You are on page 1of 10

“REREBONAN DEFENDERE”

Proposal Kegiatan
Disusun untuk memenuhi tugas Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila
Kurikulum Merdeka dengan tema “KEARIFAN LOKAL DOLANAN, BUKTI
EKSISTENSI, TRADISI, DAN EKSPRESI”

Disusun Oleh :
1. Alya Azahra Khairina 03
2. Avivah Lismatul Roqmah 06
3. Dino Hassan 09
4. Farrel Isaura Satria 12
5. Izza Zahra Syabana Wahid 15
6. Kesya Victoria Ifa Qulubiyah 18
7. M. Bayu Vandhira Praditya 21
8. Naila Khairunnisa Apriyanto 24
9. Onny Chandra Mukti 27
10. Satria Praja Putra Asha 30
11. Thalitha Ahwa Icharoso 33

X-5
SMA NEGERI 7 KOTA KEDIRI
MEI 2023/2024
KATA PENGANTAR
 
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan proposal kegiatan “Kearifan Lokal”
ini dengan baik, juga sholawat beriring salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW. Pemilihan tema ini didasari atas penurunan minat siswa untuk
mempelajari permainan daerah di Indonesia. Sehingga dipilihlah tema ini yang bertujuan
untuk melestarikan dan memperkenalkan permainan daerah kepada peserta didik. Semoga
dengan adanya proposal kegiatan ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca dan kami
sendiri sebagai penyusun. Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
membantu dalam penyusunan proposal ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik dan tepat
pada waktunya. Sebagai manusia biasa yang tidak pernah luput dari kesalahan, begitu juga
halnya   dengan   kami.   Kami   menyadari   bahwa   masih   banyak   kekurangan   dalam
penyusunan proposal ini, baik dari segi penulisan maupun isi. Kami pun menerima dengan
lapang dada kritikan maupun saran yang sifatnya membangun dari pembaca agar kami dapat
membenahi diri.

Kediri, 11 Mei 2023

Penulis

 
 

2
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan Kegiatan 2
C. Sasaran Kegiatan 2
BAB II ISI PROPOSAL 3
A. Waktu dan Tempat Kegiatan 3
B. Tinjauan Khusus 3
C. Kepanitiaan 5
BAB III ANGGARAN DANA 6
A. Sumber Dana 6
B. Pengeluaran Dana 6
BAB IV PENUTUP 7
A. Kesimpulan 7
B. Saran 7

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kearifan lokal merupakan suatu bentuk kearifan lingkungan yang ada dalam
kehidupan bermasyarakat berupa tata nilai atau perilaku hidup masyarakat lokal
dalam berinteraksi dengan tempat atau daerah hidupnya. Sebagai salah satu bentuk
perilaku manusia, kearifan lokal bukanlah suatu hal yang statis, melainkan berubah
sejalan dengan waktu atau dinamis, tergantung dari tatanan dan ikatan sosial budaya
yang ada di masyarakat. Masyarakat Indonesia memiliki tradisi secara turun temurun.
Seiring dengan perkembangan zaman, kedudukan tradisi dalam pola kemasyarakatan
berkembang dari masa ke masa dan mengalami perubahan. Namun, perubahan yang
bersifat pembaruan ini, tidak berpengaruh terhadap nilai-nilai tradisi.
Kearifan lokal memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan tradisional
atau tradisi Indonesia. Pada suatu tempat dalam kearifan lokal tersebut banyak
mengandung suatu pandangan maupun aturan agar masyarakat lebih memiliki pijakan
dalam menentukan suatu tindakan seperti perilaku manusia setiap hari. Kearifan lokal
itu adalah nilai-nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat. Nilai-nilai yang diyakini
kebenarannya dan menjadi acuan dalam bertingkah laku sehari-hari masyarakat
setempat. Oleh karena itu, sangat beralasan jika dikatakan bahwa kearifan lokal
merupakan entitas yang sangat menentukan harkat dan martabat manusia dalam
komunitasnya. Hal itu juga berarti kearifan lokal yang didalamnya berisi unsur
kecerdasan kreativitas dan pengetahuan lokal dari para elit dan masyarakatnya adalah
yang menentukan dalam pembangunan peradaban masyarakatnya. Akhir dari
sedimentasi kearifan lokal ini akan mewujud menjadi tradisi/agama.
Kearifan lokal sendiri sangat penting untuk suatu daerah agar dapat membuat
suatu daerah menjadi lebih menarik pada ciri khas daerah tersebut, tak lupa juga
tentang fungsinya yaitu dapat menjadi SDA, dan menjadi sumber ilmu pengetahuan
tentang masa lalu dalam bidang apapun itu, pengembangan SDM, bermakna sosial,
etika dan politik. Kearifan lokal juga memiliki karateristik yang membedakan dengan
kearifan modern yang diantaranya memasukkan nilai-nilai yang mengajari etika nilai
moral, mengajarkan masyarakat untuk mencintai alam dan tidak merusak alam,
kearifan lokal berasal dari anggota tua masyarakat. Ciri-ciri kearifan lokal yaitu

