You are on page 1of 11

RESUME MANAJEMEN RISIKO

MANAJEMEN RISIKO KEEHATAN DAN KESELAMATAN


KERJA
Dosen Pengampu: Dosen Pengampu: Dr. Ir. Hj. Marhawati., M.si

Disusun Oleh:
Mursadilla
210903501072

Kelas Manajemen E
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Negeri Makassar
Tahun 2023
BAB 1
PENDAHULUAN

Sumber daya manusia sebagai tenaga kerja tidak terlepas dari masalah-masalah yang
berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja sewaktu bekerja. Hal ini berkaitan dengan
perlindungan tenaga kerja dari bahaya dan penyakit akibat kerja maupun lingkungan kerja.
Dengan menyadari pentingnya aspek keselamatan dan kesehatan kerja, terutama pada
implementasi fisik, maka perusahaan umumnya memiliki organisasi atau bidang dengan
tugas khusus menangani masalah keslamatan kerja.
Sistem Manajemen Keslamatan dan Kesehatan kerja adalah bagian dari sistem manajemen
yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelak sanaan, prosedur,
proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian,
pengkajian dan pemeliharaan keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Penerapan sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu cara untuk menjamin
konsisten dan efektifitas perusahaan dalam mengendalikan sumber bahaya dan penerapan
SMK3 dapat meminimalkan resiko, mengurangi dan mencegah kecelakaan dan penyakit
akibat kerja serta memaksimalkan efisiensi perusahaan yang pada akhirnya dapat
meningkatkan produktivitas perusahaan , untuk memacu peningkatan daya saing barang dan
jasa yang dihasilkan oleh perusahaan terlebih untuk mengantisipasi pemberlakuan sertifikat
K3 atau pun standarisasi K3 secara internasional maka setiap perusahaan di Indonesia harus
meningkatkan kemampuan manajemen dan para tenaga kerjanya.
Pada resume kali ini akan dibahas secara rinci mengenai keselamatan dan Kesehatan kerja yang
terdiri dari pengertian, tujuan, Langkah-langkah beserta penerapan manajemen risiko Kesehatan
dan keselamatan kerja. Yang diharapkan agar para pembaca dapat menambah wawasan dan
pengetahuan tentang keselamatan dan Kesehatan kerja itu sendiri.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Manajemen Risiko K3 adalah suatu upaya mengelola risiko untuk mencegah
terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan secara komphrensif, terencana da
terstruktur dalam suatu kesisteman yang baik. Sehingga memungkinkan manajemen
untuk meningkatkan hasil dengan cara mnengoidentifikasi dan menganalisis risiko
yang ada. Sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja diatur dalam Peraturan
Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia, yaitu Permenaker No. 05/MEN/1996, yang
dinyatakan bahwa sistem manajemen risiko keselamatan dan kesehatan kerja
merupakan bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan, yang meliputi struktur
organisasi, perencanaan tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses, dan sumber
daya yang dibutuhkan bagi pengembangnan, penerapan, pencapaian, pengkajian, dan
pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam pengendalian risiko
yang terjadi seminimal mungkin berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya
tempat kerja yang aman efisien dan produktif.
Perlu juga diketahui ada beberapa sistem manajemen risiko K3 yang telah
dikembangkan dan diterapkan di Indonesia oleh perusahaan-perusahaan nasional,
maupun dari negara asing yang mempunyai kegiatan kerjasama bisnis dengan
mitranya di Indonesia, seperti OHSAS 18001: 2007, Sistem manajemen Five star dari
British Safety Council dari Inggris, dan American Petroleum Institute: API 9100A dari
USA.
Menurut OHSAS 18001:2007 Menurut OHSAS 18001: 2007 OHS Management
system : part of an organization’s management system used to develop and implement
its OH & S policy and manage OH&S Risks. (1) A Management system is a set of
interrelated elements used to establish policy and objectives and to achieve those
objectives. (2) A management systems includes organizational structure, planning
activities (including for example, risk assessment and the setting of objectives),
responsibilities, practices, procedures, process and resources.
Sistem manajemen Five Star dari Bristish Safety Council dari Inggris
mengembangkan SMK3 sejak tahun 1970, telah banyak bekerjasama dengan beberapa
perusahaan di Indonesia seperti Pertamina dan Petrokimia, bahkan telah memberikan
penghargaan perusahaan yang berprestasi dalam bentuk “Sword of Honour”.Sistem
manajemen K3 yang lain adalahBritish Standard BS 8800 guide to Occupational
Health and Safety Management Systems, bahwa standar tentang sistem manajemen
K3 yang diberlakukan di Inggris dan negara mitra dimana terdapat Kerjasama
bisnisnya.
American Petroleum Institute: API9100A adalahModel Environmental Health &
Safety (EHS) Management System.Lembaga ini mengeluarkan pedoman standar
tentang menejemen keselamata kerja dan lingkungan. Di Indonesia sendiri telah
dikembangkan SMK3 dari Departemen Tenaga Kerja RI, dan telah
diimplementasikan oleh berbagai perusahaan. Audit SMK3 dilakukan oleh PT.
Sucofindo.Audit adalah pemeriksaan secara sistematis dan independen untuk
menentukan suatu kegiatan hasil-hasil yang berkaitan dengan prosedur yang
direncanakan dan dilaksanakan secara efektif. Audit ini bertujuan untuk membuktikan
dan mengukur tingkat keberhasilan pelaksanaan dan penerapan SMK3 di tempat
kerja.

