You are on page 1of 32

OSCE

Bedah Mulut

Pencabutan dengan komplikasi Hipertensi


 Tanda Klinis Hipertensi :Pemeriksaan tekanan darah, Anamnesa apakah ada
keluhan nyeri kepala; leher tegang; migraine; mata berkunang-kunang,
epitaksis (pendarahan tiba tiba dari hidung karena efek sistemik), Hiperplasi
gingiva (karena konsumsi obat kalsium channel blocker; Nifedipine,
Amelodipine), Xerostomia pada pengguna Chlonidine
 Obat anastesi yang digunakan adalah mepivacaine3% atau lidocaine 2%
dengan pengenceran 1:200.000
 Komplikasi Pencabutan Hipertenasi: Pendarahan berlebih, Masuknya
adrenalin ke dalam pembuluh darah bisa menimbulkan: takikardi, stroke
volume meningkat, sehingga tekanan darah menjadi tinggi. Resiko yang lain
adalah terjadinya ischemia otot jantung yang menyebabkan angina pectoris,
bila berat bisa berakibat fatal yaitu infark myocardium.
 Surat Rujukan
Herluinus drg
SIP XXX/XX/XXXX
Alamat XX.XX no. telp XX
Senin, Kamis 07-00 – 12:00
Surabaya, 23 April 2016
Kepada yth Bagian Penyakit Dalam
Di Tempat

Dengan Hormat
Menghadapkan pasien laki laki usia 40 tahun dengan keluhan gigi berlubang
dan akan dilakukan ekstraksi pada gigi tersebut. Pasien memiliki riwayat hipertensi
dan didapatkan tensi 170/90. Kami mohon perawatan di bidang sejawat. Pasien masih
dalam perawatan kami. Atas bantuan yang diberikan kami ucapkan terimakasih.
Hormat Kami,

Herluinus. Drg

Kontrol Pendarahan
Alat dan Bahan
1. Masker dan handscoon
2. Diagnostic Kit*
3. Hemostatic Agent (Spongostan; Surgicel)
4. Suturing Silk 3.0
5. Needle
6. Needle holder
7. Pinset Anatomis dan Chirurgis
8. Syringe dan NaOCl 0.9% untuk irigasi
9. Gunting
10. Tampon steril
11. Bone File & Knabble Tang (Apabila ada tulang yang tajam)
Prosedur
1. Operator memakai masker dan handscoon
2. Tekan luka dengan tampon steril
3. Anastesi topikal atau menggunakan citoject dengan lidocaine 2% atau
mepivacaine 2% secukupnya.
4. Potong tulang yang tajam dengan knabble tang dan haluskan menggunakan
bone file (apabila ada tulang yang tajam); Ambil fragmen tulang dengan pinset
(apabila ada tulang yang tertinggal pada soket)
5. Irigasi menggunakan NaCl pada soket tanpa tekanan
6. Masukkan hemostatic agent ke dalam soket
7. Apabila luka besar, jahit dengan suturing silk 3.0 dan needle, ikat dengan rapat
tanpa menekan jaringan.
8. Irigasi jahitan
9. Pemberian resep antibiotik dan analgesik bila perlu
10. Rujukan ke spesialis penyakit dalam (bila pasien mempunyai penyakit
sistemik yang menyebabkan pendarahan berlebih)
11. Instruksi kontrol hari ke 1/7 (dilihat kasusnya), Instruksi pada pasien (hampir
sama dengan instruksi post ekstraksi)
12. Instruksi menghubungi dokter apabila pendarahan tidak berhenti juga.

Ekstraksi (Cukup Jelas)

Basic Life Support


Alat dan Bahan
1. Handscoon dan Masker
2. Tabung oksigen dan Face Mask/ Ambu Bag 1L
3. Syringe Insuline 1cc
4. Adrenaline 1:1000 0.3ml
Prosedur
1. Pastikan lingkungan sekitar aman untuk melakukan pertolongan.
2. Posisikan pasien dalam posisi Shock, baringkan ditempat yang datar dan keras
sambil menepuk bahu, menggoyangkan badan dan memanggil nama dengan
suara keras pasien
3. Memanggil orang lain untuk bantuan/Telpon 118/119 / Call for Help
4. Cek Airway, apabila ada bunyi dengkuran (pangkal lidah jatuh kebelakang)
maka dilakukan head tilt atau chin lift, 1 tangan menahan dahi; 1 tangan
menahan dagu, apabila ada bunyi gargling maka cairan penyumbat harus
dibuang dengan suction.
5. Cek Breathing, Melonggarkan Ikat pinggang dan pakaian yang ketat sambil
memeriksa diagfragma pasien; memeriksa pernafasan pasien (look-listen-feel).
Pernafasan normal 8-12 kali permenit.
6. Pemasangan face mask dan persiapan tabung oksigan
7. Pasang selang masker pada tabung oksigen, buka keran tabung oksigen tabung
oksigen.
8. Atur flowmeter pada tekanan 6-8L/Menit
9. Pasang facemask menutupi mulut dan hidung, tekan penyangga hidung di
hidung pasien dan pasang karet melindungi kepala.
10. Bila tidak ada nafas, tutup hidung pasien, beri mouth-to-mouth breathing
dengan meniup pelan dan dalam mulut pasien, nafas 2 kali, selisih antar nafas
1,5 detik
11. Cek Circulatory (nadi pasien) pada cubiti/carotis bila tidak teraba, tekanan
nadi normal adalah 60-100 per menit. Apabila mengalami penurunan maka
terjadi bradikardia. Apabila mengalami peningkatan maka terjadi takikardia.
12. Bila nadi ada namun nafas tidak ada; buat nafas buatan seperti nomor 9 10-12
kali per menit
13. Bila nadi ada namun lemah, injeksikan adrenaline 1:1000 dengan syringe
insuline 1cc sebanyak 0.3ml secara intra muskuler pada muskulus deltoideus
(3 jari dari bahu) tegak lurus bidang sedalam setengah jarum, aspirasi,
deponer.
14. Apabila nadi dan nafas tidak teraba, lakukan CPR
CPR
Prosedur
1. Lakukan prosedur 1-8 pada Basic Life Support
2. Saat prosedur CPR, posisikan pasien dalam posisi supine
3. Lakukan pijat jantung di processus syphoideus
4. Posisi operator berlutut disamping pasien dengan tangan disilangkan dan tegak
lurus diatas dada pasien.
5. Dilakukan kompresi jantung dengan tekanan 3-4cm (dewasa)
6. Jaga lengan agar tetap lurus selama prosedur, tekanan dari bahu bukan dari
tangan atau siku.
7. Berikan kompresi setiap detik 2x tekanan, setiap 30 kali kompresi diberi nafas
buatan 2 kali secara berurutan. Kecepatan kompresi 100x per menit.
8. Lakukan prosedur nomor 6 selama 5 siklus
9. Apabila tidak ada face mask, dilakukan mouth-to-mouth breathing
10. Apabila menggunakan ambu bag kapasitas 400ml, fiksasi face mask dengan
cara jempol dan telunjuk membentuk huruf C dan fiksasi pada bagian face
mask, 3 jari lain fiksasi pada dagu untuk chin lift
11. Sasaran penggunaan ambu bag adalah 12 tiupan/ Menit
12. Evaluasi selama 5 kali siklus; Evaluasi adalah Look-Listen-Feel
13. Lanjutkan resusitasi hingga bantuan tiba.

Tanda-Tanda Keberhasilan: Dada naik-turun setiap kompresi; Pupil bereaksi terhadap


cahaya (henti jantung tidak bereaksi); denyut jantung terdengar; reflek pernafasan
spontan, pucat berkurang, penderita dapat menggerakkan extrimitas, berusaha
menelan.

Prosedur diatas adalah prosedur CPR jika dilakukan sendirian; apabila berdua
proses nya berbeda lagi.

