You are on page 1of 34
‘A. MAKNA PENGERTIAN Manusia adalah makhluk berpikir dan dalam berpikimnya itu ditandai dengan manusia selalu bertanya-tanya, dalam ber- __ tanya manusia mencoba untuk memperoleh suatu jawaban, ‘adapun jawaban yang dimaksud tentu jawaban yang benar. Berarti manusia adalah makhluk yang mencari kebenaran. ‘Adapun dalam berpikirnya terdapat tiga hal pokok, yaitu: me- ngerti, memberikan keputusan, dan menyimpulkan (melalui embuktian). Dengan langkah-langkah sebagai berikut: |. Menangkap sesuatu objek sebagaimana adanya, dengan tanpa mengakui atau mengingkari. 2. Memberikan keputusan, dengan menghubungkan pe- ngertian yang satu dengan yang lainnya atau menging- kari hubungan ini. ‘Merundingkan, dengan menghubungkan keputusan-ke- utusan sedemikian rupa sehingga dari satu keputusan atau, sampai pada kesimpulan. DASAR-DASAR LOGIKA Mengerti berarti menangkap inti dari sesuatu objek. Inti sesuatu itu dapat dibentuk oleh akal. Yang dibentuk itu adalah suatu gambaran yang “ideal”, atau suatu “konsep" tentang sesuatu. Karena itu pengertian adalah suatu gambaran akal yang abstrak, yang batiniah tentang inti sesuatu. Berpikir ter- jadi dengan menggunakan kata-kata akal, Dan, dengan kata~ kata bilamana akan menyampaikan buah pikiran. Karena itu, “kata” merupakan tanda lahiriah (tanda yang tertul menyatakan pengertian dan bendanya. Bertitik tolak dari uraian di atas, objek logika adalah tanda-tanda yang berarti. Jadi yang penting adalah isi kata atau pengertian yang ter- kandung di dalamnya. Contoh: “Meja itu bundar”, apa yang dinyatakan dalam pernyataan itu ialah antara pengertian dan bendanya yang konkret. Kata dapat dilihat dari sisi yang lain, yaitu sisi fungsi- ‘ya dalam suatu keputusan (kalimat) atau sebagai unsur dari adanya. Dalam hal ini, kata (pengertian) yang berfungsi se- bagai subjek atau predikat dalam kalimat (keputusen). yang selanjutnya disebut term. Akal manusia apabila menangkap sesuatu terwujud de- ngan membuat konsep atau ide atau juga pengertian. Dengan demikian, buah atau hasil dari tangkapan akal disebut dengan istilah “konsep”. Jadi ide dan konsep dalam logika adalah ‘sama artinya. Konsep atau ide atau juga pengertian adalah bersifat kerohanian dan dapat diungkapkan ke dalam bentuk kata atat ilah atau juga beberapa kata. Ungkapan penger- tian dalam bentuk kata atau istiah disebut dengary“term"? ‘Term sebagai ungkapan konsep jika terdiri atas satu kata atau satu istilah, maka term itu dinamakan term sederhana atau term simpel, dan jika terdiri atas beberapa kata maka BAB 3: PENALARAN, term itu dinamakan term komposit atau term kompleks. Dan kata sebagai suatu simbol untuk menyatakan konsep dibeda- kan antara dua jenis, yaitu kata kategorimatis dan kata sin- kategorimatis. Setiap term mempunyai konotasi atau isi. Konotasi ada- lah keseluruhan arti yang dimaksudkan oleh suatu term, yaitu kesatuan antara unsur dasar atau term yang lebih luas de- Ingan sifat pembeda yang bersama-sama membentuk suatu engertian. Konotasi secara singkat dapat dinyatakan meru- akan suatu uraian tentang pembatasan arti atau definisi se- hingga konotasi term adalah suatu definisi karena menunjuk- kan genus (jenis) dengan sifat pembeda, Setiap term mempunyai denotastataulingkungan. Deno- tasi adalah keseluruhan hal yang ditunjuk oleh term atau kese- Juruhan hal sejauh mana term itu dapat diterapkan. Denotasi atau lingkungan atau sering juga disebut dengan luas, adalah | mencakup semua hal yang dapat ditunjuk atau lingkungan yang dimaksudkan oleh term, Denotasi term ini menunjukkan adanya suatu himpunan karena sejumiah hal-hal yang adanya sifat-sifat yang diuraikan oleh konotasi ‘maka dapatlah dihimpun beberapa hal tertentu menjadi satu ‘kesatuan. Dan, dengan menunjukkan beberapa hal, maka de- otasi berhubungan dengan kuantitas. Konotasi dan denotasi term, mempunyai hubungan yang ‘erat tidak dapat terlepaskan, berbentuk hubungan berbalikan ‘G@asar bal /ang satu bertambah, maka yang lain akan i terdapat em- ‘pat kemungkinan sebagai berikut. (1) Makin bertambah kono- a 37 DASAR-DASAR LOGIKA ttasi makin berkurang denotasi, (2) Makin berkurang konotasi makin bertambah denota: Makin bertambah denotasi ‘makin berkurang konotasi. (4) Makin berkurang denotasi ma- kin bertambah konotasi Term maupun konsep banyak sekali macam-macamnya demikian juga pembagiannya. Berbagai macam dikelompok- kan atas empat jenis, yakni pembagian term menurut konota- sinya, pembagian term menurut denotasinya, pembagian me- ‘nurut cara beradanya sesuatu, dan pembagian menurut cara ‘menerangkan sesuatu. Berdasarkan konot rm dibedakan atas term konkret dan term abstrak. Di samping itu, keduanya ada yang berada dalam lingkungan hakikat, dan ada yang berada dalam ling- kungan sifat. i 1. Hakikat konkret: yaitu menunjuk al”-hya suatu ke- nyalaan yang berkualitas dan bereksistensi 2. Hakikat abstrak: menyatakan suatu kualitas yang tidak bereksistensi atau tidak ada dalam ruang dan waktu, 3. Sifat konkre yaitu menunjuk pen-“sifatan”-nya suatu ke- nyataan yang berkualitas dan bereksistens 4. Sifat abstrak: yaitu menyatakan pensifatan yang terlepas dari eksistensi atau tidak ada dalam ruang dan waktu. Berdasarkan denotasi term, dapat dibedakan term umum dan term khusus. Term umum dakan atas dua jenis seba- ‘gai berikut. (1) Universal, t umum yang beriaku di dalamnya tidak terbatas oleh ruang dan waktu. (2) Kolektif, ‘yitu sifat' umum yang berlaku di dalamnya menunjuk suatu~ Kelompok tertentu sebagai kesatuan. Term khusus juga dibe- tas dua berikut. (1) Partikular, yaitu sifat dakan jenis sebagai berikut () Rarthuler,yaitu stot BAB 3: PENALARAN ‘Khusus yang berlaku hanya menunjuk sebagian tidak tertentu. ‘@) Singular, yaitu sifat khusus hanya menunjuk pada satu hal atau suatu himpunan yang mempunyai hanya satu anggota. Predikamen yang dimaksudkan ialah cara beradanya se- Suatu. Term yang paling luas adalah term “ada” atau term “yang ada". Term “ada” selanjutnya dibagi dalam dua jenis, yyaitu ada yang tidak terbatas dan ada yang terbatas, Sesuatu Yang ada (ada terbatas) pasti ada unsur hakikat dan unsur si- dinyatakan secara singkat kuantitas, kualitas, aksi, pasi, telasi, ruang, waktu, keadaan. Predikabel yang dimaksudkan ialah cara menerangkan Sesuatu. Term ditinjau cara menjelaskan dibedakan menjadi lima jenis, yaitu genus, spesies, diferensia, propium, dan aksi- den. Genus ialah himpunan golongan-golongan menunjukkan “hakikat yang berbeda bentuk tetapi terpadu oleh persamaan Sifat. Spesies ialah himpunan sesuatu yang menunjukkan ha- ‘Kikat bersamaan bentuk maupun sifatnya sehingga dapat memisahkan dari lain-lain golongan. Diferensia ialah sifat embeda yang menunjukkan hakikat suatu golongan sehing- {2 terwujud kelompok diri Propium ialah sifat khusus sebagai Dredikat yang niscaya terlekat pada hakikat sesuatu diri se- hhingga dimiliki oleh seluruh anggota golongan. Aksiden ialah sifat kebetulan sebagai predikat yang hakikat sesuatu diri sehingga tidak dimiliki oleh seluruh ang- ‘gota golongan. Dengan dasar lima predikabel tersebut dalam menjelas- DASAR-DASAR LOGIKA, kan sesuatu, apa yang dijelaskan tempatkan sebagai spesies, kemudian mencari hubungan genus dan diferensianya, dan jika tidak mendapatkan dicari hubungan genus dengan pro- piumnya, dan jangan menggunakan huoungan genus dengan aksiden. Dalam logika, kata-kata hanya penting sebagai yaitu sebagai subjek atau predikat. Term ada dua jeni term tunggal (misal: hewan, bola) dan term majemuk (misal: jam dinding itu mati). Term ini dapat dibagi berdasarkan art, isi dan luasnya. > Berdasarkan arti a. _Univok (sama suara, sama arti), menunjuk pada pe~ yang sama. b. Ekuivok (sama suara, berbeda arti, misal: kata "bi- sa", “genting”. Analog (sama suara, artinya mirip atau berbeda), Inisal: kata “ada” > Berdasarkan isinya: ‘a. Abstak (kemanusiaan), dilawankan dengan konkret (manusia). b. Kolektif (mahasiswa), dilawankan dengan individual (nto), ¢.Sederhana (ada), cilawankan dengan jamak (manu- sia). ra > Berdasarkan luasnya: Term singul Term partikular (sebagian hewan, beberapa maha~ siswa). Term universal (semua orang, setiap dosen). 0 a BAB 3: PENALARAN pada benda atau sesuatu yang ditunjuk oleh pengertian. An- tara isi dan luas pengertian terdapat suatu hubungan, yaitu hubungan yang bersifat berbanding terbalik, semakin sempit (sedikit) isi, maka semakin banyak luas pengertiannya dan se~ baliknya, "dari kesimpulan ditarik atau -premis: a, Argumen ded Valid, bukan benar atau ~ Contoh argumen deduktif: |. _Setiap mamalia punya sebuah jantung , Semua kuda adalah mamalia "4 Setiap kuda punya sebuah jantung penalaran induktf-kadang disebut logikainduktit~ada- nalaran yang berangkat dari serangkaian fakta-fakta intuk mencapai kesimpulan umum. Contoh argumen tif: z 1. Kuda Sumba punya sebuah 2. Kuda Australia punya sebual 3. Kuda Amerika punya sebuah jantung a “ & DASAR-DASAR LOGIKA 4, Kuda Inggris punya sebuah jantung ® Setiap kuda punya sebuah jantung Tabel di bawah ini menunjukkan beberapa ciri utama yang membedakan penalaran induktif dan deduktif. Deduktit Induktit “Jka semua premis Benar maka | Ika premis benar, kesimpulan kesimpulan pasti benar rmungkin benar, tapi tak past benar. ‘Semus informasi atau fakta ‘pada kesimpulan sudah ada, selaurangnya secara implist, dalam premis. Kesimpulan memuat informasi yang tak ada, bahkan secara impli Sit, dalam premis. C. _PRINSIP-PRINSIP PENALARAN Prinsip-prinsip penalaran atau aksioma penalaran meru- akan dasar semua penalaran yang terdiriatas tiga prinsip yang kemudian ditambah satu sebagai pelengkap. Aksioma atau prinsip dasar dapat didefinisikan: suatu pernyataan me- ngandung kebenaran universal yang kebenarannya itu sudah terbukti dengan sendirinya. Prinsip-prinsip penalaran yang di- maksudkan adalah: prinsip identitas, prinsip nonkontradiksi, dan prinsip eksklusi ter lan sebagai tambahan pelengkap prinsip identitas adalah prinsip cukup alasan. insip