You are on page 1of 18

RANGKUMAN MAKALAH

MENGENAL MASALAH K3 DI LABORATORIUM MEDIS, ZAT BAHAN


BERACUN DAN BERBAHAYA (B3) SERTA PENANGANANNYA,
PENCEGAHAN KEBAKARAN DAN PENANGGULANGANNYA

Dosen Pembimbing:
Netti Herawati, SST, M.Pd

OLEH:
Okta Ari Susanti
NIM: PO71241220207

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI PROGRAM STUDI


SARJANA TERAPA KEBIDANAN JURUSAN KEBIDANAN
AHLI JENJANG KELAS BATANG HARI
2022-2023
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Laboratorium fire assay di PT. Smelting merupakan salah satu sub bagian di

Quality Management & Laboratorium Section Technical Department yang

khusus menangani analisis kandungan logam-logam mulia dalam sampel batuan,

bijih, maupun mineral. Logam-logam mulia yang dimaksud adalah emas (Au),

perak (Ag), platina (Pt) dan paladium (Pd). Beban kerja fisik di laboratorium fire

assay dapat disebut relatif berat. Dimulai dari paparan panas di depan tanur

dengan suhu 1100-1150 C, paparan debu bahan-bahan kimia penyusun fluks dan

sampelnya (Suma’mur, 2013).

Kinerja setiap petugas kesehatan dan non kesehatan merupakan resultante

dari tiga komponen kesehatan kerja yaitu kapasitas kerja, beban kerja dan

lingkungan kerja yang dapat merupakan beban tambahan pada pekerja. Bila

ketiga komponen tersebut serasi maka bisa dicapai suatu derajat kesehatan

kerja yang optimal dan peningkatan produktivitas. Sebaliknya bila terdapat

ketidak serasian dapat menimbulkan masalah kesehatan kerja berupa

penyakit ataupun kecelakaan akibat kerja yang pada akhirnya akan

menurunkan produktivitas kerja (Suma’mur, 2013).

Limbah yang lebih berbahaya lagi yang disebut dengan limbah B3 (bahan berbahaya

dan beracun). Hal tersebut sebenarnya bukan merupakan masalah kecil dan sepele,

karena apabila limbah (B3) tersebut dibiarkan ataupun dianggap sepele penanganannya,

atau bahkan melakukan penanganan yang salah dalam menangani limbah B3 tersebut,

maka dampak dari Limbah B3 tersebut akan semakin meluas, bahkan dampaknyapun
1
akan sangat dirasakan bagi lingkungan sekitar kita, dan tentu saja dampak tersebut akan

menjurus pada kehidupan makhluk hidup baik dampak yang akan dirasakan dalam

jangka pendek ataupun dampak yang akan dirasakan dalam jangka panjang dimasa yang

akan datang.

Kita tidak akan tahu seberapa parah kelak dampak tersebut akan terjadi,namun

seperti kata pepatah”Lebih Baik Mencegah Daripada Mengobati”, hal tersebut menjadi

salah satu aspek pendorong bagi kita semua agar lebih berupaya mencegah dampak dari

limbah B3 tersebut, ketimbang menyaksikan dampak dari limbah B3 tersebut telah

terjadi dihadapan kita, dan kita semakin sulit untuk menanggulanginya.

Kebakaran selalu menelan banyak kerugian baik moril, materil bahkan sering

kali juga keselamatan manusia. Bila kebakaran tersebut menimpa fasilitas publik

misalnya rumah sakit, maka yang menderita kerugian tentu masyarakat banyak.

Rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan

karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan

kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan social ekonomi masyarakat yang

harus tetap mampu meningkatkan pelayanan kesehatan yang lebih bermutu dan

terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang

setinggi-tingginya.

Pada saat terjadi kebakaran, ada empat hal yang perlu diperhatikan berkaitan

dengan bahaya api,yaitu penghuni bangunan (manusia), isi bangunan (harta),

struktur bangunan dan bangunan yang letaknya bersebelahan. Tiga hal yang

pertama berkaitan dengan bahaya api yang ada pada bangunan yang terbakar,

sedangkan hal yang terakhir merupakan pertimbangan bagi bangunan lainnya dan

lingkungan komunitas secara menyeluruh. Hasil identifikasi bahaya kebakaran di

bangunan rumah sakit didapatkan fakta terdapat empat sumber utama penyebab

2
kebakaran, yakni penggunaan peralatan listrik, sambungan pendek arus listrik,

menggunakan tabung gas bertekanan, menggunakan berbagai macam bahan

kimia baik cair maupun padat yang bersifat flammable, korosif dan harmful.

