanggungjawab,
7. Anak mengeksplorasi berbagai proses seni,
mengekspresikannya serta mengapresiasi karya seni.

F. RANGKUMAN
Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) di RA mengacu pada kerangka
dasar kurikulum dan struktur kurikulum yang menjadi Keputusan Menteri Agama
Republik Indonesia (KMA) Nomor 347 tahun 2022 tentang Pedoman
Implementasi Kurikulum Merdeka pada Madrasah dan Keputusan Direktur
Jenderal Pendidikan Islam Nomor 3211 tahun 2022 tentang Capaian Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab Kurikulum Merdeka pada Madrasah.
Dalam pengembangan IKM di RA, perlu mengkaji tentnag (1) Standar Kompetensi
Lulusan Madrasah, (2) Standar Isi, (3) Capaian Pembelajaran, dan (4) Profil
Pelajar.

G. SUMBER BACAAN PENDUKUNG


1. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 4 tahun 2022 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 57 Tahun 2021 tentang Standar
Nasional Pendidikan
2. Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia (KMA) Nomor 347 tahun
2022 Pedoman Implementasi Kurikulum Merdeka pada Madrasah.

47
3. Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 3211 tahun 2022
tentang Capaian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab
Kurikulum Merdeka pada Madrasah.
4. Panduan Implementasi Kurikulum Merdeka di Satuan Raudhatul Athfal.

H. LEMBAR KERJA

1. Buatlah analisis 6 aspek perkembangan, 9 capaian perkembangan dalam


STPPA serta 3 elemen capaian pembelajaran di Raudhatul Athfal!

6 Aspek Perkembangan 9 Capaian Perkembangan dalam Elemen CP


STPPA

2. Buatlah kesimpulan dari analisis 6 aspek perkembangan, 9 capaian


perkembangan dalam STPPA serta 3 elemen capaian pembelajaran di
Raudhatul Athfal

I. REFERENSI
Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 3211 tahun 2022
tentang Capaian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab
Kurikulum Merdeka pada Madrasah.
Panduan Implementasi Kurikulum Merdeka di Satuan Raudhatul Athfal.

48
49
KEGIATAN BELAJAR 3

PENYUSUNAN TUJUAN PEMBELAJARAN (TP) DALAM KURIKULUM


MERDEKA
Oleh: Dr. Irma Yuliantina, M.Pd

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Mampu merumuskan indikator capaian pembelajaran Raudhatul Athfal
pada kategori berpikir dan berkinerja tingkat tinggi yang harus dimiliki peserta
didik mencakup pengetahuan dan keterampilan secara utuh (kritis, kreatif,
komunikatif, kolaboratif, produktif dan inovatif) yang berorientasi masa depan
(adaptif dan fleksibel);
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mampu menjelaskan Tujuan Pembelajaran (TP) dalam Kurikulum
Merdeka.
2. Mampu menyusun Tujuan Pembelajaran (TP) dalam Kurikulum
Merdeka.
C. AKTIVITAS PEMBELAJARAN
Pembelajaran ini menggunakan model discovery learning yaitu kegiatan
belajar yang berfokus pada pencarian dan penemuan melalui berfikir secara
sistematis. Dosen bersama dengan mahasiswa melakukan analisis kritis terhadap
materi capaian pembelajaran dengan merujuk pada Keputusan Direktur Jenderal
Pendidikan Islam nomor 3211 tahun 2022 dan merujuk pada Keputusan Kepala
Badan Standar, Kurikulum, Dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, Dan Teknologi Nomor 033/H/Kr/2022 Tentang Capaian
Pembelajaran Pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan
Jenjang Pendidikan Menengah Pada Kurikulum Merdeka.
Dosen membimbing mahasiswa untuk menganalisis komponen capaian
pembelajaran kemudian menemukan materi esensial pada setiap elemen untuk
setiap fase dan membandingkannya. Mahasiswa melakukan komunikasi pada dosen
pengampu dan bekerjasama dengan kelompok kelasnya untuk mengambil tema
yang akan diperdalam dalam kegiatan tugas lanjutan KB 3.

50
D. PENGANTAR
Madrasah dapat menggunakan berbagai pendekatan pembelajaran yang
sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Kegiatan pembelajaran dirancang untuk
mencapai Capaian Pembelajaran (CP) disertai projek untuk penguatan profil pelajar
Pancasila. Tujuan pembelajaran dirumuskan dari CP dan dikontekskan sesuai
karakteristik satuan pendidikan dan kebutuhan peserta didik. Saat perencanaan
pembelajaran guru dan wakil kepala sekolah bidang kurikulum melihat tujuan
pembelajaran dan merancang kegiatan-kegiatan yang dapat mencapai tujuan
pembelajaran.
Sebelum menyusun perenacanaan pembelajaran, madrasah perlu
memahami mengenai Capaian Pembelajaran (CP), Tujuan Pembelajaran (TP), dan
Alur Tujuan Pembelajran (ATP). Capaian Pembelajaran (CP) adalah kompetensi
pembelajaran yang harus dicapai anak pada setiap fase, untuk RA fase fondasi.
Capaian pembelajaran ditetapkan oleh Pemerintah dan disusun dalam fase-fase.
Capaian pembelajaran diuraikan menjadi tujuan-tujuan pembelajaran yang
bersifat operasional dan konkret. Perumusan tujuan pembelajaran meliputi
kompetensi dan lingkup materi. Tujuan-tujuan pembelajaran tersebut kemudian
diurutkan menjadi alur tujuan pembelajaran.

E. URAIAN MATERI
1. Pengertian Tujuan Pembelajaran
Dalam menyusun perencanaan pembelajaran pada satuan RA perlu
memperhatikan skema berikut:

Capaian Pembelajaran (CP) adalah kompetensi pembelajaran


yang harus dicapai anak pada setiap fase, untuk RA fase fondasi. Capaian
pembelajaran ditetapkan oleh Pemerintah dan disusun dalam fase-fase.

51
Capaian pembelajaran diuraikan menjadi Tujuan Pembelajaran (TP) yang
bersifat operasional dan konkret. Perumusan Tujuan Pembelajaran
meliputi kompetensi dan lingkup materi. Tujuan-tujuan pembelajaran
tersebut kemudian diurutkan menjadi alur tujuan pembelajaran.
Proses merancang pembelajaran meliputi tujuan pembelajaran yang
telah dibuat sebelumnya, langkah-langkah pembelajaran, dan asesmen
pembelajaran yang disusun dalam bentuk dokumen yang fleksibel,
sederhana, dan kontekstual. Dokumen tersebut digunakan oleh pendidik
dalam upaya mencapai Profil Pelajar Pancasila dan Profil Pelajar
Rahmatan lil ‘Alamiin serta Capaian Pembelajaran. Dalam proses
merancang pembelajaran, pendidik dapat mengembangkan rencana
pembelajaran secara mandiri. Capaian Pembelajaran jenjang RA
menjabarkan capaian yang diharapkan terjadi di akhir di fase pondasi.
Capaian Pembelajaran memberikan kerangka pembelajaran yang
memandu pendidik di satuan dalam memberikan stimulasi yang
dibutuhkan oleh anak usia dini. Capaian Pembelajaran RA secara spesifik
menekankan pentingnya pendampingan anak dalam menemukan jati
dirinya serta menguatkan pemahaman anak terhadap dunianya melalui
eksplorasi terhadap lingkungan sekitar.
Satuan RA dapat langsung menurunkan dari struktur kurikulum
tanpa menyusun alur tujuan pembelajaran. Struktur kurikulum
mengandung intrakurikuler dan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila
dan Profil Pelajar Rahmatan lil Alamin. Dalam konteks Projek Penguatan
Profil Pelajar Pancasila dan Profil Pelajar Rahmatan lil Alamin, tujuan
pembelajaran dimaknai sebagai tujuan projek yang dapat diambil dari
dimensi, elemen atau sub elemen Profil Pelajar Pancasila dan Profil Pelajar
Rahmatan lil Alamin. Esensi alur tujuan pembelajaran adalah
pengorganisasian tujuan pembelajaran berdasarkan laju perkembangan
anak dan dikembangkan oleh masing-masing RA agar dapat mencapai
Capaian Pembelajaran.

52
2. Penyusunan Tujuan Pembelajaran (TP)
Dalam menyusun Tujuan Pembelajaran dan Alur Tujuan
Pembelajaran, madrasah harus mengacu pada Capaian Pembelajaran yang
ada pada Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 3211
tahun 2022 tentang Capaian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan
Bahasa Arab Kurikulum Merdeka pada Madrasah.
Raudhatul Athfal (RA) dapat langsung menurunkan tujuan
pembelajaran dari capaian pembelajaran dan disesuaikan dengan
karakteristik, visi, misi dan tujuan satuan, serta disesuaikan dengan laju
perkembangan anak. Tujuan pembelajaran di satuan pendidikan Raudhatul
Athfal merupakan tujuan pembelajaran di satuan (learning goals) dan
dapat diturunkan kembali menjadi tujuan pembelajaran di kelas (learning
objectives), disesuaikan dengan karakteristik dan laju perkembangan anak
di kelas masing-masing.
Penulisan tujuan pembelajaran di satuan (learning goals) sebaiknya
memuat komponen-komponen tertentu, yaitu:
a. Kompetensi, yaitu kemampuan atau keterampilan yang perlu
ditunjukkan/didemonstrasikan oleh anak. Pertanyaan panduan yang
dapat digunakan pendidik, antara lain: secara konkret, kemampuan
apa yang perlu anak tunjukkan? Tahap berpikir apa yang perlu anak
tunjukkan?
b. Lingkup materi, yaitu konten dan konsep utama yang perlu dipahami
pada akhir satu unit pembelajaran. Pertanyaan panduan yang dapat
digunakan pendidik, antara lain: hal apa saja yang perlu mereka
pelajari dari suatu konsep besar yang dinyatakan dalam Capaian
Pembelajaran (CP)? Apakah lingkungan sekitar dan kehidupan anak
dapat digunakan sebagai konteks untuk mempelajari konten dalam
Capaian Pembelajaran (CP);
c. Pada Raudhatul Athfal, selain kompetensi dan konten yang setara
dengan capaian pembelajaran, penyusunan tujuan pembelajaran juga

53
mempertimbangkan karakteristik, visi, misi dan tujuan di KOM-
Raudhatul Athfal serta laju perkembangan anak.
Perumusan tujuan pembelajaran memerlukan sebuah pemahaman mengenai
tingkatan kemampuan anak. Teori Taksonomi Bloom berguna dalam proses
perumusan tujuan pembelajaran. Namun demikian, Taksonomi Bloom ini telah
direvisi seiring dengan perkembangan hasil-hasil penelitian. Anderson dan
Krathwohl (2001) mengembangkan taksonomi berdasarkan Taksonomi Bloom, dan
dinilai lebih relevan untuk konteks belajar saat ini. Anderson dan Krathwohl
mengelompokkan kemampuan kognitif menjadi tahapan-tahapan berikut ini,
dengan urutan dari kemampuan yang paling dasar ke yang paling tinggi sebagai
berikut:

Tabel Taksonomi Bloom

Tabel ini tidak mendorong pendidik untuk fokus pada satu teori di atas saja.
Sebaliknya, tabel ini memperlihatkan bahwa ada beberapa referensi yang dapat

54
digunakan untuk merancang tujuan pembelajaran. Pendidik dapat menggunakan
teori atau pendekatan lain dalam merancang tujuan pembelajaran, selama teori
tersebut dinilai relevan dengan karakteristik anak, dan konteks lingkungan
pembelajaran.
Tujuan pembelajaran pada ATP adalah tujuan yang lebih umum bukan
tujuan pembelajaran harian. Pada Capaian Pembelajaran di RA, penyusunan tujuan
pembelajaran mempertimbangkan laju perkembangan anak, bukan kompetensi dan
konten seperti pada jenjang lainnya. Pendidik memiliki alternatif untuk
merumuskan tujuan pembelajaran dengan beberapa alternatif di bawah ini:
 Alternatif 1: Merumuskan tujuan pembelajaran secara langsung berdasarkan
CP
 Alternatif 2: Merumuskan tujuan pembelajaran dengan menganalisis
‘kompetensi’ dan ‘lingkup Materi’ pada CP.
 Alternatif 3: Merumuskan tujuan pembelajaran Lintas Elemen CP
Kementerian Agama telah mengembangkan contoh tujuan pembelajaran
dari elemen Nilai Agama dan Budi Pekerti dengan muatan PAI dan bahasa arab
sesuai kekhasan di RA. Satuan RA dapat mengembangkan sendiri Capaian
Pembelajaran (CP) dalam SK Dirjen Pendis Nomor 3211 tahun 2022 menjadi
Tujuan Pembelajaran (TP) sesuai dengan karakteristik serta visi, misi dan tujuan
satuan. Contoh pengembangan CP menjadi TP pada elemen jati diri serta elemen
dasar-dasar literasi, matematika, sains, teknologi, rekayasa dan seni dapat merujuk
pada Kemendikbudristek, atau jika dirasa mampu satuan RA dapat
mengembangkan sendiri.
Tujuan pembelajaran pada KOM dapat dikembangkan kembali menjadi
tujuan pembelajaran di kelas disesuaikan dengan karakteristik dan laju
perkembangan anak di kelas masing-masing, sebagai contoh TP di satuan: anak
dapat melakukan kegiatan ibadah dengan tata cara yang benar, maka dapat
diturunkan menjadi tujuan pembelajaran di kelas yaitu anak dapat melakukan
kegiatan sholat sesuai dengan tata cara yang benar.

55
56
F. RANGKUMAN
 Capaian Pembelajaran (CP) disertai projek untuk penguatan profil
pelajar Pancasila. Tujuan pembelajaran dirumuskan dari CP dan
dikontekskan sesuai karakteristik satuan pendidikan dan kebutuhan
peserta didik
 Capaian pembelajaran diuraikan menjadi Tujuan Pembelajaran (TP)
yang bersifat operasional dan konkret. Perumusan Tujuan Pembelajaran
meliputi kompetensi dan lingkup materi. Tujuan-tujuan pembelajaran
tersebut kemudian diurutkan menjadi alur tujuan pembelajaran.

G. SUMBER BACAAN PENDUKUNG


 Keputusan Menteri Agama Nomor 347 Tahun 2022 Tentang Pedoman
Implementasi Kurikulum Merdeka pada Madrasah
 Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 3211 tahun
2022 tentang Capaian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan
Bahasa Arab Kurikulum Merdeka pada Madrasah
 Panduan Pengembangan Kurikulum Operasional Madrasah,
Kementerian Agama RI, 2022
 Panduan Pengembangan Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) di
Raudahatul Athfal, Kementerian Agama RI, 2022
 Panduan Penjelasan Lingkup Capaian Pembelajaran Fase Fondasi,
Kemdikbudristek, 2022

H. LEMBAR KERJA
 Menyusun ATP Elemen Nilai Agama dan Budi pekerti, minimal dari
satu sub elemen
 Menyusun ATP Elemen Jati Diri , minimal dari satu sub elemen
 Menyususn ATP dari Elemen dasar-dasar Literasi, matematika, sains,
teknologi, rekayasa dan seni, minimal dari satu sub elemen

57
1. Petunjuk
a. Pahamilah konsep CP, TP dan ATP
b. Susunlah CP dan TP dari Elemen Nilai Agama dan budi pekerti
minimal dari satu sub elemen
c. Susunlah CP dan TP untuk anak usia 4-6 tahun

2. Formulir

Elemen CP TP-1 TP-2 TP-3 TP-4

I. REFERENSI

Keputusan Menteri Agama Nomor 347 Tahun 2022 Tentang Pedoman


Implementasi Kurikulum Merdeka pada Madrasah.
Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 3211 tahun 2022 tentang
Capaian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab
Kurikulum Merdeka pada Madrasah.
Panduan Pengembangan Kurikulum Operasional Madrasah, Kementerian Agama
RI, 2022.
Panduan Pengembangan Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) di Raudahatul
Athfal, Kementerian Agama RI, 2022.
Panduan Penjelasan Lingkup Capaian Pembelajaran Fase Fondasi,
Kemdikbudristek, 2022.

58
KEGIATAN BELAJAR 4

PENYUSUNAN ALUR TUJUAN PEMBELAJRAN (ATP) DALAM


KURIKULUM MERDEKA
Oleh: Dr. Irma Yuliantina, M.Pd

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Mampu merumuskan indikator capaian pembelajaran Raudhatul Athfal
pada kategori berpikir dan berkinerja tingkat tinggi yang harus dimiliki peserta
didik mencakup pengetahuan dan keterampilan secara utuh (kritis, kreatif,
komunikatif, kolaboratif, produktif dan inovatif) yang berorientasi masa depan
(adaptif dan fleksibel);
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mampu menjelaskan Alur Tujuan Pembelajaran (ATP) dalam
Kurikulum Merdeka.
2. Mampu menyusun Alur Tujuan Pembelajaran (ATP) dalam Kurikulum
Merdeka.

C. AKTIVITAS PEMBELAJARAN
Pembelajaran ini menggunakan model discovery learning yaitu kegiatan
belajar yang berfokus pada pencarian dan penemuan melalui berfikir secara
sistematis. Dosen bersama dengan mahasiswa melakukan analisis kritis terhadap
materi capaian pembelajaran dengan merujuk pada Keputusan Direktur Jenderal
Pendidikan Islam nomor 3211 tahun 2022 dan merujuk pada Keputusan Kepala
Badan Standar, Kurikulum, Dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, Dan Teknologi Nomor 033/H/Kr/2022 Tentang Capaian
Pembelajaran Pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan
Jenjang Pendidikan Menengah Pada Kurikulum Merdeka.
Dosen membimbing mahasiswa untuk menganalisis komponen capaian
pembelajaran kemudian menemukan materi esensial pada setiap elemen untuk
setiap fase dan membandingkannya. Mahasiswa melakukan komunikasi pada dosen
pengampu dan bekerjasama dengan kelompok kelasnya untuk mengambil tema
yang akan diperdalam dalam kegiatan tugas lanjutan KB 4.

59
D. PENGANTAR
Madrasah dapat menggunakan berbagai pendekatan pembelajaran yang
sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Kegiatan pembelajaran dirancang untuk
mencapai Capaian Pembelajaran (CP) disertai projek untuk penguatan profil pelajar
Pancasila. Tujuan pembelajaran dirumuskan dari CP dan dikontekskan sesuai
karakteristik satuan pendidikan dan kebutuhan peserta didik. Saat perencanaan
pembelajaran guru dan wakil kepala sekolah bidang kurikulum melihat tujuan
pembelajaran dan merancang kegiatan-kegiatan yang dapat mencapai tujuan
pembelajaran.
Sebelum menyusun perenacanaan pembelajaran, madrasah perlu
memahami mengenai Capaian Pembelajaran (CP), Tujuan Pembelajaran (TP), dan
Alur Tujuan Pembelajran (ATP). Capaian pembelajaran diuraikan menjadi tujuan-
tujuan pembelajaran yang bersifat operasional dan konkret. Perumusan tujuan
pembelajaran meliputi kompetensi dan lingkup materi. Tujuan-tujuan pembelajaran
tersebut kemudian diurutkan menjadi alur tujuan pembelajaran.

E. URAIAN MATERI
1. Pengertian Alur Tujuan Pembelajaran (ATP)
Alur Tujuan Pembelajaran (ATP) adalah rangkaian tujuan
pembelajaran yang disusun secara logis menurut urutan pembelajaran sejak
awal hingga akhir suatu fase. Alur ini disusun secara linear sebagaimana urutan
kegiatan pembelajaran yang dilakukan dari hari ke hari. Prinsip penyusunan
alur tujuan pembelajaran: esensial, berkesinambungan, kontekstual, dan
sederhana.
Proses merancang pembelajaran meliputi tujuan pembelajaran yang
telah dibuat sebelumnya, langkah-langkah pembelajaran, dan asesmen
pembelajaran yang disusun dalam bentuk dokumen yang fleksibel, sederhana,
dan kontekstual. Dokumen tersebut digunakan oleh pendidik dalam upaya
mencapai Profil Pelajar Pancasila dan Profil Pelajar Rahmatan lil ‘Alamiin
serta Capaian Pembelajaran. Dalam proses merancang pembelajaran, pendidik

60
dapat mengembangkan alur tujuan pembelajaran (ATP) dan rencana
pembelajaran secara mandiri.
Satuan pendidikan RA dapat langsung menurunkan tujuan
pembelajaran dari struktur kurikulum tanpa menyusun alur tujuan
pembelajaran. Struktur kurikulum mengandung intrakurikuler dan Projek
Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Profil Pelajar Rahmatan lil Alamin.
Dalam konteks Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Profil Pelajar
Rahmatan lil Alamin, tujuan pembelajaran dimaknai sebagai tujuan projek
yang dapat diambil dari dimensi, elemen atau sub elemen Profil Pelajar
Pancasila dan Profil Pelajar Rahmatan lil Alamin. Esensi alur tujuan
pembelajaran adalah pengorganisasian tujuan pembelajaran berdasarkan laju
perkembangan anak dan dikembangkan oleh masing-masing RA agar dapat
mencapai Capaian Pembelajaran.
2. Penyusunan Alur Tujuan Pembelajaran (ATP)
Dalam menyusun Tujuan Pembelajaran dan Alur Tujuan
Pembelajaran, madrasah harus mengacu pada Capaian Pembelajaran yang ada
pada Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 3211 tahun 2022
tentang Capaian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab
Kurikulum Merdeka pada Madrasah.
Setelah merumuskan tujuan pembelajaran, langkah berikutnya dalam
perencanaan pembelajaran adalah menyusun alur tujuan pembelajaran (ATP).
Alur tujuan pembelajaran memiliki fungsi untuk perencanaan dan pengaturan
pembelajaran dan asesmen secara garis besar untuk jangka waktu satu tahun.
Oleh karena itu, pendidik dapat menggunakan alur tujuan pembelajaran saja,
dan alur tujuan pembelajaran ini dapat diperoleh pendidik dengan:
a) menggunakan contoh yang disediakan pemerintah.
b) mengembangkan dan memodifikasi contoh yang disediakan.
c) merancang sendiri berdasarkan CP.
Bagi pendidik yang merancang alur tujuan pembelajarannya sendiri,
tujuan-tujuan pembelajaran yang telah dikembangkan dalam tahap sebelumnya
akan disusun sebagai satu alur (sequence) yang berurutan secara sistematis, dan

61
logis dari awal hingga akhir fase. Alur tujuan pembelajaran juga perlu disusun
secara linier, satu arah, dan tidak bercabang, sebagaimana urutan kegiatan
pembelajaran yang dilakukan dari hari ke hari.
Dalam menyusun alur tujuan pembelajaran, ada beberapa prinsip yang
perlu diperhatikan:
a) Alur tujuan pembelajaran harus tuntas satu fase, tidak terpotong
di tengah jalan;
b) Alur tujuan pembelajaran perlu dikembangkan secara
kolaboratif, (apabila guru mengembangkan, maka perlu
kolaborasi guru lintas kelas/kelompok usia.
c) Alur tujuan pembelajaran dikembangkan sesuai karakteristik
dan sesuai dengan laju perkembangan anak.
d) Metode penyusunan alur tujuan pembelajaran harus logis, dari
kemampuan yang sederhana ke yang lebih rumit.
e) Tampilan tujuan pembelajaran diawali dengan alur tujuan
pembelajarannya terlebih dahulu, baru proses berpikirnya
(misalnya, menguraikan dari elemen menjadi tujuan
pembelajaran) sebagai lampiran agar lebih sederhana dan
langsung ke intinya untuk guru.
f) Karena alur tujuan pembelajaran yang disediakan merupakan
contoh, maka alur tujuan pembelajaran dapat bernomor/huruf
(untuk menunjukkan urutan dan tuntas penyelesaiannya dalam
satu fase).
g) Alur tujuan pembelajaran fokus pada pencapaian CP, bukan P5
dan PPRA, jadi tidak perlu dilengkapi dengan
pendekatan/strategi pembelajaran (pedagogi).

Cara-cara menyusun Tujuan Pembelajaran menjadi Alur Tujuan Pembelajaran:


Pengurutan dari Metode pengurutan dari konten yang konkret dan
yang konkret ke berwujud ke konten yang lebih abstrak dan simbolis.
yang abstrak Contoh: memulai pengajaran dengan menjelaskan
tentang benda geometris (konkret) terlebih dahulu

62
sebelum mengajarkan aturan teori objek geometris
tersebut (abstrak).
Pengurutan Metode pengurutan dari konten bersifat umum ke
deduktif konten yang spesifik.
Contoh: mengajarkan konsep database terlebih dahulu
sebelum mengajarkan tentang tipe database, seperti
hierarki atau relasional.
Pengurutan dari Metode pengurutan dari konten paling mudah ke konten
mudah ke yang paling sulit.
lebih sulit Contoh: mengajarkan cara mengeja kata-kata pendek
dalam kelas bahasa sebelum mengajarkan kata yang
lebih panjang.
Pengurutan Metode ini dilaksanakan dengan mengajarkan
hierarki keterampilan komponen konten yang lebih mudah
terlebih dahulu sebelum mengajarkan keterampilan
yang lebih kompleks.
Contoh: siswa perlu belajar tentang penjumlahan
sebelum mereka dapat memahami konsep perkalian.
Pengurutan Metode ini dilaksanakan dengan mengajarkan tahap
prosedural pertama dari sebuah prosedur, kemudian membantu
siswa untuk menyelesaikan tahapan selanjutnya.
Contoh: dalam mengajarkan cara menggunakan t-test
dalam sebuah pertanyaan penelitian, ada beberapa tahap
prosedur yang harus dilalui, seperti menulis hipotesis,
menentukan tipe tes yang akan digunakan, memeriksa
asumsi, dan menjalankan tes dalam sebuah perangkat
lunak statistik.
Scaffolding Metode pengurutan yang meningkatkan standar
performa sekaligus mengurangi bantuan secara
bertahap.
Contoh: dalam mengajarkan berenang, pendidik perlu
menunjukkan cara mengapung, dan ketika anak
mencobanya, guru hanya butuh membantu. Setelah ini,
bantuan yang diberikan akan berkurang secara
bertahap. Pada akhirnya, anak dapat berenang sendiri.

Di bawah ini adalah ilustrasi pemetaan alur tujuan pembelajaran dalam


satu fase. Setiap kotak tujuan pembelajaran merupakan hasil perumusan tujuan
pembelajaran yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya dan alur tujuan
pembelajaran adalah tujuan-tujuan pembelajaran yang telah disusun.

63
Gambar 1. Ilustrasi Alur Tujuan Pembelajaran
Pendidik dapat menggunakan contoh alur tujuan pembelajaran yang
telah tersedia, atau memodifikasi contoh alur tujuan pembelajaran
menyesuaikan kebutuhan anak, karakteristik dan kesiapan satuan RA. Selain
itu, pendidik dapat menyusun alur tujuan pembelajaran secara mandiri sesuai
dengan kesiapan satuan RA. Tidak ada format komponen yang ditetapkan oleh
pemerintah. Komponen alur tujuan pembelajaran dapat disesuaikan dengan
kebutuhan satuan RA yang mudah dimengerti oleh pendidik. Tujuan-tujuan
pembelajaran diurutkan menjadi alur tujuan pembelajaran. Alur tujuan
pembelajaran adalah rangkaian tujuan pembelajaran yang disusun secara logis
menurut urutan pembelajaran sejak awal hingga akhir suatu fase. Alur ini
disusun secara linier sebagaimana urutan kegiatan pembelajaran yang
dilakukan dari hari ke hari. Prinsip penyusunan alur tujuan pembelajaran:
esensial, berkesinambungan, kontekstual, dan sederhana. Pada Satuan RA,
tujuan pembelajaran disusun dengan memperhatikan nilai-nilai Islami,
karakteristik satuan RA, visi, misi, tujuan satuan RA dan berdasarkan laju
perkembangan anak yang dikembangkan oleh masing-masing RA agar dapat
mencapai CP.
Kementerian Agama telah mengembangkan contoh Alur Tujuan
Pembelajaran (ATP) dari elemen Nilai Agama dan Budi Pekerti dengan muatan
PAI dan Bahasa Arab sesuai kekhasan di RA. Satuan RA dapat
mengembangkan sendiri ATP sesuai dengan karakteristik serta visi, misi dan

64
tujuan satuan. Titik berangkat (titik awal) dalam ATP pada setiap kelompok
usia bisa jadi berbeda tergantung dari hasil asesmen awal pada kelompok usia
tersebut, sehingga dimungkinkan setiap kelompok berbeda-beda pada satu RA.
Untuk anak yang berkebutuhan khusus, hasil asesmen awal akan sangat
menentukan titik berangkat dalam ATP yang digunakan secara individu.
Contoh Pengembangan ATP Elemen Nilai Agama dan Budi pekerti
(dalam panduan IKM RA lampiran 1)

65
Contoh Pengembangan ATP Elemen Jati Diri (dalam panduan
Penjelasan Lingkup Capaian Pembelajaran Fase Fondasi, Kemdikbudristek )

66
Contoh Pengembangan ATP Elemen dasar-dasar Literasi, matematika,
sains, teknologi, rekayasa dan seni (dalam panduan Penjelasan Lingkup
Capaian Pembelajaran Fase Fondasi, Kemdikbudristek).

67
F. RANGKUMAN
 Alur Tujuan Pembelajaran (ATP) adalah rangkaian tujuan pembelajaran
yang disusun secara logis menurut urutan pembelajaran sejak awal
hingga akhir suatu fase.
 Alur tujuan pembelajaran memiliki fungsi untuk perencanaan dan
pengaturan pembelajaran dan asesmen secara garis besar untuk jangka
waktu satu tahun.
 Alur tujuan pembelajaran ini dapat diperoleh pendidik dengan berbagai
cara antara lain: menggunakan contoh yang disediakan pemerintah;
mengembangkan dan memodifikasi contoh yang disediakan;
merancang sendiri berdasarkan CP.

G. SUMBER BACAAN PENDUKUNG


 Keputusan Menteri Agama Nomor 347 Tahun 2022 Tentang Pedoman
Implementasi Kurikulum Merdeka pada Madrasah
 Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 3211 tahun
2022 tentang Capaian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan
Bahasa Arab Kurikulum Merdeka pada Madrasah
 Panduan Pengembangan Kurikulum Operasional Madrasah,
Kementerian Agama RI, 2022
 Panduan Pengembangan Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) di
Raudahatul Athfal, Kementerian Agama RI, 2022
 Panduan Penjelasan Lingkup Capaian Pembelajaran Fase Fondasi,
Kemdikbudristek, 2022

H. LEMBAR KERJA
 Menyusun ATP Elemen Nilai Agama dan Budi pekerti, minimal dari
satu sub elemen
 Menyusun ATP Elemen Jati Diri , minimal dari satu sub elemen

68
 Menyususn ATP dari Elemen dasar-dasar Literasi, matematika, sains,
teknologi, rekayasa dan seni, minimal dari satu sub elemen

1. Petunjuk
a. Pahamilah konsep CP, TP dan ATP
b. Susunlah CP dan TP ATP dari Elemen dasar-dasar Literasi,
matematika, sains, teknologi, rekayasa dan seni, minimal dari satu sub
elemen
c. Susunlah CP-TP-ATP untuk anak usia 4-6 tahun

2. Formulir
Elemen dasar-dasar Literasi, matematika, sains, teknologi, rekayasa dan
seni
Sub CP TP ATP
Elemen

d. REFERENSI

Keputusan Menteri Agama Nomor 347 Tahun 2022 Tentang Pedoman


Implementasi Kurikulum Merdeka pada Madrasah
Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 3211 tahun 2022
tentang Capaian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa
Arab Kurikulum Merdeka pada Madrasah
Panduan Pengembangan Kurikulum Operasional Madrasah, Kementerian
Agama RI, 2022
Panduan Pengembangan Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) di
Raudahatul Athfal, Kementerian Agama RI, 2022
Panduan Penjelasan Lingkup Capaian Pembelajaran Fase Fondasi,
Kemdikbudristek, 2022

69
KEGIATAN BELAJAR 5

PRINSIP PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI


DAN PEMBELAJARAN BERBASIS PROJECT

Oleh: Dr. Hibana, S.Ag., M.Pd dan Dr. Ika Irayana

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
1. Menguasai pola pikir dan struktur keilmuan serta materi ajar Raudhatul
Athfal yang berkategori advance materials secara bermakna yang dapat
menjelaskan aspek “apa” (konten), “mengapa” (filosofi), “bagaimana”
(penerapan) dan “untuk apa” (manfaat atau makna) dalam kehidupan
sehari-hari.
2. Mampu melaksanakan pembelajaran Raudhatul Athfal yang mendidik,
bermakna dan transformatif dengan menerapkan ragam model, pendekatan
dan metode pembelajaran dengan ditopang penerapan teknologi informasi
dan komunikasi (teknologi digital) dan dengan sumber belajar yang
didukung hasil penelitian untuk membangun sikap (karakter Islam
rahmatan lil ‘ālamīn dan berkepribadian muslim Indonesia yang tawassuth
(moderat), tawāzun (seimbang), dan tasāmuh (toleran), pengetahuan, dan
keterampilan peserta didik dalam memecahkan masalah kehidupan sehari-
hari secara kritis, humanis, inovatif, kreatif, kolaboratif, dan komunikatif
berdasarkan keilmuan bidang Raudhatul Athfal.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Memahami karakteristik anak usia dini sesuai dengan kekhasan dan
keunikannya.
2. Memahami teori-teori pembelajaran yang melandasi Pendidikan anak usia
dini.
3. Menganalisis prinsip-prinsip pembelajaran anak usia dini sebagai acuan
dalam melaksanakan kegiatan belajar bermain di PAUD.