identitas menyatakan: "sesuatu hal adalah sama dengan halnya sendiri”, Sesuatu yang disebut-p,_maka sama dengan p yang dinyatakan itu sendiri bukan yang lain. Dalam suatu penalaran jika sesuatu hal diartikan sesuatu p tertentu, maka selama penalaran itu masih berlangsung tidak boleh di- artikan selain p, harus tetap sama dengan arti yang diberikan BAB 3: PENALARAN semula atau konsisten. Prinsip identitas menuntut sifat yang konsisten dalam suatu penalaran jika suatu himpunan berang- ‘gotakan sesuatu, maka sampai kapan pun tetap himpunan tersebut beranggotakan sesuatu tersebut. Prinsip nonkontradiksi menyatakan: “sesuatu tidak mung- kin merupakan hal tertentu dan bukan hal tertentu dalam suatu kesatuan.” Prinsip ini menyatakan juga bahwa dua si- fat yang berlawanan penuh (secara mutlak) tidak mungkin ‘ada pada suatu benda dalam waktu dan tempat yang sama. Dalam penalaran himpunan prinsip nonkontradiksi sangat ppenting, yang dinyatakan bahwa sesuatu hal hanyalah men- jadi anggota himpunan tertentu atau bukan anggota himpun- an tersebut, tidak dapat menjadi anggota dua himpunan yang berlawanan penuh. Prinsip nonkontradiksi memperkuat prin- sip identitas, yaitu dalam sifat yang konsisten tidak ada kon- tradiksi di dalamnya. Prinsip eksklusi_tertii menyatakan bahwa “sesuatu jika dinyatakan sebagai hal tertentu atau bukan hal tertentu maka tidak ada kemungkinan ketiga yang merupakan jalan tengah’. Prinsip eksklusi tertii menyatakan juga bahwa dua satu yang dapat dimilikinya sifat p atau non p. Demikian juga dalam penalaran himpunan dinyatakan bahwa di antara 2 himpunan yang berbalikan tidak ada sesuatu anggota berada di antaranya, tidak mungkin ada sesuatu di antara himpunan non H sekaligus. Prinsip ketiga ini mem- identitas dan prinsip nonkontradiksi, yaitu dan jika ada kontradiksi maka tidak ada sesuatu di antaranya a a DASAR-DASAR LOGIKA sehingga hanyalah salah satu yang diterima, Prinsip cukup alasan menyatakan: “suatu perubahan yang terjadi pada sesuatu hal tertentu mestilah berdasarkan alasan yang cukup, tidak mungkin tiba-tiba berubah tanpa sebab- sebab yang mencukupi". Prinsip cukup alasan ini dinyatakan ‘sebagai tambahan bagi prinsip identitas karena secara tidak langsung menyatakan bahwa sesuatu benda mestilah tetap tidak berubah, tetap sebagaimana benda itu senditjka teria~ di suatu perubahan maka perubahan itu mestilah ada sesuatu yang mendahuluinya sebagai penyebab perubahan itu. D. PENALARAN LOGIS Sering dianggap bahwa logika membahas tentang per- jr atau pikiran. Kalau yang dimaksud berpikir, pe- mikiran atau ialah pengertian yang dicakup dalam kata “thinking’, maka jelas ini merupakan kesalahan dalam memaknai logika. Karena berpikir adalah serangkaian proses mental yang meliputi mengingat-ingat kembali sesuatu hal, berkhayal, menghitung dalam kepala, menghubungkan bebe- rapa pengertian, menciptakan sesuatu konsep atau mengi- ra-ngira pelbagai kemunakinan. Dan, bila ini yang dimaksud ri masalah penalaran (reasoning). Penalaran yang ditelaah dalam logika sering disebut de- ‘ngan penalaran logis. Penalaran adalah proses akal budi ma- ‘nusia yang berusaha tiba pada suatu keterangan baru dari sesuatu atau beberapa keterangan lain yang telah diketahui dan Keterangan yang baru itu mestilah merupakan urutan Kelanjutan dari sesuatu atau beberapa keterangan yang se- ‘mull itu, Dalam logika secara teknis keterangan yang semula BAB 5: PENALARAN es itu dinamakan, bs edangkan keterangan_baru-yang-di- turunkan disebut kesimpulan. Yang sesungguhnya dipetajari oleh logika bukanlah proses senyatanya bagaimana budi ma- rusia bokerja schingga tiba pada suatu kesimpulan, melain- kan aspek-aspek yang betul (correct) pada penalaran yang telah diselesaikan Penalaran merupakan pengertian yang paling luas dan umum untuk menunjukkan pada macam pemikiran yang membuat kesimpulan-kesimpulan. Secara spesifik dan de- ‘ngan istilah yang teknis, orang dapat juga menyataken bahwa Jogika mempelajari penyimpulan yang betul. Penyimpulan (inference) khusus mengacu pada perpindahan dari premis kepada kesimpulan. Sementara itu, logika membahas apakah yang merupakan asas dan aturan dari perpindahan yang be- tul. Suatu penyimpulan atau inference adalah betul bilamana ppremis mendukung kesimpulan yang diturunkan sehingga bi- lamana seseorang mengikuti premis itu benar, maka ia waiib pula menerima kesimpulan yang benar, Penalaran adalah sua- tu corak pemikiran yang khas, yang dimiliki manusia untuk dari pengetahuan yang ada memperoleh pengetahuan lain- nya terutama sebagai sarana dalam pemecahan suatu masa- lah, Pengetahuan lainnya yang baru ini sebenarnya sudah ter- kandung dalam pengetahuan yang telah ada itu tetapi belum terungkapkan, ¢__ Pengetahuan mengenai a,b,c, berikut 6 ini dapat ditampilkan sebagai contoh © untuk menjelaskan pengertian ten- tang penalaran. Sebagai premis telah diketahui bahwa semua a adalah b dan semua a 4 DASAR-DASAR LOGIKA b adalah c. Dari keterangan ini dapat dilakukan penalaran se- agai berikut: Diketahui: | :Semua a adalah b Moe Semwab adalah c Jedi: Semua a adalah c Semua a adalah c merupakan kesimpulan dan mengan- dung pengetahuan baru. Karena berakhir pada kesimpulan, ‘maka jenis penalaran yang merupakan suatu proses membuat kesimpulan ini disebut “penyimpulan”. Dan penyimpulan jenis ini disebut deduktif. Hal ini sesuai dengan pendapat Stabler, ER. yang menyatakan sebagai berikut: “Bilamana suatu pernyataan atau lebih membawa kepa- da suatu pernyataan-pernyataan yang semula diterima, hanya semata-mata karena bentuknya dan bukan isi dari pernyataan semula itu, proses memperoleh pernyataan yang baru itu disebut penyimpulan logis atau deduktif". Dari keterangan di atas dapat diperoleh penjelasan, bah- wa penalaran adalah proses budi manusia pada umumnya untuk tiba pada pengetahuan baru berdasarkan dan didu- eung oleh pengetahuan yang telah diketahui. Adapun logika adalah bidang pengetahuan teratur yang membahas segi tertentu dari penalaran, yatu inferens, peryimpulan berupa pperpindahan dari premis (pengetahuan yang telah dketahui) kepada kesimpulan (pengetahuan baru). Logika berusaha ‘menemukan pelbagai asas, aturan, dan tata cara bagi perpin- ddahan dari premis kepada kesimpulan yang dapat dianggap ‘botil. Jadilogika bukanlah suatu ilmu yang mempelajari hu ‘kum-hukuum berpikir. BAB 3: PENALARAN E,_ KESAHIHAN Kesahan atau validitas perbincangan deduktif atau je- nis-jenis penyimpulan berupa kenyataan atau keadaan sifat yang betul menurut bentukrya sebagai pengertian niskala, yaitu bahwa kesimpulan secara logis dikandung oleh pang- ‘ yang bersangkutan dan sebagai kemestian mengikuti turunkan dari pangkal pikimnya, Kesahan terlepas dari benar atau salah dari pangkal pikir-pangkal pikir yang digunakan. Namun bila pangkal pikir-pangkal pikir itu benar, ‘maka kesimpulannya pasti benar. Karena logika berlaku bagi ‘semua bidang ilmu dan filsafat, maka penyimpulannya harus: ‘merupakan prinsip yang umum dan menyangkut bentuknya saja yang kemudian dapat diisi dengan keterangan apa saja. Dari keterangan di atas dapat ditarik suatu pengertian, bahwa semua kesimpulan_ yar 2tul menurut bentuknya adalah sah, Bitopi kesimoutan yang sah belum tentu benar isinya. Jadi ke~ benaran isi sesuatu kesimpulan tetap tergantung pada dan hharus dikembalikan pada pangkal pikirnya. Untuk jelasnya dapatiah ai sini kan susunan pikir (slogisme) dari AristotelesSilogisme adalah bentuk iperbincangan d deduktif yang tersusun dart tiga keterangan “Pokok se sebutan,, yang selanjutnya dibedakan dua keterang- an an yang pertama sebagai pangkal pikir dan yang terakhir “Sebagai Kesimpulannya, Pangkal pikir yang pertama disebut pangkal pikir besar (major premise), sedangkan yang kedua disebut pangkal pikir kecil (minor premise). Setiap keterang- ‘an memuat dua artian yang masing-masing menjadi pokok dan sebutan. Dalam premis mayor terdapat satu artian yang dinamakan artian besar (major term) dan satu artian tengah (middle major). Demikian pula dengan premis minor terdapat a « DASAR-DASAR LOGIKA satu artian tengah dan satu artian kecil. Artian tengah dilam- bangkan dengan M berperan sebagai penengah yang meng- hubungkan artian besar dengan artian keci menjadi keterangan baru yang merupakan ke: diturunkan secara deduktif dari kedua pangkal kesimpulan, artian kecil menjadi P (pokok) dan artian besar menjadi S (sebutan), sedang artian tengah (M) yang telah se- 3k disebut lagi. Contoh perbincangan silo- gisme sebagai berikut: Premis Mayor: Semua M adalah S Premis Minor : Semua P adalah M Kesimpulan : Semua P adalah S Bilamana bentuk perbincangan di atas diisi dengan premis yang salah, kesimpulan yang diperoleh bisa benar: ‘Sernua Manusia adalah seniman _(Premis salah) ‘Semua Penari adalah manusia__(Premis benar) ‘Semua Penari adalah Seniman _(Kesimpulan Benar) Dengan premis yang salah bisa juga orang tiba pada kesimpul- ‘an yang salah, tetapi perbincangan tetap sah: ‘Semua Manusia adalah sopir (Salah) ‘Semua Petinju adalah manusia (Benar) ‘Semua Petinju adalah Sopir (Salah) Namun dengan premis yang benar pasti diperoleh kesimpul- Semua mahasiswa adalah manusia ‘Semua mahasiswa adalah fana BAB 5: PENALARAN Jadi sah atau tidaknya suatu penyimpulan dalam logika +harus dilepaskan dari benar atau salahnya isi kesimpulan- ‘nya. Penyimpulan yang sah sepenuhnya tergantung pada ke- sesuaiannya proses penurunan pangkal pikir-pangkal pikir ke kesimpulan dengan kaidah logika sehingga gabungan dari pembenaran terhadap pangkal pikir dengan penyangkalan terhadap kesimpulannya merupakan suatu pertentangan pe- ‘nuh, Jadi penerimaan terhadap pangkal pikir yang bersang- kutan memberikan pembenaran untuk menerima kesimpul- annya. Sebaliknya kebenaran isi dalam kesimpulan pada Penyimpulan yang sah tidak dapat menjamin kebenaran isi dari pangkal pikir-pangkal pikirnya. F. KEPUTUSAN Pengertian adalah bagian dari keputusan. Dalam kepu- tusan itu kita mengambil sikap terhadap kenyataan, yaitu mengakui atau memisahkan keputusan yang satu dengan yang lainnya. Keputusan adalah suatu sikap manusia untuk mengakui atau memungkiri kesatuan atau hubungan antara dua hal, dan dalam konteks kenyataannya yaitu benar atau salah. Sehingga keputusan itu merupakan pernyataan yang dapat dibenarkan, dibuktikan, disangsikan, dibantah. Kepu- ‘tusan terdiri atas unsur-unsur, yaitu: 1. Subjek 2 Predikat, dan 3. Kata Penghubung (pernyataan yang mengakui atau me- ‘mungkiri hubungan antara subjek dan predikat), Dalam pembuatan keputusan hal yang perlu diperhati- DASAR-DASAR LOGIKA 1. Keputusan perlu dijabarkan menjadi keputusan-keputus- an dengan bentuk S = P atau $ ¢ P contoh: Dia telah ‘mencuri buah-buahan itu, menjadi Dia adalah orang yang mencuri buah-buahan itu; tidak semua yang makan ba- rnyak akan gemuk, diubah menjadi “beberapa orang yang makan banyak orang yang menjadi gemuk”. 