Sehingga dapat disimpulkan rumah sakit termasuk kategori bangunan yang

beresiko kebakaran dilihat dari banyaknya sumber potensi bahaya dan

penghuninya sebagian adalah orang sakit yang tidak mampu melayani dan

menyelamatkan dirinya sendiri apabila terjadi kebakaran.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan masalah k3 di laboratorium medis?

2. Apa yang dimaksud dengan zat bahan beracun dan berbahaya (B3) serta

penanganannya?

3. Apa yang dimaksud dengan pencegahan kebakaran dan penanggulangannya?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui masalah k3 di laboratorium medis

2. Untuk mengetahui zat bahan beracun dan berbahaya (B3) serta penanganannya

3. Untuk mengetahui pencegahan kebakaran dan penanggulangannya

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Masalah K3 di Laboratorium Medis

1. Kapasitas Kerja

Kapasitas kerja adalah kemampuan fisik prima yang diperlukan

seseorang untuk melakukan pekerjaannya dengan optimal. Kinerja (performen)

setiap petugas kesehatan dan non kesehatan merupakan resultante dari tiga

komponen kesehatan kerja yaitu kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan

kerja yang dapat merupakan beban tambahan pada pekerja. Bila ketiga

komponen tersebut serasi maka bisa dicapai suatu derajat kesehatan kerja yang

optimal dan peningkatan produktivitas. Sebaliknya bila terdapat ketidak

serasian dapat menimbulkan masalah kesehatan kerja berupa penyakit ataupun

kecelakaan akibat kerja yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas

kerja.

2. Beban Kerja

a. Pengertian Beban Kerja

Beban kerja adalah salah satu aspek yang harus diperhatikan oleh setiap

organisasi, karena beban kerja adalah salah satu faktor yang mempengaruhi

kinerja karyawan. Beban kerja adalah volume dari hasil kerja atau catatan

tentang hasil pekerjaan yang dapat menunjukan volume yang dihasilkan

oleh sejumlah pegawai dalam suatu bagian tertentu.

4
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja

1) Faktor eksternal

a) Tugas-tugas yang bersifat fisik, seperti stasiun kerja, tata ruang,

tempat kerja, alat dan sarana kerja, kondisi kerja, sikap kerja, dan

tugas-tugas yang bersifat psikologis, seperti kompleksitas pekerjaan,

tingkat kesulitan, tanggung jawab pekerjaan.

b) Organisasi kerja, seperti lamanya waktu bekerja, waktu istirahat, shift

kerja, kerja malam, sistem pengupahan, model struktur organisasi,

pelimpahan tugas dan wewenang.

c) Lingkungan kerja adalah lingkungan kerja fisik, lingkungan kimiawi,

lingkungan kerja biologis dan lingkungan kerja psikologis.

2) Faktor internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh itu sendiri

akibat dari reaksi beban kerja eksternal. Faktor internal meliputi faktor

somatis (jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, status gizi, dan kondisi

kesehatan) dan faktor psikis (motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan

dan kepuasan).

c. Macam-Macam Beban Kerja

1) Beban Kerja Fisik

a) Kerja total seluruh tubuh

b) Kerja sebagian otot

c) Kerja otot statis

5
2) Beban Kerja Mental

a) Keharusan untuk tetap dalam kondisi kewaspadaan tinggi dalam

waktu lama.

b) Kebutuhan untuk mengambil keputusan yang melibatkan tanggung

jawab besar.

c) Menurunnya konsentrasi akibat aktivitas yang monoton.

d) Kurangnya kontak dengan orang lain, terutama untuk tempat kerja

yang terisolasi dengan orang lain.

3. Lingkungan Kerja

a. Lingkungan Kerja Laboratorium

Lingkungan kerja adalah sesuatu yang ada di lingkungan para pekerja

yang dapat mempegaruhi dirinya dalam menjalankan tugas seperti

temperatur, kelembapan, ventilasi, penerangan, kegaduhan, kebersihan

tempat kerja dan memadai tidaknya alat-alat perlengkapan kerja.

Laboratorium yang mengikuti sistim manajemen mutu antara lain SNI

ISO IEC 17025:2008, SNI ISO 9001:2015, CWA 15793:2008 pasti harus

memenuhi persyaratan baik persyaratan manajemen maupun persyaratan

teknis.  Persyaratan teknis terkait dengan bahasan ini diantaranya adalah

persyaratan terkait dengan fasilitas sarana/prasarana baik secara fisik, proses

dan jasa pendukung serta lingkungan kerja, dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Kondisi Akomodasi merupakan kondisi dari fasilitas yang bersifat fisik

yang ada dalam suatu organisasi yang diperlukan untuk berjalannya

proses yang merupakan tugas utama dari organisasi tersebut.

