You are on page 1of 8

JIMP (Jurnal Inovasi dan Manajemen Pendidikan)

Vol. …, No. ..., Juni 2021, pp. xx~xx


e-ISSN ………………………
DOI:……………………
1

EVALUASI PENCEGAHAN KEKERASAN SEKSUAL MENGGUNAKAN


MODEL STAKEHOLDER
Muhammad Daffa Dzaky Hidayat 1
1 Muhammad Daffa Dzaky Hidayat, Indonesia
1 muhammad.21087@mhs.unesa.ac.id

Received: Revised: Accepted:

KATAKUNCI ABSTRAK
, Kekerasan Seksual Kekerasan seksual merupakan masalah serius yang mempengaruhi
, Evaluasi Pencegahan
, Model Stakeholder banyak individu dan masyarakat. Pencegahan kekerasan seksual
, memerlukan upaya yang melibatkan berbagai pihak atau stakeholder.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan evaluasi terhadap
efektivitas pencegahan kekerasan seksual dengan menggunakan model
stakeholder. Penelitian ini mengumpulkan data dari berbagai sumber,
termasuk literatur terkait dan studi kasus implementasi model
stakeholder dalam pencegahan kekerasan seksual. Data tersebut
kemudian dianalisis untuk mengevaluasi dampak dan keberhasilan
model stakeholder dalam mengatasi kekerasan seksual. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa model stakeholder efektif dalam pencegahan
kekerasan seksual. Melibatkan berbagai pihak, seperti pemerintah,
lembaga penegak hukum, organisasi non-pemerintah, keluarga,
KEYWORDS
masyarakat, pendidikan, dan media, memberikan keuntungan yang
, Sexual Violence signifikan. Pemerintah memainkan peran penting dalam menyusun
, Prevention Evaluation kebijakan dan regulasi yang mengatur kekerasan seksual. Lembaga
, Stakeholder Models
penegak hukum berperan dalam penyelidikan, penuntutan, dan
memberikan keadilan kepada korban. Organisasi non-pemerintah
memberikan perlindungan dan dukungan kepada korban, sementara
keluarga dan masyarakat memberikan lingkungan yang aman dan
mendukung. Pendidikan berperan dalam mengubah sikap dan perilaku
terkait kekerasan seksual melalui kurikulum yang inklusif. Media juga
berperan penting dalam membentuk persepsi masyarakat. Dengan
melibatkan semua stakeholder, pencegahan kekerasan seksual dapat
mencapai hasil yang lebih baik. Kolaborasi antara pihak-pihak terkait
memberikan sumber daya, dukungan, dan pendidikan yang diperlukan
dalam upaya pencegahan kekerasan seksual. Penelitian ini memberikan
wawasan yang berharga bagi pengembangan strategi dan kebijakan
dalam pencegahan kekerasan seksual. Diharapkan penelitian ini dapat
memberikan sumbangan positif dalam upaya untuk menciptakan
masyarakat yang bebas dari kekerasan seksual dan lebih aman bagi
semua individu.

EVALUATION OF PREVENTION OF SEXUAL


VIOLENCE USING THE STAKEHOLDER MODEL
Sexual violence is a serious problem that affects many individuals and
communities. Prevention of sexual violence requires efforts that

http://journal2.uad.ac.id/index.php/jimp
2

ISSN xxx-xxxx
involve various parties or stakeholders. The purpose of this research
is to evaluate the effectiveness of preventing sexual violence by using
the stakeholder model. This study collects data from various sources,
including related literature and case studies of the implementation of
the stakeholder model in preventing sexual violence. The data is then
analyzed to evaluate the impact and success of the stakeholder model
in addressing sexual violence. The research results show that the
stakeholder model is effective in preventing sexual violence. Involving
multiple parties, such as government, law enforcement agencies, non-
governmental organizations, families, communities, education, and the
media, provides significant benefits. Governments play an important
role in formulating policies and regulations governing sexual violence.
Law enforcement agencies play a role in investigating, prosecuting,
and providing justice to victims. Non-governmental organizations
provide protection and support to victims, while families and
communities provide a safe and supportive environment. Education
plays a role in changing attitudes and behavior related to sexual
violence through an inclusive curriculum. The media also plays an
important role in shaping public perceptions. By involving all
stakeholders, prevention of sexual violence can achieve better results.
Collaboration between related parties provides the necessary
resources, support and education in efforts to prevent sexual violence.
This research provides valuable insights for the development of
strategies and policies in preventing sexual violence. It is hoped that
this research can make a positive contribution in efforts to create a
society that is free from sexual violence and safer for all individuals.