70
4. Menganalisis karakteristik pembelajaran di RA yang menjadi kekhasan
dan keunggulan Pendidikan di RA.
5. Mampu menjelaskan tentang pembelajaran berbasis proyek
6. Mampu merancang pembelajaran berbasis proyek untuk anak usia dini

C. AKTIVITAS PEMBELAJARAN
Pembelajaran ini menggunakan model discovery learning yaitu kegiatan
belajar yang berfokus pada pencarian dan penemuan melalui berfikir secara
sistematis. Dosen bersama dengan mahasiswa melakukan analisis kritis terhadap
materi capaian pembelajaran dengan merujuk pada Keputusan Direktur Jenderal
Pendidikan Islam nomor 3211 tahun 2022 dan merujuk pada Keputusan Kepala
Badan Standar, Kurikulum, Dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, Dan Teknologi Nomor 033/H/Kr/2022 Tentang Capaian
Pembelajaran Pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan
Jenjang Pendidikan Menengah Pada Kurikulum Merdeka.
Dosen membimbing mahasiswa untuk menganalisis komponen capaian
pembelajaran kemudian menemukan materi esensial pada setiap elemen untuk
setiap fase dan membandingkannya. Mahasiswa melakukan komunikasi pada dosen
pengampu dan bekerjasama dengan kelompok kelasnya untuk mengambil tema
yang akan diperdalam dalam kegiatan tugas lanjutan KB 5
D. PENGANTAR
Pendidikan anak usia dini adalah fase Pendidikan yang paling awal yang
sangat penting. Pendidikan untuk anak usia dini sangat diperlukan untuk
membangun fondasi yang melandasi langkah kehidupan selanjutnya. Semua yang
terukir di fase usia awal ini akan melekat kuat dan terbawa sepanjang usianya.
Karena itu diperlukan strategi Pendidikan yang sesuai dengan karakter anak di usia
emasnya. Karena karakter anak usia dini sangat berbeda dengan fase usia
sesudahnya.
Guru perlu memahami karakteristik anak secara utuh. Dengan landasan
pemahaman tersebut guru akan mampu menganalisis prinsip-prinsip pembelajaran
yang sesuai dengan tahapan usianya. Guru yang mampu melakukan pendekatan

71
kepada anak secara individual sesuai dengan keunikan dan kekuatannya akan
memberi peluang bagi anak untuk berkembang lebih optimal. Prinsip pembelajaran
untuk anak usia dini yang dipahami oleh guru akan menjadi penuntun dan pengarah
dalam merancang kegiatan pembelajaran yang bermakna. Setiap aktivitas dan
kegiatan main yang disiapkan oleh guru memberikan pengalaman yang bermakna
bagi anak.
Prinsip pembelajaran bagi anak usia dini menjadi sangat penting untuk
dipahami guru. Karena guru akan melakukan interaksi dan komunikasi dengan anak
setiap hari untuk menstimulasi seluruh aspek perkembangannya. Dalam proses
kegiatan belajar bermain guru juga mengupayakan pelibatan seluruh indera anak,
yakni pendengaran, penglihatan, peraba, perasa dan penciuman. Aktivitas bermain
bermakna menjadi fokus kegiatan yang diupayakan untuk dapat terwujud. Setiap
kegiatan bernilai untuk optimalisasi tumbuh kembang anak sehingga terwujud
pribadi yang utuh. Untuk itu memahami prinsip-prinsip pembelajaran anak usia dini
menjadi pengetahuan mendasar bagi guru PAUD.
Pendidikan anak usia dini yang memberikan rasa aman dan menyenangkan
akan dapat merangsang seluruh sel otak anak untuk terus membuat hubungan-
hubungan baru dan lintasan berfikir yang kompleks. Semakin bahagia anak,
semakin banyak ia belajar. Anak yang dikekang, dibatasi, ditekan dan dipaksa untuk
melakukan sesuatu, justru akan terhambat, mereka menjadi takut dan terkotakkan
dalam lingkup kecil batasan yang dibuat oleh tuntutan dan standarisasi penilaian
orang dewasa.

Pembelajaran pada anak usia dini merupakan kegiatan belajar yang


berpusat pada anak, dilaksanakan melalui kegiatan bermain yang menyenangkan.
Pembelajaran berbasis proyek merupakan metode pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik anak usia dini untuk membantu anak memperoleh informasi dan
pengalaman yang bermutu.

72
E. URAIAN MATERI
1. Karakteristik Anak Usia Dini
Usia dini merupakan usia yang paling penting dibanding sepanjang usianya.
Pengalaman di awal masa kehidupan akan tertanam dalam memori alam bawah
sadarnya, dan akan menjadi fondasi untuk perjalanan kehidupan selanjutnya. Begitu
pentingnya masa awal ini hingga disebut sebagai fase fondasi. Detik demi detik
pengalaman yang dilalui anak akan terbawa sepanjang kehidupannya. Tidak ada
pengalaman anak yang terhapus, melainkan tertutupi oleh rangkaian pengalaman
selanjutnya. Pengalaman demi pengalaman yang dilalui oleh anak akan tersimpan
dan menentukan struktur kepribadian anak selanjutnya.
Masa awal kehidupan anak sangat penting. Sedemikian pentingnya fasa
fondasi ini maka selayaknya guru memahami karakteristik anak usia dini. Dengan
memahami karakteristik anak maka segala bentuk perkembangan anak dapat
terpantau dengan baik. Hal-hal yang dapat mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan anak dapat diminimalisir bahkan dihindari. Berikut ini adalah
beberapa karakteristik anak usia dini menurut berbagai pendapat:
1. Unik. Setiap anak memiliki kekhasan tersendiri, sifat anak berbeda satu sama
lain. Anak memiliki bawaan, minat, kapasitas, kapabilitas dan latar belakang
kehidupan masing-masing.
2. Egosentris. Anak melihat dan memahami sesuatu dari sudut pandang dan
kepentingannya sendiri. Bagi anak sesuatu itu bernilai sepanjang hal tersebut
berkaitan dengan dirinya.
3. Aktif dan energik. Anak umumnya senang melakukan berbagai aktivitas.
Selama terjaga dari tidur, anak seolah-olah tidak pernah lelah, tidak pernah
bosan, dan tidak pernah berhenti dari aktivitasnya. Terlebih lagi kalau tersedia
berbagai ragam alat mainan yang menarik, maka anak akan semakin efektif
untuk eksplorasi.
4. Rasa ingin tahu tinggi. Anak memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan antusias
terhadap banyak hal. Anak cenderung memperhatikan, membicarakan, dan

73
mempertanyakan berbagai hal yang sempat dilihat dan didengarnya terutama
terhadap hal-hal baru
5. Eksploratif dan berjiwa petualang. Anak pada umumnya senang menjelajah
dan memiliki rasa ingin tahu yang kuat. Anak selalu ingin mencoba dan
mempelajari hal-hal baru. Bila ada kesempatan untuk menjelajah maka anak
akan bereksplorasi dan berpetualang tanpa batas.
6. Spontan. Perilaku yang ditampilkan anak umumnya alamiah tidak dibuat-buat.
Aank merefleksikan apa yang ada dalam perasaan dan pikirannya secara jujur
dan spontan.
7. Kaya fantasi. Anak pada umumnya senang berimajinasi, karena anak senang
dengan hal-hal yang imajinatif. Anak tidak saja senang dengan cerita-cerita
khayal yang disampaikan oleh orang lain, tetapi juga ia sendiri juga senang
bercerita kepada orang lain.
8. Mudah frustasi. Anak masih mudah kecewa bila menghadapi sesuatu yang
tidak memuaskan. Ia mudah menangis dan marah bila keinginannya tidak
terpenuhi.
9. Kurang pertimbangan dalam melakukan sesuatu. Anak masih kurang memiliki
pertimbangan dalam melakukan sesuatu. Anak belum memiliki pemahaman
terhadap faktor resiko, termasuk berkenaan dengan hal-hal yang
membahayakannya.
10. Daya perhatian yang pendek. Anak memiliki daya perhatian yang pendek,
anak mudah bosan dalam melakukan sesuatu, kecuali terhadap hal-hal yang
secara intrinsik menarik dan menyenangkan.
11. Belajar dari pengalaman. Anak belajar banyak hal dari ragam pengalaman
yang dilakukan. Anak melakukan banyak aktivitas yang menyebabkan
terjadinya perubahan tingkah laku pada dirinya.
12. Semakin menunjukkan minat terhadap teman. Anak mulai menunjukkan
minat untuk berteman, berinteraksi dan bekerjasama dengan semakin banyak
teman.
Beberapa karakteristik perkembangan anak tersebut melandasi guru untuk
dapat memberikan layanan yang tepat sesuai dengan karakter, kebutuhan dan

74
tahapan usianya. Pendekatan terhadap anak yang sesuai dengan karakteristiknya
akan memberikan peluang hasil yang lebih besar.

2. Teori-Teori Pembelajaran Anak Usia Dini


Ada beberapa teori yang dapat dijadikan sebagai landasan dalam
mengembangkan strategi pembelajaran anak usia dini. Teori yang telah dirumuskan
tersebut dapat menuntun langkah para guru dalam menstimulasi anak dalam
kegiatan belajar bermain yang bermakna. Beberapa teori terkait Pendidikan anak
usia dini dapat dijelaskan sebagai berikut.
Maslow dengan teori hierarki kebutuhan. Menutu Maslow ada beberapa
hierarki kebutuhan manusia, yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman, kasih sayang,
penghargaan dan aktualisasi diri. Teori tersebut tergambar secara mengerucut
sebagai hierarki kebutuhan manusia. Selain itu ada lima domain dalam
perkembangan anak, yakni fisik, sosial, emosional, bahasa, dan kognitif. Implikasi
pada Pendidikan paud adalah Proses pembelajaran di PAUD perlu memperhatikan
hierarki kebutuhan tersebut, yakni fisiologis (terendah), rasa aman, kasih sayang,
penghargaan dan aktualisasi diri yang merupakan tingkatan tertinggi.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dari setiap domain, yaitu:
▪ Fisik, terutama fungsi biologis: penglihatan & semua indera lainnya serta
keterampilan motorik;
▪ Sosial, terutama cara berinteraksi, hak & tanggungjawab, hub & kerjasama
dengan orang lain;
▪ Emosional, terutama cara hubungan emosional, kepercayaan diri dan berbagi
perasaan;
▪ Bahasa, terutama cara berkomunikasi, menyampaikan perasaan dan emosi
kepada orang lain, serta penguasaan kosa kata.
▪ Keterampilan kognitif terutama berkenaan dengan cara mengatur informasi,
pemecahan masalah, kreativitas, imajinasi dan memori.

Vygotsky (Teori Sosiokultural). Teori ini menjelaskan bahwa partisipasi


dengan orang dewasa dapat meningkatkan kualitas kognitif. Interaksi terbaik

75
dengan anak perlu dilakukan dengan konsisten, teratur dan terus menerus sampai
tuntas. Interaksi dengan anak dilakukan secara kolaboratif. Guru bertindak sebagai
fasilitator. Peran guru atau orang dewasa di sekitar anak memberikan dukungan
(scaffolding). Guru dapat melepaskan dukungan terhadap anak secara bertahap.
Pembelajaran berkualitas perlu menciptakan suasana interaksi kooperatif dan
kolaboratif. Ada keterkaitan antara pengalaman yang dilalui oleh anak sebelumnya
dengan pengalaman baru.
Implikasinya dari teori tersebut menekankan bahwa keberadaan dan
partisipasi pendidik atau orang dewasa sangat penting dalam belajar anak karena
dapat meningkatkan kualitas kognitif mereka. Pembelajaran berkualitas tercipta
melalui suasana kooperatif, kolaboratif dan bermakna. Interaksi terbaik dengan
anak hendaklah dilakukan dengan konsisten, teratur dan kolaboratif. Dalam proses
pembelajaran peran pendidik atau orang dewasa hendaknya lebih sebagai fasilitator
yang memberikan dukungan terhadap anak.
Piaget (Teori Konstruktivisme). Ada beberapa pandangan menurut teori
konstruktivisme ini. Anak belajar dan mengkonstruksi atau membangun
pengetahuannya sendiri melalui pengalaman konkrit, atau pengalaman yang dialami
secara langsung. Karena itu anak perlu diberi kesempatan seluas-luasnya untuk
eksplorasi dan melakukan refleksi. Proses bertumbuh dan berkembangnya
pengetahuan anak melalui pengalaman langsung. Pengetahuan yang diperoleh anak
akan semakin dalam dan kuat apabila selalu diuji oleh berbagai macam pengalaman
baru. Kemampuan berpikir atau logika anak itu dibangun atau diciptakan, bukan
dilahirkan, sehingga tugas utama pendidikan adalah memberi pengalaman dan
membentuk penalaran anak.
Perkembangan kognitif anak melalui beberapa tahap berikut
1. Tahap sensorimotor (0-2 tahun). Anak mengenal lingkungan dengan
kemampuan sensorik, yakni penglihatan, penciuman, pendengaran,
perabaan dan perasa. Menjelang akhir tahap ini anak baru memiliki pola-
pola sensorimotor yg lebih kompleks.
2. Tahap pra operasional (2-7 tahun). Anak mulai menggunakan symbol,
bahasa, tanda atau konsep intuitif, kemudian muncul kecakapan motorik dan

76
bahasa. Anak mulai menggunakan bahasa simbolis. Anak juga mulai
mengembangkan kecakapan intelektualnya, namun mereka masih memiliki
keterbatasan intelektual, artinya kemampuan menalar anak masih sangat
terbatas.
Implikasi dalam pembelajaran di PAUD hendaknya anak belajar secara
konkrit dan melibatkan seluruh inderanya dengan obyek serta pengalaman yang
dialami anak secara langsung. Pendidik perlu memberikan kesempatan yang
memadai kepada anak untuk melakukan eksplorasi, memanipulasi objek, dan
mengalami lingkungan baru. Pendidik hendaknya menahan diri untuk menyuapi
atau mendikte pengetahuan kepada anak. Sebaliknya guru perlu lebih sering
melakukan refleksi bersama anak tentang pengalaman baru yang didapatnya.
Erik Erikson (Teori Perkembangan Psiko-sosial). Teori ini
menjelaskan bahwa pertumbuhan dan perkembangan kepribadian seseorang
berjalan menurut tahap perkembangan psiko-sosial, dan itu ditentukan oleh berhasil
atau tidaknya anak dalam mencapai tahap perkembangan sebelumnya. Adanya
‘trust’ atau kepercayaan kepada bayi oleh orang yang ada di sekitarnya akan
membentuk perilaku ‘trust’ atau kepercayaan dirinya kepada orang lain ketika
dewasa kelak. Anak usia 2-3 tahun yang sukses dalam melaksanakan toilet training
akan berpengaruh besar terhadap rasa percaya dirinya. Anak pra-sekolah yang
merasa bisa dalam kegiatan bermain dan interaksi sosial, akan membentuk rasa
percaya diri anak dalam berinteraksi dengan lingkungan yang lebih luas.
Setiap jenjang kehidupannya akan menghadapi konflik yang berpengaruh
besar terhadap karakter dirinya. Jika tahapan psikososial di usia tertentu bisa
terlewati dengan baik maka kekuatan ego akan meningkat, demikian juga
sebaliknya. Kemampuan orangtua atau pengasuh untuk memberikan ‘trust’ atau
kepercayaan kepada bayi melalui pemberian kasih sayang, kehangatan dan rasa
aman akan berpengaruh penting dalam pembentukan karakter anak untuk bisa
‘percaya’ kepada orang lain.
Orangtua, pengasuh atau pendidik yang mampu membuat anak usia 2-3
tahun sukses dalamm toilet training akan membuat anak mampu mengontrol fungsi
tubuhnya, memilih makanan, pakaian atau mainan yang disukai, mampu melakukan

77
aktivitas kegiatan main dengan lebih baik. Orangtua, pengasuh atau pendidik yang
mampu memberi kesempatan kepada anak usia pra-sekolah terlibat dalam
permainan dan interaksi sosial serta mampu merencanakan dan melaksanakan
tindakannya akan membentuk rasa percaya dirinya. Kemampuan orangtua atau
pendidik dalam memotivasi sikap dan perbuatan anak dapat membantu
perkembangan psikososialnya menjadi lebih positif.
Kolb (Teori Experiential learning). Teori ini menjelaskan bahwa anak
dilihat sebagai makhluk individu. Maka pembelajaran hendaknya berpusat pada
anak, sesuai dengan keinginan, kebutuhan dan tahapan usianya. Pengetahuan anak
dibangun melalui transformasi pengalaman yang dialami secara langsung. Karena
itu anak perlu diberi ragam pengalaman agar terjadi proses belajar. Pengetahuan
dihasilkan dari kombinasi menangkap dan mengubah pengalaman. Saat anak
melakukan eksplorasi dan mengamati, guru mengajukan pertanyaan menyelidik,
sehingga ide anak terus berkembang. Guru harus menyempatkan diri untuk
mengajak anak merefleksi atas pengalaman yang diperolehnya.
Implikasinya dalam proses pembelajaran, hendaknya guru menghargai anak
secara utuh dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Anak diberi kesempatan
dan diajak untuk banyak mengalami, interaksi dengan objek kegiatan main dan
melakukan aktivitas secara langsung. Guru harus menyempatkan diri untuk
mengajak anak merefleksi atas pengalaman yang diperolehnya. Guru terampil
menyusun pertanyaan menyelidik untuk anak, sehingga ide gagasan dan
kemampuan berpikir anak terpancing untuk berkembang. Guru peka terhadap
pengalaman anak, dengan menunjukkan apresiasi terhadap hal-hal kecil yang telah
dilakukan anak. Dengan demikian guru perlu memiliki kemampuan merancang
pembelajaran yang berpusat pada anak.
Copple & Bredekamp, mengatakan bahwa karakteristik anak usia dini
adalah sosok unik. Dunia anak adalah dunia bermain. Rasa ingin tahu anak sangat
tinggi, bahkan menempati grafik tertinggi dibanding sepanjang usianya. Usia anak
adalah masa potensial untuk belajar. Anak merupakan pembelajar aktif, fantasi dan
imajinasinya terus berkembang, eksploratif dan berjiwa petualang. Konsentrasi

78
anak masih pendek, ekspresinya spontan, egosentris, mudah frustasi, dan anak pada
dasarnya membutuhkan teman untuk beraktivitas dan bermain.
Konsep tersebut berimplikasi pada pola Pendidikan anak. Pembelajaran di
PAUD perlu lebih mengedepankan pada pola pendekatan pembelajaran yang
berpusat pada anak (learner centered). Prinsip belajar untuk anak adalah belajar
melalui bermain. PAUD harus bisa memberi kesempatan kepada setiap anak untuk
mengembangkan seluruh potensi, fantasi, imajinasi dan rasa keingintahuannya.
Naluri dan imajinasi anak perlu eksplorasi bahkan anak didorong untuk menjadi
‘peneliti’. Guru bertugas menginspirasi kreativitas anak, dan secara bertahap
mengurangi sikap egosentrisnya. Guru memberikan pijakan atau jembatan untuk
bisa memusatkan konsentrasinya dalam proses pembelajaran, serta mendorong anak
untuk mendapatkan dengan semakin banyak teman.
3. Prinsip Pembelajaran Anak Usia Dini
Berdasarkan karakteristik anak usia dini dilengkapi dengan beberapa teori
terkait Pendidikan anak maka dapat dirumuskan prinsip-prinsip pembelajaran yang
sesuai dengan tahapan usianya. Prinsip pembelajaran anak usia dini dapat diuraikan
sebagai berikut.
a. Belajar melalui bermain.
Anak di awal masa perkembangannya berada pada masa bermain.
Pemberian rangsangan pendidikan dengan cara yang tepat melalui bermain,
dapat memberikan pembelajaran yang bermakna pada anak. Anak
melakukan aktivitas dengan gembira dan bahagia, terhindar dari tekanan dan
hambatan psikologis.
b. Berorientasi pada perkembangan anak.
Pendidik harus mampu mengembangkan semua aspek perkembangan sesuai
dengan tahapan usia anak. Aspek perkembangan yang perlu mendapatkan
stimulasi setidaknya adalah aspek nilai agama dan moral, fisik motorik,
kognitif, Bahasa, sosial dan emosional. Satu aspek yang berkembang akan
berpengaruh pada aspek yang lain. Semua aspek perlu mendapatkan
stimulasi melalui sensori motor dan kegiatan yang menarik bagi anak.
c. Berorientasi pada kebutuhan anak.

79
Pendidik harus mampu memberi rangsangan pendidikan atau stimulasi
sesuai dengan kebutuhan anak, termasuk anak-anak yang mempunyai
kebutuhan khusus.
d. Berpusat pada anak
Pendidik harus menciptakan suasana yang bisa mendorong semangat
belajar, motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi, dan
kemandirian sesuai dengan karakteristik, minat, potensi, tingkat
perkembangan, dan kebutuhan anak.
e. Pembelajaran aktif
Pendidik harus mampu menciptakan suasana yang mendorong anak aktif
mencari, menemukan, bereksplorasi dengan banyak teman, berkomunikasi,
menentukan pilihan, mengemukakan pendapat, dan mengalaminya sendiri.
f. Berorientasi pada pengembangan nilai-nilai karakte
Pemberian rangsangan pendidikan diarahkan untuk mengembangkan nilai-
nilai yang membentuk karakter positif pada anak. Pengembangan nilai-nilai
karakter tidak cukup dengan pemberian ceramah, akan tetapi melalui
pembelajaran langsung untuk mengembangkan kompetensi pengetahuan
dan keterampilan serta melalui pembiasaan dan keteladanan yang terus
menerus.
g. Berorientasi pada pengembangan kecakapan hidup
Pemberian rangsangan pendidikan diarahkan untuk mengembangkan
kemandirian anak. Pengembangan kecakapan hidup dilakukan secara
terpadu baik melalui pembelajaran untuk mengembangkan kompetensi
pengetahuan dan keterampilan maupun melalui pembiasaan dan
keteladanan.
h. Didukung oleh lingkungan yang kondusif
Lingkungan pembelajaran diciptakan sedemikian rupa agar menarik,
menyenangkan, aman, dan nyaman bagi anak. Penataan ruang diatur agar
anak dapat berinteraksi dengan pendidik, pengasuh, dan anak lain secara
leluasa dan nyaman.
i. Berorientasi pada pembelajaran yang demokratis

80
Pembelajaran yang demokratis memberikan ruang kepada anak untuk
menentukan pilihan kegiatan main yang sesuai dengan minat dan
kemampuannya. Pembelajaran yang demokratis sangat diperlukan untuk
mengembangkan rasa saling menghargai antara anak dengan pendidik, dan
antara anak dengan anak lain.
j. Pemanfaatan media belajar, sumber belajar, dan narasumber
Penggunaan media belajar, sumber belajar, dan narasumber yang ada di
lingkungan PAUD bertujuan agar pembelajaran lebih kontekstual dan
bermakna. Termasuk narasumber adalah orang-
orang dengan profesi tertentu yang dilibatkan sesuai dengan tema yang
dibahas, seperti dokter, polisi, nelayan, dan petugas pemadam kebakaran.

4. Karakteristik Pembelajaran di RA
Pembelajaran di RA memiliki karakteristik tersendiri dengan kekhasan dan
keunikan yang ada di RA. Pembelajaran di RA memiliki nilai tambah dibanding
dengan konsep pembelajaran pada umumnya. Pendidikan di RA mengemban tugas
penguatan aqidah dan akhlak yang baik sebagai fondasi bagi anak untuk
mengarungi perjalanan kehidupan selanjutnya. Nilai spiritual menjadi nilai dasar
yang perlu ditanamkan sejak awal agar melandasi aspek perkembangan lainnya.
Karakter anak secara umum relatif sama. Usia anak sangat cepat untuk
menyerap berbagai pengalaman yang dialaminya. Anak adalah pembelajar ulung.
Maka nilai agama dan budi pekerti perlu ditanamkan dan dibiasakan sejak dini
melalui ragam pengalaman yang dialami langsung oleh anak. baik dalam dunia
pembelajaran, bermain, hingga pergaulan anak sehari-hari. Proses pembelajaran
tentu harus memperhatikan tahapan perkembangan anak dan sesuai dengan prinsip
pembelajaran di PAUD. RA memiliki kekhususan dalam proses pembelajarannya.
Beberapa karakteristik pembelajaran di RA (Keputusan Dirjen Pendis Nomor
3211/2022) antara lain sebagai berikut.
a. Mengintegrasikan nilai-nilai agama Islam pada setiap aspek perkembangan
anak

81
b. Membiasakan berperilaku akhlak karimah kepada Allah SWT, diri sendiri,
orang lain, dan ciptaanNya;
c. Mendukung terbentuknya kesehatan mental anak (mental health) dan
kesejahteraan diri (well-being)
d. Menghargai dan menghormati anak
e. Mendorong rasa ingin tahu anak;
f. Menyesuaikan dengan usia, tahap perkembangan, minat bakat dan kebutuhan
anak;
g. Memberikan stimulasi secara holistik integratif;
h. Memberikan tantangan, bimbingan, dan dukungan kepada tiap anak melalui
interaksi yang bermakna;
i. Melibatkan keluarga dan lingkungan sosial sebagai mitra,;
j. Memanfaatkan lingkungan dan teknologi sebagai sumber belajar;
k. Menggunakan penilaian otentik (penilaian yang diperoleh bersamaan dengan
berlangsungnya proses pembelajaran).
Demikian itulah beberapa hal yang dapat dijadikan pedoman bagi guru
dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan di RA. Proses pembelajaran di
RA harus sesuai dengan karakteristik perkembangan anak. Guru perlu memahami
teori-teori yang terkait dengan pendidikan anak agar proses pembelajaran yang
dilakukan berada pada arah yang benar.
5. Pengertian Pembelajaran Berbasis Proyek
Pembelajaran berbasis proyek adalah pendekatan pedagogis yang
menginstruksikan anak secara aktif membangun pengetahuan mereka terhadap
sesuatu dan berkolaborasi dengan teman sebayanya untuk menghasilkan sebuah
produk. Anak-anak mendorong diri mereka sendiri dalam mengajukan pertanyaan,
membuat rencana kemudian menindaklanjuti ide-ide yang mereka miliki.
Pembelajaran berbasis Proyek, merupakan alat yang digunakan untuk
mengintegrasikan keterampilan, aspek-aspek perkembangan dan kemampuan anak.
Pembelajaran ini memberdayakan anak usia dini mengambil peran aktif dalam
proses pembelajaran.

82
Anak-anak bebas mengajukan pertanyaan, membuat rencana, dan
menindaklanjuti ide-ide mereka. Melalui Pembelajaran Berbasis Proyek, anak tidak
hanya belajar akademis, tetapi yang lebih penting, mereka mulai lebih memahami
diri mereka sendiri sebagai manusia dan sebagai pelajar. Mereka membangun
hubungan dengan satu sama lain, dengan guru mereka, dan dengan anggota
masyarakat yang lebih luas di mana mereka memainkan peran penting. PBL
memanfaatkan sifat sifat ingin tahu dan minat, dan melibatkan anak-anak dalam
eksplorasi dan penemuan yang secara langsung berhubungan dan berdampak pada
kehidupan mereka dan kehidupan orang lain.
Berikut definisi tentang pembelajaran berbasis proyek menurut para ahli:
a. Model pembelajaran berbasis proyek merupakan suatu model pembelajaran
yang menekankan aktivitas siswa dalam memecahkan berbagai
permasalahan yang bersifat open-ended dan mengaplikasi pengetahuan
mereka dalam mengerjakan sebuah proyek untuk menghasilkan sebuah
produk otentik tertentu, (Suzie Boss dan Jane Kraus, dalam “Reinventing
Project Based Learning: Your Field Guide Real World Project in the Digital
Age“).
b. PjBL merupakan pendekatan inovatif untuk belajar yang mengajarkan
berbagai strategi kritis untuk sukses di abad ke 21, (Bell, 2010).
c. Model pembelajaran berbasis proyek merujuk pada keterlibatan siswa
dalam menyelesaikan sebuah proyek dalam konteks kehidupan nyata, di
mana siswa mengembangkan pengetahuan dan Skill yang berhubungan
dengan proyek tersebut (Cavanaugh dalam Chu et al., 2017).
d. PjBL di sajikan sebagai alternatif yang efektif dalam merespon tantangan,
yang menjadi metode kunci dalam mengembangkan keterampilan
fundamental, kritis dan penelitian (Basilotta Gómez-Pablos et al., 2017).
Metode pembelajaran proyek merupakan salah satu cara pemecahan
masalah yang diterapkan secara luas dalam setiap pemecahan masalah yang dialami
dalam kehidupan sehari-hari (Bossing dalam Moeslichatoen, 2004:139-141).
Misalnya masalah menyiapkan sarapan pagi, masalah membersihkan lantai,
masalah merapikan tempat tidur, masalah bertanam bunga, masalah menjamu tamu,

83
dan sebagainya. Karena berkaitan dengan masalah kehidupan sehari-hari, metode
proyek diharapkan dapat menjadi wahana untuk menggerakkan kemampuan kerja
sama dengan sepenuh hati, dan meningkatkan keterampilan dan menumbuhkan
minat dalam memecahkan masalah tertentu secara efektif dan kreatif.
Kurikulum Merdeka pada Raudhatul Athfal memberikan ruang yang sangat
luas bagi anak untuk dapat mengembangkan potensi dirinya, kebebasan dalam
melakukan eksplorasi dan menghasilkan karya. Pendekatan ini sangat bersesuaian
dengan prinsip penyusunan Kurikulum Operasional Madrasah di Raudhatul Athfal
yaitu:
a. Berpusat pada anak, yaitu pembelajaran harus memenuhi keragaman
potensi, kebutuhan perkembangan dan tahapan belajar, serta kepentingan
anak.
b. Kontekstual, menunjukkan kekhasan dan sesuai dengan karakteristik satuan
RA, konteks sosial budaya dan lingkungan.
c. Esensial, yaitu memuat semua unsur informasi penting/utama yang
dibutuhkan dan digunakan di satuan RA. Bahasa yang digunakan lugas,
ringkas, dan mudah dipahami.
d. Akuntabel, dapat dipertanggungjawabkan karena berbasis data dan aktual.
e. Keterlibatan berbagai pemangku kepentingan. Pengembangan kurikulum
satuan RA melibatkan komite satuan RA dan berbagai pemangku
kepentingan, antara lain orang tua, pengawas dan pejabat kantor
Kementerian Agama sesuai dengan kewenangannya.
f. Pemerataan dan peningkatan mutu. Pengembangan KOM diorientasikan
sebagai upaya pemerataan kesempatan memperoleh layanan pendidikan dan
peningkatan mutu pendidikan yang dapat memberikan akses pada semua
anak dan menghargai perbedaan termasuk Anak Berkebutuhan Khusus
(ABK).
Struktur kurikulum merdeka pada RA, MI, MTs, MA dan MAK secara
umum terbagi menjadi 2 (dua), yaitu pembelajaran intrakurikuler dan pembelajaran
berbasis proyek untuk penguatan karakter profil pelajar pancasila. Namun dalam
implementasinya di madrasah pembelajaran intrakurikuler dan pembelajaran

84
berbasis proyek dapat dilaksanakan sebagai satu kesatuan, bahkan memungkinkan
diselenggarakan lintas mata pelajaran pada MI, MTs, MA/MAK atau lintas aspek
perkembangan anak pada RA.

Struktur Kurikulum pada RA:


a. Pembelajaran Intrakurikuler RA Pembelajaran Intrakurikuler RA pada
dasarnya adalah kegiatan bermain yang bermakna. Kegiatan bermain ini
dirancang untuk memberi kesempatan anak dapat mencapai kemampuan
yang tertuang dalam capaian perkembangan yang diharapkan. Kegiatan
bermain yang dipilih harus mampu memberikan pengalaman yang
menyenangkan dan bermakna bagi anak. Kegiatan bermain perlu didukung
dengan penggunaan sumber-sumber belajar yang nyata dan terdapat di
lingkungan sekitar anak. Sumber belajar yang tidak tersedia secara nyata
dapat dihadirkan dengan teknologi dan kreasi atau inovasi.
b. Pembelajaran Berbasis Proyek RA Pembelajaran Berbasis Proyek RA
merupakan bagian dari aktivitas kegiatan yang menyenangkan anak dengan
fokus pada penguatan karakter anak sebagai pelajar Pancasila yang memiliki
karakteristik Islami yang rahmatan lil alamiin. Proyek pada RA misalnya
dilakukan dalam konteks perayaan tradisi lokal, hari besar keagamaan, hari
besar nasional atau internasional. Aktivitas ini dilakukan bagian dari alokasi
waktu kegiatan RA.
Katz dan Chard (1989: 11) memaparkan perbedaan ciri-ciri pendekatan
proyek dan pengajaran sistematis. Berikut disajikan dalam tabel 1.
Tabel 1. Perbedaan Pengajaran Sistematis dan Pendekatan Proyek

85
Sumber: Katz & Chard (1989:11), Engaging Children’s Mind: The Project
Approach, New Jersey. Ablex

Berdasarkan prinsip KOM, struktur kurikulum RA dan tabel di atas, dapat


disimpulkan bahwa Pembelajaran Berbasis Proyek memusatkan anak sebagai
subjek pembelajaran, memberi peluang pada anak untuk belajar dan memahami
sesuatu dengan cara belajarnya sendiri, mengutamakan perbedaan irama
perkembangan pada masing-masing anak, dan dalam proses pembelajarannya, guru
bertindak sebagai fasilitator dan motivator untuk anak. Anak dimotivasi secara
intrinsik bukan dari ekstrinsik, sehingga mendorong minat dan keterlibatan anak
meningkatkan usaha dan motivasinya untuk mencari tahu tentang sesuatu.

6. Manfaat Metode Pembelajaran Berbasis Proyek


Mulyasa (2014: 113) mengatakan banyak manfaat yang dapat kita ambil
dari metode proyek ini, baik ditinjau dari pengembangan pribadi, sosial, intelektual
maupun pengembangan kreativitas, di antaranya sebagai berikut:
1. Memberikan pengalaman kepada anak dalam mengatur dan
mendistribusikan kegiatan.
2. Belajar bertanggung jawab terhadap pekerjaan masing-masing. Hal ini
memberikan peluang kepada setiap anak untuk dapat mengambil peran dan
tanggung jawab dalam memecahkan masalah yang dihadapi kelompok.
3. Memupuk semangat gotong royong dan kerjasama diantara anak yang
terlibat.

86
4. Memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan sikap
kerjasama dan kebiasaan dalam melaksanakan pekerjaan dengan cermat.
5. Mampu mengeksplorasi bakat, minat, dan kemampuan anak.
6. Memberikan peluang kepada setiap anak baik individual maupun kelompok
untuk mengembangkan kemampuan yang telah dimilikinya, keterampilan
yang sudah dikuasainya yang pada akhirnya dapat mewujudkan daya
kreativitasnya secara optimal.

Metode proyek dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk


mengekspresikan pola berpikir, keterampilan, dan kemampuannya untuk
memaksimalkan sejumlah permasalahan yang dihadapi mereka sehingga mereka
memiliki peluang untuk terus berkreasi dan mengembangkan diri seoptimal
mungkin.
Moeslichatoen (2004:142) mengatakan bahwa manfaat metode proyek bagi
anak TK, yaitu:
a. Pengalaman belajar dalam memecahkan masalah yang memiliki nilai praktis
yang sangat penting bagi pengembangan pribadi yang sehat dan realistik.
Pribadi yang sehat adalah pribadi yang memiliki ciri-ciri sikap kemandirian,
percaya diri, dapat menyesuaikan diri, dapat mengembangkan hubungan
antarpribadi yang saling memberi dan menerima, serta mau menerima
kenyataan dan mengakui bahwa dirinya berbeda dengan anak yang lain.
Pribadi yang realistik merupakan pribadi yang menerima tanggung jawab
sesuai kemampuannya, bersikap optimis yang beranggapan dengan usaha
yang keras seseorang akan berhasil, dapat menarik pelajaran dari
pengalaman-pengalaman yang lampau.
b. Dapat diterapkan secara luas untuk memecahkan masalah dalam lingkup
kehidupan anak sehari-hari. Kehidupan anak sehari-hari dalam keluarga,
sekolah, dan masyarakat yang lebih luas. Anak memperoleh pemahaman
yang utuh tentang bagaimana memecahkan masalah tertentu yang
memerlukan kerja sama dengan anak lain secara terpadu, anak memperoleh

87
pengalaman belajar dalam pengembangan sikap positif dalam kegiatan
bekerja dengan anak lain.
c. Dapat membangkitkan kegiatan mental yang mendorong anak untuk dapat
menghilangkan ketegangan atau keadaan yang mengganggu dengan
menggunakan cara-cara yang sudah dikuasai untuk diterapkan dalam situasi
sekarang untuk menghilangkan ketegangan itu secara kreatif. Karena dalam
penggunaan metode proyek itu tekanan tanggung jawab beralih dari guru ke
anak, maka dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan dan membina sikap
kerja sama dan interaksi di antara anak-anak yang terlibat dalam proyek,
agar mampu menyelesaikan bagian pekerjaannya dalam kebersamaan secara
efektif dan harmonis. Masing-masing belajar tanggung jawab terhadap
bagian pekerjaanya dengan kesepakatan bersama.