2. Term subjek disebut juga subjek logis, artinya tidak selalu sama dengan subjek kalimat menurut tata bahasa. 3. Untuk menemukan term predikat (predikat logis) perlu diperhatikan apakah yang sesungguhnya akan disampai- kan oleh kalimat. Dengan lain perkataan, apakah pokok berita yang hendak disampikan suatu kalimat. Contoh: Dialah yang mencuri buah-buahan itu Yang mencuri buah-buahan itu (S) adalah Dia (P) 4, Keputusan negatif, apabila kata penghubungnya negatif. Misalnya: orang yang tidak datang akan dihukum. Kata “tidak” dalam ungkapan “tidak datang” tidak meme- ngaruhi kata penghubung. Kalimat itu adalah afirmatif (positif) dan bukan negatif. Keputusan dibedakan atas dua hal, yaitu keputusan kate- goris dan keputusan hipotetis: 1. Keputusan kategoris, ni predikat (P) menerangkan sub- jek (S) tanpa syarat. Dalam keputusan kategoris dipe- rinci: - _ pertama keputusan kategoris tunggal (satu subjek dan satu predikat), = kedua keputusan majemuk (lebih dari satu $ dan P- nya), = ketiga adalah susunan kata modalitas (tentu, nisca~ BAB 3: PENALARAN ya, mungkin, tidak tentu, pasti, mustahil, dan seba- gainya). 2. Keputusan hipotetis, predikat menerangkan subjek de- gan syarat. Terdapat tiga keputusan hipotetis, yaitu: = pertama kondisional, ditandai dengan: jika... maka... - _kedua disjungtif, ditandai dengan: atau... atau... ~~ ketiga konjunatif, ditandai dengan: tidak sekaligus... dan Berdasarkan materinya keputusan dibedakan atas kepu- tusan analitis dan keputusan sintetis: = Keputusan Analitis, yaitu predikatnya merupakan sifat hhakikat dari subjeknya, contoh: Anton berbudi. = Keputusan Sintetis, yaitu predikatnya merupakan kenis- ‘cayaan dari subjeknya, contoh: Anton adalah mahasiswa, __Berdasarkan bentuknya dibedakan atas keputusan posi- tif dan keputusan negatif: = Keputusan Positif, ialah predikat dipersatukan dengan _subjek oleh kata penghubung, contoh: kera adalah bina- tang. "= Keputusan Negatif,ialah subjek dan predikat dinyatakan __secara tidak sama, contoh: kera bukan tikus. Berdasarkan luasnya dibedakan atas keputusan singular, "keputusan partkular dan keputusan universal: = Keputusan Singular, predikatnya menerangkan (meng- kui atau memungkiri) satu hal subjek, contoh: Anton dapat mati. = _Keputusan Partikular, predikat menerangkan sebagian ____ dari keselurunan subjek, contoh: Beberapa orang dapat mati » a 8 8 & DASAR-DASAR LOGIKA = _ Keputusan Universal, predikat menerangkan seluruh luas subjek, contoh: Semua orang dapat mati. Dilihat dari bentuk dan luasnya, keputusan dapat dibeda- kan meniadi: 1. Keputusan A: positif universal (Semua orang fana) 2. Keputusan E: negatif universal/singular (Semua orang ti- dak kekal 3. Keputusan |: positif partikular (Beberapa orang hadir di kantor) 4, Keputusan O: negatif partikular (Beberapa orang tidak hadir di kantor) G._LUAS PREDIKAT Keputusan disebut universal, partikular dan singular apa~ bila subjeknya universal, partikular, dan singular. Bagaimana- kah luas predikat? Terdapat ketentuan berikut in 1. Dalam keputusan positit, seluruh isi predikat diterapkan pada isi subjek. Seluruh luas subjek dimasukkan dalam las predikat, misalnya: Kera adalah binatang. 2. Dalam keputusan negatif, isi predikat tidak diterapkan dalam subjek. Seluruh luas subjek tidak dimasukkan da- lam Iuas predikat, misalnya: Anjing bukan ayam, Dari keterangan di atas, maka berlaku hukum predikat berikut ini: 1. Predikat adalah singular, jika dengan tegas menunjukkan satu individu, barang atau golongan tertentu. 2. Dalam keputusan positif, predikat partikular, misalnye: ‘Semnua kera adalah binatang, Kera itu adalah binatang, BAB 3: PENALARAN 3. Dalam keputusan negatif, predikat universal. Subjek di- ppisahkan dari predikat dan sebaliknya, misalnya: Semua ‘manusia bukanlah kera. Beberapa manusia bukaniah kera. H. PENALARAN PEMBALIKAN DAN OPOSISI 1. Pembalikan Pembalikan adalah proses pergantian tempat antara sub- Jek dan precikat tanpa mengurangi kebenaran suatu keputus- ‘an, Untuk tercapainya maksud pembalikan, maka perlu dipa- hhami hukum-hukum pembalikan, 1.__Keputusan A hanya boleh dibalik menjadi keputusan | Misa: “Semua kera adalah binatang”, kebalikannya: “Be- berapa binatang adalah kera”. 2, Keputusan € selalu boleh dibs | Emaupun 0. i "Semua ayam bukan tikus", pembaliknya: “Semua ___tikus bukan ayam” (E) dan “Beberapa tikus bukan ayam” ©). 4, Keputusan | menjadi keputusan |. Misal: “Beberapa orang sakit", dibalik “Beberapa yang sakit itu orang’. utusan O tidak dapat dibalik Misal: “Ada manusia yang bukan mahasiswa”, dibalik *Ada mahasiswa yang bukan manusia". Oposisi Oposisi merupakan pertentangan antara dua pernyataan .dasar pengolahan term yang sama. Oposisi dalam logika . “ , Baik menjadi keputusan DASAR-DASAR LOGIKA dibedakan atas dua jenis, yaitu oposisi satu term atau oposisi sederhana atau juga disebut dengan oposisi simpel, dan opo- sisi dua term atau oposisi kompleks. ‘Oposisi simpel merupakan hubungan logik dua pernya- taan tunggal atas dasar term yang sama, tetapi berbeda kualitas atau kuantitas atau berbeda kedua-duanya. Oposisi ‘simpel dibedakan atas empat macam, yaitu oposisi kontrarik, ‘oposisi subkontrarik, oposisi kontradiktorik, dan oposisi sub- alternasi 1. Oposisi kontrarik ialah pertentangan dua pernyataan uni- versal atas dasar satu term yang sama, tetapi berbeda kualitasnya. 2. Oposisi subkontrarik ialah pertentangan dua pernyataan partikular atas dasar satu term yang sama, tetapi ber- eda kualitasnya, 3. Oposisi kontradiktorik ialah pertentangan antara dua pernyataan atas dasar term yang sama, tetapi berbeda dalam kuantitas dan kualitasnya. 4, Oposisi subalternasi ialah pertentangan antara dua per- nyataan atas dasar satu term yang sama dan berkualitas sama, tetapi berbeda dalam kuantitasnya, Subalte ada dua jenis: subimplikasi dan superimplikasi. a) Subimplikas ialah hubungan logik pernyataan parti- kular terhadap pernyataan universal atas dasar term yang sama serta kualitas sama. ‘Superimplikasi alah hubungan logik pernyataan uni- versal terhadap pernyataan partikular atas dasar term yang sama serta kualitas sama. ») Qposisi kompleks merupakan hubungan logik dua per- BAB 5: PENALARAN nyataan atas dasar dua term yang sama sebagai subjek dan predikat, yang secara singkat dirumuskan: oposisi dua propo- sisi kategorik atas dasar term yang sama yang berbeda kuan- titas atau kualitasnya atau berbeda kedua-duanya. Oposisi kompleks dibedakan atas tiga jenis, yakni oposisi paralel, opo- sisi kontradiktorik, dan oposisi eksklusif. Dinyatakan oposisi pparalel karena proposisi yang satu sejajar dan mengandaikan adanya proposisi yang lain, sedang dinamakan oposisi kontra- diktorik karena antara proposisi satu dengan yang lainnya saling bertentangan penuh, dan dinamakan oposisi eksklusif arena antara dua proposisi yang bertentangan itu saling me~ nyisinkan. 1. Oposisi paralel merupakan hubungan dua pernyataan partikular dengan dua term yang sama tetapi berbeda dalam kualitasnya, 2. Oposisi kontradiktorik merupakan pertentangan dua per- nyataan dengan dasar term yang sama, namun berbeda kuantitas maupun kualitasnya, yang sering disebut juga kontradiksi. 3. Oposisi eksklusif merupakan pertentangan dua pernya- taan universal kategorik yang berbeda kualitas atau per- tentangan dua pernyataan yang berkualitas sama, tetapi berbeda kuantitasnya dengan term-term yang sama. Berdasarkan oposisi kompleks ada 2a penyimpulan yang dapat dirumuskan, yaitu penyimpulan bentuk negasi kontra- iksi dan penyimpulan implikasi dua pernyataan yang kontradik- sijika salah satu fi akan mewyjudkan suatu persa- ‘maan arti, hal ini menjadi suatu kaidah, 2 DASAR-DASAR LOGIKA, Penyimpulan implikasi jika suatu keseluruhan mempu- nyai sifat tertentu, maka bagian dari keseluruhan itu juga mempunyai sifat tersebut, dan jika mengingkari maka bagiannya pun mengingkari. ‘Oposisi adalah keputusan yang tidak dapat sama-sama benar atau sama-sama salah, atau tidak dapat sama-sama benar atau salah. Oposisi dimungkinkan oleh Karena kepu- tusan itu mengenai hal yang sama, tetapi berlawanan isinya. Artinya, kedua keputusan itu mempunyai subjek dan predikat sama, tetapi bentuk dan luasnya berbeda. 