2.2 Tujuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Tujuan kesejatan dan keselamatan kerja antara lain:
A. Tujuan umum
a) Perlindungan terhadap tenaga kerja yang berada di lingkungan kerja
agar selalu terjamin keselamatan dan kesehatan sehingga dapat
diwujudkan penngkatan produksi dan produktivitas
b) Perlindungan terhadapp setiap orang yang berada di lingkungan kerja
agar selalu dalam keadaan selamat
c) Perlindungan terhadap bahan dan peralatan produksi agar dapat dipakai
dan digunakan secara efisien dan aman
B. Tujuan khusus
a) Mencegah terjadinya kecelakaan, kebakaran, peledakan, dan penyakit
akibat kerja
b) Mengamankan mesin dan peralatan, instalasi, pesawat, alat kerja,
bahan baku, dan bahan hasil produksi
c) Menciptakan lingkungan kerja dan tempat kerja yang aman, nyaman,
sehat, dan penyesuaiann antara pekerjaan dengan manusia atau dengan
peralatan

2.3 Langkah-Langkah Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan


Kerja
Dalam menerapkan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja (SMK3) ada
beberapa tahapan yang harus dilakukan agar SMK3 tersebut menjadi efektif, karena
SMK3 mempunyai elemen-elemen atau persyaratan tertentu yang harus dibangun di
dalam suatu organisasi atau perusahaan. Sistem manajemen K3 juga harus ditinjau
ulang dan ditingkatkan secara terus menerus di dalam pelaksanaannya untuk
menjamin bahwa sistem tersebut dapat berperan dan berfungsi dengan baik serta
berkontribusi terhadap kemajuan perusahaan. Untuk lebih memudahkan penerapan
SMK3 berikut ini merupakan langkah dan tahapannya. Tahapan dan langkah tersebut
dibagi menjadi 2 bagian besar yaitu sebagai berikut:
1. Tahap persiapan
Merupakan tahapan atu langkah awal yang harus dilakukan suatu organisasi
atau perusahaan. Langkah ini melibatkan lapisan manajemen dan sejumlah
personel, mulai dari menyatakan komitmen sampai dengan kebutuhan sumber
daya yang diperlukan, adapun tahap persiapan antara lain:
 Komitmen manajemen puncak
 Menentukan ruang lingkup
 Menetapkan cara penerapan
 Membentuk kelompok penerapan
 Menetapkan sumber daya yang diperlukan
2. Tahap pengembangan dan penerapan
Dalam tahapan ini berisi langkah-langkah yang harus dilakukan oleh
organisasi/perusahaan dengan melibatkan banyak personel, mulai dari
menyelenggarakan penyuluhan dan melaksanakan sendiri kegiatan audit
internal serta tindakan perbaikannya sampai melakukan sertifikasi
1) Menyatakan komitmen
Pernyataan komitmen dan penetapan kebijakan untuk menerapkan
sebuah SMK3 dalam organisasi/perusahaan harus dilakukan oleh
manajemen puncak. Persiapan SMK3 tidak akan berjalan tanpa adanya
komitmen terhadap sistem manajemen tersebut. Manajemen harus
benar-benar menyadari bahwa merekalah yang paling bertanggung
jawab terhadap keberhasilan atau kegagalan penerapan sistem K3.
Komitmen manajemen puncak harus dinyatakan bukan hanya dalam
kata-kata tetapi juga harus dengan tindakan nyata agar dapat diketahui,
dipelajari, dihayati dan dilaksanakan oleh seluruh staf dan pekerja