Pembelajaran dengan menggunakan metode proyek menjadikan anak lebih


termotivasi untuk menyelesaikan proyeknya dengan kemauan sendiri, pengalaman
sendiri, ide sendiri dan dapat memecahkan masalah pribadi maupun kelompok
dengan cara mereka sendiri karena anak diberi kebebasan memilih proyek sesuai
minat anak sendiri.

7. Rancangan Kegiatan Pembelajaran Berbasis Proyek


Menurut Chard dalam Roopnarine dan Johnson, (2011:317-319)
mengatakan bahwa proyek bisa direncanakan dan dilakukan dalam tiga fase urutan,
yaitu:
Fase 1: Memulai proyek
Pada fase pertama proyek, pendidik mendorong anak-anak untuk berbagi
pengalaman dan kenangan mereka terkait dengan topik yang sedang dibahas,
dan meninjau pengetahuan mereka tentang itu, menggunakan kompetensi
representasional dan ekspresif seperti permainan sandiwara, menggambar,
melaporkan pengalaman mereka, dan menuliskannya.
Fase 2: mengembangkan proyek.
Tujuan utama fase kedua adalah memperoleh informasi baru, khususnya
melalui pengalaman langsung dan dari dunia nyata. Sumber informasi yang

88
digunakan bisa primer maupun sekunder, tergantung pada usia anak-anak yang
terlibat.
Fase 3: menyelesaikan proyek.
Tujuan utama fase terakhir proyek adalah penyelesaian pekerjaan perorangan
dan kelompok dan rangkuman serta tinjauan tentang apa yang telah dipelajari.

Quinn (2009: 1) juga membagi tahapan pembelajaran proyek menjadi tiga


tahap yaitu tahap persiapan, tahap pengumpulan informasi, dan tahap penutup. Pada
tahap persiapan, pendidik memberikan insight dan inspirasi awal, kemudian anak
diminta untuk memilih topik yang diinginkan. Dalam berdiskusi tentang topik
tersebut, pendidik membantu anak untuk merekam setiap ide-ide atau pertanyaan
yang muncul dalam pikiran anak. Selama kegiatan pembelajaran anak diminta
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah di daftar sebelumnya. Namun
sebelumnya pendidik meminta anak untuk membuat prediksi atas semua pertanyaan
yang ada.
Tahap kedua adalah tahap mengumpulkan informasi tentang topik yang
ingin dipilih sebagai bahan bermain anak. Pendidik membantu anak untuk membuat
perencanaan tujuan dalam melakukan pengamatan dan mendampingi anak
menemukan narasumber untuk diwawancarai guna menjawab pertanyaan anak.
Anak dapat mencari informasi melalui buku-buku atau internet untuk menemukan
informasi. Selama pertemuan di dalam kelas, anak-anak dapat melaporkan temuan
dan anak lain diminta untuk mengajukan pertanyaan dan membuat komentar
tentang masing-masing temuan tersebut. Dalam menyampaikan temuannya, anak
dapat membuat gambar, mengambil gambar, menulis kata-kata dan label, membuat
grafik, atau membangun sebuah model. Hasil temuan dan komentar dari teman dan
guru dapat merevisi apa yang sudah anak kerjakan.
Tahap ketiga yaitu tahap penutup. Pada tahap ini anak membahas bukti-
bukti temuan mereka dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah didaftar
pada tahap pertama. Guru membantu anak membandingkan apa yang telah
dipelajari dengan apa yang mereka ketahui sebelum proyek dimulai. Anak dapat
memilih sendiri caranya untuk menunjukkan hasil temuannya. Anak dapat

89
mengundang orang tua untuk mendengarkan presentasinya tentang proyek tersebut.
Guru dapat membantu anak menceritakan proyek apa yang akan telah dilakukan
dan informasi apa yang anak ketahui.
Lilian G. Katz et. at dalam Mulyasa (2014), mengembangkan tahapan
kegiatan yang dapat dipersiapkan guru dalam merencanakan proyek kegiatan,
sebagai berikut:
a. Guru memilih topik
b. Guru membuat peta konsep topik
c. Mengorganisasi topik proyek ke dalam kurikulum
d. Guru menentukan lingkup proyek
e. Guru menentukan lima kriteria (aktivitas anak, keterampilan yang dapat
dilakukan anak, sumber materi, minat, dan penguasaan guru tentang topik
yang akan dibahas, serta penyesuaian topik dengan jadwal tahunan).
f. Guru dan anak dapat mengunjungi tempat menarik yang sesuai dengan
topik.

Berdasarkan pada pendapat dan pengembangan para ahli dalam merancang


kegiatan pembelajaran, anak diberikan kesempatan untuk mengambil keputusan
dalam kegiatan main, pendidik mendampingi anak tanpa melakukan intervensi serta
dominasi sehingga anak memiliki kebebasan dan kemerdekaan dalam belajar dan
bereksplorasi.

8. Contoh Pembelajaran Berbasis Proyek


Berikut ini adalah beberapa contoh kegiatan pembelajaran berbasis proyek.
Contoh 1:
Topik yang dipilih adalah musim. Pendidik mengenalkan tentang perbedaan musim
yang ada negara tropis dan subtropis. Pendidik memberikan inspirasi awal dengan
menunjukkan buku tentang ragam iklim di dunia, serta menstimulasi anak dengan
berbagai pengetahuan tentang hal-hal yang berkaitan dengan musim, melalui cerita,
gambar dan lagu. Pendidik menyediakan berbagai alat dan bahan serta beragam
buku-buku cerita dan ensiklopedia tentang musim, dan perbedaan iklim. Setelah

90
pembahasan tema, anak diberikan kebebasan untuk menentukan kegiatan apa yang
akan dilakukan. Pendidik mendampingi kegiatan anak dengan terus memberikan
scaffolding untuk meningkatkan proses main anak.

Gambar 1: hasil proyek anak


sumber: google , https://storytimekatie.com/tag/clothespin-crafts/

Contoh 2:
Topik yang dipilih adalah air karena musim memasuki musim kemarau. Kemudian
pendidik bersama anak melakukan eksplorasi tentang tema, seperti bagaimana rasa
air, bagaimana air mengalir, sifat-sifat air, dan warna air. Beberapa kegiatan yang
dapat dilakukan dalam proyek air diawali dengan mengambil air dari kolam taman
dan kemudian membawa kembali kedalam kelas lalu membandingkannya dengan
air keran. Kegiatan lain yaitu air dicampur dengan bahan-bahan seperti tepung
terigu untuk membentuk playdough, melukis dengan air, menggunakan botol
semprot, sikat dan rol; mengangkut air dengan selang, ember, katrol dan
mengalirkannya pada selokan; membuat hujan, mencuci boneka, hewan dan piring

91
dengan air, dan diakhiri dengan kegiatan puncak yaitu kegiatan outdoor seperti
mencuci sepeda roda tiga. Dari hasil proyek ini anak mampu menggunakan
kosakata baru dalam bermain sehari-hari seperti merendam, menguap, menyerap,
aliran dan sebagainya.

Gambar 2. Mencuci sepeda


Sumber: http://playfullylearning.blogspot.com/2012/08/washing-work-or-
play.html

F. RANGKUMAN
Berdasarkan beberapa uraian yang telah dijabarkan di atas dapat diambil beberapa
rangkuman sebagai berikut:
1. Beberapa karakteristik anak usia dini, antara lain adalah: unik, egosentris,
aktif dan energik, rasa ingin tahu yang tinggi, eksploratif dan berjiwa
petualang, spontan, kaya fantasi, mudah frustasi, kurang pertimbangan
dalam melakukan sesuatu, daya perhatian yang pendek, belajar dari
pengalaman, dan semakin menunjukkan minat terhadap teman.
2. Prinsip pembelajaran anak usia dini antara lain sebagai berikut: 1) belajar
melalui bermain, 2) berorientasi pada perkembangan anak, 3) berorientasi
pada kebutuhan anak, 4) berpusat pada anak, 5) pembelajaran aktif, 6)
berorientasi pada pengembangan nilai-nilai karakter, 7) berorientasi pada
pengembangan kecakapan hidup, 8) didukung oleh lingkungan yang
kondusif, 9) berorientasi pada pembelajaran yang demokratis, 10)
pemanfaatan media belajar, sumber belajar dan narasumber
3. Karakteristik Pendidikan di Raudhatul Athfal, antara lain 1)
Mengintegrasikan nilai-nilai agama Islam pada setiap aspek perkembangan
anak 2) Membiasakan berperilaku akhlak karimah kepada Allah SWT, diri
sendiri, orang lain, dan ciptaanNya, 3) Mendukung terbentuknya kesehatan
mental anak (mental health) dan kesejahteraan diri (well-being) 3)
Menghargai dan menghormati anak, 4) Mendorong rasa ingin tahu anak; 5)
Menyesuaikan dengan usia, tahap perkembangan, minat bakat dan
kebutuhan anak; 6) Memberikan stimulasi secara holistik integratif; 7)

92
Memberikan tantangan, bimbingan, dan dukungan kepada tiap anak melalui
interaksi yang bermakna; 8) Melibatkan keluarga dan lingkungan sosial
sebagai mitra,9) Memanfaatkan lingkungan dan teknologi sebagai sumber
belajar; 10) Menggunakan penilaian otentik
4. Pembelajaran anak usia dini dengan menggunakan Pembelajaran Berbasis
Proyek dapat mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak usia dini.
Dengan potensi kecerdasan yang begitu besar, anak-anak sudah dapat
dibiasakan untuk mulai berinisiatif dalam mengenal dan melatih
kemampuan dirinya. Anak-anak juga dapat bersosialisasi dengan
lingkungannya, bergaul dengan temannya, baik di lingkungan sekolah
maupun kelompok bermainnya, menjelajah tempat baru, bermain, meniru
keterampilan atau perilaku tertentu yang baik. Di samping itu anak-anak
juga membiasakan dan mengkondisikan mereka untuk untuk
mengembangkan petualangan berpikir mereka secara bebas dan kreatif.
Sehingga mereka dapat menjadi aset masa depan bangsa ini yang lebih baik.

G. SUMBER BACAAN PENDUKUNG


1. Keputusan Menteri Agama Nomor 347 Tahun 2022 Tentang Pedoman
Implementasi Kurikulum Merdeka pada Madrasah
2. Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 3211 tahun 2022
tentang Capaian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab
Kurikulum Merdeka pada Madrasah
3. Panduan Pengembangan Kurikulum Operasional Madrasah, Kementerian
Agama RI, 2022
4. Panduan Pengembangan Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) di
Raudhatul Athfal, Kementerian Agama RI, 2022.
5. Buku Sparking Curiosity through Project-Based Learning in the Early
Childhood Classroom, Elizabeth Hoyle Konecni
6. Buku Implementing Project Based Learning in Early Childhood, Lev, S.,
Clark, A., & Starkey, E.

93
H. LEMBAR KERJA
1. Petunjuk
a. Pahamilah karakteristik perkembangan anak usia dini, teori
pembelajaran anak usia dini dan prinsip pembelajaran anak usia dini
b. Pahamilah karakteristik pembelajaran berbasis project
c. Lakukan analisis terhadap prinsip-prinsip pembelajaran anak usia
dini
d. Mendesain kegiatan belajar sesuai dengan prinsip pembelajaran anak
usia dini
2. Formulir
Kegiatan Belajar Gambarkan Desain kegiatan belajar sesuai
dengan prinsip pembelajaran anak usia dini
dan berbasis project

1. Pembukaan
2. Inti
3. Penutup

I. REFERENSI
George S. Morrison, 2015, Pendidikan Anak Usia Dini Saat Ini, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, riset dan teknologi 2021, Pedoman
Umum Penyelenggaraan PAUD Berkualitas,
https://drive.google.com/file/d/1lFZTBU70DcjUpFn6K5blSlrKU5xBecyN
/view?usp=share_link
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, riset dan teknologi 2021, Seri 1: Konsep
Pembelajaran Berkualitas. Jakarta, Pusat Kurikulum dan Perbukuan,
https://drive.google.com/file/d/173Mgwil1RI473v2arMjrL2sEmrrTfFOP/v
iew?usp=share_link
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, riset dan teknologi 2021, Seri 4.
Mendukung Pemenuhan Kebutuhan Esensial AUD,
https://drive.google.com/file/d/1VHyDasxvZ0-Xk4WhLWmJ8T-
_GJDE55Wv/view?usp=share_link
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, riset dan teknologi 2021,
Pengembangan Pembelajaran, Jakarta, Pusat Kurikulum dan Perbukuan
Elizabeth B Hurlock, 1978, Perkembangan Anak, Jakarta: Penerbit Erlangga.

94
Elizabeth Hoyle Konecni (2023). Sparking Curiosity through Project-Based
Learning in the Early Childhood Classroom, Routledge: New York.
https://banpaudpnf.kemdikbud.go.id/berita/belajar-merdeka-sejak-usia-dini-
1588120589
http://playfullylearning.blogspot.com/2012/08/washing-work-or-play.html
https://storytimekatie.com/tag/clothespin-crafts/
John Lahmer, John Mergendoller, Suzie Bross. (2015). Setting The Standard For
Project Based Learning, Alexandria, USA.
Katz & Chard.(1989) Engaging Children’s Mind: The Project Approach. New
Jersey: Ablex.
Lev, S., Clark, A., & Starkey, E. (2020). Implementing Project Based Learning in
Early Childhood: Overcoming Misconceptions and Reaching Success (1st
ed.). Routledge. https://doi.org/10.4324/9780429243332.

95
KEGIATAN BELAJAR 6

MEDIA PEMBELAJARAN DI PAUD


Oleh: Dr. Rohinah, S.Pd.I., M.A.

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Mampu melaksanakan pembelajaran Raudhatul Athfal yang mendidik,
bermakna dan transformatif dengan menerapkan ragam model, pendekatan dan
metode pembelajaran dengan ditopang penerapan teknologi informasi dan
komunikasi (teknologi digital) dan dengan sumber belajar yang didukung hasil
penelitian untuk membangun sikap (karakter Islam rahmatan lil ‘ālamīn dan
berkepribadian muslim Indonesia yang tawassuth (moderat), tawāzun
(seimbang), dan tasāmuh (toleran), pengetahuan, dan keterampilan peserta
didik dalam memecahkan masalah kehidupan sehari-hari secara kritis,
humanis, inovatif, kreatif, kolaboratif, dan komunikatif berdasarkan keilmuan
bidang Raudhatul Athfal;

B. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mahasiswa mampu merumuskan media pembelajaran di PAUD
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi jenis-jenis media pembelajaran di
PAUD
3. Mahasiswa mampu menyusun media pembelajaran di PAUD

C. AKTIVITAS PEMBELAJARAN
Pembelajaran ini menggunakan model discovery learning yaitu kegiatan
belajar yang berfokus pada pencarian dan penemuan melalui berfikir secara
sistematis. Dosen bersama dengan mahasiswa melakukan analisis kritis terhadap
materi capaian pembelajaran dengan merujuk pada Keputusan Direktur Jenderal
Pendidikan Islam nomor 3211 tahun 2022 dan merujuk pada Keputusan Kepala
Badan Standar, Kurikulum, Dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, Dan Teknologi Nomor 033/H/Kr/2022 Tentang Capaian

96
Pembelajaran Pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan
Jenjang Pendidikan Menengah Pada Kurikulum Merdeka.
Dosen membimbing mahasiswa untuk menganalisis komponen capaian
pembelajaran kemudian menemukan materi esensial pada setiap elemen untuk
setiap fase dan membandingkannya. Mahasiswa melakukan komunikasi pada dosen
pengampu dan bekerjasama dengan kelompok kelasnya untuk mengambil tema
yang akan diperdalam dalam kegiatan tugas lanjutan KB 6.
D. PENGANTAR
Peran media dalam pembelajaran khususnya dalam pendidikan anak usia
dini sangat penting mengingat perkembangan anak pada masa ini berada pada taraf
berfikir konkrit. Dengan demikian dalam pendidikan untuk anak usia dini harus
menggunakan sesuatu yang memungkinkan anak dapat belajar secara konkrit.
Prinsip tersebut mengisyaratkan perlunya digunakan media sebagai saluran
penyampai pesan-pesan pendidikan untuk anak usia dini.
Media dalam proses pembelajaran dapat mempertinggi proses belajar
peserta didik dalam pembelajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat
mempertinggi hasil belajar yang dicapainya. Berbagai penelitian yang dilakukan
terhadap penggunaan media dalam pembelajaran sampai pada kesimpulan, bahwa
proses dan hasil belajar pada peserta didik menunjukkan perbedaan yang signifikan
antara pembelajaran tanpa media dengan pembelajaran menggunakan media. Oleh
karena itu penggunaan media pembelajaran sangat dianjurkan untuk mempertinggi
kualitas pembelajaran.
Seorang Pendidik PAUD pada saat menyajikan informasi kepada anak usia
dini harus menggunakan media agar informasi tersebut dapat diterima atau diserap
anak dengan baik dan pada akhirnya diharapkan terjadi perubahan-perubahan
perilaku berupa kemampuan-kemampuan dalam hal pengetahuan, sikap, dan
keterampilannya.

97
E. URAIAN MATERI
1. Pengertian Media Pembelajaran
Aprinawati (2017) menyatakan bahwa media berasal dari kata
medius (bahasa latin) yang berarti perantara atau pengantar. Fauziddin
(2018) menambahkan bahwa secara umum media dapat berbentuk manusia,
materi atau kejadian yang akan membuat seseorang belajar dan memperoleh
pengetahuan. Setiap media pembelajaran digunakan sebagai pendukung
proses atau kegiatan mengajar agar materi yang dibahas dapat dipahami oleh
anak didik dengan baik dan juga dapat membantu guru dalam proses
penyampaian materi pelajaran. Debeturu & Wijayaningsih (2019)
menjelaskan bahwa media pembelajaran semua benda konkret atau abstrak
yang digunakan dalam lingkungan belajar anak dan dengan benda tersebut
anak terbantu dalam memahami pelajaran yang dipelajarinya. Maulana et
al., (2020) menyatakan bahwa media pembelajaran dapat digunakan untuk
menciptakan kondisi dan situasi pembelajaran yang konkret. Dengan
demikian, media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat
membantu penyampaian pesan pengajaran atas materi pelajaran oleh guru
kepada anak didik. Jadi, media pembelajaran adalah perantara atau
pengantar materi pembelajaran kepada anak didik agar bisa dipahami
dengan baik.
Media pembelajaran merupakan salah satu unsur yang harus ada agar
proses pembelajaran berjalan dengan efektif. Sari & Linda (2020) berasumsi
bahwa tanpa adanya media pembelajaran maka kegiatan akan bersifat pasif
dan membosankan bagi anak didik. Pemanfaatan media pengajaran menjadi
salah satu masalah dalam pembelajaran di lembaga pendidikan PAUD.
Dengan demikian, media pembelajaran yang efektif dan bervariasi
merupakan suatu keharusan dalam pengajaran anak usia dini karena akan
berimbas kepada keefektifan pengajaran yang diberikan.
Media sebagai alat bantu pembelajaran merupakan bagian dari
proses perencanaan dalam manajemen pembelajaran PAUD. Hal ini senada
dengan pendapat Purwani dkk., (2019) yang menyebutkan bahwa media

98
sebagai alat bantu dan pengantar pembelajaran tidak bisa dipisahkan dari
proses pembelajaran. Media merupakan pengantar pesan dari guru dan
materi kepada anak didik. Dari hastining et al., (2020) menambahkan bahwa
media pembelajaran diperlukan oleh guru dan anak didik. Media
pembelajaran yang efektif akan memudahkan pendidik dalam memberikan
bahan ajar serta materi pelajaran untuk anak didik. Media pengajaran yang
ideal bisa dikombinasikan dengan mudah oleh guru ketika mengajar dengan
menggunakan strategi, pendekatan dan metode apa saja. Media merupakan
medium/perantara yang dapat mempengaruhi sikap, emosional, bahasa,
fisik, motorik, moral, agama, seni. Selain itu media pembelajaran mampu
membangkitkan minat anak dalam proses kegiatan pembelajaran, sehingga
anak aktif dalam belajar.
Media pembelajaran ditujukan untuk memudahkan guru dalam
mentransfer isi pelajaran untuk anak. Liyana & Kurniawan (2019)
mendukung pendapat ini dengan mengatakan bahwa media pembelajaran
meliputi semua alat dan benda penyalur ide, pesan dan gagasan dari yang
megirimkan kepada yang menerima. Pengirim disini adalah guru sebagai
pendidik sedangkan penerima adalah anak didik. Media pembelajaran
digunakan untuk dapat menstimuli anak dalam pengembangan fikiran,
perasaan, perhatian dan minat anak didik sehingga terjadilah proses
pembelajaran.
Media Pembelajaran PAUD adalah semua hal yang dapat digunakan
sebagai penyalur pesan dari pengirim ke penerima untuk merangsang
fikiran, perasaan, perhatian dan minat, serta perhatian anak sehingga proses
belajar terjadi. Pesan berupa isi ajaran dan didikan yang ada di kurikulum
dituangkan oleh Pendidik PAUD atau sumber lain ke dalam media dalam
bentuk-bentuk simbol komunikasi baik simbol verbal (kata-kata lisan atau
tertulis) maupun simbol non verbal atau visual. Selanjutnya penerima pesan
(bisa siswa atau Pendidik) menafsirkan simbol-simbol komunikasi tersebut
sehingga diperoleh pesan.

99
Menurut Harjonto (2010:43) Media pengajaran dibagi dua bagian
yaitu media dalam arti sempit dan media dalam arti luas. Dalam arti sempit,
media pengajaran hanya meliputi media yang dapat digunakan secara efektif
dalam proses pengajaran yang terencana, sedangkan dalam arti luas, media
tidak hanya meliputi media komunikasi elektronik yang kompleks akan
tetapi juga mencakup alat-alat sederhana seperti slide, fotografi, diagram
dan bagan buatan guru. Media yang biasa digunakan pada pendidikan anak
usia dini adalah media yang dibuat sendiri oleh guru atau media imitasi yang
dibeli namun harus sesuai dengan tema yang ada pada rancangan kegiatan
mingguan (RKM) dan rancangan kegiatan harian (RKH).

2. Prinsip Media Pembelajaran untuk Anak Usia Dini


Menurut Asnawir, 2002:19-25 media pengajaran digunakan dalam
rangka upaya peningkatan atau mempertinggi mutu proses kegiatan belajar-
mengajar yang akan dilakukan disekolah. Oleh karena itu harus diperhatikan
beberapa prinsip-prinsip dalam penggunaannya antara lain:
a. Penggunaan media pembelajaran hendaknya dipandang sebagai
bagian penting yang harus ada dari suatu sistem pengajaran dan
bukan hanya sebagai alat bantu yang berfungsi sebagai tambahan
yang digunakan bila dianggap perlu dan hanya dimanfaatkan
sewaktu-waktu
b. Media pembelajaran harus dipandang sebagai sumber belajar yang
digunakan dalam usaha memecahkan masalah- masalah yang
dihadapi dalam proses belajar-mengajar karena dalam proses belajar
mengajar guru benar-benar menguasai teknik-teknik dari suatu
media pembelajaran yang digunakan. Namun juga seharus
memperhitungkan untung ruginya pemanfaatan suatu media
pembelajaran, misalnya tidak membuat media pembelajaran yang
berbahan dasar terlalu mahal jika hanya bisa dipakai dalam satu kali
kegiatan belajar karena akan membutuhkan dana yang banyak

100
sedangkan media pembelajaran itu prinsipnya yang mudah
dijangkau atau tidak terlalu mahal.
c. Dalam penggunaan media pembelajaran harus diorganisir secara
sistematis bukan sembarang mengunakannya, dimana pada saat
menggunakan media pembelajaran guru harus benar-benar
merancang perencanaan kegiatan dari rumah dan menerapnya pada
saat pembelajaran, anak tinggal mengikuti instruktur dari guru.
d. Guru dapat memanfaatkan multimedia yang menguntungkan dan
memperlancar proses belajar- mengajar dan juga dapat merangsang
anak aktif dalam belajar jika sekiranya suatu pokok bahasan
memerlukan lebih dari satu macam media pembelajaran. Media
pembelajaran untuk anak usia dini bersifat luas, bukan hanya media
yang sengaja dirancang dan di desain oleh guru saja akan tetapi
benda apapun bisa dijadikan media pembelajaran selagi benda itu
memiliki nilai edukasi.
Menurut Mansur (2008:53) dalam pembuatan media pembelajaran
ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan, di antaranya;
a. Media pembelajaran yang dibuat hendaknya dapat digunakan untuk
mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak dan dapat
dijadikan sebagai media pembelajaran secara berulang dengan tema
dan sub tema yang berbeda.
b. Bahan mudah didapat di lingkungan sekitar lembaga PAUD dan
murah atau bisa dibuat dari bahan bekas/sisa. Membuat media
pembelajaran sebenarnya tidak harus selalu dengan biaya yang
mahal. Banyak sekali bahan-bahan disekitar kita yang dapat
digunakan untuk membuatnya. Sebagai contoh bekas bungkus susu
bubuk dapat kita gunakan untuk membuat kapal- kapalan.
Keuntungan dengan menggunakan bahan-bahan bekas selain bahan
tersebut tidak kita buang, ada nilai pendidikan yang kita tanamkan
kepada anak yang anak dilatih untuk bersikap hidup sederhana dan
kreatif.

101
c. Tidak menggunakan bahan yang berbahaya bagi anak. Aspek
keselamatan anak merupakan salah satu hal yang harus menjadi
perhatian guru sebagai pembuat media pembelajaran. Bahan-bahan
tertentu yang mengandung bahan kimia yang berbahaya perlu
dihindari oleh guru. Misalnya penggunaan jenis cat yang digunakan
untuk mewarnai alat permainan tertentu sebaiknya yang tidak
membahayakan mengandung bahan kimia yang berbahaya bagi
anak.
d. Dapat menimbulkan kreativitas, dapat dimainkan sehingga
menambah kesenangan bagi anak, menimbulkan daya khayal dan
daya imajinasi serta dapat digunakan untuk bereksperimen dan
bereksplorasi. Alat permainan konstruktif seperti balok-balok kayu
merupakan salah satu contoh alat permainan yang cukup menarik
dan menantang anak untuk berkreasi.
e. Sesuai dengan tujuan dan fungsi sarana. Tiap media pembelajaran
itu sudah memiliki fungsi yang berbeda antara yang satu dengan
yang lain. Guru harus menjadikan tujuan dan fungsi sarana ini
sebagai bagian yang penting untuk diperhatikan.
f. Dapat digunakan secara individual, kelompok, dan klasikal. Media
pembelajaran yang dirancang harus memungkinkan anak untuk
menggunakannya baik secara individual, digunakan dalam
kelompok atau secara klasikal.
g. Dibuat sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Tingkat
perkembangan anak yang berbeda berpengaruh terhadap jenis
permainan yang akan dibuat oleh guru. Sebagai contoh puzel
(kepingan gambar). Tingkat kesulitan dan jumlah kepingan gambar
yang harus disusun oleh anak akan berbeda antara kelompok usia
satu dengan kelompok usia lainnya.

102
3. Dampak Positif dan Manfaat Penggunaan Media Pembelajaran di
PAUD

Media adalah suatu benda yang tidak bisa lepas dari pembelajaran
anak usia dini sebagaimana media pembelajaran dapat mengatasi
keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh anak usia dini. Pengalaman tiap
anak berbeda-beda, tergantung dari kejadian-kejadian yang dialami oleh
anak. Media pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut. Jika anak
usia dini tidak memungkinkan dibawa ke objek langsung yang dipelajari,
maka objeknyalah yang dibawa ke pada anak usia dini. Objek dimaksud bisa
dalam bentuk nyata, miniatur, model, maupun bentuk gambar-gambar yang
dapat disajikan secara audio visual dan audio (Rohani ahmad, 1997:32).
Media banyak memberikan dampak positif bagi anak, baik yang berkenaan
dengan proses perkembangan otak maupun yang berhubungan dengan
kreativitas (Hasnidah, 2015:36).
Banyak keuntungan dalam menggunakan media pembelajaran
sebagaimana menurut Kemp & Dayton dalam buku Azhar (2014:25)
mengemukakan beberapa hasil penelitian ynag menunjukan dampak positif
dari penggunaan media pembelajaran yaitu:
a. Membuat pembelajaran menjadi lebih baku.
b. Pembelajaran dapat lebih menarik. Maksudnya dengan media yang kita
gunakan pembelajaran akan lebih menarik perhatian peserta didik
dengan warna-warna yang beragam dari media yang kita gunakan.
c. Pembelajaran lebih interaktif. Dengan media yang menarik dan
berwarna, peserta didik akan lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran
yang sedang berlangsung.
d. Waktu pelaksanaan pembelajaran akan lebih pendek. Dengan
menggunakan media pembelajaran waktu pembelajaran dapat lebih
singkat lagi karena kita tidak perlu menjelaskan terlalu panjang. Kualitas
pembelajaran dapat ditingkatkan.
e. Proses pembelajaran dapat berlangsung kapan pun dan dimana pun.
Maksudnya media pembelajaran yang kita gunakan tak perlu kita buat

103
sendiri, misal ketika kita sedang diluar kelas medianya bisa dari alam
seperti daun, ranting,dll.
f. Sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran serta proses
pembelajaran dapat ditingkatkan.
g. Peran guru berubah ke arah yang positif, artinya guru tidak
menempatkan diri sebagai satu-satunya sumber belajar (Thoiruf,
2008:20).
Secara umum manfaat media pembelajaran menurut Hamalik
(2005:26) adalah memperlancar interaksi antara guru dengan anak sehingga
kegiatan pembelajaran lebih afektif dan efisien. Sedangkan secara khusus
manfaat media pembelajaran adalah:
a. Dalam penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan.
b. Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik
c. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif karena dengan media akan
terjadinya komukasi dua arah secara aktif, sedangkan tanpa media guru
cenderung bicara satu arah,
d. Dengan media tujuan belajar akan lebih mudah tercapai secara maksimal
dengan waktu dan tenaga seminimal mungkin,
e. Meningkatkan kualitas hasil belajar anak
f. Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan
kapan saja,
g. Media dapat menumbuhkan sikap positif anak terhadap materi dan
proses belajar,
h. Mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif.
Media pembelajaran tidak hanya memberikan manfaat yang besar
pada anak usia dini namun juga memberikan manfaat bagi tenaga pendidik
anak usia dini, sebagaimana manfaat media pembelajaran bagi tenaga
pendidik (Khadijah, 2015:95) yaitu:
a. Memberikan pedoman, arahan untuk mencapai tujuan. Dalam mengajar
tentunya pendidik harus memiliki pedoman pembelajaran sehingga

104
konsep pembelajaran yang akan dirancang berpatokan pada pedoman
pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran.
b. Menjelaskan struktur dan urutan pengajaran dengan baik. Media yang
digunakan mampu menjelaskan secara detail struktur atau urutan proses
pembelajaran yang akan dilakukan dalam satu hari
c. Memberikan kerangka sistematis secara baik.
d. Memudahkan kembali pengajaran terhadap materi pembelajaran.
Memberikan keringanan pada guru dalam mengajar
e. Membantu kecermatan, ketelitian dalam penyajian dalam pembelajaran.
Membantu guru untuk lebih cermat dan teliti dalam pembelajaran.
f. Membangkitkan rasa percaya diri seorang pengajar. Menghilangkan
rasa gugup dan meningkatkan keberanian pada pendidik.
g. Meningkatkan kualitas pembelajaran.
Sedangkan manfaat dari media pembelajaran bagi peserta didik,
(Khadijah, 2015:95) yaitu:
a. Meningkatkan motivasi,
b. Memberikan dan meningkatkan variasi belajar anak,
c. Memberikan struktur materi pembelajaran,
d. Memberikan inti informasi kepada anak,
e. Merangsang anak untuk berpikir dan beranalisis,
f. Menciptakan kondisi dan situasi belajar tanpa tekanan.
Peran guru dalam memilih dan menentukan media pembelajaran yang
tepat sangat berpengaruh terhadap keberhasilan anak usia dini. Kesalahan
dalam memilih media mampu membuat anak tidak konsentrasi, tidak tertarik
bahkan merasa bosan dengan kegitan pembelajaran yang diberikan. Oleh
karena itu dalam memilih media pembelajaran anak usia dini hal yang utama
perlu dikaji dan diketahui adalah tahapan perkembangan anak karena anak
dengan tahap perkembangan yang berbeda harus menerima pembelajaran
dengan menggunakan media yang berbeda pula. Dalam memilih media
pembelajaran memerlukan beberapa perencanaan dan pertimbangan, antara
lain: guru merasa sudah akrab dengan media pembelajaran sehingga memilih

105
media tersebut guru merasa media pembelajaranya dapat menggambarkan
dengan lebih baik daripada dirinya, media dapat menarik minat dan perhatian
siswa (Azhar, 2014:67).
Media pembelajaran dapat digunakan secara individual, maupun
kelompok sebagaimana menurut Kemp & Dayton (1985:28) bahwa media
pembelajaran, dapat memenuhi tiga fungsi utama apabila media itu digunakan
untuk perorangan, maupun kelompok, yaitu:
a. Memotivasi minat. Media pembelajaran memiliki beragam macam jenis,
bentuk, warna dan ukuran. Dalam proses bermain media dapat disesuaikan
dengan karateristik dan proses tahapan perkembangan anak yang menarik
bagi anak usia dini sehingga motivasi belajar dan rasa ingin tahu anak
meningkat.
b. Menyajikan informasi. Melalui media pembelajaran informasi yang
disampaikan akan lebih mudah disajikan dan dipahami oleh anak usia dini.
Sebagaimana sesuai dengan karakteristik anak usia dini yaitu anak memiliki
rentang konsentrasi yang singkat jadi jika kegiatan bermain dilakukan
dengan menggunakan media nyata maka anak akan lebih mudah menerima
informasi dengan cepat dan tepat.
c. Memberikan instruksi. Adanya media mampu memberikan instruksi yang
akurat pada anak usia dini. Media mampu menjelaskan hal yang tidak
mampu dibawa ke dalam kelas seperti gunung. Anak tidak mampu melihat
gunung meletus secara nyata namun dengan adanya media pembelajaran
anak mampu mempraktekan bagaimana gunung meletus dengan
menggunakan tepung, soda dan pewarna.