2 3 Menurut bentuknya, ada “kontraris” (A-E), dan “subkon- traris” (0). Menurut luasnya, disebut “sub-altern’, (A+! ; E-O). Menurut bentuk dan luasnya, “kontradiktoris” (A-O ; E-1). ‘emu manusi idk faa Sema manus fone x Kontratis e Kentriters Suber Satan 2 ‘Baberapa manusia dak 1 ‘eberapa manasa fons Hukum-hukum oposisi Kontradiktoris (A-O; yang satu benar, yang lain pasti salah yang satu salah, yang = _ tidak ada kemungkinan yang ketiga Oposisi kontraris (A-E): BAB 5: PENALARAN vyang satu benar, yang lain tentu salah - yang satu salah, yang lain dapat benar, tetapi juga dapat salah = ada kemungkinan ketiga, yakni keduanya salah semua 3. Subkontraris (1-O): = _jika yang satu salah, yang lain tentu benar ~ _jika yang satu benar, yang Iain dapat salah namun dapat benar juga = ada kemungkinan ketiga, sama-sama benar 4, Sub-altern (A-I ; E-O): he _jika yang universal benar, yang partikular juga benar = _jika yang universal salah, yang partikular dapat benar atau salah jika yang partikular benar, yang universal dapat salah atau benar keduanya dapat benar atau salah, mungkin yang satu benar, dan yang lain salah pat diringkas sebagai Jika A benar, maka E salah, | benar dan O salah Jika E benar, maka A salah, | salah dan O benar Jika | benar, maka E salah, namun A maupun O tidak pasti Jika O benar, maka A salah, sedang E dan | tidak pasti Jika A salah, maka O benar, sedangkan E dan | tidak pasti Jka E salah, maka | benar, sedangkan A dan 0 tidak pasti Jika | salah, maka A salah, E benar, O benar Jika salah, maka A benar, E salah, | benar DASAR-DASAR LOGIKA, 3. Penalaran Edukasi Eduksi merupakan penyimpulan langsung dari suatu pro- pposisi ke proposisi lain dengan pengolahan term yang sama. Pengolahan term dalam eduksi dapat juga berbentuk penu- karan kedudukan term atau berbentuk menegasikan term atau juga gabungan keduanya, Penalaran eduksi ini secara seder- hhana ada tiga jenis, yaitu konver Proposisi yang sebagai pangkal proposisi berhimpunan yang merupakan penjabaran dari em- pat jenis proposisi kategorik, yakni universal afirmatif ekuiva- len, universal afirmatif implikasi, universal negatif eksklusif, partikular afirmatif inklusif, partikular afirmatif imp tikular negatif jan partikular negatif implikasi. Konversi merupakan penyimpulan langsung dengan cara menukar kedudukan subjek dan predikat dari suatu proposisi tanpa mengubah makna yang dikandungnya. Menukar ke- ‘dudukan yang dimaksu ialah, term sebagai subjek da- lam premis menjadi predikat dalam kesimpulan, dan sebalik- nya term sebagai predikat dalam premis menjadi subjek dalam kesimpulan. Penyimpulan bentuk konversi kuantitas proposi ‘ada yang sama dan ada yang berubah atau dengan kata lain konversi samia kuantitas dan konversi beda kuantitas. Inversi merupakan penyimpulan langsung dengan cara menegaskan subjek dan predikat pada suatu proposisi. Inver- si ini ada dua jenis, inversi penuh dan inversi sebagian. Inversi enuh, yaitu mengasikan subjek dan predikat dari propo- sisi semula, Inversi sebagian, yaitu menegasikan subjek dan menetapkan predikat dari proposisi semula. Kontraposisi merupakan penyimpulan langsung dengan ‘cara menuikar kedudukan subjek dan predikat serta menega- BAB 5: PENALARAN sikannya. Kontraposisi juga ada dua jenis, sama seperti in- versi, yakni Kontraposisi penuh dan kontraposisi sebagian. Kontraposisi penuh ialah menukar kedudukan subjek dan predikat serta menegaskan keduanya dari proposisi semula. Kontraposisi sebagian ialah menukar kedudukan subjek dan predikat serta hanya menegasikan predikat proposisi semuula ‘menjadi subjek dalam kesimpulan. Bab 4 PEMBAGIAN, DEFINISI, DAN PROPOSISI PEMBAGIAN/ANALISIS ‘Analisis merupakan proses mengurai sesuatu hal menjadi ja unsur yang terpisah untuk memahami sifat, hubung- ‘dan peranan masing-masing unsur. Analisis secara umum ing juga disebut dengan pembagian. Dalam logika, anali- atau pembagian berarti pemecahbelahan atau penguraian las berbpeda ke bagian-bagian dari suatu keseluruh- dan keseluruhan selalu berhubungan. Suatu kese- adalah terdiri atas bagian-bagian. Oleh karena itu, da- an. Keseluruhan pada umumnya dibedakan atas keseluruhan dan keseluruhan realis. Keseluruhan logik merupakan luruhan yang dapat menjadi predikat masing-masing ba- fa, sedang keseluruhan realis merupakan keseluruhan idak dapat dijadikan predikat masing-masing bagian- Jika keseluruhan dibedakan antara keseluruhan logik dan ‘maka analisis dibedakan juga antara anali- DASAR-DASAR LOGIKA, Analisis logik adalah pemecahbelahan sesuatu ke bagian- bagian yang membentuk keseluruhan atas dasar prinsip ter- tentu. Analisis logik selalu merupakan pembagian suatu hi fpunen ke datem sib-hinpunaht yng Hibedakan ats anal universal dan analisis dikotomi, Analisis universal merupakan ‘pemerincian suatu genus dibagi ke dalam semua spesiesnya ‘atau pemecahbelahan term umum ke term-term khusus yang ‘menyusunnya. Analisis dikotomi merupakan pemecahbelahan sesuatu dibedakan menjadi dua kelompok yang saling te ‘sah, yang satu merupakan term positif yang lain term negatif. isis realis adalah pemecahbelahan berdasarkan atas susunan benda yang merupakan kesatuan dalam perwujud- ‘anya. Analisis realis dibedakan menjadi analisis esensial dan ‘analisis aksidental. Analisis esensial merupakan pemecahbe- lahan sesuatu hal ke unsur dasar yang menyusunnya. Ana- aksidental merupakan pemecahbelahan sesuatu hal ber- dasarkan sifat-sifat yang menyertai perwujudannya, Dalam analisis ada aturan-aturan tertentu yang menja~ di petunjuk untuk mengadakan analisis secara ideal supaya hasilnya tidak menimbulkan kesalahan, yaitu analisis harus berjalan menurut sebuah asas tertentu, analisis harus lengkap dan tuntas, analisis harus jelas terpisah antarbagiannya, Pembagian adalah kegiatan akal manusia untuk meng- uraikan, membagi, menggolongkan dan menyusun pengerti- an-pengertian dan barang-barang tertentu. Penguraian dan Penyusunan diadakan berdasarkan kesamaan dan perbeda- annya. Adapun aturan yang setidaknya dipenuhi untuk mela~ kukan pembagian, antara lain: 1, Pembagian itu harus lengkap, harus mencakup semua bagiannya. BAS 4; PEMBAGIAN, DEFINISI, DAN PROPOSISI 2. Harus sungguh-sungguh memisahkan, bagian yang satu tidak memuat bagian yang lain. 3. _Harus menggunakan dasar, prinsip yang sama. B. KLASIFIKASI PENGGOLONGAN Kiasifikasi merupakan proses pengelompokan sifat, hu- ‘bungan, maupun peranan masing-masing unsur yang terpisah ‘dalam suatu keseluruhan untuk memahami sesuatu konsep sal. Klasifikasi bergerak dari barang-barang, kejadian- Jian, fakta-fakta atau proses-proses alam kodrat indivi- I yang beraneka ragam coraknya, menuju ke arah keselu- 1n yang sistematik dan bersifat umum. Perbedaan antara jfikasi dan analisis adalah sebagai berikut: Analisis lebih hubungannya dengan proses yang semata-mata bersifat 3, sedang klasifikasi lebih bersifat empirik serta induktif. Pembedean klasifikasi didasarkan atas sifat bahan-bahan akan digolong-golongkan disebut dengan klasifikasi ko~ dan maksud yang dikandung oleh orang yang meng- sn penggolongan disebut dengan klasifikasi buatan, dan Kiasifikasi gabungan antara keduanya yang disebut de- Klasifikasi perantara atau Klasifikasi diagnostik. Klasifikasi kodrati ditentukan oleh susunan kodrati,sifat- ddan atribut-atribut yang dapat diterwukan dari bahan-ba- yang tengah diselidiki. Klasifikasi buatan ditentukan oleh maksud yang praktis dari seseorang, seperti untuk 1udah penanganannya dan untuk menghemat waktu tenaga. Klasifikasi diagnostik merupakan gabungan yang sepenuhnya kodrati dan juga tidak sepenuhnya buatan. Hukum-hukum klasifikasi atau penggolongan yang sama DASAR-DASAR LOGIKA, intinya dengan hukum-hukum analisis dapat ditentukan seba- gai berikut: Klasifikasi atau penggolongan harus hanya ada satu asas tertentu. Suatu klasifikasi atau penggolongan harus sampai tuntas dan jelas. Unsur-unsur sebagai bagian untuk ‘menyusun konsep universal harus jelas terpisah satu dengan yang lain. C. DEFI Secara etimologis, definisi berasal dari kata: “definitio’ (bahasa Lain), yang berarti “pembatasan". Definisi bertugas ‘menentukan batas suatu pengertian dengan tepat, jelas dan singkat. Definisi merupakan unsur atau bagian dari lmu pengeta- huan yang merumuskan dengan singkat dan tepat mengenai objek atau masalah. Definisi sangat penting bagi seseorang ‘yang menginginkan sanggup berpikir dengan baik. Pernyata- ‘an sebagai suatu bentuk definisi harus terdiri atas dua bagian, yaitu definiendum dan definiens, dua bagian ini harus ada jika tidak bukaniah suatu definisi. Definisi atau batasan arti ba- yak macamnya, yang disesuaikan dengan berbagai langkah, lingkungan, sifat, dan tujuannya. Secara garis besar defi ialah menjelaskan sebuah kata dengan kata lain yang lebih umum dimengerti. Jadi, sekadar menjelas- kan kata sebagai tanda, bukan menjelaskan hal yang ditandai. Definisi nominalis terutama dipakai pada permulaan sesuatu pembicaraan atau ada enam jenis, ‘BAB 4: PEMBAGIAN, DEFINISI, DAN PROPOSISI Dalam membuat definisi nominalis ada tiga syarat yang perlu diperhatikan, yaitu: jika sesuatu kata hanya mempu- fyai sesuatu arti tertentu harus selalu dikuti menurut arti dan jpengertiannya yang sangat biasa, jangan menggunakan kata lntuk mendefinisikan jika tidak tahu artinya secara tepat jika Jah menjadi objek pembicaraan, maka harus tetap diakui oleh kedua pihak yang berdebat. Del lah penielasan tentang hal yang ditandai ‘oleh sesuatu istilah. Jadi, bukan sekadar menjelaskan istilah, ( yang dikandung oleh suatu istilah, Defi- ‘nisi realis ada dua jenis sebagai berikut. “1, Definisi Esensial. Definisi esensial, yakni penjelasan de- __ngan cara menguraikan bagian-bagian dasar yang me- | nyusun sesuatu hal, yang dapat dibedakan antrra definisi -analitik dan definisi konotatif. Definisi analitik, yakni pen- Jagan dengan cara menunjukkan bagian-bagian sesuatu | benda yang mewujudkan esensinya. Definisi Konotatif, dari suatu -yakni penjelasan dengan cara menunjukkar term yang terdiri atas genus dan diferensia. tif, Definisi deskriptif, yakni penjelasan t | dengan cara menunjukkan sifat-sifat yang dit thal yang didefinisikan yang dibedakan atas dua hal, de- finisi aksidental dan definisi kausal. Definisi aksidental yakni penjelasan dengan cara menunjukkan jenis dari ha nya dengan sifat-sifat khusus yang menyertai hal terse= but. Definisi kausal, yakni penjelasan dengan cara me rnyatakan bagaimana sesuatu hal terjadi atau terwulud: Hal ini berarti juga memaparkan asal mula atau perkern- tbangan dari hal-hal yang ditunjuk oleh suatu term, i DASAR-DASAR LOGIKA, Definisi praktis ialah penjelasan tentang sesuatu hal di- tinjau dari segi Kegunaan atau tujuan, yang dibedakan atas tiga jenis, definisi operasional, definisi fungsional, dan definisi ‘persuasif. Definisi