4
mampu bertahan terhadap budaya luar, mampu mengakomodasi budaya luar, mampu
mengintegrasikan budaya luar dengan budaya asli, mampu memberi arah pada
perkembangan budaya, mampu mengendalikan. Kearifan lokal memiliki 2 jenis yaitu
yang pertama adalah Kearifan lokal berwujud nyata atau Tangible adalah kearifan
lokal yang bisa kita lihat dan bisa kita sentuh wujudnya. Kearifan lokal tangible
mempunyai berbagai bentuk yaitu, bentuk tekstual seperti tata cara, aturan, dan
system nilai, selanjutnya bentuk arsitektural seperti berbagai jenis rumah adat yang
ada di daerah Indonesia, selanjutnya bentuk cagar budaya seperti patung, berbagai alat
seni tradisional, senjata tradisional, hingga permainan tradisional, Indonesia memiliki
ragam permain tradisional yang salah satunya adalah bentengan yang berasal dari
daerah Betawi. Yang kedua adalah Kearifan yang tidak berwujud atau Intangible
adalah kearifan yang tidak bisa dilihat maupun di sentuh wujudnya. Bentuk kearifan
lokal intangible antara lain adalah nasihat, nyanyian, pantun, atau cerita yang
mengandung pelajaran hidup bagi generasi selanjutnya. Contohmya adalah
kepercayaan asal Papua yang dikenal dengan nama Te Aro Neweak Lako.

B. Tujuan Kegiatan
 Mengenalkan pada generasi muda tentang permainan daerah.
 Menambah rasa cinta kepada permainan daerah.
 Memupuk kerjasama dan kekompakan dalam kelompok.
 Melestarikan permainan daerah Indonesia.
 Sebagai salah satu wadah untuk menyalurkan bakat para siswa.

C. Sasaran Kegiatan
a. Para Bapak/Ibu Guru SMA Negeri 7 Kediri
b. Para siswa SMA Negeri 7 Kediri
c. Dan warga SMA Negeri 7 Kediri lainnya
d. Orang tua/Wali siswa SMA negeri 7 Kediri

5
BAB II
ISI PROPOSAL

A. Waktu dan Tempat Kegiatan


Hari/Tanggal : Selasa, 16 Mei 2023
Waktu : 07.15 - selesai
Tempat : SMA Negeri 7 Kediri

B. Tinjuan khusus:
a) Pengertian
Bentengan merupakan permainan tradisional yang berasal dari
daerah Betawi dan memiliki tata cara bermain dengan berkelompok,
membutuhkan ketangkasan, kecepatan berlari dan strategi yang handal.

b) Sejarah permainan
Bentengan adalah salah satu permainan tradisional yang berasal
dari Betawi dan sudah ada sejak zaman penjajahan belanda. Pada saat
penjajahan, Indonesia menggunakan benteng sebagai pertahanan
hingga akhirnya benteng tersebut dianalogikan terhadap kehidupan
anak-anak lalu lahirlah istilah”bentengan”.

c) Cara bermain :
1. Permainan ini dibagi menjadi dua kelompok yang masing-masing
terdiri dari 4-8 orang.
2. Masing-masing kelompok memilih tiang sebagai benteng atau
markas. Di sekitar benteng tersebut terdapat area aman untuk
kelompok yang memiliki tiang tersebut. Bila berada di area aman,
mereka tidak perlu takut terkena lawan.
3. Para anggota kelompok akan menyentuh lawan dan membuat “mati
atau tertangkap”
4. Pemain harus sering Kembali dan menyentuh bentengnya karena
penahan dan yang ditahan ditentukan dari waktu terakhir
menyentuh benteng.