4. Prinsip-Prinsip Pembuatan Media Pembelajaran di PAUD


Pembuatan media pembelajaran harus memperhatikan prinsip-prinsip
yang sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran anak usia dini sebagaimana
yang dikemukakan oleh Forum PAUD (2007) sebagai berikut:
a. Berorientasi pada kebutuhan anak. Kegiatan pembelajaran apada anak
harus senantiasa berorientasi kepada kebutuhan anak. Anak usia dini

106
adalah anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk
mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan baik perkembangan
fisik maupun psikis, yaitu intelektual, bahasa, motorik, dan sosio
emosional.
b. Belajar melalui bermain. Bermain merupakan sarana belajar anak usia
dini. melalui bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan,
memanfaatkan, dan mengambil kesimpulan mengenai benda
disekitarnya.
c. Menggunakan lingkungan yang kondusif. Lingkungan harus diciptakan
sedemikian rupa sehingga menarik dan menyenangkan dengan
memperhatikan keamanan serta kenyamanan yang dapat mendukung
kegiatan belajar melalui bermain.
d. Menggunakan pembelajaran terpadu. Pembelajaran pada anak usia dini
harus menggunakan konsep pembelajaran terpadu yang dilakukan
melalui tema. Tema yang dibangun harus menarik dan dapat
membangkitkan minat anak dan bersifat kontekstual. Hal ini
dimaksudkan agar anak mampu mengenal berbagai konsep secara
mudah dan jelas sehingga pembelajaran menjadi mudah dan bermakna
bagi anak.
e. Mengembangkan berbagai kecakapan hidup. Mengembangkan
keterampilan hidup dapat dilakukan melalui berbagai proses
pembiasan. Hal ini dimaksudkan agar anak belajar untuk menolong diri
sendiri, mandiri, dan bertanggung jawab serta memiliki disiplin diri.
f. Menggunakan berbagai media edukatif dan sumber belajar. Media dan
sumber pembelajaran dapat berasal dari lingkungan alam sekitar atau
bahan-bahan yang senagaja disiapkan oleh pendidik/guru.
g. Pembelajaran yang dekat dengan Anak. Pembelajaran bagi anak usia
dini hendaknya dilakukan secara bertahap, dimulai dari konsep yang
sederhana dan dekat dengan anak. Agar konsep dapat dikuasai dengan
baik hendaknya guru menyajikan kegiatan-kegiatan yang berulang.

107
Adapun prinsip-prinsip dalam pembuatan media pembelajaran yang
dikemukakan oleh Latif (2013) yang harus diperhatikan, yaitu:
a. Media pembelajaran yang dibuat hendaknya multiguna. Maksudnya
media tersebut digunakan untuk pengembangan berbagai aspek
perkembangan anak. Contoh: media yang berupa bola tangan. Bola
dapat digunakan untuk perkembangan motorik seperti saling
melemparkan bola dengan sesama teman, aspek kognitif seperti bola
dirancang dengan menggunakan berbagai warna, sedangkan aspek
lainnya seperti mengenal berbagai macam bunyi-bunyian dan lain-lain.
b. Bahan mudah didapat di lingkungan sekitar lembaga PAUD dan murah
atau bisa dibuat dari bahan bekas atau sisa. Contoh: bekas bungkus susu
bubuk dapat kita gunakan untuk membuat kapal-kapalan. adapun nilai-
nilai pendidikan yang ditanamkan yaitu anak dilath untuk bersikap
hidup sederhana dan kreatif.
c. Tidak menggunakan bahan yang berbahaya bagi anak. Contoh:
penggunaan jenis cat yang digunakan untuk mewarnai alat permainan
tertentu sebaiknya yang tidak membahayakan mengandung bahan
kimia yang berbahaya bagi anak.
d. Dapat menimbulkan kreativitas, dapat dimainkan sehingga dapat
menambah kesenangan bagi anak, menimbulkan daya khayal dan daya
imajinasi serta dapat digunakan untuk bereksperimen dan bereksplorasi.
Contoh alat permainan konstruktif yaitu balok-balok kayu, dimana
permainan ini cukup menarik ddan menantang anak untuk berkreasi.
e. Sesuai dengan tujuan dan fungsi sarana maksudnya setiap permainan
mempunyai fungsi yang berbeda, maka guru harus menjadikan fungsi
dan tujuan sarana ini sebagai bagian yang penting untuk diperhatikan
f. Dapat digunakan secara individual, kelompok, dan klasikal maksudnya
media yang dirancang oleh guru harus dapat digunakan baik secara
indivisual, kelompok maupun klasikal.
g. Dibuat sesuai dengan tingkat perkembangan anak, maksudnya tingkat
perkembangan anak yang berbeda sangat mempunyai pengaruh

108
terhadap jenis mainan yang dirancang oleh guru. Contoh: puzzle
(kepingan gambar) tingkat kesulitan dan dan jumlah kepingan gambar
harus disesuaikan dengan tingkatan jenjang pendidikan anak seperti TK
A dan Tk B. (Mukhtar Latif, dkk: 2013)
Sedangkan menurut Rosadi (dalam Latif, 2013) adapun prinsip
pembuatan pendidikan anak usia dini harus sejalan dengan prinsip pelaksanaan
keseluruhan proses pendidikan diantaranya sebagai berikut:
a. Pengembangan diri, pribadi, karakter, serta kemampuan belajar anak
diselenggarakan secara tepat, terarah, cepat berkesinambungan
b. Pendidikan dan pengembangan anak mencakup upaya meningkatkan
sifat mampu mengembangkan diri dalam anak.
c. Pemantapan diri yang dihayati oleh anak sesuai sistem dalam
masyarakat.
d. Pendidikan anak adalah usaha sadar, usaha yang menyeluruh, terarah,
terpadu dan dilaksanakan secara dan saling menguatkan oleh semua
pihak yang terpanggil.
e. Pendidikan anak adalah suatu upaya yang berdasarkan kesepakatan
sosial seluruh lapisan dan golongan masyarakat.
f. Anak mempunyai kedudukan sentral dalam pembangunan, di mana
PAUD memiliki makna strategis dalam pembangunan sumberdaya
manusia.
g. Orang tua dalam keteladanan adalah pelaku utama dan pertama
komunikasi dalam PAUD.
h. Program PAUD harus melingkupi inisiatif berbasis orang tua, berbasis
masyarakat,dan institusi formal sekolah.

5. Jenis Media Pembelajaran di PAUD


Media pembelajaran adalah media atau alat yang menjadi perantara
dalam menyampaikan pembelajaran pada anak usia dini karena anak usia
dini tidak bisa lepas dari media pembelajaran. Namun pada prinsipnya alat
yang digunakan sebagai media pembelajaran tersebut harus mampu

109
menstimulasi semua aspek perkembangan anak dan mampu mengatasi rasa
bosan pada anak sehingga pembelajaran berjalan dengan efektif. Berikut ini
adalah jenis media dalam kegiatan bermain sambil belajar pada anak usia
dini (Thoiruf, 2008:20) antara lain:
a. Media audio biasa disebut dengan media dengar yang dapat
menyampaikan pesan melalui suara dan bunyi seperti suara bahasa,
musik, dan sound effect dapat dikombinasikan untuk menguatkan isi
pesan.
b. Media visual yaitu media yang dapat digunakan untuk
menyampaikan pesan/informasi melalui penglihatan yang berbentuk
simbol-simbol visual.
c. Media audio visual adalah media yang dapat menyampaikan pesan
melalui suara, gambar, dan tulisan. Media audio visual di bagi
menjadi dua macam, yaitu media televisi dan film.
d. Media lingkungan Menurut Mariyana Lingkungan adalah suatu
tempat atau suasana (keadaan) yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini. Dalam kata lain,
Yaumi (2013:214) menyatakan bahwa media lingkungan adalah
lingkungan yang digunakan dalam proses pembelajaran anak usia
dini dimana anak-anak dikenalkan atau dibawa kesuatu tempat yang
dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.
sedangkan lingkungan yang dimaksud dapat berupa perkebunan,
taman-taman sekolah, dan museum maupun ke tempat wisata yang
mempunyai nilai pendidikan lainnya. Dengan kata lain, media
lingkungan dapat diartikan sebagai sebuah sarana yang dapat
digunakan anak dapat mencurahkan pikirannya dalam berkreasi,
termasuk melakukan berbagai manipulasi hingga mereka
mendapatkan sejumlah perilaku baru dari kegiatan itu. Dengan kata
lain, menurut Yaumi (2013:214) lingkungan belajar dapat diartikan
sebagai laboratorium anak usia dini atau tempat bagi anak usia dini
untuk bereksplorasi, bereksperimen dan mengekspresikan diri untuk

110
mendapatkan konsep dan informasi baru sebagai wujud dari hasil
belajar.
e. Media Loose part: Loose Parts adalah bahan yang dapat
dipindahkan, dibawa, digabungkan, dirancang ulang, dipisahkan dan
disatukan kembali dengan berbagai cara. Loose Parts menciptakan
kemungkinan kreasi tanpa batas dalam aktifitas pembelajaran dan
mengundang kreativitas peserta didik. Loose part merupakan media
bahan ajar yang kegunaannya dalam pembelajaran peserta didik
tidak pernah ada habisnya Juga bahan ajar loose part dapat
digunakan sebagai alat untuk mengeksplorasi berbagai aspek:
Pemecahan masalah, Kreativitas, Konsentrasi , Motorik halus,
Motoric kasar, Sains (Sience), Pengembangan bahasa (Literasi),
Seni (Art), Logika berpikir Matematika (Math), Teknik
(Engineering), Teknologi (Technology). Anak anak akan menjadi
kreatif dengan adanya prinsip penggunaan bahan ajar loose parts,
mereka bebas berkreasi membongkar pasang bahan ajar sesuai
dengan imajinasi peserta didik serta belajar menghargai bahan-
bahan atau benda-benda di sekeliling mereka, seperti bahan loose
parts alam. Anak-anak juga akan dapat ikut memelihara lingkungan
ketika mereka memahami bahwa barang-barang bekas dapat didaur
ulang dan dijadikan sebagai bahan untuk bermain dan berkreativitas
merakitnya menjadi barang yang berguna.
f. Media digital merupakan salah satu komponen yang berbentuk
komputer, Internet, gadget, PDA dan peralatan digital lain. Denis
Mc Quail, 200 dalam Ibrahim dan akhmad, 2014) berpendapat
bahwa terdapat empat kategori utama dalam media digital yaitu:
a).Media komunikasi interpersonal seperti email. B). Media
permainan interaktif seperti game. c). Media pencarian informasi
seperti mesin pencarian di internet. d). Media partisipatoris seperti
ruang chat di internet. Oleh sebab itu, semua materi yang
diajarkan perlu dirancang secara menarik dan memudahkan

111
peserta didiknya dengan dikemas menggunakan media digital.
Penggunaan media digital dalam pembelajaran di PAUD memiliki
alasan yang mendasar. Media digital sangat penting dalam proses
pembelajaran di era teknologi. Berdasarkan Kemp, E J. (1980)
dalam Muthmainanah (2013: 374) menyatakan bahwa media
pembelajaran memiliki tiga manfaat yaitu memberikan motivasi,
menyajikan informasi, memberikan instruksi.

6. Contoh Media Pembelajaran yang Mampu Menstimulasi Aspek


Perkembangan AUD
Gagne dan Briggs dalam Azhar Arsyad (2014:4) menyatakan media
pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk
menyampaikan isi materi pembelajaran. Sedangkan menurut Sardiman, dkk
(2007:7) menyatakan bahwa, “media adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima
sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta
perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi”.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan
informasi belajar yang dapat merangsang pikiran, perhatian, dan minat
untuk belajar. Adapun contoh media yang dapat digunakan pada anak usia
dini guna mengembangkan aspek perkembangan anak, yaitu:
a. Balok/kotak bangunan: memperkenalkan kepada anak-anak
berbagai bentuk geometri misalnya, balok, kubus, bola, lingkaran,
segi empat, segi tiga, setengah lingkaran, persegi panjang dan lain-
lain. Dari balok anak mampu berimajinasi membuat satu bangunan
kokoh.

112
b. Kotak-kotak huruf: untuk menarik minat baca dan menyusun huruf
dalam kata yang bermakna. Melalui media ini anak dapat
mengembangkan kemampuan bahasanya namun bukan hanya
sekedar itu, melalui kotak ini anak akan belajar mengembangkan
kemampuan logika dan berpikir.

c. Boneka: untuk alat peraga dalam bermain sandiwara yang berkaitan


dengan perkembangan kognitif.

113
d. Puzzle: melatih daya pengamatan dan daya konsentrasi.

e. Papan Geometris: berfungsi mengenalkan bentuk-bentuk geometris.

f. Kotak pos: berfungsi membandingkan bentuk-bentuk geometris.

114
g. Gelas ukur: berfungsi untuk percobaan mencampur warna dan
mengenalkan konsep ukuran.

h. Alat mengenal peraba: berfungsi untuk mengenalkan permukaan


kasar dan halus.

115
i. Bak air: berfungsi untuk melakukan berbagai percobaan tenggelam,
terapung, melayang, menyerap dan lain-lain.

j. Buku-buku (story reading): berfungsi untuk merangsang minat baca.

k. Alat-alat yang ada di luar kelas, alat-alat yang ada di luar kelas
seperti ayunan, jungkat-jungkit, peluncur, papan titian.

116
l. Media Loose Part: menciptakan kemungkinan kreasi tanpa batas
dalam aktifitas pembelajaran dan mengundang kreativitas.

m. Media Digital: bermanfaat untuk mengenalkan literasi digital pada


anak usia dini

Penggugnaan media di dalam kegiatan belajar anak usia dini, harus


memperhatikan pedoman berikut ini (Miarso, 2005):
a. Tidak ada suatu media yang terbaik untuk mencapai suatu tujuan
pembelajaran. masing-masing jenis media mempunyai kelebihan
dan kekurangan. Oleh karena itu pemanfaatan kombinasi dua
atau lebih media akan lebih mampu membantu tercapainya
tujuan pembelajaran.
b. Penggunaan media harus didasarkan pada tujuan pembelajaran
yang hendak dicapai. Dengan demikian pemanfaatan media
harus menjadi bagian yang integral dari penyajian pelajaran.

117
c. Penggunaan media harus disesuaikan dengan bentuk kegiatan
belajar yang akan dilaksanakan seperti belajar secara klasikal,
belajar dalam kelompok kecil, belajar secara individual, atau
belajar mandiri.
d. Penggunaan media harus disertai persiapan yang cukup seperti
mereview media yang akan dipakai, mempersiapkan berbagai
peralatan yang dibutuhkan di ruang kelas sebelum pelajaran
dimulai dan sebelum peserta masuk. Dengan cara ini pemanfaat
media diharapkan tidak akan mengganggu kelancaran proses
belajar mengajar dan mengurangi waktu belajar.
e. Peserta didik perlu disiapkan sebelum media pembelajaran
digunakan agar mereka dapat mengarahkan perhatian pada hal-
hal yang penting selama penyajian dengan media berlangsung.
f. Penggunaan media harus diusahakan agar senantiasa melibatkan
partisipasi aktif peserta.

F. RANGKUMAN
Modul kegiatan belajar 6 tentang media pembelajaran di PAUD dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Media sebagai alat bantu pembelajaran merupakan bagian dari
proses perencanaan dalam manajemen pembelajaran PAUD
2. Media merupakan medium/perantara yang dapat mempengaruhi
sikap, emosional, bahasa, fisik, motorik, moral, agama, seni. Selain
itu media pembelajaran mampu membangkitkan minat anak dalam
proses kegiatan pembelajaran, sehingga anak aktif dalam belajar.
3. Media banyak memberikan dampak positif bagi anak, baik yang
berkenaan dengan proses perkembangan otak maupun yang
berhubungan dengan kreativitas
4. Prinsip-prinsip pembuatan media pembelajaran harus sesuai dengan
prinsip-prinsip pembelajaran anak usia dini yakni berorientasi pada
kebutuhan anak, belajar melalui bermain, menggunakan lingkungan

118
yang kondusif, menggunakan pembelajaran terpadu,
mengembangkan berbagai kecakapan hidup, menggunakan berbagai
media edukatif dan sumber belajar, serta pembelajaran yang dekat
dengan anak.
5. Jenis-Jenis Media pembelajaran dapat menggabungkan dari
berbagai unsur, bisa berbentuk audio, visual, audio-visual,
lingkungan, media loose part, maupun media berbasis digital.

G. SUMBER BACAAN PENDUKUNG


1. Guslinda, S.Pd,M.Pd, Dr. Rita Kurnia, M.Ed., Media Pembelajaran
Anak usia Dini, Jakad Publishing, Surabaya, 2018
2. Khadijah, Media Pembelajaran Anak Usia Dini, Perdana Publishing,
Medan, 2015.
3. Muh Daud, dkk., Media Pembelajaran PAUD Tinjauan Teori dan
Praktek, Penerbit Widina Bhakti Persada Bandung, 2021.
4. Usep Kustiawan, Pengembangan Media Pembelajaran Anak Usia
Dini, Penerbit Gunung Samudera [Grup Penerbit PT Book Mart
Indonesia], 2016.

H. LEMBAR KERJA
Petunjuk:
a. Analisis Tujuan Pembelajaran yang hendak dicapai mengacu pada
RPP yang digunakan!
b. Lakukan analisis kegiatan belajar yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran!
c. Susun media pembelajaran yang mampu menstimulasi semua aspek
perkembangan AUD!
Formulir:
Nama Tema / Media :
Sasaran :

119
Tujuan:
Alat dan Bahan:
Cara Membuat:
Cara Menstimulasi:
Aspek yang dikembangkan:
Hasil Pembelajaran:
Gambar:

I. REFERENSI
Arsyad Azhar, 2014. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Asnawir, Basyiruddin. Usman. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Ciputat.

Hamalik. 2005. Keterampilan Dasar Mengajar. Malang: Fakultas Tarbiyah.

Hasnidah, 2015. Media Pembelajaran Kreatif. Jakarta: Luxima Metro Media.

Harjanto. 2010 .Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Khadijah, 2015. Media Pembelajaran AUD. Medan: Perdana Publishing.

Khadijah, 2016. Pengembangan Kognitif Anak Usia Dini. Medan: Perdana


Publishing.

Bahri dkk. 2010. Strategi Belajar Mengajar,. Jakarta; Rineka Cipta.

Khadijah, 2016. Pengembangan Kognitif Anak Usia Dini. Medan: Perdana


Publishing.
Rohani Ahmad, 1997. Media Instruksional Edukatif. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Thoiruf, 2008. Menjadi Guru Inisiator. Semarang: Rasail.

Abdulhak, Ishak dan Darmawan, Deni, 2013. Teknologi Pendidikan.


Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

Muthmainnah, 2012. Pemanfaatan Video Clip Untuk Meningkatkan


Ketrampilan Sosial Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan A nak. Vol.2, No.2.

120
KEGIATAN BELAJAR 7

ASESMEN AWAL DAN PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI


Oleh: Dr. Irma Yuliantina,M.Pd dan Dr. Laili Ramadani, S.Pd.I, MA

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Mampu mengevaluasi masukan, proses, dan hasil pembelajaran Raudhatul
Athfal yang mencakup sikap, pengetahuan, keterampilan pada peserta didik
dengan menerapkan asesmen otentik, serta memanfaatkan hasil evaluasi
tersebut untuk perbaikan (remedial), pengayaan dan pengembangan kualitas
pembelajaran.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mampu memahami prinsip-prinsip asesmen di PAUD
2. Mampu mengimplementasikan asesmen formatif
3. Mampu mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi dalam
penyusunan aesmen

C. AKTIVITAS PEMBELAJARAN
Pembelajaran ini menggunakan model discovery learning yaitu kegiatan
belajar yang berfokus pada pencarian dan penemuan melalui berfikir secara
sistematis. Dosen bersama dengan mahasiswa melakukan analisis kritis terhadap
materi capaian pembelajaran dengan merujuk pada Keputusan Direktur Jenderal
Pendidikan Islam nomor 3211 tahun 2022 dan merujuk pada Keputusan Kepala
Badan Standar, Kurikulum, Dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, Dan Teknologi Nomor 033/H/Kr/2022 Tentang Capaian
Pembelajaran Pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan
Jenjang Pendidikan Menengah Pada Kurikulum Merdeka.
Dosen membimbing mahasiswa untuk menganalisis komponen capaian
pembelajaran kemudian menemukan materi esensial pada setiap elemen untuk
setiap fase dan membandingkannya. Mahasiswa melakukan komunikasi pada dosen

121
pengampu dan bekerjasama dengan kelompok kelasnya untuk mengambil tema
yang akan diperdalam dalam kegiatan tugas lanjutan KB 7.

D. PENGANTAR
Asesmen di Raudhatul Athfal adalah aktivitas yang dilakukan selama proses
pembelajaran untuk mencari bukti ketercapaian dari tujuan pembelajaran. Asesmen
di RA memberikan informasi tentang pembelajaran yang perlu dirancang, juga
digunakan untuk melihat efektifitas proses pembelajaran yang telah berlangsung,
sehingga asesmen penting dilakukan untuk mengetahui kemajuan perkembangan
anak.
Asesmen awal memberikan gambaran profil anak termasuk di dalamnya
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), sehingga saat guru membuat perencanaan
pembelajaran dan memberikan dukungan dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan
karakteristik anak.
Asesmen terbagi menjadi dua jenis, yaitu: 1) asesmen formatif, bertujuan
untuk memberikan informasi atau umpan balik bagi pendidik dan anak dengan
memantau dan memperbaiki proses pembelajaran, serta mengevaluasi pencapaian
tujuan pembelajaran, 2) asesmen sumatif, bertujuan untuk memastikan ketercapaian
keseluruhan tujuan pembelajaran. Kedua jenis asesmen ini tidak harus digunakan
dalam suatu rencana pelaksanaan pembelajaran, tergantung pada cakupan tujuan
pembelajaran.

E. URAIAN MATERI
1. Prinsip-Prinsip Asesmen pada RA
Asesmen di RA memberikan informasi tentang pembelajaran yang perlu
dirancang. Asesmen merupakan aktivitas yang dilakukan selama proses
pembelajaran untuk melihat ketercapaian dari tujuan pembelajaran. Asesmen
juga digunakan untuk melihat efektifitas proses pembelajaran yang telah
berlangsung, sehingga asesmen penting dilakukan untuk mengetahui kemajuan
perkembangan anak. Prinsip pengambilan data dalam asesmen di RA adalah:

122
a. Pengambilan data dalam proses asesmen anak usia dini perlu
mengikuti prinsip yang autentik
b. Guru hanya mendokumentasikan apa yang mereka lihat dan dengar,
sehingga meniadakan asumsi dan interpretasi mengenai apa yang
sedang anak pikirkan, rasakan atau berniat lakukan
c. Pengambilan data, khususnya untuk asesmen sumatif pada anak usia
dini, disarankan untuk dilakukan dalam durasi dan jangka waktu lama
misalnya satu hingga dua pekan
Pada anak usia dini, perilaku yang teramati adalah segala hal yang
dibuat, ditulis, digambar, dikatakan, dan dilakukan oleh anak, artinya segala
hal yang dapat kita amati secara langsung misalnya mulai dari tingkah laku,
proses kerja saat membuat hasil karya, maupun celotehan anak. Hal-hal yang
ditampilkan anak tersebut merupakan data perilaku yang berguna dan penting
untuk diamati oleh guru sebagai data asesmen. Agar dapat mengamati perilaku
atau kemampuan yang teramati yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, maka
kita perlu menentukan Indikator Ketercapaian Tujuan Pembelajaran (IKTP)
terlebih dahulu.
Indikator Ketercapaian Tujuan Pembelajaran (IKTP) membantu
pendidik untuk mengukur “apakah tujuan pembelajaran yang saya tetapkan
telah tercapai?” Kemampuan untuk menyusun indikator ketercapaian sangatlah
penting untuk memastikan ketercapaian tujuan pembelajaran tidak berbasis
asumsi serta melaporkan kemajuan anak kepada orang tua dengan efektif
karena disertai dengan informasi capaian anak yang konkret sehingga mudah
dicerna oleh orang tua. Informasi yang konkret tersebut akan memudahkan
penyusunan solusi tindak lanjut yang konkret juga, sehingga orang tua dapat
turut menguatkan di rumah. Dalam menyusun indikator ketercapaian tujuan
pembelajaran, ingatlah untuk menggunakan perilaku atau kemampuan yang
teramati. Penyusunan IKTP mengacu pada TP yang telah disusun dalam
perencanaan pembelajaran.
Asesmen di RA terbagi menjadi dua jenis, yaitu: 1) asesmen formatif,
bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik bagi pendidik dan

123
anak dengan memantau dan memperbaiki proses pembelajaran, serta
mengevaluasi pencapaian tujuan pembelajaran, 2) asesmen sumatif, bertujuan
untuk memastikan ketercapaian keseluruhan tujuan pembelajaran. Kedua jenis
asesmen ini tidak harus digunakan dalam suatu rencana pelaksanaan
pembelajaran, tergantung pada cakupan tujuan pembelajaran. Asesmen sumatif
akan disampaikan di KB 8.
2. Asesmen Formatif
Asesmen formatif khususnya pada tahap awal, diharapkan dapat
memberikan informasi menyeluruh yang berkenaan dengan kondisi dan
karakteristik hambatan, kelebihan dan kelemahan sebagai dasar dalam
penyusunan program pembelajaran sesuai kebutuhan dan karakteristik masing-
masing anak.
Asesmen Formatif bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan
balik bagi pendidik dan anak untuk memperbaiki proses belajar.
a. Asesmen di awal pembelajaran, dilakukan untuk mengetahui kesiapan
anak untuk mempelajari materi ajar dan mencapai tujuan pembelajaran
yang direncanakan. Asesmen ini termasuk dalam kategori asesmen
formatif karena ditujukan untuk kebutuhan pendidik dalam merancang
pembelajaran, tidak untuk keperluan penilaian hasil belajar anak yang
dilaporkan dalam rapor.
b. Ragam konteks dalam penerapan asesmen awal antara lain: asesmen
sebelum memulai lingkup materi baru, asesmen di awal tahun ajaran dan
asesmen untuk anak baru.
c. Adapun penerapan asesmen awal terdiri dari:
1) Menentukan informasi tentang capaian apa yang ingin dipotret
melalui asesmen awal;
2) Menentukan kegiatan yang dapat memberikan informasi apakah
capaian tersebut sudah tercapai atau tidak; dan guru dapat melakukan
observasi, atau menggunakan hasil karya sebagai sumber data;
3) Mengolah data secara sederhana dengan melakukan pengelompokan
berdasarkan capaian pembelajaran

124
4) Merancang strategi diferensiasi yang dapat diterapkan untuk kegiatan
pembelajaran selanjutnya.
Contoh Hasil Asesmen Awal
Tujuan Indikator Ketercapaian Kegiatan Hasil Rekomendasi
Pembelajaran Tujuan Pembelajaran Pengamatan
(IKTP)
Anak berpartisipasi ● Mengenali Membuat ● Dari 10 Perlu kegiatan
aktif dalam menjaga makanan halalan miniatur anak, 9 anak main yang
kebersihan , thayyiban. makanan dapat menstimulasi
kesehatan dan ● Mengenali kesukaan dari membuat keaksaraan dan
keselamatan diri berbagai alat pengenalan
makanan haram miniatur
sebagai bentuk rasa dan bahan bentuk geometri.
sayang terhadap makanan
dirinya dan rasa dan
syukur kepada Allah menyebutka
SWT n makanan
Anak mampu ● Anak dapat ini halal
mengungkapkan menceritakan
perasaan dan ide- makanan yang ia ● 10 anak
idenya suka dan tidak mampu
suka menceritaka
● Anak mampu n makanan
menyampaikan yang dia
pendapat tentang suka.
kegiatan yang
dilakukan ● 2 anak sudah
Anak menirukan ● Anak dapat dapat
bentuk-bentuk menjelaskan menuliskan
simbol dan huruf makna dari nama kue
yang bermakna bagi simbol sederhana yang dia
dirinya. buat. 8 anak
yang ada di
lingkungan lainnya
sekitarnya belum
● Anak dapat mengenal
Menyusun kata huruf
dengan berbagai
● 3 anak sudah
media
Anak
dapat
● Anak dapat
membandingkan menyebutka
menyebutkan
kesamaan dan n bentuk
bentuk geometri
perbedaan dari lingkaran
dengan ragam
bentuk geometri dan persegi
karakteristiknya
sederhana. dari kue
● Anak dapat
yang dia
memilih bentuk
buat. 7 anak
geometri yang
lain belum
paling besar,
mengenal
paling kecil.
bentuk
geometri.

125
d. Asesmen di dalam proses pembelajaran, yang dilakukan selama proses
pembelajaran untuk mengetahui perkembangan anak dan sekaligus
pemberian umpan balik yang harus ditindak lanjuti. Biasanya asesmen
ini dilakukan sepanjang atau di tengah kegiatan pembelajaran, dan dapat
dilakukan di akhir langkah pembelajaran. Asesmen ini termasuk dalam
kategori asesmen formatif.
Penilaian atau asesmen formatif bertujuan untuk memantau dan
memperbaiki proses pembelajaran, serta mengevaluasi pencapaian tujuan
pembelajaran. Asesmen ini dilakukan untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar
anak, hambatan atau kesulitan yang mereka hadapi, dan juga untuk mendapatkan
informasi perkembangan anak.
Manfaat informasi dari asesmen sebagai umpan balik bagi anak dan juga
pendidik adalah sebagai berikut:
1. Bagi anak, asesmen formatif berguna untuk merefleksi, memonitor
kemajuan belajar, menjelaskan tantangan yang dialami, serta
menggambarkan langkah-langkah apa saja yang perlu dilakukan untuk
meningkatkan pencapaian pembelajaran anak.
2. Bagi pendidik, asesmen formatif berguna untuk merefleksikan strategi
pembelajaran yang digunakan dan meningkatkan efektivitas dalam
merancang dan melaksanakan pembelajaran. Asesmen ini juga memberikan
informasi tentang kebutuhan belajar anak.
Agar asesmen memberikan manfaat kepada anak dan pendidik, maka ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan pendidik dalam merancang asesmen formatif,
antara lain sebagai berikut:
a. Asesmen formatif tidak beresiko tinggi (high stake). Asesmen formatif
dirancang untuk ketercapaian tujuan pembelajaran.
b. Asesmen formatif dapat menggunakan berbagai teknik dan/atau instrumen.
Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas proses belajar.

126
c. Asesmen formatif dilaksanakan bersamaan dengan proses pembelajaran
yang sedang berlangsung sehingga asesmen formatif dan pembelajaran
menjadi suatu kesatuan.
d. Asesmen formatif dapat menggunakan metode yang sederhana, sehingga
umpan balik hasil asesmen tersebut dapat diperoleh dengan cepat.
e. Asesmen formatif yang dilakukan di awal pembelajaran akan memberikan
informasi kepada pendidik tentang kesiapan belajar anak. Berdasarkan
asesmen ini, pendidik perlu menyesuaikan/memodifikasi rencana
pelaksanaan pembelajarannya dan/atau membuat diferensiasi pembelajaran
agar sesuai dengan kebutuhan anak.
f. Instrumen asesmen yang digunakan dapat memberikan informasi tentang
kekuatan, hal-hal yang masih perlu ditingkatkan oleh anak dan
mengungkapkan cara untuk meningkatkan kualitas kompetensi, karya atau
performa yang diberi umpan balik.

Pada jenjang RA pelaksanaan asesmen baik asesmen formatif maupun


asesmen sumatif dapat dilakukan dengan melakukan observasi dan kinerja tentang
perkembangan anak saat melakukan kegiatan bermain-belajar dengan uraian
sebagai berikut:
1) Observasi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan observasi, antara
lain:
a) Observasi merupakan teknik utama dan terpenting sebagai
pendidik terutama di RA karena proses pengambilan data
dilakukan secara otentik. Penilaian anak yang dilakukan secara
berkesinambungan melalui pengamatan perilaku yang diamati
secara berkala.
b) Observasi dapat difokuskan untuk semua anak atau per individu.
Observasi dapat dilakukan dalam tugas atau aktivitas rutin/harian.
c) Pendidik mengumpulkan informasi berdasar apa yang dilihat dan
didengar tanpa melibatkan pandangan personal observer. Hanya

127
fakta. Ini mengandung makna bahwa observasi selalu bersifat
objektif karena memandang anak sebagaimana adanya.
d) Hal yang dapat diobservasi: pengalaman bermain anak dan
celoteh, karya, serta cara anak membangun hubungan dengan
orang lain dan material-material yang disiapkan guru.
e) Observasi dilakukan dalam rentang waktu tertentu, misalnya
dalam satu minggu atau satu bulan.
f) Observasi dilakukan di banyak konteks, misal di rumah anak, di
ruang kelas, dan di luar ruangan saat anak bermain.
g) Contoh intrumen yang dapat digunakan dalam observasi antara
lain: a) ceklis berisi daftar informasi, data, ciri-ciri, karakteristik,
atau tujuan pembelajaran yang dituju; b) catatan anekdot,
merupakan catatan singkat hasil observasi yang difokuskan pada
performa dan perilaku, pengetahuan dan keterampilan yang
menonjol, disertai latar belakang kejadian dan hasil analisis atas
observasi yang dilakukan; c) lembar observasi hasil karya anak;
dan d) dokumentasi, merupakan kumpulan dokumen bisa berupa
foto, video atau dokumen lainnya.
2) Kinerja
Kinerja adalah penilaian memberikan kesempatan anak untuk
mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuannya ke dalam
berbagai macam konteks sesuai dengan kriteria yang ditentukan
pendidik.
Asesmen kinerja dilakukan dengan mengumpulkan data melalui
penilaian terhadap kegiatan yang mengajak anak untuk praktik,
menghasilkan produk, melakukan projek, dan atau membuat portofolio.
Penting untuk diperhatikan bahwa pendidik tidak perlu memberi kegiatan
yang memenjara anak yang semua hasil karya seragam antara satu anak
dengan anak yang lain, sesuai perintah guru.
Instrumen penilaian kinerja dapat berupa:

128
a) Rubrik, yaitu pedoman yang dibuat untuk menilai dan
mengevaluasi kualitas capaian kinerja anak sehingga pendidik
dapat menyediakan bantuan yang diperlukan untuk
meningkatkan kinerja. Rubrik juga dapat digunakan oleh
pendidik untuk memusatkan perhatian pada kompetensi yang
harus dikuasai. Capaian kinerja dituangkan dalam bentuk
kriteria atau dimensi yang akan dinilai yang dibuat secara
bertingkat dari kurang sampai terbaik.
b) Ceklis adalah daftar informasi, data, ciri-ciri, karakteristik, atau
elemen yang dituju.
c) Catatan anekdot yaitu catatan singkat hasil observasi yang
difokuskan pada performa dan perilaku yang menonjol, disertai
latar belakang kejadian dan hasil analisis atas observasi yang
dilakukan.
3. Teknik Asesmen
Apabila pendidik menggunakan modul ajar yang disediakan, maka
ia tidak perlu membuat perencanaan asesmen. Namun, bagi pendidik yang
mengembangkan sendiri rencana pelaksanaan pembelajaran dan/atau
modul ajar, ia perlu merencanakan asesmen formatif yang akan digunakan.
• Rencana asesmen dimulai dengan perumusan tujuan asesmen.
Tujuan ini tentu berkaitan erat dengan tujuan pembelajaran.
• Setelah tujuan dirumuskan, pendidik memilih dan/atau
mengembangkan instrumen asesmen sesuai tujuan. Beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam memilih/mengembangkan
instrumen, antara lain: karakteristik anak, kesesuaian asesmen
dengan rencana/ tujuan pembelajaran dan tujuan asesmen,
kemudahan penggunaan instrumen untuk memberikan umpan
balik kepada anak dan pendidik.
4. Pembelajaran Berdiferensiasi
Bayangkan satu persatu peserta didik yang ada di kelas anda.
Bagaimanakah pertumbuhan fisik setiap anak? Tahukah anak tahap

129
perkembangan kemampuan berbahasanya? Berapa kosakata yang sudah dia
kuasai? Bagaimana perkembangan sosial emosinya? Bagaimana gaya
belajarnya? Apa minat mereka? Siapa yang sudah bisa menulis namanya?
Siapa yang belum? Siapakah yang senang berkelompok, siapa yang tidak?
Siapakah yang senang berbicara? Bagaimana kemampuan mereka dalam
memulai dan menuntaskan kegiatan pembelajaran? Adakah yang special
need? Apakah mereka senang bermain dan belajar? Apakah mereka bebas
dalam membuat karya? Menemukan sendiri semua pengetahuan yang perlu
mereka ketahui dalam satu tema melalui kegiatan bermain? Apakah mereka
terpaksa mengikuti kegiatan yang sama sesuai instruksi guru? Apakah
mereka peserta didik yang kreatif?
Ada guru yang memahami keberagaman ini, ada juga yang tidak.
Bagi guru yang memahami ini, setiap harinya akan dihadapkan oleh
keberagaman yang banyak sekali bentuknya. Mereka secara terus menerus
menghadapi tantangan yang beragam dan kerap kali harus melakukan dan
memutuskan banyak hal dalam satu waktu. Keterampilan ini banyak yang
tidak disadari oleh para guru, karena begitu naturalnya hal ini terjadi di
kelas dan betapa terbiasanya guru menghadapi tantangan ini. Berbagai
usaha mereka lakukan yang tentu saja tujuannya adalah untuk
memastikan setiap murid di kelas mereka sukses dalam proses
pembelajarannya. Inilah yang disebut dengan pembelajaran berdiferensiasi.