operasional, yakni penjelasan suatu term dengan cara menegaskan langkah-langkah pengujian khu- ‘sus yang harus dilaksanakan atau dengan metode pengukur- {an serta menunjukkan bagaimana hasil yang dapat diamati. Definisi fungsional, yakni penjelasan sesuatu hal dengan cara menunjukkan kegunaan atau tujuannya. Definisi persuasif, yakni penjelasan dengan cara merumuskan suatu pernyataan yang dapat memengaruhi orang lain. Definisi persuasif pada hakikatnya merupakan alat untuk membujuk atau teknik un- tuk menganjurkan dilakukannya perbuatan tertentu. Dalam merumuskan definisi ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan supaya definisi yang dirumuskan itu baik dan betul-betul mengungkapkan pengertian yang didefinisi- kan secara jelas dan mudah dimengerti. Syarat-syarat definisi secara umum dan sederhana ada lima syarat, definisi harus ‘menyatakan ciri-ciri hakiki dari apa yang didefinisikan, definisi hharus merupakan suatu kesetaraan arti hal yang didefinisikan dengan yang untuk mendefinisikan, definisi harus menghin- darkan pernyataan yang memuat istlah yang didefinisikan, definisi sedapat mungkin harus dinyatakan dalam bentuk ru- ‘musan yang positif, definisi harus dinyatakan secara singkat ddan jelas terlepas dari rumusan yang kabur atau bahasa kiasan. Berikut ini contoh-contoh pembuatan defini. Definisi nominal, Katanya, yaitu dengan menguraikan arti Katanya. Jadi bukan merupakan definisi menurut arti sebenarnya, na- mun masih mengandung manfaat, yaitu menghindarkan salah pengertian dalam suatu perbincangan. Definisi nominal dapat BAB 4: PEMBAGIAN, DEFINISI, DAN PROPOSISI dinyatakan dengan beberapa cara: @.Etimologis (berdasarkan asal mula kata) b. Melalui kamus ¢. Sinonim (budak, hamba sahaya, babu) Definisi real, yaitu definisi yang sudah memperlihatkan hal (benda) yang dibatasi. Definisi isi selalu majemuk, artinya ‘Sselalu terdiri atas dua bagian: Pertama, menyatakan unsur yang menyerupakan hal yang tertentu dengan hal lainnya, Kedua, menyatakan unsur yang membedakannya dari ‘sesuatu yang lain, misal: manusia adalah hewan bs wan” merupakan bagian pertama, sedang “berakal” bagian kedua Definisi real dibedakan atas: @ Definisi hakiki, suatu definisi yang menyatakan hakikat dari sesuatu objek. Yaitu suatu pengertian yang abstrak, yang mengandung unsur-unsur pokok untuk mema- ami suatu golongan (spesies) yang tertentu dan untuk membedakannya dari semua golongan yang lain. Definisi hakiki merupakan definisi yang diterapkan di dalam ilmu pengetahuan terlebih dalam filsafat. Definisi ini tersusun atas genus proximum dan differentia specifica. Genus adalah setiap pengertian yang menyatakan hanya seba- ian saja dari hakikat sesuatu, sedangkan specifica ialah setiap pengertian yang bisa dikenakan pada bawahan- bawahannya sebagai hakikat yang utuh dan membeda- kan spesies dengan genusnya, misal: “berakal budi*, membedakan manusia (spesies) dari hewan (genus). DASAR-DASAR LOGIKA Definisi gambaran, def sesuatu yang akan Pada kalimat ‘Ateng. Jadi dengan mengumpulkan jumlah ciri khas itu dapat dibedakan spesies dari spesies lainnya. ©. Definisi bertujuan, yaitu definisi yang memperlihatkan aspek kegunaannya, misal: mobil adalah sarana transpor- tasi 4. Definisi kausal, definisi yang hanya menunjukkan hukum sebab akibat, misal: gerhana bulan adalah terjadinya ka~ rena bumi berada di antara bulan dan matahari. Aturan definisi: Definisi harus dapat dibolak-balik Definisi harus positif. ‘Apa yang didefinisikan tidak boleh masuk dalam definisi Definisi tidak boleh menggunakan kata kabur, bermakna ganda dan kiasan. Bae D. PROPOSISI Proposisi kategorik adalah suatu pernyataan yang terdiri atas hubungan dua term sebagai subjek dan predikat serta dapat dinilai benar atau salah, Hubungan ini berbentuk peng- iyaan atau pengingkaran. Proposisi kategorik terdiri atas em- pat unsur, dua di antaranya merupakan materi pokok propo- sisi, sedang dua yang lain sebagai hal yang menyertainya Empat unsur yang dimaksudkan adalah term sebagai subjek, term sebagai predikat, kopula, dan kuantor. Term sebagai subjek adalah hal yang diterangkan dalam [proposisi, term sebagai predikat adalah hal yang menerang- ‘BAB 4: PEMBAGIAN, DEFINISI, DAN PROPOSIS! an dalam proposisi. Kedua unsur sebagai subjek dan predikat inlah yang merupakan materi pokok proposisi kategorik. Ko- ppula merupakan hal yang mengungkapkan adanya hubungan antara subjek dan predikat, dan kuantor merupakan pembilang Yang menunjukkan lingkungan yang dimaksudkan oleh subjek. Proposisi dalam logika dapat benar dapat juga salah, ti- dak dapat dinilai kedua-duanya, Dalam arti tidak dapat se- tengah benar atau setengah salah. Jika benar ya benar,jika salah ya salah sehingga tegas perbedaan antara keduanya. Benar salahnya suatu proposisi dihubungkan dengan hal ‘yang dibicarakannya, Jika yang dibicarakan tentang benda- enda alamiah, maka kebenarannya adalah harus sesuai de~ “ngan kenyataannya (mengikut teori koresponden), dan jika 19 dibicarakan hal atas dasar persetujuan bersama, maka _kebenarannya harus sesuai dengan hasil persetujuan tersebut (mengikuti teori koherensi). Jadi, benar salahnya suatu pro- 1u dihubungkan dengan isinya. Term sebagai subjek berhubungan dengan kuantitas pro- [posisi. Subjek dibedakan antara subjek universal dan subjek “partikular. Subjek universal adalah mencakup semua yang di- ‘maksud oleh subjek, subjek partikular adalah hanya menca~ Ip sebagian dari keseluruhan yang disebutkan oleh subjek, jek universal dalam pernyataan simbolik disertai dengan uantor universal, dan subjek partikular dalam pernyataan ibolik disertal dengan kuantor eksistensial. Term sebagai predikat selalu berhubungan dengan isi- dan merupakan kualitas proposisi, yang dibedakan an- ‘tara predikat afirmatif dan predikat negatif. Predikat afirmatif lah sifat mengiyakan adanya hubungan predikat dengan jek, predikat negatif adalah sifat mengingkari adanya DASAR-DASAR LOGIKA, hubungan predikat dengan subjek atau sifat meniadakan hu- bungan subjek dengan predikat. 1. denis-jenis Proposisi Proposisi kategorik merupakan pernyataan yang terdiri atas hubungan dua term sebagai subjek dan predikat, dan secara sederhana dibedakan atas empat jenis, yaitu: propo- versal afirmatif, proposisi universal negatif, proposisi partikular afirmatif, dan proposisi partikular negatif. Dari em- pat jenis proposisi kategorik berdasarkan denotasi atau luas ‘term yang dihubungkan, dapat dibedakan menjadi tujuh jenis proposisi kategorik Proposisi universal afirmatif ialah pernyataan bersifat umum yang mengiyakan adanya hubungan subjek dengan predikat, dirumuskan berikut ini, “Semua $ adalah P". Propo- berdasarkan perbandingan luas term, dapat dibedakan atas dua jenis: universal afirmatif ekuivalen dan universal afirmatif implikasi. 1. Proposisi universal afirmatif ekuivalen ialah pernyataan umum X mengiyakan yang antara subjek dan predikat merupakan suatu persamaan, yakni semua anggota sub- jek adalah anggota predikat dan semua anggota predi- kat adalah anggota subjek, misal: Semua manusia berbu- daya, 2. Proposisi universal afirmatif implikasi ialah pernyataan umum mengiyakan yang semua subjek merupakan ba- gian dari predikat, yakni semua anggota subjek menjadi himpunan bagian dari predikat, misal: Setiap warga ne- ‘gara Indonesia ber-Ketuhanan Yang Maha Esa. » a BAB 4; PEMBAGIAN, DEFINISI, DAN PROPOSISI Proposisi universal negatif ialah pernyataan bersifat umum yang mengingkari adanya hubungan subjek dengan predikat, dirumuskan: “semua S bukan P". Proposisi univer- ‘sal negatif berdasarkan perbandingan luas term, hanya ada satu bentuk, yaitu berbentuk eksklusif sehingga lengkapnya disebut universal negatif eksklusif, yaitu pernyataan umum mengingkari yang berarti antara subjek dan predikat tidak ‘ada hubungan, misalnya semua rakyat Indonesia tidak meng- kuti ajaran komunis, Proposisi partikular afirmatif ialah pernyataan bersifat husus yang mengiyakan adanya hubungan subjek dengan ‘predikat, dirumuskan: “sebagian S adalah P”, Proposisi parti- kkular afirmatif berdasarkan perbandingan luas term, dapat di- bedakan atas dua jenis: partikular afirmatif inklusif dan parti- kkular afirmatif imp! 1. Proposisi partikular afirmatif inklusif ialah pernyataan khusus mengiyakan yang sebagian subjek merupakan agian dari predikat, yakni ada anggota subjek yang ‘menjadi bagian predikat dan ada anggota predikat yang agian subjek, misal: Sebagian rakyat Indonesia adalah keturunan asing. Proposisi partikular afirmatif implikasi ialah pernyataan khusus mengiyakan yang sebagian dari subjek merupa- kan suatu precikat, yakni ada sebagian anggota subjek yang menjadi himpunan predikat, misal: Sebagian rakyat Indonesia adalah warga Partai Demokrasi Indonesia. Proposisi partikular negatif ialah pernyataan bersifat sus yang mengingkari adanya hubungan subjek dengan likat, dirumuskan: “sebagian S bukan P”. Proposisi parti- [DASAR-DASAR LOGIKA auler negatif berdasarkan perbandingan luas term terdapat dibedakan atas dua jenis: particular negatif inklusif dan parti- regatif implikas 1, Proposisi partitular negatif inkiusi ialah pernyataan Khu sus mengingkari yang sebagian SUbIeK tidak merupakan agian dari precikat, yakni ada sebagi3P subjek yang tir dak termasuk predikat dan ada seb29)2% predikat yang tidak termasuk subjek, misainya ‘Sebagian Sarjana Hu- kum bukan abl 2. Proposisi partikuiar negatit implikasi ialah pernyataan idhusus mengingkari yang sebagian dati subjek tidak me- rupakan suatu predikat, yakni ad@ sebagian subjek yang tbukan anggota predikat dan seme anggota predikat merupakan bagian dari subjek, misalnve sebagian manu sia bukan bangsa Indonesia 2, Proposisi Kategorik dan Tunggal Proposis! tunggal dalam penalaran kategosik erat hu- bungannya dengan proposist! kategorik, didefinisikan “pernya- taan yang terdiri atas satu term sebagal predikat sesuatu yang dapat dinilal benar atau salah”, Berdasarkan definisi ini, maka subjek dari