You are on page 1of 15

OPEN ACCESS JURNAL RIPTEK

ANALISIS KETERSEDIAAN HUNIAN MAHASISWA PADA PROSES


STUDENTIFIKASI DI KAWASAN PENDIDIKAN TINGGI TEMBALANG,
SEMARANG
Sekar Kharisma Ardhia Prastiwi, Santy Paulla Dewi*
Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Jln. Prof. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang

Jurnal Riptek Abstract.


Volume 15 No. 1 (28–42) Tembalang Higher Education Area is growing rapidly in line with the increasing
Tersedia online di: number of Diponegoro University students. The development of the area and the
http://riptek.semarangkota.go.id increase of students number triggered the emergence of studentification which resulted
in changes in the social, economic, cultural and physical structures. Hence, the rate of
Info Artikel: land conversion that has not been developed into built-up land, which is 31.8% of the
Diterima: 20 Mei 2021 total area where student residences are more dominant than communities’ residential.
Direvisi: 4 Juni 2021 The studentification process that has been studied shows that housing demand that
Disetujui: 15 Juni 2021 are not in accordance with the its availability can lead to vacant housing or a de-
Tersedia online: 26 Juli 2021 studentification phase which can harm the area. Therefore, this study aims to analyze
the availability of student housing in the context of studentification. The research was
Kata Kunci: conducted by analyzing the variable housing availability of students and using data on
Hunian Mahasiswa, Studentifikasi, the type and location of student housing. The type of student housing itself is based on
Kawasan Pendidikan Tinggi the theory of studentification that consist of HMO (House Multiple Occupation), PBSA
Tembalang (Purpose Built Student Accomodation) and Private Housing. Meanwhile, the student
residential locations are grouped based on five sub-districts, namely Tembalang Village,
Korespondensi penulis: Bulusan Village, Pedalangan Village, Sumurboto Village and Kramas Village. Data
*
santy.paulla.dewi@pwk.undip.ac.id collection was carried out through field observations and through data from google
maps and interviews with the owner of the student residence. The data obtained were
then analyzed using quantitative methods with quantitative descriptive analysis tools
and spatial analysis. The results of the analysis show that Bulusan Village has the most
varied types of housing available, both HMO, PBSA, and private housing where the
percentage of land area that is not built is still quite high (> 50%) and the second
closest distance to the campus is after Tembalang Village. With this diversity,
Kelurahan Bulusan has a high chance of being developed as a direction for residential
development for students compared to Kelurahan Tembalang which is currently too
congested. Thus the construction of residential spaces at KPT Tembalang afterwards
can be avoided from vacant student residences or de-studentification.

Cara mengutip:
Prastiwi, S K A; Dewi, S P. 2021. Analisis Ketersediaan Hunian Mahasiswa pada Proses Studentifikasi di Kawasan
Pendidikan Tinggi Tembalang, Semarang. Jurnal Riptek. Vol. 15 (1): 28-42.

PENDAHULUAN pendatang dari kawasan. Pada studi kasus


Studentifikasi merupakan proses di mana studentifikasi, mahasiswa berperan sebagai
konsentrasi hunian mahasiswa di kawasan sekitar penduduk pendatang di kawasan sekaligus
pendidikan tinggi menghasilkan transformasi stuktur menjadi subjek utama penyebab terjadinya
sosial, ekonomi, budaya dan fisik (Sabri, 2008). transformasi kawasan hunian masyarakat menjadi
Istilah studentifikasi ini pertama kali dikemukakan hunian sewa oleh mahasiswa.
Smith (2002) untuk mendeskripsikan konsentrasi
hunian mahasiswa di kawasan pendidikan tinggi. Fenomena studentifikasi ini terhitung masih
Disebutkan dalam penelitian Sabri (2009), bahwa jarang diteliti di Indonesia. Menurut penelitian
proses studentifikasi merupakan salah satu mutasi yang telah dilakukan, proses ini telah terjadi di
dari gentrifikasi, yaitu proses masuknya penduduk Kawasan Sukolilo, Kota Surabaya (Zuhdi, 2018),
yang lebih mampu ke kawasan yang awalnya kurang Kawasan Pogung Kidul, Kota Yogyakarta (Suradi,
baik, diikuti dengan adanya revitalisasi kawasan dan 2015), serta Kawasan Lowokwaru, Kota Malang
memicu perubahan nilai lahan dan struktur sosial (Situmorang, 2020). Kebanyakan dari penelitian
(Prayoga, 2011). Salah satu hal yang membedakan tersebut berfokus pada identifikasi perkembangan
studentifikasi dan gentrifikasi terletak pada peran kawasan berdasarkan proses studentifikasi.

S K A Prastiwi, S P Dewi/ Jurnal Riptek Vol. 15 No. 1 (28–42) 28


OPEN ACCESS JURNAL RIPTEK

Sementara perkembangan akomodasi kawasan et al., 2012a; Johari et al., 2017; Russo et al., 2007).
khususnya mengenai hunian mahasiswa oleh proses Namun, permasalahan terkait hunian mahasiswa di
studentifikasi ini masih belum pernah diteliti di setiap studi kasus mempunyai fokus yang berbeda-
Indonesia. Kawasan pendidikan tinggi yang menjadi beda tergantung dari kebutuhan hunian mahasiswa
fokus dari penelitian ini adalah Kawasan Pendidikan pada setiap kawasan. Ketersediaan hunian
Tinggi Tembalang, Kota Semarang. Kawasan ini mahasiswa ini dapat memberikan informasi
dipilih untuk diteliti setelah sebelumnya, Prayoga mengenai keragaman penyediaan hunian mahasiswa
(2011) mengindikasikan Kawasan Pendidikan Tinggi sesuai dengan proses atau tahapan studentifikasi.
Tembalang ini mengalami proses gentrifikasi. Namun Hal ini perlu dilakukan untuk mengantisipasi adanya
dengan adanya aktivitas pendidikan tinggi pada de-studentification sebagai fenomena lanjutan dari
kawasan, maka secara tidak langsung dapat studentifikasi yang berdampak negatif khususnya
disimpulkan bahwa kawasan ini telah mengalami bagi pihak penyedia hunian mahasiswa. Fenomena
proses studentifikasi. tersebut memerlukan langkah antisipasi supaya tidak
mengganggu fungsi kawasan sebagai kawasan
Kawasan Pendidikan Tinggi Tembalang, untuk perguruan tinggi dan juga sebagai permukiman bagi
selanjutnya disebut sebagai KPT Tembalang, masyarakatnya (Zuhdi, 2018). Langkah antisipasi
mencakup sebagian kawasan dari Kecamatan tersebut dilakukan dengan memastikan kebutuhan
Tembalang dan Kecamatan Banyumanik. hunian mahasiswa telah terpenuhi oleh ketersediaan
Kecamatan Tembalang dikenal sebagai pusat hunian yang ada. Berdasarkan data, jumlah penghuni
kawasan pendidikan dengan adanya Universitas Rusunawa pada tahun 2011 hanya mengisi 84,67%
Diponegoro, Politeknik Negeri Semarang, dari total kapasitas yang disediakan. Padahal kapasitas
Universitas Pandanaran dan Politeknik Pekerjaan total yang ada hanya sekitar 10% dari jumlah
Umum, sedangkan di Kecamatan Banyumanik mahasiswa yang diterima Universitas Diponegoro
terdapat Poltekkes Kemenkes Semarang. setiap tahunnya (Fitrianingsih, 2011). Pada KPT
Banyaknya pendidikan tinggi yang ada menyebabkan Tembalang sendiri, kekosongan kamar pada hunian
hunian mahasiswa berkembang sangat pesat pada mahasiswa sudah mulai terjadi, namun belum
beberapa kelurahan di dua kecamatan tersebut. menimbulkan fenomena de-studentification yang
ekstrim. Maka sebagai upaya menghindari efek buruk
Pada setiap proses studentifikasi, mahasiswa selalu dari kasus studentifikasi yang pernah terjadi pada
menjadi subjek utama yang dipertimbangkan karena beberapa studi kasus lain, perlu dilakukan penelitian
memberi dampak spasial pada kawasan. Masuknya mengenai ketersediaan hunian mahasiswa.
mahasiswa tersebut akan membawa dampak
perubahan lahan dengan proporsi yang didominasi METODE PENELITIAN
oleh mahasiswa dan kegiatan akomodasi bagi Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian
mahasiswa (Zuhdi et al., 2018). Salah satunya ini adalah metode kuantitatif karena dirasa sesuai
dampak studentifikasi oleh adanya mahasiswa pada dengan syarat pemilihan metode penelitian
kawasan ini adalah sejak tahun 2006 ke 2010 kuantitatif menurut Sugiyono (2015), yaitu masalah
terdapat pertambahan jumlah rumah sebanyak mempunyai variable yang sudah jelas, informasi yang
90,83% (Prayoga, 2011). Pertambahan jumlah rumah diperoleh dari suatu populasi, dan peneliti
ini salah satunya disebabkan oleh banyaknya warga mendapatkan data yang akurat, berdasarkan
yang tidak berdomisili di sekitar KPT Tembalang, fenomena yang empiris dan dapat diukur. Variabel
namun ikut membeli lahan ataupun properti sebagai ketersediaan hunian mahasiswa digunakan data
bentuk investasi. Akibatnya, harga lahan pada hunian mahasiswa di KPT Tembalang. Populasi
kawasan meningkat sebesar ±167% dan nilai hunian mahasiswa di KPT Tembalang dikumpulkan
bangunan meningkat ±114% dalam 5 tahun terakhir. menggunakan teknik pengumpulan cluster random
Bahkan, Ketua Real Estate Indonesia (REI) Jawa sampling. Unit kawasan yang menjadi sampel dari
Tengah, MR Prijanto mengatakan bahwa kawasan penelitian ini adalah salah satu RW dari setiap
Semarang bagian atas, terutama di Tembalang kelurahan di kawasan studi. Unit kawasan ini
menjadi target lokasi bagi para pengembang hunian dianggap dapat merepresentasikan hunian
vertikal atau apartemen untuk memenuhi pasar mahasiswa pada keseluruhan kawasan. Kawasan RW
hunian mahasiswa. Penyediaan hunian mahasiswa pada setiap kelurahan yang menjadi sampel dari
yang terus berkembang ini dianggap menjadi dampak penelitian terdapat pada Tabel 1. Data hunian
dari proses studentifikasi pada kawasan. mahasiswa pada setiap RW sebagai kawasan
sampling tersebut dikumpulkan melalui observasi
Hunian mahasiswa menjadi salah satu kunci dalam langsung, kemudian diperkuat dengam wawancara
pembangunan kawasan pendidikan tinggi (Garmendia pada Ketua RW masing-masing kawasan.

