You are on page 1of 60

SUSUNAN PENGURUS

MITRA BESTARI TIM REDAKSI


Prof. Dr. Ratu Ayu Dewi Sartika, Apt., Nita Azka Nadhira Universitas Indonesia
M.Sc. Ahlan Universitas Hasanuddin
(Universitas Indonesia) Asri Maulida A. Institut Pertanian Bogor
Nuria Wicitania Universitas Muhammadiyah
Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, M.S. Semarang
(Institut Pertanian Bogor) Nurul Muchlisa Universitas Hasanuddin
Rachmi Faricha Universitas Brawijaya
Rahayu Indriasari, S.KM., MPHCN,
Ph.D Riska Amelia Mulyo Institut Pertanian Bogor
(Universitas Hasanuddin)

TIM HUMAS
Dr. Ali Rosidi, S.KM., M.Si Rahmita Utami R. Institut Pertanian Bogor
(Universitas Muhammadiyah Semarang)
Nur Khalida A. Universitas Muhammadiyah
Prof. DR. Hamka
Leny Budi Harti, S.Gz., M.Si. Eva Sujiati Kurnia Universitas Brawijaya
(Universitas Brawijaya) Amalia Shabrina Universitas Indonesia
Rr Bamandhita R.S. Universitas Indonesia
BOARD OF Director
Rudianto, S.Gz. TIM LAYOUT
(Universitas Hasanuddin) Arizta Primadiyanti Universitas Indonesia
Aisyah Putri Utami Universitas Hasanuddin
PIMPINAN UMUM
Nindy Apriliani Universitas Muhammadiyah
Prof. DR. Hamka

SEKRETARIS
Wahidatul Ukhra A. Universitas Sumatera
Utara

BENDAHARA
Cindy Ulfiyatur R. Universitas Muhammadiyah
Prof. DR. Hamka

PIMPINAN REDAKSI
Waode Asnini R. Universitas Hasanuddin

ii
ISSN : 2303-3932
DAFTAR ISI

Susunan Pengurus................................................................................................................................... ii
Daftar Isi...................................................................................................................................................... iii
Petunjuk Penulisan................................................................................................................................ iv
Sambutan Pimpinan Umum............................................................................................................... ix

PENELITIAN
Model Simulasi Tindakan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 (Analisis Data
Riskesdas Sulsel Tahun 2013)
Bohari
.................................................................................................................................................................................................................................. 1
Substitusi Tepung Hanjeli (Coix lacrima-jobi) dan Tepung Tempe terhadap Kadar
Protein dan Mutu Protein pada Biskuit MP-ASI Bayi
Febryana Megawati
.................................................................................................................................................................................................................................. 9
Hubungan Asupan Karbohidrat dan Indeks Massa Tubuh pada Wanita
Premenopause dan Postmenopause di Indonesia (Analisis Riskesdas 2010)
M. Rizal Permadi, Idrus Jus’at, Nadiyah
.................................................................................................................................................................................................................................. 20

Subtitusi Tepung Hanjeli dan Tepung Tempe terhadap Mutu Fisik, Organoleptik,
dan Kadar Kalsium pada Biskuit Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI)
Lavrencia Annashopy R
.................................................................................................................................................................................................................................. 27
Hubungan Pola Pemberian MP-ASI dengan Status Gizi Anak Usia 6-23 Bulan di
Wilayah Pesisir Kecamatan Tallo Kota Makassar Tahun 2013
Rizki Eka Sakti Octaviani
.................................................................................................................................................................................................................................. 35

TINJAUAN PUSTAKA
Pengaruh EPA (Eicosapentaenoic Acid) dan DHA (Docosahexaenoic Acid) Minyak
Ikan terhadap Tekanan Darah pada Karyawan Perusahaan Swasta yang
Mengalami Hipertensi
Jeallyza Muthia Azra
.................................................................................................................................................................................................................................. 43

EDITORIAL
Optimalkan Pemahaman Masyarakat mengenai 10 Pesan Pedoman Gizi Seimbang
(PGS) 2014 melalui Media Massa yang Komunikatif
Nur Afiati Nadhiyah Ellen Natalia
.................................................................................................................................................................................................................................. 48

iii
PETUNJUK PENULISAN
Pedoman Penulisan Artikel
Berkala Ilmiah Mahasiswa Gizi Indonesia (BIMGI)
Indonesian Nutrition Student Journal

Berkala Ilmiah Mahasiswa Gizi Indonesia (BIMGI) adalah publikasi tiap enam bulanan
yang menggunakan sistem seleksi peer-review dan redaktur. Naskah diterima oleh redaksi,
mendapat seleksi validitas oleh peer-reviewer, serta seleksi dan pengeditan oleh redaktur. BIMGI
menerima artikel penelitian asli yang berhubungan dengan kelompok bidang ilmu gizi dasar,
ilmu gizi terapan, gizi masyarakat, gizi klinis, pendidikan gizi, biokimia gizi, ilmu pangan, sanitasi
dan ketahanan pangan, nutrigenomik, serta artikel tinjauan pustaka, laporan kasus, artikel
penyegar ilmu gizi dan kesehatan, advertorial, petunjuk praktis, serta editorial. Tulisan
merupakan tulisan asli (bukan plagiat) dan sesuai dengan kompetensi mahasiswa ilmu gizi.

Kriteria Artikel

1. Penelitian asli: hasil penelitian asli dalam ilmu gizi, ilmu pangan, kesehatan masyarakat,
danilmu gizi dasar. Format terdiri dari judul penelitian, nama dan lembaga pengarang,
abstrak, dan teks (pendahuluan, metode, hasil, pembahasan/diskusi, kesimpulan, dan
saran).
2. Tinjauan pustaka: tulisan artikelreview/sebuah tinjauan terhadap suatu fenomena atau
ilmu dalam dunia gizi, ditulis dengan memerhatikan aspek aktual dan bermanfaat bagi
pembaca.
3. Laporan kasus: artikel tentang kasus yang menarik dan bermanfaat bagi pembaca.
Artikel ini ditulis sesuai pemeriksaan, analisis, dan penatalaksanaan sesuai kompetensi
ilmu gizi. Format terdiri dari pendahuluan, laporan, pembahasan, dan kesimpulan.
4. Artikel penyegar ilmu gizi: artikel yang bersifat bebas ilmiah, mengangkat topik-topik
yang sangat menarik dalam dunia pangan, gizi, dan atau kesehatan, memberikan human
interest karena sifat keilmiahannya, serta ditulis secara baik. Artikel bersifat tinjauan
serta mengingatkan pada hal-hal dasar atau gizi yang perlu diketahui oleh pembaca.
5. Editorial: artikel yang membahas berbagai hal dalam dunia pangan, gizi dan kesehatan,
mulai dari ilmu dasar gizi, berbagai metode terbaru, organisasi, penelitian, penulisan di
bidang pangan dan gizi, lapangan kerja sampai karir dalam dunia pangan dan gizi.
Artikel ditulis sesuai kompetensi mahasiswa ilmu gizi.
6. Petunjuk praktis: artikel berisi panduan analisis atau tatalaksana yang ditulis
secaratajam, bersifat langsung (to the point) dan penting diketahui oleh pembaca
(mahasiswa ilmu gizi).
7. Advertorial: artikel singkat mengenai ilmu pangan dan gizi, kesehatan dan atau
kombinasi terbaru, beserta penelitian, dan kesimpulannya. Penulisan berdasarkan
metode studi pustaka.

iv
Petunjuk Bagi Penulis

1. BIMGI hanya akan memuat tulisan asli yang belum pernah diterbitkan pada jurnal lain.
2. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris yang baik dan benar, jelas, lugas,
serta ringkas. Naskah diketik di atas kertas A4 dengan dua (2) spasi, kecuali untuk abstrak
satu (1) spasi. Ketikan tidak dibenarkan dibuat timbal balik. Ketikan diberi nomor halaman
mulai dari halaman judul. Batas atas, bawah, kiri dan kanan setiap halaman adalah 2.5 cm.
Naskah terdiri dari maksimal 15 halaman.
3. Naskah harus diketik dengan komputer dan harus memakai program Microsoft Word.
Naskah dikirim melalui email ke alamat redaksibimgi@bimkes.org dengan menyertakan
identitas penulis beserta alamat dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
4. Untuk keseragaman penulisan, khusus naskah Penelitian asli harus mengikuti sistematika
sebagai berikut:
1. Judul karangan (Title)
2. Nama dan Lembaga Pengarang (Authors and Institution)
3. Abstrak (Abstract)
4. Naskah (Text), yang terdiri atas:
- Pendahuluan (Introduction)
- Metode (Methods)
- Hasil (Results)
- Pembahasan (Discussion)
- Kesimpulan
- Saran
5. Daftar Rujukan (Reference)
5. Untuk keseragaman penulisan, khusus naskah Tinjauan pustaka harus mengikuti
sistematika sebagai berikut:
1. Judul
2. Nama penulis dan lembaga pengarang
3. Abstrak
4. Naskah (Text), yang terdiri atas:
- Pendahuluan (termasuk masalah yang akan dibahas)
- Pembahasan
- Kesimpulan
- Saran
5. Daftar Rujukan (Reference)
6. Judul ditulis dengan huruf besar, dan bila perlu dapat dilengkapi dengan anak judul. Naskah
yang telah disajikan dalam pertemuan ilmiah nasional dibuat keterangan berupa catatan
kaki.
7. Nama penulis yang dicantumkan paling banyak enam orang, dan bila lebih cukup diikuti
dengan kata-kata: dkk atau et al. Nama penulis harus disertai dengan asal fakultas penulis.
Alamat korespondensi ditulis lengkap dengan nomor telepon dan email.
8. Abstrak harus dibuat dalam bahasa Inggris serta bahasa Indonesia. Panjang abstrak tidak
melebihi 200 kata dan diletakkan setelah judul makalah dan nama penulis.