proposis! tersebut bukaniah suatu term atau konsep Karena tidak merupakan suatu himpunan. Dan perbedaan pokok dengan proposisi kategorik adalah, dalam proposisi tunggal subjeknya bukan suatu term karena diang- jap sudah jelas,sedang proposss ategorik subjeknya adalah suatu term yang cirinya dapat diungkapkan dalam bentuk himpunan sebagal denotasiny3. Proposisi tunggal dapat bermula dari proposisi ‘kategorik 15 subjeknya,, kemudian hanya dinyatakan pre- sano 4: PEMBAGIAN, DEFINSL DAN PROPOSIS! ikatnya soja. Dan, dapat jug propos! tunggal dari bentuk proposisikategorik yang kedua term sebagai subjek dan Pre dikatnya dijadikan satu kesatuan sebagai predikat. Proposis! tunggal berdasarkan kuantitas dan ‘ualitasnya dapat dibeda~ ean atas empatjenis sebagai bert Universal afirratif, dirurnuskan: 0% Py, "semua ‘adalah P” 2, Proposisi universal negatif; dirumuskan: cex-Px, “semua bukan P” 3, Proposis! partkular afirmati dirumuskan: Px, “ada yang P”. Proposisi partikular negatif: dirumuskan: %x-Px, “ada yang bukan P” penalaran kategorik pada dasarnye dibedakan atas tiga is, yatu penataran dalam bentuk pertentangan, penalat Galam bentuk persamaan, dan penalaran dalam bentuk a bentuk penalaran tersebut Propos!s! ir tidak sama tergantung dari Ben penalarannya. Proposis! tunggel untuk penalaran oposisi ana, proposisi Kategorik dengan daser kuantor yang an empat macam untuk penalaran OPO kompleks juga digunakan dalam bentuk penalaran negasi Kontra- an proposisi Kategork berhimpunan ANB dibedakan tujuh jenis menjadi pangkal pikir untuk edukasi dan jug sme kategorik. ‘Oposisi sederhana adalah oposist dua pernyataan tung yang berbeda kuantitas atau ualitasnya atau berbeda vquanye. oposisi kompleks meruParan oposisi dua per- aan Kategori yang berbeda Kuantitas atau kualitasnya n DASAR-DASAR LOGIKA, atau berbeda kedus-duanya, Negasi kontradiksi merupakan kaidah pengingkaran salah satu dari 2 pernyataan yang ber- beda kuantitas dan kualitasnya. Eduksi merupakan penyim- pulan langsung dari suatu proposisi ke proposisi lain dengan pengolahan term yang sama. Silogisme kategorik adalah ben- ‘tuk penyimpulan tidak langsung atas dasar hubungan dua pernyataan di dalamnya terkandung adanya term pemban- ding yang mewujudkan proposisi lain sebagai kesimpulannya. Bab 5 SILOGISME ‘PENGERTIAN Silogisme merupakan proses penyimpulan dalam logika berangkat dari pangkal pikir yang telah diketahui untuk oleh pengetahuan baru. Bentuk logis dalam silogisme dalam penyimpulan itu terdapat tiga term yang akan dibi- dalam penielasan ini. Silogisme adalah suatu proses ikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari ‘proposisi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpul- Silogisme terdiri dari: Silogisme Kategorik, Silogisme Hi- _Silogisme Kategors, bila pangkalpikr-pangkal pki (Se- premis saja dengan alasan lebih di- umum) dan kesimpulan berupa keputusan kategoris, kan dalam dua hal: i , terdiri atas dua Silogisme_kategoris_ sunggal, Karena terdiri Silogisme_kategoris tersusun, karena lebih dari dua premis Silogisme Hipotetis, adalah silogisme yang terdiri atas DASAR-DASAR LOGIKA satu atau lebih premis yang berupa keputusan hipotetis, dibedakan atas: ditandai dengan: jka... maka... itandai dengan: atau... atau... = Konjunstif, ditandai dengan: tidak sekaligus... dan... B. SILOGISME KATEGORIS Silogisme tunggal merupakan bentuk silogisme yang ter- penting dan terdiri atas tiga term, yaitu subjek (S), predikat (P) dan term antara (M), bagan yang dikenakan: ~~ Setiap makhluk hidup bernapas M-P ‘Amuba adalah makhluk hidup __S-M Jadi, Amuba bernapas SP ‘Term mayor adalah predikat dari kesimpulan, harus ter- dapat pada kesimpulan dan salah satu premisnya. Adapun term minor adalah subjek pada kesimpulan dan biasanya terdapat pada premis yang kedua. Untuk term antara ialah term yang terdapat dalam kedua premis namun tidak muncul dalam kesimpulan, Adapun hukum-hukum yang harus ditaati me, yaitu: Berkaitan dengan term, + silogisme tidak boleh mengandung lebih kurang dari tiga term ‘+ term antara (M) tidak boleh masuk kesimpulan + Term subjek dan term predikat dalam kesimpulan tidak boleh lebih Iuas dari premis-premisnya, + Term antara (M) harus sekurang-kurangnya sekali univer- sal, Jika term antara partikular baik pada premis mayor BAB 5: SILOGISME maupun minor, mungkin sekali term antara itu menunjuk- kan hubungan bagian-bagian yang berlainan dari seluruh luasnya, Dengan demikian, term antara tidak lagi ber- fungsi sebagai term antara dan tidak lagi menghubung- kan (memisahkan) subjek dan predikat. Misal: Banyak orang Indonesia yang kaya Badu orang Indonesia Jadi Badu kaya nyangkut keputusan-keputusan Bila kedua premis positif maka kesimpulannya harus positif Kedua premis tidak boleh negatif Kedua premis tidak boleh partikular Kesimpulan harus sesuai dengan premis paling lemah. Keputusan partikular adalah keputusan paling lemah di- ‘banding keputusan universal dan negatif lebih lemah da- ripada positif, maka: satu premis partikular, kesimpulan harus partikular + jika salah satu premis negatif, kesimpulan harus ne- gatif salah satu premis negatif dan partikular, kesim- pulannya juga harus negatif dan partikular Misal: Beberapa mahasiswa tidak jujur ‘Semua mahasiswa adalah manusia Jedi beberapa manusia tidak jujur DASAR-DASAR LOGIKA, C._ SUSUNAN SILOGISME YANG LURUS Penyimpulan sebagaimana diuraikan di atas tampak jelas bahwa tersusun atas tiga keputusan, yaitu premis mayor, pre~ keputusan. LMP 2P-M 0 3 M-P 4 PeM s-M SoM Mes M-s S-P S-P 3-P ‘S-P Kalau semua dikombinasikan (kuputusan A, E, |, 0) dapat kemungkinan 256, namun tidak semuanya susunan si- Jogisme yang lurus dan berdasarkan hukum-hukum silogisme ternyata hanya ada 19 yang memenuhi syarat. ‘Susunan: M ~ P S-M ‘S-P ‘Susunan ini yang paling sempurna ‘Syaratnya premis minor harus positif dan premis mayor hharus universal Karena kemungkinan yang muncul adalah AAA, AA\, EAE, EAO, All, dan E10 Susunan: P - M S-M ‘S=P susunan ini tepat sekali untuk menyusun sanggahan + syarat yang harus dipenuhi alah sebuah premis harus ne- gatif, premis mayor harus universal. BAB 5: SILOGISME kombinasi yang munakin adalah EAE, EAO, AEE, AEO, E10, A0O ile ‘Susunan: M-P ‘mis minor, kesimpulan. Ketiga keputusan itu dapat dibedakan M-s ‘menurut bentuk dan luasnya, akan menghasilkan keputusan S-P ‘A, E, |, dan O. Kalau dikombinasikan akan muncul al susunannya cukup rumit dapat dikembalikan pada susunan yang pertama syaratnya, premis minor harus positif dan kesimpulan partikular kombinasi yang muncul AAl, IAI, All, EAO, OAO, EIO nan: P= M Mes S-P ‘susunan ini tidak umum sehingga tidak pernah dipakai syaratnya, apabila premis mayor positif, premis minor harus universal, bila premi tus partikular dan bila salah satu premis negatif, premis ‘mayor harus universal. kombinasi yang mungkin AAl, AEE, IAI, EAO, E10. ‘SILOGISME TERSUSUN ‘Ada beberapa silogisme yang disebut silogisme tersu- . yaitu suatu silogisme yang salah satu premis- kedua-duanya disambung dengan pembuktian. Sering disebut juga silogisme kausal. | Misa: Setiap mahasiswa itu mulia, karena mengejar ilmu untuk masa depannya kelak. DASAR-DASAR LOGIKA, Udin adalah mahasiswa Jadi, Udin adalah mulia ._ Enthymema, yaitu suatu silogisme yang salah satu pre- misnya atau kesimpulannya dilampai. Misa: Jiwa manusia adalah rohani Jadi, tidak akan mati Susunan yang seharusnya: Yang rohani itu tidak dapat mati Jiwa manusia adalah rohani Jadi tidak dapat mati ideretkan sedemikian rupa sehingga kesimpulan sme yang satu menjadi pre- mis untuk silogisme yang lain. Misal: Seorang yang ingin juara kelas tentu akan rajin bel seorang yang keluar masuk perpustakaan dan sel membaca buku pelajaran, adalah seorang yang berharap meraih juara kelas. Jadi, seorang yang keluar masuk per- pustakaan dan selalu membaca buku adalah seorang yang rajin belajar. Seorang kutu buku adalah seorang yang keluar masuk perpustakaan dan selalu membaca buku. Jadi, seorang kutu buku adalah rajin belajar. Wari- man adalah kutu buku, jadi Wariman rajin belajar. Sorites, Sorites semacam dengan polysilogisme, yang lebih dari tiga keputusan. Keputusan-keputusan itu di ‘bungkan satu sama lain, sehingga predikat dari keputus- {an yang satu selalu menjadi subjek keputusan yang ber- ikutnya. Dalam kesimpulan subjek dari keputusan yang ertama dihubungkan dengan keputusan yang terakhir, Misal: BAB 5: SILOGISME Orang yang tidak mengendalikan keinginannya, meng- inginkan seribu satu macam barang. Orang yang meng- inginkan seribu satu macam barang, banyak sekali kebu- tuhannya. Orang yang banyak sekali kebutuhannya tidak bahagia. Jadi, orang yang tidak mengendalikan keingin- annya tidak bahagia E. SILOGISME HIPOTETIS. logisme Hipotetis adalah argumen yang premis mayor- rupa proposisi hipotetik, sedangkan premis minornya Proposisi katagorik. Ada empat jenis tipe silogisme ik: ilogisme hipotetis yang premis minornya mengakui bagian itecedent, seperti Jika hujan, saya naik becak. Sekarang hujan. Jadi saya naik becak. logisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian \sekuennya, seperti: Bila hujan, bumi akan basah. Sekarang bumi telah basah, Jadi hujan telah turun, e hipotetik yang premis minornya mengingkari ante- seperti Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka kegelisahan akan timbul, Politik pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa, DASAR-DASAR LOGIKA, Jadii kegelisahan tidak akan timbul Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari ba- gian konsekuennya, seperti: + Bile mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah + Pihak penguasa tidak gelisah, Jadi mahasiswa tidak turun ke jalanan. Silogisme Hipotetis terdiri atas silogisme (hipotetis) kon- disional, silogisme (hipotetis) disjunatif dan silogisme (hipo- tetis) konjungtif. 