29 S K A Prastiwi, S P Dewi/ Jurnal Riptek Vol. 15 No. 1 (28–42)


OPEN ACCESS JURNAL RIPTEK

Tabel 1. Sampel Populasi pemetaan. Data yang digunakan adalah data


Kelurahan Sampel
persentase luas serta jumlah hunian mahasiswa
serta data hasil wawancara terstruktur dari
Kelurahan Tembalang RW 7
narasumber RW di KPT Tembalang. Data
Kelurahan Bulusan RW 3 persentase jenis hunian digambarkan secara spasial
Kelurahan Pedalangan RW 10 pada sebuah peta menggunakan teknik pemetaan.
Kelurahan Sumurboto RW 3
Kelurahan Kramas RW 1 Pada penelitian ini, hunian mahasiswa yang diteliti
(Sumber: Analisis Penulis, 2020) adalah hunian yang dapat ditinggali oleh mahasiswa
yang dibagi berdasarkan jenis dan lokasinya sesuai
Pemilihan KPT berdasarkan pertimbangan kawasan dengan teori studentifikasi. Teori tersebut
yang mengalami perubahan serta aktivitas mahasiswa mengklasifikasikan hunian mahasiswa menjadi 3 jenis
yang lebih sering dibanding kelurahan lainnya. Tiga yaitu jenis hunian mahasiswa HMO, PBSA, dan
kelurahan di Kecamatan Tembalang yang dipilih Private Housing. HMO (Houses of Multiple
sebagai kawasan studi, telah direncanakan sebagai Occupancy) rumah masyarakat asli kawasan
kawasan pendidikan pada RDTRK BWP VI Kota ataupun bangunan baru yang sebagian atau
Semarang. Sedangkan dua kelurahan di Kecamatan seluruhnya dan disekat setiap ruangan untuk
Banyumanik dipilih karena mempunyai konsentrasi difungsikan sebagai hunian mahasiswa. HMO pada
hunian mahasiswa yang tinggi. Pada RDTRK BWK kawasan pendidikan tinggi di Indonesia identik
VII yaitu Kecamatan Banyumanik, kawasan ini disebut sebagai kamar kos mahasiswa. Masyarakat
difungsikan sebagai kawasan permukiman untuk sekitar kawasan pendidikan tinggi cenderung
mendukung kawasan pendidikan di Kecamatan menyewakan bagian dari huniannya pada mahasiswa
Tembalang. di awal proses studentifikasi. Hunian ini disebut
sebagai HMO (House Multiple Occupation), dimana
sebuah rumah dihuni oleh lebih dari 3 orang dewasa
yang tidak saling terkait dan saling berbagi fasilitas
toilet, kamar mandi atau dapur bersama sesama
penghuni (Garmendia et al., 2012b; Munro &
Livingston, 2012; Ward, 2015). Pada fase setelahnya,
gaya hidup dan preferensi mahasiswa khususnya
mahasiswa setelah tahun pertama, turut
memengaruhi perkembangan HMO sehingga banyak
direnovasi untuk kapasitas dan kenyamanan lebih
baik (Hubbard, 2009; Munro & Livingston, 2012).
HMO yang dikelola secara komersil ini tidak
berfungsi sebagai hunian dari pemilik bangunan, dan
biasanya merupakan bangunan baru. Perbedaan ini
membuat karakteristik HMO yang dikelola secara
(Sumber: Hasil Olahan dari Bappeda Kota Semarang, 2020) komersil sedikit berbeda dengan HMO yang muncul
Gambar 1. Sebaran Sampling Ketersediaan di awal studentifikasi. Namun jenis hunian tersebut
Hunian Mahasiswa di KPT Tembalang masih dianggap sebagai HMO karena memenuhi
definisi dari HMO yang telah disebutkan. Jenis
Penelitian ini mempunyai model induktif dengan hunian HMO biasanya diistilahkan sebagai hunian
analisis data sampel yang kemudian digeneralisasikan kos/ indekos, karena yang disewakan berupa
pada populasi secara umum. Analisis data dilakukan bangunan dengan beberapa kamar sewa.
menggunakan ilmu statistika. Pada umumnya
statistik dibagi menjadi statistik deskriptif dan PBSA (Purpose-Built Student Accommodation) yaitu
inferensi dimana statistik deskriptif hanya berfungsi bangunan vertikal yang dibuat khusus oleh institusi
untuk mendeskripsikan dan meringkas data. tertentu untuk keperluan hunian mahasiswa. PBSA
Sedangkan statistik inferensi digunakan sebagai di Indonesia identik dengan hunian mahasiswa
metode statistik untuk menganalisis data dan berupa asrama/ rumah susun. Dan private housing
membuat perkiraan pada keseluruhan populasi. yaitu rumah perseorangan dengan hak milik
Penelitian ini menggunakan statistika deskriptif yang digunakan sebagai hunian mahasiswa. Hunian
maupun inferensial. Statistik deskriptif pada privat masih kurang berkembang di kawasan
penelitian ini digunakan pada identifikasi variabel pendidikan tinggi di Indonesia, namun identik
dengan alat analisis deskriptif kuantitatif dan

S K A Prastiwi, S P Dewi/ Jurnal Riptek Vol. 15 No. 1 (28–42) 30


OPEN ACCESS JURNAL RIPTEK

dengan hunian berupa apartemen dan rumah


kontrak mahasiswa. PBSA didefinisikan sebagai Private rented housing atau hunian sewa privat mulai
hunian yang dibangun dengan tujuan memenuhi muncul di fase kedua studentifikasi dan berkembang
akomodasi dari mahasiswa. Maka mahasiswa dalam fase ketiga proses studentifikasi. Pada fase ini
menjadi faktor yang paling dipertimbangkan dalam terjadi konversi besar-besaran perumahan yang
pembangunan PBSA ini (Monroy, 2017). Hal ini sebelumnya ditempati masyarakat dan hunian
berbeda dari jenis hunian sebelumnya yaitu HMO menjadi hunian yang disewakan sepenuhnya pada
yang pembangunannya juga bergantung dari mahasiswa. Karenanya pada beberapa literatur,
kondisi masyarakat sekitar kawasan pendidikan hunian ini seringkali disebut sebagai private rented
tinggi. Karena itu, keadaan PBSA pada setiap HMO (Sage et al., 2012a). Jenis hunian ini biasanya
kawasan pendidikan tinggi mempunyai disewa satu bangunan penuh oleh satu maupun
karakteristiknya masing-masing. PBSA mempunyai beberapa mahasiswa yang sudah mempunyai
karakteristik sebagai hunian eksklusif pada beberapa kesepakatan. Hunian dikatakan bersifat privat
PBSA di London dan Barcelona yang dilengkapi karena mahasiswa sebagai penghuni mengelola
dengan ruang permainan, bioskop, dan pusat sendiri fasilitasnya pada hunian. Pada studi kasus
kebugaran terintegrasi, di mana layanan disediakan di Indonesia, hunian ini biasanya disebut sebagai
dengan kartu isi ulang prabayar. Jenis PBSA ini relatif rumah kontrak.
diistimewakan dan biasanya di luar keterjangkauan
HASIL DAN PEMBAHASAN
siswa pada umumnya (He, 2015). Sedangkan hunian
Perkembangan Kawasan Pendidikan Tinggi
PBSA yang disediakan oleh universitas di
Tembalang. Kawasan Pendidikan Tinggi Tembalang
Antipodean cenderung sempit dan hemat
menjadi salah satu kawasan yang mengalami
(Nakazawa, 2017). PBSA jenis ini disediakan
perkembangan pesat di Kota Semarang.
sehingga terjangkau untuk memenuhi kebutuhan
Perkembangan pada kawasan ini dimulai dari adanya
mahasiswa dengan ekonomi kurang. Hunian PBSA
aktivitas pendidikan tinggi di kawasan pada tahun
pada awalnya dibangun oleh pihak universitas
1961. Universitas yang mengawali aktivitas
sebagai bentuk tanggung jawab pemenuhan
pendidikan tersebut adalah Universitas
akomodasi pada mahasiswanya. PBSA yang dibangun
Diponegoro yang dipindahkan dari Kawasan
oleh Universitas ini berupa hunian on campus, yang
Pleburan di pusat Kota Semarang. Setelahnya
biasa disebut sebagai asrama mahasiswa (D. P.
pada kawasan ini berdiri Universitas Ki Ageng
Smith & Hubbard, 2014). Asrama mahasiswa
Pandanaran (Unpand), Politeknik Negeri Semarang
cenderung menjadi pilihan bagi 80% mahasiswa (Polines) dan Politeknik Kesehatan Kemenkes
pada tahun pertama perkuliahan mereka (Kinton, Semarang (Poltekkes). Sejak adanya aktivitas
2016; Nakazawa, 2017; D. P. Smith & Holt, 2007). pendidikan tinggi tersebut, kawasan ini berkembang
Namun pada perkembangannya, PBSA dapat berupa dalam penggunaan lahan, pola hunian, dan
hunian on campus maupun off campus asalkan infrastruktur yang disediakan.
memenuhi kriteria sebagai hunian PBSA. Kriteria
tersebut yaitu bentuk bangunan blok dan bertingkat, Universitas Diponegoro dibangun pada tahun 1957
dibangun dengan pasar khusus untuk mahasiswa, dan di Kota Semarang, Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah
mempunyai lebih dari 50 kamar hunian (Garmendia, untuk memenuhi kebutuhan perguruan tinggi di
2012a; D. P. Smith & Hubbard, 2014). PBSA yang provinsi Jawa Tengah. Universitas ini didirikan di
disediakan secara komersial dikembangkan sebagai pusat kota tepatnya di kawasan Pleburan dengan
lawan dari asrama yang dikelola universitas di nama Universitas Semarang pada 4 Desember 1956
kampus untuk memenuhi permintaan untuk dan dibuka secara resmi sekitar 1 bulan setelahnya
akomodasi siswa dengan spesifikasi tinggi di lokasi yaitu pada tanggal 9 Januari 1957. Tiga tahun setelah
yang diinginkan (Hubbard, 2009; Sage, 2013). dibuka, nama universitas diganti dari Universitas
Kuncinya di sini adalah PBSA dibangun oleh pihak Semarang menjadi Universitas Diponegoro oleh
yang profesional sebagai bangunan baru untuk Presiden Republik Indonesia saat itu yaitu Ir.
mengontrol pasar hunian mahasiswa pada satu Soekarno. Perubahan nama tersebut menjadi
tempat yang compact dan terpusat. Pengembangan penghargaan terhadap Universitas Semarang atas
yang dibangun secara sengaja di tempat yang salah prestasinya dalam pembinaan bidang pendidikan
(dalam area konsentrasi) dapat memperburuk situasi tertinggi di Jawa Tengah (https://www.undip.ac.id/
dan dapat menghasilkan masalah baru dengan sejarah).
ketidakseimbangan demografis yang akan
menimbulkan masalah sosial, ekonomi dan lingkungan Perkembangan kawasan pendidikan tinggi
(Hubbard, 2009; Sage, 2013; D. P. Smith, 2003). Tembalang dimulai sejak tahun 1980-an. Pada saat