v
9. Kata kunci (key words) yang menyertai abstrak ditulis dalam bahasa Inggris dan bahasa
Indonesia. Kata kunci diletakkan di bawah judul setelah abstrak. Tidak lebih dari 5 kata, dan
sebaiknya bukan merupakan pengulangan kata-kata dalam judul.
10. Kata asing yang belum diubah ke dalam bahasa Indonesia ditulis dengan huruf miring
(italic).
11. Tabel
12. Gambar
13. Metode statistik
14. Ucapan terima kasih
15. Daftar rujukan disusun menurut sistem Vancouver, diberi nomor sesuai dengan pemunculan
dalam keseluruhan teks, bukan menurut abjad. Contoh cara penulisan dapat dilihat

1. Artikel dalam jurnal

i. Artikel standar
Vega Kj, Pina I, Krevsky B. Heart transplantation is associated with an increased risk
for pancreatobiliary disease. Ann Intern Med 1996 Jun 1;124(11):980-3.
atau
Vega Kj, Pina I, Krevsky B. Heart transplantation is associated with an increased risk
for pancreatobiliary disease. Ann Intern Med 1996;124:980-3.

Penulis lebih dari enam orang


Parkin Dm, Clayton D, Black RJ, Masuyer E, Freidl HP, Ivanov E, et al. Childhood
leukaemia in Europe after Chernobyl: 5 year follow-up. Br j Cancer 1996;73:1006-12.

ii. Suatu organisasi sebagai penulis


The Cardiac Society of Australia and New Zealand. Clinical exercise stress testing.
Safety and performance guidelines. Med J Aust 1996;164:282-4.

iii. Tanpa nama penulis


Cancer in South Africa [editorial]. S Afr Med J 1994;84:15.

iv. Artikel tidak dalam bahasa Inggris


Ryder TE, Haukeland EA, Solhaug JH. Bilateral infrapatellar seneruptur hos tidligere
frisk kvinne. Tidsskr Nor Laegeforen 1996;116:41-2.

v. Volum dengan suplemen


Shen HM, Zhang QF. Risk assessment of nickel carcinogenicity and occupational lung
cancer. Environ Health Perspect 1994;102 Suppl 1:275-82.

vi. Edisi dengan suplemen


Payne DK, Sullivan MD, Massie MJ. Women`s psychological reactions to breast
cancer. Semin Oncol 1996;23(1 Suppl 2):89-97.

vi
vii. Volum dengan bagian
Ozben T, Nacitarhan S, Tuncer N. Plasma and urine sialic acid in non-insulin
dependent diabetes mellitus. Ann Clin Biochem 1995;32(Pt 3):303-6.
viii. Edisi dengan bagian
Poole GH, Mills SM.One hundred consecutive cases of flap laceration of the leg in
ageing patients. N Z Med J 1990;107(986 Pt 1):377-8.

ix. Edisi tanpa volum


Turan I, Wredmark T, Fellander-Tsai L. Arthroscopic ankle arthrodesis in
rheumatoid arthritis. Clin Orthop 1995;(320):110-4.

x. Tanpa edisi atau volum


Browell DA, Lennard TW. Immunologic status of cancer patient and the effects of
blood transfusion on antitumor responses. Curr Opin Gen Surg 1993;325-33.

xi. Nomor halaman dalam angka Romawi


Fischer GA, Sikic BI.Drug resistance in clinical oncology and
hematology.Introduction. Hematol Oncol Clin North Am 1995 Apr;9(2):xi-xii.

2. Buku dan monograf lain

i. Penulis perseorangan
Ringsven MK, Bond D. Gerontology and leadership skills for nurses. 2nd ed. Albany
(NY): Delmar Publishers; 1996.

ii. Editor, sebagai penulis


Norman IJ, Redfern SJ, editors. Mental health care for elderly people. New York:
Churchill Livingstone; 1996.

iii. Organisasi dengan penulis


Institute of Medicine (US).Looking at the future of the Medicaid program.
Washington: The Institute; 1992.

iv. Bab dalam buku


Philips SJ, Whisnant JP. Hypertension and stroke. In: Laragh JH, Brenner BM, editors.
Hypertension: patophysiology, diagnosis, and management. 2nd ed. New York: raven
Press; 1995.p.465-78.

v. Prosiding konferensi
Kimura J, Shibasaki H, editors. Recent advances in clinical neurophysiology.
Proceedings of the 10th International Congress of EMG and Clinical
Neurophysiology; 1995 Oct 15-19; Kyoto, Japan. Amsterdam: Elsevier; 1996.

vii
vi. Makalah dalam konferensi
Bengstsson S, Solheim BG. Enforcement of data protection, privacy and security in
medical information. In: Lun KC, Degoulet P, Piemme TE, Rienhoff O, editors.
MEDINFO 92.Proceedings of the 7th World Congress on Medical Informatics; 1992
Sep 6-10; Geneva, Switzerland. Amsterdam: North-Hollan; 1992.p.1561-5.

vii. Laporan ilmiah atau laporan teknis

1. Diterbitkan oleh badan penyandang dana/sponsor:


Smith P, Golladay K. Payment for durable medical equipment billed during
skilled nursing facility stays. Final report. Dallas (TX): Dept. of Health and
Human Services (US), Office of Evaluation and Inspection; 1994 Oct. Report No.:
HHSIGOEI69200860.

2. Diterbitkan oleh unit pelaksana :


Field MJ, Tranquada RE, Feasley JC, editors. Helath services research: work
force and education issues. Washington: National Academy Press; 1995.
Contract no.: AHCPR282942008. Sponsored by the Agency for Health Care
Policy and research.

viii. Disertasi
Kaplan SJ. Post-hospital home health care: the elderly/access and utilization
[dissertation]. St. Louis (MO): Washington univ.; 1995.

ix. Artikel dalam Koran


Lee G. Hospitalizations tied to ozone pollution: study estimates 50,000 admissions
annually. The Washington Post 1996 Jun 21;Sect A:3 (col. 5).

x. Materi audiovisual
HIV + AIDS: the facts and the future [videocassette]. St. Louis (MO): Mosby-Year
book; 1995.

3. Materi elektronik

i. Artikel journal dalam format elektronik


Morse SS. Factors in the emergence of infectious disease. Emerg Infect Dis [serial
online] 1995 Jan-Mar [cited 1996 Jun 5]:1(1):[24 screens]. Available from: URL:
HYPERLINK http://www.cdc.gov/ncidod/EID/eid.htm

ii. Monograf dalam format elektronik


CDI, clinical dermatology illustrated [monograph on CD-ROM]. Reeves JRT, Maibach
H. CMEA Multimedia Group, producers.2nd ed. Version 2.0. San Diego: CMEA; 1995.

iii. Arsip computer


Hemodynamics III: the ups and downs of hemodynamics [computer program].
Version 2.2. Orlando (FL): Computerized Educational Systems; 1993.

viii
SAMBUTAN PIMPINAN UMUM

Salam Sehat Gizi Seimbang untuk seluruh mahasiswa Gizi Indonesia


Syukur Alhamdulillah, kami panjatkan kehadirat Allah SWT karna atas izin dan ridho-
Nya jurnal elektronik BIMGI Vol.3 No.1 dapat terbit di bulan Februari ini. Tak lupa shalawat
serta salam kita junjungkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, yang telah banyak
mengajari kita sampai kita berada di zaman terang benderang seperti ini.
BIMGI (Berkala Ilmiah Mahasiswa Gizi Indonesia) merupakan jurnal elektronik yang
berisikan artikel-artikel ilmiah dari mahasiswa gizi yang pertama dan satu-satunya di
Indonesia. BIMGI di tahun ketiga ini, telah menerbitkan 5 edisi e-journal yang dapat diakses
secara free di website www.bimkes.org. Seperti edisi sebelumnya, BIMGI Vol. 3 No.1
memiliki 7 artikel yang telah melewati proses penyeleksian secara ketat oleh dewan redaksi
BIMGI.
Artikel yang berkualitas merupakan satu dari beberapa tujuan utama kami dalam
menyajikan jurnal elektronik BIMGI ini. Maka dari itu, kami berusaha sangat keras untuk
menerbitkan artikel-artikel ilmiah yang berkualitas. Sehingga mahasiswa gizi yang
mengirimkan artikel ke BIMGI juga merasa puas bahwa tulisan ilmiahnya memiliki wadah
publikasi, serta mahasiswa gizi yang membaca terbitan jurnal elektronik BIMGI merasa
terpenuhi keingintahuannya menganai informasi-informasi seputar gizi. Kami berharap
dengan terbitnya BIMGI Vol.3 No.1 ini dapat bermanfaat bagi masyarakat Indonesia,
khususnya bagi mahasiswa gizi Indonesia.
Keberhasilan dan kesuksesan terbitanya BIMGI ini dikarenakan banyak faktor. Satu
diantaranya adalah dukungan dari semua pihak terkait. Untuk itu, kami ucapkan banyak
terima kasih kepada pihak-pihak yang telah terlibat baik langsung ataupun tidak langsung
dalam membantu penerbitan e-journal ini. Kritik dan saran terhadap BIMGI sangat
diperlukan untuk menciptakan BIMGI yang lebih baik lagi kedepannya.