6
2) Fasilitas sarana /prasarana yang bersifat fisik yaitu gedung/bangunan,

ruang pengujian/ruang kerja dan sarana penting terkait lainnya (misalnya

furniture)

3) Fasilitas bersifat proses baik perangkat keras maupun perangkat lunak

yaitu peralatan pengujian atau peralatan produksi, bahan uji atau bahan

untuk proses produksi, sistim drainase, alur /mekanisme keluar masuk

pekerja, agen biologic dll.

4) Fasilitas jasa pendukung yaitu sarana angkutan, informasi, komunikasi.

B. Zat Bahan Beracun Dan Berbahaya (B3) Serta Penanganannya

1. Label limbah B3

a. Primary sludge, yaitu limbah yang berasal dari tangki sedimentasi pada

pemisahan awal dan banyak mengandung biomassa senyawa organik yang

stabil dan mudah menguap.

b. Chemical sludge, yaitu limbah yang dihasilkan dari proses koagulasi dan

flokulasi.

c. Excess activated sludge, yaitu limbah yang berasal dari proses pengolahan

dengan lumpur aktif sehingga banyak mengandung padatan organik berupa

lumpur dari hasil proses tersebut.

d. Digested sludge, yaitu limbah yang berasal dari pengolahan biologi dengan

digested aerobic maupun anaerobic di mana padatan/lumpur yang dihasilkan

cukup stabil dan banyak mengandung padatan organik.

7
2. Jenis Limbah B3

Beberapa jenis B3 yang mudah dikenali dan boleh dipergunakan antara lain

adalah bahan – bahan kimia seperti amonia, Asam Asetat, Asam sulfat, Asam

Klorida, Asetilena, Formalin, Metanol, Natrium Hidroksida,  termasuk juga gas

Nitrogen.  Lebih lengkapnya daftar B3 yang boleh dipergunakan dapat dilihat

pada Lampiran 1 Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2001.

3. Sifat Limbah B3

a. Mudah meledak

Yaitu materi yang dapat meledak karena adanya kejutan, panas atau

mekanisme lain, misalnya dinamit.

b. Mudah terbakar

Yaitu bahan padat, cair, uap, atau gas yang menyala dengan mudah dan

terbakar secara cepat bila dipaparkan pada sumber nyala, misalnya: jenis

pelarut ethanol, gas hidrogen, methane.

c. Bersifat reaktif

Limbah yang pada keadaan normal tidak stabil, dapat menyebabkan

perubahan tanpa peledakan. Misalnya sianida, sulfida atau amonia.

d. Beracun

Yaitu bahan beracun yang dalam dosis kecil dapat membunuh atau

mengganggu kesehatan, seperti hidrogen sianida.

e. Menyebabkan infeksi

Yaitu bagian tubuh manusia yang diamputasi dan cairan dari tubuh manusia

yang terkena infeksi. Misalnya hepatitis dan kolera.

8
f. Bersifat Korosif

Bahan padat atau cair yang dapat membakar atau merusak jaringan kulit bila

berkontak dengannya.

4. Pengelolaan limbah B3

a. proses secara kimia, meliputi: redoks, elektrolisa, netralisasi, pengendapan,

stabilisasi, adsorpsi, penukaran ion dan pirolisa.

b. proses secara fisika, meliputi: pembersihan gas, pemisahan cairan dan

penyisihan komponen-komponen spesifik dengan metode kristalisasi,

dialisa, osmosis balik, dll.

c. proses stabilisas/solidifikasi, dengan tujuan untuk mengurangi potensi racun

dan kandungan limbah B3 dengan cara membatasi daya larut, penyebaran,

dan daya racun sebelum limbah dibuang ke tempat penimbunan akhir.

d. proses insinerasi, dengan cara melakukan pembakaran materi limbah

menggunakan alat khusus insinerator dengan efisiensi pembakaran harus

mencapai 99,99% atau lebih. Artinya, jika suatu materi limbah B3 ingin

dibakar (insinerasi) dengan berat 100 kg, maka abu sisa pembakaran tidak

boleh melebihi 0,01 kg atau 10 gr.

5. Kategori Limba B3

Limbah B3 berdasarkan sumbernya dibagi menjadi 4 kategori yaitu limbah

B3 sumber tidak spesifik, limbah B3 spesifik umum, limbah B3 spesifik

khusus dan limbah B3 kadaluarsa. Limbah B3 dari sumber tidak spesifik

contohnya majun terkontaminasi LB3, oli bekas, dan limbah elektronik.