31 S K A Prastiwi, S P Dewi/ Jurnal Riptek Vol. 15 No. 1 (28–42)


OPEN ACCESS JURNAL RIPTEK

itu, kawasan Undip Pleburan dirasa sudah tidak inilah awal mula pesatnya perkembangan Undip di
dapat lagi memenuhi peningkatan kebutuhan sarana Kecamatan Tembalang karena jumlah pendatang,
prasarana pendidikan, sehingga kegiatan pendidikan semakin baiknya infrastruktur, serta aktivitas
di kampus Undip Pleburan dipindahkan ke penunjang.
Tembalang. Proses pembebasan lahan dan
pembangunan Kampus Undip Tembalang sudah lama Pada rentang tahun 2001-2005 mulai dibuka jurusan-
dilakukan. Namun, kegiatan aktivitas mengajar jurusan baru di Fakultas Teknik, yaitu Teknik
secara nyata di kampus Undip Tembalang baru Perkapalan pada tahun 2002, teknik Geologi dan
mulai pada tahun 1996 (Marhendriyanto, 2003). Geodesi masing-masing pada tahun 2004, serta
beberapa program ekstensi di berbagai jurusan
Kawasan Tembalang sebelum adanya aktifitas membuat aktivitas di Kecamatan Tembalang
akademik perguruan tinggi, sebagian besar lahannya semakin ramai.
berupa lahan hijau untuk kegiatan pertanian dan
perkebunan penduduk. Namun setelah adanya Tahun 2006, asrama Undip (Rusunawa Undip) mulai
aktivitas akademik dengan dipindahkannya dibangun dan mulai diaktifkan penggunaannya pada
Universitas Diponegoro memengaruhi aspek sosial, tahun 2010 dan Gedung Soedarto mulai berdiri
ekonomi maupun spasial kawasan (Samadikun, pada tahun 2007. Selain itu, kos-kos mulai
2015). Perkembangan aktivitas penggunaan lahan bermunculan dan semakin ramainya aktivitas
untuk memenuhi kebutuhan fasilitas perguruan perdagangan dan jasa.
tinggi berkembang mulai tahun 2005 dan semakin
pesat sejak tahun 2012. Penelitian Samadikun (2004) Tahun 2010, beberapa fakultas non eksakta yang
menunjukkan 89% responden menyatakan bahwa semula berada di Pleburan mulai pindah ke
sejak dibangunnya kampus Undip sudah terjadi Kecamatan Tembalang, yaitu Fakultas Ekonomi dan
perubahan di lingkungan tempat tinggalnya. Bisnis, Hukum, FISIP, dan FPIK membuat
Kecamatan Tembalang semakin ramai dan padat
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan oleh sehingga menjalar ke Kecamatan Banyumanik. Pada
(Samadikun, 2014), terdapat empat tahapan dan tahun inilah Rusunawa mulai diaktifkan
bentuk perubahan yang terjadi sejak awal tahap penggunaannya terutama untuk mahasiswa yang
awal pembangunan Kampus Undip di Tembalang. berasal dari luar Semarang dan Jawa Tengah.
Hal ini juga senada dengan wawancara yang
dilakukan terhadap beberapa tokoh masyarakat dan Ketersediaan Hunian Mahasiswa. Secara umum,
perangkat kelurahan yang sudah tinggal di mahasiswa di KPT Tembalang biasanya tinggal di
Tembalang selama lebih dari 30 tahun. Tahapan hunian mahasiswa yang disediakan berupa kos,
tersebut yaitu tahap I (tahun 1980-1990), tahap II asrama mahasiswa dan rumah kontrak. Pendatang
(tahun 1990-2000), tahap III (tahun 2000- 2010), mendirikan hunian kos sudah sejak pertama kali
dan tahap IV (2010 - sekarang). Berikut adalah Kampus Undip dibangun. Namun jumlahnya semakin
rincian perkembangan Universitas Diponegoro meningkat dari tahun ke tahun. Bahkan telah terjadi
khususnya secara spasial. konversi lahan yang besar dari hunian masyarakat
menjadi hunian kos mahasiswa pada beberapa
Awal tahun 1990, jurusan pertama adalah S1 kawasan. Tren investasi oleh masyarakat dari luar
Teknik Sipil yang diikuti oleh dibukanya jurusan kawasan pada bangunan kos di Kawasan Pendidikan
lain seperti Teknik Arsitektur, Perencanaan Wilayah Tinggi Tembalang juga semakin tinggi, sehingga
dan Kota. Perpindahan serta dibukanya jurusan baru menyebabkan masifnya pembangunan hunian
ini membuat perkembangan Kecamatan Tembalang mahasiswa beberapa tahun terakhir.
semakin cepat, baik fisik maupun non fisik dan
bertambahnya jumlah mahasiswa. Hunian mahasiswa yang tersebar pada kelima
kelurahan di Kawasan Pendidikan Tinggi Tembalang
Tahun 1996, melalui proyek Six Universities mempunyai sebaran semakin tinggi pada lokasi yang
Development and Rechabilitation (SUDR), Undip yang dekat dengan jalan kolektor atau jalan primer
semula berlokasi di Pleburan pindah ke Kecamatan kawasan. Hal ini dikarenakan pada lokasi
Tembalang terutama fakultas eksakta karena tersebut harga lahan tinggi sehingga pemanfaatan
ketersediaan lahan kosong di Kecamatan Tembalang lahannya cenderung untuk penyediaan akomodasi
masih cukup luas. Kondisi infrastruktur semakin mahasiswa maupun perdagangan dan jasa yang
bertambah seiring bertambahnya jumlah mahasiswa. bernilai ekonomis. Pada kelima kelurahan di
Kondisi lalu lintas pun juga semakin bertambah Kawasan Pendidikan Tinggi Tembalang terlihat
karena banyaknya kendaraan bermotor. Pada tahun bahwa hunian mahasiswa dipenuhi oleh hunian jenis