perusahaan. Seluruh pekerja dan staf harus mengetahui bahwa
tanggung jawab dalam penerapan SMK3 bukan urusan bagian K3 saja.
Tetapi mulai dari manajemen puncak sampai pekerja terendah. Karena
itu ada baiknya manajemen membuat cara untuk mengomunikasikan
komitmennya ke seluruh jajaran dalam perusahaannya. Untuk itu perlu
dicari waktu yang tepat guna menyampaikan komitmen manajemen
terhadap penerapan SMK3.
2) Menetapkan cara penetapan
Dalam menerapkan SMK3, perusahaan dapat menggunakan jasa
konslutan dengan pertimbangan sebagai berikut:
 Konsultan yang baik tentu memiliki pengalaman yang banyak
dan bervariasi sehingga dapat menjadi agen pengalihan
pengetahuan secara efektif, sehingga dapat memberikan
rekmendasi yang tepat dalam proses penerapan SMK3.
 Konslutan yang independen kemungkinan konslutan tersebut
secara bebas dapat memberikan umpan balik kepada
manajemen secara objektif tanpa terpengaruh oleh persaingan
antar kelompok di dalam organisasi/perusahaan.
 Konslutan jelas memiliki waktu yang cukup. Berbeda dengan
tenaga perusahaan yang meskipun mempunyai keahlian dalam
SMK3 namun karena desakan tugas-tugas lain di perusahaan,
akibatnya tidak punya cukup waktu
Sebenarnya perusahaan dapat menerapkann SMK3 tanpa menggunakan
jasa konslutan jika organisasi yang bersangkutan memiliki personel
yang cukup mampu untuk mengorganisasikan dan mengarahkan orang.
Selain itu, organisasi tentunya sudah memehami dan berpengalaman
dalam menerapkan SMK3 ini dan mempunyai waktu yang cukup.
3) Membentuk kelompok kerja penerapan
Jika perusahaan akan membentuk kelompok kerja sebaiknya anggota
kelompok tersebut terdiri dari atas seorang wakil dari setiap unit kerja.
Biasanya manajer unit kerja, hal ini penting karena merekalah yang
tentunya paling bertanggung jawab terhadap unit kerja yang
bersangkutan. Dalam proses penerapan ini maka peranan anggota
kelompok kerja adalah menjadi agen perubahan sekaligus fasilitator
dalam unit kerjanya. Merekalah yang pertama-tama menerapkan
SMK3 ini di unit-unit kerjanya termasuk mengubah cara dan kebiasaan
lama yang tidak menunjang penerapan sistem ini. Selain itu, mereka
juga akan melatih dan menjelaskan tentang standar ini termasuk
manfaat dan konsekuensinya. Menjaga konsistensi dari penerapan
SMK3 baik melalui tinjauan sehari-hari maupun berkala.
4) Menetapkan sumber daya yang diperlukan
Sumber daya di sini mencakup orang/personel , perlengkapan, waktu
dan dana. Orang yang dimaksud adalah beberapa orang yang diangkat
secara resmi di luar tugas-tugas pokoknya dan terlibat penuh dalam
proses penerapan. Perlengkapan adalah perlunya mempersiapkan
kemungkinan ruangan tambahan untuk menyimpan dokumen atau
komputer tambahan untuk mengolah dan menyimpan data. Waktu
yang diperlukan tidaklah sedikit terutama bagi orang yang terlibat
dalam penerapan, mulai mengikuti rapat, pelatihan, mempelajari
bahan-bahan pustaka, menulis dokumen mutu sampai menghadapi
kegiatan audit assesment. Penerapan SMK3 bukan sekedar kegiatan
