Professional Documents
Culture Documents
Tugas Makalah MP - Affina Dyan S - 489570
Tugas Makalah MP - Affina Dyan S - 489570
Abstrak
Pendahuluan
Lahan adalah sumber daya penting untuk pembangunan ekonomi dan stabilitas
sosial, tetapi pengelolaan dan administrasinya yang efektif memerlukan
Infrastruktur Informasi Pertanahan yang andal dan komprehensif. Visi Kadaster
2014 yang disusun oleh Kaufmann & Steudler (1998) menyajikan visi kadaster di
masa depan yang diharapkan menjadi tolok ukur keberhasilan negara-negara
dunia dalam mengukur pelaksanaan kadasternya (Arianto dkk., 2013). Sudah 25
tahun sejak dirancangnya Visi Kadaster 2014 dan sudah 9 tahun sejak visi tersebut
seharusnya sudah dapat dicapai. Namun demikian, ternyata Indonesia masih
belum sepenuhnya sampai pada visi tersebut dan terbilang masih jauh dari target-
target Kadaster 2014. Di Indonesia, kompleksitas sistem penguasaan tanah, data
yang tidak memadai, dan tantangan kelembagaan telah menghambat
pengembangan sistem informasi pertanahan yang terintegrasi. Visi Kadaster 2014
bertujuan untuk membangun sistem administrasi pertanahan yang modern dan
efisien yang dapat mendukung pembangunan berkelanjutan. Namun, kemajuan
menuju pencapaian visi ini berjalan lambat, dan tantangan yang signifikan tetap
ada. Makalah ini mengusulkan pendekatan multiaspek untuk mempercepat
penciptaan infrastruktur informasi pertanahan yang memenuhi Visi Kadaster 2014
di Indonesia.
Keenam pernyataan dalam Visi Kadaster 2014 erat kaitannya dengan keberadaan
Infrastruktur Informasi Pertanahan atau Sistem Informasi Pertanahan (SIP) yang
dapat mengintegrasikan informasi secara lengkap termasuk aspek hukum dan hak
serta pembatasannya (Statement 1); menggabungkan antara peta dan buku tanah
(Statement 2); pemodelan akan berkembang (Statement 3); kadaster dengan kertas
dan pensil akan punah (Statement 4); kerja sama sektor swasta dan pemerintah
(Statement 5); dan Kadaster 2014 akan menjadi swadana (Statement 6). Sebuah
SIP sudah seharusnya dapat memuat beragam informasi yang berkaitan dengan
bidang tanah, baik berupa data geometrinya maupun data atributnya seperti jenis
hak dan pembatasannya. Selain itu, nantinya akan semakin sedikit dokumen yang
menggunakan media cetak/paperless dan akan tergantikan dengan pemodelan,
yang mana memberikan tingkat efektivitas dan efisiensi yang lebih tinggi.
Misalnya saja jika pada suatu dokumen cetak terjadi kesalahan, maka harus
dilakukan pembetulan dengan mencetak dokumen baru sehingga hal ini
mengakibatkan pemborosan. Berbeda dengan dokumen digital yang hanya
memerlukan memori ataupun penyimpanan berbasis cloud saja sehingga dapat
menghemat tempat. Hal ini turut dibenarkan oleh laman rumah.com (2019) bahwa
dokumen warkah sudah memenuhi dan menyita banyak ruangan di Kantor
Kementerian ATR/BPN. Dokumen ini sifatnya sangat penting terutama jika
terjadi masalah pertanahan maka dari itu perlu adanya basisdata digital. Namun
demikian, dengan konsep yang seperti itu dokumen rawan untuk dimanipulasi dan
diedit sehingga keamanan dokumen harus ditingkatkan misalnya dengan
memberikan kode unik berupa QR atau nomor ID tersembunyi. Dalam rangka
mewujudkan modernisasi pelayanan pertanahan demi kemudahakan berusaha dan
meningkatkan pelayanan publik, sertifikat elektronik pun telah diatur dalam
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional RI
Nomor 1 Tahun 2021. Hal ini sekaligus bertujuan untuk mendukung Sistem
Pemerintahan Berbasis Elektronik yang sudah diatur sebelumnya pada tahun 2018
dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 95 Tahun 2018.
Saat ini keberadaan sektor swasta bukanlah menjadi ancaman bagi pemerintah
karena dapat membantu pekerjaan manajemen pertanahan di Indonesia yang
sangat banyak. Contohnya adalah Kantor Jasa Surveyor Kadaster Berlisensi
(KJSKB) dan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) yang membantu Seksi
Pengukuran dan Seksi Pendaftaran di Kantor Pertanahan sehingga Kantah dapat
fokus untuk membenahi data eksisting yang sudah ada dan melakukan validasi,
sedangkan pekerjaan teknis dilimpahkan kepada sektor swasta. Hal ini juga
berlaku pada sektor swasta yang menawarkan jasa pembuatan perangkat lunak
untuk mendukung manajemen pertanahan. Pemerintah seringkali menggandeng
pihak swasta melalui suatu proses lelang dan pengajuan proposal untuk proyek
pembuatan perangkat lunak. Hal tersebut tentunya dapat meningkatkan iklim kerja
sama antara pemerintah dan swasta.
Adanya suatu SIP yang baik tentunya didukung oleh keberadaan data dan
informasi yang baik pula. Realitasnya ditemui kendala terkait belum tuntasnya
pemetaan bidang tanah, di mana baru sekitar 44,5% bidang tanah yang sudah
terpetakan (Mustofa dkk., 2018). Solusinya adalah dengan meningkatkan
kapasitas masyarakat untuk ikut serta dalam tahapan pemetaan bidang tanah,
yakni melalui Sistem Informasi Pertanahan Partisipatif (SIP-P).
Daftar Pustaka
Arianto, T., Nugroho, T., & Wahyono, E. B. (2013). Perkembangan Visi Kadaster
2014 di Kota Batam.
Kaufmann, J., & Steudler, D. (1998). A Vision for a Future Cadastral System.
Mustofa, F. C., Aditya, T., & Sutanta, H. (2018). Sistem Informasi Pertanahan
Partisipatif untuk Pemetaan Bidang Tanah Sebuah Tinjauan Pustaka
Komprehensif (Participatory Land Information System for Land Parcel
Mapping : A Comprehensive Literature Review). Globe, 20(1), 1–12.