S K A Prastiwi, S P Dewi/ Jurnal Riptek Vol. 15 No. 1 (28–42) 32


OPEN ACCESS JURNAL RIPTEK

HMO atau kos mahasiswa. Hunian HMO tersebar rumah kontrak mahasiswa. Namun sejak tahun
secara terpusat pada Kelurahan Tembalang, 2015, mulai dibangun apartemen pada kawasan ini
Kelurahan Pedalangan dan Kelurahan Bulusan dan sebagai bentuk penyediaan akomodasi hunian
khususnya pada Kelurahan Tembalang. Sedangkan ma hasiswa. Apart eme n t ersebut dapat
pada kelurahan lain sebaran hunian relatif tidak diklasifikasikan sebagai hunian jenis hunian privat.
terlalu rapat dan jenis hunian lebih bervariasi.
Kelurahan yang menyediakan ketiga jenis hunian Ketersediaan HMO. HMO pada kawasan
adalah RW 3 Kelurahan Bulusan dan RW 3 berbentuk hunian yang biasa disebut sebagai kos
Kelurahan Kramas. Namun dapat dilihat pada mahasiswa. Hunian kos yang berada di KPT
Kelurahan Bulusan hunian PBSA mempunyai massa Tembalang dapat berupa kos yang masih tergabung
bangunan yang lebih besar karena berupa asrama dengan rumah masyarakat asli KPT Tembalang. Kos
mahasiswa yang dibangun secara on campus oleh ini biasanya berupa rumah warga yang sebelumnya
Universitas Diponegoro. Sebaran hunian pada mendiami kawasan sekitar perguruan tinggi. Kos
sampel RW di setiap kelurahan dapat dilihat pada rumahan dapat juga disebut sebagai paviliun yang
Gambar 2. dalam KBBI mempunyai arti sebagai rumah
(bangunan) tambahan di samping rumah induk.
Hunian tambahan tersebut berupa beberapa kamar
yang disediakan untuk disewakan pada mahasiswa.
Rumah yang kamarnya disewakan sebagai kos
rumahan ini dapat berupa hunian warga dengan
bentuk yang masih asli, maupun yang sudah
dimodifikasi untuk keperluan disewakan sebagai
hunian mahasiswa tersebut. Modifikasi hunian yang
umumnya dilakukan adalah penambahan kamar pada
hunian untuk disewakan. Umumnya, kamar
ditambahkan sekitar 10 kamar dengan menambah
tingkat lantai hunian, atau membangun bagian dari
lahan milik warga yang belum terbangun, di sekitar
rumah yang didiami. Masyarakat lokal sering juga
mengajak para pendiri hunian indekos pendatang
untuk turut berpartisipasi, beberapa ada yang mau
ikut namun beberapa juga menolak. Kegiatan
kemasyarakatan meskipun berbeda kelurahan akrab,
karena masih kerabat. Tidak pernah terjadi konflik
sosial apapun, tidak ada paguyuban pengelolaan
hunian indekos.

(Sumber: Hasil Digiasi Penulis, 2020)


Gambar 2. Sebaran Jenis Hunian Mahasiswa di
Kawasan Pendidikan Tinggi Tembalang

Pada sebaran jenis hunian terebut terlihat bahwa


pasar hunian mahasiswa yang terdapat di Kawasan
Pendidikan Tinggi Tembalang dikuasai oleh hunian
dengan jenis HMO, PBSA dan Private Housing. Pada
Kawasan Pendidikan Tinggi Tembalang, hunian
HMO mempunyai karakteristik sama dengan hunian
dengan tipe kamar kos mahasiswa. Sedangkan jenis
hunian PBSA pada kawasan ini biasa dijumpai sebagai
hunian dengan tipe asrama mahasiswa atau wisma
mahasiswa daerah yang disediakan oleh pemerintah
daerah. Terakhir, hunian privat atau private housing (Sumber: Hasil Dokumentasi Penulis, 2020)
yaitu sebagai hunian yang dikelola sendiri oleh Gambar 3. Model Hunian Kos Rumahan
mahasiswa, sering dijumpai sebagai hunian tipe Mahasiswa di KPT Tembalang

33 S K A Prastiwi, S P Dewi/ Jurnal Riptek Vol. 15 No. 1 (28–42)


OPEN ACCESS JURNAL RIPTEK

Sesuai dengan namanya sebagai kos rumahan, hunian Ketersediaan PBSA. Jenis hunian PBSA di KPT
ini dikelola oleh warga asli kawasan, biasanya Tembalang direpresentasikan sebagai hunian asrama
terklaster pada perkampungan dekat dengan mahasiswa. Asrama atau wisma mahasiswa dibangun
perguruan tinggi. Oleh karenanya, mahasiswa yang oleh institusi yang berkepentingan seperti pihak
tinggal di hunian jenis ini biasanya lebih akrab universitas, pemerintah daerah, komunitas agama,
dengan adat dan budaya asli kawasan pendidikan komunitas sosial ataupun institusi terkait lain yang
tinggi. Lingkungan klaster kos rumahan di KPT mempunyai populasi mahasiswa tinggi di KPT
Tembalang terdapat di beberapa kawasan seperti Tembalang. Asrama mahasiswa yang paling besar di
pada RW 3 Bulusan, RW 2 Tembalang, RW 3 KPT Tembalang adalah Rumah Susun Sewa
Sumurboto dan RW 1 Kramas. Lingkungan ini Universitas Diponegoro.
biasanya disebut sebagai perkampungan
mahasiswa karena bentuk kawasannya yang masih
berupa ‘kampung’ dan persentase mahasiswa yang
tidak kalah dengan persentase warga asli di kampung
tersebut.

(Sumber: Hasil Dokumentasi Penulis, 2020)


Gambar 5. Model Hunian Asrama Mahasiswa di
KPT Tembalang

Wisma mahasiswa daerah yang terdapat di KPT


Tembalang adalah Asrama Mahasiswa Aceh, Batak
(Sumber: Hasil Dokumentasi Penulis, 2020) dan asal daerah lain yang dibangun atas inisiatif
Gambar 4. Model Hunian Kos Komersil pemerintah daerah atau pun komunitas daerah
Mahasiswa di KPT Tembalang tersebut. Sedangkan Rusunawa Undip dibangun
atas bantuan Kementerian Perumahan Rakyat dan
Hunian berupa kamar kos yang pada awalnya Kementerian Pekerjaan Umum kepada Universitas
hanya berupa kos rumahan, kemudian Diponegoro. Pada proyek bantuan tersebut
berkembang menjadi kos komersil yang sengaja dibangun sebanyak 4 twinblock bangunan untuk
dibangun untuk memenuhi permintaan hunian Asrama Mahasiswa yang kemudian disebut sebagai
mahasiswa. Pada gambar diatas, kos mahasiswa yang Rusunawa atau Rumah Susun Sewa bagi Mahasiswa.
sengaja dibangun tersebut biasanya merupakan Rusunawa Undip berdiri di atas lahan 4,7 Ha. Pada
investasi dari warga di luar KPT Tembalang dengan tahun anggaran 2004/2005 Undip mendapat
tujuan investasi. Kos komersil di KPT Tembalang bantuan 2 twinblock bangunan Rusunawa dari
umumnya mempunyai bangunan yang lebih terencana Kemenpera dan KemenPU dengan luasan masing-
dan berbagai fasilitas yang lebih mendukung untuk masing 4.128 m² (Gedung A dan Gedung C).
aktivitas mahasiswa. Kos komersil cenderung
memenuhi permintaan pasar dari mahasiswa di KPT Ketersediaan PBSA. Hunian jenis terakhir yang
Tembalang, dengan penyediaan fasilitas diantaranya terdapat di KPT Tembalang adalah private housing.
penyediaan akses internet, kamar mandi dalam, Private housing merupakan hunian yang dikelola
tidak ada batasan jam malam, dan sebagainya. Kos secara pribadi oleh penghuninya. Hunian ini dapat
jenis ini berada tersebar di KPT Tembalang, dan mempunyai status kepemilikan sebagai hak milik
semakin banyak jumlahnya jika semakin dekat ataupun hak sewa. Pada KPT Tembalang, private
lokasinya dengan pusat Universitas Diponegoro. housing dapat berupa rumah kontrakan atau pun

S K A Prastiwi, S P Dewi/ Jurnal Riptek Vol. 15 No. 1 (28–42) 34


OPEN ACCESS JURNAL RIPTEK

apartemen. Rumah kontrakan dihuni menggunakan Apartemen Cordova (sebelah kanan).


hak sewa pada masyarakat asli maupun bukan asli
KPT Tembalang, sedangkan apartemen umumnya
dihuni menggunakan hak milik. Pada Gambar 3
dapat dilihat beberapa rumah kontrak yang terdapat
di Kelurahan Sumurboto, KPT Tembalang.

Rumah kontrakan dihuni oleh beberapa mahasiswa


yang umumnya sudah saling mengenal dan menyewa
suatu bangunan rumah di KPT Tembalang dan
mengelolanya secara pribadi sebagai hunian. Rumah
kontrak dapat berasal dari rumah kosong yang
ditinggalkan warga asli KPT Tembalang yang
berpindah ke luar kawasan karena padatnya KPT
Tembalang, maupun rumah baru yang sengaja
(Sumber: Hasil Dokumentasi Penulis, 2020)
dibangun untuk disewakan sebagai rumah
kontrakan. Rumah kontrakan yang sengaja dibangun Gambar 7. Model Hunian Apartemen Mahasiswa
untuk memenuhi hunian mahasiswa tersebut di KPT Tembalang
biasanya berada di kawasan perumahan di KPT
Apartemen mulai dibangun di KPT Tembalang mulai
Tembalang, di beberapa titik perumahan di
tahun 2015, yaitu sejak dibangunnya apartemen
Kelurahan Bulusan dan Kelurahan Pedalangan.
Paltrow di Kelurahan Pedalangan oleh swasta.
Hunian ini biasanya diminati oleh mahasiswa tahun
Perkembangan hunian apartemen cukup pesat
kedua atau lebih yang sudah mempunyai relasi yang
dengan waktu 5 tahun hingga tahun 2020, sudah
cocok untuk diajak tinggal dan mengelola hunian
terdapat 4 bangunan apartemen di KPT Tembalang
bersama, sehingga terkesan lebih mandiri.
yaitu Tamansari Cendikia dan Paltrow yang berada
di Kelurahan Pedalangan, serta Apartemen Cordova
di Kelurahan Sumurboto. Sementara selain itu
masih ada 2 apartemen yaitu Apartemen Alton dan
Abimanyu yang masih direncakan untuk dibangun di
Kelurahan Pedalangan. Keberadaan apartemen ini
belum begitu dirasakan sebagai salah satu pilihan
untuk hunian mahasiswa karena harganya yang
cenderung lebih mahal daripada jenis hunian lainnya.