5. Konsep Pembelajaran Berdiferensiasi di PAUD


Menurut Tomlinson (2000), Pembelajaran Berdiferensiasi
adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk
memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid. Pembelajaran
diferensiasi merupakan pembelajaran yang berpusat pada anak, pendidik
hanya sebagai fasilitator yang mengarahkan peserta didik dalam proses
pembelajaran. Peserta didik memiliki kemampuan yang beragam satu
sama lain, sedangkan konsep pembelajaran diferensiasi salah satunya yaitu
menghargai perbedaan peserta didik dalam setiap kemampuan yang

130
dimilikinya sehingga pembelajaran diferensiasi sangat cocok digunakan
dalam proses pembelajaran yang berlangsung di Raudhatul Athfal.
Konsep pembelajaran berdiferensiasi sejalan dengan konsep
Pendidikan Islam. Sebagaimana di dalam al-Quran, Allah berfirman dalam
surat al-Isra’ ayat 84:

Artinya: “Katakanlah: "Tiap-tiap orang berbuat menurut pembawaannya


masing-masing". Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar
jalannya”. (Q.S. Al-Isra : 84)
Ayat ini menjelaskan bahwa setiap orang memiliki pembawaan
yang berbeda-beda, dan akan berbuat sesuai dengan potensinya itu,
syakilah yang dimaksud pada ayat ini adalah bakat, minat dan potensinya.
Ayat ini sesuai dengan Q.S. Al-Hujurat ayat 13:

Artinya : “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari


seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal.
Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang
yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti”.
(Q.S. Al-Hujurat: 13)
Perbedaan dalam penciptaan inilah yang menyebabkan manusia
membutuhkan pendidikan dan pembelajaran yang berdiferensiasi, agar
semua kebutuhan peserta didik dalam mencapai tujuan pendidikan dapat
terpenuhi.
Berdasarkan buku “Differentiation and The Brain” karangan David
A. Sousa dan Carol Ann Tomlinson, pembelajaran berdiferensiasi sangat
mendukung dan sesuai dengan bagaimana otak bekerja, semakin banyak
aktivitas yang dilakukan, maka semakin berkembang struktur otaknya

131
dengan baik. Dan ini, sangat baik untuk guru dan siswa, karena
pembelajaran berdiferensiasi sangat menantang pemikiran guru dan siswa.
Yang pada akhirnya membuat otak mereka terus berkembang.
Sistem pendidikan PAUD menggunakan pembelajaran yang
menarik dan menyenangkan bagi anak. Kegiatan yang menyenangkan
anak-anak salah satunya bermain, melalui bermain anak mengetahui
banyak hal. Konsep pembelajaran diferensiasi memberikan kebebasan
anak dalam bermain yang bermakna. Permainan bermakna pada anak
berarti berbagai kegiatan yang dapat mengembangkan berbagai potensi
atau kemampuan yang dimilikinya.
Namun demikian, pembelajaran berdiferensiasi bukanlah berarti
bahwa guru harus mengajar dengan 15 cara yang berbeda untuk mengajar
15 orang murid. Bukan pula berarti guru harus mengelompokkan yang
pintar dengan yang pintar dan yang kurang dengan yang kurang.
Bukan pula memberikan tugas yang berbeda untuk setiap anak.
Pembelajaran berdiferensiasi bukanlah sebuah proses pembelajaran
yang chaotic, yang gurunya kemudian harus membuat beberapa
perencanaan pembelajaran sekaligus, dimana guru harus berlari ke
sana kemari untuk membantu si A, si B atau si C dalam waktu yang
bersamaan. Bukan. Lalu seperti apa sebenarnya pembelajaran
berdiferensiasi?
Pembelajaran berdiferensiasi pada pendidikan usia dini adalah
serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru
yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Keputusan-keputusan yang
dibuat tersebut adalah yang terkait dengan:
1) Bagaimana mereka menciptakan lingkungan belajar yang
“mengundang’ murid untuk belajar dan bermain untuk mencapai
tujuan belajar yang tinggi. Kemudian juga memastikan setiap murid
di kelasnya tahu bahwa akan selalu ada dukungan untuk mereka di
sepanjang prosesnya.

132
2) Kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan
secara jelas.
3) Pemenuhan standar tahap pertumbuhan dan perkembangan siswa.
Bagaimana guru menggunakan detail tahap pertumbuhan dan
perkembangan untuk memfasilitasi setiap anak, tumbuh dan
berkembang sesuai dengan tahapannya.
4) Penilaian berkelanjutan. Bagaimana guru tersebut menggunakan
informasi yang didapatkan dari proses penilaian formatif yang
telah dilakukan, untuk dapat menentukan murid mana yang masih
ketinggalan, atau sebaliknya, murid mana yang sudah lebih dulu
mencapai tujuan belajar yang ditetapkan.
5) Bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar
muridnya. Bagaimana ia akan menyesuaikan rencana pembelajaran
untuk memenuhi kebutuhan belajar murid tersebut. Misalnya, apakah
ia perlu menggunakan sumber yang berbeda, cara yang berbeda,
dan media serta penilaian yang berbeda.
6) Manajemen kelas yang efektif. Bagaimana guru menciptakan
prosedur, rutinitas, metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas.
Namun juga struktur yang jelas, sehingga walaupun mungkin
melakukan kegiatan yang berbeda, kelas tetap dapat berjalan secara
efektif.
Jadi pembelajaran berdiferensiasi dalam pendidikan anak usia dini
adalah pembelajaran yang menfasilitasi setiap individu bertumbuh dan
berkembang sesuai kebutuhannya, sesuai fitrahnya, dengan berbagai macam
kegiatan, pendekatan, dan materi dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran yang sudah ditetapkan.
Pembelajaran berdifierensiasi merupakan usaha menyesuaikan
proses pembelajaran dengan memberikan beragam cara melalui diferensiasi
konten, proses, produk serta lingkungan belajar dan asesmen awal untuk
memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid. Pembelajaran

133
berdiferensiasi akan mengubah pola pikir guru tentang bagaimana mengajar
yang baik menjadi sistem mengajar berdiferensiasi yang lebih baik lagi.
6. Pembelajaran Berdiferensiasi Berakar pada Penilaian
Pendidik melakukan penilaian pada peserta didik di setiap kegiatan
pembelajaran berlangsung untuk mengetahui perkembangan kemampuan
peserta didik dalam pembelajaran sehingga berdasarkan hasil penilain
tersebut, pendidik dapat menyesuaikan kegiatan pembelajaran yang sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik.
Konsep asesmen jenjang PAUD terbagi menjadi empat instrumen,
yaitu: pertama, catatan anekdot yang dijadikan sistem penilaian melalui
pencatatan aktivitas yang menunjukan perilaku unik yang dilakukan peserta
didik diluar kebiasaan, baik yang menghambat ataupun mendorong proses
tumbuh kembang anak. Kedua, ceklis yang menjadi suatu indikator dalam
proses pembelajaran yang bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman
peserta didik terhadap tema materi yang sudah disampaikan. Ketiga, hasil
karya menjadi output fisik berupa hasil kinerja peserta didik dalam proses
pembelajaran yang murni ide anak dalam membuat karya sesuai
kemampuannya. Keempat, dokumentasi foto menjadi informasi pendidik
dalam menggambarkan perilaku verbal dan non-verbal sebagai bukti
tumbuh kembang peserta didik sejalan dengan perkembangan anak.

F. RANGKUMAN
1. Asesmen di RA memberikan informasi tentang pembelajaran yang perlu
dirancang. Asesmen merupakan aktivitas yang dilakukan selama proses
pembelajaran untuk melihat ketercapaian dari tujuan pembelajaran.
Asesmen juga digunakan untuk melihat efektifitas proses pembelajaran
yang telah berlangsung, sehingga asesmen penting dilakukan untuk
mengetahui kemajuan perkembangan anak.
2. Asesmen di RA terbagi menjadi dua jenis, yaitu: 1) asesmen formatif,
bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik bagi pendidik dan
anak dengan memantau dan memperbaiki proses pembelajaran, serta

134
mengevaluasi pencapaian tujuan pembelajaran, 2) asesmen sumatif,
bertujuan untuk memastikan ketercapaian keseluruhan tujuan pembelajaran.
Kedua jenis asesmen ini tidak harus digunakan dalam suatu rencana
pelaksanaan pembelajaran, tergantung pada cakupan tujuan pembelajaran.
3. Pembelajaran Berdiferensiasi adalah pembelajaran yang mengedepankan
potensi masing-masing individu siswa yang harus dikembangkan, dibina,
dibimbing dengan pendekatan yang berbeda-beda. Pembelajaran
berdiferensiasi ini merupakan sebuah paradigma baru Pendidikan yang
dikembangkan dalam kurikulum merdeka, dengan konsep merdeka belajar,
merdeka bermain untuk anak usia dini. Dengan penerapan pembelajaran
berdiferensiasi ini diharapkan guru semakin kreatif mengelola proses
pembelajarannya sehingga semua anak dapat mencapai pertumbuhan dan
perkembangan yang optimal sebagai bekal menjadi hamba Allah yang
seutuhnya menjalankan tugasnya di muka bumi.
4. Apabila guru memahami dan mengimplementasikan konsep pembelajaran
berdiferensiasi, maka ke depan semua sekolah di Indonesia akan siap
menjadi sekolah inklusi yang memfasilitasi semua anak sesuai
kebutuhannya.

G. SUMBER BACAAN PENDUKUNG


1. Keputusan Menteri Agama Nomor 347 Tahun 2022 Tentang Pedoman
Implementasi Kurikulum Merdeka pada Madrasah
2. Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 3211 tahun 2022
tentang Capaian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa
Arab Kurikulum Merdeka pada Madrasah
3. Panduan Pengembangan Kurikulum Operasional Madrasah,
Kementerian Agama RI, 2022
4. Panduan Pengembangan Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) di
Raudahatul Athfal, Kementerian Agama RI, 2022
5. Panduan Penjelasan Lingkup Capaian Pembelajaran Fase Fondasi,
Kemdikbudristek, 2022

135
6. Panduan Hasil Belajar di Satuan PAUD, Kemdikbudristek, 2022
7. Buku “Differentiation and The Brain” karangan David A. Sousa dan
Carol Ann Tomlinson.
8. Buku “Neurodevelopmental Differentiation Optimizing Brain System to
Maximize Learning” karangan Andrew Fuller dan Lucy Fuller
9. Buku “How to differentiate instruction in mixed-ability classrooms”
karangan Carol Ann Tomlinson.
10. Buku “Differentiating Instruction” karangan Jacqueline S. Thousand,
Richard A. Villa dan Ann I. Nevin
11. Modul Pendidikan Guru Penggerak
12. Video-video : https://s.id/DifferentiatedInstruction
https://s.id/DifferentiatedStrategies

H. LEMBAR KERJA
1. Petunjuk
a. Buat instrumen asesmen awal/formatif
b. Ceritakan pengalaman mengajar pada kelas pendidikan anak usia dini
yang pernah anda lakukan dengan menerapkan berbagai ide strategi
pembelajaran berdiferensiasi, apa yang anda rasakan? Buatlah cerita anda
itu dalam sebuah karangan pendek.
c. Analisalah kisah anda itu, apakah sudah optimal dalam melakukan
pembelajaran berdiferensiasi!

2. Formulir

Tujuan Indikator Ketercapaian Kegiatan Hasil Rekomendasi


Pembelajaran Tujuan Pembelajaran Pengamatan
(TP) (IKTP)

136
I. REFERENSI
Keputusan Menteri Agama Nomor 347 Tahun 2022 Tentang Pedoman
Implementasi Kurikulum Merdeka pada Madrasah.
Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 3211 tahun 2022
tentang Capaian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab
Kurikulum Merdeka pada Madrasah.
Panduan Pengembangan Kurikulum Operasional Madrasah, Kementerian
Agama RI, 2022.
Panduan Pengembangan Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) di
Raudahatul Athfal, Kementerian Agama RI, 2022.
Panduan Penjelasan Lingkup Capaian Pembelajaran Fase Fondasi,
Kemdikbudristek, 2022.
Panduan Hasil Belajar di Satuan PAUD, Kemdikbudristek, 2022.
Atik Siti Maryam. (2021). Stategi Pelaksanaan Pembelajaran Berdiferensiasi.
Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset Dan Teknologi.
Herwina, W. (2021). Optimalisasi Kebutuhan Siswa dan Hasil Belajar dengan
Pembelajaran Berdiferensiasi.
Joseph, S., Thomas, M., Simonette, G., & Ramsook, L. (2013). The Impact of
Differentiated Instruction in a Teacher Education Setting: Successes and
Challenges. International Journal of Higher Education.
Marlina. (2020). Strategi Pembelajaran Berdiferensiasi di Sekolah Inklusif.
Megawangi. (2016). Pendidikan karakter solusi yang tepat untuk membangun
bangsa. Indonesia Heritage Foundation.
Tomlinson, Carol Ann, & Moon, T. (2014). Assessment in a differentiated
classroom. Proven Programs in Education: Classroom Management and
Assessment.
Tomlinson, C. A. (2001). How to differentiate instruction in mixed-ability
classrooms. ASCD. Tomlinson.

137
KEGIATAN BELAJAR 8

ASESMEN UNTUK ANAK USIA DINI


Oleh: Dr. Irma Yuliantina, M.Pd

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Mampu mengevaluasi masukan, proses, dan hasil pembelajaran
Raudhatul Athfal yang mencakup sikap, pengetahuan, keterampilan pada
peserta didik dengan menerapkan asesmen otentik, serta memanfaatkan hasil
evaluasi tersebut untuk perbaikan (remedial), pengayaan dan pengembangan
kualitas pembelajaran.
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mampu memahami prinsip-prinsip asesmen di PAUD
2. Mampu mengimplementasikan asesmen sumatif
3. Mampu menggunakan instrument penilaian
4. Mampu menyusun laporan hasil belajar

C. AKTIVITAS PEMBELAJARAN
Pembelajaran ini menggunakan model discovery learning yaitu kegiatan
belajar yang berfokus pada pencarian dan penemuan melalui berfikir secara
sistematis. Dosen bersama dengan mahasiswa melakukan analisis kritis terhadap
materi capaian pembelajaran dengan merujuk pada Keputusan Direktur Jenderal
Pendidikan Islam nomor 3211 tahun 2022 dan merujuk pada Keputusan Kepala
Badan Standar, Kurikulum, Dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, Dan Teknologi Nomor 033/H/Kr/2022 Tentang Capaian
Pembelajaran Pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan
Jenjang Pendidikan Menengah Pada Kurikulum Merdeka.
Dosen membimbing mahasiswa untuk menganalisis komponen capaian
pembelajaran kemudian menemukan materi esensial pada setiap elemen untuk
setiap fase dan membandingkannya. Mahasiswa melakukan komunikasi pada dosen
pengampu dan bekerjasama dengan kelompok kelasnya untuk mengambil tema
yang akan diperdalam dalam kegiatan tugas lanjutan KB 8.

138
D. PENGANTAR
Asesmen di Raudhatul Athfal adalah aktivitas yang dilakukan selama proses
pembelajaran untuk mencari bukti ketercapaian dari tujuan pembelajaran. Asesmen
di RA memberikan informasi tentang pembelajaran yang perlu dirancang, juga
digunakan untuk melihat efektifitas proses pembelajaran yang telah berlangsung,
sehingga asesmen penting dilakukan untuk mengetahui kemajuan perkembangan
anak.
Asesmen awal memberikan gambaran profil anak termasuk di dalamnya
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), sehingga saat guru membuat perencanaan
pembelajaran dan memberikan dukungan dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan
karakteristik anak.
Asesmen terbagi menjadi dua jenis, yaitu: 1) asesmen formatif, bertujuan
untuk memberikan informasi atau umpan balik bagi pendidik dan anak dengan
memantau dan memperbaiki proses pembelajaran, serta mengevaluasi pencapaian
tujuan pembelajaran, 2) asesmen sumatif, bertujuan untuk memastikan ketercapaian
keseluruhan tujuan pembelajaran. Kedua jenis asesmen ini tidak harus digunakan
dalam suatu rencana pelaksanaan pembelajaran, tergantung pada cakupan tujuan
pembelajaran.

E. URAIAN MATERI
1. Prinsip-Prinsip Asesmen pada RA
Asesmen di RA memberikan informasi tentang pembelajaran yang
perlu dirancang. Asesmen merupakan aktivitas yang dilakukan selama
proses pembelajaran untuk melihat ketercapaian dari tujuan pembelajaran.
Asesmen juga digunakan untuk melihat efektifitas proses pembelajaran
yang telah berlangsung, sehingga asesmen penting dilakukan untuk
mengetahui kemajuan perkembangan anak. Prinsip pengambilan data dalam
asesmen di RA adalah:
a. Pengambilan data dalam proses asesmen anak usia dini perlu
mengikuti prinsip yang autentik.

139
b. Guru hanya mendokumentasikan apa yang mereka lihat dan dengar,
sehingga meniadakan asumsi dan interpretasi mengenai apa yang
sedang anak pikirkan, rasakan atau berniat lakukan.
c. Pengambilan data, khususnya untuk asesmen sumatif pada anak usia
dini, disarankan untuk dilakukan dalam durasi dan jangka waktu
lama misalnya satu hingga dua pekan.
Pada anak usia dini, perilaku yang teramati adalah segala hal yang
dibuat, ditulis, digambar, dikatakan, dan dilakukan oleh anak, artinya segala
hal yang dapat kita amati secara langsung misalnya mulai dari tingkah laku,
proses kerja saat membuat hasil karya, maupun celotehan anak. Hal-hal
yang ditampilkan anak tersebut merupakan data perilaku yang berguna dan
penting untuk diamati oleh guru sebagai data asesmen. Agar dapat
mengamati perilaku atau kemampuan yang teramati yang sesuai dengan
tujuan pembelajaran, maka kita perlu menentukan Indikator Ketercapaian
Tujuan Pembelajaran (IKTP) terlebih dahulu.
Indikator Ketercapaian Tujuan Pembelajaran (IKTP) membantu
pendidik untuk mengukur “apakah tujuan pembelajaran yang saya tetapkan
telah tercapai?” Kemampuan untuk menyusun indikator ketercapaian
sangatlah penting untuk memastikan ketercapaian tujuan pembelajaran tidak
berbasis asumsi serta melaporkan kemajuan anak kepada orang tua dengan
efektif karena disertai dengan informasi capaian anak yang konkret sehingga
mudah dicerna oleh orang tua. Informasi yang konkret tersebut akan
memudahkan penyusunan solusi tindak lanjut yang konkret juga, sehingga
orang tua dapat turut menguatkan di rumah. Dalam menyusun indikator
ketercapaian tujuan pembelajaran, ingatlah untuk menggunakan perilaku
atau kemampuan yang teramati. Penyusunan IKTP mengacu pada TP yang
telah disusun dalam perencanaan pembelajaran.
Asesmen di RA terbagi menjadi dua jenis, yaitu: 1) asesmen
formatif, bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik bagi
pendidik dan anak dengan memantau dan memperbaiki proses
pembelajaran, serta mengevaluasi pencapaian tujuan pembelajaran, 2)

140
asesmen sumatif, bertujuan untuk memastikan ketercapaian keseluruhan
tujuan pembelajaran. Kedua jenis asesmen ini tidak harus digunakan dalam
suatu rencana pelaksanaan pembelajaran, tergantung pada cakupan tujuan
pembelajaran. Asesmen formatif telah disampaikan di KB 7.
2. Asesmen Sumatif
Asesmen Sumatif, yaitu asesmen yang dilakukan untuk memastikan
ketercapaian keseluruhan tujuan pembelajaran. Asesmen ini dilakukan pada
akhir proses pembelajaran atau dapat juga dilakukan sekaligus untuk dua
atau lebih tujuan pembelajaran, sesuai dengan pertimbangan pendidik dan
kebijakan satuan Pendidikan. Berbeda dengan asesmen formatif, asesmen
sumatif menjadi bagian dari perhitungan penilaian di akhir semester, akhir
tahun ajaran, dan/atau akhir jenjang.
Pada RA, asesmen sumatif digunakan untuk mengetahui capaian
perkembangan anak dan bukan sebagai hasil evaluasi untuk penentuan
kenaikan kelas atau kelulusan. Asesmen sumatif berbentuk laporan hasil
belajar yang berisikan laporan pencapaian pembelajaran dan dapat
ditambahkan dengan informasi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Adapun asesmen sumatif dapat berfungsi sebagai alat ukur untuk
mengetahui pencapaian hasil belajar anak dalam satu atau lebih tujuan
pembelajaran di periode tertentu; mendapatkan nilai capaian hasil belajar
untuk dibandingkan dengan kriteria capaian yang telah ditetapkan; dan
menentukan kelanjutan proses belajar siswa di kelas atau jenjang
berikutnya.
Asesmen sumatif dapat dilakukan setelah pembelajaran berakhir,
misalnya pada akhir satu lingkup materi (dapat terdiri atas satu atau lebih
tujuan pembelajaran), pada akhir semester dan pada akhir fase. Khusus
asesmen pada akhir semester, asesmen ini bersifat pilihan. Jika pendidik
merasa masih memerlukan konfirmasi atau informasi tambahan untuk
mengukur pencapaian hasil belajar anak, maka dapat melakukan asesmen
pada akhir semester. Sebaliknya, jika pendidik merasa bahwa data hasil
asesmen yang diperoleh selama 1 semester telah mencukupi, maka tidak

141
perlu melakukan asesmen pada akhir semester. Hal yang perlu ditekankan
dalam asesmen sumatif, pendidik dapat menggunakan teknik dan instrumen
yang beragam, namun dapat menggunakan observasi dan kinerja.
Kedua jenis asesmen ini (asesmen formatif dan sumatif) tidak harus
digunakan dalam suatu rencana pelaksanaan pembelajaran atau modul ajar,
tetapi tergantung pada cakupan tujuan pembelajaran. Pendidik adalah sosok
yang paling memahami kemajuan belajar anak sehingga pendidik perlu
memiliki kompetensi dan keleluasaan untuk melakukan asesmen agar sesuai
dengan kebutuhan anak masing- masing. Keleluasaan tersebut mencakup
perancangan asesmen, waktu pelaksanaan, penggunaan teknik dan
instrumen asesmen, penentuan indikator ketercapaian tujuan pembelajaran,
dan pengolahan hasil asesmen. Pendidik dan satuan pendidikan berwenang
untuk memutuskan perlu atau tidaknya melakukan penilaian tersebut,
penggunaan berbagai bentuk asesmen,agar pembelajaran bisa lebih terfokus
pada kegiatan yang bermakna serta informasi atau umpan balik dari asesmen
tentang kemampuan anak juga menjadi lebih kaya dan bermanfaat dalam
proses perancangan pembelajaran berikutnya.
Pada jenjang RA pelaksanaan asesmen baik asesmen formatif
maupun asesmen sumatif dapat dilakukan dengan melakukan observasi dan
kinerja tentang perkembangan anak saat melakukan kegiatan bermain-
belajar dengan uraian sebagai berikut:
a. Observasi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan observasi,
antara lain:
1) Observasi merupakan teknik utama dan terpenting sebagai
pendidik terutama di RA karena proses pengambilan data
dilakukan secara otentik. Penilaian anak yang dilakukan secara
berkesinambungan melalui pengamatan perilaku yang diamati
secara berkala.
2) Observasi dapat difokuskan untuk semua anak atau per individu.
Observasi dapat dilakukan dalam tugas atau aktivitas rutin/harian.

142
3) Pendidik mengumpulkan informasi berdasar apa yang dilihat dan
didengar tanpa melibatkan pandangan personal observer. Ini
mengandung makna bahwa observasi selalu bersifat objektif
karena memandang anak sebagaimana adanya.
4) Hal yang dapat diobservasi: pengalaman bermain anak dan
celoteh, karya, serta cara anak membangun hubungan dengan
orang lain dan material-material yang disiapkan guru.
5) Observasi dilakukan dalam rentang waktu tertentu, misalnya
dalam satu minggu atau satu bulan.
6) Observasi dilakukan di banyak konteks, misal di rumah anak, di
ruang kelas, dan di luar ruangan saat anak bermain.
7) Contoh intrumen yang dapat digunakan dalam observasi antara
lain:
a) Ceklis, berisi daftar informasi, data, ciri-ciri, karakteristik,
atau tujuan pembelajaran yang dituju;
b) Catatan anekdot, merupakan catatan singkat hasil observasi
yang difokuskan pada performa dan perilaku, pengetahuan
dan keterampilan yang menonjol, disertai latar belakang
kejadian dan hasil analisis atas observasi yang dilakukan;
c) Lembar observasi hasil karya anak;
d) Dokumentasi, merupakan kumpulan dokumen bisa berupa
foto, video atau dokumen lainnya.
b. Kinerja
Kinerja adalah penilaian memberikan kesempatan anak untuk
mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuannya ke dalam
berbagai macam konteks sesuai dengan kriteria yang ditentukan
pendidik. Asesmen kinerja dilakukan dengan mengumpulkan data
melalui penilaian terhadap kegiatan yang mengajak anak untuk
praktik, menghasilkan produk, melakukan projek, dan atau membuat
portofolio. Penting untuk diperhatikan bahwa pendidik tidak perlu

143
memberi kegiatan yang memenjara anak yang semua hasil karya
seragam antara satu anak dengan anak yang lain, sesuai perintah guru.
Instrumen penilaian kinerja dapat berupa:
1) Rubrik, yaitu pedoman yang dibuat untuk menilai dan
mengevaluasi kualitas capaian kinerja anak sehingga pendidik
dapat menyediakan bantuan yang diperlukan untuk
meningkatkan kinerja. Rubrik juga dapat digunakan oleh
pendidik untuk memusatkan perhatian pada kompetensi yang
harus dikuasai. Capaian kinerja dituangkan dalam bentuk
kriteria atau dimensi yang akan dinilai yang dibuat secara
bertingkat dari kurang sampai terbaik.
2) Ceklis adalah daftar informasi, data, ciri-ciri, karakteristik, atau
elemen yang dituju.
3) Catatan anekdot yaitu catatan singkat hasil observasi yang
difokuskan pada performa dan perilaku yang menonjol, disertai
latar belakang kejadian dan hasil analisis atas observasi yang
dilakukan.
3. Teknik Asesmen
Apabila pendidik menggunakan modul ajar yang disediakan, maka
ia tidak perlu membuat perencanaan asesmen. Namun, bagi pendidik yang
mengembangkan sendiri rencana pelaksanaan pembelajaran dan/atau
modul ajar, ia perlu merencanakan asesmen formatif yang akan digunakan.
a. Rencana asesmen dimulai dengan perumusan tujuan asesmen. Tujuan
ini tentu berkaitan erat dengan tujuan pembelajaran.
b. Setelah tujuan dirumuskan, pendidik memilih dan/atau
mengembangkan instrumen asesmen sesuai tujuan. Beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam memilih/mengembangkan instrumen, antara
lain: karakteristik anak, kesesuaian asesmen dengan rencana/tujuan
pembelajaran dan tujuan asesmen, kemudahan penggunaan instrumen
untuk memberikan umpan balik kepada anak dan pendidik.
Beberapa instrumen penilaian atau asesmen yang dapat digunakan

144
di Raudhatul Athfal, yaitu:
a. Ceklis yaitu informasi mengenai ketercapaian tujuan pembelajaran
yang ditandai dengan kemunculan Indikator Ketercapaian Tujuan
Pembelajaran (IKTP) pada proses pembelajaran sebagai hasil
observasi guru.

Contoh 1: Catatan Ceklis


Nama Anak : ……………….
Kelompok : ……………….
Tanggal : ……………….

No Indikator Ketercapaian Belum Sudah Hasil


Tujuan Pembelajaran Tercapai Tercapai pengamatan
(IKTP)

Analisis Ketercapaian Indikator tujuan pembelajatan:

Contoh 2: Catatan Ceklis


Nama Anak : ……………….
Kelompok/usia/kelas : ……………….
Tanggal : ……………….
Kegiatan :………………..

No Indikator Ketercapaian Ceklis Catatan/Hasil


Tujuan pembelajran (muncul/tidak pengamatan
(IKTP) muncul)

145
b. Catatan anekdotal,
Yaitu catatan perkembangan anak yang difokuskan pada performa dan
perilaku yang menonjol, disertai latar belakang kejadian dan hasil
analisis atas observasi yang dilakukan oleh guru. Catatan anekdot
mencatat fakta mengenai perilaku, ucapan, atau bahasa tubuh anak
tanpa disertai dengan persepsi guru.

Contoh Catatan Anekdotal


Tujuan pembelajaran:

Indikator ketercapaian tujuan pembelajaran:

Kegiatan pembelajaran:

Nama Anak: Kelas: Hari/Tanggal:

Foto Kegiatan Deskripsi Prilaku yang


teramati

Prilaku yang muncul sesuai TP/IKTP:

c. Dokumentasi Hasil Karya


Dokumentasi yaitu sejumlah foto, video atau dokumen lainnya yang
menggambarkan perkembangan anak, kegiatan atau suasana yang
menunjukkan adanya kesinambungan antara satu dokumen dengan
dokumen lainnya. Hasil karya adalah hasil kerja anak setelah
melakukan kegiatan berupa pekerjaan tangan seperti gambar, lukisan,
lipatan, hasil kolase, hasil guntingan, tulisan/coretan-coretan, hasil
roncean, bangunan balok, tari, dan hasil prakarya.

Contoh 1: Penilaian Hasil Karya


Nama Anak Hasil Karya Hasil Pengamatan

Analisis Ketercapaian Indikator Tujuan Pembelajaran:

146
Contoh 2: Penilaian Hasil Karya
Nama Anak : ………………….
Usia/Kelas : ………………….
Tanggak kegiatan : ………………….
Tujuan Pembelajaran:
………………….………………….……………………………
……………………………………………..……………………
……………………………………………………………………
…….……….
Indikator Ketercapaian Tujuan Pembelajaran (IKTP)
………………….………………….……………………………
……………………………………………..……………………
……………………………………………………………………
…….……….

Hasil Karya Hasil Pengamatan

d. Rubrik
Rubrik merupakan instrumen yang ditujukan untuk menilai hasil
produk atau kinerja secara kualitatif. Dengan kata lain, rubrik memiliki
karakteristik berupa ukuran/level kualitatif yang menunjukkan
perbedaan level kinerja. Rubrik merupakan pedoman yang dibuat
untuk menilai dan mengevaluasi kualitas capaian kinerja peserta didik
sehingga pendidik dapat menyediakan bantuan yang diperlukan untuk
meningkatkan kinerja (Wortham & Hardin, 2001). Rubrik juga dapat
digunakan oleh pendidik untuk memusatkan perhatian pada
kompetensi yang harus dikuasai. Capaian kinerja dituangkan dalam
bentuk kriteria atau dimensi yang akan dinilai yang dibuat secara

147
bertingkat. Pendidik dapat menggunakan rubrik ini untuk kriteria dari
tujuan pembelajaran atau dapat pula menggunakan tujuan
pembelajaran untuk menentukan ketuntasan CP pada satu fase.

Contoh 1: Rubrik
Nama Anak : ………………….
Usia/Kelas : ………………….
Tanggak kegiatan : ………………….
Tujuan pembelajaran; Penilaian
indikator ketercapaian
tujuan pembelajaran; Kriteria:
serta kegiatan 1. Peserta didik mampu menjelaskan pemahamannya
pembelajaran yang tentang konsep kebun binatang
digunakan untuk 2. Peserta didik mampu menggunakan berbagai media
pengambilan data untuk menjelaskan pemahamannya tentang konsep
kebun binatang
3. Peserta didik mampu menggunakan cara yang
beragam (melalui media dan secara lisan) dalam
menjelaskan pemahamannya tentang konsep kebun
binatang

* ** ***

Tujuan Pembelajaran:
Peserta didik menunjukkan
pemahaman mengenai
berbagai informasi yang
diperoleh melalui indra-
indranya dengan
mengomunikasikannya lewat
media maupun secara lisan

Catatan: Tujuan
pembelajaran diturunkan dari
Sub-elemen CP: Peserta
didik mengenali dan
memahami berbagai
informasi,
mengomunikasikan perasaan
dan pikiran secara lisan,
tulisan, atau menggunakan
berbagai media serta
membangun percakapan.

148
Contoh Pengisian Rubrik

Untuk mengetahui apakah anak telah berhasil mencapai Tujuan


Pembelajaran (TP), pendidik perlu menetapkan kriteria atau Indikator
Ketercapaian Tujuan Pembelajaran (IKTP). Kriteria ini dikembangkan saat

149
pendidik merencanakan asesmen, yang dilakukan saat pendidik menyusun
perencanaan pembelajaran, baik dalam bentuk rencana pelaksanaan
pembelajaran ataupun modul ajar. Dalam memilih atau membuat instrumen
asesmen, IKTP menjadi salah satu pertimbangan.
IKTP merupakan penjelasan (deskripsi) tentang kemampuan apa yang
perlu ditunjukkan/didemonstrasikan anak sebagai bukti bahwa TP telah
tercapai.