yang dapat berlangsung dalam satu atau dua bulan saja. Untuk itu
selama kurang lebih satu tahun perusahaan harus siap menghadapi
gangguan arus kas karena waktu yang seharusnya dikonsentrasikan
untuk beroperasi banyak terserap ke proses penerapan SMK3. Keadaan
ini sebetulnya dapat dihindari dengan perencanaan dengan pengelolaan
yang baik. Sementara dana yang diperlukan adalah untuk membayar
konsultan (jika menggunakan jasa konsultan), lembaga sertifikasi, dan
biaya untuk pelatihan karyawan di luar perusahaan.
Di samping itu juga perlu dilihat apakah dalam penerapan SMK3 ini
perusahaan harus menyediakan peralatan khusus yang selama ini
belum dimiliki. Sebagai contoh yaitu apabila perusahaan memiliki
kompresor dengan kebisingan di atas rata-rata, karena sesuai dengan
persyaratan SMK3 yang mengharuskan adanya pengendalian risiko
dan bahaya yang ditimbulkan, perusahaan tentu harus menyediakan
peralatan yang dapat menghilangkan tingkat kebisingan tersebut. Alat
pengukur tingkat kebisingan juga harus disediakan, dan alat ini harus
dikalibrasi. Oleh karena itu, besarnya dana yang dikeluarkan untuk
peralatan ini tergantung pada masing-masing perusahaan.
5) Kegiatan penyuluhan
Penerapan SMK3 adalah kegiatan dari dan untuk kebutuhan personel
perushaan. Oleh karena itu harus dibangun rasa adanya keikutsertaan
dari seluruh pekerja dalam perusahaan melalui progrm penyuluhan.
Kegiatan ini bertujuan:
 Menyamakan persepsi dan motivasi terhadap pentingnya
penerapan SMK3 bagi kinerja perusahaan
 Membangun komitmen menyeluruh muai dari direksi, manajer,
dan staf dan seluruh jajaran dalam perusahaan untuk bekerja
sama dalam menerapkan standar sistem ini
 Kegiatan penyuluhan ini dapat dilakukan dengan beberapa cara
misalnya dengan pernyataan komitmen manajemen, melalui
ceramah, surat edaran atau pembagian buku-buku yang terkait
dengan SMK3
6) Peninjauan sistem
Kelompok kerja penerapan yang telah dibentuk kemudian mulai
bekerja untuk meninjau sistem yang sedang berlangsung dan kemudian
dibandingkan dengan persyaratan yang ada dalam Sistem Manajemen
K3. Peninjauan ini dapat dilakukan melalui dua cara yaitu dengan
meninjau dokumen prosedur dan meninjau pelaksanaan. Apakah
perusahaan sudah mengikuti dan melaksanakan secara konsisten
prosedur atau instruksi kerja dari OHSAS 18001 atau Permenaker
05/MEN/1996. Perusahaan belum memiliki dokumen, tetapi sudah
menerapkan sebagian atau seluruh persyaratan dalam standar SMK3.
Perusahaan belum memiliki dokumen dan belum menerapkan
persyaratan standar SMK3 yang dipilih
7) Penyusunan jadwal kegiatan
Setelah melakukan peninjauan sistem maka kelompok kerja dapat
menyusun suatu jadwal kegiatan. Jadwal kegiatan dapat disusun
dengan mempertimbangkan hal-hal berikut:
 Ruang lingkup pekerjaan. Dari hasil tinjauan sistem akan
menunjukkan berapa banyak yang harus disiapkan dan berapa
lama setiap prosedur itu akan diperiksa, disempurnakan,
disetujui dan diaudit. Semakin panjang daftar prosedur yang
harus disiapkan, semakin lama waktu penerapan yang