Pendahuluan
Evaluasi pencegahan kekerasan seksual menggunakan model stakeholder didasarkan pada
pemahaman bahwa pencegahan kekerasan seksual melibatkan banyak pihak yang berbeda
dengan peran, kepentingan, dan tanggung jawab yang beragam. Dalam menghadapi masalah yang
kompleks ini, penting untuk melibatkan dan mendengarkan semua stakeholder yang terlibat,
termasuk pemerintah, LSM, kelompok masyarakat, dan individu yang terkena dampak (Sari et al.,
2018).
Penggunaan model stakeholder dalam evaluasi membantu memastikan bahwa perspektif dan
kepentingan semua pihak dipertimbangkan, dan pendekatan ini memperkuat partisipasi aktif
dari semua pihak yang relevan. Evaluasi semacam itu juga memberikan platform bagi stakeholder
untuk berbagi pengalaman, masukan, dan penilaian mereka tentang efektivitas upaya
pencegahan yang ada.
Dengan melibatkan stakeholder dalam evaluasi, kita dapat mengidentifikasi keberhasilan,
kelemahan, dan tantangan yang terkait dengan pencegahan kekerasan seksual (Varvasovszky,
2000). Hal ini memungkinkan kita untuk mengidentifikasi kesenjangan dalam sistem,
mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan atau kegagalan upaya pencegahan, dan menghasilkan rekomendasi yang lebih baik
untuk perbaikan di masa depan.
Model stakeholder juga membantu membangun kerjasama dan kolaborasi antara berbagai
pihak yang terlibat. Dengan melibatkan stakeholder dalam proses evaluasi, kita dapat

JIMP Vol. xx, No. xx Juni 2021, pp x~x


JIMP e-ISSN xxx-xxxx 3

membangun pemahaman bersama, memperkuat kerjasama, dan menghasilkan solusi yang lebih
komprehensif dan berkelanjutan dalam upaya pencegahan kekerasan seksual (Komalasari et al.,
2017).
Secara keseluruhan, evaluasi pencegahan kekerasan seksual menggunakan model
stakeholder membantu memastikan bahwa perspektif dan kepentingan semua pihak terlibat, dan
memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih baik berdasarkan pemahaman yang
komprehensif tentang masalah ini.
Metode
Studi ini mengumpulkan data dari berbagai referensi, antara lain buku, artikel nasional dan
internasional, peraturan pemerintah, prosedur nasional dan internasional, dan website isu
penelitian, serta menganalisisnya dengan menggunakan analisis teks. Penelitian ini dilakukan
dengan metode survey literatur dengan hasil penelitian lebih dapat dipercaya bila didukung oleh
foto, karya ilmiah yang ada (sugishirono, 2005).