Elemen Capaian Tujuan Indikator Ketercapaian Tujuan


Pembelajaran Pembelajaran Pembelajaran

Nilai Anak mengenal Anak dapat Menunjukkan sikap positif percaya


agama dan dan percaya mengetahui arti adanya Allah SWT dengan mengetahui
budi kepada Allah lafadz Asmaul beberapa lafadz asmaul husna beserta
pekerti SWT melalui Husna artinya
asmaul husna
dan ciptaan-Nya
Menunjukkan sikap positif percaya
adanya Allah SWT dengan mengetahui
beberapa arti lafadz asmaul husna dan
dapat mencontohkan kepada temannya

Contoh Deskripsi IKTP untuk Ketuntasan TP

Pendidik dapat menggunakan Indikator Ketercapaian Tujuan


Pembelajaran (IKTP) untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran.
Kementerian Agama telah mengembangkan contoh IKTP dari Elemen Nilai
Agama dan Budi Pekerti dengan muatan PAI dan bahasa arab sesuai kekhasan
di madrasah. Satuan RA dapat mengembangkan sendiri IKTP sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang disusun satuan (contoh IKTP terlampir).
4. Laporan Hasil Belajar
Pelaporan hasil penilaian atau asesmen dituangkan dalam bentuk
laporan perkembangan yang berupa laporan hasil belajar, yang disusun
berdasarkan pengolahan hasil penilaian yang telah dilakukan. Laporan hasil
belajar paling sedikit memberikan informasi mengenai pencapaian hasil belajar

150
anak. Pada RA selain memuat informasi tersebut, laporan hasil belajar juga
memuat informasi mengenai pertumbuhan dan perkembangan anak. Satuan
pendidikan perlu melaporkan hasil belajar dalam bentuk rapor.
Sebagaimana diuraikan pada prinsip asesmen di atas, laporan hasil
belajar hendaknya bersifat sederhana dan informatif, serta dapat memberikan
informasi yang bermanfaat dan kompetensi yang dicapai sebagai strategi tindak
lanjut bagi pendidik, satuan pendidikan dan orang tua untuk mendukung capaian
pembelajaran.
Laporan hasil belajar dapat juga ditambahkan informasi tentang
pertumbuhan anak seperti berat badan, tinggi badan dan lingkar kepala yang
disertai dengan status gizi anak. Komponen rapor RA meliputi:
a. Identitas anak,
b. Nama satuan pendidikan,
c. Kelompok usia,
d. Semester,
e. Perkembangan dan pertumbuhan anak,
f. Deskripsi perkembangan capaian pembelajaran, dan P5 DAN PPRA
g. Refleksi orang tua.
h. Kegiatan ekstrakurikuler (jika ada)
Satuan pendidikan memiliki keleluasaan untuk menentukan mekanisme
dan format pelaporan hasil belajar kepada orang tua/wali. Pelaporan hasil belajar
disampaikan sekurang-kurangnya pada setiap akhir semester.
Laporan hasil belajar untuk RA tidak memiliki evaluasi untuk kelulusan,
tetapi diharapkan anak yang telah menyelesaikan fase pondasi dapat mencapai
profil anak yang tergambar dalam STPPA.
Dalam menulis laporan capaian perkembangan anak pendidik perlu:
a. Memperhatikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
b. Memperhatikan setiap perkembangan yang diperlihatkan anak didik
c. Menggunakan data penilaian yang kita miliki, bukan berdasarkan
spekulasi

151
d. Menyusun laporan perkembangan yang khusus untuk setiap anak,
relevan, spesifik dan akurat
Deskripsi perkembangan capaian pembelajaran disusun oleh guru
dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Menggambarkan capaian perkembangan yang telah dicapai oleh
anak pada setiap elemennya;
b. Menggambarkan perilaku yang muncul dikaitkan dengan P5 dan
PPRA;
c. Menggambarkan capaian yang belum muncul pada anak baik pada
setiap elemen maupun pada P5 dan PPRA;
d. Memberikan rekomendasi yang dapat dilakukan oleh orangtua untuk
membantu mengembangakan kemampuan anak selanjutnya.
Rapor perkembangan anak dilengkapi dengan refleksi orangtua yang
memuat beberapa pertanyaan pemantik yang perlu diisi oleh orangtua.
Pertanyaan pemantik tersebut antara lain:
a. Bagaimana tanggapan orangtua tentang capaian perkembangan
anak;
b. Bagaimana tanggapan orantua tentang hal yang masih perlu
dikembangkan;
c. Bagaimana perilaku anak di rumah.

152
153
F. RANGKUMAN
Asesmen di RA memberikan informasi tentang pembelajaran yang perlu
dirancang. Asesmen merupakan aktivitas yang dilakukan selama proses
pembelajaran untuk melihat ketercapaian dari tujuan pembelajaran. Asesmen
juga digunakan untuk melihat efektifitas proses pembelajaran yang telah
berlangsung, sehingga asesmen penting dilakukan untuk mengetahui kemajuan
perkembangan anak.
Asesmen di RA terbagi menjadi dua jenis, yaitu: 1) asesmen formatif,
bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik bagi pendidik dan

154
anak dengan memantau dan memperbaiki proses pembelajaran, serta
mengevaluasi pencapaian tujuan pembelajaran, 2) asesmen sumatif, bertujuan
untuk memastikan ketercapaian keseluruhan tujuan pembelajaran. Kedua jenis
asesmen ini tidak harus digunakan dalam suatu rencana pelaksanaan
pembelajaran, tergantung pada cakupan tujuan pembelajaran.

G. SUMBER BACAAN PENDUKUNG


● Keputusan Menteri Agama Nomor 347 Tahun 2022 Tentang Pedoman
Implementasi Kurikulum Merdeka pada Madrasah
● Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 3211 tahun 2022
tentang Capaian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa
Arab Kurikulum Merdeka pada Madrasah
● Panduan Pengembangan Kurikulum Operasional Madrasah,
Kementerian Agama RI, 2022
● Panduan Pengembangan Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) di
Raudahatul Athfal, Kementerian Agama RI, 2022
● Panduan Penjelasan Lingkup Capaian Pembelajaran Fase Fondasi,
Kemdikbudristek, 2022
● Panduan Hasil Belajar di Satuan PAUD, Kemdikbudristek, 2022

H. LEMBAR KERJA

1. Petunjuk
a. Pahami konsep penilaian dan teknis pelaksanaannya secara utuh
b. Lakukan Asesmen dengan instrument ceklis,
c. Lakukan asesmen dengan instrument anekdot

d. Formulir

Catatan Ceklis

155
Indikator Ceklis
Catatan/Hasil
No Ketercapaian Tujuan (muncul/tidak
pengamatan
pembelajran (IKTP) muncul)

Penilaian Hasil Karya

Nama Hasil Karya Hasil Pengamatan


Anak

Analisis Ketercapaian Indikator Tujuan Pembelajaran:

156
I. REFERENSI
Keputusan Menteri Agama Nomor 347 Tahun 2022 Tentang Pedoman
Implementasi Kurikulum Merdeka pada Madrasah.
Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 3211 tahun 2022
tentang Capaian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa
Arab Kurikulum Merdeka pada Madrasah.
Panduan Pengembangan Kurikulum Operasional Madrasah, Kementerian
Agama RI, 2022.
Panduan Pengembangan Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) di
Raudahatul Athfal, Kementerian Agama RI, 2022.
Panduan Penjelasan Lingkup Capaian Pembelajaran Fase Fondasi,
Kemdikbudristek, 2022.
Panduan Hasil Belajar di Satuan PAUD, Kemdikbudristek, 2022.

157
KEGIATAN BELAJAR 9

PENYUSUNAN RENCANA PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI


Oleh: Dr. Irma Yuliantina, M.Pd

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Mampu merancang pembelajaran Raudhatul Athfal dengan
menerapkan prinsip memadukan pengetahuan dan keterampilan yang terkait
dengan materi ajar, pedagogik, serta teknologi informasi dan komunikasi atau
yang disebut dengan penerapan pendekatan technological, pedagogical and
content knowledge (TPACK) dan pendekatan lain yang relevan dalam
pembelajaran Raudhatul Athfal;

B. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mampu memahami prinsip pembelajaran yang bermakna
2. Mampu menyusun perencanaan lingkup satuan
3. Mampu menyusun perencanaan lingkup kelas

C. AKTIVITAS PEMBELAJARAN
Pembelajaran ini menggunakan model discovery learning yaitu kegiatan
belajar yang berfokus pada pencarian dan penemuan melalui berfikir secara
sistematis. Dosen bersama dengan mahasiswa melakukan analisis kritis terhadap
materi capaian pembelajaran dengan merujuk pada Keputusan Direktur Jenderal
Pendidikan Islam nomor 3211 tahun 2022 dan merujuk pada Keputusan Kepala
Badan Standar, Kurikulum, Dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, Dan Teknologi Nomor 033/H/Kr/2022 Tentang Capaian
Pembelajaran Pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan
Jenjang Pendidikan Menengah Pada Kurikulum Merdeka.
Dosen membimbing mahasiswa untuk menganalisis komponen capaian
pembelajaran kemudian menemukan materi esensial pada setiap elemen untuk
setiap fase dan membandingkannya. Mahasiswa melakukan komunikasi pada dosen

158
pengampu dan bekerjasama dengan kelompok kelasnya untuk mengambil tema
yang akan diperdalam dalam kegiatan tugas lanjutan KB 9.

D. PENGANTAR
Pengalaman belajar yang bermakna adalah sebuah proses yang bertujuan
untuk membangun pemahaman konsep yang dipelajari. Proses pembelajaran yang
bermakna ini bersifat aktif, konstruktif, dan melibatkan peserta didik dalam seluruh
prosesnya. Perencanaan pembelajaran perlu dibuat menyenangkan dan bermakna.
Perencanaan pembelajaran terdiri dari penyusunan perencanaan dalam ruang
lingkup satuan RA berupa perumusan dan penyusunan Tujuan Pembelajaran (TP)
Serta Alur Tujuan Pembelajaran (ATP) yang berfungsi mengarahkan satuan RA
dalam merencanakan, mengimplementasi, dan mengevaluasi pembelajaran secara
keseluruhan sehingga capaian pembelajaran diperoleh secara sistematis, konsisten,
dan terukur. Selain perencanaan dalam lingkup satuan juga memuat perencanaan
dalam ruang lingkup kelas berupa penyusunan modul ajar atau rencana pelaksanaan
pembelajaran. Rencana pembelajaran ini dapat berupa: (1) rencana pelaksanaan
pembelajaran atau yang dikenal sebagai RPP atau (2) dalam bentuk modul ajar.
Guru perlu menyusun perencanaan yang disesuaikan dengan karajteristik peserta
didiknya sesuai dengan hasil asesmen awal yang dilakukan.

E. URAIAN MATERI
1. Perencanaan Pembelajaran
Pembelajaran yang direncanakan harus bermakna, berikut adalah
prinsip-prinsip pembelajaran yang bermakna:
a. Pengetahuan yang akan dipelajari harus masuk akal bagi peserta didik
(konsep yang dipelajari dan aktivitas yang dilakukan dapat
dihubungkan dengan kondisi nyata, termasuk menunjukkan
permasalahan nyata yang harus dipecahkan/diselesaikan).
b. Pendekatan yang berpusat pada peserta didik (ketika peserta didik
lebih terlibat dalam proses belajar, mereka akan memiliki
pemahaman yang lebih baik tentang tujuan pelajaran). Pendidik

159
mengajukan pertanyaan terbuka, mendorong kolaborasi dan proyek
kelompok, serta memberi tugas yang melatih kemampuan refleksi
dan sintesis.
c. Melibatkan banyak referensi dan sumber belajar (belajar dari
berbagai buku, majalah, jurnal penelitian, Program TV, Internet,
narasumber/profesional, dan lain-lain).

Ruang lingkup perencanaan pembelajaran pada satuan RA meliputi:


a. Ruang lingkup satuan RA
b. Ruang lingkup kelas
Dalam menyusun perencanaan pembelajaran, satuan RA perlu
diperhatikan skema berikut:

2. Perencanaan Lingkup Satuan


Penyusunan perencanaan dalam ruang lingkup satuan RA berupa
perumusan dan penyusunan Tujuan Pembelajaran (TP) Serta Alur Tujuan
Pembelajaran (ATP) yang berfungsi mengarahkan satuan RA dalam
merencanakan, mengimplementasi, dan mengevaluasi pembelajaran secara
keseluruhan sehingga capaian pembelajaran diperoleh secara sistematis,
konsisten, dan terukur.
Pada awal tahun, RA dapat melakukan identifikasi untuk
menemukenali keberagaman anak dan melakukan asesmen fungsional untuk
mendapatkan informasi yang berkaitan dengan potensi, masalah, hambatan,
dan kondisi perkembangan anak secara menyeluruh sehingga satuan RA
dapat mengetahui adanya Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dan
memberikan dukungan yang sesuai kebutuhan.

160
Rencana pembelajaran disusun berdasarkan ATP yang digunakan
pendidik sehingga bentuknya lebih rinci. Perlu diingatkan kembali bahwa
ATP tidak ditetapkan oleh pemerintah sehingga pendidik yang satu dapat
menggunakan ATP yang berbeda dengan pendidik lainnya meskipun
mengajar anak dalam fase yang sama pada kelompok/kelas yang berbeda.
Oleh karena itu, rencana pembelajaran yang dibuat masing-masing pendidik
pun dapat berbeda-beda, terlebih lagi karena rencana pembelajaran ini
dirancang dengan memperhatikan berbagai faktor lainnya, termasuk faktor
anak yang berbeda, lingkungan sekolah, ketersediaan sarana dan prasarana
pembelajaran, dan lain-lain. Setiap pendidik perlu memiliki rencana
pembelajaran untuk membantu mengarahkan proses pembelajaran mencapai
CP.
3. Perencanaan Lingkup Kelas
Perencanaan dalam ruang lingkup kelas berupa penyusunan modul
ajar atau rencana pelaksanaan pembelajaran. Untuk dokumen rencana
pelaksanaan pembelajaran pada ruang lingkup kelas, satuan RA dapat
menggunakan, memodifikasi, atau mengadaptasi contoh modul ajar yang
disediakan pemerintah, dan cukup melampirkan beberapa contoh rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP)/modul ajar atau bentuk rencana kegiatan
yang mewakili inti dari rangkaian pembelajaran pada bagian Lampiran.
Rencana pembelajaran ini dapat berupa: (1) rencana pelaksanaan
pembelajaran atau yang dikenal sebagai RPP atau (2) dalam bentuk modul
ajar. Apabila pendidik menggunakan modul ajar, maka ia tidak perlu
membuat RPP karena komponen-komponen dalam modul ajar meliputi
komponen-komponen dalam RPP atau lebih lengkap daripada RPP.
Komponen yang dimaksud tertera pada tabel dibawah ini:

Tabel 1. Perbandingan Antara Komponen Minimum dalam Rencana


Pelaksanaan Pembelajaran dan Modul Ajar
Komponen Minimum dalam Komponen Minimum dalam
Rencana Pelaksanaan Modul Ajar
Pembelajaran

161
a. Tujuan pembelajaran (salah satu a. Tujuan pembelajaran (salah satu dari
dari tujuan dalam ATP). tujuan dalam ATP).
b. Langkah-langkah atau kegiatan b. Langkah-langkah atau kegiatan
pembelajaran. Biasanya untuk pembelajaran. Biasanya untuk satu tujuan
satu atau lebih pertemuan. pembelajaran yang dicapai dalam satu
c. Asesmen pembelajaran: Rencana atau lebih pertemuan.
asesmen untuk di awal c. Rencana asesmen untuk di awal
pembelajaran dan rencana pembelajaran beserta instrumen dan cara
asesmen di akhir pembelajaran penilaiannya.
untuk mengecek ketercapaian d. Rencana asesmen di akhir pembelajaran
tujuan pembelajaran untuk mengecek ketercapaian tujuan
pembelajaran beserta instrumen dan cara
penilaiannya.
e. Media pembelajaran yang digunakan,
termasuk, misalnya bahan bacaan yang
digunakan, lembar kegiatan, video, atau
tautan situs web yang perlu dipelajari
anak.

Tabel di atas menunjukkan perbedaan komponen yang perlu termuat


dalam kedua dokumen perencanaan pembelajaran yang digunakan pendidik
sehari-hari. Terlihat bahwa komponen yang harus ada (komponen
minimum) dalam rencana pelaksanaan pembelajaran lebih sederhana, fokus
mendokumentasikan rencana. Sementara dalam modul ajar, perencanaan
dilengkapi dengan media yang digunakan, termasuk juga instrumen
asesmennya. Oleh karena modul ajar lebih lengkap daripada rencana
pelaksanaan pembelajaran, maka pendidik yang menggunakan modul ajar
untuk mencapai satu atau lebih tujuan pembelajaran tidak perlu lagi
mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran.
Penyusunan modul ajar dapat dibuat secara lebih rinci pada kegiatan
inti dilengkapi dengan penjabaran deskripsi kegiatan dan dukungan guru.
Pendidik dapat memilih bentuk perencanaan pembelajaran yang sesuai
dengan kebutuhan masing-masing.
4. Merancang Modul Ajar
Modul ajar dalam Kurikulum Merdeka ditujukan untuk membantu
pendidik mengajar secara lebih fleksibel dan kontekstual. Modul ajar dapat

162
menjadi pilihan lain atau alternatif strategi pembelajaran. Modul ajar
sekurang-kurangnya berisi tujuan, langkah, media pembelajaran, asesmen.
Pengembangan modul ajar disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing
Raudhatul Athfal.
Langkah-langkah dalam Menyusun Modul Ajar Kurikulum
Merdeka di RA adalah:
a. Menuliskan Informasi umum yang berisi:
1) Nama Instansi:
2) Nama Penulis/Guru:
3) Fase/Kelompok Usia:
4) Tahun Ajaran:
5) Semester/Minggu Ke:
6) Estimasi Waktu:
7) Topik/Subtopik:
8) Elemen CP:
b. Merancang komponen inti dalam pembelajaran yang memuat:
1) Tujuan Pembelajaran: Penentuan tujuan pembelajaran harus
mewakili semua elemen sesuai ATP. Tujuan pembelajaran dapat
langsung diambil dari tujuan pembelajaran di satuan (KOM) atau
diturunkan kembali menjadi tujuan pembelajaran di kelas.
2) Langkah-langkah kegiatan, yang terdiri:
a) Pembukaan:
- Pembukaan disesuaikan dengan SOP masing-masing RA
- Memberikan apersepsi terkait topik pembelajaran
- Membaca buku bergambar/buku cerita/menonton video,
dan sumber belajar lainnya.
- Mendiskusikan aturan main.
b) Kegiatan inti
- Kegiatan yang dirancang untuk mencapai tujuan
pembelajaran dengan kegiatan main yang beragam untuk
memfasilitasi pembelajaran terdiferensiasi, dengan

163
memanfaatkan ragam bahan/alat, media dan sumber
belajar.
- Kegiatan inti terdiri dari beberapa pilihan kegiatan main
yang berupa kegiatan projek sehingga dapat
mengakomodir kebutuhan, minat dan bakat anak yang
beragam.
- Alat dan bahan berupa penjelasan alat dan bahan yang
digunakan untuk mendukung projek yang dirancang. Alat
dan bahan tersebut dapat bersumber dari lingkungan
sekitar baik yang alami atau buatan.
- Deskripsi kegiatan berupa uraian atau Langkah-langkah
proses pembelajaran.
- Dukungan guru berupa pemberian dukungan yang
diberikan guru berupa pernyataan dalam bentuk motivasi
belajar, memberikan inspirasi, dan penguatan terhadap,
pengetahuan yang di dapat anak sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang ditetapkan. Dukungan guru juga dapat
berupa pertanyaan pemantik agar anak mencapai tujuan
pembelajaran yang diharapkan.
c) Penutupan.
- Kegiatan penutupan bertujuan untuk menguatkan
pengetahuan atau keterampilan yang telah dibangun anak
selama kegiatan main,
- Memberikan apresiasi atas perilaku positif yang telah
dilakukan anak.
- Memberikan kesempatan kepada anak untuk
mengkomunikasikan hasil karya atau pengalaman
bermainnya kepada teman dan guru.
- Membuat refleksi bersama anak tentang proses belajar
yang telah dilakukan oleh dirinya atau teman lainnya.
- Mendiskusikan ide bermain anak untuk esok hari.

164
c. Menentukan dan merencanakan asesmen terdiri dari:
1) Rencana asesmen di awal pembelajaran beserta instrumen dan cara
pembelajaran;
2) Rencana asesmen di akhir pembelajaran untuk mengecek
ketercapaian tujuan pembelajaran beserta instrumen dan cara
penilaiannya.
Pendidik memiliki keleluasaan untuk memilih dan memodifikasi contoh-
contoh modul ajar yang tersedia atau mengembangkan modul ajar sendiri, sesuai
dengan konteks, kebutuhan, dan karakteristik anak.
Contoh Modul Ajar
A. Identitas Modul
Nama penulis Irma Yuliantina
Asal Sekolah RA AL-KAUTSAR
Fase / Kelompok Fondasi/B
Topik/ sub topik Makanan dan minuman yang halal/ Kue
Kesukaanku

Gambaran Umum Modul Ajar:


Modul ajar ini mengangkat topik makanan dan minuman yang halal dengan sub
topik kue kesukaanku untuk mencapai tujuan pembelajaran pada elemen nilai
agama dan budi pekerti, elemen jati diri, dan Elemen dasar-dasar literasi,
matematika, sains, rekayasa dan seni dengan menyajikan beberapa kegiatan
belajar yang dapat dipilih anak sebagai bentuk diferensiasi pembelajaran. Waktu
pelaksanaan modul ajar ini dapat dilakukan untuk satu minggu dengan
menyesuaikan minat anak terhadap kegiatan main yang disajikan. Saat
melakukan kegiatan guru memberikan dukungan (scaffolding) bisa dalam bentuk
pertanyaan pemantik atau pernyataan untuk memastikan tujuan pembelajaran
dapat tercapai melalui kegiatan main yang menyenangkan dan bermakna.

B. Hasil Asesmen awal


Tujuan Indikator Kegiatan Hasil Rekomendasi
Pembelajaran Ketercapaian Pengamatan
Tujuan
Pembelajaran
(IKTP)
Anak ● Mengenali Membuat ● Dari 10 Perlu kegiatan
berpartisipasi makanan miniatur anak, 9 anak main yang
aktif dalam halalan makanan dapat menstimulasi
menjaga thayyiban. kesukaan membuat keaksaraan
kebersihan, dari dan
● Mengenali miniatur
kesehatan dan berbagai pengenalan
keselamatan diri makanan haram alat dan makanan dan bentuk
sebagai bentuk bahan menyebutkan geometri.

165
rasa sayang makanan ini
terhadap dirinya halal
dan rasa syukur
kepada Allah ● 10 anak
SWT mampu
Anak mampu ● Anak dapat menceritakan
mengungkapkan menceritakan
perasaan dan ide-
makanan
makanan yang yang dia
idenya ia suka dan suka.
tidak suka
● Anak mampu ● 2 anak sudah
menyampaikan dapat
pendapat menuliskan
tentang kegiatan nama kue
yang dilakukan yang dia
buat. 8 anak
Anak menirukan ● Anak dapat lainnya
bentuk-bentuk menjelaskan belum
simbol dan huruf makna dari
yang bermakna mengenal
simbol huruf
bagi dirinya.
sederhana yang
ada di ● 3 anak sudah
lingkungan dapat
sekitarnya menyebutkan
bentuk
● Anak dapat lingkaran
Menyusun kata dan persegi
dengan berbagai dari kue
media yang dia
buat. 7 anak
Anak ● Anak dapat lain belum
membandingkan menyebutkan
kesamaan dan bentuk geometri
mengenal
perbedaan dari dengan ragam bentuk
bentuk geometri karakteristiknya geometri.
sederhana.
● Anak dapat
memilih bentuk
geometri yang
paling besar,
paling kecil.

C. Tujuan Pembelajaran
● Anak berpartisipasi aktif dalam menjaga kebersihan, kesehatan dan
keselamatan diri sebagai bentuk rasa sayang terhadap dirinya dan rasa
syukur kepada Allah SWT Anak mampu mengungkapkan perasaan dan
ide-idenya.
● Anak menirukan bentuk-bentuk simbol dan huruf yang bermakna bagi
dirinya.

166
● Anak membandingkan kesamaan dan perbedaan dari bentuk geometri
sederhana.

D. Langkah-Langkah Kegiatan
Pembukaan: Salam, doa, menyanyi, bercakap-cakap, bercerita, pengenalan
tema dan pengenalan aturan.
Kegiatan Inti:
Kegiatan pembelajaran dirancang sesuai dengan tujuan pembelajaran, dapat
diawali dengan eksplorasi tentang apa saja makanan yang hahal, kenapa perlu
memakan makanan yang halal, apa saja yang termasuk makanan yang halal,
bagaimana cara mengetahui makanan tersebut halal atau tidak, eksplorasi dapat
dilakukan dengan beragam cara mulai dari penggunaan buku, teknologi atau
dapat dari benda nyata. kemudian anak dapat membuat karya untuk mencapai
tujuan pembelajaran
● Membuat kemasan kue kesukaan dari berbagai alat dan bahan
Deskripsi Kegiatan: Guru menata lingkungan main dengan inspirasi
beragam kemasan makanan yang memiliki logo halal, Disiapkan alat dan
bahan berupa: plastik, dus, kertas, botol, styrofoam, origami, manik-
manik, spidol warna warni.dll. Guru mengajak anak untuk membuat
kemasan makanan yang disukainya sesuai dengan ide dan imajinasi
anak.

● Membuat toko kue dari berbagai alat dan bahan


Deskripsi Kegiatan: Guru menata lingkungan main dengan inspirasi
gambar/foto toko kue, Disiapkan alat dan bahan berupa: balok unit, CD,
ranting, batu, botol, tutup botol, gambar/miniatur makanan, dll. Guru
mengajak anak untuk membangun toko kue dari berbagai alat dan
bahan yang mereka pilih.

● Menggambar/melukis kue kesukaan


Deskripsi Kegiatan: Guru menata lingkungan main dengan inspirasi
beragam miniatur makanan sehat, Disiapkan alat dan bahan berupa: alat
lukis/gambar beserta kertas gambar. Guru mengajak anak untuk
menggambar/melukis makanan yang disukainya sesuai dengan ide dan
imajinasi anak.

● Bermain peran di Toko kue


Deskripsi Kegiatan: Guru menata lingkungan main seperti di toko kue,
Disiapkan alat dan bahan untuk bermain mikro di toko kue termasuk
macam2 miniatur kue, berbagai kemasan makanan yang memiliki logo
halal, alat kasir, uang palsu, keranjang kue dll. Guru mengajak anak
untuk bermain peran sesuai dengan peran yang mereka pilih, dan
mendiskusikan kegiatan main yang akan dilakukan.

167
● Membuat buku kue kesukaan
Deskripsi Kegiatan: Guru menata lingkungan main dengan inspirasi
berbagai buku resep kue makanan anak, Disiapkan alat dan bahan
berupa: alat tulis, spidol warna warni, pensil warna,kertas/karton, dll.
Guru mengajak anak untuk membuat buku tentang makanan yang
disukainya sesuai dengan ide dan imajinasi anak.

● Membuat berbagai bentuk kue kesukaan dari tanah liat


Deskripsi Kegiatan: Guru menata lingkungan main dengan inspirasi
beragam miniatur makanan sehat, Disiapkan alat dan bahan berupa:
tanah liat, manik-manik, batu warna warni, ranting, stik es krim, dll.
Guru mengajak anak untuk membuat makanan yang disukainya dari
tanah liat dan menghiasnya menggunakan alat dan bahan yang tersedia.
Guru mendorong anak untuk membandingkan kesamaan dan perbedaan
dari bentuk geometri sederhana

Penutup: Review, bercakap-cakap, refleksi, salam, doa


Pertanyaan pemantik, sebagai dukungan guru untuk memastikan tujuan
pembelajaran dapat tercapai (disesuaikan dengan tahapan perkembangan dan
kegiatan anak):
● Apa yang sedang kamu buat?
● Makanan apa yang menurutmu bergizi?
● Bagaimana cara kamu tau kalua makanan itu halal?
● Dalam kemasan makanan dimana melihat logo halalnya?
● Dapatkah kamu menuliskan nama makanan yang kamu buat?
● Apakah bentuk makanan yang kamu buat?
E. Media Pembelajaran
1. Buku cerita” Kue Kesukaanku”
2. Miniatur berbagai bentuk kue
3. Kemasan berbagai macam kue yang memiliki logo halal
4. Alat dan bahan dari lingkungan sekitar
5. Beragam buku resep kue
6. Kertas gambar
7. Alat tulis/gambar/Lukis

F. Asesmen Akhir (menggunakan instrumen Ceklis)


Nama Anak :
Kelompok :
Tanggal :
Kegiatan :

168
Tujuan Pembelajaran Indikator Ketercapaian Muncul/ Hasil
Tujuan Pembelajaran Tidak Muncul Pengamatan
(IKTP)
Anak berpartisipasi aktif ● Mengenali makanan
dalam menjaga kebersihan, halalan thayyiban.
kesehatan dan keselamatan
diri sebagai bentuk rasa ● Mengenali makanan
sayang terhadap dirinya dan haram
rasa syukur kepada Allah
SWT
Anak mampu ● Anak dapat
mengungkapkan perasaan menceritakan
dan ide-idenya makanan yang ia suka
dan tidak suka
● Anak mampu
menyampaikan
pendapat tentang
kegiatan yang
dilakukan

Anak menirukan bentuk- ● Anak dapat


bentuk simbol dan huruf yang menjelaskan makna
bermakna bagi dirinya. dari simbol sederhana
yang ada di
lingkungan sekitarnya

● Anak dapat Menyusun


kata dengan berbagai
media

Anak membandingkan ● Anak dapat


kesamaan dan perbedaan dari menyebutkan bentuk
bentuk geometri sederhana. geometri dengan ragam
karakteristiknya
● Anak dapat memilih
bentuk geometri yang
paling besar, paling
kecil.

5. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran di RA


Langkah-langkah dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
di Raudhatul Athfal dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Menulis Identitas yang terdiri dari:
1) Kelompok/Usia
2) Topik
3) Semester/Minggu Ke-
4) Hari/Tanggal

169
b. Menentukan tujuan pembelajaran
Penentuan tujuan pembelajaran harus mewakili semua eleman sesuai ATP.
Tujuan pembelajaran didapat dari Kurikulum Operasional Madrasah
(KOM) masing-masing Raudhatul Athfal. Tujuan pembelajaran yang ada
pada KOM dapat diturunkan kembali menjadi tujuan pembelajaran yang
lebih operasional.
c. Menjabarkan kegiatan pembelajaran yang memuat tentang:
1) Pembukaan:
- Pembukaan disesuaikan dengan SOP masing-masing Raudhatul
Athfal.
- Memberikan apersepsi terkait topik pembelajaran
- Membaca buku bergambar/buku cerita/menonton video, dan
sumber belajar lainnya.
- Mendiskusikan aturan main
2) Kegiatan Inti:
- Kegiatan yang dirancang untuk mencapai tujuan pembelajaran
dengan kegiatan main yang beragam untuk memfasilitasi
pembelajaran terdiferensiasi, dengan memanfaatkan ragam
bahan/alat, media dan sumber belajar.
- Kegiatan inti terdiri dari beberapa pilihan kegiatan main yang
berupa kegiatan projek sehingga dapat mengakomodir kebutuhan,
minat dan bakat anak yang beragam.
3) Penutupan:
- Kegiatan penutupan bertujuan untuk menguatkan pengetahuan atau
keterampilan yang telah dibangun anak selama kegiatan main,
- Memberikan apresiasi atas perilaku positif yang telah dilakukan
anak.
- Memberikan kesempatan kepada anak untuk mengkomunikasikan
hasil karya atau pengalaman bermainnya kepada teman dan guru.
- Membuat refleksi bersama anak tentang proses belajar yang telah
dilakukan oleh dirinya atau teman lainnya.

170
- Mendiskusikan ide bermain anak untuk esok hari.

d. Asesmen:
1) Asesmen dimulai dengan mengobservasi anak selama proses kegiatan
bermain dan belajar.
2) Melakukan dokumentasi proses kegiatan belajar dan bermain anak.
3) Melakukan pencatatan dengan berbagai instrumen asesmen yang sesuai
berupa: ceklis, anekdot, hasil karya, atau dokumentasi.

CONTOH RPP

A. Identitas Modul
Nama penulis Irma Yuliantina
Asal Sekolah RA AL-KAUTSAR
Fase / Kelompok Fondasi/B
Topik/ sub topik Makanan dan minuman yang halal/ Kue
Kesukaanku

B. Hasil Asesmen awal


Tujuan Indikator Kegiatan Hasil Rekomendasi
Pembelajaran Ketercapaian Tujuan Pengamatan
Pembelajaran
(IKTP)
Anak ● Mengenali Membuat ● Dari 10 Perlu kegiatan
berpartisipasi makanan halalan miniatur anak, 9 anak main yang
aktif dalam thayyiban. makanan dapat menstimulasi
menjaga ● Mengenali kesukaan membuat keaksaraan
kebersihan , dari berbagai dan pengenalan
makanan haram miniatur
kesehatan dan alat dan bentuk
keselamatan diri bahan makanan dan geometri.
sebagai bentuk menyebutkan
rasa sayang makanan ini
terhadap dirinya halal
dan rasa syukur
kepada Allah ● 10 anak
SWT mampu
Anak mampu ● Anak dapat menceritakan
mengungkapkan menceritakan makanan
perasaan dan ide- makanan yang ia yang dia
idenya suka dan tidak suka.
suka
● Anak mampu ● 2 anak sudah
menyampaikan dapat
pendapat tentang menuliskan

171
kegiatan yang nama kue
dilakukan yang dia
buat. 8 anak
Anak menirukan ● Anak dapat lainnya
bentuk-bentuk menjelaskan belum
simbol dan huruf makna dari mengenal
yang bermakna simbol huruf
bagi dirinya.
sederhana yang
ada di ● 3 anak sudah
lingkungan dapat
sekitarnya menyebutkan
bentuk
● Anak dapat lingkaran
Menyusun kata dan persegi
dengan berbagai dari kue
media yang dia
buat. 7 anak
Anak ● Anak dapat lain belum
membandingkan menyebutkan mengenal
kesamaan dan bentuk geometri bentuk
perbedaan dari dengan ragam geometri.
bentuk geometri
karakteristiknya
sederhana.
● Anak dapat
memilih bentuk
geometri yang
paling besar,
paling kecil.

C. Tujuan Pembelajaran
● Anak berpartisipasi aktif dalam menjaga kebersihan, kesehatan dan
keselamatan diri sebagai bentuk rasa sayang terhadap dirinya dan rasa syukur
kepada Allah SWT Anak mampu mengungkapkan perasaan dan ide-idenya.
● Anak menirukan bentuk-bentuk simbol dan huruf yang bermakna bagi dirinya.
● Anak membandingkan kesamaan dan perbedaan dari bentuk geometri
sederhana.