Eksostosis/Alveolektomi
Alat dan Bahan
1. Masker dan Handscoon
2. Diagnostic Kit*
3. Syringe dan Lidocaine 2%
4. Blade no 15 dan Scalpel
5. Knabble Tang
6. Bone File
7. Rasparatorium
8. Suturing Silk 3.0 dan Needle
9. Pinset Chirurgis dan Anatomis
10. Syringe irigasi dan Pz
11. Tampon
12. Povidone Iodine 10%
Prosedur
1. Lakukan asepsis pada bidang
2. Anastesi pada bidang
3. Lakukan envelope flap/triangle flap
4. Pisahkan jaringan periosteal dengan gingival dengan rasparatorium
5. Lakukan perabaan pada bagian alveolar untuk mencari bagian yang
menonjol/tajam
6. Apabila ditemukan, potong dengan menggunakan knabble tang, irigasi.
7. Haluskan bagian yang dipotong dengan menggunakan bone file, pastikan
bagian tersebut halus dan tidak tajam dengan perabaan, Irigasi.
8. Tutup flap dengan suturing silk 3.0 dan needle dengan metode
continous/interupted.
9. Irigasi jahitan
10. Pemberian antibiotik dan analgesik bila perlu
11. Kontrol 7 hari

Abses/Insisi Drainase
Pemeriksaan Fisik EO
1. Inspeksi : Asimetri; Pembengkakan; Warna
2. Palpasi :Pembengkakan, Suhu, Batas, Konsistensi, Nyeri tekan, Fluktuasi
Pemeriksaan Kelenjar Limfe
1. Akut : Teraba, Lunak, Sakit, Dapat Digerakkan dari dasarnya
2. Kronis :Teraba, Kenyal, Tidak Sakit, Dapat digerakkan dari dasarnya.
Alat dan Bahan
1. Masker dan Handscoon
2. Diagnostic Kit*
3. Blade no 11 dan Scalpel
4. Asepsis Povidone Iodine 10%
5. Anastesi Topikal (Xylonor/Chloroethyl)
6. Arteri Klem
7. Suturing silk 3.0 dan Needle
8. Needle Holder
9. Gunting
10. Tampon
11. Irigasi Pz dan Syringe Irigasi
Prosedur
1. Aplikasi Asepsis dengan arah melingkar dari tempat insisi kearah luar
2. Aplikasi anastesi topikal dengan cara aplikasi anastesi pada tampon dan
ditempelkan di tempat insisi
3. Insisi di tempat terendah dari tempat fluktuasi dengan arah scalpel tegak lurus
dengan blade scalpel mengarah ke permukaan.
4. Drainase dengan klem bengkok dengan klem masuk dengan keadaan tertutup
dan dibuka didalam rongga abses, keluarkan dalam keadaan terbuka. Ulangi
ke segala arah.
5. Irigasi dengan Pz didalam rongga tanpa tekanan.
Langkah dibawah adalah pemasangan drain apabila diperlukan
1. Potong bagian jari handscoon dengan kedua ujung terbuka.
2. Balik permukaan potongan, bersihkan dengan pz dan celupkan di povidone
iodine 10%
3. Masukkan drain pada rongga abses dengan arteri klem
4. Lipat ujung luar drain dan jahitkan pada mukosa sekitar.
5. Pemberian obat antibiotik dan analgesik
6. Instruksi kontrol 3 hari

Reposisi TMJ
Alat dan Bahan
1. Handscoon dan Masker
2. Diagnostic kit
3. Kasa
4. Barthon Bandage
Prosedur
1. Pasang handscoon dan masker
2. Posisikan pasien pd posisi tegak, oklusal setinggi siku operator
3. Pasang kasa pada ibu jari
4. Instruksikan pasien untuk rileks dan tarik nafas panjang
5. Masukkan ibu jari pada oklusal gigi posterior, jari lain fiksasi pada bawah
rahang
6. Tekan ke bawah sekaligus menarik mandibula sedikit kedepan dan dorong
kebelakang
7. Pasang barthon bandage
8. Berikan Resep Muscle Relaxan, Analgesik, dan Ruboronsia
9. Instruksi Pasien: Jangan membuka mulut terlalu lebar, Istirahat, Diet Lunak.
10. Aplikasi Fiksasi selama 1-2minggu.

Pemeriksaan TMJ
Inspeksi
1. Lihat apakah ada asimetri wajah
2. Cek deviasi mandibula ketika membuka/menutup mulut
3. Cek oklusi
4. Cek pembukaan mulut sampai 3 jari atau tidak
Palpasi
1. Pakai Masker dan Handscoon
2. Gunakan 2 jari; telunjuk di meatus acusticus externus, jempol di depan.
3. Instruksikan buka tutup perlahan
4. Apakah ada perubahan, penonjolan, nyeri tekan.
5. Palpasi otot masetter dan temporalis
Auskultasi
1. Cek clicking
2. Pasien diinstruksikan buka tutup mulut dan cek pada depan tragus dengan
menggunakan stethoscope
3. Cek krepitasi
Terapi
1. Instruksi tidak membuka mulut terlalu lebar
2. Menghentikan kebiasaan buruk jika ada
3. Instruksi diet lunak
4. Pemberian resep analgesik dan muscle relaxant
5. Rujukan ke Sp.Prosto; Foto Radiologi
*Diagnostic Kit pada Bedah Mulut: Kaca Mulut 2 buah, Sonde Half Moon, Pinset
Dental
Prostodonsia
Mencetak RA/RB
Alat dan Bahan
1. Masker dan Handscoon
2. Penutup dada
3. Gelas Kumur
4. Diagnostic Kit*
5. Alginat
6. Mangkok karet dan spatula
7. Sendok cetak perforated
8. Saliva ejector
9. Povidone Iodone 10%
Prosedur
1. Penderita didudukkan dengan posisi yang benar
2. RA – Garis chamfer (trachus-Ala Nasi) sejajar lantai
3. RB – Garis oklusi sejajar lantai
4. Posisi kepala penderita setinggi siku operator
5. Pasang penutup dada
6. Jelaskan proses pencetakan, instruksi bernafas melalui hidung, kadang ada
respons muntah
7. Lepas protesa gigi bila ada
8. Perintah berkumur sebelum prosedur mencetak
9. Pemilihan sendok cetak yang tepat dengan besar, bentuk , dan kedalaman
palatum. Cobakan pada penderita
10. Apabila sendok cetak kurang panjang, tambahkan lempeng malam.
11. Campurkan bahan cetak alginat seusai aturan pabrik
12. Aduk adonan di mangkok karet dengan spatula.
13. Pengadukan dengan metode memutar dan menekan adonan pada dinding
bowl.
14. Tuangkan adonan pada sendok cetak setinggi tepian sendok.
15. Basahi handscoon dan haluskan permukaan, buang kelebihan bahan.
16. RA – Posisi operator dari depan untuk memasukkan tray dengan retraksi regio
pipi kanan menggunakan tray, lalu operator kebelakang. Tekan tray dari
belakang ke depan.
17. RB – Posisi operator di samping penderita, retraksi pipi. Tekan tray dari
belakang ke depan. Instruksikan pasien untuk mengangkat lidah dan
dijulurkan kedepan.
18. Pastikan posisi sendok cetak sesuai dengan garis median.
19. Tunggu sampai alginat setting.
20. Lepas sendok cetak dengan menekan bagian posterior ke arah oklusal.
21. Cuci dan lakukan disinfeksi pada cetakan

Pencobaan Galangan Gigit


Alat dan Bahan
1. Masker dan Handscoon
2. Diagnostic Kit
3. Brander
4. Pisau Malam
5. Penggaris
6. Bite Plane
7. Benang
8. Kapi
Prosedur
1. Cek lebar galangan gigit
2. RA – Lebar galangan 5-7-10, tinggi 22mm, lebih protrusif 2mm dari RB.
3. RB – Lebar galangan 4-610, tinggi 18mm,
4. Cek profil wajah setelah insersi galangan gigit.
5. Cek frenulum pada galangan gigit.
6. Pada Galangan gigit RB, saat lidah bergerak seharusnya galangan gigit tidak
ikut bergerak.
7. Cek batas posterior RA pada AH-Line, posterior RB pada Retromolar Pad.
8. Ketinggian oklusi pada RA dicek menggunakan bite plane dan benang yang
dipasang sejajar dengan garis chamfer pada penderita, kurangi dengan kapi
apabila berlebih.
9. Cek retensi galangan gigit.