Pimpinan Umum

Nindy Apriliani Putri

ix
Penelitian
n MODEL SIMULASI TINDAKAN PENNCEGAHAN
KEJADIAN DIABETES MELLITUS T
TIPE 2 (ANALISIS
DATA RISKESDAS SULSEL TAHUN
UN 2013)
1
Bohari
1
Konsentrasi Gizi, Program Studi Kesehatan Masyaraka
kat, Program Pascasarjana
Universitas Hasanuddin
Kampus Tamalanrea, Jalan Perintis Kemerdekaan Km.. 10
Makassar, Sulawesi Selatan 90245
Email: Bohmks@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang: Prevvalensi Diabetes Mellitus tipe 2 (DM) yang men eningkat dan biaya
pengobatan yang mah hal akan mengakibatkan beban ekonomi yang b berat dan menjadi
tantangan utama bagi gi pembuat kebijakan kesehatan. Penelitian bertu rtujuan mengetahui
jenis model simulasii ttindakan pencegahan yang paling sesuai dala lam menekan laju
peningkatan DM di Sul ulawesi Selatan dengan menggunakan pendekata tan model dinamik.
Metode: Desain penel elitian adalah cross sectional. Populasi adalah sseluruh data hasil
Riskesdas Sulawesi Selatan
Se tahun 2013, khususnya anggota rumah tangga ta (ART) usia
45+ tahun. Sampel penelitian
pe yaitu data yang terkait dengan variabebel penelitian yaitu
jumlah DM tipe 2, pre revalensi obesitas, konsumsi makanan/minuman n manis, asin, dan
berlemak, buah dan sa sayur, dan aktivitas fisik. Analisis data yaitu analis
lisis sistem dinamis
dengan menggunakan n program powersim. Hasil penelitian: Selama a 10 tahun (2013-
2022) diestimasikan ke ejadian DM meningkat sebesar 2,86 kali lipat dari ri 692 orang (tahun
2013) menjadi 1984 ora orang (tahun 2022) jika faktor risiko DM tidak dikon
ontrol. Peningkatan
kejadian DM dapat dicegah
d dengan mengontrol berbagai faktor ris risiko yaitu kontrol
obesitas mencegah DM sebesar 9,32%, aktivitas fisik mencegah DM M sebesar 7,15%,
konsumsi buah dan sa ayur mencegah DM sebesar 24,54%, pengontrola lan konsumsi buah
dan sayur, aktivitas fi fisik mencegah DM sebesar 25,3%, dan peng ngontrolan dengan
konsumsi buah, sayur ur, aktivitas fisik dan obesitas mencegah DM sebesar 27,41%.
Simpulan: Model simu ulasi tindakan pencegahan yang paling sesuai da alam menekan laju
peningkatan DM adala lah model VI yaitu kombinasi pengontrolan konsu sumsi buah, sayur,
aktivitas fisik, dan obes
esitas. Disarankan kepada pemerintah untuk menja jamin ketersediaan
dan keterjangkauan b buah dan sayur dan kepada masyarakat untu ntuk meningkatkan
konsumsi buah dan say ayur.

Kata Kunci: Model Sim


imulasi, Pencegahan, Diabetes Mellitus.

ABSTRACT

Background: Prevalen ence of type 2 Diabetes Mellitus (DM) increase andnd cost of treatment
is expensive make eco conomic burden. The study aims to determine type t of simulation
models are most appro ropriate precautions to reduce the rate in the incid
cidence of Diabetes
in South Sulawesi by ususing a dynamic model approach. Method: The de esign of this study
was a cross sectional al using data of Riskesdas South Sulawesi in 2013, especially
members of the house sehold aged 45+ years. The research sample was as data associated
with research variablebles are the number of type 2 DM, the obe besity prevalence,
consumption of foods/ s/drinks sweet, salty, and fatty foods, fruits and
nd vegetables, and
physical activity. Data analysis
a with dynamic systems using Powersim Program.
P

1
BIMGI Volume 3 No.1 | Janua
uari - Juni 2015
Result: Showed that in 10 years from now estimated incidence of DM increased in by 2,86x
fold from 692 people in the years 2013 to 1.984 people in 2022 if itt was w not controlled
diabetes risk factors. Increased
In of diabetes could be prevented by contr ntrolling the various
risk factors namely control
co obesity prevented as many as 9,32%,, physical activity
prevented DM amoun unt 7,15%, consumption of fruits and vegetable bles prevented DM
accounted for 24,54% %, controlling the consumption of fruits, vegetab tables and physical
activity prevented DM 25,3%,
2 and consumption of fruits, vegetables, physical
ph activity and
obesity to prevent DM M as many as 27,41%. Conclusion: The most appropriateap strategy
to reduce the rate in the
th incidence of diabetes is model VI by combinin ing control of fruits
and vegetables consu sumption, physical activity, and obesity. It iss recommended to
government to ensure e tthe availability and affordability of fruits and vege
getables and to the
community to increase e fruits and vegetables consumption.

Keywords : Simulation
on Model, Prevention, Diabetes Mellitus.

1. PENDAHULUAN menemukan ada dua a model prediksi


Diabetes mellit llitus telah menjadi kejadian Diabetes Melitus
tus tipe 2 di daerah
salah satu masalah kes esehatan masyarakat urban Indonesia yai
aitu berdasarkan
yang paling berpengaru ruh pada abad ke-21. kegemukan, tingkat pend didikan, pekerjaan,
Data Badan Kesehatan an Dunia tahun 2000 dan umur serta berda dasarkan obesitas
di dunia terdapat 171 1 juta penderita DM sentral, tingkat pendidikaan, pekerjaan, dan
5
dan akan meningkat du dua kali, menjadi 366 umur .
juta pada tahun 2030. 0. Indonesia sebagai Sulawesi Selatan n termasuk salah
bagian dari region n Asia Tenggara satu provinsi dengan prevalensi DM
termasuk urutan ke-2 terbanyak tertinggi ke 3 di Indone esia dan berbagai
penduduknya yang me enderita DM setelah penelitian epidemiologgi menunjukkan
India. Jumlah pende derita DM di India adanya kecenderunga
gan peningkatan
sebanyak 31.705.000 0 (tahun 2000) yang angka kejadian DM tipe-2tip di Sulawesi
diproyeksikan mencapa pai 79.441.000 pada Selatan khususnya daer erah urban seperti
tahun 2030, sedangka an prevalensi DM di kota Makassar dan faktor fa risiko yang
Indonesia mencapaii jumlah 8.426.000 semakin tahun semakin meningkat serta
(tahun 2000) yang dipro royeksikan mencapai mengingat bahwa DM a akan memberikan
21.257.000 pada tah ahun 2030. Artinya, dampak terhadap kuali alitas sumberdaya
terjadi kenaikan tiga kakali lipat dalam waktu manusia dan peningkatan an biaya kesehatan
30 tahun. Hasil Riset et Kesehatan Dasar yang cukup besar.
(Riskesdas) tahun 2013 2 menunjukkan Penelitian ini bertujuan untuk
kecenderungan prev
evalensi DM di mengetahui jenis modell simulasi tindakan
Indonesia meningkat se sebesar 1% yaitu dari pencegahan yang palin ling sesuai dalam
1,1% di tahun 2007 me enjadi 2.1% di tahun menekan laju peningkata tan DM selama 10
2013. Adapun proporsi si DM pada umur ≥15 tahun (2013 s/d 2023) dii Sulawesi
S Selatan.
tahun yaitu sebesar ar 6,9%. Sulawesi
Selatan juga menga galami peningkatan 2. 2. METODE
sebesar 2,6% dari 0, 0,8% di tahun 2007 Jenis penelit
litian adalah
menjadi 3,4% di tahun 2013 dan observasional analitik dengan desain
merupakan salah sat atu provinsi dengan Cross Sectional diman na menggunakan
prevalensi DM tert rtinggi ke 3 di data hasil Riset Kesehatan
Ke Dasar
1,2,3
Indonesia . (Riskesdas) Sulawesi Se elatan tahun 2013,
Model simulasi si dibangun untuk khususnya anggota rum mah tangga (ART)
tujuan peramalan atau a perencanaan usia 45+ tahun.
kebijakan, sehingga
ga memperkirakan Populasi dari pen nelitian ini adalah
kejadian dan dampak DM D pada masa yang seluruh data hasil Riskes
esdas tahun 2013.
akan datang merupak akan aspek penting Sebanyak 13.121 ART T usia 45+ tahun,
untuk perencana aan kesehatan dari jumlah tersebutt dilakukan lagi
masyarakat, hal ini dis isebabkan prevalensi pengecekan kelengkapa an data, terdapat
Diabetes Mellitus sema makin meningkat dari 472 ART yang tidak m memiliki data IMT,
4
tahun ke tahun . Pen nelitian di Indonesia sehingga jumlah ART T yang diikutkan

