You are on page 1of 7

DINAS KESEHATAN KABUPATEN KONAWE SELATAN

UPTD PUSKESMAS KONDA


Alamat : Jln. Poros Kendari-Andoolo Km 13 Tanea
Email : Puskkonda@Gmail.com

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PROGRAM FILARIASIS


LINGKUP WILAYAH PUSKESMAS KONDA KABUPATEN KONAWE SELATAN
A. Pendahuluan
Penyakit Filariasis (Kaki Gajah) ramai diberitakan sejak akhir tahun 2009,
akibat terjadinya kematian pada beberapa orang. Penyakit Filariasis (penyakit
kaki gajah) adalah penyakit infeksi kronis menular, disebabkan oleh cacing
filaria dan ditularkanmelalui nyamuk sebagai vektor.
Terdapat tiga spesies cacing penyebab Filariasis yaitu: Wucheria bancrofti,
Brugia Malayi, dan Brugia Timori. Semua spesies tersebut terdapat di Indonesia,
namun lebih dari 70% kasus filariasis di Indonesia disebabkan oleh Brugia
Malayi. Cacing tersebut hidup di kelenjar dan saluran getah bening sehingga
menyebabkan kerusakan pada system limfatikyang dapat menimbulkan gejala
akut dan kronis.
Filariasis tersebar hampir seluruh Kabupaten/kota di Indonesia. Penyakit ini
dapat mengakibatkan kecacatan menetap yang dapat menimbulkan stigma
social, hambatan psikologis, kerugian ekonomi dan menurunkan kualitas
Sumber Daya penderita Filariasis.
B. Latar Belakang

Di Indonesia upaya pemberantasan filariasi telah dilaksanakan tahun 1975


terutama di daerah endemis tinggi filariasis. Sampai dengan tahun 2014
terdapat lebih dari 14 ribu orang menderita klinis kronis Filariasis yang tersebar
di semua provinsi.
Puskesmas Konda Kabupaten konawe selatan merupakan salah satu daerah
endemis filariasis, terdapat 2 penderita kronis yang tersebar di 2 desa yaiu desa
Cilam Jaya dan desa Amohalo Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan.
Penanggulangan Filariasis merupakan upaya-upaya yang dilakukan untuk
mencapai eleminasi Filariasis di Indonesia tahun 2020. Penanggulangan
Filariasis dilaksanakan berbasis wilayah dengan menerapkan manajemen
lingkungan, pengendalian vektor, menyembuhkan atau merawat penderita,
memberikan obat terhadap orang-orang sehat yang terinfeksi cacing filaria dan
sebagai sumber penularan serta pemberian obat pencegahan secara massal.
Penanggulangan Filariasis di Indonesia dilaksanakan dengan strategi
eliminasi filariasis dengan dua upaya yakni memutuskan rantai penularan serta
mencegah dam membatasi kecacatan. Penanggulangan filaiasis telah di tetapkan
berdasarkan surat edaran Menteri dalam negeri Republik Indonesia Nomor
433.43/857/SJ tanggal 24 April 2007 tentang pelaksanaan Pengobatan Massal
Filariasis.
C. Tujuan Umum dan Tujuan Khusus

1. Tujuan umum
Tujuan umum penanggulangan filariasis yaitu agar filariasis tidak menjadi
masalah kesehatan masyarakat di Indonesia.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus penanggulangan filariasis yaitu menurunkan angka
mikrofilaria menjadi ≤1% dan cakupan POPM filariasis di wilayah kerja
puskesmas Konda Kab. Konawe Selatan ≥65%, serta menurunkan angka
kepadatan rata-rata mikrofilaria di daerah endemis filariasis.
D. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan

Penanggulangan Filariasis merupakan upaya-upaya dalam mencapai eliminasi


filariasis, yang terdiri dari:
1. Surveilans Kesehatan

a. Penemuan Penderita
b. Survei data dasar prevalensi mikrofilaria

c. Survei evaluasi prevalensi mikrofilaria

d. Survei evaluasi penularan Filariasis (TAS)


2. Penanganan Penderita
Penanganan penderita bertujuan untuk :
a. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas, penderita filariasis
dan keluarganya dalam penatalaksanaan penderita secara mandiri.

b. Menurunnya jumlah serangan akut pada penderita kronis

c. Mencegah dan membatasi kecacatan

d. Tindakan medik (bedah)pada penderita filariasis hidrokel


3. Pengendalian Faktor Resiko
Sumber penularan filariasis utama adalah manusia terinfeksi cacing filaria.
Selanjutnya untuk menentukan adanya penularan dapat diidentifikasi
berdasarkan hal-hal berikut:
a. Adanya pendderita filariasis klinis (akut atau kronis)

b. Adanya orang yang ditemukan positif mikrofilaria dalam darahnya

c. Nyamuk penular

d. Lingkungan menjadi faktor penentu identifikasi daerah yang terdapat


penularan filariasis.
4. Komunikasi, Informasi dan Edukasi
Sasaran komunikasi, informasi, dan edukasi dalam penanggualangan
filariasis terbagi menjadi:
a. Sasaran primer yakni kelompok masyarakat yang diharapkan mau
melaksanakan program penanggulangan filarisasis, yaitu minum obat
pencegahan filariasis sesuai dosis sekali setahun selama minimal 5 tahun
berturut-turut, penatalaksanaan diri bagi penderita kronis dan mencegah
gigitan nyamuk.
b. Sasaran sekunder yaitu kelompok yang mempunyai pengaruh, baik secara
langsung maupun tidak langsung terhadap sasaran primer dalam
pelaksanaan Program eliminasi Filariasis.