Penetapan Gigit
1. Buat garis chamfer dari tragus ala-nasi
2. Sejajarkan bidang oklusal rahang atas dengan chamfer
3. Galangan gigit RA anterior midline sejajar dengan garis imajiner interpupil
4. Tinggi galangan gigit disesuaikan dengan panjang bibir. (bibir panjang RA
tidak terlihat saat menutup mulut; nomal tampak 2mm; pendek 4mm)
5. Cek keseimbangan kontak oklusal dari galangan gigit RA dan RB (DVO)
6. DVO yang baik tercapai bila permukaan oklusal galangan menyentuh dengan
rata
7. Selanjutnya melakukan pencarian dimensi vertikal istirahat (DVI)
8. Ukur dimensi vertikal pasien saat posisi istirahat. Pasien diminta menutup
mulut dan mengucapkan huruf M untuk mendapatkan posisi istirahat.
9. Pengukuran dengan menggunakan jangka dari titik nasion dan gnation.
10. Pengukuran tinggi gigit= Posisi Istirahat – Free way space (2-4mm)
(Niswonger)
11. Sesuaikan tinggi galangan dengan ketinggian vertikal dari pengukuran.
12. Menentukan relasi horizontal dengan metode membuat nukleus walkhoff pada
posterior basis galangan gigit RA.
13. Posisikan pasien pada posisi dorsal flexi (menengadah kebelakang)
14. Instruksikan pasien untuk membuka tutup mulut sampai lelah, operator
membantu mendorong mandibula ke posterior.
15. Untuk mendapatkan letak gigit pasien diminta untuk menyentuh nukleus
walkhoff dengan lidah kemudian menutup mulut perlahan-lahan.
16. Lakukan langkah nomor 14 dan 15 sampai posisi letak gigit tidak berubah
17. Buat garis median; kaninus; dan garis senyum pasien
18. Fiksasi galangan gigit RA dan RB dengan Utility Wax atau Stapler

Design
Klamer Mucosa Bourne: Gillette, 2 Jari
Klamer Tooth Bourne: Half Jackson, 3 jari
Klamer Modifikasi : 2 Jari dengan rest mesial

*Diagnostic Kit pada Prostodonsia: Kaca Mulut 2 buah, sonde half moon, pinset
dental
Pedodonsia
Pulpotomi
Alat dan Bahan
1. Masker dan Handscoon
2. Diagnostic Kit*
3. High Speed dengan mata bur Round end/Safe end Bur
4. Temphofor
5. ZnPO4 , glass slab tebal, spatula semen
6. Formokresol
7. Antispetik
8. Anastetikum (citoject+Lidocaine 2%/Mepivacain 2%)
9. Anastesi Topikal Xylonor
10. Irigasi Aquadest Steril dan Syringe Irigasi
11. Cotton Pellet, Cotton Roll
Prosedur
1. Gunakan Masker dan Glove
2. Keringkan mukosa, lakukan asepsis dengan povidone iodine, aplikasian
anastesi topikal
3. Anastesi dengan citoject pada mucosa sekitar
4. Preparasi dengan round bur untuk membuang jaringan karies, setelah
menembus kamar pulpa, ganti bur dengan safe end bur untuk membersihkan
atap pulpa
5. Cek kebersihan atap pulpa dengan sonde, apabila masih ada yang tersangkut,
berarti atap pulpa masih tersisa
6. Lakukan irigasi
7. Lakukan Amputasi kamar pulpa dengan ekskavator. Hentikan pendarahan
dengan cotton pellet, lakukan irigasi.
8. Aplikasi formokresol pada ruang pulpa dengan cotton pellet selama 5 menit
sampai cotton pellet berubah warna kecoklatan/kemerahan.
9. Isi daerah pulpa dengan Temphofor dan isi dengan basis ZnPO4
10. Instruksi kontrol 1 minggu kemudian untuk pemasangan Stainless Steel
Crown.
Pulpotomi diatas adalah pulpotomi vital, apabila gigi telah non vital, tidak perlu
melakukan tahap ke 8 dan 9, apabila pulpotomi devital, aplikasikan devitech sebelum
dilakukan preparasi,

Pit and Fissure Sealant


Alat dan Bahan
1. Masker dan Handscoon
2. Diagnostic Kit
3. Pumis dan Brush
4. Etsa, dan Flowable Komposit / GIC tipe IV/VII, Glass slab, Spatula GIC,
Paper Pad, Dentin Conditioner
5. Microbrush
6. Light Cure
7. Articulating Paper
8. Cotton Roll
Prosedur
1. Pasang handscoon dan masker
2. Pulas gigi yang akan disealant dengan pumis dan brush menggunakan low
speed
3. Gigi diisolasi dengan cotton roll
4. Keringkan dengan semprotan udara
5. Aplikasikan etsa dengan microbrush, tunggu 20 detik, cuci dan keringkan.
Aplikasi etsa berhasil apabila nampak white spot appereance
6. Apabila menggunakan GIC, aplikasikan dentin conditioner, manipulasi GIC
pada paperpad diatas glass slab dengan rasio sesuai aturan pabrik; Aplikasi;
Tunggu hingga kering; Lompati tahap nomor 7
7. Aplikasikan sealant pada pit dan fissure, sinari selama 20 detik.
8. Cek oklusi dengan articulating paper.

Fitting SSC
Alat dan Bahan
1. Masker dan Handscoon
2. Diagnostic Kit
3. Crown Scissors
4. Countouring Pliers
5. Crimping Pliers / Tang Adam
6. Stone
7. Rubber Wheel
8. SSC
Prosedur
1. Pasang cobakan ssc ke model
2. Potong bagian servikal ssc sebanyak yang dibutuhkan sampai tinggi oklusal
sama seperti sebelum pemasangan ssc (tidak mengganjal, oklusi tetap stabil)
dengan crown scissors
3. Kontur bagian yang dipotong untuk mendapatkan kontak proksimal dengan
countouring pliers. Pasang coba untuk cek kontak, oklusi, dan marginal.
4. Tekuk bagian servikal ssc untuk fitting dengan crimping pliers / tang adam
5. Rapihkan ssc dengan stone, poles dengan rubber wheel
6. Pasang coba.

*Diagnostic Kit pada Pedodonsia: Kaca Mulut 2 buah, Pinset dental, Sonde half-
moon, eksavator kecil dan besar
Periodonsia

Essig’s Splinting
Alat dan Bahan
1. Masker dan Handscoon
2. Diagnostic Kit*
3. Ligature wire
4. Alkohol 70%
5. Syringe dan Aquadest Steril/Pz
6. Needle Holder
7. Pinset
8. Burnisher
9. Luniat Scheck/Lidah Ular
10. Articulating Paper
Prosedur
1. Siapkan ligature wire ukuran 0,12 mm, burnisher, needle holder, alkohol
2. Potong kawat ukuran 0,12 mm tsb sebesar 20 cm sebagai kawat primer, dan kawat
ukuran 10 cm sebagai kawat sekunder kemudian masukkan ke alkohol 70%
terlebih dahulu
3. masukkan kawat primer dari permukaan labial gigi pegangan sebelah distal dan
masukkan kawat yang dimasukkan tersebut melalui ujung distal gigi pegangan
lainnya sehingga mengelilingi beberapa permukaan gigi. Adaptasi kawat
sehingga berada pada 1/3 tengah gigi 4.
4. Kedua ujung disimpul lalu potong dengan gunting tapi untuk sementara jangan
terlalu diketatkan
5. Potong kawat sekunder yang 10 cm tadi menjadi 2 cm lalu masukkan salah satu
ujung dari permukaan labial ke lingual lalu kembalikan ke permukaan labial lagi
melalui kawat sekunder. tarik kawat dengan menggunakan pinset
6. Pilin searah jarum jam sampai ketat lalu potong dan tekan kearah insisal dengan
burnisher/luniat scheck/lidah ular
7. Lakukan hal yang sama pada gigi yang lain
8. Ujung yang paling distal yang belum diketatkan plintir searah jarum jam dengan
needle holder kemudia potong kawat dengan gunting kemudiaan tekan sisa kawat
ke arah insisal
9. Cek oklusi dengan articulating paper
10. instruksi pasien: makan makanan yang lunak, datang 1 minggu kemudian untuk
kontrol