2
BIMGI Volume 3 No.1 | JJanuari-Juni 2015
dalam analisis sistem em dinamis adalah simulasi (Tabel 1) diperoroleh dengan cara
12.649 ART. menghitung nilai rata-ra rata tiap variabel
Analisis data yaitu
ya analisis sistem berdasarkan kelompok DM dan bukan DM.
dinamik dengan men nggunakan program Nilai-nilai tersebut dimas
asukkan ke dalam
Powersim. Pendekata tan sistem dinamis formula yang telah disussun (Gambar 2) di
merupakan salah satu pendekatan program Powersim. Has asil analisis sistem
pemodelan kebijakan tterutama dalam hal dinamik (Tabel 2) yaitu tu jumlah kejadian
peningkatan pema ahaman tentang DM dan Bukan DM d diperoleh setelah
bagaimana dan meng gapa gejala dinamis program dijalankan pad ada setiap model
suatu sistem terjadi, d dengan alat analisis simulasi.
yaitu Causal Loop Dia iagram dan diagram Validasi mo
model yaitu
alir model kejadian D DM (Gambar 1 dan membandingkan hasil simulasi dengan
6
Gambar 2) . Diagram alir model kejadian data riil persentasi DM M tipe 2 (Litbang-
DM (Gambar 2) merup upakan diagram yang Kementerian Kesehatan RI, R 2013), dengan
dibuat di dalam progragram Powersim yang syarat yang harus d dipenuhi bahwa
berdasarkan pada Ca ausal Loop diagram perbedaan rata-rata peniningkatan kelipatan
kejadian DM (Gambar ar 1) yang memiliki penderita DM hasil sim mulasi tidak boleh
simbol seperti konstan anta, auxilliary, rate, lebih dari 50% dibandingngkan dengan data
dan level. Karakteristik
ik variabel tiap model riil persentasi DM.

7
Gambar 1. Causal Lo
Loop Diabetes Mellitus (Modifikasi dari Shoul Maile
ile, 2010)

Gambar 1 menunjukka kan jika konsumsi kontribusi pada penurunan obesitas


o dan pada
makanan berisiko (makanan/ n/minuman manis, akhirnya penduduk bukan penderita
p Diabetes
makanan asin, dan makanan n berlemak) yang Mellitus meningkat (loop 3). Loop
L 4 dan loop 5
berlebih dapat meningkakatkan kejadian menunjukkan bahwa pe
penduduk bukan
obesitas dan diabetes mellitusm (loop1). penderita Diabetes Mellitus
us juga berpotensi
Aktivitas fisik yang rendah juga
ju memberikan menderita Diabetes Mellituitus jika konsumsi
dampak pada peningkatan ob obesitas dan pada makanan berisiko dan obesit
sitas meningkat.
akhirnya memberikan dampa pak pada kejadian Berdasarkan gamba ar 1, kemudian
diabetes mellitus (loop 2). Kem
emudian Diabetes diterjemahkan dalam bent ntuk Diagram Alir
Mellitus dapat dikurangi/d /dicegah dengan Model Dinamik Kejadian DM D pada program
meningkatkan aktifitas fisik dan
d asupan serat Powersim.
(buah dan sayur) sehingga da dapat memberikan

3
BIMGI Volume 3 No.1 | Janua
uari - Juni 2015
Gambar 2. Diagram Alir Model
el Kejadian DM (pembuatan diagram alir model inii berdasarkan causal
loop Gambar 1 yang peneliti te
terjemahkan dalam Program Powersim, adapun pa panduan pembuatan
diagram
am alir tersebut referensinya ada pada no. 6)

2.1. Penjelasan Model I – VI pertimbangan bah


ahwa Cukup
Model ini dibangun un berdasarkan mengonsumsi buah da dan sayur tiap hari
pedoman pengendalian Diabe betes Mellitus dan yaitu minimal 2 porsii buah
b dan 3 porsi
8
penyakit metabolik berbasis komunitas
k . buah selama 7 hari dalalam seminggu.
1. Model I merupakan an model yang 5. Model V merupakan an model yang
dilakukan untuk menge gestimasi kejadian dilakukan untuk menge gestimasi kejadian
DM selama 10 tahu hun (2013-2022) DM selama 10 tah ahun (2013-2022)
tanpa ada kontrol pad ada variabel/faktor dengan mengkombinasi sikan pengontrolan
yang mempengaruhi kejadian
ke DM. terhadap aktivitas fisik
ik (mets 2,50) dan
2. Model II merupakan n model yang konsumsi buah (2 por orsi) dan sayur (3
dilakukan untuk menge estimasi kejadian porsi).
DM selama 10 tahu hun (2013-2022) 6. Model VI merupaka an model yang
dengan mengontrol obesitas yaitu dilakukan untuk menge gestimasi kejadian
menurunkan prevalensii o obesitas sebesar DM selama 10 tah ahun (2013-2022)
4% dari 17,3% (tahun n 2013) menjadi dengan mengkombinasi sikan pengontrolan
13,3%, dengan pertim rtimbangan ingin terhadap aktivitas fisfisik (mets 2,50),
menyamakan prevalenssi obesitas pada konsumsi buah (2 por orsi) dan sayur (3
ART bukan penderita ita DM sebesar porsi) serta menuru runkan prevalensi
13,5%. obesitas pada penderita
ita DM.
3. Model III merupakan an model yang
dilakukan untuk menge estimasi kejadian Setiap model mem miliki karakteristik
DM selama 10 tahu hun (2013-2022) yang berbeda (Tabel 1). Mo Model I merupakan
dengan mengontrol akt ktivitis fisik yaitu simulasi yang dibuat untuk mengetahui
m jumlah
meningkatkan aktivitas fisikfi menjadi 2,50, kejadian DM apabila tidak ak ada perlakuan
dengan pertimbangan bahwa b Mets 2,50 terhadap berbagai faktor risiko
ris DM. Adapun
merupakan mets aktivit vitas fisik dengan model II, III, IV, V, dan VII merupakan
m model
kategori aktivitas fisik yan
ang cukup. simulasi dengan berbagaii pilihan kebijakan
4. Model IV merupakan an model yang terhadap faktor risiko DM ununtuk menekan laju
dilakukan untuk menge estimasi kejadian peningkatan kejadian DM M, sehingga dari
DM selama 10 tahu hun (2013-2022) berbagai model simulasi si tersebut, akan
dengan mengontrol ko onsumsi buah 2 diperoleh jenis model simu ulasi yang paling
porsi dan sayur 3 porsi, dengan besar menurunkan angka ke ejadian DM.

4
BIMGI Volume 3 No.1 | Januari-Juni
ni 2015
3. HASIL
Tabel 1. Karak
akteristik Variabel Berdasarkan Model Dinamik I – VI
Variabel Modelel I Model II Model III Model IV Modell V Model VI Bukan
DM DM DM DM DM DM DM

Konsumsi Buah (porsi) 0,52 0,52 0,52 2 2 2 0,44


Konsumsi Sayur 1,19 1,19 1,19 3 3 3 1.19
(porsi)
Konsumsi 0,49 0,49 0,49 0,49 0,49 0,49 0.67
Makanan/Minuman
Manis
Konsumsi Makanan 0,35 0,35 0,35 0,35 0,35 0,35 0,37
Asin
Konsumsi Makanan 0,44 0,44 0,44 0,44 0,44 0,44 0,47
Berlemak
Mets Aktivitas Fisik 1,95 1,95 2,5 1,95 2,5 2,5 2,09
Level Awal (orang) 692 692 692 692 692 692 11957
Presentasi Obesitas 17,3 13,3 17,3 17,3 17,3 13,3 13,5
IMT (%)
Delay (Dari Bukan DM 4 4 4 4 4 4
9
Menjadi DM) (Tahun)

Tabel 1 menunjukkan n karakteristik nilai aktivitas fisik lebih tinggi pa


ada penderita DM,
variabel berdasarkan jenis is simulasi pada model IV nilai variabel kon onsumsi buah dan
penderita DM dan bukan pen enderita DM yaitu sayur lebih tinggi pada pende derita DM, model V
pada model I menunjukka kan bahwa nilai yaitu nilai variabel konsumsi si buah, sayur dan
variabel obesitas lebih tinggi
gi pada penderita aktivitas fisik lebih tinggi pa
ada penderita DM,
DM dibandingkan dengan bukan b penderita dan model VI yaitu nilai variabel
v konsumsi
DM, model II nilai variabel el obesitas pada buah, sayur dan aktivitass fisik lebih tinggi
penderita DM hampir sam ma pada bukan pada penderita DM sedang gkan nilai variabel
penderita DM, model III nila ilai variabel mets obesitas hampir sama
s besar.