Hasil dan Pembahasan


1. Pencegahan Kekerasan Seksual

Pencegahan kekerasan seksual merupakan suatu upaya yang penting dalam menjaga
keselamatan dan kesejahteraan individu serta masyarakat. Kekerasan seksual merujuk
pada segala tindakan yang dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain yang melibatkan
aspek seksual, tanpa persetujuan atau dengan memaksa (Ah et al., 2021). Pendidikan
mengenai kekerasan seksual sangat penting dalam mendorong kesadaran masyarakat.
Sekolah dan lembaga pendidikan harus menyertakan materi mengenai hak-hak seksual,
batasan-batasan pribadi, persetujuan, dan respek terhadap orang lain. Pendidikan
seksual yang komprehensif dan inklusif dapat membantu mengurangi stigma,
meningkatkan pemahaman, dan mempromosikan hubungan yang sehat dan saling
menghormati (Di & Singaraja, 2021). Dengan kampanye publik yang kuat dan
berkelanjutan dapat meningkatkan kesadaran tentang kekerasan seksual, menyoroti
pentingnya persetujuan, dan mempromosikan sikap yang mengutuk tindakan tersebut.
Media massa, jejaring sosial, dan organisasi masyarakat harus bekerja sama untuk
menyampaikan pesan-pesan yang positif dan memberdayakan individu untuk melawan
kekerasan seksual. Adanya keadilan dan Penegakan Hukum sangat penting bagi sistem
peradilan pidana untuk memberikan keadilan kepada korban kekerasan seksual. Undang-
undang yang ketat harus diterapkan, dan proses peradilan harus adil dan efektif (Berbasis

Muhammad Daffa Dzaky Hidayat (Evaluasi Pencegahan Kekerasan Seksual Menggunakan Model Stakeholder)
4

ISSN xxx-xxxx
et al., 2021). Penegakan hukum yang tegas dan keberlanjutan perlu dilakukan untuk
memberikan efek jera kepada pelaku kekerasan seksual.
Menyediakan layanan dukungan dan bantuan bagi korban kekerasan seksual sangat
penting. Organisasi non-pemerintah, rumah sakit, pusat krisis, dan lembaga lainnya harus
menyediakan lingkungan aman dan layanan konseling yang sensitif terhadap korban
(Batty & Thorburn, 2022). Mereka juga harus bekerja sama dengan pihak penegak hukum
untuk melindungi hak-hak korban dan membantu mereka dalam proses pemulihan.
Pencegahan kekerasan seksual bukan hanya tanggung jawab perempuan dan anak
perempuan, tetapi juga pria dan anak laki-laki. Pria dan anak laki-laki harus dilibatkan
dalam pendidikan dan kampanye untuk mempromosikan sikap yang mengutuk
kekerasan seksual, memahami pentingnya persetujuan, dan berperan aktif dalam
menciptakan lingkungan yang aman bagi semua orang. Memperjuangkan kesetaraan
gender dan pemberdayaan perempuan adalah langkah penting dalam pencegahan
kekerasan seksual. Mengatasi ketimpangan sosial dan ekonomi antara gender,
meningkatkan kesadaran akan hak-hak perempuan, dan mempromosikan partisipasi
perempuan dalam pengambilan keputusan dapat membantu mengurangi kekerasan
seksual (Wahyuni, 2022).
Pencegahan kekerasan seksual harus menjadi prioritas di semua tingkatan
masyarakat. Melalui pendidikan, kesadaran, dukungan korban, dan penegakan hukum
yang efektif, kita dapat membangun masyarakat yang bebas dari kekerasan seksual dan
menjaga keselamatan serta kesejahteraan semua individu (Arsyati et al., 2017).
2. Model Stake Holder

Model Stakeholder merupakan suatu pendekatan yang digunakan untuk


mengidentifikasi dan menganalisis berbagai pihak yang memiliki kepentingan dan
pengaruh terhadap suatu proyek, kebijakan, atau organisasi. Model ini membantu dalam
memahami kompleksitas hubungan antara berbagai pihak yang terlibat dan
memperhatikan kepentingan mereka secara holistic (Kep et al., 2020).
Tahap awal dalam model ini adalah mengidentifikasi stakeholder yang terkait
dengan proyek atau organisasi tertentu. Stakeholder dapat mencakup individu,
kelompok, organisasi, masyarakat, atau pemerintah yang memiliki kepentingan atau
terpengaruh oleh kegiatan yang dilakukan (Nainggolan, 2008). Penting untuk
memperhatikan stakeholder yang beragam dan mempertimbangkan perbedaan
kepentingan dan perspektif mereka. Setelah stakeholder diidentifikasi, langkah
selanjutnya adalah menganalisis kepentingan dan pengaruh mereka terhadap proyek