6
5. Orang yang paling dekat dengan waktunya menyentuh benteng
berhak menjadi penahan. Mereka bisa mengejar dan menyentuh
anggota lawan untuk menjadikan tawanan.
6. Pemenangnya adalah kelompok yang bisa menyentuh tiang lawan
dan meneriakkan kata “benteng”.

d) Nilai budaya yang terkadung


 Nilai kerjasama
Nilai kerja sama Ketika bermain permainan tradisional, kita
memainkannya bersama teman atau orang lain. Permainan tersebut
akan menumbuhkan nilai kerja sama di dalam diri kita agar bisa
kompak satu sama lain dan akhirnya memenangkan permainan.
 Nilai kebersamaan
Permainan tradisional juga menumbuhkan rasa kebersamaan
lewat kekompakan dan kerja sama
 Nilai solidaritas
Permainan tradisional juga menumbuhkan rasa solidaritas.
Contohnya ketika kalah bermain, teman sekelompok akan
menerima kekalahan dan saling menghibur satu sama lain dalam
kelompoknya.
 Nilai kepemimpinan
Pada permainan ini melatih seseorang tentang kepemimpinan.
Misalnya, seseorang mengatur anggota kelompoknya Menyusun
strategi untuk memenangkan permainan.
 Nilai tenggang rasa
Permainan bentengan ini juga mengajarkan seseorang untuk
memiliki tenggang rasa atau menghormati orang lain.
 Nilai kejujuran
Pada setiap permainan pasti mengajarkan nilai kejujuran yang
dimana tidak berbuat curang untuk memenangkan permainan dan
mengaku jika melakukan kesalahan.

7
C. Kepanitiaan :
1. Ketua : Dino Hassan
 Tugas : Mengkoordinir anggota.
2. Wakil Ketua : Avivah Lismatul Roqmah
 Tugas : Membantu ketua dalam mengkoordinikan
anggota.
3. Sekretaris : Alya Azahra Khairina
 Tugas : Membuat proposal, membuat laporan,
mencatat hal-hal penting
4. Bendahara : Izza Zahra Syabana Wahid
 Tugas : Mengelola keuangan projek.
5. Tim Dokumentasi : Kesya Victoria Ifa Qulubiyah
 Tugas : Mengabadikan foto maupun video sebagai
laporan dan mengedit video.
6. Tim Kreatif : Satria Praja Putra Asha
 Tugas : Memberikan ide-ide untuk variasi pada video.
7. Tim SosMed : Thalitha Ahwa Icharoso
 Tugas : Bertanggung jawab atas mempublikasikan
video.
8. Anggota : 1. Onny Chandra Mukti
2. Farrel Isura Satria
3. M. Bayu Vandhira Praditya
4. Naila Khairunnisa Apriyanto

8
BAB III
ANGGARAN DANA
A. Sumber Dana
Sumber dana yang digunakan dalam kegiatan berasal dari dana kelompok
sebesar Rp. 39.000,00 untuk persiapan take video.

B. Pengeluaran Dana
No Uraian Satuan Biaya
. Harga Satuan Jumlah Biaya
1. Pita roll 2 buah Rp 9.000 Rp 18.000
2. Print proposal 10 lembar Rp 1.000 Rp 21.000
Print laporan 11 lembar Rp 1.000
Total Biaya Rp. 39.000

9
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dengan segala kegiatan ini di harapkan agar para Siswa SMAN 7 KEDIRI
bisa semakin mencintai dan melestarikan permainan Daerah dan memiliki rasa
bangga dan cinta tanah air, selain itu juga semakin kreatif dan semakin bisa
memanfaatkan teknologi yang ada dengan mengkreasikan permainan tersebut
menjadi lebih indah dan bisa menjadi salah satu Karya Anak Bangsa.

B. Saran
Untuk Aparat pemerintah diharapkan ikut serta dalam menjaga dan
melestarikan budaya lokal, tentunya budaya positif yang sesuai dengan kearifan
lokal. Serta ikut andil dalam memajukan kebudayaan daerah khususnya tradisi
dari masyarakat betawi supaya mendatangkan manfaat bagi masyarakat dan
pemerintah daerah baik itu dari segi kebudayaan dan pembangunan. Sedangkan
Bagi Masyarakat terus menjaga permainan bentengan ini sebagai aset
kebudayaan, supaya dapat mewariskan kepada generasi penerusnya sebagai
bentuk pelestarian budaya lokal.

10

You might also like