Analisis Ketersediaan Hunian Mahasiswa di


KPT Tembalang. Hunian mahasiswa di KPT
Tembalang berada pada 5 kelurahan yaitu Kelurahan
Tembalang, Kelurahan Bulusan, Kelurahan
Pedalangan, Kelurahan Sumurboto dan Kelurahan
Kramas. Menurut Anderson (2013), sebuah KPT
akan mengalami perkembangan kawasan untuk
memenuhi kebutuhan mahasiswanya, berupa
(Sumber: Hasil Dokumentasi Penulis, 2020) penyediaan kebutuhan hunian, retail dan pertokoan
Gambar 6. Model Hunian Rumah Kontrak maupun tempat makan pada kawasan.
Mahasiswa di KPT Tembalang Perkembangan aktivitas penggunaan lahan pada KPT
Tembalang sendiri semakin berkembang mulai tahun
Hunian privat lainnya berbentuk apartemen dimana 2005 dan semakin pesat sejak tahun 2012
menurut Hayah (2020), hunian apartemen (Samadikun, 2004). Hal ini dipengaruhi perpindahan
merupakan pilihan hunian mahasiswa di KPT kampus Universitas Diponegoro dari kawasan
Tembalang yang baru berkembang sejak tahun 2015. Pleburan ke kawasan Tembalang pada tahun 2010.
Apabila dilihat dari segmentasi pasar, apartemen Mulai tahun tersebut, aktivitas pendidikan menjadi
mungkin lebih diperuntukkan sebagai supply bagi dominan di kawasan dan menjadikan kawasan yang
mahasiswa yang memiliki kemampuan ekonomi di sebelumnya berfungsi sebagai lahan pertanian dan
atas rata-rata (Hayah, 2020). Pada Gambar 7 dapat kawasan penduduk menjadi fungsi Kawasan
dilihat Apartemen Alton (sebelah kiri) dan Pendidikan Tinggi (KPT). Penelitian Samadikun

35 S K A Prastiwi, S P Dewi/ Jurnal Riptek Vol. 15 No. 1 (28–42)


OPEN ACCESS JURNAL RIPTEK

(2004) menunjukkan 89% responden masyarakat asli


kawasan menyatakan bahwa sejak dibangunnya
kampus Universitas Diponegoro, telah terjadi
perubahan lahan di lingkungan tempat tinggalnya.
Perkembangan penggunaan lahan tersebut terjadi
karena penggunaan lahan untuk memenuhi
kebutuhan fasilitas mahasiswa KPT Tembalang.

Perkembangan kawasan ini sejalan dengan kebijakan


yang dirancang oleh Pemerintah Kota Semarang
pada RDTRK, bahwa KPT Tembalang dirancang
dengan berfungsi sebagai kawasan pengembangan
permukiman dan pendidikan tinggi. Pengembangan
kawasan pendidikan tinggi sekaligus permukiman
dirancang pada Kecamatan Tembalang sebagai BWK (Sumber : Hasil Olahan Berdasarkan Google Map, 2020)
VI dan pengembangan kawasan penyokong Gambar 8. Jarak Kelurahan di KPT Tembalang
permukiman pada Kecamatan Banyumanik sebagai dengan Universitas Diponegoro
BWK VII. Rancangan menurut RDTRK tersebut
sudah sesuai dengan kondisi lapangan dimana Pengaruh persentase hunian dan jarak dengan
dibangun Universitas Diponegoro dan beberapa Universitas Diponegoro dibuktikan dengan
institusi perguruan tinggi lainnya di Kecamatan persentase tertinggi penggunaan lahan sebagai hunian
Tembalang, serta dibangunnya hunian dan fasilitas terdapat di Kelurahan Tembalang (71,71%). Hal ini
pendukung lainnya di sekitar kawasan universitas sesuai dengan lokasi Kelurahan Tembalang yang
tersebut. paling dekat dengan Universitas Diponegoro,
dengan jarak sebesar ±1 km dari pusat universitas.
Menurut Hayah (2020), bahwa telah terjadi konversi Kelurahan terdekat selanjutnya dari Universitas
lahan 25% lahan tidak terbangun menjadi lahan Diponegoro adalah Kelurahan Pedalangan dan
terbangun di KPT Tembalang sejak 2002 hingga Kelurahan Bulusan dengan jarak ±2 km. Kondisi
2017. Kelurahan Tembalang saat ini mempunyai penggunaan lahan pada Kelurahan Pedalangan juga
persentase lahan tidak terbangun cukup rendah sejalan dengan asumsi yang diberikan karena
(22,26%) dibandingkan pada kelurahan lainnya mempunyai persentase penggunaan lahan sebagai
dengan persentase luas di atas 50% dari total luas hunian tertinggi kedua setelah Kelurahan Tembalang
setiap kelurahan. Di sisi lain, Kelurahan Tembalang dengan persentase sebesar 49,34% dari total luas
mempunyai penggunaan lahan sebagai hunian yang kelurahan. Namun pada Kelurahan Bulusan sebagai
sangat tinggi seluas 71,71% dari total luas Kelurahan kelurahan dengan jarak yang sama, dapat dikatakan
Tembalang. Hal ini mengindikasikan bahwa pada terdapat anomali pada data penggunaan lahannya.
Kelurahan Tembalang telah terjadi penggunaan Persentase penggunaan lahan hunian pada Kelurahan
lahan secara masif sebagai hunian. Menurut Baron Bulusan hanya sebesar 17,39% dari total luas
(2010) pada beberapa literatur, perubahan lahan kelurahan. Persentase penggunaan lahan sebagai
kawasan studentifikasi terkonsentrasi di lingkungan hunian di Kelurahan Bulusan merupakan terendah
yang dekat dengan kampus dan menawarkan banyak dibanding kelurahan lainnya. Sedangkan, lahan
kegiatan sosial. Sejalan dengan kawasan studi ini, yang tidak terbangun pada Kelurahan Bulusan juga
kawasan yang lebih dekat dengan Universitas mempunyai persentase cukup tinggi yaitu sebesar
Diponegoro akan mengalami perkembangan 76,89% dari total luas lahan kelurahan tersebut.
kawasan hunian secara lebih masif atau persentase Anomali tersebut bisa dimengerti dengan alasan
hunian yang semakin tinggi. Berdasarkan analisis Kelurahan Bulusan sendiri mempunyai total luas
tersebut, perlu diketahui kelurahan dengan jarak paling tinggi dibanding keempat kelurahan lain di
paling dekat hingga paling jauh dari lokasi KPT Tembalang seperti dapat dilihat pada Tabel 2.
Universitas Diponegoro untuk dapat menganalisis
perkembangan hunian secara lebih dalam. Jarak Pada Tabel 2 dapat diketahui bahwa Kelurahan
antara masing-masing dari 5 kelurahan di KPT Bulusan mempunyai persentase luas 304,07 ha
Tembalang dengan Universitas Diponegoro atau 27,89% dari total luas KPT Tembalang yang
digambarkan dalam peta pada Gambar 8. menjadi kawasan studi. Karena perbedaan besar