JIMP Vol. xx, No. xx Juni 2021, pp x~x


JIMP e-ISSN xxx-xxxx 5

atau organisasi. Ini melibatkan memahami motivasi, tujuan, kebutuhan, dan harapan dari
setiap stakeholder. Analisis ini membantu dalam memprioritaskan stakeholder yang
paling penting dan memahami bagaimana keputusan atau tindakan tertentu dapat
mempengaruhi mereka. Setelah menganalisis stakeholder, mereka dapat dikelompokkan
berdasarkan persamaan kepentingan, pengaruh, atau karakteristik lainnya (Gregory et
al., 2022). Hal ini membantu dalam memahami hubungan antara stakeholder dan
memungkinkan pengelompokan yang lebih efektif dalam memenuhi kebutuhan mereka.
Prioritisasi juga dilakukan untuk menentukan stakeholder yang memiliki dampak yang
paling signifikan terhadap proyek atau organisasi.
Model Stakeholder menekankan pentingnya melibatkan stakeholder secara
proaktif dalam proses pengambilan keputusan. Ini dapat dilakukan melalui konsultasi,
dialog, partisipasi, atau kolaborasi dengan stakeholder yang relevan. Keterlibatan
stakeholder membantu memastikan bahwa kepentingan mereka diakomodasi dan
memberikan peluang untuk memperoleh dukungan dan persetujuan mereka. Bagian
penting dari Model Stakeholder adalah manajemen yang efektif terhadap stakeholder. Ini
melibatkan komunikasi yang terbuka dan transparan, pemantauan terus-menerus
terhadap perubahan kepentingan dan kebutuhan stakeholder, serta mengatasi konflik
atau masalah yang mungkin timbul. Manajemen yang baik dapat membangun hubungan
yang kuat dan saling menguntungkan antara organisasi dan stakeholder yang berpotensi
mendukung keberhasilan proyek atau organisasi.
Model Stakeholder memberikan kerangka kerja yang sistematis dan
komprehensif dalam mempertimbangkan dan mengelola berbagai kepentingan dan
pengaruh stakeholder. Dengan memahami stakeholder secara holistik, dapat dihasilkan
keputusan yang lebih baik dan solusi yang lebih efektif dalam konteks yang kompleks .
3. Evaluasi Pencegahan Kekerasan Seksual dengan Model StakeHolder

Pencegahan kekerasan seksual menggunakan Model Stakeholder dapat menjadi


pendekatan yang efektif untuk memastikan kelangsungan dan keberhasilan upaya
pencegahan. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat dilakukan dalam pencegahan
kekerasan seksual menggunakan Model Stakeholder (Wahyuni, 2022):
1. Identifikasi Stakeholder: Identifikasi stakeholder yang relevan dalam konteks
pencegahan kekerasan seksual. Ini termasuk individu, kelompok, organisasi, dan
lembaga yang memiliki kepentingan dan pengaruh terhadap isu kekerasan seksual.
Stakeholder dapat meliputi organisasi pemerintah, kelompok masyarakat, lembaga

Muhammad Daffa Dzaky Hidayat (Evaluasi Pencegahan Kekerasan Seksual Menggunakan Model Stakeholder)
6

ISSN xxx-xxxx
pendidikan, kelompok advokasi, penyedia layanan kesehatan, korban, dan
masyarakat umum.