Tabel 2. Hasil Model Dinamik


ik Kejadian DM Selama 10 Tahun (2013-2022) dii Sulawesi Selatan
Tahun Penderita DM (Orang) Bukan DM
Model
el I Mode II Model III Mode IV Model V ModelVI (Orang)

2013 692 692 692 692 692 692 11957


2014 739 728 730 707 706 703 12689
2015 813 790 795 747 745 739 13440
2016 912 876 885 808 805 795 14218
2017 1035
5 983 995 887 883 869 15026
2018 1180
0 1109 1125 982 976 956 15870
2019 1347
7 1254 1275 1091 1084 1060 16754
2020 1537
7 1417 1445 1213 1204 1175 17681
2021 1749
9 1599 1633 1348 1337 1302 18654
2022 1984
4 1799 1842 1495 1482 1440 19678
Penurunan Kejadian DM -185 -142 -489 -502 -544
(Orang) (9,32%) (7,15%) (24,54%) (25,3%) (27,41%)

Tabel 2 menunjukkan n bahwa kejadian mempengaruhi kejadain DM (Model I).


DM selama 10 tahun diestima asikan meningkat Estimasi kejadian DM berdadasarkan kelompok
2,86 kali lipat dari 692 oran
ang (tahun 2013) kontrol variabel/faktor yang
ng mempengaruhi
menjadi 1.984 orang (tahun n 2022) jika tidak kejadian DM menunjukkan n bahwa model VI
ada kontrol terhadap varia riabel/faktor yang merupakan model yang pal aling besar jumlah

5
BIMGI Volume 3 No.1 | Januari - Juni 201
015
penurunan kejadian DM selama
se 10 tahun dan serat larut dan tidak ak larut dikaitkan
yaitu sebesar 27,41%. dengan metabolisme glukos osa yang lebih baik
pada individu Diabetes da an non Diabetes,
4. PEMBAHASAN perbaikan sensitivitas insulin
lin dan homeostasis
Penelitian ini menun unjukkan bahwa glukosa yang lebih jelas pada responden
kejadian DM selama10 tahun un (2013 – 2022) dengan pola makan nab bati dibandingkan
11
diestimasikan mengalami peningkatan
pe 2,86x responden dengan diet yang ng umum . Fujii et
lipat dari 692 orang pad ada tahun 2013 al. (2013), menunjukkan bahwaba peningkatan
meningkat menjadi 1.984 orang or pada tahun asupan serat makanan d dikaitkan dengan
2022 dengan kelipatan rat ata-rata pertahun kontrol glikemik yang lebih ih baik, perbaikan
sebesar 0,28 kali lipat, hal inini dapat terjadi jika sensitivitas insulin dan mikrikro inflamasi pada
tidak ada kontrol terhadap faktor fa risiko yang pasien Diabetes tipe 2 dii Jepang sehingga
mempengaruhi kejadian DM. dalam penelitian tersebut, penderita
p Diabetes
Tingginya kejadian D DM pada tahun didorong untuk terus me engonsumsi lebih
2022 menunjukkan masala lah yang serius. banyak makanan sumbe ber serat dalam
12
Selain obat, yang terpenting ng bagi penderita kehidupan sehari-hari .
DM, yakni merancang kem mbali pola hidup Hasil meta analisis pepengaruh konsumsi
(gaya hidup), terutama po pola makan dan buah dan sayur terhadap kejadiank Diabetes
olahraga. Pada tingkat mak akro, peningkatan menunjukkan bahwa seca cara keseluruhan,
kejadian DM tipe 2 dik dikaitkan dengan buah-buahan dan/atau asup upan sayuran tidak
urbanisasi dan transisi lingku kungan, termasuk berhubungan jelas denga gan pengurangan
perubahan pola kerja dari ker erja berat menjadi risiko kejadian Diabetes tipe 2. Namun,
pekerjaan yang ringan
an (sedentary), peningkatan konsumsi sayur uran berdaun hijau
peningkatan penggunaan komputer dan sekitar satu porsi per hari ri dikaitkan dengan
mekanik, dan meningkatnya ap penggunaan alat penurunan secara signifika kan yaitu sebesar
transportasi. Pertumbuhan n ekonomi dan 14% risiko diabetes DM tipe e 2 dan konsumsi
transisi lingkungan telah h menyebabkan sayuran dapat melindungi gi seseorang dari
13,14
perubahan drastis dalam p produksi pangan, perkembangan Diabetes mel ellitus .
pengolahan, sistem ddistribusi dan Kurangnya bukti kuat bahwa
meningkatnya aksesibilitas makanan yang peningkatan asupan buah ah dan sayuran
8
tidak sehat . Pria dan wanita ta di seluruh dunia mengurangi risiko Diabetes es Mellitus tipe 2,
telah mengalami peningkata tan berat badan, sehingga mendorong untuk
u dilakukan
sebagian besar sebagai ai akibat dari tindakan pencegahan Diabetes D Mellitus
perubahan pola diet dan pe penurunan tingkat dengan pendekatan multi-ce center, seperti yang
10
aktivitas fisik . digunakan dalam Diabe
betes Prevention
Model dinamik tindak akan pencegahan Program (DPP). Percobaan n kklinis yang secara
kejadian DM berdasarkan kelompok k model acak membandingkan modifi ifikasi intensif gaya
yang mendapatkan kkontrol pada hidup, perawatan stan
tandar ditambah
variabel/faktor yang mempen engaruhi kejadian metformin, dan perawatan standar ditambah
DM menunjukkan bahwa model VI yaitu plasebo untuk mencegah h atau menunda
model dengan mengkombi binasikan kontrol perkembangan Diabetes tipe ipe 2 pada individu
15
aktivitas fisik, konsumsi buah, bu sayur, dan berisiko tinggi . Intervensii gaya hidup yang
penurunan prevalensi obes esitas merupakan difokuskan pada peningka katan diet sehat,
model yang paling besar d dalam mencegah meningkatkan aktivitas fisik ik, dan mengatasi
kejadian DM, sedang ngkan kontrol hambatan dalam kepatuhan n diet. Lima puluh
variabel/faktor yang mempen engaruhi kejadian persen (50%) peserta memenuhi m tujuan
DM dilakukan secara terpisa isah menunjukkan penurunan berat badan sebesar s 7%, dan
pencegahan kejadian DM sangat sedikit, tujuh puluh empat persen (74%) memenuhi
kecuali pada kontrol konsu sumsi buah dan tujuan aktivitas fisik 150 m menit per minggu
sayur (Tabel 2). pada akhir intervensi selama a 24 minggu. DPP
Beberapa hasil peneliti litian menunjukkan menurunkan insiden diabet etes sebesar 58%
hal yang positif tentang kema ampuan makanan pada kelompok intervens nsi gaya hidup,
sumber serat (buah dan n sayur) dalam dibandingkan dengan kelo lompok metformin
mengurangi risiko DM,, memperbaiki yang menurun sebesar 31% % selama rata-rata
1
16,17
metabolisme glukosa dan se sensitivitas insulin 2,8 tahun masa tindak lanjut .
pada penderita DM. Penelitia itian Wolfram et al Kebijakan kesehatan m masyarakat global
(2011), menunjukkan bahwa
b dengan perlu jaminan pada bebera rapa sektor untuk
meningkatkan konsumsi say ayuran, biji-bijian, menciptakan lingkungan ma akanan sehat dan