S K A Prastiwi, S P Dewi/ Jurnal Riptek Vol. 15 No. 1 (28–42) 36


OPEN ACCESS JURNAL RIPTEK

luas kawasan pada setiap kelurahan, maka dapat cenderung memilih untuk tinggal dekat dengan
dianggap masuk akal untuk Kelurahan Bulusan sesamanya, sehingga terbentuk beberapa
mempunyai persentase luas penggunaan hunian yang perkampungan mahasiswa atau kawasan hunian
lebih rendah dibanding kelurahan lainnya. Menurut dengan konsentrasi mahasiswa yang mempunyai asal
hasil observasi, anomali pada data penggunaan lahan atau karakteristik lainnya yang sama (Buttler, 2007;
di Kelurahan Bulusan juga dapat dipengaruhi oleh Nakazawa, 2017). Maka untuk mempermudah
beberapa kawasan di Kelurahan Bulusan yang masih analisis penelitian mengenai ketersediaan hunian
banyak berupa tegalan dan jauh dari akses jalan mahasiswa di KPT Tembalang, penggunaan lahan
besar. Sedangkan, hunian mahasiswa tersebar sebagai hunian perlu dibagi lagi fungsinya sebagai
mengikuti pola jalan kolektor yang melewati hunian masyarakat dan hunian mahasiswa.
kawasan Kelurahan Bulusan. Padahal adanya lahan
tidak terbangun yang cukup luas di Kelurahan Hunian masyarakat yang dimaksud pada penelitian ini
Bulusan dapat difungsikan sebagai alternatif lokasi adalah hunian yang hanya dihuni oleh masyarakat di
perkembangan pembangunan hunian mahasiswa. luar mahasiswa. Apabila hunian dihuni oleh
masyarakat asli atau pengurus bangunan bersama
Tabel 2. Luas Kelurahan KPT Tembalang dengan mahasiswa, maka pada penelitian ini
dikategorikan pada jenis hunian mahasiswa HMO.
Luas Untuk bangunan asrama yang difasilitasi oleh pihak
Kelurahan
(ha) (%) univer sit as maupun pemer int ah daerah
Tembalang 268,23 24,60 dikategorikan sebagai PBSA. Sedangkan bangunan
yang hanya dihuni oleh 1 hingga 5 orang mahasiswa
Bulusan 304,07 27,89
yang sudah saling mengenal dikategorikan sebagai
Kramas 93,34 8,53 hunian privat. Pada KPT Tembalang sendiri tepatnya
Sumurboto 185 16,97 di Kelurahan Tembalang, Kelurahan Bulusan dan
Pedalangan 240 22,01 Kelurahan Pedalangan telah terindikasi terjadi
fenomena student ghettoes di mana dominasi hunian
(Sumber : BPS Kota Semarang, 2019)
mahasiswa lebih tinggi dibanding hunian
Menurut penelitian sebelumnya oleh Hayah masyarakatnya. Fenomena ini sesuai dengan teori
(2020), ketersediaan hunian mahasiswa di daerah dari Zuhdi (2018) yang menyatakan bahwa
Bulusan dan sekitarnya lebih tinggi karena kelurahan masuknya mahasiswa pastinya akan membawa
ini memiliki tingkat aksesibilitas yang cukup tinggi dampak perubahan lahan dengan proporsi yang
dengan harga lahan terjangkau dibanding Kelurahan didominasi oleh hunian mahasiswa dan kegiatan
Tembalang yang saat ini masih menjadi pusat akomodasi lain bagi mahasiswa. Adanya fenomena
perkembangan hunian mahasiswa. Kelurahan student ghettoes pada ketiga kelurahan tersebut
Tembalang tersebut meskipun mempunyai dapat dibuktikan dengan dominasi hunian mahasiswa
persentase luas sebesar 24,6% dari luas total KPT dibanding hunian masyarakat pada Tabel 3 sebagai
Tembalang, namun lahan yang difungsikan sebagai hasil survei yang telah dilakukan pada kawasan studi
hunian pada Kelurahan Tembalang menempati mengenai persentase luas bangunan hunian yang ada
persentase paling tinggi sebesar 71,71% dari total di KPT Tembalang.
luas lahan Kelurahan Tembalang. Kelurahan
Tabel 3. Persentase Luas Hunian di KPT
Tembalang juga menjadi satu-satunya kelurahan
Tembalang
dengan lahan tidak terbangun yang rendah dibanding
kelurahan lain pada kawasan, yaitu dengan Persentase Luas (%)
persentase sebesar 22,26% saja. Sedangkan Hunian Mahasiswa
Hunian
pada kelurahan selain Kelurahan Tembalang dan Kelurahan Masyarakat HMO PBSA Hunian Privat
Kelurahan Bulusan mempunyai persentase
terhadap lahan tidak terbangun ±50% dari total 70,45%
Tembalang
1,26% 70,45% 0,00% 0,00%
luas setiap kelurahan.
11,20%
Bulusan
5,22% 9,61% 1,59% 0,97%
Penggunaan lahan tertinggi yaitu sebagai hunian baik 28,91%
hunian mahasiswa maupun masyarakat. Kedua Pedalangan
20,43% 27,00% 0,00% 1,91%
hunian tersebut dapat terletak pada satu kawasan 5,15%
Sumurboto
yang sama, namun pada kawasan studentifikasi 22,11% 4,89% 0,00% 0,26%
hunian mahasiswa biasanya terkonsetrasi pada suatu Kramas
7,65%
kawasan dan membentuk fenomena student 26,38% 5,98% 0,31% 1,36%
ghettoes. Hal ini disebabkan karena mahasiswa Sumber : Olahan Hasil Digitasi Penulis, 2020

37 S K A Prastiwi, S P Dewi/ Jurnal Riptek Vol. 15 No. 1 (28–42)


OPEN ACCESS JURNAL RIPTEK

Pada kelima kelurahan di KPT Tembalang contoh kasus studentifikasi di Loughborough,


tersebut, ketiga kelurahan yaitu Kelurahan Inggris (Kinton, 2016). Berdasarkan jumlah
Pedalangan, Kelurahan Sumurboto dan Kelurahan bangunannya, HMO paling banyak terkonsentrasi
Kramas mempunyai persentase hunian masyarakat di Kelurahan Tembalang dengan konsentrasi
sekitar 20-30% dari total luas kawasan. Sedangkan sebesar 70,45% dari luas kelurahan atau lebih dari
pada Kelurahan Tembalang dan Bulusan sebagai 90% dari total luas seluruh hunian di kelurahan ini.
kelurahan yang paling dekat dengan Universitas Selainnya, HMO juga terkonsentrasi di Kelurahan
Diponegoro, persentase hunian masyarakatnya lebih Bulusan (9,61%) dan Kelurahan Pedalangan (27%).
rendah yaitu sekitar 5% atau kurang. Sedangkan tiga Hunian jenis HMO ini mencakup kamar kos dengan
kelurahan yang paling dekat dengan KPT Tembalang bangunan komersil maupun bangunan bersama
yaitu Kelurahan Tembalang, Kelurahan Bulusan dan rumah warga. Namun berdasarkan observasi,
Kelurahan Pedalangan mempunyai persentase hunian hunian HMO di Kelurahan Tembalang sebagian
mahasiswa di atas 10% dari total luas setiap besar merupakan kos dengan bangunan bersama
kelurahan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa rumah masyarakat asli, sedangkan pada kelurahan
semakin dekat dengan kawasan universitas, maka lain hunian HMO tersebar secara merata. Sesuai
persentase hunian masyarakatnya semakin menurun dengan hasil wawancara narasumber sebagai
karena hunian yang ada lebih didominasi sebagai berikut :
hunian mahasiswa. Pada penelitian yang dilakukan “Mungkin hanya 20-30% ya sekitar itu. Kalau di RW 1
oleh Hayah (2020), pada kawasan ini telah terjadi (Kelurahan Kramas) memang masih lebih banyak hunian
perpindahan masyarakat asli keluar kawasan warga sininya. ...” (Rosyadi, 2020:C03)
sehingga terjadi transformasi hunian masyarakat
menjadi hunian mahasiswa. Fenomena ini Selain hunian jenis HMO, pada KPT Tembalang juga
dikonfirmasi oleh narasumber penelitian ini dengan berkembang hunian pada jenis PBSA dan hunian
pernyataan bahwa: privat. Jenis hunian PBSA dan hunian privat pada
“... awalnya sini adalah perumahan khusus untuk setiap kelurahan mempunyai persentase rendah
pensiunan (Graha Sapta, Kelurahan Pedalangan). Kalau hanya sebesar 0-2% dari total luas setiap kelurahan.
sekarang yaa sudah ndak lagi. Yang punya dulu pensiunan- PBSA atau pada kawasan ini biasa disebut sebagai
pensiunan itu sudah dijualin. Ini saja yang asli di sederetan ini bangunan asrama mahasiswa. Hunian jenis PBSA
hanya 3 rumah saja.” (Seno, 2020:D01) pada KPT Tembalang disediakan oleh pihak
universitas, pemerintah daerah maupun institusi
Pernyataan tersebut sesuai dengan teori fenomena atau komunitas tertentu. PBSA mempunyai
studentifikasi dari Smith (2013) bahwa perpindahan karakteristik yang sama dengan PBSA di Antipodean
masyarakat asli keluar kawasan oleh karena harga dimana PBSA dibangun untuk memenuhi
lahan yang sudah semakin naik ataupun kebutuhan mahasiswa dengan ekonomi standar.
kenyamanan karena berada di kawasan Sedangkan PBSA dengan kualitas mewah seperti
mahasiswa yang mempunyai budaya yang yang dibangun oleh pengembang swasta di London
berbeda. Hunian yang ditinggalkan oleh masyarakat dan Barcelona belum tersedia di KPT Tembalang.
asli dari kawasan tersebut kemudian difungsikan Hunian jenis PBSA yang dianalisis pada penelitian ini
sebagai hunian mahasiswa dengan bangunan yang adalah hunian PBSA yang terdapat di Kelurahan
diperbaharui. Pada awal perkembangan kawasan, Bulusan dan Kelurahan Kramas sesuai dengan hasil
hunian di kelurahan dekat dengan Universitas survei yang dilakukan.
Diponegoro cenderung berubah fungsi menjadi
hunian mahasiswa jenis HMO, seperti pernyataan Hunian jenis PBSA adalah hunian dengan massa yang
narasumber lain: besar, dibangun secara terencana untuk tujuan
“Kawasan sini (Kelurahan Tembalang) ya tadinya akomodasi khusus mahasiswa. PBSA biasanya
kawasan hunian warga biasa.. tanah sebelah situ itu mempunyai segmen mahasiswa khusus karena
(menunjuk pada kawasan Polines, Tembalang) dulunya lahan
dibangun oleh institusi tertentu baik pihak
kosong, terus dibangun to dik.. Lalu sejak itu dari warga sini
mulai menyewakan kamar-kamar yang ada untuk mahasiswa universitas, pemerintah daerah maupun institusi
Polines itu. Dulu ya kos seadanya saja.. tinggal bareng-bareng dengan kepentingan lain. Karenanya, hunian jenis ini
disini ya sama kita. Satu kamar bisa beberapa mahasiswa perlu direncanakan lebih matang dalam
begitu ..." (Kumaidi, 2020:A02) pembangunannya dan ditempatkan pada kawasan
dengan lahan tidak terbangun yang luas. Alasan
Tingginya konsentrasi HMO di KPT Tembalang terkonsentrasinya PBSA di Kelurahan Bulusan dan
disebabkan karena kurangnya akomodasi hunian on Kelurahan Kramas adalah karena pada kelurahan
campus sehingga menyebabkan tingginya konversi tersebut terdapat lahan tidak terbangun yang masih
lahan menjadi HMO, seperti yang terjadi pada luas. Berdasarkan penelitian Hayah (2020), kedua