2. Analisis Kepentingan dan Pengaruh: Lakukan analisis mendalam terkait kepentingan


dan pengaruh masing-masing stakeholder terhadap pencegahan kekerasan seksual.
Ini melibatkan memahami perspektif, kebutuhan, dan motivasi mereka terkait isu
tersebut. Hal ini akan membantu dalam memahami stakeholder mana yang perlu
melibatkan dan berinteraksi secara aktif dalam upaya pencegahan.
3. Keterlibatan Stakeholder: Libatkan stakeholder dalam perencanaan, implementasi,
dan evaluasi program pencegahan kekerasan seksual. Keterlibatan ini dapat berupa
konsultasi, kolaborasi, partisipasi dalam kelompok kerja, atau forum diskusi terbuka.
Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa perspektif stakeholder diakomodasi
dan solusi yang dihasilkan merupakan hasil dari kolaborasi yang melibatkan semua
pihak yang terkait.
4. Komunikasi Efektif: Pastikan komunikasi yang efektif dengan stakeholder terkait
pencegahan kekerasan seksual. Komunikasi harus transparan, terbuka, dan
memberikan informasi yang jelas tentang program pencegahan, tujuan, dan langkah-
langkah yang diambil. Pilih saluran komunikasi yang tepat dan sesuai dengan
kebutuhan dan preferensi stakeholder.
5. Pemantauan dan Evaluasi: Lakukan pemantauan dan evaluasi terhadap upaya
pencegahan kekerasan seksual yang melibatkan stakeholder. Evaluasi ini dapat
dilakukan melalui survei, wawancara, atau pengumpulan data lainnya untuk
mengukur efektivitas program, pemahaman stakeholder, perubahan sikap, dan
dampak yang dicapai.
6. Konflik dan Tantangan: Identifikasi dan tangani konflik atau tantangan yang mungkin
muncul antara stakeholder yang berbeda. Perbedaan pendapat atau kepentingan
dapat menjadi hambatan dalam implementasi program pencegahan. Oleh karena itu,
penting untuk memfasilitasi dialog, mencari titik temu, dan mencapai konsensus
antara stakeholder yang terlibat.
7. Kontinuitas dan Keberlanjutan: Pastikan adanya kontinuitas dan keberlanjutan
upaya pencegahan kekerasan seksual melalui kolaborasi yang berkelanjutan dengan
stakeholder. Pembangunan hubungan jangka panjang yang saling menguntungkan
dengan stakeholder dapat memastikan kelangsungan program dan dukungan yang
berkelanjutan.

JIMP Vol. xx, No. xx Juni 2021, pp x~x


JIMP e-ISSN xxx-xxxx 7

Dengan menggunakan Model Stakeholder, pencegahan kekerasan seksual dapat


melibatkan berbagai pihak yang memiliki kepentingan dan pengaruh, sehingga
memungkinkan adanya solusi yang holistik, efektif, dan berkelanjutan.

Simpulan
Dalam pencegahan seksual kita memerlukan kerja sama antara orang tua, karena didalam
pengawasan yang dilakukan oleh lembaga yang terkait, orang tua juga perlu mengawasi
pergaulan anak. Banyak studi kasus yang menyimpulkan bahwa terjadinya kekerasan seksual
kebanyakan dilakukan kepada anak yang salah pergaulan dan juga lingkungan yang tidak baik.
Kekerasan seksual adalah masalah serius yang mempengaruhi banyak individu dan masyarakat
secara luas. Pencegahan kekerasan seksual melibatkan upaya yang melibatkan berbagai pihak
atau stakeholder. Stakeholder dalam pencegahan kekerasan seksual meliputi pemerintah,
lembaga penegak hukum, organisasi non-pemerintah, keluarga, masyarakat umum, pendidikan,
dan media, dalam hal ini peran stakeholder sangat penting dalam membangun kesadaran,
pendidikan, dan kampanye yang bertujuan untuk mengubah sikap dan perilaku terkait kekerasan
seksual.
Pemerintah harus memainkan peran utama dalam menyusun kebijakan, undang-undang, dan
regulasi yang mengatur kekerasan seksual. Mereka juga bertanggung jawab untuk memberikan
sumber daya dan dukungan kepada organisasi dan lembaga yang bekerja dalam pencegahan dan
penanganan kasus kekerasan seksual. Lembaga penegak hukum harus memiliki peran aktif
dalam menginvestigasi, menuntut, dan memberikan keadilan kepada korban kekerasan seksual.
Mereka harus bekerja sama dengan organisasi dan lembaga lainnya untuk memberikan layanan
pendukung yang diperlukan kepada korban. Organisasi non-pemerintah memiliki peran penting
dalam menyediakan perlindungan, dukungan psikologis, layanan medis, dan bantuan hukum
kepada korban kekerasan seksual. Mereka juga berperan dalam memberikan edukasi dan
pelatihan kepada masyarakat. Keluarga dan masyarakat umum juga memiliki tanggung jawab
dalam pencegahan kekerasan seksual. Mereka harus membantu membangun lingkungan yang
aman, mendukung korban, dan mengajarkan nilai-nilai yang mendorong penghormatan terhadap
hak asasi manusia dan kesetaraan gender. Pendidikan memainkan peran kunci dalam
pencegahan kekerasan seksual. Melalui kurikulum yang inklusif dan pendekatan yang holistik,
pendidikan dapat membantu mengubah stereotip berbahaya, meningkatkan kesadaran tentang
consent, dan mempromosikan hubungan yang sehat dan saling menghormati. Media juga
memiliki pengaruh besar dalam membentuk persepsi masyarakat tentang kekerasan seksual.
Media harus berkomitmen untuk melaporkan dengan akurat, menghormati privasi korban, dan
membantu dalam mengedukasi masyarakat tentang isu-isu kekerasan seksual. Kesimpulannya,
pencegahan kekerasan seksual memerlukan kolaborasi aktif dan keterlibatan semua stakeholder
Muhammad Daffa Dzaky Hidayat (Evaluasi Pencegahan Kekerasan Seksual Menggunakan Model Stakeholder)
8