diperlukan.
 Kemampuan wakil manajemen dan kelompok kerja penerapan
Kemampuan di sini dalam hal membagi dan menyediakan
waktu. Seperti diketahui bahwa tugas penerapan bukanlah satu-
satunya pekerjaan para anggota kelompok kerja dan
manajemen representatif. Mereka masih mempunyai tugas dan
tanggung jawab lain di luar penerapan standar SMK3 yang
kadang-kadang juga sama pentingnya dengan penerapan
standar ini. Hal ini menyangkut kelangsungan usaha
perusahaan seperti pencapaian sasaran penjualan, memenuhi
jadwal dan target produksi.
 Keberadaan proyek Khusus bagi perusahaan yang kegiatannya
berdasarkan proyek (misalnya kontraktor dan pengembangan),
maka ketika menyusun jadwal kedatangan asesor badan
sertifikasi, pastikan bahwa pada saat asesor datang proyek
sedang dikerjakan.
8) Pengembangan sistem manajemen K3
Beberapa kegiatan yang perlu dilakukan dalam tahap pengembangan
SMK3 antara lain mencakup dokumentasi, pembagian kelompok,
penyusunan bagan air, penulisan manual SMK3, prosedur dan instruksi
kerja.
9) Penerapan sistem
Setelah semua dokumen selesai dibuat, maka setiap anggota kelompok
kerja kembali ke masing-masing bagian untuk menerapkan sistem yang
ditulis. Adapun cara penerapannya sebagai berikut.
 Anggota kelompok kerja mengumpulkan seluruh stafnya dan
menjelaskan mengenai isi dokumen tersebut. Kesempatan ini
dapat juga digunakan untuk mendapatkan masukan-masukan
dari lapangan yang bersifat teknis operasional.
 Anggota kelompok kerja bersama dengan staf unit kerjanya
mulai mencoba menerapkan hal-hal yang telah ditulis. Setiap
kekurangan yang dijumpai harus dicatat sebagai masukan untuk
menyempurnakan sistem.
 Mengumpulkan semua catatan K3 dan rekaman tercatat yang
merupakan bukti pelaksanaan hal-hal yang telah ditulis.
Rentang waktu untuk menerapka sistem ini sebaiknya tidak
kurang dari tiga bulan sehingga cukup memadai untuk menilai
efektif tidaknya sistem yang telah dikembangkan. Tiga bulan
ini sudah termasuk waktu yang digunakan untuk
menyempurnakan sistem dan memodifikasi dokumen.
 Dalam pelaksanaannya, maka kelompok kerja tidak harus
menunggu seluruh dokumen selesai. Begitu satu dokumen
selesai sudah mencakup salah satu elemen standar maka
penerapan sudah dapat dimulai. Sementara proses penerapan
system ini. Apabila Langkah-langkah terdahulu dapat
dijalankan dengan baik maka proses system ini relatf lebih
mudah dilaksanakan. Penerapan system ini harus dilaksanakan
sedikitnya tiga bulan sebelum pelaksanaan audit internal.
Waktu tiga bulan ini diperlukan untuk mengumpulkan bukti-
bukti secara memadai dan untuk melaksanakan penyempurnaan
system modifikasi dokumen
10) Proses sertifikasi
Ada sejumlah lembaga sertifikasi sistem Manajemen K3. Misalnya
Sucofindo melakukan sertifikasi terhadap Permenaker No.
05/MEN/1996. Namun untuk OHSAS 18001:1999 organisasi bebas
menentukan lembaga sertifikasi manapun yang diinginkan. Untuk
organisasi disarankan untuk memilih lembaga sertifikasi OHSAS
18001 yang paling tepat.