S K A Prastiwi, S P Dewi/ Jurnal Riptek Vol. 15 No. 1 (28–42) 38


OPEN ACCESS JURNAL RIPTEK

kelurahan tersebut mempunyai luas lahan tidak Pada kawasan perkampungan di Kelurahan Kramas,
terbangun paling banyak dibanding tiga kelurahan beberapa hunian privat merupakan merupakan
lain di KPT Tembalang dengan rata-rata persentase bangunan rumah baru yang dibangun oleh
lebih dari 50%. masyarakat yang juga tinggal di kawasan. Sedangkan
pada kawasan perumahan di Kelurahan Pedalangan,
Pada Kelurahan Bulusan, PBSA tersedia berupa hunian privat umumnya dibangun oleh masyarakat
asrama mahasiswa Universitas Diponegoro atau luar kawasan. Pembangunan rumah baru yang
disebut sebagai Rumah Susun Sederhana Sewa dengan sengaja untuk dikontrakkan sebagai hunian
Universitas Diponegoro (Rusunawa Undip). mahasiswa, mempunyai tujuan sebagai salah satu
Sedangkan pada Kelurahan Kramas, jenis hunian bentuk investasi oleh masyarakat.
PBSA yang tersedia berupa Asrama Mahasiswa
Kristen Universitas Diponegoro (Undip). Jumlah
Gambaran bentuk penyediaan hunian mahasiswa di
kamar pada jenis hunian PBSA ini lebih banyak jika
KPT Tembalang yang telah dianalisis merupakan
dibandingkan dengan jumlah kamar pada jenis
rangkuman hasil wawancara dari narasumber RW di
hunian lainnya. PBSA di Kelurahan Bulusan
kawasan studi. Gambaran penyediaan hunian
merupakan asrama mahasiswa yang terbesar pada
mahasiswa tersebut memperlihatkan bahwa
KPT Tembalang dengan hunian sejumlah 9
penyediaan hunian mahasiswa paling besar didukung
bangunan/ 5 kompleks gedung mempunyai total
oleh hunian mahasiswa yang disediakan oleh
kamar sekitar 500 kamar, sedangkan Asrama
masyarakat dengen jenis hunian HMO. Hunian jenis
Mahasiswa Kristen di Kelurahan Kramas
HMO ini tersebar pada setiap kelurahan dan
mempunyai total kamar sekitar 40 kamar
mempunyai persentase jumlah hunian semakin tinggi
mahasiswa dalam satu bangunan hunian. Bentuk dari
pada kelurahan dengan jarak lebih dekat Universitas
Asrama Mahasiswa Kristen di Kelurahan Kramas
Diponegoro. Kemudian hunian PBSA yang terdapat
sebagai salah satu jenis hunian PBSA dapat dilihat
di Kelurahan Bulusan berbentuk asrama mahasiswa
pada Gambar 4.3. Pada teori Smith & Hubbard
dengan penyediaan jumlah kamar hunian yang
(2014), PBSA atau bangunan asrama paling tidak
banyak, dengan total sekitar 500 kamar
mempunyai luas kamar sebanyak 50 kamar. Namun,
mahasiswa. Selanjutnya hunian rumah kontrak
pada KPT Tembalang asrama dengan kapasitas di
sebagai representasi jenis hunian privat, masih
atas 50 kamar hanya berupa asrama mahasiswa yang
belum begitu mendapat perhatian dari masyarakat
disediakan oleh pihak Universitas Diponegoro.
kawasan pada penyediaannya. Gambaran penyediaan
Sedangkan untuk asrama daerah berupa PBSA off
hunian tersebut melengkapi hasil observasi hunian
campus mempunyai jumlah kamar yang kurang dari
mahasiswa yang telah dilakukan di KPT Tembalang
50 kamar.
bahwa luas lahan untuk hunian jenis HMO memang
Hunian terakhir yang menjadi fokus penelitian mendominasi kawasan dengan persentase luas di atas
adalah hunian privat, atau biasa disebut rumah 10% dari total luas setiap kelurahan. Sedangkan
kontrak. Hunian ini tersebar di kawasan kelurahan hunian jenis PBSA dan hunian privat hanya
yang relatif lebih jauh dari Universitas Diponegoro, mempunyai persentase sekitar 0-2% di setiap
seperti di Kelurahan Kramas dan Kelurahan kelurahan. Data persentase luas hunian tersebut
Sumurboto. Hunian jenis ini dapat berupa rumah dapat dilihat ulang pada Tabel 4.
masyarakat asli yang umumnya telah ditinggalkan/
dijual oleh masyakat KPT Tembalang pada pihak Selanjutnya, selain dari data persentase luas
yang kemudian mengelolanya sebagai hunian bangunan hunian, kecenderungan penyediaan hunian
mahasiswa. Hunian seperti ini terdapat pada di KPT Tembalang juga dapat diketahui berdasarkan
kawasan perkampungan di Kelurahan Bulusan dan jumlah perbangunan untuk setiap jenis lahannya di
Kelurahan Sumurboto seperti pernyataan setiap kelurahan kawasan studi. Kecenderungan
narasumber: penyediaan masing-masing jenishunian pada setiap
“Kalau di Kelurahan Bulusan ini kan memang banyak kelurahan di KPT Tembalang dapat diketahui
rumah warga yang dikontrakkan begitu ya. Jadi rumahnya berdasarkan persentase jumlahnya seperti yang
disekat untuk dihuni keluarga.. beberapa kamar saja gitu lah, disajikan dalam Tabel 4. Pada tabel tersebut disajikan
prihatin, sisanya dikontrakkan.” (Tholib, 2020:B03) data dalam bentuk jumlah massa bangunan hunian
mahasiswa dan persentasenya pada setiap jenis
“... Yang punya (rumah di Kelurahan Pedalangan) dulu hunian mahasiswa yang ada pada kelima kelurahan di
pensiunan-pensiunan itu sudah dijualin. Ini saja yang asli di
KPT Tembalang.
sederetan ini hanya 3 rumah saja.” (Seno, 2020:D01)

39 S K A Prastiwi, S P Dewi/ Jurnal Riptek Vol. 15 No. 1 (28–42)


OPEN ACCESS JURNAL RIPTEK

Tabel 4. Tipologi Penyediaan Hunian Mahasiswa masyarakat Kelurahan Tembalang terhadap


KPT Tembalang kesempatannya untuk menyewakan huniannya
sebagai HMO. Sedangkan, masyarakat yang tidak
Lokasi Jenis Bangunan Hunian mendapatkan dampak positif cenderung akan
Total
Hunian HMO PBSA Hunian Privat berpindah keluar kawasan dan lebih memilih untuk
251 0 0 251 menjual atau menginvestasikan hunian sebelumnya
Kelurahan
Tembalang
untuk difungsikan sebagai hunian mahasiswa yang
21,3% 0,0% 0,0% 21,3%
lebih bernilai ekonomis. Transformasi hunian
Kelurahan 544 9 53 606 masyarakat menjadi hunian mahasiswa ini terjadi
Bulusan 46,1% 0,8% 4,5% 51,4% pada sebagian besar kawasan di Kelurahan
Kelurahan 111 0 9 120 Pedalangan.
Pedalangan 9,4% 0,0% 0,8% 10,2%
90 0 6 96
Selain pada kelurahan Tembalang, hunian mahasiswa
Kelurahan
tersebar secara masif pada Kelurahan Tembalang,
Sumurboto 7,6% 0,0% 0,5% 8,1%
Kelurahan Bulusan dan Kelurahan Pedalangan. Pada
Kelurahan 92 1 14 107 ketiga kelurahan ini bahkan telah terindikasi terjadi
Kramas 7,8% 0,1% 1,2% 9,1% student ghettoes atau perkampungan mahasiswa
1088 10 82 1180 dengan adanya dominasi hunian mahasiswa yang
Total tinggi dibanding hunian masyarakat lainnya.
92,2% 0,8% 6,9% 100,0%
Dominasi hunian mahasiswa tersebut telah terjadi
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2020
pada kawasan yang mempunyai lokasi dekat dengan
Jumlah massa bangunan setiap jenis bangunan jalan utama dan kegiatan perdagangan dan jasa yang
tersebut menyatakan bahwa pasar penyediaan dibutuhkan oleh mahasiswa. Namun pada Kelurahan
hunian di KPT Tembalang didominasi oleh hunian Sumurboto meskipun mempunyai lokasi yang
jenis HMO dan lokasi di Kelurahan Bulusan (46,1%). strategi dan dekat dengan jalan utama, hunian
Jumlah bangunan hunian mahasiswa jenis HMO pada mahasiswa pada kelurahan ini lebih jarang ditemui
KPT Tembalang mencapai 92,2% dari total pasar karena keterbatasan lahan oleh hunian masyarakat
hunian mahasiswa yang telah disurvei. Hunian privat yang lebih mendominasi, serta tingginya harga lahan
memiliki penyediaan dengan persentase 6,9% di Kelurahan Sumurboto. Kelurahan lain yang
berdasarkan jumlah massa bangunannya. Sedangkan mempunyai hunian mahasiswa sedikit adalah
hunian PBSA mempunyai massa hunian lebih sedikit Kelurahan Kramas karena kurangnya aksesibilitas.
yaitu dengan persentase 0,8% saja dari total massa
bangunan hunian mahasiswa pada kawasan. Namun Terlepas dari jumlah dan sebaran huniannya, hunian
meskipun memiliki jumlah dan persentase massa mahasiswa dengan ketersediaan jenis hunian paling
bangunan yang rendah, penyediaan PBSA di KPT variatif terdapat pada Kelurahan Bulusan dan
Tembalang masih tetap dapat diandalkan karena Kelurahan Kramas. Kedua kelurahan tersebut
hunian jenis PBSA pada setiap bangunannya dapat menyediakan hunian jenis HMO, PBSA dan juga
menyediakan lebih dari 40 kamar hunian. Sedangkan hunian privat. Kesamaan kondisi yang terdapat pada
hunian jenis HMO sekitar ±20 kamar dan hunian kedua kelurahan tersebut adalah kelurahan
privat ±5 kamar hunian. Perkembangan hunian mempunyai persentase lahan tidak terbangun yang
mahasiswa ini sesuai dengan perkembangan hunian tinggi sehingga sangat mungkin untuk dimanfaatkan
pada kasus studentifikasi di Inggris dan Malaysia sebagai lokasi penyediaan hunian mahasiswa. Alasan
dimana penyediaan hunian mahasiswa dikuasai oleh tersebut menyebabkan kedua kelurahan ini
hunian jenis HMO. mempunyai hunian mahasiswa dengan jenis lebih
variatif. Meskipun beberapa kawasan di kedua
KESIMPULAN kelurahan ini mempunyai aksesibilitas kurang.
Lokasi hunian mahasiswa tersebar pada kawasan
yang memiliki jarak dekat dengan Universitas Ucapan Terima Kasih
Diponegoro dan berlokasi dekat dengan jalan utama Penelitian ini merupakan bagian dari payung
kawasan. Hunian mahasiswa paling banyak tersedia di penelitian Riset Dosen Mahasiswa (RDM) mengenai
KPT Tembalang adalah hunian dengan jenis HMO fenomena “Studentifikasi di Kawasan Pendidikan
atau kos mahasiswa dengan ketersediaan paling Tinggi Tembalang” dalam bimbingan Dr. -Ing. Santy
banyak di Kelurahan Tembalang. Banyaknya hunian Paulla Dewi, ST, MT. Di Departemen
jenis HMO di Kelurahan Tembalang disebabkan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas
karena dampak positif yang dirasakan oleh Teknik, Undip. Penulis mengucapkan terima