Splinting Wire
Alat dan Bahan
1. Masker dan Handscoon
2. Diagnostic Kit*
3. Ligature wire
4. Alkohol 70%
5. Syringe dan Aquadest Steril/Pz
6. Needle Holder
7. Pinset
8. Burnisher
9. Luniat Scheck/Lidah Ular
10. Flowable Komposit/Etsa/Bonding
11. Brush, pumice, dan Low Speed/Air Motor
12. Articulating Paper
13. Round end, High Speed

Prosedur
1. Gunakan masker dan handscoon
2. Hitung panjang wire yang dibutuhkan pada bagian yang akan dilakukan
prosedur (tepat dibawah titik kontak), panjang dikali 2, potong wire.
3. Lipat wire dan pilin
4. Pulas gigi dengan brush dan pumice untuk menghilangkan debris
5. Buat keratan pada bagian lingual gigi yang akan di splint
6. Isolasi, keringkan
7. Aplikasi etsa, tunggu selama 20 detik, cuci dan keringkan. Akan nampak snow
white appereance
8. Basahi wire dengan bonding
9. Aplikasi bonding pada gigi, tempatkan wire tepat dibawah titik kontak gigi,
sinari selama 20 detik. Fiksasi wire pada titik kontak dengan menggunakan
lidah ular
10. Aplikasi flowable komposit, ratakan sampai tidak ada gelembung, sinari
selama 40 detik
11. Cek apakah komposit sudah halus
12. Cek oklusi dengan articulating paper

Pengukuran Level Of Attachment/Resesi/Periodontal Pocket/Furcation


Involvement
Prosedur Level of Attachment
1. Pasang masker dan handscoon
2. Ukur kedalaman pocket dengan menggunakan probe
3. Catat kedalaman pocket
4. Keringkan mukosa, aplikasikan povidone iodine 10% pada sekitar attached
gingiva, tarik bibir untuk mengetahui batas mucogingival junction.
5. Tinggi mucogingival junction adalah margin gingiva sampai batas yang
terlihat setelah aplikasi povidone iodine (batas attached gingiva)
6. Level of Attachment = (Batas attached gingiva) – (Kedalaman Pocket)

Prosedur Pengukuran Resesi


Grade Resesi
1. Resesi Marginal belum mencapai mucogingival junction
2. Resesi mencapai mucogingival junction
3. Resesi mencapai mucogingival junction dan ada sedikit resorbsi pada tulang
alveolar, lebih dari 1 gigi
4. Resesi mencapai mucogingival junction dan bone loss parah, lebih dari 1 gigi
Prosedur
1. Gunakan probe yang dikalibrasi/warna
2. Pengukuran resesi diukur dari CEJ sampai margin gingiva
Prosedur Pengukuran Pocket
1. Gunakan probe yang dikalibrasi
2. Probe dimasukkan ke sulkus gingiva pararel terhadap sumbu gigi sampai
junctional epithelium
3. Probing dilakukan dengan metode walking stroke dari mesial ke distal di tiap
lingual/buccal
4. Probing pada daerah proximal, probe harus berkontak dengan permukaan
proximal
Furcation Involvement
Grade Furcation Involvement
1. Meningkatnya kedalaman pocket. Klinis (-), Radio (-)
2. Cul-de-Sac, pocket sudah terasa dengan Nabor’s Probe namun tidak tembus,
Resorbsi horizontal. Klinis (-), Radio (-)
3. Furkasi sudah tembus, namun secara klinis tidak tampak. Radio (+)
4. Furkasi sudah tembus, secara klinis nampak, radiologi nampak.

Kuretase
Alat dan Bahan
1. Masker dan Handscoon
2. Diagnostic Kit
3. Tampon
4. Syringe dan Lidocaine 2%
5. Pocket Probe
6. Kuret Gracey
7. Syringe Irigasi & Pz
8. Glass slab
9. Semen spatula
10. Pack periodontal
11. Povidone Iodine 10%
Prosedur
1. Gunakan masker dan handscoon
2. Asepsis dg Povidone iodine
3. Anastesi
4. Kuretase dengan kuret gracey dengan ujung tajam menghadap sementum
sampai terasa halus sambil fiksasi dengan tampon
5. Kuretase dengan kuret gracey dengan ujung tajam menghadap jaringan lunak
sampai jaringan nekrotik hilang sambil fiksasi dengan tampon
6. Irigasi dengan Pz
7. Keringkan dan isolasi
8. Aduk pack di glass slab dgn semen spatula dengan gerakan meluas, ratio
base:catalyst sesuai dengan aturan pabrik
9. Basahi handscoon dengan air, pasang pack pada daerah yang dikuretase
10. Lakukan muscle trimming
11. Buang bagian yang mengenai oklusal dan mukosa bergerak
12. Instruksi: Jaga pack agar tidak lepas;jangan disikat;jangan dipakai makan; bila
lepas sebelum 3 hari maka dilakukan repack; jangan makan dan minum
pedas/panas; Instruksi makan makanan lunak; jangan merokok. Kontrol 7 hari
13. Pemberian analgesik bila perlu

Gingivektomi
Alat dan Bahan
1. Masker dan Handscoon
2. Diagnostic Kit
3. Povidone Iodine 10%; Cotton pellet
4. Syringe & Lidocaine 10%
5. Probe periodontal
6. Pocket Marking Forceps
7. Pisau Kirkland
8. Pisau Orban
9. Kuret Gracey
10. Sickle
11. Scalpel dan Blade no.15
12. Syringe Irigasi & Pz
13. Glass slab
14. Semen Spatula
15. Pack Periodontal
16. Tampon
Prosedur
1. Pakai masker dan handscoon
2. Asepsis
3. Anastesi
4. Ukur kedalaman pocket dg pocket marking forceps dan lihat bleeding point
sebagai proyeksi dasar pocket
5. Eksisi pada bleeding point 45 derajat kearah koronal secara berkelanjutan
dengan menggunakan blade&scalpel
6. Lakukan kuretase
7. Irigasi
8. Gingiva dibentuk dan dihaluskan seperti kontur normal menggunakan
kirkland*
9. Kontur interdental dibentuk dengan pisau orban
10. Irigasi dengan Pz, keringkan dengan tampon; isolasi
11. Aduk pack di glass slab dgn semen spatula dengan gerakan meluas, ratio
base:catalyst sesuai dengan aturan pabrik
12. Basahi handscoon dengan air, pasang pack pada daerah yang dikuretase
13. Lakukan muscle trimming
14. Buang bagian yang mengenai oklusal dan mukosa bergerak
15. Instruksi: Jaga pack agar tidak lepas;jangan disikat;jangan dipakai makan; bila
lepas sebelum 3 hari maka dilakukan repack; jangan makan dan minum
pedas/panas; Instruksi makan makanan lunak; jangan merokok. Kontrol 7 hari
16. Pemberian resep analgesik bila perlu
Langkah dari nomor 8 adalah langkah Gingivoplasty*
*Diagnostic Kit pada Periodonsia: Kaca Mulut 2 buah, Pinset dental, Sonde half-moon
Orthodonsia
Angka Normal
 Jarak Gigit / Over bite: 2mm
 Tumpang Gigit / Over Jet : 2mm
 SNA : 82
 SNB : 80
 ANB :2
 IMP : 90
 ISN : 104-110
 Lee way Space : 0.9 & 1.8
 Free way Space : 2mm