6
BIMGI Volume 3 No.1 | Januari-JJuni 2015
mempromosikan tanggung g jawab sosial 4)Penyediaan lahan terb rbuka hijau bagi
perusahaan. Strategi potensi sial termasuk gizi masyarakat perkotaan. Kep pada Masyarakat:
dan kebijakan pertanian ya yang mendukung 1)Agar meningkatkan kons nsumsi buah dan
produksi dan distribusi makanan m sehat- sayur dalam kehidupan seh hari-hari minimal 2
misalnya, melembagakan subsidi s pertanian porsi per hari. 2)Agar menin
ningkatkan aktivitas
yang meningkatkan aks
ksesibilitas dan fisik dan mengurangi per erilaku sedentary.
keterjangkauan buah-buahan an, sayuran, biji- 3)Agar mengurangi pola makan
m tidak sehat
bijian, dan kacang-kacanga gan. Pajak atas seperti tinggi kalori dan lemak,
lem dan rendah
minuman manis dan prod duk tidak sehat serat. 4)Agar mempertahan ankan berat badan
lainnya ditingkatkan, se
sehingga dapat ideal (tidak mengalami obesi
sitas).
mengurangi konsumsi ma akanan ini dan
meningkatkan kualitas diet secara DAFTAR PUSTAKA
keseluruhan. 1. Richard Sicree JS, S, Paul Zimmet.
Berdasarkan pengamamatan peneliti, 2011. The Global Burd rden: Diabetes and
bahwa penelitian ini mem emiliki beberapa olerance: IDF
Impaired Glucose Tole
keterbatasan, yaitu sebagai b berikut: Diabetes Atlas Fourth
th Edition.
1. Data jumlah Penderita DM yang tersedia 2. WHO. 2000. Prevent ention of Diabetes
masih minim yaitu hanya ya 2 data (tahun Mellitus. Geneva: Technical
T Report
2007 dan 2013), se ehingga peneliti Series 84.
kesulitan melakukan validasi model 3. Litbang Kementerian n Kesehatan RI.
terhadap output penderita a DM berdasarkan 2013. Penyajian Pokok-Pokok
Po Hasil
model yang dikembangkkan oleh peneliti Riset Kesehatan Dasaasar 2013. Jakarta:
dan data real yang ada. Badan Penelitian dan an Pengembangan
2. Masih terdapat beberapa a faktor risiko DM Kesehatan Kementeria rian Kesehatan R I.
yang belum dilibatkan n dalam model 4. Rosella. 2011. A P Population Based
dinamik yang dibangun n yaitu obesitas Approach to Diabete etes Mellitus Risk
sentral, konsumsi makana nan zat gizi makro Prediction: Methodoloological Advances
dan mikro, komposisi tu tubuh, hipertensi, ations. University of
and Practical Applicati
faktor genetik, faktor st stres, dan kadar Toronto.
glukosa darah yang
ng dikarenakan 5. Irawan D. 2010. Prevaevalensi dan Faktor
keterbatasan informasi. Risiko Kejadian Diabet
betes Melitus Tipe 2
di Daerah Urban Indonesia
In (Analisa
5. KESIMPULAN Data Sekunder Risk iskesdas 2007).
Tindakan pencegahan an yang paling Thesis, Kesehatan Masyarakat,
sesuai dalam menekan laju la peningkatan Universitas Indonesia.
a.
kejadian DM adalah model simulasi
s VI yaitu 6. Muhammadi, Aminulla llah, E dan Soesilo,
dengan mengkombinasikan kontrol terhadap B. 2001. Analisis S Sistem Dinamis :
konsumsi buah ( 2 porsi), say
ayur (2 porsi), dan Lingkungan Hidup, Sosial,
S Ekonomi,
aktivitas fisik (met 2,50), dan
d menurunkan Manajemen. Jakarta:: UMJU Press.
prevalensi obesitas (4%) dap
apat menekan laju 7. Shoul, Mailde. 20 2014. Risk and
peningkatan penderita DM ssebesar 27,41% Protective Factors for
or Type 2 Diabetes.
dari kondisi awal. Diakses pada 10 Oktober 2014.
<http://maileshoul.myy
yyefolio.com/Uploa
6. SARAN ds/
Adapun saran terkaitit hasil penelitian Type%202%20Diabete etes%20Risk%20a
Bagi Pemerintah: 1)Akksesibilitas dan nd %20Protective%20 0factors.pdf>
keterjangkauan penduduk terhadap buah, 8. Departemen Keseha hatan RI. 2008.
Pedoman Pengendndalian Diabetes
sayur, kacang-kacangan perlu pe ditingkatkan
Mellitus dan Peny nyakit Metabolik.
guna mendukung konsum msi masyarakat
Jakarta: Direktoratt Pengendaalian
terhadap bahan makanan te tersebut. 2)Pajak
Penyakit Tidak Me enular, Direktorat
atas produk makanan/mi minuman manis, Jenderal Pengendalia lian Penyakit dan
makanan berlemak dan pro roduk tidak sehat Penyehatan Lingkunga gan.
lainnya ditingkatkan, se
sehingga dapat 9. Barbara. 2000. The Natural
N History of
mengurangi konsumsi produ duk tersebut dan Type 2 Diabetes: P Practical Point to
meningkatkan kualitas diet secara Consider in Developin ing Prevention and
keseluruhan.3)Upaya promo osi dan edukasi Treatmen Strategies.. Clinical Diabetes.
kepada masyarakat mengen enai deteksi dan Vol. 18. No. 2 (2000):1
):1-9.
tindak lanjut dini fakto tor risiko DM. 10. Popkin BM and Ada dair. 2012. Global

7
BIMGI Volume 3 No.1 | Januari - Juni
ni 2015
Nutrition Transition a nd
n The Pandemic 14. Cene, Wiley C, Pignon one M. 2011. The
of Obesity in Develo eloping Countries. Effect of Fruit and Veg egetable Intake on
Nutr Rev; 70 (2012): 3– –21. The Incidence of Diabetes.
D Clinical
11. Ezzati M and Riboli E.. 2013.
2 Behavioral Diabetes, vol 29: 3 (2011
11): 113-115.
and Dietary Riskk Factors for 15. Villegas, et al. 2008. Vegetable
V but not
Noncommunicable Dise iseases. N Engl J Fruit Consumption Redu duces The Risk of
Med; 369 (2013): 954–6 64. Type 2 Diabetes In Ch hinese Women. J.
12. Wolfram T and Ismail-Beigi F. Nutr. 138 (2008): 574 –5 580.
2011. Efficacy of High igh-Fiber Diets in 16. DPP Research Group.. 1999. 1 Design and
The Management off Type T 2 Diabetes Methods for A Clinica ical Trial in The
Mellitus. Endocr P Pract.;17(1)(2011) Prevention of Type 2 Diabetes.
D Diabetes
:132-42. Care 22(1999):623–6 34 4.
13. Fuji. 2013. Impact of o Dietary Fiber
17. Knowler WC, Barrett-C Connor E, Fowler
Intake on Glyce
cemic Control,
SE, et al. 2002. Reduction
Re in The
Cardiovascular Riskk Factors and
Incidence of Type 2 Diabetes with
Chronicc Kidney Disea ease in Japanese
Lifestyle Intervention orr M
Metformin. N Engl
Patients W wth Typ ype 2 Diabetes
J Med 346(2002):393 –4 403.
Mellitus: The Fuku kuokka Diabetes
Registry. Nutrition Journal, 12
(2013):159.

8
BIMGI Volume 3 No.1 | Januari-JJuni 2015
1. PENDAHULUAN syarat agar protein dalam lam biskuit dapat
Masa bayi merupaka kan masa yang dicerna dan diserap oleh tub buh bayi .
1

penting dalam perkemban angan manusia, Hanjeli merupakan salah s satu jenis
karena pada masa ini terja rjadi pertumbuhan serealia yang dimanfaatkan n sebagai sumber
dan perkembangan yang dapat pangan alternatif dan memililiki kandungan zat
mempengaruhi kualitas sumb ber daya manusia gizi yang baik, terutama me emiliki kandungan
di masa mendatang. Pada a tahun pertama, tinggi protein, zat besi, si, dan kalsium.
pertumbuhan bayi berlangsu ung sangat cepat Kandungan protein pada a hanjeli adalah
dengan dipengaruhi salah h satunya oleh sebesar 11 gram per 100 gram g bahan . Saat
5

makanan. Makanan memegan ang peran penting ini hanjeli mulai banyak dikembangkan
d di
dalam pemenuhan kebutuh tuhan gizi untuk Indonesia daerah Jawa Barat. B Sedangkan
pertumbuhan. Seiring berta rtambahnya umur pengolahan hanjeli dapat at berupa bubur,
bayi, kebutuhan bayi tehadap p zat gizi semakin lontong, peuyeum, dan tepungnyat dapat
meningkat sedangkan kand ndungan zat gizi digunakan sebagai bahan pengganti
p tepung
yang tersedia pada ASI (Air ir Susu Ibu) tidak terigu dalam pembuatan brow rownis .
6

dapat memenuhinya. Kar arena itu, bayi Tempe merupakan sa alah satu makanan
memerlukan MP-ASI (Makan anan Pendamping tradisional Indonesia yan ang berasal dari
Air Susu Ibu) yang merup upakan makanan kedelai dibuat dengan cara ra fermentasi atau
selain ASI yang diberikan n bayi sesudah peragian. Tempe memiliki kkandungan protein
berusia 6 bulan . 1
nabati yang tinggi 100 gr temempe mengandung
Gizi kurang merupak akan salah satu 20,8 gr protein dan mutu protein
pr tempe lebih
permasalahan pokok Ind donesia karena tinggi sebesar 83% diban andingkan dengan
berdampak pada rendahnya a kualitas sumber kedelai rebus sebesar 75% %. Produk turunan
daya manusia. Bayi pada usia 7-8 bulan tempe masih kurang kar arena selama ini
merupakan salah salah satu atu usia di mana pengolahan tempe hanya sebatas s digoreng
kebutuhan akan zat gizi sem makin meningkat. atau direbus .7