c. Sasaran tersier yaitu para pengambil keputusan, penentu kebijakan dan


penyandang dana yang diharapkan memberikan dukungan baik secara
politik, kebijakan maupun dana untuk mewujudkan Program
Penanggulangan Filariasis di wilayahnya.
E. Cara Melaksanakan Kegiatan
1. Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Filariasis

Kegiatan POPM Filaiasis dilaksanakan sekali setahun selama minimal lima


tahun berturut-turut, kemudian diikuti dengan evaluasi dampak setelah
POPM Filariasis dihentikan serta menerapkan surveilans ketat pada periode
stop POPM Filariasis.
a) Persiapan pelaksanaan Kegiatan POPM Filariasis terdiri dari:

1). Perlu sosialisasi dan mengikutsertakan masyarakat dalam perencanaan


dan pelaksanaan POPM Filariasis.

 Pelaksana yaitu kader filariasis

 Kegiatan penyiapan dilakukan dengan mengunjungi warga dari


rumah ke rumah di wilaayah binaan kader dimana satu kader
membina 20-30.

 Mengisi kartu pengobatan dan formulir sensus penduduk di wilayah


binaan kader filariasis

 Menyeleksi dan mencatat penduduk yang ditunda pengobatannya

 Pendataan penderita filariasis klinis kronis.

2) Penyediaan bahan, alat dan obat

 bahan dan alat yakni kartu pengobatan, formulir pelaporan


pengobatan kader filariasis, formulir sensus, formulir pendataan
penderita filariasis kronis, media penyuluhan dan alat tulis menulis
 obat DEC, Albendazole dan obat yang dipersiapkan untuk Kejadian
Ikutan Pasca Pemberian Obat pencegahan secara Massal Filariasis
3) Antisipasi kejadian Ikutan Pasca Pemberian Obat pencegahan Massal
Filariasis

 Masyarakat perlu mengetahui kemungkinan reaksi, gejala dan tanda


pengobatan, Puskesmas/Rumah Sakit yang menjadi rujukan dan
tindakan pencegahan kejadian ikutan pasca pemberian obat
pencegahan massal filaariasis.

 Puskesmas memiliki stok obat yang cukup untuk kejadian ikutan


Pasca POdan PM Filariasis, mempersiapkan doker dan petugas
paramedis yang dapat dijangkau selama 5 hari sejak masa
pengobatan, kenali dengan baik rujukan penderita, mengingatkan
masyarakat minum obat sesudah makan serta jangan memberikan
obat pada sasaran yang ditunda.

 Kabupaten menyiapkan rumah sakit rujukan, dan membentuk tim


ahli kejadian pasca pengobatan untuk mengantisipasi kejadian
ikutan POPM Filariasis.

b) Pelaksanaan Kegiatan POPM Filariasis terdiri dari:

1) Saat Kegiatan POPM Filariasis

 Menyiapkan Pos Pelaksana POPM Filariasis, obat-obatan, kartu


pengobatan, dan air minum (masing-masing penduduk dapat
membawa air minum)

 Mengundang penduduk untuk datang ke Pos Pelaksana POPM


Filariasis yang telah ditentukan

 Memberikan obat yang harus di minum di depan kader/petugas


filariasis
 Mengunjungi penduduk ke rumahnya bagi yang tidak datang di Pos
Minum Obat.

 Petugas Puskesmas Melaporkan Cakupan Minum obat Pencegahan


Filariasis di wilayahnya ke Dinas Kesehatan

2) Tindakan terhadap kejadian ikutan Pasca pemberian Obat Filariasis

 Mencatat jenis kejadian ikutan di kartu pengobatan dan


melaporkannya ke petugas kesehatan

 Kader filariasis melakukan verifikasi jenis kejadian dan


mencatatnya dalam formulir kejadian

 Petugas kesehatan mendatangi penderita kejadian ikutan

 Petugas kesehatan mengkonfirmasi jenis kejadian ikutan


2. Penatalaksanaan Penderita Filariasis
Penderita Filariasis adalah seorang yang terinfeksi cacing filaria, baik baik
penderita filariasis asimptomasis (tanpa gejala), maupun penderita filariasis
klinis (sudah menunjukkan gejal klinis).
a) Pengobatan penderita filariasis

 Pengujian masih hidup (positif) atau sudah matinya cacing filaria


menggunakan mikroskop atau antigen (ICT)

 Pada penerita positif diberikan DEC 3x1 tablet 100 mg selama 12


hari dan paracetamol 3x1 tablet 500 mg dalam 3 hari pada orang
dewasa sedangkan pada anak berdasarkan berat badan.