ISSN xxx-xxxx
yang terlibat. Dengan bekerja bersama, kita dapat menciptakan lingkungan yang aman,
menghormati, dan bebas dari kekerasan seksual.

Daftar Pustaka
Ah, K., Urnal, J. O., & Kampus, S. D. I. (2021). Sistem pencegahan dan penanganan kekerasan seksual
di kampus. 11(1).
Arsyati, A. M., Pratomo, H., Ismail, I., Prasetyo, S., Damayanti, R., & Barat, J. (2017).
PENGEMBANGAN MEDIA CETAK PENDIDIKAN PENCEGAHAN KEKERASAN. 5(1).
Batty, R., & Thorburn, J. (2022). National Plan Stakeholder Consultation Final Report (Issue
February). https://doi.org/10.26180/16946884
Berbasis, P., Di, S., & Jawa, P. (2021). DIGITALIZATION OF VIOLENCE AGAINST WOMEN VIOLENCE.
5(2).
Di, A., & Singaraja, K. (2021). Advokasi dan sosialisasi terkait pendidikan seks anak dalam
penanggulangan kekerasan seksual terhadap anak di kota singaraja. 1528–1537.
Gregory, A., Johnson, E., Feder, G., Campbell, J., Konya, J., & Perôt, C. (2022). Perceptions of Peer
Support for Victim- Survivors of Sexual Violence and Abuse : An Exploratory Study With Key
Stakeholders. https://doi.org/10.1177/08862605211007931
Kep, A., Penguatan, D., Kemenristekdikti, R., Pidana, T., Seksual, K., Yusyanti, D., Peneltian, B., &
Hukum, K. (2020). De Jure De Jure. 20(10), 619–636.
Komalasari, G., Fitri, S., & Fazny, B. Y. (2017). MODEL HIPOTETIK LAYANAN ADVOKASI
BIMBINGAN DAN Abstrak Abstract. 6(1), 8–26.
Nainggolan, L. H. (2008). BENTUK-BENTUK KEKERASAN SEKSUAL. 13(1), 73–81.
Sari, E., Ningsih, B., & Hennyati, S. (2018). DI KABUPATEN KARAWANG. 4(02), 56–65.
Varvasovszky, Z. (2000). Review article Stakeholder analysis : a review. 15(3), 239–246.
Wahyuni, S. (2022). Korban Dan / Atau Pelaku : Atribusi Victim Blaming pada Korban Kekerasan
Seksual Berbasis Gender di Lingkungan Kampus. 2(1), 1–17.

JIMP Vol. xx, No. xx Juni 2021, pp x~x

You might also like