S K A Prastiwi, S P Dewi/ Jurnal Riptek Vol. 15 No. 1 (28–42) 40


OPEN ACCESS JURNAL RIPTEK

kasih kepada tim RDM, semua narasumber, Kinton, C., Smith, D. P., & Harrison, J. (2016).
dan responden yang t elah berkenan De-studentification: Emptying Housing and
memberikan data dan informasi demi Neighbourhoods of Student Populations.
kesempurnaan penelitian ini. Environment and Planning A, 48(8), 1617–
1635. https://
doi.org/10.1177/0308518x16642446.
DAFTAR PUSTAKA
Marhendriyanto, B. (2003). Pengaruh Kampus
Anderson, D. J., Podgorny, K., Berrios-Torres, S. I.,
Perguruan Tinggi Terhadap Perkembangan
Bratzler, D. W., Dellinger, E. P., Greene, L.,
Kawasan Sekitarnya di Kota Semarang.
Nyquist, A.-C., Saiman, L., Yokoe, D. S.,
Monroy, P. (2017). Shifting Perspectives on
Maragakis, L. L., & others. (2014). Strategies
’Studentification’ : A Multidisciplinary Approach.
to prevent surgical site infections in acute
April, 0–14. https://doi.org/10.13140/
care hospitals: 2014 update. Infection Control
RG.2.2.19080.62721.
& Hospital Epidemiology, 35(S2), S66--S88.
Munro, M., & Livingston, M. (2012). Student Impacts
Baron, M. G., & Kaplan, S. (2010). The Impact of
on Urban Neighbourhoods: Policy Approaches,
“Studentification” on the Rental Housing
Discourses and Dilemmas. Urban Studies, 49(8),
Market.
1679–1694. https://
Butler, T. (2007). For Gentrification? Environment
doi.org/10.1177/0042098011419237.
and Planning A, 39(1), 162–181. https://
Nakazawa, T. (2017). Expanding the Scope of
doi.org/10.1068/a38472.
Studentification Studies. Geography Compass, 11
Fitrianingsih, M. (2011). Analisis Pengaruh Harga
(1), 1–13. https://doi.org/10.1111/gec3.12300.
Sewa, Pendapatan Keluarga, Fasilitas, Lokasi,
Prayoga, I. N. T. (2011). Pengaruh Gentrifikasi
Dan Harga Substitusi Terhadap Permintaan
terhadap Pertumbuhan Kawasan Tembalang
Rusunawa Undip (Studi Kasus: Penghuni
sebagai Permukiman Pinggiran Kota
Rusunawa Undip Tahun 2011). Universitas
Semarang. Jurusan Perencanaan Wilayah dan
Diponegoro.
Kota. Fakultas Teknik. Universitas
Foote, N. S. (2017). Beyond Studentification in
Diponegoro.
United States College Towns: Neighborhood
Russo, A. P., van den Berg, L., & Lavanga, M. (2007).
Change in the Knowledge Nodes, 1980-2010.
Toward a Sustainable Relationship Between
Environment and Planning A, 49(6), 1341–
City and University. Journal of Planning
1360. https://
Education and Research, 27(2), 199–216.
doi.org/10.1177/0308518x17698962.
https://doi.org/10.1177/0739456x07307208
Garmendia, M., Coronado, J. M., & Ureña, J. M.
Sabri, S., & Ludin, A. N. M. (2009).
(2012b). University Students Sharing Flats:
"Studentification” is it a Key Factor Within
When Studentification Becomes Vertical.
the Residential Decision-making Process in
Urban Studies, 49(12), 2651–2668. https://
Kuala Lumpur. South East Asian Technical
doi.org/10.1177/0042098011428176.
Universities Consortium--3rd SEATUC Symposium
Hayah, Z., & Dewi, S. P. (2020). Kajian Kerentanan
Proceedings. Johor Bahru, Http://Eprints. Utm.
Sosial Ekonomi Masyarakat Lokal Tembalang
My/12452/1/
Terkait Proses Studentifikasi Di Kawasan
SoheilSabri2008_StudentificationIsItKeyFactor.
Pendidikan Tinggi Tembalang. Jurnal Riptek,
Pdf.
14(1), 34–43.
Sabri, S., Nazri, A., & Ludin, M. (2008).
He, S. (2015). Consuming urban living in ‘villages in
“Studentification” Is It a Key Factor Within the
the city’: Studentification in Guangzhou,
Residential Decision-Making Process in Kuala
China. Urban Studies, 52(15), 2849–2873.
Lumpur? 69–75.
Hubbard, P. (2009). Geographies of Studentification
Sage, J., Smith, D., & Hubbard, P. (2013). New-build
and Purpose-built Student Accommodation:
Studentification: A Panacea for Balanced
Leading Separate Lives? Environment and
Communities? Urban Studies, 50(13), 2623–
Planning. A, 41(8), 1903–1923. https://
2641. https://
doi.org/10.1068/a4149.
doi.org/10.1177/0042098013477694.
Johari, N., Mohd, T., Abdullah, L., Ahmad@
Samadikun, B. P. (2004). Dampak Keberadaan
Mohamed, N., & Sani, S. I. A. (2017).
Kampus Undip Tembalang Terhadap Kondisi
Evaluating off-campus student housing
Lingkungan Perumahan di Sekitarnya. Program
preferences: A pilot survey. AIP
Pascasarjana Universitas Diponegoro.
Conference Proceedings, 1891(1), 20068.

41 S K A Prastiwi, S P Dewi/ Jurnal Riptek Vol. 15 No. 1 (28–42)


OPEN ACCESS JURNAL RIPTEK

Samadikun, B. P. (2014). Dampak Keberadaan Smith, D. P., & Hubbard, P. (2014). The
Kampus Undip Tembalang terhadap Kondisi Segregation of Educated Youth and
Lingkungan Perumahan di Sekitarnya. Program Dynamic Geographies of Studentification.
Pascasarjana Universitas Diponegoro. Area, 46(1), 92–100. https://doi.org/10.1111/
Samadikun, B. P., Sudibyakto, S., Setiawan, B., & area.12054.
Rijanta, R. (2015). Dampak Perkembangan Smith, N. (2002). New Globalism, New Urbanism:
Kawasan Pendidikan Di Tembalang Semarang Gentrification as Global Urban Strategy.
Jawa Tengah (The Impact Development of Antipode, 34(3), 427–450.
Education Area in Tembalang Semarang Jawa Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan
Tengah). Jurnal Manusia Dan Lingkungan, 21(3), (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D).
366–376. Alfabeta.
Situmorang, R., Antariksa, S., & Wicaksono, A. D. Suradi, G. D. (2015). Studentifikasi di kawasan Pogung
(2020). The Perception Of Stakeholders On Kidul, Yogyakarta. Universitas Gadjah Mada.
Studentification In Malang City, Indonesia. Ward, K. J. (2015). Geographies of Exclusion:
Smith, D. P. (2003). ‘Studentification’: The Seaside Towns and Houses in Multiple
Gentrification Factory ? Lees 1999. Occupancy. Journal of Rural Studies, 37, 96–
Smith, D. P., & Holt, L. (2007). Studentification and 107. https://doi.org/10.1016/
“Apprentice” Gentrifiers Within Britain’s j.jrurstud.2014.10.001.
Provincial Towns and Cities: Extending The Zuhdi, A., Ariastita, G., Perencanaan, D., &
Meaning of Gentrification. Environment and Arsitektur, F. (2018). FaktorFaktor Penentu
Planning A, 39(1), 142–161. https:// Studentifikasi di Sekitar ITS Sukolilo. 7(2).
doi.org/10.1068/a38476.

S K A Prastiwi, S P Dewi/ Jurnal Riptek Vol. 15 No. 1 (28–42) 42

You might also like