Masa tumbuh kembang otak ot yang cepat, Departemen kesehata tan RI menetapkan
sebagian besar (80%) terjadi
di pada periode 0- persyaratan kandungan g gizi yang harus
2 tahun yang disebut period de emas (Golden dipenuhi dalam 100 gram m makanan bayi
Period). Kekurangan gizi padap periode ini (biskuit) antara lain kandung gan energi minimal
akan berdampak pada pe pertumbuhan dan 400 kkal, kandungan prote tein sebesar 15-22
perkembangan anak selanjutn tnya .
2
gr. Kebutuhan protein da alam biskuit bayi
Untuk memenuhi keb butuhan zat gizi instan pada umumnyaya di pasaran
yang meningkat, MP-ASI perl rlu diberikan pada menggunakan jumlah AKG (Angka
bayi sesudah berusia 6 bu ulan. Masyarakat Kecukupan Gizi) sebesar 10 gram dalam 100
mengenal adanya dua jenis nis MP-ASI, yaitu gram berat bahan makanan an, jumlah tersebut
MP-ASI lokal dan MP P-ASI pabrikan. belum tentu dapat me encukupi angka
Pemberian MP-ASI lokal mer erupakan MP-ASI kebutuhan protein pada ba ayi usia 7-8 bulan
yang diolah di rumah tang ngga terbuat dari pada umumnya. Kebutuha han protein yang
bahan yang tersedia set etempat, mudah disarankan menggunakan kebutuhan
ke sebesar
diperoleh dengan harga tterjangkau oleh 16 gram dalam 100 gra ram berat bahan
masyarakat .3,4
makanan . 8

Biskuit bayi merupakan


an salah satu MP- Ketetapan mutu prote tein pada MP-ASI
ASI yang diperuntukkan bagi gi bayi berusia 6- tidak kurang dari 70% kase sein standar . Mutu
9

24 bulan. Dibuat dari baha an dasar tepung protein ditentukan oleh jenis
jen dan proporsi
terigu atau tepung yang lain
in seperti serealia, asam amino yang dikandung ngnya. Asam amino
kacang-kacangan, serta biji-bijian yang yang terkandung dalam prot otein nabati (hanjeli
mengandung minyak dan bah han makanan lain dan tempe) tidak selengkap ap dengan protein
yang sesuai. Biskuit bayi yangy disubstitusi hewani, namun dengan p penambahan dua
dengan tepung Hanjeli dan an tepung tempe atau lebih sumber protein yang
ya berbeda asam
sebagai MP-ASI merupaka kan salah satu amino pembatasnya (han njeli dan tempe)
inovasi yang dilakukan dalam upaya maka dapat saling meleng ngkapi kandungan
pemenuhan kebutuhan MP-ASI yang proteinnya sehingga dapa pat meningkatkan
mengandung tinggi protein d dan mutu protein mutu protein .10

baik. Bagi bayi, protein b berperan dalam Untuk memudahkan b bayi mengonsumsi
pertumbuhan dan pemelihar araan sel tubuh, hanjeli dan tempe, diperlu rlukan pengolahan
sedangkan mutu protein be berperan sebagai lebih lanjut, yaitu mengu ubah hanjeli dan
tempe menjadi tepung. Te epung hanjeli dan

10 BIMGI Volume 3 No.1 | Januari-Juni


J 2015
tepung tempe tersebut yangng nantinya dapat 2.1 Objek dan Sampel
digunakan sebagai bahan bakub pembuatan Perhitungan besarny nya pengulangan/
MP-ASI biskuit. Selain dapapat memudahkan replikasi pada perlakuan subtitusi tepung
untuk dikonsumsi, mudah cerna, dapat hanjeli dan tepung tempe dalam
d pembuatan
merangsang perkembangan m motorik bayi . 11,12
biskuit MP-ASI dengan meng nggunakan rumus
Penelitian ini dimak aksudkan untuk Tc ( n-1) >15
mengetahui kadar protein dadan mutu protein 5 (n-1) >15
pada biskuit bayi yang te telah disubstitusi n-1 >3
dengan tepung hanjeli dan tep
epung tempe. n >4
Keterangan :
2. METODE PENELITIA IAN Tc : Jumlah per
erlakuan
Jenis penelitian yang
y digunakan n : Banyaknya
ya pengulangan 13

adalah penelitian true eksksperimental dan Berdasarkan hasil per


erhitungan replikasi
menggunakan rancangan acak lengkap sampel tersebut sebesarr 4 kali replikasi.
dengan lima perlakuan.. Masing-masing Sehingga jumlah sampe pel biskuit yang
perlakuan dilakukan empatt kkali ulangan dan digunakan pada peneliti litian ini adalah
masing-masing ulangan
an dilakukan sebanyak 4 kali replikasii dan 5 perlakuan
oengukuran secara duplo, sehingga
s jumlah sehingga didapatkan 20 sam ampel untuk dapat
sampel terdapat 20 unit. Substitusi pada dilakukan penelitian.
pembuatan biskuit dari tepu
pung hanjeli dan
tepung tempe dan tepung g terigu dengan 2.2 Variabel dalam Pene
nelitian
perbandingan sebagai berikut
ut : Penelitian ini menggggunakan variabel
yang terbagi menjadi dua ua, yaitu: variabel
Tabel.1 Komposisi Perband
dingan Subtitusi independent adalah subtituitusi tepung hanjeli
Tepung Hanjeli Tepung Tem
mpe Dan Tepung dan tepung tempe dan va variabel dependent
Terigu yaitu, kadar protein dan mutu
tu protein.

Bahan Po P1 P
P2 P3 P4 2.3 Kriteria Inklusi Samp pel
2.3.1 Hanjeli
Terigu 100% 50% 50
50% 50% 50% • Hanjeli jeniss spesies Coix
lacryma-jobi
tepung hanjeli 0% 10% 20
20% 30% 40% • Berwarna coklat lat muda
• Berkulit keras
tepung tempe 0% 40% 30
30% 20% 10% • Didapatkan pada
p budidaya
Butter hanjeli di desa Tiang
T Layar
unsalted 100% 100% 10
100% 100% 100% Pancur Batu,, Kabupaten Deli
Serdang, Medan an Sumatera Utara
gula halus 100% 100% 10
100% 100% 100% • Milik ibu Helty Malemta
M Ginting
2.3.2 Tempe
Pada P0 kelompok 1 yaitu kelompok • Tempe dari jeni nis kedelai spesies
kontrol pembuatan biskuit tan
anpa penambahan Glycine max.
substitusi tepung hanjeli dan
an tepung tempe. • Tempe dari bijiiji kedelai berwarna
Pada P1 kelompok 2 yaitu kelompok
ke dengan kuning, nampak ak putih
perlakuan pertama dari penanambahan tepung • Tempe yang dijual di Sentra
terigu 50%, tepung hanjeli 10%
1 dan tepung Industri Tempe e Sanan kota
tempe 40%. Pada P2 yaitu kkelompok 3 yaitu Malang yang didapatkan dari
kelompok dengan perlakuan an kedua dengan produksi tem
empe Langgeng
penambahan tepung terigu gu 50%, tepung Makmur milik Ibu
Ib Yulianti
hanjeli 20% dan tepung temp pe 30%. Pada P3 • Aroma dan warn rna khas tempe
yaitu kelompok 4 dengan perlakuan
p ketiga
dengan penambahan tepun ung terigu 50%, 2.4 Kriteria Eksklusi
tepung hanjeli 30% dan tepupung tempe 20%. Sebagian hanjeli da
dan tempe yang
Pada P4 yaitu dengan per erlakuan keempat mengalami kerusakan se ebelum dilakukan
dengan penambahan tepun ung terigu 50%, penelitian.
tepung hanjeli 40% dan tepun
ung tempe 10%.