2.4 Pengendalian Risiko K3


Pengendalian risiko merupakan langkah penting dan menentukan dalam keseluruhan
manajemen risiko. Pengendalian risiko berperan dalam meminamalisiir/mengurangi
tingkat risiko yang ada sampai tingkat terendah atau sampai tingkatan yang dapat
ditolerir. Cara pengendalian risiko dilakukan melalui:
1. Eliminasi: pengendalian ini dilakukan dengan cara menghilangkan sumber
bahaya (hazard)
2. Substitusi: mengurangi risiko dari bahaya dengan cara mengagti proses,
mengagnti input dengan yang lebih rendah risikonya
3. Engineering: mengurangi dari bahaya dengan metode rekayasa teknik pada
alat, meisn, infrastruktur, lingkungan dan atau bangunan
4. Administratif: mengurangi risiko bahaya dengan cara melakukan pembuatan
prosedur, aturan, pemasangan rambu (safety sign), tanda peringatann, training
dan seleksi terhadap kontraktor, material serta mesin, cara pengatasan,
penyimpanan dan pelabelan
5. Alat pelindung diri: mengurangi risiko bahaya dengan cara menggunakan alat
perlindungan diri misalnya safety helmet, masker sepatu safety, coverall,
kacamata keselamatan. Dan alat pelindung diri lainnya yang sesuai dengan
jenis pekerjaan yang dilakukan