1. Kondisional, suatu silogisme yang premis mayornya be- rupa keputusan kondisional. Terdapat dua bagian, yaitu’ jika.., maka... Bagian yang satu dinyatakan benar, kalau syarat yang dinyatakan dalam bagian yang lainnya terpe- uhi. Yang mengandung syarat disebut antecedent, dan bagian keputusan yang mengandung apa yang disyarat- dan consequensi-nya. Keputusan benar bila hubungan bersyarat yang dinyatakan di dalamnya benar. Keputusan salah, kalau hubungan itu memang salah. Adapun hukum-hukum silogisme (hipotetis) kondisional adalah: ‘a. Kalau antecedent-nya benar, maka consequensi-nya juga benar b. Kalau consequensi-nya salah, maka antecedent-nya juga salah. Artinya premis mayor suatu silogisme kondisional merupakan suatu keputusan kondisional ‘BAR 5: SILOGISME yang benar. Premis mayor misalnya berbunyi “jika hujan, aku tidak pergi. Antecedent-nya “jika hujan”, consequensi-nya ada- lah “aku tidak pergi”, Jika antecedent-nya disebut A dan consequensi-nya B, akan terjadi hubungan berikut: + Jika A benar (benar hujan), maka 8 (aku tidak perai) + Jika B salah (aku tidak pergi), maka A juga salah (ti- dak hujan) + Jika A salah (tidak hujan), B dapat salah atau benar (belum past akan perai) + Jika B benar (aku tidak pergi), A dapat salah atau benar (belum pasti hujan) Disjungtif, Dikatakan silogisme disjungtif karena proposisinya dis~ analisis menjadi: *Proposisi itu benar" dan “Proposisi itu salah”. Kopula yang berupa “jika” dan “maka” mengubah dua pproposisi kategorik menjadi permasalahan disjunatif. Ko- pula dari proposi tif bervariasi, seperti: 'Hidup kalau tidak bahagia adalah susah”, Hasan di rumah atau di sekolah’. ‘Jika bukan Hasan yang mencuri maka Budi", Dalam proposisi hipotetik kopula menghubungkan ef . bab dan akibat, sedangkan dalam proposisi disjungtif kopula menghubungkan dua buah alternatif. Terdapat DASAR-DASAR LOGIKA dua bentuk proposisi disjungtif. Proposisi disjungtif sem- pura dan proposisi disjungtif tidak sempurna. Proposisi disjungtif sempurna mempunyai alternati kontra sedangkan proposisi disjungtif tidak sempurna alterna- ti nya tidak berbentuk kontradiktif. Rumusnya: "A mung- kin B mungkin non-B". Misalnya: “Hasan berbaju putih atau berbaju non-putih" “Budi mungkin masih hidup mungkin sudah mati”. Rumus yang kedua adalah: “A mungkin 8 mungkin C”, seperti: “Hasan berbaju hitam atau putin’. “Budi di toko atau di rumah". Dengan demikian, maka silogisme disjunatif adalah logisme yang premis mayornya keputusan_disjun sedangkan premis minornya keputusan kategorik yang mengakui atau mengingkari salah satu alternatif yang disebut oleh premis mayor. Silogisme ini ada dua silogisme disjunatif sempit dan luas. Silogisme dalam arti sempit premis mayornya mempunyai alterna- tif kontradiktif. Contoh: fa lulus atau tidak tutus. Ternyata ia lulus. Jad a bukan tidak lulus. Jadi, Premis mayornya terdiri atas keputusan disjungtif. Premis minornya mengakui atau mengingkari salah satu kemungkinan yang sudah disebut dalam premis mayor, Kesimpulan mengandung kemungkinan yang lain, Ter- BAB 5: SILOGISME dapat dua jenis, yaitu arti sempit dan arti luas. Disjungtif arti sempit, hanya mengandung dua kemungkinan, yaitu hanya satu yang benar, tidak ada kemungkinan ketiga. isa: ‘Anto masuk sekolah atau tidak pergi (di rumah) ‘Anto masuk sekolah Maka Anto tidak pergi (di rumah) Sedang disjunatif dalam arti luas, terdapat dua kemung- kinan yang harus dipilih dan kedua kemungkinan itu bisa ‘sama benarnya. Mi lah yang pergi atau saya Dia pergi Jadi, (tak dapat disimpulkan bahwa “saya tidak per- oi") Konjunatif, Premis mayornya berupa keputusan konjungtif. Keputus- ‘an konjungtif adalah keputusan bila persesuaian beber- ‘apa predikat untuk satu subj tusan itu sungguh konjungtif, maka predikatnya harus sda oposisi. Hukum yang mengatur silogisme (hipotetis) konjungtif didasarkan atas hukum kontraris (A - E).. Misal: “Mobil tidak mungkin. sekaligus bergerak dan ferdapat dua kemungkinan: a. _Afirmatif-Negatif, artinya premis minor afirmatif, ke- simpulan negatif. DASAR-DASAR LOGIKA BAB 5: SILOGISME Kartu tidak mungkin sekaligus putihdanhi- * ~—-Semua yang baik itu haram. (salah) ‘Semua yang memabukkar __ Jadi: Semua yang memabukkan it anya afirmatif. Kartu tidak mungkin sekaligus putin dan hi- tam, Kartu tidak putih, Jadi kartu hitam, F._ABSAH DAN BENAR Dalam membicarakan silogisme mengenal dua istilah yai- i: Sebagian manusia adalah politikus. (benar) ‘tu absah dan benar. Absah (valid) berkaitan dengan prosedur sedur valid premis salah dan konklusi salah. penyimpi apakah pengambilan konklusi sesuai dengan pato- ‘Semua yang keras tidak berguna. (salah) kan atau tidak. Dikatakan valid apabila sesuai dengan pato- ‘Adonan roti adalah keras, (salah) kan di atas dan dan tidak valid bila seb Benar berkaitan dengan proposisi i: Adonan roti tidak berguna. (salah) kebenaran dalam silogisme merupakan satuan yang tidak bisa dipisahkan, untuk mendapatkan yang sah dan benar. Hanya konklusi dari premis yang benar prosedur yang sah konklusi itu dapat diakui, Mengapa demikian Karena bisa ter premis salah dan prosedur valid menghasilkan konklusi yang benar, demikian juga dari premis salah dan prosedur invalid dihasilkan konklusi benar. Variasi-variasinya adalah sebagai berikut: Prosedur valid, premis salah dan konklusi benar. Bab 6 ASAS-ASAS PEMIKIRAN GENERALISAS! Gene i adalah suatu proses penalaran yang berto- dari sejumiah fenomena individual (khusus) menuju ke- pulan umum yang mengikat seluruh fenomena sejenis jengan fenomena individual yang dis isasi Generalisasi sempurna adalah generalisasi di mana selu- romena yang menjadi dasar pen diki, Misalnya setelah kita memperhati pada setiap bulan tahun Masehi kemu kesimpulan amat kuat dan pat diserang. Tetapi tentu saja tidak praktis dan tidak ekonomis. ~ Generalisasi tidak sempurna yaitu generalisasi berdasar- kan sebagian fenomena untuk mendapatkan kesimpulan ‘yang berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diselidik, B. DASAR-DASAR LOGIKA, Misalnya setelah kita menyelidiki sebagian bangsa Indone- sia bahwa mereka adalah manusia yang suka bergotong- royong, kemudian kita simpulkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang suka bergotong-royong, maka pe- rnyimpulan ini adalah generalisasi tidak sempurna, DILEMA Dilema memiliki arti pembuktian. Dalam pembuktian itu ditarik kesimpulan yang sama dari dua atau lebih dari dua keputusan disjunatif. Di dalamnya dibuktikan bahwa dari se- tiap kemungkinan niscaya di hendaki. Dengan demi kesimpulan yang tidak dike- “lawan dipojokkan”. Pemojokan itu terjadi dengan menghadapkannya pada suatu pillhan, Namun. setiap pilihan mengarahkan kesimpulan yang sama, Dalam arti luas radua ssehingga sulit untuk mer lema adalah setiap situasi dimana harus memi han. Dan tae ihan itu sama-sama tidak mengenakkan, ih. Hukum yang berlaku dan harus diperhatikan dalam dillema dalam arti sempit adalah: c ._Keputusan disjungtif haruslah lengkap dan utuh dan ti dak ada kemungkinan yang Konsekuensinya harus lurus. Kesimpulan yang lain tidak mungkin, artinya kesimpul- an tersebut merupakan satu-satunya kesimpulan yang mungkin ditarik. ASAS BERPIKIR ‘Asas pemikiran adalah pengetahuan darimana pengeta- hhuan yang lain tergantung dan dimengerti. Juga disebut pe- rngetahuan yang menunjukkan mengapa pada umumnya kita 1 x 5 ‘ | ‘BAB 6: ASAS-ASAS PEMIKIRAN dapat menarik suatu kesimpulan. Dapat dibedakan dua jenis, ‘asas primer dan asas sekunder. ‘Asas primer, asas ini mendahului asas-asas yang lai, tr dak tergantung (independen/otonom), dan berlaku bagi ng ada, termasuk logika: se pnp eta se bands ‘adalah benda itu sendiri. Dalam logika pernyataan itu berarti, apabila sesuatu diakui, maka kesimpulan yang lain yang ditarik dari pengakuan itu juga herus ddiakui. Tidak ada sesuatu diakui sekaligus dimung kin bb. Asas Kontradiksi, merupakan perumusan negatf da- riasas identitas. Dalam logika berarti, renaati asas ‘dentitas dengan menghindarkan dari kontradiks! dan tidak boleh membatalkan atau memungkiri se- fang telah diakul c. ‘hom venishen kemungkinan yang ketiga. Asas ini renyatakan bahwa tidak ada kemungkinan yang ke tiga. Bila dua hal yang kontradiksi tentu salah satu nya benar. Tidak mungkin benar keduanya- d._Asas alasan yang mencukupi. Asas ini menyatakan bahwa sesuatu yang ada mempunyal alasan yang cup untuk adanya. pail nate merupakan pengkhususan dari asas Priv mer. Dapat dipandang dari sudut isi dan Wwasnya, = Dari sudut isi terdapat: a. Asas kesesuaian, asas ini menyatakan bahwa ‘ada dua hal yang sama, Salah satu diantaranya sama dengan hal yang ketiga. Dengan demikian, hal yang lain juga sama dengan hal yang ketiga DASAR-DASAR LOGIKA, ._Asas ketidaksesuaian, menyatakan ada dua hal yang sama, namun salah satunya tidak sama dengan hal ketiga, tentu yang lainnya juga tidak sama, Misal: A= B, BC, tentu AxC. Dari sudut luasnya: . sas dikatakan tentang semua, apa yang secara universal diterapkan pada seluruh lingkungan Pengertian (subjek), juga boleh diterapkan se- ‘mua bawahannya, 'b. Asas tidak dikatakan tentang mana pun juga. ‘Apa yang secara universal tidak dapat dit kan pada suatu pengertian (subjek), juga tidak dapat diterapkan pada semua bawahannya. ‘Asas-asas mengandung konsekuensi, baik terhadap Penyimpulan pada umumnya, maupun penyimpulan “modal” Penyimpulan pada umumnya . yang sesuai dengan antecedent, juga sesuai de- ‘gan consequens. Sebaliknya, tidak pasti. 