Limbah B3 dari B3 kadaluarsa seperti formaldehide kadaluarsa, naftalena, dan

9
fenol. Limbah B3 dari sumber spesifik umum misalkan limbah B3 dari industri

pulp dan kertas yaitu sludge IPAL, perekat kadaluarsa, residu tinta. Limbah B3

dari sumber spesifik khusus misalnya fly ash, bottom ash, steel slag, mill scale.

6. Penanganan limbah B3

Setiap limbah B3 harus diidentifikasi dan dilakukan uji analisis kandungan

guna menetapkan prosedur yang tepat dalam pengolahan limbah tersebut.

Setelah uji analisis kandungan dilaksanakan, barulah dapat ditentukan metode

yang tepat guna pengolahan limbah tersebut sesuai dengan karakteristik dan

kandungan limbah.

C. Pencegahan Kebakaran Dan Penanggulangannya

1. Penggunaan listrik

a. Tusuk kontak

Yang sering menyebabkan percikan bunga api pertma disebabkan oleh

beban alat yang cukup besar. Pada tusuk kontak dianjurkan disesuaikan

besar beban yang dipakai atau paling sedikit satu tingkat diatas kemampuan

daya pkul tusuk koontak tersebut dan diberikan penutup kontak.

b. Sakelar (kotak kontak )

Pada sakelar ini sering tejadi loncatan bunga api yang disebabkan oleh

pemasukan beban yang secara tiba-tiba dan beban yang cukup besar dan

didaerah sekitar lembab ,sangat panas atau mengandung bahan korosif.

Untuk penempatan kotak kontak diusahakan penempatannya didaerah yang

kering atau tidak lembab dan mudah terjangkau /tidak tertutup atau

terhalang daerah sekitarnya.


10
c. Instlasi daya kabel instalasi

Dengan diameter yang terlalu kecil tidak seimbang dengan beban,maka

kabel instalasi akan panas dan mudah teratur. Untuk mencegah mudah

terbakar kabel instalasi listrik mak harus diadakan pengetsan tahanan isolasi

minimal 1 tahun seklai dan harus lebih teliti dalam mengawasi

penyambungan atau penambhan daya listrik pada jaringan listrik yang tidak

sesuai rencana harus seijin dari IPS RS,untuk daerah tetntu misal: ruang

operasi ,ruang cobalt ,ruang isolasi dan lain-lain.

2. K3 terhadap tabung gas

a. Persyaratan Tabung Gas Medik :

1) Tabung gas memiliki sertifikat test yang masih berlaku.

2) Kepala tabung memiliki segel dan pengaman.

3) Kran / valve tabung mempunyai ulir yang baik dan

jenis ulir yang berbeda sesuai dengan jenis gas yaitu :

a) Oksigen, ulir dalam

b) Nitrous Oxide/Dinitrogen oksida (N2O), ulir luar

c) Karbon dioksida, ulir luar

d) Udara tekan, ulir dalam

e) Nitrogen N2, ulir dalam

4) Tabung baja Gas Medik di cat dengan warna yang

berbeda dan diberi label sesuai dengan jenis gas yaitu :

a) Oksigen medis berwarna putih

b) Dinitrogen oksida berwarna biru tua

c) Karbon dioksida berwarna abu- abu

11
d) Nitrogen berwarna hitam

e) Argon berwarna hijau

f) Helium bewarna coklat

b. Kelengkapan Tabung Gas Medik

Tabung Gas Medik harus dilengkapi dengan :

1) Identifikasi Stamp Pada Botol Baja meliputi :

a) Identitas / Merk Pabrik

b) Jenis Gas yang diisikan

c) Bulan – Tahun Pembuatan

d) Tekanan Pengetesan (dalam Kg / Cm2)

e) Tekanan Pengisian (dalam Kg / Cm2)

f) Nomor Seri Cylinder

g) Volume Kapasitas air (dalam liter)

h) Berat cylinder Kosong (tanpa kran dan tutup)

2) Diberikan label yang jelas meliputi :

a) Nama Perusahaan

b) Nama Gas

c) Kandungan purity

d) Volume (isi tabung)

e) Tekanan gas

f) Tanggal pengisian

g) Nomor Tabung

h) Masa uji tabung

12
3) Diberikan stiker tanda “ Hazard “ yang menyebutkan :

a) Sifat gas

b) Peringatan–peringatan

c) Pertolongan pertama

d) Nama Produsen

c. Alat Penunjang Untuk Pengoperasian Tabung Gas Medik :

1) 1 (satu) buah slang (tubing);

2) 1 (satu) buah masker (nasal);

3) 1 (satu) buah kunci regulator dan kunci tabung;

4) 1 (satu) buah dorongan (trolley) dengan pengaman.