D. Langkah-Langkah Kegiatan
Pembukaan:
Salam, doa, menyanyi, bercakap-cakap, bercerita, pengenalan tema dan pengenalan
aturan.
Kegiatan Inti;
Kegiatan pembelajaran dirancang sesuai dengan tujuan pembelajaran, dapat diawali
dengan eksplorasi tentang apa saja makanan yang hahal, kenapa perlu memakan
makanan yang halal, apa saja yang termasuk makanan yang halal, bagaimana cara
mengetahui makanan tersebut halal atau tidak, eksplorasi dapat dilakukan dengan
beragam cara mulai dari penggunaan buku, teknologi atau dapat dari benda nyata.
kemudian anak dapat membuat karya untuk mencapai tujuan pembelajaran

172
● Membuat kemasan kue kesukaan dari berbagai alat dan bahan
● Membuat toko kue dari berbagai alat dan bahan
● Menggambar/melukis kue kesukaan
● Bermain peran di Toko kue
● Membuat buku kue kesukaan
● Membuat berbagai bentuk kue kesukaan dari tanah liat
Penutup: Review, bercakap-cakap, refleksi, salam, doa

E. Asesmen Akhir (menggunakan instrumen anekdot)


Nama Anak :
Kelompok :
Tanggal :
Kegiatan :
Tujuan Pembelajaran:
● Anak berpartisipasi aktif dalam menjaga kebersihan , kesehatan dan
keselamatan diri sebagai bentuk rasa sayang terhadap dirinya dan rasa
syukur kepada Allah SWT Anak mampu mengungkapkan perasaan
dan ide-idenya.
● Anak menirukan bentuk-bentuk simbol dan huruf yang bermakna bagi
dirinya.
● Anak membandingkan kesamaan dan perbedaan dari bentuk geometri
sederhana.

Indikator Ketercapaian Tujuan Pembelajaran (IKTP):


● Mengenali makanan halalan thayyiban.
● Mengenali makanan haram
● Anak dapat menceritakan makanan yang ia suka dan tidak suka
● Anak mampu menyampaikan pendapat tentang kegiatan yang
dilakukan
● Anak dapat menjelaskan makna dari simbol sederhana yang ada di
lingkungan sekitarnya
● Anak dapat Menyusun kata dengan berbagai media
● Anak dapat menyebutkan bentuk geometri dengan ragam
karakteristiknya
● Anak dapat memilih bentuk geometri yang paling besar, paling kecil

Foto Kegiatan Deskripsi Prilaku yang teramati

173
Prilaku yang muncul sesuai TP/IKTP:

F. LEMBAR KERJA

1. Petunjuk
a. Pahamilah proses perencanaan kegiatan pembelajaran secara
utuh
b. Susunlah perencanaan lingkup kelas berupa Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP)

2. Formulir

174
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

A. Identitas Modul

Nama penulis

Asal Sekolah

Fase / Kelompok

Topik/ sub topik

B. Hasil Asesmen awal

Tujuan Indikator Kegiatan Hasil Rekomen


Pembelaj Ketercapaian Penga dasi
aran Tujuan matan
Pembelajaran
(IKTP)

C. Tujuan Pembelajaran
1. ..
2. …
3. ..
D. Langkah-Langkah Kegiatan
Pembukaan:
Kegiatan Inti:
Penutup: Review, bercakap-cakap, refleksi, salam, doa

175
E. Asesmen Akhir (menggunakan instrumen anekdot)
Nama Anak :
Kelompok :
Tanggal :
Kegiatan :

Tujuan Pembelajaran:
1…
2…

Indikator Ketercapaian Tujuan Pembelajaran (IKTP):


1…
2…
3…

Foto Kegiatan Deskripsi Prilaku yang teramati

Prilaku yang muncul sesuai TP/IKTP:

G. RANGKUMAN
1. Ruang lingkup perencanaan pembelajaran pada satuan RA meliputi:
ruang lingkup satuan RA dan ruang lingkup kelas
2. Perencanaan dalam ruang lingkup satuan RA berupa perumusan dan
penyusunan Tujuan Pembelajaran (TP) Serta Alur Tujuan
Pembelajaran (ATP) yang berfungsi mengarahkan satuan RA dalam
merencanakan, mengimplementasi, dan mengevaluasi pembelajaran

176
secara keseluruhan sehingga capaian pembelajaran diperoleh secara
sistematis, konsisten, dan terukur.
3. Perencanaan dalam ruang lingkup kelas berupa penyusunan modul ajar
atau rencana pelaksanaan pembelajaran. Rencana pembelajaran ini
dapat berupa: (1) rencana pelaksanaan pembelajaran atau yang dikenal
sebagai RPP atau (2) dalam bentuk modul ajar.
4. Apabila pendidik menggunakan modul ajar, maka ia tidak perlu
membuat RPP karena komponen-komponen dalam modul ajar meliputi
komponen-komponen dalam RPP atau lebih lengkap daripada RPP
5. Komponen modul ajar: Tujuan pembelajaran (salah satu dari tujuan
dalam ATP); Langkah-langkah atau kegiatan pembelajaran, biasanya
untuk satu tujuan pembelajaran yang dicapai dalam satu atau lebih
pertemuan; Rencana asesmen untuk di awal pembelajaran beserta
instrumen dan cara penilaiannya; Rencana asesmen di akhir
pembelajaran untuk mengecek ketercapaian tujuan pembelajaran
beserta instrumen dan cara penilaiannya; Media pembelajaran yang
digunakan, termasuk, misalnya bahan bacaan yang digunakan, lembar
kegiatan, video, atau tautan situs web yang perlu dipelajari anak.
6. Komponen RPP terdiri dari: Tujuan pembelajaran (salah satu dari
tujuan dalam ATP); Langkah-langkah atau kegiatan pembelajaran,
biasanya untuk satu atau lebih pertemuan; Asesmen pembelajaran:
Rencana asesmen untuk di awal pembelajaran dan rencana asesmen di
akhir pembelajaran untuk mengecek ketercapaian tujuan pembelajaran

H. SUMBER BACAAN PENDUKUNG


● Keputusan Menteri Agama Nomor 347 Tahun 2022 Tentang Pedoman
Implementasi Kurikulum Merdeka pada Madrasah
● Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 3211 tahun
2022 tentang Capaian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan
Bahasa Arab Kurikulum Merdeka pada Madrasah

177
● Panduan Pengembangan Kurikulum Operasional Madrasah,
Kementerian Agama RI, 2022
● Panduan Pengembangan Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) di
Raudahatul Athfal, Kementerian Agama RI, 2022
● Panduan Penjelasan Lingkup Capaian Pembelajaran Fase Fondasi,
Kemdikbudristek, 2022

I. LEMBAR KERJA
1. Menyusun perencanaan lingkup satuan berupa ATP kelas yang telah
disesuaikan dengan asesmen awal pada kelas tersebut.
2. Menyusun perencanaan lingkup kelas berupa modul ajar atau RPP.

J. REFERENSI

Keputusan Menteri Agama Nomor 347 Tahun 2022 Tentang Pedoman


Implementasi Kurikulum Merdeka pada Madrasah.
Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 3211 tahun 2022 tentang
Capaian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab Kurikulum
Merdeka pada Madrasah.
Panduan Pengembangan Kurikulum Operasional Madrasah, Kementerian Agama
RI, 2022.
Panduan Pengembangan Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) di Raudahatul
Athfal, Kementerian Agama RI, 2022.
Panduan Penjelasan Lingkup Capaian Pembelajaran Fase Fondasi,
Kemdikbudristek, 2022.

178
KEGIATAN BELAJAR 10

MENYUSUN MODUL PROJECT P5 DAN PPRA


Oleh: Maulidya Ulfah, M.Pd I

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Mampu melaksanakan pembelajaran Raudhatul Athfal yang mendidik,
bermakna dan transformatif dengan menerapkan ragam model, pendekatan dan
metode pembelajaran dengan ditopang penerapan teknologi informasi dan
komunikasi (teknologi digital) dan dengan sumber belajar yang didukung hasil
penelitian untuk membangun sikap (karakter Islam Rahmatan lil ‘ālamīn dan
berkepribadian muslim Indonesia yang tawassuth (moderat), tawāzun (seimbang),
dan tasāmuh (toleran), pengetahuan, dan keterampilan peserta didik dalam
memecahkan masalah kehidupan sehari-hari secara kritis, humanis, inovatif,
kreatif, kolaboratif, dan komunikatif berdasarkan keilmuan bidang Raudhatul
Athfal.
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mahasiswa dapat menganalisis Profil Pelajar Pancasila dan Profil
Pelajar Rahmatan lil ‘Alamiin.
2. Mahasiswa dapat merancang model project Profil Pelajar Pancasila dan
Profil Pelajar Rahmatan lil ‘Alamiin.
C. AKTIVITAS PEMBELAJARAN
Pembelajaran ini menggunakan model discovery learning yaitu kegiatan
belajar yang berfokus pada pencarian dan penemuan melalui berfikir secara
sistematis. Dosen bersama dengan mahasiswa melakukan analisis kritis terhadap
materi capaian pembelajaran dengan merujuk pada Keputusan Direktur Jenderal
Pendidikan Islam nomor 3211 tahun 2022 dan merujuk pada Keputusan Kepala
Badan Standar, Kurikulum, Dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, Dan Teknologi Nomor 033/H/Kr/2022 Tentang Capaian
Pembelajaran Pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan
Jenjang Pendidikan Menengah Pada Kurikulum Merdeka.

179
Dosen membimbing mahasiswa untuk menganalisis komponen capaian
pembelajaran kemudian menemukan materi esensial pada setiap elemen untuk
setiap fase dan membandingkannya. Mahasiswa melakukan komunikasi pada dosen
pengampu dan bekerjasama dengan kelompok kelasnya untuk mengambil tema
yang akan diperdalam dalam kegiatan tugas lanjutan KB 10.
D. PENGANTAR
Pelajar Pancasila adalah pelajar yang memiliki pola pikir, bersikap dan
berperilaku yang mencerminkan nilai-nilai luhur Pancasila yang universal dan
menjunjung tinggi toleransi demi terwujudnya persatuan dan kesatuan bangsa serta
perdamaian dunia. Pelajar Pancasila juga memiliki pengetahuan dan keterampilan
berpikir, antara lain: berpikir kritis, memecahkan masalah, metakognisi,
berkomunikasi, berkolaborasi, inovatif, kreatif, dan berliterasi informasi.
Penguatan profil Pelajar Pancasila pada madrasah diproyeksikan pada 2
(dua) aspek yaitu: 1) Profil pelajar Pancasila, dan 2) Profil pelajar Rahmatan lil
‘Alamiin. Pelajar Pancasila memiliki komitmen kebangsaan yang kuat, bersikap
toleran terhadap sesama, memiliki prinsip menolak tindakan kekerasan baik secara
fisik maupun verbal dan menghargai tradisi. Kehadiran pelajar madrasah sebagai
Pelajar Pancasila di tengah kehidupan mampu mewujudkan tatanan dunia yang
penuh kedamaian dan kasih sayang. Pelajar Pancasila selalu mengajak untuk
merealisasikan kedamaian, kebahagiaan, dan keselamatan baik di dunia maupun
akhirat.
Sementara Profil Pelajar Rahmatan lil ‘Alamiin (PPRA) adalah pelajar yang
bertaqwa, berakhlak mulia, serta beragama secara moderat. Profil Pelajar Pancasila
di madrasah mampu mewujudkan wawasan, pemahaman, dan perilaku taffaquh
fiddin sebagaimana kekhasan kompetensi keagamaan di madrasah, serta mampu
berperan di tengah masyarakat sebagai sosok yang moderat, bermanfaat di tengah
kehidupan masyarakat yang beragam serta berkontribusi aktif menjaga keutuhan
dan kemuliaan negara dan bangsa Indonesia.
E. URAIAN MATERI
1. Project Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dan Profil Pelajar
Rahmatan lil ‘Alamiin (PPRA)

180
P5 dan PPRA di Raudhatul Athfal difokuskan pada penanaman dimensi
profil pelajar Pancasila dan nilai Profil Pelajar Rahmatan lil ‘Alamiin (PPRA).
Pelaksanaan P5 dan PPRA di RA direncanakan dan dilaksanakan pada
pembelajaran kokurikuler, dan juga dapat dilakukan secara terintegrasi dengan
intrakurikuler atau ekstrakurikuler. Dalam implementasi P5 dan PPRA
dilaksanakan melalui kegiatan yang terprogram melalui proses pembelajaran
maupun pembiasaan yang mendukung sikap-sikap moderat.
Dimensi-dimensi pada P5 menunjukkan bahwa Profil Pelajar Pancasila
tidak hanya fokus pada kemampuan kognitif, tetapi juga sikap dan perilaku sesuai
jati diri sebagai bangsa Indonesia sekaligus warga dunia. Dimensi-dimensi pada P5
adalah sebagai berikut:
a. Dimensi beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak
mulia
Pelajar Indonesia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan
berakhlak mulia adalah pelajar yang berakhlak dalam hubungannya dengan
Tuhan YME. Pelajar yang memahami ajaran agama dan kepercayaannya
serta menerapkan pemahaman tersebut dalam kehidupannya sehari-hari.
Ada lima elemen kunci beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan
berakhlak mulia: (a) akhlak beragama; (b) akhlak pribadi; (c) akhlak kepada
manusia; (d) akhlak kepada alam; dan (e) akhlak bernegara.
b. Dimensi Berkebhinekaan Global
Pelajar Indonesia mempertahankan budaya luhur, lokalitas dan identitasnya,
dan tetap berpikiran terbuka dalam berinteraksi dengan budaya lain,
sehingga menumbuhkan rasa saling menghargai dan kemungkinan
terbentuknya budaya baru yang positif dan tidak bertentangan dengan
budaya luhur bangsa. Elemen kunci dari berkebinekaan global meliputi
mengenal dan menghargai budaya, kemampuan komunikasi interkultural
dalam berinteraksi dengan sesama, dan refleksi dan tanggung jawab
terhadap pengalaman kebhinekaan.

181
c. Dimensi Bergotong Royong
Pelajar Indonesia memiliki kemampuan bergotong-royong, yaitu
kemampuan untuk melakukan kegiatan secara bersama-sama dengan suka
rela agar kegiatan yang dikerjakan dapat berjalan lancar, mudah dan ringan.
Elemen-elemen dari bergotong royong adalah kolaborasi, kepedulian, dan
berbagi
d. Dimensi Mandiri
Pelajar Indonesia merupakan pelajar mandiri, yaitu pelajar yang
bertanggung jawab atas proses dan hasil belajarnya. Elemen kunci dari
mandiri terdiri dari kesadaran akan diri dan situasi yang dihadapi serta
regulasi diri
e. Dimensi Bernalar Kritis
Pelajar yang bernalar kritis mampu secara objektif memroses informasi,
baik kualitatif maupun kuantitatif, membangun keterkaitan antara berbagai
informasi, menganalisis informasi, mengevaluasi dan menyimpulkannya.
Elemen-elemen dari bernalar kritis adalah memperoleh dan memroses
informasi dan gagasan, menganalisis dan mengevaluasi penalaran,
merefleksi pemikiran dan proses berpikir dalam mengambilan keputusan.
f. Dimensi Kreatif
Pelajar yang kreatif mampu memodifikasi dan menghasilkan sesuatu yang
orisinal, bermakna, bermanfaat, dan berdampak. Elemen kunci dari kreatif
terdiri dari menghasilkan gagasan yang orisinal serta menghasilkan karya
dan tindakan yang orisinal serta memiliki keluwesan berpikir dalam mencari
alternatif solusi permasalahan.

Nilai-nilai yang terdapat pada PPRA mengandung sepuluh nilai yang


memberikan kedamaian, kebahagiaan, dan keselamatan untuk sesama manusia serta
semua makhluk ciptaan Allah SWT. Adapun nilai-nilai PPRA sebagai berikut:
a. Berkeadaban (ta’addub), yaitu menjunjung tinggi akhlak mulia, karakter,
identitas, dan integritas sebagai khairu ummah dalam kehidupan
kemanusiaan dan peradaban.

182
b. Keteladanan (qudwah), yaitu kepeloporan, panutan, inspirator dan tuntunan.
Sehingga dapat diartikan sebagai sikap inspiratif menjadi pelopor kebaikan
untuk kebaikan bersama.
c. Kewarganegaraan dan kebangsaan (muwaṭanah), yaitu sikap menerima
keberadaan negara yang dibuktikan dengan sikap dan perilaku nasionalisme
yang harus dimiliki warga negara yang meliputi keharusan mematuhi aturan
yang berlaku, mematuhi hukum negara dan melestarikan budaya Indonesia.
d. Mengambil jalan tengah (tawassuṭ), yaitu pemahaman dan pengamalan yang
tidak berlebih-lebihan dalam beragama (ifrāṭ) dan juga tidak mengurangi
atau abai terhadap ajaran agama (tafrīṭ).
e. Berimbang (tawāzun), yaitu pemahaman dan pengamalan agama secara
seimbang yang meliputi semua aspek kehidupan, baik duniawi maupun
ukhrawi, tegas dalam menyatakan prinsip yang dapat membedakan antara
penyimpangan (inḥiraf) dan perbedaan (ikhtilāf).
f. Lurus dan tegas (I’tidāl), yaitu menempatkan sesuatu pada tempatnya dan
melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban secara proporsional.
g. Kesetaraan (musāwah), yaitu persamaan, tidak bersikap diskriminatif pada
yang lain disebabkan perbedaan keyakinan, tradisi dan asal usul seseorang.
h. Musyawarah (syūra), yaitu setiap persoalan diselesaikan dengan jalan
musyawarah untuk mencapai mufakat dengan prinsip menempatkan
kemaslahatan di atas segalanya;
i. Toleransi (tasāmuh), yaitu mengakui dan menghormati perbedaan, baik
dalam aspek keagamaan maupun berbagai aspek kehidupan lainnya.
j. Dinamis dan inovatif (tathawwur wa ibtikâr), yaitu selalu terbuka untuk
melakukan perubahan-perubahan sesuai dengan perkembangan zaman serta
menciptakan hal baru untuk kemaslahatan dan kemajuan umat manusia.

183
Gambar 1. P5 dan PPRA

Tidak ada ketetapan jumlah dimensi dalam P5 dan nilai dalam PPRA yang
harus dicapai oleh setiap Raudhatul Athfal. Dalam pelaksanaan P5 dan PPRA,
satuan Raudhatul Athfal dapat memilih dimensi P5 dan nilai PPRA yang akan
dicapai sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan setiap Raudhatul Athfal.
P5 dan PPRA merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan melalui
kegiatan kokurikuler berbasis projek yang dirancang untuk menguatkan upaya
pencapaian kompetensi dan karakter. P5 dan PPRA dapat juga dilakukan secara
terintegrasi pada kegiatan intrakulikuler dan atau ekstrakulikuler. Untuk
pelaksanaan projek penguatan P5 dan PPRA pada Raudhatul Athfal dilakukan
minimal satu sampai dua projek dalam satu tahun, dan dilakukan secara
fleksibel dari segi muatan, kegiatan, dan waktu pelaksanaan. Satuan RA dapat
melibatkan orangtua, masyarakat, narasumber ahli dan pemangku kepentingan
lainnya.
Pencapaian Profil Pelajar (P5 dan PPRA) di Raudhatul Athfal dapat
diintegrasikan melalui keteladanan, pembiasaan, dan budaya Raudhatul Athfal
dengan memerhatikan karakteristik kebutuhan dan kondisi peserta didik.
Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang proses

184
pembelajaran berlangsung, dan dapat digunakan sebagai pertimbangan guru dalam
mengembangkan karakter anak lebih lanjut.
Projek pada P5 dan PPRA merupakan serangkaian kegiatan untuk mencapai
sebuah tujuan tertentu dengan cara menelaah dan mengimplementasikan suatu tema
yang telah ditetapkan. Projek didesain agar peserta didik dapat melakukan
investigasi, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan. Peserta didik bekerja
dalam periode waktu yang telah dijadwalkan untuk menghasilkan karya, produk,
dan/atau aksi.
Gambaran sekilas pelaksanaan projek penguatan kedua profil itu adalah
sebagai berikut:

Gambar 2. Pelaksanaan Projek Penguatan P5 dan PPRA

P5 dan PPRA dilakukan melalui 4 tema yang dapat dikembangkan menjadi


sub tema yang disesuikan dengan karakteristik masing-masing. Contoh
Pengembangan Topik dalam projek Profil Pelajar di RA.

TEMA SUB TEMA


Aku Sayang  Lingkunganku bersih
Bumi Projek: Membuat tempat sampah
 Menyayangi Ciptaan Allah
Projek: Berkebun
Aku Cinta  Kotaku Tercinta
Indonesia

185
Projek: Festival Budaya Kotaku (membuat makanan
tradisional, pentas seni, permainan tradisional)
 Perayaan Hari Kemerdekaan
Projek: Gebyar Kemerdekaan (menghias sekolah, karnaval,
perayaan Agustusan)
Kita Semua  Silahturrahmi itu indah
Bersaudara Projek: Lebaran (membuat peta mudik, menyusun anggota
keluarga yang akan dikunjungi, kartu lebaran)
 Aku sayang saudaraku
Projek: Berkunjung ke saudaraku (menyiapkan bingkisan,
menghias bingkisan, kunjungan)
Imajinasi dan  Pekan Budaya Islam
Kreativitasku Projek: Pekan Muharram (membuat hiasan, karnaval, pentas
seni)
 Festival Seni Islami
Projek: Pameran Seni Islami (kaligrafi, poster, buku, lukisan,
tari Islami, bermain musik tradisional, fashion show Muslim)

2. Pemetaan Dimensi, Nilai, Tema dan Sub Tema dan Alokasi waktu.
Satuan Raudhatul Athfal dalam satu tahun dapat memilih projek satu sampai
dua kali, tergantung kebutuhan masing-masing, serta memilih dimensi P5 dan nilai
PPRA yang akan di capai. Satuan RA juga dapat memilih tema dan
mengembangkan sub tema dan projek dengan alokasi waktu yang disesuaikan
dengan kondisi setiap RA. Berikut contoh cara memetakan dimensi, nilai, tema dan
alokasi waktu.

186
3. Komponen Modul P5 dan PPRA
Modul P5 dan PPRA memiliki komponen yang menjadi dasar dalam proses
penyusunannya serta dibutuhkan untuk kelengkapan pelaksanaan pembelajaran.
Modul P5 dan PPRA memiliki komponen sebagai berikut:

Modul dapat diperkaya dengan menambahkan komponen sebagai berikut:


a. Deskripsi singkat P5 dan PPRA.
b. Pertanyaan pemantik untuk memancing diskusi atau proses inkuiri
anak.
c. Alat dan bahan serta media belajar yang perlu disiapkan.
d. Referensi pendukung.
4. Alur Perencanaan Pelaksanaan P5 Dan PPRA pada Raudhatul Athfal
Projek P5 dan PPRA, banyak memberikan ruang merdeka bagi anak
maupun guru. Namun pembelajaran berbasis projek ini bukan merupakan
pembelajaran yang sederhana, projek perlu dirancang dengan seksama. Projek harus
kontekstual, relevan dan sesuai dengan sumber daya dan lingkungan setempat, bisa
jadi projek di suatu Raudhatul Athfal sangat berbeda dengan projek di Raudhatul
Athfal lainnya karena minat anak dan konteks lingkungan yang berbeda.
Beberapa hal yang harus dipertimbangkan guru dalam merencanakan
sebuah projek adalah:

187
5. Strategi Merancang Modul P5 dan PPRA
Modul P5 dan PPRA merupakan dokumen yang berisi tujuan, langkah,
media pembelajaran, dan asesmen yang dibutuhkan untuk melaksanakan Projek P5
dan PPRA. Satuan RA memiliki keleluasaan untuk membuat sendiri, memilih, dan
memodifikasi modul Projek Profil yang tersedia sesuai dengan konteks,
karakteristik, serta kebutuhan peserta didik. Pemerintah menyediakan contoh-
contoh modul P5 dan PPRA yang dapat dijadikan inspirasi. Satuan RA dan pendidik
dapat mengembangkan modul P5 dan sesuai dengan kebutuhan belajar peserta
didik, memodifikasi, dan/atau menggunakan contoh modul P5 dan PPRA yang
disediakan Pemerintah sesuai dengan karakteristik daerah, satuan pendidik, dan
peserta didik.
Strategi Backward Design dalam pengembangan modul untuk
mengoptimalkan pencapaian tujuan projek profil. Tujuan Projek Profil adalah untuk
menguatkan pencapaian kompetensi profil pelajar Pancasila. Untuk memastikan
eksplorasi atau pengembangan aktivitas projek profil tetap mengacu kepada tujuan,
pendidik dapat mengembangkan strategi backward design dengan model alur
berpikir sebagai berikut:

188
Contoh:
Menentukan Tujuan Merancang Asesmen Mengembangkan
Aktivitas
Menghasilkan solusi Peserta didik dapat  Mendiskusikan
alternatif dengan Mengungkapkan ide solusi terkait sebuah
mengadaptasi berbagai permasalahan dalam permasalahan secara
gagasan dan umpan balik kehidupan sehari-hari. berkelompok
untuk menghadapi situasi  Menyimpulkan hasil
dan permasalahan (Dimensi diskusi kelompok
Kreativitas) secara tertulis

Tujuan yang Elemen/sub Tema dan Projek Bentuk asesmen yang


ingin dicapai elemen profil yang ingin diterapkan
digunakan
Isi dengan Isi dengan Tema: Projek P5 Rencanakan bentuk
dimensi yang penjabaran dan PPRA. asesmen yang akan
dicapai elemen/ sub Jabarkan durasi, dipakai, disesuaikan
melalui P5 elemen yang bahan dan berbagai dengan kegiatan
dan PPRA ingin dilakukan strategi yang ingin projek profil yang
diterapkan dilakukan

Deskripsi singkat (berisi konteks, dimensi yang difokuskan, tujuan kegiatan dan
gambaran umum proses).
Contoh Projek Profil 1. Aku Cinta Indonesia
Projek profil Aku Cinta Indonesia ini diharapkan mampu membangun dua dimensi
P5 yakni berkebhinekaan global dan bergotong royong dan satu nilai PPRA yakni
kewarganegaraan (Muwathonah).

189
Melalui projek ini, diharapkan anak mengenal budaya setempat, mampu
bekerjasama, serta mengenal simbol Negara (Bendera Merah Putih, Lambang
Negara Garuda Pancasila, Lagu Kebangsaan dan Nasional, Presiden, dan Wakil
Presiden RI).
6. Alur Aktivitas dan Asesmen Modul projek P5 dan PPRA fase Pondasi
(Raudhatul Athfal)

Asesmen Formatif Awal:


Dilakukan sebelum projek profil dimulai untuk mengukur kompetensi awal peserta
didik yang dipakai untuk menentukan kebutuhan diferensiasi, pengembangan alur
dan kegiatan projek profil, dan penentuan perkembangan sub-elemen antarfase.

190
7. Mengolah Assesmen dan Melaporkan Hasil Projek Penguatan Profil
Pelajar Pancasila dan Profil Pelajar Rahmatan lil Alamiin

a. Contoh Mengoleksi dan Mengolah Hasil Assesmen


 Dokumentasi kegiatan Projek Profil
Tema : Aku Cinta Indonesia

191
Minggu/Semester : III dan IV/1
Tujuan :
 P5 Mendalami budaya dan identitas budaya, Menumbuhkan rasa
Menghormati terhadap keanekaragaman budaya,
mempertimbangkan dan menumbuhkan berbagai perspektif,
tanggap terhadap lingkungan sosial.
 PPRA Menunjukan sikap cinta dan bangga sebagai warga
negara Indonesia, mendahulukan kepentingan bangsa dan
negara serta melestarikan warisan leluhur berupa norma dan
budaya.

Nama Anak : Cacha


Kelompok : 5-6 tahun

Contoh Catatan Proses P5:


Dalam mengerjakan projek Profil ini, Cacha berkegiatan secara berkelompok
bersama teman-temannya membuat asesoris atau hiasan untuk kelengkapan pawai.
Saat mengerjakan kegiatan projek, Cacha dapat mengenal, memilih, memberikan
informasi kepada teman-temannya serta menjelaskan alasan saat menentukan
sebuah pilihan yaitu baju daerah Sorjan (nama baju adat laki-laki Yogyakarta).

192
Selanjutnya Cacha menunjukan urutan cara memakai baju adat Jogja lengkap
dengan kain batik, tali, stagen, dan ikat pinggang.

Contoh Catatan Proses PPRA:


Cacha menunjukan perilaku positif saat meronce bendera Merah Putih, meletakkan
bendera Merah Putih diatas meja, mengingatkan teman untuk menaruh bendera
tidak sembarangan karena menurut dia Bendera Merah Putih harus dipasang
dikibarkan di tiang bendera. Menghiasi Lambang negara Garuda Pancasila,
membuat Pigura dari bahan bekas untuk membingkai foto Presiden dan wakil
Presiden RI bersama teman sekelompoknya.

Contoh Pengolahan Hasil Asesmen


Setelah mengumpulkan dokumentasi belajar peserta didik seiring proses
hingga akhir pembelajaran, pendidik dapat mengolah hasil asesmen tersebut untuk
menentukan pencapaian peserta didik secara menyeluruh. Dalam prosesnya,
pendidik dapat mengembangkan beragam strategi dengan menggunakan bentuk dan
instrumen asesmen yang bervariasi.
Untuk membantu memahami alur berpikir pengolahan asesmen Projek
Profil di Raudhatul Athfal, pendidik dapat menjadikan pemetaan alur berikut
sebagai referensi.

193
Contoh Proses menentukan dimensi yang difokuskan, elemen, subelemen,
tujuan pembelajaran (narasi capaian di akhir fase), dan mengembangkan indikator
pertujuan pembelajaran.
Tema : Aku Cinta Indonesia
Sub Tema : Perayaan Hari Kemerdekaan
Projek Profil : Gebyar Kemerdekaan

194
Contoh bentuk perencanaan

8. Menyusun Rapor Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila Dan


Profil Pelajar Rahmatan Lil Alamiin

Prinsip Rancangan Rapor Projek Profil (P5 dan PPRA)


Rapor bersifat informatif dalam menyampaikan perkembangan
peserta didik, namun tidak merepotkan pendidik dalam pengerjaannya.
a. Menunjukan Keterpaduan
Rapor terdiri dari hasil penilaian terhadap performa peserta didik dalam
projek profil. Projek Profil fokus pada keterpaduan pembelajaran dan
perkembangan karakter serta kompetensi sesuai profil pelajar (P5 dan
PPRA).
b. Tidak menjadi beban administrasi yang berat
Pendidik memasukan judul projek profil, deskripsi singkat, dan seluruh
elemen dan nilai Profil Pelajar (P5 dan PPRA) dan hanya memberikan
penilaian pilihan elemen dan nilai yang berkaitan dengan Projek Profil.
Penulisan deskripsi prose peserta didik benar-benar fokus pada hal unik
dan istimewa yang layak direfleksikan, misalnya situasi dimana peserta
didik menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari,
perkembangan suatu karakter yang sangat nyata dalam kurun waktu
tertentu.
c. Kompetensi Utuh

195
Penilaian dalam rapor projek profil memadukan pengetahuan, sikap,
dan keterampilan sebagai satu komponen. Deskripsi juga disampaikan
secara utuh tanpa membedakan aspek tersebut.
Format Rapor Projek Profil (P5 dan PPRA)
Laporan hasil belajar projek penguatan profil Pelajar Pancasila di jenjang
RA dibuat bentuk yang sederhana berupa deskripsi singkat satu paragraf
mengenai perkembangan peserta didik selama melaksanakan Projek Profil.
Deskripsi tersebut disatukan bersama rapor intrakurikuler yang dapat
disajikan per semester atau per tahun.
Berikut contoh penyajiannya:

196
F. RANGKUMAN
Pelajar Pancasila adalah pelajar yang memiliki pola pikir, bersikap dan berperilaku
yang mencerminkan nilai-nilai luhur Pancasila yang universal dan menjunjung
tinggi toleransi demi terwujudnya persatuan dan kesatuan bangsa serta perdamaian
dunia. Pelajar Pancasila juga memiliki pengetahuan dan keterampilan berpikir,
antara lain: berpikir kritis, memecahkan masalah, metakognisi, berkomunikasi,
berkolaborasi, inovatif, kreatif, dan berliterasi informasi. Penguatan Profil Pelajar
Pancasila pada madrasah diproyeksikan pada 2 (dua) aspek yaitu; 1) Profil Pelajar
Pancasila, dan 2) Profil Pelajar Rahmatan lil ‘Alamiin.

197
G. SUMBER BACAAN PENDUKUNG
1. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 4 tahun 2022 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 57 Tahun 2021 tentang Standar
Nasional Pendidikan.
2. Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia (KMA) Nomor 347 tahun
2022 Pedoman Implementasi Kurikulum Merdeka pada Madrasah.
3. Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 3211 tahun 2022
tentang Capaian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab
Kurikulum Merdeka pada Madrasah.
4. Panduan Implementasi Kurikulum Merdeka di Raudhatul Athfal.
5. Panduan Moderasi Beragama.

H. Lembar Kerja: Petunjuk, form, rubrik


Petunjuk:
Buatlah rancangan modul Projek Profil Pelajar Pancasila dan Profil Pelajar
Pelajar Rahmatan lil ‘Alamiin di Raudhatul Athfal!

Formulir:
Rancangan modul projek Profil Pelajar Pancasila dan profil pelajar pelajar
Rahmatan lil ‘Alamiin di Satuan Raudhatul Athfal

Tema Dimensi P5 Sub Elemen yang disasar


Topik: Nilai PPRA: -
Total Waktu: -
Sub Nilai:
-
-

I. REFERENSI
Panduan Pengembangan Projek Profil Pelajar Pancasila dan Profil Pelajar
Pelajar Rahmatan lil ‘Alamiin pada Madrasah dan RA.
Panduan Implementasi Kurikulum Merdeka di Raudhatul Athfal.

198
KEGIATAN BELAJAR 11

MENYUSUN PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS


Oleh: Indy Ari Pratiwi, M.Pd

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Mampu mengembangkan diri secara berkelanjutan sebagai guru
professional bidang Raudhatul Athfal melalui refleksi diri, pencarian informasi
baru, penelitian, publikasi dan karya inovasi.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mampu menganalisis metodologi penelitian tindakan kelas
2. Mampu membuat kerangka penelitian tindakan kelas
3. Mampu menyusun Kisi-kisi dan Instrumen Penelitian tindakan kelas

C. AKTIVITAS PEMBELAJARAN
Pembelajaran ini menggunakan model discovery learning yaitu kegiatan
belajar yang berfokus pada pencarian dan penemuan melalui berfikir secara
sistematis. Dosen bersama dengan mahasiswa melakukan analisis kritis terhadap
materi capaian pembelajaran dengan merujuk pada Keputusan Direktur Jenderal
Pendidikan Islam nomor 3211 tahun 2022 dan merujuk pada Keputusan Kepala
Badan Standar, Kurikulum, Dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, Dan Teknologi Nomor 033/H/Kr/2022 Tentang Capaian
Pembelajaran Pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan
Jenjang Pendidikan Menengah Pada Kurikulum Merdeka.
Dosen membimbing mahasiswa untuk menganalisis komponen capaian
pembelajaran kemudian menemukan materi esensial pada setiap elemen untuk
setiap fase dan membandingkannya. Mahasiswa melakukan komunikasi pada dosen
pengampu dan bekerjasama dengan kelompok kelasnya untuk mengambil tema
yang akan diperdalam dalam kegiatan tugas lanjutan KB11.