'b. yang tidak sesuai dengan antecedent, dak sesuai dengan consequens. Sel dak pasti. Penyimpulan “modal” a. Premis yang mutlak juga menghasilkan kesim- ulan yang mutlak, namun kesimpulan yang mutlak dapat berasal dari premis-premis yang Mutlak atau yang “kebetulan”, BAB 6: ASAS-ASAS PEMIKIRAN b. Premis yang mustahil dapat menghasilkan ke- simpulan yang benar atau salah. ¢. Dari *ada’-nya boleh ditarik kesimpulan tentang “mungkin"-nya, sebaliknya tidak boleh. lak mungkin’-nya boleh ditarik kesim- pulan “tidak-ada’-nya, sebaliknya tidak boleh. D. KEMUNGKINAN LOGIS ‘Sebuah kalimat mempunyai dua kemungkinan, yaitu ber- nilai atau salah, Sebuah pernyataan yang mempunyai bentuk logis belum tentu benar secara logis, karena bentuk logis ti- dak memperhatikan kemungkinan ini dan hanya memperha- kan bentuknya saja. Bertitik tolak dari pengertian tersebut, maka dikenal kemungkinan logis. Sebuah Kalimat mempunyai kemungkinan logis bilamana kalimat tersebut dapat dipahami secara selaras, tanpa menimbulkan pertentangan dir. Per- nyataan yang berkemungkinan logis ialah pernyataan yang ‘mempunyai proposisi analitis. Contoh: Roda itu bulat Kalimat ini selalu benar, secara logis benar, karena se- suai dengan kenyataan dan tidak mempunyai pertentangan dir. Keterangan padu belum tentu mempunyai kemungkinan logis, kadang-kadang masih harus disesuaikan dengan ke- nyataan. Contoh: Sepatu itu terbuat dari kulit (Pernyataan yang berkemungkinan empiris). Kucing itu dapat melompat 100 m ke udara, Pernyataan diatas jelas tak berkemungkinan empiris. Ka~ DASAR-DASAR LOGIKA hanya dilihat dari bentuknya memang ada kemungkinan logis. Tetapi mempunyai kemungkinan logis belum tentu da- pat mempunyai kemungkinan empiris. Tetapi setiap pernya- taan yang tidak munakin secara logis, tidak mungkin pula se- cara empiris. Contoh: Ada ikan yang terbang ke udara, Kalimat ini secara logis tidak mungkin, karena tidak ada ikan yang terbang. Karena tidak mempunyai kemungkinan logis, jadi tidak mempunyai pula kemungkinan empiris, Ke- mungkinan yang lain adalah kemungkinan teknis, yang apli- kasinya memerlukan syarat-syarat teknis, Contoh: Beberapa orang akan darmawisata ke bulan. ‘Suatu pernyataan dapat mempunyai kemungkinan logis, kemungkinan empiris, dan kemungkinan teknis. Kemungkinan logis belum tentu merupakan kemungkinan empiris, kemung- kinan empiris belum tentu merupakan kerwungkinan teknis. Namun mungkin secara teknis pasti mungkin secara logis dan ‘empiris. Dari keterangan tersebut dapat dit + Sesuatu yang mungkin secara logis, belum tentu mung- kin secara empiris. Tetapi yang mungkin secara empiris pasti mungkin secara logis. + Sesuatu_ yang mungkin secara empiris belum tentu mungkin secara teknis. Tetapi setiap kemungkinan teknis ppasti merupakan kemungkinan empiris. E. PENGUCAPAN DAN PENGGUNAAN Bahasa yang digunakan dalam logika hanya diperlukan untuk mengungkapken informasi, dan tidak berhubungan de- ‘ngan tata bahasa maupun aturan bahasa lainnya. Untuk itu dalam logika dikenal pengucapan dan penggunaan kata. Contoh: Buku itu bersampul merah « a BAB 6: ASAS-ASAS PEMIKIRAN. Buku tersusun atas empat huruf Kata buku pada kalimat pertama digunakan untuk me- nunjuk suatu benda, sedang pada kalimat kedua menunjuk pada perkataannya sendiri yang dimaksud dalam pengucap- an. Menurut logika kalimat kedua tersebut harus dituliskan: “Buku” tersusun atas 4 huruf. Kesalahan dalam bahasa dapat pula terjadi karena se- buah kata bermakna ganda, ambiguous. Misalnya: kata “halaman” dapat bermakna Pekarangan rumah Pagina buku Permukaan kertas i samping makna ganda dikenal pula kabur (vague), dikata~ kan kabur bila tidak jelas batasan dari suatu ukuran, misalnya: tukuran kekayaan, kepandaian, kesabaran, dll. Dan yang ketiga adalah amphiboly, terjadi bila susunan kalimat atau pemakaian tanda baca yang kurang cermat, misal: “Badu menyukai an- jing dan saya juga’, dalam ungkapan “saya juga” dapat berarti “saya menyukai anjing” atau "saya menyukai saya", F. _KEMESTIAN LOGIS DAN KESAHAN LOGIS Logika berhubungan dengan perbincangan (‘argu- men"). Dalam logika, perbincangan berarti suatu rangkaian kegiatan penalaran yang menunjukkan bukti bahwa suatu keterangan tertentu mengikuti secara runtut dari satu atau lebih keterangan yang lain. Keterangan itu disebut pangkal lah suatu kesimpulan yang mempunyai hubungan erat se- DASAR-DASAR LOGIKA, kali dengan pernyataan pendukungnya. Dalam perbincang- ‘an diperlukan kata-kata penghubung, misalnya: oleh karena jadi, sebab, maka. Kata-kata itu biasanya terdapat dalam perbincangan dan permulaan kesimpulan. Adapun kata-kata, arena, agar, sejak, dipakai dalam perbincangan yaitu awal pangkal pikimya. Perangkai “dan" dipakai untuk menghu- bungkan pangkal pikir-pangkal pikir. Perbincangan ada dua, yaitu perbincangan deduktif dan perbincangan induktif. 1. Perbincangan Deduktit Kesimpulan yang diturunkan dari pangkal pikir merupa- kan kemestian dan merupakan kelanjutan dari pangkal pikir- nya. Bila pangkal pikirnya diakui benar, maka kesimpulannya hatus diakui benar pula, Perbincangan deduktif dapat teriadi: a. Semua pangkal pikirnya benar dan menurunkan kesim- pulan yang benar. b. Ada pangkal pikir yang salah, kesimpulannya benar. c. Ada pangkal pikr salah, kesimpulannya salah. Contoh: @ Semua logam adalah keras Besi adalah logam ‘Jadi besi adalah keras b. Semua kucing dapat terbang ‘Semua burung adalah kucing Semua burung dapat terbang ‘¢. Semua kucing dapat terbang ‘Semua anijing adalah kucing ‘Semua anjing dapat terbang BAB 6: ASAS-ASAS PEMIKIRAN, 2. Perbincangan Induktif Pangkal pikir-pangkal pikir diperoleh dari pengamatan langsung terhadap dunia kenyataan, kesimpulannya hanya boleh jadi benar, bukan penurunan logis yang merupakan ke- mestian. Jadi bila pangkal pikirnya benar, kesimpulannya ha- nya mungkin benar. Contoh: Besi kalau dipanaskan akan mengembang Kuningan kalau dipanaskan akan mengembang (Mungkin) Semua logam kalau dipanaskan akan mengem- bang 3. Perbedaan Perbincangan Deduktif dan Induktit Deduktif: 1. Kalau semua pangkal pikimnya benar, kesimpulannya ha- tus benar. 2. Semua keterangan atau fakta dalam kesimpulan telah ada pada pangkal pikirnya, Indusktif: 1. Kalau pangkal pikirnya benar, kesimpulannya mungkin benar, 2. Kesimpulan yang mengandung keterangan tidak terda- pat pada pangkal pikirnya, Pola umum suatu perbincangan dilambangkan sebagai berikut: Contoh: pv q Dibaca: p atau q ~p bukan q q Jadi a DASAR-DASAR LOGIKA Penyany/ itu Sarah atau Ayu Bukan Ayu Jadi Sarah G. _KEMESTIAN LOGIS. Suatu kesimpulan dapat diambil dari satu atau lebih pangkal pikir. Kesimpulan dari sebuah pernyataan yang selalu benar adalah kesimpulan dari proposisi analitis, karena dalam proposisi ini predikat telah ada pada subjek. Kebenarannya tidak dapat dibantah lagi dan merupakan kebenaran mutlak, yang mesti dan dikatakan mempunyai kebenaran logis. Kemestian logis dibedakan 3 (tiga) jenis: 1. Kemestian logis atau kemestian matematis 2. Kemestian fisis 3. Kemestian menurut moral Ketiga macam kemestian itu berturut-turut terdapat dalam hukum-hukum logika, fisika, dan etika. Pengingkaran terhadap ketiganya merupakan pelanggaran pada hukum ke~ mestian, Misal: ab = ba (kemestian logis ‘+ Matahari terbit dari ufuk timur (kemestian fisis), dan + Memperkosa merupakan tindakan amoral (kemesti- ‘an moral) Mengadakan analisis terhadap kemestian logis merupa- kan hal yang perlu dilakukan. Beberapa proposisi dapat benar atau dapat salah tergantung keadaannya. Misal: “Hari ini hu- jan”. Kalimat ini dapat benar dan dapat juga salah. Benar bila kenyataannya memang hujan dan sebaliknya. Adapun pada kalimat, “Hari ini hujan atau tidak huja BAB 6: ASAS-ASAS PEMIKIRAN. lihat kenyataan, karena kalimat ini selalu benar. Pada kalimat, Kalau hujan, maka jalan basah’, tidak tergantung pada ke- nyataan, karena hanya kalimat pengandaian saja. Jadi sesuatu pernyataan atau keterangan mengandung kemestian logis, kalau pengingkarannya merupakan perten- tangan p adalah mesti menurut losika, apabila bukan p secara logis tidak mungkin terjadi. Kemestian logis ini dilawankan dengan tak tentu (contingent). Suatu propo- sisi dikatakan tak tentu, kalau kebenarannya tergantung fakta pendukungnya, atau kemestian empiris (ada kebenaran ben- tuk dan isi), misal: "Gedung WTC diledakkan oleh Osama Bin Laden”, merupakan kalimat yang tak tentu kebenarannya, ha- rus dibuktikan apakah benar Osama sebagai peledaknya. 1H. KESAHAN LOGIS Suatu perbincangan dikatakan sah (valid) apabila kesim- pulan yang diturunkan dari pangkal gis dalam pangkal pikirnya, Sifat sah itu sebagai pengertian niskala dinamakan kesahan (validity). Kesahan ini terlepas ari nilai benar atau salahnya pangkal pikir yang digunakan. Dalam hal ini semua pangkal pikir dianggap benar dan kesim- pulannya benar pula. Barulah dapat dikatakan bahwa perbin- cangan itu sah menurut logika. Catatan: Perbincangan yang sah dapat mempunyai pangkal pikir yang salah atau benar. Dapat terjadi perbincangan yang sah ini mempunyai pangkal pikir yang benar semua, yang benar dan yang salah, atau bahkan salah semua, DASAR-DASAR LOGIKA Contoh: Bab 7 ‘Semua manusia adalah fana (benar) Socrates adalah manusia (benar) SESAT PIKIR Socrates adalah fana (benar) ‘Semua manusia adalah seniman (salah) Semua penari adalah manusia___(benar) ‘Semua penari adalah seniman —_(benar) Semua burung adalah perenang (salah) ‘Semua ikan adalah burung (salah) ‘Semua ikan adalah perenang (benar) ‘A. PENGERTIAN SESAT PIKIR Belajariah logika, maka engkau pun tahu apa arti sesat pikir. Ketika kita coba bernalar atau berargumentasi, pikiran ita bisa sesat, atau bisa salah. Kesesatan dalam penalaran terjadi ketika kita melanggar prinsip-prinsip logis. Kesesatan {adalah suatu penalaran yang salah, yang sepintas kilas kel hatan memiliki kebenaran. Kesesatan adalah suatu argumen yang tidak logis, yang menyesatkan, yang memperdayakan. ‘Suatu kesesatan yang dilakukan dengan maksud mem> perdayai orang lain disebut sofisme. Kaum yang disebut sofis terkenal sebagai tukang tipu. Mereka menipu untuk memper= oleh keuntungan tertentu. Seorang aparat desa yang mem> benarkan penilepan uang rakyat, misalnya dengan alasan bahwa dia sudah berusaha bekerja rajin membangun desanya termasuk dalam kaum sofs, Jika suatu kesesatan dipakai karena ketidaktahuan ten= tang peraturan-peraturan penalaran, hal itu disebut paralo- gisme. Seorang yang tidak cakap berpikir, karena belum bela~ ‘Semua manusia adalah burung (salah) ‘Semua ikan adalah manusia (alah) ‘Semua ikan adalah burung (salah)

You might also like