Titik Cephalometri
 Sella : Titik pusat dari Fossa pituitary
 Nasion: Titik paling anterior dari sutura frontonasalis
 Porion:Titik teratas dari meatus acusticus
 Orbita: Titik terbawah dari orbita
 Subspinal: Titik terdalam dari kurvatura maxilla
 Anterior Spina Nasalis : Titik anterior maxilla
 Posterior Spina Nasalis : Titik posterior maxilla
 Supramental : Titik terdalam mandibula
 Pogonion : Titik anterior mandibula
 Gnation : Titik pada dagu perpotongan pogonion dan menton
 Menton : Titik terbawah mandibula
 Gonion : Titik paling inferior mandibula

Analisis Kecembungan Muka


 Metode Down’s : Nasal – A – Pogonion
 Metode Grabber: Glabella – A – Pogonion
Tipe Wajah
Lebar/Panjangx100%
Panjang : Dolikosefalik
Sedang : Mesosefalik
Pendek : Brakisefalik
Order of Erruption
Konservasi Gigi

Penumpatan Komposit
Alat dan Bahan
1. Masker dan Handscoon
2. Diagnostic Kit*
3. Cotton Roll/Cotton Pellet
4. Komposit
5. Etsa
6. Bonding
7. Microbrush
8. Light cure
9. Plastic Filling
10. Matrix Servikal (pada lesi servikal)
11. Crown form (pada lesi incisal)
12. Round bur, Tappered Bur, Fine Finishing, Enhance
13. Liner;Glass slab;Spatula GIC (pada lesi mencapai dentin)
Prosedur
1. Gunakan masker & handscoon
2. Pasang coba matrix servikal/Crown form (pada lesi servikal/incisal)
3. Isolasi dg cotton roll; keringkan
4. Aplikasi liner yg dimanipulasi pd glass slab dan diletakkan di kavitas dg
semen stopper (apabila lesi mencapai dentin)
5. Aplikasi etsa dg microbrush, tunggu 20 detik
6. Cuci, Keringkan, akan nampak snow white appereance
7. Aplikasi bonding, ratakan, sinari dgn light cured 20 detik
8. Aplikasikan komposit dg plastic filling layer by layer dengan semen spatula;
sinari setiap layer selama 20 detik
9. Pasang crown form yang sudah dilubangi; isi dengan komposit lalu sinari
(pada lesi incisal)
10. Pasang matrix servikal lalu sinari selama 20 detik (pada lesi incisal)
11. Finishing dengan fine finishing bur sampai tidak ada step
12. Polishing dengan enhance

Teknik Preparasi Step Back


1. Preparasi dimulai dengan initial file no 15-25 disebut Master Apical File
2. Preparasi file MAF sesuai panjang kerja
3. Setiap penambahan nomor , panjang kerja dikurangi 1mm.
4. Setiap penambahan nomor dilakukan rekapitulasi dengan MAF dan dilakukan
irigasi dengan NaOCL 2.5%
5. Setelah selesai (nampak serbuk dentin putih), uji coba dengan Cone Guttap
6. Medikasi dan tumpat sementara

Menghitung Panjang Reamer


Panjang reamer adalah panjang guttap yang dikurangi; yaitu 1/3 dari panjang
akar. Contoh:
Panjang Kerja = 21mm; Panjang Mahkota Klinis 6mm; Panjang Mahkota
Sebenarnya= 9mm
Panjang Akar = Panjang Kerja – Panjang Mahkota Klinis
= 21 -6 = 15mm; Maka Panjang Reamer adalah 2/3x15mm=10mm
Panjang Reamer dengan stopper adalah Panjang Reamer+Panjang mahkota klinis;
maka 10mm+6mm=16mm; Stopper ditaruh pada jarak 16mm dr ujung stopper
Prinsip pengisian untuk mencapai hermetis minimal 3-4mm pada apikal saluran
akar; maka sisa dari Guttap adalah Panjang Akar – Panjang Reamer; 15mm-
10mm=5mm.
Panjang Reamer/Panjang Pasak harus lebih besar atau sama dengan Panjang
Mahkota Klinis sebenarnya/Panjang Crown; Apabila tidak terpenuhi, dapat digunakan
richmond.
Penghitungan Panjang akar dapat ditambahkan dengan ferrule design.

*Diagnostic Kit pada Konservasi: Kaca Mulut 2 buah, Pinset dental, Sonde half-
moon, eksavator kecil dan besar
IKGM

PENYULUHAN IBU HAMIL

Prinsip penyuluhan ibu hamil


- Menjelaskan bahwa ibu hamil termasuk dalam golongan beresiko  aktivitas
hormon estrogen dan progesteron yang meningkat, rentan kekurangan nutrisi
- Ibu hamil sangat beresiko dengan terjadinya infeksi  perlu menjaga
kebersihan rongga mulut, menjaga asupan nutrisi, vitamin, dan kebutuhan gizi
 jika perlu cek kondisi rongga mulut dan kesehatan

Epulis Gravidarum
- Menjelaskan ke ibu hamil bahwa kondisi tersebut adalah kondisi yang wajar
dan sering terjadi pada ibu hamil
- Lesi tersebut tidak ganas, dan sering terjadi pada trimester pertama sampai
kedua kehamilan
- Lesi tersebut dapat hilang dengan sendirinya pada bulan ke-9 kehamilan atau
segera setelah kelahiran
- Penyebab utamanya adalah faktor hormon yang meningkat drastis selama
masa kehamilan  tubuh jadi sangat peka terhadap iritan
- Penyebab sekunder adanya akumulasi iritan berupa plak
- Sebaiknya ibu hamil menjaga kebersihan rongga mulutnya, perawatan ringan
dapat dilakukan di trimester kedua
- Ada yang ingin ditanyakan? Atau Ada yang belum jelas?

Nutrisi dan Ibu Hamil


- Menjelaskan kepada ibu hamil bahwa ibu hamil merupakan golongan rentan
terhadap berbagai infeksi  fluktuatifnya hormon menyebabkan tubuh
menjadi lebih peka terhadap berbagai iritan
- Selain itu, menjelaskan dengan model ‘ada dua badan dalam satu tubuh’ 
berarti perlu nutrisi yang berlebih  supaya nutrisi tercukupi, janin dapat
berkembang dengan maksimal
- Meningkatkan konsumsi buah-buahan yang banyak mengandung vitamin,
konsumsi folat untuk perkembangan janin  vitamin c, mengandung tinggi
protein, daging berwarna merah, mungkin susu formula bagi ibu hamil
- Tidak lupa untuk menjaga kebersihan rongga mulut  perlu kontrol plak yang
baik  sikat gigi dengan teknik dan waktu yang tepat  menjaga kebiasaan,
kurangi makan makanan yang manis-manis, tingkatkan buah-buahan berserat,
kebiasaan kumur air setelah makan, gunakan obat kumur
- Pentingnya menjaga kebersihan rongga mulut  bakteri dalam rongga mulut
dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan pada janin  BBLR
- Ada yang ingin ditanyakan? Atau Ada yang belum jelas?