199
D. PENGANTAR
Sebagai guru yang professional dituntut untuk selalu meningkatkan kualitas
dalam pengelolaan pembelajaran. Dengan itu guru berupaya untuk melakukan
perbaikan dalam proses pembelajaran melalui media, metode maupun strategi
pembelajaran. Berbagai upaya dilakukan oleh guru untuk memberikan dampak
yang positif terhadap peningkatan kemampuan anak sesuai dengan capaian dan
tujuan dalam pembelajaran, namun terkadang terdapat masalah-masalah yang
menyulitkan untuk meningkatkan kemampuan anak dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Guru dapat menyelidiki serta mengangkat permasalahan tersebut ke
dalam sebuah penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas merupakan salah
satu jenis penelitian yang dilakukan oleh guru untuk memperbaiki kualitas mutu
pembelajaran dengan mengangkat masalah-masalah aktual yang terjadi di dalam
kelas. Dalam penelitian tindakan kelas ini guru bukan hanya memaparkan hasil
namun juga proses yang dilalui anak dalam pembelajaran. Dengan kata lain
kegiatan penelitian tindakan kelas ini dilakukan seraya melaksanakan proses belajar
mengajar tanpa mengganggu tugas guru sebagai penagajar. Oleh karena itu
melaksanakan penelitian tindakan kelas merupakan upaya yang melekat dengan
pelaksanaan tugas profesionalitas yang harus dilakukan oleh seorang guru.
E. URAIAN MATERI
1. Hakikat Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian Tindakan Kelas (PTK), merupakan salah satu upaya yang dapat
dilakukan guru untuk meningkatkan kualitas peran dan tanggung jawab guru
khususnya dalam pengelolaan pembelajaran. Melalui PTK, guru dapat
meningkatkan kinerjanya secara terus-menerus, dengan cara melakukan refleksi
diri, yakni upaya menganalisis untuk menemukan kelemahan-kelemahan dalam
proses pembelajaran yang dilakukannya, kemudian merencanakan untuk proses
perbaikan serta mengimplementasikannya dalam proses pembelajaran sesuai
dengan program pembelajaran yang telah disusunnya, dan diakhiri dengan
melakukan refleksi. Oleh karena begitu pentingnya PTK untuk proses perbaikan,
maka PTK merupakan bagian dari kemampuan profesional guru. PTK merupakan
kegiatan ilmiah, yakni proses berpikir yang sistematis dan empiris dalamupaya

200
memecahkan masalah yaitu masalah, proses pembelajaran yang dihadapi oleh guru
itu sendiri dalam melaksanakan tugas utamanya yaitu mengajar.
PTK berkembang dari penelitian tindakan yang dikembangkan oleh Kurt
Lewin, yang diterapkan dalam bidang ilmuilmu sosial. Penelitian tindakan
dilakukan untuk memperbaiki proses pelaksanaan tindakan sosial. Pada 1952-1953,
Stephen Corey mengembangkannya dalam bidang pendidikan, yang melibatkan
guru, supervisor, orangtua, dan administrator sekolah.Pada 1975, Lawrence
Stenhoese memperkenalkan istilah the teacher as researher, yakni guru bukan saja
hanya bertanggung jawab sebagai pengajar melainkan juga sebagai peneliti dalam
kelasnya.
Menurut Kemmis, penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian refleksi diri
yang dilakukan oleh para partisipan dalam situasi-situasi sosial (termasuk
pendidikan) untuk memperbaiki praktik yang dilakukan sendiri. Dengan demikian,
akan diperoleh pemahaman yang komprehensif mengenai praktik dan situasi di
mana praktik tersebut dilaksanakan. Terdapat dua hal pokok dalam penelitian
tindakan yaitu perbaikan dan keterlibatan. Hal ini akan mengarahkan tujuan
penelitian tindakan ke dalam tiga area yaitu: (1) untuk memperbaiki praktik, (2)
untuk pengembangan professional dalam arti meningkatkan pemahaman para
praktisi terhadap praktik yang dilaksanakannya, serta (3) untuk memperbaiki
keadaan atau situasi di mana praktik tersebut dilaksanakan.
Menurut Hasley (1972), seperti dikutip Cohen (1994) penelitian tindakan
adalah intervensi dalam dunia nyata serta pemerik saan terhadap pengaruh yang
ditimbulkan dari intervensi tersebut. Pendapat lain tentang penelitian tindakan
dikemukakan oleh Burns (1999) yang menyatakan bahwa penelitian tindakan
adalah penerapan berbagai fakta yang ditemukan untuk memecahkan masalah
dalam situasi sosial untuk meningkatkan kualitas tindakan yang dilakukan dengan
melibatkan kolaborasi dan kerja sama para peneliti dan praktisi. Menurut EFlliot
(1982), penelitian tindakan adalah kajian tentang situasi sosial dengan maksud
untuk meningkatkan kualitas tindakan melalui proses diagnosis, perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan, dan mempelajari pengaruh yang ditimbulkannya.

201
2. Pentingnya Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas secara umum dilaksanakan untuk memecahkan
pemasalahan-permasalahan yang terjadi didalam kelas sehingga proses
pembelajaran dapat berjalan secara efektif. Disamping itu penelitian tindakan kelas
dapat menumbuhkan sikap mandiri dan kritis guru terhadap situasi dan keadan
didalam kelas yang diajarnya. Menurut Print, tugas guru bukan hanya
mengimplementasikan berbagai kebijakan termasuk kurikulum yang ada, akan
tetapi juga harus menyesuaikan kebijakan tersebut dengan kondisi yang ada,
kemudian mengembangkannya dan meneliti efektivitas kinerjanya. Melakukan
PTK adalah melaksanakan tanggung jawab guru sebagai researchers. Melalui PTK
guru mengkaji masalah yang dihadapinya secara ilmiah yang didasarkan pada
bukti-bukti empirik.
Ada beberapa alasan penting mengapa guru harus melaksanakan PTK.
a. Sesuai dengan Tugas Profesional Guru
Guru yang profesional tidak akan merasa puas dengan hasil yang telah
dicapainya. Untuk itu guru yang profesional akan secara terus-menerus
menambah dan meningkatkan kemampuannya sesuai dengan tugas dan
tanggung jawabnya, yakni mengajar. Guru yang profesional selamanya akan
berusaha untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Meningkatkan kualitas
pembelajaran hanya akan dapat dilakukan manakala guru menyadari adanya
masalah yang dihadapi: berdasarkan masalah tersebut, guru mencari dan
merencanakan program pembelajaran yang dapat memperbaiki dan
memecahkan masalah, yang selanjutnya melaksanakan program tersebut secara
sistematis dan empiris. Semuanya itu berkaitan erat dengan pelaksanaan
penelitian tindakan kelas atau yang kita kenal dengan PTK. Jadi, dengan
demikian, PTK merupakan bagian yang harus dilakukan oleh setiap guru
sebagai upaya memperbaiki kinerjanya sendiri.
b. Otonomi Guru dalam Pengelolaan Kelas
Guru memiliki tanggung jawab yang penuh untuk keberhasilan pembelajaran
siswa. Dengan kata lain, apa yang akan dilakukan guru dalam kelas sangat
tergantung pada guru itu sendiri. Dengan demikian, guru memiliki kesempatan

202
yang luas untuk berimprovisasi dan mencoba sesuatu yang dianggapnya
bermanfaat dan dapat meningkatkan produktivitas kerjanya. Hal ini berarti
guru memiliki peran penting sebagai inovator dan seorang researcher. Sebagai
seorang inovator guru selalu ingin mencoba sesuatu yang baru untuk
keberhasilan melaksanakan tugasnya. Guru tidak dianggap lagi sebagai tukang
menyampaikan ilmu pengetahuan, akan tetapi guru sebagai orang yang
berupaya mengubah perilaku siswa sesuai dengan tujuan pendidikan,
sedangkan sebagai seorang researcher, guru selamanya akan selalu
mengidentifikasi masalah yang dihadapinya dan segera menemukan solusi
yang tepat untuk memecahkan masalah tersebut secara ilmiah.
c. Pemanfaatan Hasil Penelitian
Mengapa guru harus melakukan penelitian? Bukankah penelitian dapat
dilakukan oleh ahlinya dan guru cukup memanfaatkan hasil penelitian yang
telah dilakukan orang lain? Memang selama ini banyak penelitian yang telah,
sedang, dan akan dilakukan oleh para peneliti, akan tetapi hasilnya sulit untuk
diterapkan oleh orang lain khususnya oleh guru. Hal ini selain masalah yang
dikaji bukan berasal dari kebutuhan dan masalah yang dihadapi guru, akan
tetapi juga hasil penelitian yang dilakukan oleh orang lain sulit dipahami oleh
guru. Mengapa demikian? Oleh karena dalam pelaksanaan penelitian non-PTK
guru tidak pernah atau kurang terlibat baik dalam proses perencanaan maupun
dalam proses merumuskan kesimpulan hasil penelitian.
3. Manfaat Penelitian Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas berdampak pada tumbuhnya budaya meneliti pada
guru sehingga wawasan dan pengetahuan yang berasal dari pengalaman dalam
penelitiannya semakin meningkat. Bahkan pengalaman yang diperoleh guru dalam
melakukan penelitian tindakan kelas memungkinkan guru untuk menyusun
kurikulum sesuai dengan kebutuhan.
Manfaat lain dari penelitian tindakan kelas sadalah sebagai berikut:
a. Menghasilkan laporan-laporan penelitian tindakan kelas yang dapat dijadikan
panduan dalam meningkatkan mutu pembelajaran. Selain itu hasil-hasil
penelitian tindakan kelas yan dilaporkan dapat menjadi artikel ilmiah atau

203
makalah untuk berbagai kepentinngan antara lain disajikan dalam forum ilmiah
dan dimuat dijurnal ilmiah.
b. Menumbuhkembangkan kebiasaan, budaya dan tradisi meneliti dan menulis
artikel ilmiah dikalangan guru. Hal ini telah ikut mendukung profesionalisme
dan karir guru.
c. Mampu mewujudkan kerjasama, kolaborasi, dan sinergi antar-guru dalam satu
sekolah atau beberapa sekolah untuk bersama-sama memecahkan masalah
pembelajaran dan meningkatkan mutu pembelajaran.
d. Mampu meningkatkan kemampuan guru dalam menjabarkan kurikulum atau
program pembelajaran sesuai dengan tuntutan dan konteks local, sekolah dan
kelas.
e. Dapat memupuk dan meningkatkan keterlibatan, kegairahan, ketertarikan,
kenyamanan dan kesenangan anak dalam mengikuti proses pembelajaran di
kelas yang dilaksanakan guru. Hasil belajar anakpun dapat ditingkatkan.
f. Dapat mendorong terwujudnya proses pembelajaran yang menarik, menantang,
nyaman, menyenangkan dan melibatkan anak karena strategi, metode, teknik
dan atau media yang digunakan dalam pembelajaran demikian bervariasi dan
dipilih secara sungguh-sungguh.
4. Keterbatasan Penelitian Tindakan Kelas
Anda dapat memperkirakan munculnya berbagai isu atau topik yang perlu
mendapat perhatian khusus dalam penelitian tindakan kelas. Salah satu dari isu
tersebut adalah keterbatasan PTK. Keterbatasan ini dapat kita tandai sejak awal
ketika mulai mengkaji karakteristik PTK dan kemudian membandingkannya
dengan penelitian formal. Paling tidak, ada dua keterbatasan yang perlu kita bahas,
yaitu masalah validitas dan generalisasi.
5. Validitas Penelitian Tindakan Kelas
Validitas atau kesahihan PTK sebagai penelitian ilmiah masih sering
dipertanyakan. Metodologi yang agak longgar yang lebih bersifat informal,
meskipun dijaga keobjektifannya masih menimbulkan keraguan. Apakah kaidah-
kaidah penelitian ilmiah dapat dijaga selama pengumpulan data? Apakah tidak ada
manipulasi yang dilakukan baik oleh guru maupun oleh siswa karena perintah guru?

204
Tetapi, jika kita mau jujur, guru tentu tidak mungkin melakukan manipulasi karena
tidak ada pamrih apa-apa. Guru hanya ingin melakukan sesuatu untuk memperbaiki
hasil belajar siswa. Namun demikian, para peneliti masih sering mempertanyakan
kesahihan penelitian yang dilakukan guru sendiri di dalam kelasnya, sebagaimana
yang diisyaratkan oleh Winter (dalam McTaggart, 1991)
6. Generalisasi
Sejalan dengan masalah validitas, hasil PTK tidak dapat digeneralisasikan
karena memang hasil tersebut hanya terkait dengan siswa dalam kelas tertentu. Kita
tidak dapat menyimpulkan bahwa satu teknik efektif untuk meningkatkan motivasi
siswa karena sampel penelitian hanya satu kelas, yang merupakan kasus khusus.
PTK memang merupakan penelitian yang dilakukan guru di kelasnya sendiri untuk
memperbaiki aspek pembelajaran tertentu yang terjadi di kelas tersebut. Meskipun
demikian, hasil penelitian tersebut tentu dapat dicobakan oleh guru lain dengan
mempertimbangkan berbagai modifikasi sesuai dengan kondisi kelasnya.
7. Pemilihan dan Penetapan Masalah Penelitian Tindakan Kelas
Pemilihan dan penetapan masalah penelitian merupakan langkah awal yang
paling krusial dan penting dalam suatu penelitian karena masalah penelitian
mempengaruhi strategi yang akan diterapkan dalam pemecahan masalah. Dalam
mengidentifikasi dan memformulasikan masalah PTK haruslah tepat dan memenuhi
karakteristik sebagai berikut:
a. Identifikasi dan formulasi masalah harus memungkinkan untuk diteliti
melalui PTK
b. Formulasi masalah dirumuskan secara baik dan benar serta jelas agar
peneliti dapat dengan mudah meletakkan dasar teori atau kerangka
konseptual dalam pemecahan masalah dan alternative solusi tindakan yang
tepat.
c. Formulasi masalah dan tindakan yang sesuai dengan permasalahan yang
dihadapi akan memudahkan peneliti dalam menyusun hipotesis tindakan
dan mengumpulkan data penelitian.
d. Formulasi tindakan harus mencerminkan kesesuaian dengn masalah yang
diteliti dan menunjukkan perubahan atau peningkatan yang lebih baik.

205
e. Masalah dalam penelitian tindakan berbeda dengan masalah penelitian pada
umumnya (konvensional) karena dalam PTK peneliti terlibat langsung.
f. Pemilihan masalah PTK memenuhi kriteria : (a) untuk melakukan
perubahan, peningkatan atau perbaikan proses kinerja (proses
pembelajaran); (b) memiliki dampak langsung terhadap peneliti yaitu
menumbuhkan sikap dn kemauan untuk selalu melakukan upaya perbaikan
dan (c) menumbuhkan budaya meneliti dan menjadikan guru seorang
peneliti.
Masalah dalam PTK dapat terjadi secara individual maupun secara
kelompok dihadapi oleh guru sehingga dalam penetapan masalah penelitian harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Masalah tersebut harus menunjukkan adanya kesenjangan antara teori dan
praktik yang dihadapi guru dalam menjalankan tugas kesehariaannya.
b. Masalah tersebut memungkinkan untuk dicarikan Alternative solusi melalui
tindakan yang konkrit
c. Masalah tersebut memungkinkan untuk diidentifikasi ltern-faktor penyebab
terjadinya masalah dan factor-faktor tersebut sebagai dasar dalam penetapan
pemecahan masalah.
d. Masalah yang dipilih dalam PTK adalah masalah yang memiliki nilai yang
bukan sesaat, yang memungkinkan diperoleh tindakan yang efektif dalam
pemecahan masalah.
e. Masalah yang diangkat haruslah benar –benar ada dan terjadi serta dirasakan
dalam tugas keseharian guru
f. Masalah tersebut haruslah bersumber dari refleksi atau masalah sendiri dan
bukan masalah orang lain.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam mengidentifikasi masalah
adalah sebagai berikut:
a. Menuliskan semua hal yang dirasakan memerlukan perhatian dan
berdampak pada hal yang tidak diharapkan.
b. Mengklasifikasikan masalah menurut jenis, bidang permasalahan dan
frekuensi timbulnya.

206
c. Mengurutkan masalah dari yang ringan dan jarang terjadi sampai masalah
yang berat dan merupakan ancaman jika tidak segera diatasi.
d. Memilih 3-5 masalah dan didiskusikan dengan teman sejawat baik yang
berasal dari satu sekolah maupun lain sekolah dan jika teman sejawat ada
yang memberikan konfirmasi maka masalah tersebut dapat diangkat sebagai
masalah.
e. Melakukan kajian terhadap signifikansi atau kelayakan dari masalah yang
akan diangkat, apakah masalah dan tindakan yang akan diambil merupakan
hal yang baru ataukah sudah ada yang meneliti.
f. Memformulasikan masalah dengan memperhatikan subtansi atau nilai
kegunaan untuk memecahkan masalah serupa, masalah hendaknya
dituliskan dengan kalimat pertanyaan dan teknik serta tindakan yang akan
dilakukan dalam pemecahan masalah baik secara teoritik, metodologik,
dana, waktu dan tenaga.
g. bagi peneliti pemula disarankan untuk memilih masalah yang sederhana
tetapi bermakna dan dapat dilakukan dikelas.
Adapun bidang kajian Penelitian Tindakan Kelas menurut pedoman Diknas
adalah:
a. Masalah belajar anak disekolah (masalah belajar di kelas, kesalahan-
kesalahan pembelajaran, miskonsepsi)
b. Desain dan strategi pembelajaran dikelas (masalah pengelolaan dan
prosedur pembelajaran, implementasi dan inovasi dalam metode
pembelajaran, interaksi didalam kelas, partispasi orang tua dalam proses
belajar anak)
c. Alat Bantu, media dan sumber belajar (masalah penggunaan media,
perpustakaan dan sumber belajar didalam/diluar kelas, peningkatan
hubungan antara sekolah dan masyarakat)
d. Sistem asesmen dan evaluasi proses dan hasil pembelajaran ( masalah
evaluasi awal dan hasil pembelajaran, pengembangan instrument assmen)
e. Pengembangan pribadi peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan
lainnya (peningkatan kemandirian dan tanggung jawab peserta didik,

207
peningkatan keefektifan hubungan antara pendidik, peserta didik dan orang
tua dalam PBM, peningkatan konsep diri peserta didik)
f. Masalah kurikulum ( Implementasi KTSP, interaksi guru dan anak, anak
dengan bahan ajar dan anak dengan lingkungan pembelajaran).
8. Jenis-jenis Penelitian Tindakan Kelas
Dalam penelitian tindakan kelas ada beberapa jenis yang dapat sesuikan
dengan latar belakang suatu masalah dalam penelitian, yaitu:
a. PTK Diagnostik, ialah penelitian yang dirancang dengan menuntun peneliti
ke arah suatu tindakan, Dalam hal ini peneliti mendiagnosis dan memasuki
situasi yang terdapat dalam latar penelitian.
b. PTK Partisipan, ialah apabila orang yang akan melakukan penelitian harus
terlibat langsung di dalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil
penelitian yang berupa laporan.
c. PTK Empiris, ialah apabila peneliti berupaya melaksanakan sesuatu
tindakan atau aksi dan membukukan apa yang dilaksanakan dan apa yang
terjadi selama aksi berlangsung.
d. PTK Eksperimental, ialah apabila PTK diselenggarakan dengan berupaya
menerapkan berbagai teknik atau strategi secara efektif dan efisien di dalam
suatu kegiatan belajar mengajar.
9. Model dalam Penelitian Tindakan Kelas
Sebenarnya ada beberapa model yang dapat diterapkan dalam PTK,
diantaranya: 1) Model Kurt Lewin, 2) Model Kemmis dan MC. Taggart, 3) Model
John Elliot, dan 4) Model Dave Ebbutt, tetapi yang paling dikenal dan biasa
digunakan adalah Model Kemmis & MC. Taggart. Adapun model PTK dimaksud
menggambarkan adanya empat langkah/tahap, yang disajikan dalam gambar berikut
ini:

Gambar 1.1 Riset Aksi Model Kemmis & Mc. Taggart

208
Empat langkah/tahap menurut Kemmis & Mc. Taggart adalah sebagai
berikut:
Tahap 1: Menyusun rancangan tindakan (perencanaan). Yang menjelaskan tentang
apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut
dilaksanakan
Tahap 2: Pelaksanaan tindakan, yaitu implementasi atau penerapan isi rancangan di
dalam kancah, yaitu mengenakan tindakan di kelas.
Tahap 3: Pengamatan, yaitu pelaksanaan pengamatan oleh pengamat
Tahap 4: Refleksi atau pantulan, yaitu kegiatan untuk mengemukakan kembali apa
yang sudah terjadi.
Secara keseluruhan keempat tahapan dalam PTK ini membentuk suatu
siklus. Siklus ini kemudian diikuti oleh siklus-siklus lain secara berkesinambungan
seperti sebuah seperial. Namun, sebelum keempat tahapan itu berlangsung,
biasanya diawali oleh suatu tahapan pra-PTK, yang meliputi: identifikasi masalah,
analisis masalah, rumusan masalah, dan rumusan hipotesis tindakan.
10. Metode Penelitian dalam PTK
Metode penelitian merupakan langkah-langkah yang dilakukan oleh
peneliti dalam melaksanakan penelitian. Secara khusus, metode penelitian dalam
PTK berbedadengan metode penelitian pada umumnya sesuai dengan karakteristik
PTK sendiri. Adapun metode penelitian dalam PTK meliputi:
a. Setting Penelitian
Setting penelitian menggambarkan kapan dan dimana penelitian akan
dilakukan, subyek penelitian yang meliputi siapa, berapa jumlahnya,
karakteristiknya bagaimana serta kolaboratornya juga harus disertakan.
b. Prosedur penelitian
Meliputi prosedur-prosedur yang akan dilaksanakan dalam PTK antara lain:
1) Perencanaan
Prosedur perencanaan mendeskripsikan tentang:
- rencana identifikasi permsalahan serta cara untuk memantapkan
keadaansebenarnya.
- Rencana Alternative tindakan yang mungkin dilakukan dalam

209
pembelajaran yang digunakan untuk mengubah, mengembangkan dan
meningkatkan pembelajaran.
- Rencana penyediaan sarana dan media yang diperlukan dalam
penelitian
2) Implementasi Tindakan
Mendeskripsikan langkah-langkah implementasi tindakan yang akan
dilakukan yang meliputi strategi apa yang akan dilakukan, materi apa
yang akan diajarkan atau dibahas.
3) Monitoring
Tahapan monitoring mendeskripsikan :
- alat monitoring apa saja yang akan digunakan dalam mengamati
pelaksanaan tindakan dan kejadian selama pelaksanaan tindakan
- siapa petugas yang yang melakukan monitoring
4) Refleksi
Mendeskripsikan mengenai bagaimana melakukan refleksi terhadap
implementasi tindakan berdasarkan hasil monitoring
c. Teknik Pengumpulan Data
Bagian ini mendeskripsikan tentang bagaimana cara mengumpulkan data
sebagai dasar dalam menetapkan alternative tindakan dan melakukan refleksi.
Teknik pengumpulan data yang yang dapat digunakan meliputi observasi,
metode wawancara, dokumentasi, angket dan tes.
d. Teknik Analisis Data
Mendeskripsikan tentang bagaimana cara menganalisis data yang telah
dikumpulkan.
e. Kriteria Keberhasilan Tindakan
Kriteria keberhasilan tindakan merupakan ukuran berhasil tidaknya
implementasi tindakan yang akan dilakukan. Pada bagian ini mendeskripsikan
mengenai ukuran yang akan dijadikan patokan untuk menyelesaikan hal
tersebut.

210
11. Kriteria Keberhasilan Penelitian Tindakan Kelas
Kriteria keberhasilan PTK merupakan tolok ukur dalam menentukan apakah
penelitian yang dilaksanakan berhasil atau tidak. Berbicara tentang keberhasilan
PTK berarti sama saja berbicara tentang keberhasilan proses pembelajaran. Artinya,
kriteria keberhasilan PTK adalah kriteria keberhasilan proses pembelajaran itu
sendiri. Tujuan indikator keberhasilan belajar siswa dalam proses pembelajaran
yaitu untuk melihat pencapaian suatu program pembelajaran sesuai target atau
tidak. Biasanya, guru akan menyelenggarakan tes formatif untuk penilaian di tiap
selesai penyampaian satu bahasan atau materi kepada anak. Fungsi penilaian ini
adalah untuk memberikan feed back kepada guru dalam rangka perbaikan proses
pembelajaran, pelaksanaan perbaikan, dan melakukan refleksi bagi siswa yang
berhasil dan juga pada yang belum berhasil (Djamarah dan Zain, 2010: 105). Ada
beberapa indikator keberhasilan belajar anak dalam mengikuti proses pembelajaran,
yaitu:
a. Daya serap anak terhadap bahan ajar yang disampaikan mencapai prestasi
tinggi, baik individu maupun kelompok.
b. Perilaku yang ditetapkan dalam tujuan pembelajaran telah tercapai oleh anak,
baik secara individu maupun kelompok.
c. Djamarah dan Zain (2010: 108) mengemukakan bahwa tingkat atau taraf
keberhasilan proses pembelajaran yang dilakukan bisa mempergunakan
indikator-indikator tertentu sebagai pedoman untuk memberikan suatu
kesimpulan atas berhasil atau tidaknya.
Contoh dari indikator tersebut seperti berikut ini
 Jika 80% dari jumlah anak yang mengikuti proses pembelajaran berhasil
dalam mencapai atau melebihi batas minimum yang telah ditetapkan, maka
proses pembelajaran tersebut dapat dikatakan berhasil dan pada pertemuan
selanjutnya akan dimulai dengan materi atau bahasan yang baru.
 Jika 80% dari jumlah anak yang mengikuti proses pembelajaran belum
berhasil dalam mencapai atau kurang dari batas minimum yang telah
ditetapkan, maka proses pembelajaran tersebut dapat dikatakan belum
berhasil dan pada pertemuan selanjutnya akan dilakukan perbaikan.

211
Pendapat tersebut dapat diambil manfaatnya dalam menentukan kriteria
keberhasilan penelitian tindakan kelas. Dalam penelitian tindakan kelas, peneliti
melakukan perbaikan proses pembelajaran dan peningkatan kemampuan anak.
Contohnya seperti berikut ini.
 Proses Pembelajaran. Proses pembelajaran dikatakan berhasil jika apa yang
telah direncanakan dalam perencanaan terlaksana 75% - 100% di setiap
siklus.
 Hasil Belajar. Pelaksanaan tindakan dikatakan berhasil jika rata-rata hasil
belajar anak mengalami peningkatan dan kriteria ketuntasan belajar anak
memenuhi target yang telah ditentukan secara klasikal, yaitu 75% serta
memperoleh nilai ≥ 70.

Pada poin pertama, peneliti dapat memberikan skor di setiap langkah-langkah


dalam perencanaan dan menghitung jumlah skor yang diberikan tiap langkah
tersebut dan menghitungnya dengan rumus persentase (%)
Jumlah skor yang diperoleh
Persentase = × 100%
Skor maksimal
Pada poin kedua tentang hasil belajar anak, peneliti dapat melakukan pengukuran
dengan mencermati rata-rata hasil belajar secara klasikal setiap siklus dan
membandingkannya.
Kedua poin di atas juga dapat dijadikan indikator untuk melihat sampai
siklus terakhir dari pelaksanaan penelitian. Misalnya, pada siklus pertama proses
pembelajaran siswa tidak terlaksana dengan baik, hanya mencapai persentase 70%
dan rata-rata hasil belajar anak secara klasikal mencapai 70. Peneliti dapat
melanjutkan siklus selanjutnya. Siklus penelitian ini akan berhenti ketika proses
pembelajaran dan hasil belajar telah mencapai target yang ditentukan tersebut.
Dalam konteks PTK di PAUD, setelah mengetahui persentase keberhasilan, kriteria
keberhasilan tindakan diakhiri dengan mengikuti empat skala penilaian pada akhir
tiap siklus.
 Berkembang Sangat Baik (BSB) yang menggambarkan jika anak telah dapat
melaksanakan suatu kegiatan secara mandiri dan telah dapat membantu

212
temannya yang belum mencapai kemampuan sesuai dengan indikator yang
diharapkan.
 Berkembang Sesuai Harapan (BSH) yang menggambarkan jika anak telah
dapat melaksanakan suatu kegiatan secara konsisten dan mandiri, tanpa
harus dicontohkan dan diingatkan oleh guru.
 Mulai Berkembang (MB) yang menggambarkan jika anak telah
melaksanakan suatu kegiatan, tetapi masih harus dibantu dan diingatkan
oleh guru.
 Belum Berkembang (BB) yang menggambarkan jika anak telah melakukan
suatu kegiatan, tetapi harus dicontohkan dan dibimbing oleh guru.
12. Sistematika Penyusunan Proposal PTK
Tabel 1.1 Format Sistematika Penyusunan Proposal

JUDUL
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Kajian Pustaka
B. Kajian Teori
C. Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Tindakan
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
B. Subjek dan Objek Penelitian
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
D. Data dan Sumber Data
E. Teknik Pengumpulan Data
F. Desain dan Model Penelitian
G. Prosedur Penelitian
H. Instrumen Penelitian
I. Analisis Data
J. Indikator Keberhasilan
K. Sistematika Penyajian
DAFTAR PUSTAKA

213
F. RANGKUMAN
Penelitian Tindakan Kelas (PTK), merupakan salah satu upaya yang dapat
dilakukan guru untuk meningkatkan kualitas peran dan tanggung jawab guru
khususnya dalam pengelolaan pembelajaran. Melalui PTK, guru dapat
meningkatkan kinerjanya secara terus-menerus, dengan cara melakukan refleksi
diri, yakni upaya menganalisis untuk menemukan kelemahan-kelemahan dalam
proses pembelajaran yang dilakukannya, kemudian merencanakan untuk proses
perbaikan serta mengimplementasikannya dalam proses pembelajaran sesuai
dengan program pembelajaran yang telah disusunnya, dan diakhiri dengan
melakukan refleksi. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan tujuan (1) untuk
memperbaiki praktik, (2) untuk pengembangan professional dalam arti
meningkatkan pemahaman para praktisi terhadap praktik yang dilaksanakannya,
serta (3) untuk memperbaiki keadaan atau situasi di mana praktik tersebut
dilaksanakan.

G. SUMBER BELAJAR
https://scholar.google.com/
https://www.perpusnas.go.id/

H. LEMBAR KERJA
Lembar Kerja KB 11
Menyusun Proposal Penelitian Tindakan Kelas
Petunjuk
a. Download artikel atau jurnal studi sebelumnya (untuk menunjukkan
kebaruan) yang sesuai dengan metodologi penelitian tindakan kelas
b. Analisislah dari mulai judul, pendahuluan, kajian teori, metode penelitian
sampai hasil dan pembahasan
c. Tentukan masalah penelitian (fenomena gap), analisis masalah tersebut
dengan menyandingkan kenyataan dan harapan fakta empiris
d. Kumpulkan data terkait problem statement yang ditemukan
e. Buatlah tujuan penelitian
f. Buatlah rencana tindakan yang dapat meningkatkan atau menyelesaikan
permasalahan penelitian
g. Cari teori pendukung
h. Buatlah alur kerangka berpikir
i. Susunlah Proposal Penelitian yang dilengkapi kisi-kisi instrument

214
Formulir

Formulir 1: Merumuskan Pendahuluan


Komponen Uraian
Menguraikan latar belakang masalah
penelitian yang ditemukan
Menganalisis masalah penelitian
disandingkan dengan kenyataan dan
harapan
Menyandingkan masalah penelitian
dengan sumber artikel yang sudah ada
untuk melihat kebaruan
Merumuskan Tujuan Penelitian
Merumuskan manfaat penelitian

Formulir 2: Membuat Tinjauan Pustaka


Komponen Uraian
Mencari Referensi yang sesuai dengan
masalah
Menguraikan teori dari referensi yang
sudah dikumpulkan
Menganalisis teori serta dikaitkan
dengan penelitian
Mengemukakan teori, temuan, dan
sumber bahan lain penelitian yang
dijadikan landasan untuk menemukan
solusi masalah penelitian
Menyusun kerangka berpikir atau
menggambarkan konsep yang akan
digunakan dalam penelitian
Mengemukakan Hipotesis tindakan
yang menggambarkan tingkat
keberhasilan tindakan yang diharapkan
atau diantisipasi kegagalan

Formulir 3: Menentukan Metode Penelitian


Komponen Uraian
Menjelaskan pendekatan penelitian
yang digunakan
Menentukan lokasi tempat dan waktu
penelitian
Menjabarkan subjek penelitian,
populasi dan sampel
Menentukan sumber dan jenis data
penelitian

215
Menentukan teknik dan alat
pengumpulan data
Menyusun kisi-kisi instrumen disertai
rubrik penelitian
Menjelaskan validitas penelitian
Menguraikan analisis data
Menentukan tahapan (langkah-
langkah) penelitian

Rubrik Penilaian

No Kriteria Acuan Penilaian Nilai ∑ Nilai


1 Pendahuluan a. Kesesuaian latar belakang ……
dengan masalah/ fokus
penelitian. ……
b. Pentingnya masalah/ fokus untuk ……
diteliti.
c. Perumusan masalah/ fokus
penelitian.
2 Tinjauan a. Relevansi dan kelengkapan teori
Pustaka dengan kajian penelitian. ……
a. Kesesuaian kerangka berpikir ……
dengan desain penelitian. ……
b. Hipotesis
3 Metode a. Kesesuaian metode dengan rancangan ……
Penelitian penelitian.
b. Ketepatan penentuan populasi dan ……
sampel penelitian.
c. Perumusan variabel penelitian ……
d. Teknik dan instrument pengumpul ……
data.
e. Ketepatan teknik analisis penelitian. ……

Keterangan:
1. Rentang = 0 – 100
2. ∑ Nilai Akhir = Nilai3
3. Rentang Nilai=
 ≥ 76,0 =A
 66,0 - < 75,9 = B
 56,0 - < 65,9 = C
 50,0 - < 55,9 = D
 < 50 =E

216
I. REFERENSI
Anderson, L. W. & Burns, R. B. (1989). Research in the Classroom. Elmsford:
Pergamon Press Inc.

Arikunto, Suharsimi. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Hopkins, D. (1993). A Teacher’s Guide to Classroom Research.


Buckingham: Open University Press.

McNiff, J. (1991). Action Research: Principles and Practice. London: Macmillan.

McTaggart, R. (1991). Action Research: A Short Modern History. Geelong: Deakin


University Press.

Mills, G.E. (2000). Action Research: A Guide for the Teacher Researcher.
Columbus: Merrill, An Imprint of Prentice Hall.

217

You might also like