2.5 Sasaran Manajemen Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Sasaran manajemen risiko kesehatan dan keselamatan kerja adalah untuk menciptakan
suatu sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan
unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungank erja yang terintegrasi, dalam
rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan, dan penyakit kerja, serta tercipta
tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif. Adapun maksud dan tujuan sasaran
manajemen manajemen risiko kesehatan dan keselamatan kerja antara lain:
a) Menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat, naman, dan sehat
b) Mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja
c) Meningkatkan produktifitas kerja karyawan
Adapun dasar hukum sistem manajemen risiko keselamatan dan kesehatan kerja yaitu:
a) UU no. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
b) UU no. 3 Tahun 1992 tentang jaminan sosial tenaga kerja
c) UU no. 23 Tahun 1922 tentang Kesehatan
d) UU no. 13 tahun 2003 tentang Tenaga kerja
e) Keppres RI no. 22 Tahun 1993 tentang penyakit yang timbul akibat kerja
f) Konvensi ILO no 185/1981 menetapkan kewajiban setiap negara untuk
merumuskan melaksanakan dan mengevaluasi kebijakan nasionalnya dibidang
kesehatan dan keselamatan kerja serta lingkungannya
g) Konvensi ILO no. 161 tahun 1985 tentang keselamatan kerja
RANGKUMAN MATERI
Manajemen Risiko K3 adalah suatu upaya mengelola risiko untuk mencegah terjadinya
kecelakaan yang tidak diinginkan secara komphrensif, terencana da terstruktur dalam suatu
kesisteman yang baik. Sehingga memungkinkan manajemen untuk meningkatkan hasil
dengan cara mengidentifikasi dan menganalisis risiko yang ada. Tujuan manajemen risiko K3
antara lain:
a) Perlindungan terhadap tenaga kerja yang berada di lingkungan kerja agar selalu
terjamin keselamatan dan kesehatan sehingga dapat diwujudkan penngkatan produksi
dan produktivitas
b) Perlindungan terhadapp setiap orang yang berada di lingkungan kerja agar selalu dalam
keadaan selamat
c) Perlindungan terhadap bahan dan peralatan produksi agar dapat dipakai dan digunakan
secara efisien dan aman
Penerapan SMK3 berikut ini merupakan langkah dan tahapannya. Tahapan dan langkah
tersebut dibagi menjadi 2 bagian besar yaitu sebagai berikut:
1. Tahap persiapan
2. Tahap pengembangan dan penerapan
 Menyatakan komitmen
 Menetapkan cara penetapan
 Membentuk kelompok kerja penerapan
 Menetapkan sumber daya yang diperlukan
 Kegiatan penyuluhan
 Peninjauan sistem
 Penyusunan jadwal kegiatan
 Pengembangan sistem manajemen K3
 Penerapan sistem
 Proses sertifikasi
Cara pengendalian risiko dilakukan melalui:
1. Eliminasi
2. Substitusi
3. Engineering
4. Administratif
5. Alat pelindung diri
Adapun dasar hukum sistem manajemen risiko keselamatan dan kesehatan kerja yaitu:
a) UU no. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
b) UU no. 3 Tahun 1992 tentang jaminan sosial tenaga kerja
c) UU no. 23 Tahun 1922 tentang Kesehatan
d) UU no. 13 tahun 2003 tentang Tenaga kerja
e) Keppres RI no. 22 Tahun 1993 tentang penyakit yang timbul akibat kerja
f) Konvensi ILO no. 161 tahun 1985 tentang keselamatan kerja
PERTANYAAN
1. Apa yang dimaksud kesehatan dan keselamatan kerja?
2. Apa manfaat bagi suatu perusahaan jika menerapkan sistem manajemen K3?
3. Sebutkan tahapan dalam penerapan manajemen sistem K3!
4. Sebutkan dasar hukum apa saja yang mendasari sistem manajemen risiko K3!
5. Bagaimana jika suatu perusahaan memiliki sistem manajemen K3 yang rendah,
jelaskan!

DAFTAR PUSTAKA
Bryan alfons Willyam Sepang, J. T. (Maret. 2013). Manajemen Risiko Keselamatan dan Kesehtana
Kerja Pada Proyek Pembangunan Ruko Orlens Fashion Manado. Jurnal sipil statik, 282-288.

Darmawi, H. (2010). Manajemen Risiko. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.

Dra. Sri Redjeki, M. (2016). Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan.

I Wayan Wiyasa, I. G. (2015). Manajemen Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Proyek
Pembangunan Ciputra World Jakarta. Jurnal Spektram, 1-9.

Ir. M. afif Salim, S. M. (2022). Manajemen Risiko K3 Konstruksi. Yogyakarta: Penerbit K-Media.

J.Edkk, T. (1993). Peningkatan produktivitas sekaligus perbaikan tempat kerja. Jakarta: PT.
Komunikajaya Pratama.

Setyoko. (2017, November 3). SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN PADA
PERUSAHAAN. Jurusan Tenik Elektro Politeknik Negeri Semarang, pp. 172-177.

Soputan, G. E. (2014). Manajemen Risiko Keshatan dan Keselamatan Kerja. Jurnal Ilmiah Media
Engieering, 229-238.

Triyono, D. M. (2014). Buku Ajar Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Yogyakarta: TIM K3 FT UNY.

GLOSARIUM
Instalasi Perangkat peralatan teknik beserta perlengkapannya yang
dipasang pada posisinya
Konsistensi Tetap (tidak berubah-ubah). Selaras, dan sesuai
Konsultan Tenaga profesional yang menyediakan jasa kepenasihatan
dalam bidang keahlian tertentu
Produktif Cara untuk mendapatkan hasil yang diinginkan dengan sedikit
waktu dan sedikit usaha

You might also like