5) 1 (satu) buah pengaman tabung

6) Flow meter dengan spesifikasi :

maksimal flow 2,5 LPM untuk neonatal dan peadiatrik

maksimal flow 10 atau 15 LPM untuk adult.

d. Persyaratan Penyimpanan Tabung Gas Medik

1) Tabung-tabung Gas Medik harus disimpan berdiri,

dipasang pengaman kran dan dilengkapi tali pengaman

untuk menghindari jatuh pada saat terjadi goncangan.

2) Lokasi penyimpanan harus khusus dan masing–masing

Gas Medik dibedakan tempatnya serta diberi tanda.

3) Penyimpanan tabung Gas Medik isi dan tabung Gas

Medik kosong dipisahkan, untuk memudahkan

pemeriksaan dan penggantian.

13
4) Lokasi penyimpanan diusahakan jauh dari sumber

panas, listrik dan oli atau sejenisnya, serta memiliki

sirkulasi udara yang baik.

5) Gas campuran yang sudah disimpan lebih dari 1 (satu)

tahun agar dilakukan uji/test kepada produsen, untuk

mengetahui kondisi Gas Medik, dan memperhatikan masa

kadaluarsa Gas Medik tersebut.

e. Persyaratan Pendistribusian Tabung Gas Medik.

1) Distribusi tabung Gas Medik dilakukan dengan

menggunakan

trolly.

2) Tabung gas beserta trolly harus bersih dan memenuhi

syarat sanitasi/higiene.

3) Penggunaan Gas Medik sistem tabung hanya bisa

dilakukan satu tabung untuk satu orang.

3. Penanganan kebakaran di laboratorium

a. Mematikan sumber arus listrik  

b. Menutupkan kain basah pada bahan yang terbakar  

c. Memadamkan api dengan APAR saat api masih kecil

d.  Meniup api untuk memadamkannya karena nyala api masih kecil  

e. Memanggil mobil unit pertolongan bahaya kebakaran terdekat  

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Laboratorium fire assay di PT. Smelting merupakan salah satu sub bagian di

Quality Management & Laboratorium Section Technical Department yang khusus

menangani analisis kandungan logam-logam mulia dalam sampel batuan, bijih,

maupun mineral. Logam-logam mulia yang dimaksud adalah emas (Au), perak

(Ag), platina (Pt) dan paladium (Pd). Beban kerja fisik di laboratorium fire assay

dapat disebut relatif berat. Dimulai dari paparan panas di depan tanur dengan suhu

1100-1150 C, paparan debu bahan-bahan kimia penyusun fluks dan sampelnya.

Beberapa jenis B3 yang mudah dikenali dan boleh dipergunakan antara lain adalah

bahan – bahan kimia seperti amonia, Asam Asetat, Asam sulfat, Asam Klorida, Asetilena,

Formalin, Metanol, Natrium Hidroksida,  termasuk juga gas Nitrogen. 

Kebakaran selalu menelan banyak kerugian baik moril, materil bahkan sering

kali juga keselamatan manusia. Bila kebakaran tersebut menimpa fasilitas publik

misalnya rumah sakit, maka yang menderita kerugian tentu masyarakat banyak.

Rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan

karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan

kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan social ekonomi masyarakat yang

harus tetap mampu meningkatkan pelayanan kesehatan yang lebih bermutu dan

terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang

setinggi-tingginya.

15
B. Saran

Kinerja setiap petugas kesehatan dan non kesehatan merupakan

resultante dari tiga komponen kesehatan kerja yaitu kapasitas kerja, beban

kerja dan lingkungan kerja yang dapat merupakan beban tambahan pada

pekerja. Bila ketiga komponen tersebut serasi maka bisa dicapai suatu derajat

kesehatan kerja yang optimal dan peningkatan produktivitas. Sebaliknya

bila terdapat ketidak serasian dapat menimbulkan masalah kesehatan kerja

berupa penyakit ataupun kecelakaan akibat kerja yang pada akhirnya akan

menurunkan produktivitas kerja.

16
DAFTAR PUSTAKA

Ike dan Sriyono, 2022


Keselamatan Kesehatan Kerja di Laboratorium dan Dampaknya
Bagi Lingkungan
https://www.academia.edu/5704835/Makalah_Kesehatan_Kerja
https://www.slideshare.net/faridafsihotang/kesehatan-dan-keselamatan-kerja-
dilaboratorium-kesehatan
https://www.google.com/search?client=firefox-b-
d&q=MENGENAL+MASALAH+K3+DI+LABORATORIUM+MEDIS

17

You might also like