Penyuluhan pada kader tentang Karies


- Menjelaskan apa itu karies  lubang yang terjadi pada gigi, terutama
menyerang email dan dentin
- Tanda klinis karies  karies tidak hanya lubang yang berwarna hitam dan
besar, tapi dapat juga hanya merupakan titik-titik putih di permukaan gigi
(white spot  lesi karies awal), bisa juga ada hitam-hitam disertai gigi yang
growok
- Lesi karies bisa Cuma kecil di permukaan, tapi di bagian yang lebih dalam
bisa besar sekali  email keras, jadi kumannya susah menembus, sementara
kalau email sudah tertembus, dentin sifatnya lebih lunak, jadi lesinya lebih
besar
- Penyebab lesi karies  menjelaskan ada kuman yang menyebabkan karies,
tetapi kuman tidak bekerja jika tidak ada sisa makanan  kuman mencerna
sisa makanan yang nyantol di gigi, terus menghasilkan asam  sekitar gigi
jadi asam  gigi yang tersusun atas mineral, mineralnya larut
- Penyembuhan  karies tidak bisa sembuh dengan sendirinya, tapi bisa
dihilangkan dan dicegah  bagian gigi yang kena karies bisa dihilangkan,
kemudian dilakukan penambalan di dokter gigi
- Pencegahan bisa dengan menyikat gigi dengan teknik dan waktu yang tepat
(teknik roll, menyikat gig minimal 2 kali sehari pagi setelah makan, malam
sebelum tidur), sering berkumur air bersih setelah makan
- Mengecekkan gigi ke dokter gigi tiap 6 bulan sekali  diaplikasikan fluoride
dan atau fissure sealant pada gigi yang baru tumbuh
- Bagaimana kalau didiamkan  kumannya bisa sampai ke bagian bawah akar,
bisa jadi bengkak dan sakit  mengganggu, menurunkan kualitas hidup 
kalau didiamkan, bengkaknya tambah besar  sangat mengganggu, sakit,
bahkan menyebabkan kematian
- Kalau kumannya masuk ke pembuluh darah  bisa terjadi infeksi di tempat
lain
- Ada yang ingin ditanyakan? Atau Ada yang belum jelas?

Cara menggunakan Indeks OHI-S (Oral Hygiene Index Simplified)

Bahan
1. Disclosing Agent (atau pada beberapa kasus dapat diganti dengan pewarna
makanan atau sumbo)
2. Air bersih
3. Cotton Pellet

Alat
1. Diagnostic kit standar (kaca mulut 2 buah, pinset dental, sonde setengah
bulan)
2. Gelas kumur
3. Dapen glass (jika disclossing agent berbentuk cair atau gel)

Cara
1. Yang diukur adalah Calculus Index dan Debris Index
2. Pasien diminta untuk kumur terlebih dahulu sebelum dilakukan pengecekan
3. Pasien diaplikasikan disclosing agent
a. Jika berupa tablet, pasien diminta mengunyah tablet disclosing agent,
kemudian ratakan dengan lidah dan ludahkan (jangan kumur dulu)
b. Jika berupa tablet yang dilarutkan atau gel yang diencerkan  ulaskan
ke gigi-gigi secara merata dengan menggunakan cotton pellet
4. Kemudian dilakukan pengecekan pada gigi-gigi yang dimaksud (kriteria
pemeriksaan ditulis di bawah)
5. Kemudian data dicatat, CI dan DI dijumlahkan, maka hasil OHIS dapat
ditentukan

Kriteria Pemeriksaan
1. Gigi yang diperiksa adalah gigi 16, 11, 26 bagian labial/bukal, dan gigi 36, 31,
dan 46 diperiksa bagian lingual
2. Kasus jika gigi hilang  pemeriksaannya di bukal atau lingual tetap
menyesuaikan gigi yang digantikan
a. Jika gigi 36 hilang, yang diperiksa 37 dan 35
b. Jika gigi 16 hilang, yang diperiksa 17 dan 15
c. Jika gigi 11 hilang, yang diperiksa gigi 21
d. Jika gigi 26 hilang, yang diperiksa 27 dan 25
e. Jika gigi 31 hilang, yang diperiksa gigi 41
f. Jika gigi 46 hilang, yang diperiksa gigi 47 dan 45
g. Jika dalam 1 sextan kurang dari 2 gigi jumlahnya, maka sextan tidak
dihitung
3. Skoring Debris dan kalkulus Index:
a. 0 = tidak ada food debris/kalkulus
b. 1 = food debris lunak/kalkulus yang menutupi tidak lebih dari 1/3
permukaan gigi.
c. 2 = food debris lunak/kalkulus yang menutupi lebih dari 1/3
permukaan gigi, tetapi tidak lebih dari 2/3 permukaan gigi.
d. 3 = food debris lunak/kalkulus yang menutupi lebih dari 2/3
permukaan gigi
4. Skor Kalkulus Index dan Debris Index = jumlah skoring semua gigi / jumlah
semua gigi yang diperiksa
5. Hasil perhitungan akhir OHIS
a. 0,0 – 1,2 = baik
b. 1,3 – 3,0 = sedang
c. 3,1 – 6,0 = buruk

Penghitungan DMF-T

Alat
1. Diagnostic kit standar (kaca mulur 2 buah, pinset dental, sonde setengah
bulan)
2. Gelas kumur

Cara mengecek
1. Kriteria pengecekan
a. Decay  gigi yang mengalami karies. Pada DMF-T, jika ada karies
bukal, proksimal, dan oklusal yang terpisah, maka tetap dihitung
sebagai D=1. Sedangkan pada DMF-S, jika dalam satu gigi ada karies
di bukal, lingual, oklusal, maka D=3
b. Missing  gigi yang hilang karena karies atau diindikasikan untuk
dicabut
c. Exfoliation  gigi sulung yang diindikasikan untuk dicabut atau
hilang karena karies
d. Filling  gigi yang telah mengalami penumpatan dan kondisinya
masih baik tumpatannya
2. Semua gigi yang ada di dalam rongga mulut dilakukan pemeriksaan, kecuali
M3 semua sisi (jadi total yang diperiksa hanya 28 gigi)
3. Rumus perhitungan DMF-T = D + M + F
D+ M + F
4. DMF−T rata 2=
Ju mlah total semua gigi yang diperiksa
5. Skoring DMF-T
a. 0,0 – 1,1 = sangat rendah
b. 1,2 – 2,6 = rendah
c. 2,7 – 4,4 = sedang
d. 4,5 – 6,5 = tinggi
e. 6,6 > = sangat tinggi
RADIOLOGI