 Penderita filariasis akut harus diobati terlebih dahulu serangan


akutnya

 Apabila penderita berada di wilayah endemism aka pada tahun


berikutnya baru boleh diikutkan dalam POPM filariasis.

 Penderita asimptomasis pengobatannya sama dengan penerita klinis.


b) Perawatan penderita klinis

 Penderita dengan gejala klinis akut harus istrahat yang cukup,


diberikan antibiotic atau anti jamur, pembersihan luka dan lesi kulit,
dan apabila tidak membaik dianjurkan berobat ke
puskesmas/rumah sakit.

 Penderita dengan gejala klinis kronis bagi dibagian limfodema


dilakukan pencucian, pengobatan luka dan lesi, latihan,
meninggikan tungkai/lengan yang sakit, pemakaian alas kaki yang
cocok,pemakaian verban elastis, pemakaian salep antibiotika/anti
jamur, atau melakukan bedah kosmetik

 Penderita dengan gejala klinis kronis bagi dibagian hidrokel


dilakukan dengan menjaga kebersihan, perawatan luka/lesi jika ada
dan dirujuk kerumah sakit untuk terapi bedah

F. Sasaran

Sasaran pelaksanaan Program POPM filariasis yaitu semua penduduk usia 2


tahun- 70 tahun di kabupaten/kota endemis.
Sedangkan sasaran penatalaksanaan penderita filariasis adalah seseorang
yang terinfeksi cacing filaria, baik baik penderita filariasis asimptomasis (tanpa
gejala), maupun penderita filariasis klinis (sudah menunjukkan gejal klinis).
G. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

Jadwal pelaksanaan Program POPM filariasis yaitu bulan oktober selama


lima tahun berturut-turut di wilayah endemis.
Sedangkan jadwal penatalaksanaan penderita filariasis adalah kunjungan
rumah penderita filalariasis setiap bulan.
H. Monitoring evaluasi pelaksanaan kegiatan dan Pelaporan

1. Kegiatan POPM Filariasis


a) Monitoring POPM Filariasis
1) Puskesmas
 Memonitor pelaksanaan POPM Filariasis dan kejadian ikutan pasca
pemberian obat pencegahan Filariasis.
 Menghitung persediaan, pemakaian dan sisa obat.
2) Kabupaten/kota
 Memonitor hasil kegiatan POPM Filariasis berdasarkan laporan
puskesmas
 Menghitung persediaan, pemakaian dan sisa obat
 Menindaklanjuti rujukan kejadian ikutan pasca pengobatan
pencegahan filariasisdan konsultasi lain.
b) Evaluasi POPM Filariasis
1) Jumlah desa/kelurahan yang melaksanakan kegiatan POPM
2) Jumlah penduduk yang minum obat (cakupan pengobatan)
3) Menurunnya prevalensi mikrofilaria
4) Menurunnya risiko penularan filariasis (TAS)

2. Kegiatan Penatalaksanaan Penderita Filariasis

Monitoring dan Evaluasi Penderita Filariasis berdasrkan parameter:


a) Kemampuan penderita dan keluarga dalam melakukan perawatan
b) Frekuensi pelaksanaan oleh penderita atau keluarganya
c) Frekuensi serangan akut
d) Berkurangnya atau hilangnya limfedema

I. Pencatatan, Pelaporan dan Evaluasi Kegiatan


1. Kegiatan POPM Filariasis
a. Persiapan Pencatatan dan Pelaporan POPM Filariasis
1) Persiapan meliputi:
 Penyusunan pedoman pencatatan dan peaporan
 Pelatihan , bimbingan dan konsultasi
 Persiapan penyiapan bahan perlengkapan
 Persiapan jaringan inforasi dan komunikasi
 Persiapan unit pencatatan dan pelaporan
2) Jejaring pencatatan dan pelaporan

Pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan POPM filariasis dimulai


ketika Puskesmas dan Kader Eliminasi Filariasis mulai melaksanakan
kegiatan pendataan penduduk sasaran dan pemberian obat dirumah-
rumah penduduk dan saat pelaksanaan kegiatan POPM Filariasis di Pos-
Pos Pelaksanaan Pemberian Obat.
b. Bahan Perlengkapan Pencatatan dan Pelaporan
1) Tim Pelaksana Eliminasi di Desa
 Formulir sensus penduduk di wilayah binaan kader
 Kartu pengobatan, kejadian ikutan dan penderita filariasis di Pos
minum obat
 Formulir laporan cakupan pengobatan
2) Puskesmas
 Formulir Lapoan Cakupan Pengobatan- puskesmas/kecamatan pada
kegiatan POPM
 Dibuat segera setelah kegiatan POPM Filariasis
3) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
 Formulir laporan Cakupan Pengobatan Kabupaten/Kota
 Dibuat segera setelah kegiatan POPM Filariasis sehingga segera
menddapatkan dukungan survey cakupan Pengobatan total.
2. Kegiatan Penatalaksanaan Penderita Filariasis
a. Perekaman status Klinis
b. Pemeriksaan kemajuan Perawatan
c. Pencatatan dan pelaporan data penderita filariasis

You might also like