No Diagnosa Gambaran Klinis Pasien Gambaran Ronsenologi Diferensial Diagnosis


1 Osteomyelitis Akut Nyeri hebat pada pasien, , limfadenopati, Belum nampak ada kelainan, belum ada moth
parestesi bibir jika infeksi mencapai kanalis eaten apereance, hanya tampak gambaran
mandibularis, pembengkakan radiolusen single/multiple dengan batas tidak
jelas radiopak
2 Osteomyelitis Kronis Pembengkakan dengan sedikit rasa sakit, Radiolusen single atau multiple irregular
terdapat fistula IO atau EO, kadang disertai dengan batas kabur dan tampak adanya
demam gambaran moth eaten appereance dan
gambaran pulau-pulau tulang yang nekrotik
3 Condensing Osteitis Asimptomatik Radiolusen berbatas diffuse pada bagian
Dapat disertai kista, granuloma, abses periapikal dengan dibatasi daerah radiopak
Gigi karies berbatas diffuse
4 Garre’s Osteomyelitis Pembesaran tulang pada daerah bawah Gambaran radiolusen berlapis bergantian
mandibula, dapat meliputi seluruh panjang dengan radiopak sehingga tampak gambaran
mandibula, nyeri seperti ‘onion skin’
5 Kista Radikuler Gigi non vital, karies dalam, tanpa rasa Gambaran radiolusen bulat berdiameter >1 cm Disebut juga Kista
sakit, pembengkakan dalam waktu yang unilokuler dengan batas jelas radiopak pada periapikal, kista dental
lambat, krepitasi dan seperti bola pingpong apeks gigi DD dental granuloma
jika ditekan Kadang disertai dislokasi gigi yang berdekatan
6 Kista Dentigerous Gigi pada regio tersebut tidak erupsi Gambaran radiolusen berbatas radiopak DD Ameloblastoma
(impaksi), pembengkakan, palpasi keras, mengelilingi mahkota gigi impaksi dari CEJ ke Ameloblastik fibroma
tidak ada sakit, kadang ada parestesi pada CEJ unilokuler dengan ukuran lebih dari 1 cm (radiolusen mengelilingi
regio bersangkutan, menyebabkan asimetri lateral mahkota gigi)
wajah Adenomatoid
Odontogenik Tumor (gigi
dikelilingi kista)
7 Odontogenic Keratocyst Ada pembengkakan yang besar, kadang Gambaran radiolusen unilokuler dengan tepi Kista residual, traumatic
pada regio tak bergigi, disertai dengan nyeri halus (bisa multilokuler) dengan diameter bone cyst, ameloblastoma
sekitar 5 cm; Gambaran Scallop Border
8 Sialolith/ Tanpa adanya keluhan, ada bengkak pada Tampak gambaran radiopak pada daerah dasar
Standar Occlusal dasar mulut, tidak nyaman ketika makan, mandibula (yang sering terlibat pada glandula
Projection kadang ada rasa sakit submandibula), batas jelas dengan tepi tidak
rata
9 Ameloblastoma Tampak pembesaran pada daerah angulus Radiolusen unilokuler atau multilokuler, Kista residual, traumatic
mandibula , ada asimetri wajah, kadang tampak gambaran honey comb appereance atau bone cyst
disertai parestesi, pada tumor besar kadang soap bubble appereance
ada krepitasi
10 Cementoblastoma Pembengkakan yang lambat, kadang Radiopak bulat berbatas jelas pada akar gigi, Hipersementosis
disertai keluhan nyeri ringan dibatasi oleh daerah radiolusen
11 Odontoma Tanpa keluhan, hanya ada pembengkakan
Complex Odontoma atau keluhan gigi tidak tumbuh Tampak massa radiopak yang menghalangi Calsifying Odontogenic
benih gigi yang akan erupsi, batas jelas dengan Cyst
tepi tidak teratur, cotton wool appereance
Compound Odontoma Tampak gambaran radiopak berupa gigi-gigi
berukuran kecil
12 Osteosarkoma Lesi keganasan, pertumbuhan cepat, ada Tampak gambaran tulang yang sklerotik dan Tipe osteolitik seperti
riwayat keluarga dengan keganasan produksi tulang meningkat, gambaran radiopak Giant Cell Granuloma
yang berbentuk seperti sinar matahari (sunrays
appereance)
13 Hipersementosis Gigi sulit dicabut, post perawatan ortho, Tampak gambaran radiopak berbatas jelas
post perawatan saluran akar, post trauma radiolusen mengelilingi akar gigi, radiopak
membulat pada apikal (1/2 atau 2/3 panjang
akar), lamina dura masih intak
14 Ankilosis Gigi pernah dicabut tapi gagal, tidak dapat Tampak gambaran akar gigi menyatu dengan
dicabut tulang di sekitarnya, tidak nampak gambaran
lamina dura
Interpretasi mutu radiologi oklusal (Standar Mandibular Occlusal Projection)

1. Kontras, Detail, dan Ketajaman baik


2. Radiograf dapat diinterpretasikan
3. Distorsi minimal
4. Proporsi antara posterior kanan dan kiri nampak seimbang
; Lingual dan buccal plate mandibula dari M2 Kanan dan M2 kiri tampak proporsional
; Proyeksi mencakup jaringan lunak pada dasar mulut
Oral Medicine

No Badan Resep Jumlah Kontraindikasi


ANTIBIOTIK
1 Amoxicillin 500 mg tabs No XV Pasien gagal ginjal
S 3 dd 1 pc
2 Clindamicyn 300 mg tabs No XV Alergi
S 3 dd 1
3 Metronidazole 250 mg tabs No XV Trimester pertama kehamilan
S 4 dd 1
4 Eritromisin 500 mg tabs No XV Pasien gangguan fungsi hati
S 3 dd 1 pc
NSAID
1 Ibuprofen 400 mg tabs No VI asma
S 3 dd 1 pc prn
2 Asam Mefenamat 500 mg tabs No VI Asam lambung
S 3 dd 1 pc prn
ANTIINFLAMASI STEROID
1 Paracetamol 500 mg tabs No VI Pasien sakit ginjal
S 3 dd 1
Antijamur
1 Nistatin
Nistatin 100.000 unit tabs No
S 4 dd 1 LXIV
Nistatin 100.000 unit/ml oral No I
suspension fl 30 ml
S 4 dd 1
Nistatin 100.0000 unit/mg ora base No I
tube 15 mg
S 4 dd 1
2 Amfoterisin 100 mg/ml syr fl 30 ml No III
S 4 dd 1
ANTIVIRUS
1 Acyclovir 200 mg tabs No HSV 200mg
S 5 dd 1 XXV HSV sekunder 5% krim
Zoster 500 mg (7 hari)
OBAT KUMUR ANALGESIK
1 Benzydamine Hidrochloride 0,2 % oral No II
garg fl 60 ml
S 4 dd 1 col or
OBAT KUMUR ANTISEPTIK
1 Povidone iodine 1% oral garg fl 100 ml No I
S 3 dd 1 col or
2 Chlorhexidine Gluconate 0,12% oral No 1
garg fl 120 ml
S 3 dd 1 col or
KORTIKOSTEROID OLES
1 Tiamcinolone Acetonide 0,1% ora base No I
tube 15 mg
S 3 dd 1 litt or
RACIKAN UNTUK ANAK
1 Amoksisilin 250 mg tabs No XV
m.f.l.a pulv dtd
S 3 dd 1 pc
2 Paracetamol 250 ml/5 mg syr fl 30 ml No I
S 3 dd 1
MUSCLE RELAXANT
1 Diazepam 2 mg tab No
S 3 dd I XXX
XEROSTOMIA
1 Pilocarpine 5 mg tabs No X
S 3 dd 1

Oral Mycological Smear


Alat
1. Handschoon, masker, alas dada, gelas kumur, alas meja
2. Diagnostik kit standar (2 kaca mulut, pinset dental, sonde half moon)
Bahan
1. Cotton stick swab standar
2. Saboroud Dextrose Agar dalam cawan petri
Cara kerja
1. Pasien menggunakan alas dada dan berkumur
2. Operator menggunakan masker dan handschoon
3. Siapkan cotton stick swab, lakukan smear dengan cara memutarkan cotton stick di
atas lesi yang akan dilakukan smear, sampai dengan pseudomembran pada lesi
terkelupas dan meninggalkan bagian yang berdarah
4. Ulaskan hasil smear tersebut ke Saboroud Dextrose Agar (SDA) dengan merata
5. Kemudian beri label dan kirimkan ke laboratorium
Jika diproses sendiri:
1. Sediaan yang sudah di swab di SDA diinkubasikan di dalam inkubator dengan suhu
37 derajat celcius dengan lama waktu inkubasi 24-48 jam
2. Setelah 24-48 jam akan tumbuh koloni jamur berwarna putih
3. Jamur yang telah tumbuh diambil kembali untuk dilakukan tes KOH untuk
mengetahui apakah benar jamur atau tidak (berhifa atau tidak)  jamur diletakkan
pada kaca obyek, di fiksasi dengan alkohol 90%, kelebihan alkohol dibuang
4. Diberi KOH 20% dan pewarnaan tinta parker black-blue  tutupkan dengan kaca
preparat, panaskan sedikit  periksa pada mikroskop dengan perbesaran 10-40 kali
5. Jamur yang diambil kembali juga dilakukan tes gula-gula untuk mengetahui jenis
jamur

Candidiasis
a. Salam sapa dan anamnesa (sesuai prosedur)
b. Gambaran Klinis :
Trush : plak putih pada mukosa berbatas difus, bergumpal (menyerupai gumpalan
susu/keju), dpt dikerok dengan dasar kemerahan. DD : Coated tongue, Hairy tongue,
Milk debris.
Acute Atropic Candidiasis : bercak merah yg rata (eritema) pada dorsal lidah,
berbatas difus, tidak mudah berdarah. DD : Eritroplakia, Chemical trauma
Chronic Atropic Candidiasis : bercak merah yg rata (eritema) pada daerah bawah
denture (palatum durum atau mukosa lingual) berbatas difus, tdk mdh berdarah. DD :
Eritroplakia, Chemical trauma
Chronic Hyperplastic Candidiasis : plak putih pada mukosa, tidak dapat dikerok,
tidak sakit. DD : Leukoplakia
c. Terapi :
- hilangkan faktor penyebab
- pemberian antifungal (topical, sistemik)
- pemberian obat kumur analgesic (jika sakit)
- instruksi menjaga OH
- rujukan kirim sediaan

Erithema Multiforme

Alat dan Bahan


1. Diagnostic set (kaca mulut 2 buah, pinset dental, sonde setengah bulan)
2. Cotton pellet steril
3. Povidone Iodine 10%
Ciri khas lesi
1. Anamnesa : pasien ada riwayat alergi obat, ada riwayat konsumsi obat, terutama
golongan Sulfaguanidine atau sulfonamide, lesi muncul segera setelah konsumsi
obat tersebut
2. Pada EO : terutama pada daerah bibir, nampak gambaran krusta berwarna merah
kecoklatan (seperti bekas darah yang mengering), krusta kadang bersamaan dengan
ulserasi. Lesi juga nampak pada beberapa bagian wajah yang lain
3. Pada IO : tampak adanya ulser mayor dengan tepi kemerahan, menyebar merata di
seluruh rongga mulut
Tata Laksana
1. Anamnesis umum, pastikan riwayat konsumsi obat golongan sulfa
2. Periksa lesi
3. Lakukan sanitasi lesi  irigasi untuk melarutkan jaringan nekrotik, ulasi betadine
4. Instruksi untuk menghentikan konsumsi obat, jika memungkinkan rujuk kembali ke
dokter yang memberikan obat tersebut agar mendapatkan obat pengganti yang
sesuai
5. Resepkan obat kumur yang mengandung analgesik; kortikosteroid; dan ruborontia
(sebagai anti inflamasi dan immunosupresan)  obat lihat tabel
6. Instruksikan pasien untuk diet TKTP lunak/cair  bila perlu anjurkan agar pasien
meminum susu formula
7. Instruksi untuk menjaga OH

Angular Cheilitis
Alat dan bahan
1. Diagnostic set (kaca mulut 2 buah, pinset dental, sonde setengah bulan)
2. Cotton pellet steril
3. Povidone Iodine 10%
Ciri Khas Lesi:
1. Anamnesa : mungkin pada pasien yang mengalami pengurangan dimensi vertikal 
mungkin merupakan pasien usia lanjut dengan riwayat kehilangan gigi, pasien
dengan perawatan orthodontik (jarang), riwayat kurang konsumsi makanan
mengandung vitamin, defisiensi besi, kebiasaan napas dengan mulut, sering menjilati
sekeliling bibir dengan air liur, mungkin juga ada riwayat imuunodefisiensi
2. Pada EO : tampak adanya fisur-fisur pada sudut mulut, kadang disertai adanya
ulserasi pada IO, retak pada sudut bibir, warna kemerahan, disertai rasa terbakar,
kering, dan nyeri pada sudut mulut
Tatalaksana:
1. Anamnesa secara lengkap perkiraan penyebabnya
2. Sanitasi lesi  irigasi dan ulasi povidone iodine
3. Instruksi untuk meningkatkan konsumsi nutrisi yang seimbang, jika ada kebiasaan
menjilati sekeliling bibir harap dihentikan, intinya pada peningkatan nutrisi
4. Meresepkan obat kumur yang mengandung antiseptik dan obat krim anti jamur
Herluinus Mafranenda, drg
SIP xxx/xxx/xxx
Jl. Mojoklangru Kidul F6 Surabaya, 081234xxx
Praktik Senin-Jumat 19.00-22.00 WIB
Surabaya, 23 April 2016

R/ Nystatin oral susp 100.000 µ/ml 12 ml fl No. 1


∫ 4 d d gutt II
R/ Benzyldamin HCl 0,1% oral gargle 120 ml fl No. 1
∫ 3 d d coll or

Pro. Nama px :
Usia :
Jenis kelamin :

Herluinus Mafranenda, drg


SIP xxx/xxx/xxx
Jl. Mojoklangru Kidul F6 Surabaya, 081234xxx
Praktik Senin-Jumat 19.00-22.00 WIB

Surabaya, 23 April 2016


Kpd Yth Dokter bagian Mikrobiologi
Di Tempat

Dengan ini kami kirimkan swab hapusan dari pasien Tn X, usia, alamat. Hapusan
diambil dari pseudomembran di mukosa pada tanggal 23 April 2016 pukul 19.00 WIB,
difiksasi pada media transport Saborroud Dextrose Agar. Mohon dilakukan tes KOH
dan kultur jamur. Pasien dalam perawatan kami dengan dugaan Acute
Pseudomembranous Candidiasis. Atas bantuan sejawat kami ucapkan terima kasih.

Hormat kami

(H. Mafranenda, drg.)

Leukoplakia
a. Salam sapa dan anamnesa (sesuai prosedur)
b. Gambaran klinis : plak berwarna putih pada mukosa mulut, batas tidak jelas, tepi
ireguler, tidak dapat dikerok.
c. DD : Geographic tongue
d. Terapi :
- Hilangkan faktor penyebab
- Meningkatkan OH
- Pemberian obat kumur antiseptik
- Rujuk ke Patologi Anatomi (biopsy untuk melihat candida)
Herluinus Mafranenda, drg
SIP xxx/xxx/xxx
Jl. Mojoklangru Kidul F6 Surabaya, 081234xxx
Praktik Senin-Jumat 19.00-22.00 WIB
Surabaya, 23 April 2016
R/ Chlorhexidine Gluconate 0,2% oral gargle 120 ml fl No 1
∫ 3 d d coll or

Pro. Nama px :
Usia :
Jenis kelamin :

Herluinus Mafranenda, drg


SIP xxx/xxx/xxx
Jl. Mojoklangru Kidul F6 Surabaya, 081234xxx
Praktik Senin-Jumat 19.00-22.00 WIB
Surabaya, 23 April 2016
Kpd Yth Dokter Spesialis Patologi Anatomi
Di Tempat

Dengan hormat,
Menghadapkan pasien laki-laki, usia, dengan keluhan terdapat lesi plak putih pada
mukosa mulut, batas tidak jelas dan tepi ireguler. Diagnosa sementara leukoplakia.
Mohon dilakukan biopsy pada lesi diatas untuk pemeriksaan HPA. Pasien masih
dalam perawatan kami. Atas bantuannya kami ucapkan terima kasih.

Hormat kami

(H. Mafranenda, drg.)

Anamnesa :
1. Salam, senyum
2. Perkenalkan diri
3. Identitas pasien : nama, usia, alamat, pekerjaan, status pernikahan, pendidikan
terakhir
4. Keluhan (what)
5. Riwayat keluhan : keadaan awal, lokasi (where), sejak kapan (when), rasa sakit
(how), hal yg memperburuk keluhan (why), hal yg mengurangi keluhan (pernah
dirawat sebelumnya, pernah konsumsi obat/tidak)
6. Keluhan tambahan : demam, gigi tiruan nyaman/tidak
7. Riwayat kesehatan umum :
- Riwayat penyakit terdahulu : pernah timbul / tidak, penyakit sistemik (kencing
manis, hipertensi, jantung, dll)
- Riwayat pengobatan : pernah diobati/tidak, sedang konsumsi obat/tidak
8. Riwayat penyakit keluarga
9. Kebiasaan sehari-hari : merokok, meminang, alkohol, olahraga, asupan makanan
(suka sayur, diet)

You might also like