11
BIMGI Volume 3 No.1 | Ja
Januari - Juni 2015
2.5 Lokasi dan Waktu Pe enelitian cetakan setebal 3 mm dan d
dipanggang dalam
Penelitian dilakukan di laboratorium oven selama 25 menit pada
a suhu 175̊C.
Penyelenggaraan Makan
anan Fakultas
Kedokteran Universitas B Brawijaya pada 2.8 Mutu Protein
tanggal 18-20 Septembe ber 2013 dan Perhitungan mutu protein
p ditentukan
laboratorium LSIH Univers ersitas Brawijaya pada jenis dan proporsi as
asam amino yang
Malang pada tanggal 7-17 Okktober 2013. dikandung pada formula a biskuit dengan
mengukur Skor Asam Amin ino, Asam Amino
2.6 Definisi Operasional Pembatas, Mutu Cerna, d dan Net Protein
2.6.1. Tepung Hanjeli Utilization.
Tepung Hanjeli dipero roleh dari bahan
dasar biji hanjeli yang didapat
atkan dari supplier 2.9 Skor Asam Amino (SAA)
(S
Helty Malemta Ginting di M Medan Sumatera Merupakan asam ami mino esensial yang
Utara. Sedangkan proses pen enepungan tepung paling rendah terdapat dala
lam bahan biskuit
hanjeli diproses di pabri brik penggilingan yang sudah diketahui dar ari data terdahulu
Anugerah Desa Hulu Kecama atan Pancur Batu dibandingkan dengan asam amino yang sama
kabupaten Deli Serdang SumateraS Utara, dalam proein pembanding ((protein anak usia
dengan proses tahapan n dimulai dari 1-2 tahun).
penjemuran hingga kering, kkemudian digiling
untuk memisahkan kulit dengan bijinya, 2.10 Asam Amino Pemb batas
diangin-anginkan agar kulit lit dan biji dapat Asam Amino yang me emiliki nilai terkecil
terpisah, dan kemudian digiling d menjadi sebagai pembatas dalam perhitungan SAA
tepung. seperti: lisin, treonin, triptofan
fan, metionin+sistin,
2.6.2. Tepung Tempe sehingga asam amino tersebut dapat
Tepung tempe yang te terbuat dari bahan digunakan sebagai pertim rtimbangan dalam
dasar tempe seberat 28,6 ,6 kg dan yang menentukan batas dalam a asam amino pada
ditepungkan menghasilkan tepung dengan biskuit.
berat 10,8kg didapatkan n dari proses
penepungan dengan tingka kat kehalusan 80 2.11 Mutu Cerna (MC) Teoritis
Te
mesh yang dilakukan di Mate teria Medica Batu. Mutu Cerna menunjujukkan bagian dari
Dengan tahapan proses per ertama kali tempe asam amino yang terdapatt pada biskuit dan
ditimbang dan dicatat, kemud dian dicuci hingga dapat diserap tubuh dib ibandingkan yang
bersih, dikeringkan dengan an cara dijemur dikonsumsi, dengan cara a teoritis melalui
hingga kering, dioven dan n terakhir digiling perhitungan SAA dan diintep
tepretasikan secara
hingga menjadi tepung. deskriptif.

2.7 Kadar Protein Bis iskuit Subtitusi 2.12 NPU (Net Prot otein Utilization)
Tepung Hanjeli dan Tepu ung Tempe Teoritis
Nilai protein formul ula biskuit yang Net Protein Utilizatio
ation menunjukkan
diukur dengan Inhouse Meth thod di LSIH, nilai indeks mutu yang memp perhatikan jumlah
protein diperoleh dengan dikalikan kadar protein yang dapat dikonsu sumsi atau dicerna
nitrogen dari formula biskui uit dengan faktor dlaam tubuh dengan perhitun ungan
konversi 6,25 yang umum di digunakan. Faktor NPU teoritis = (SAA
SAA x MC)
MC)100.
konversi didapatkan dari kada dar N adalah 16%
dalam protein dalam suat atu bahan pada
umumnya. Dinyatakan dalam m perhitungan : 2.13 Prosedur Penelitian an Metode
Faktor Konversi (FK) Pembuatan Tepung Han anjeli (pabrik
= (kadar N x 100)
1 / 16 Anugerah,Sumatra Utar ara, 2013)
= 6, 25 Biji hanjeli yangg telah dicuci,
MP-ASI Bikuit Substitus
tusi tepung Hanjeli dikeringkan dengan dijemu ur di bawah terik
dan tepung tempe adalah h biskuit dengan matahari. Biji hanjeli yangg kering kemudian
substitusi tepung Hanjeli, tepepung tempe dan digiling di pabrik penggiling
gan Anugerah, biji
tepung terigu dengan perbandingan hanjeli digiling mengg
ggunakan mesin
10%:40%:50%; 20%:30%:50% 0%; 30%:20%:50; penggilingan khusus biji han
anjeli digiling 2 kali,
40%:10%:50% yang dicamp pur dengan gula sehingga didapatkan beras h hanjeli.
halus, butter unsalted dan n tepung terigu. Setelah beras hanjeli digiling,
d kemudian
Adonan digiling kemudian dicetak dengan diangin-anginkan atau dik ikipas agar kulit
hanjeli dengan biji hanjeli dapat
da terpisah dan

12 BIMGI Volume 3 No.1 | Januari-Juni


J 2015
menghasilkan beras hanjel jeli yang bersih. 2.17 Analisis Mutu Prote
tein
Beras hanjeli yang bersih kemudian
k digiling Mutu protein dari pro
roduk biskuit bayi
lagi dengan penggilingan tepung,
te sehingga hasil substitusi tepung ha
hanjeli dan tempe
didapatkan tepung hanjeli. dinilai berdasarkan SAA, A, Asam Amino
pembatas, MC, dan NPU. Skor
S Asam Amino,
2.14 Metode Pembuatan n Tepung Tempe cara mengitungnya adalah sebagai
se berikut:
(Materia Medica Batu, 20013)
Tempe didapat pada a Sentra Industri Tabel 2. Penentuan SAA Ko
onsumsi Pangan
Tempe Sanan Malang. Temp pe diblanching Kandungan Asam Amino
dengan dikukus pada suhu hu 100 ̊C selama ± Bahan Berat Protein Metionin
Lys
sin Treonin Triptofan
10 menit. Dicuci dan dig igosok pada air Makanan (g) (g) + sistein
(mg
g) (mg) (mg)
(mg)
mengalir dilakukan sebanya ak tiga kali agar
bersih dan ditiriskan. Tem mpe dikeringkan Hanjeli
A b c d E f
dengan dipanaskan dalam oveno pada suhu
tempe
50-60̊C selama 2 hari hingga
a tingkat kadar air G h i j K l
tempe mencapai 10% kem mudian ditimbang Jumlah p l T R m
dan dicatat berat kering dari
ri tempe tersebut. Kandungan AA/gram
Tempe digiling dengan alat penggiling
pe tepung, protein (mg/g) L/P T/P R/P M/P
disaring dan diayak dengan a
ayakan berukuran
Kandungan AA anak usia 1-
80 mesh. 2 tahun (mg/g) 52 27 7.4 42

2.15 Metode Proses Pem mbuatan Biskuit 14


Tingkat Konsumsi Asam
Amino Esensial
Dicampurkan gula hahalus dan butter m n O p
unsalted aduk hingga terca campur rata dan
homogen. Ditambahkan, tepung terigu,
Keterangan tabel :
tepung Hanjeli, tepung tempe
pe. Dibuat Adonan
a= berat hanjeli dalam biskui
uit
dengan digilas menggunak akan roller pin,
b= kandungan protein dari da hanjeli dalam
setebal 3 mm, kemudian diceetak. Dimasukkan
biskuit
dalam oven dan dipangganggang dengan suhu
c= kandungan AA Lysin dari d hanjeli dalam
175 ̊C selama 25menit, d dikeluarkan dan
biskuit
didinginkan dalam suhu kama ar.
d= kandungan AA Treonin d dari hanjeli dalam
biskuit
2.16 Metode Uji Protein 15
e= kandungan AA Triptofan n dari hanjeli dalam
Ditimbang 1-2 gram contoh sampel biskuit
kemudian dimasukkan ke da alam labu kjedahl f= kandungan AA Metionin+s +sistein dari hanjeli
lalu ditambahkan 10 gram campuran selen dalam biskuit
dan 30 ml H2SO4 pekat. g= berat tempe dalam biskuiuit
Dipanaskan diatas a api kecil sambil h= kandungan protein da dari tempe dalam
digoyang-goyangkan hingga a 5-10 menit, api biskuit
dibesarkan dan terus dipa panaskan hingga i= kandungan AA Lysin dar ari ikan teri dalam
cairan berubah warna menjad adi hijau jernih. biskuit
Kemudian didinginka
kan, diencerkan j= kandungan AA Treonin d dari tempe dalam
dengan 250-300 ml air dan n dipindahkan ke biskuit
labu didih dari 500 ml yang didalamnya
di sudah k= kandungan AA Triptofan n dari tempe dalam
ditambahkan beberapa butirr batu
b dididh. biskuit
Ditambahkan 120 mll NaOHN 30% dan l= kandungan AA Metionin+s +sistein dari tempe
segera disambungkan kedala lam alat penyuling dalam biskuit
dan disambungkan hingga 2/3 dari cairan m= Skor Asam Amino Lysin
telah tersuling. n= Skor Asam Amino Treonin nin
Sulingan yang diterimma dalam H2SO4 o= Skor Asam Amino Triptofaofan
0,25N berlebihan dan dititrasi
si kembali dengan p= Skor Asam Amino Metion nin+sistein
NaOH 0,5 Blanko juga dik dikerjakan seperti P= Jumlah protein yang terkandung
te dalam
tahap diatas: biskuit
L/P= Jumlah Lysin dibagi gi dengan jumlah
Kadar Protein =
protein
(blanko- ml NaOH) x N x0,014
4x6,25x100%
Gram sampel T/P= Jumlah Treonin dibag agi dengan jumlah
protein

13
BIMGI Volume 3 No.1 | Ja
Januari - Juni 2015
R/P= Jumlah Triptofan dibag gi dengan jumlah Net Protein Utilizatio
ion (NPU) Teoritis
protein Perhitungan dari NPU dilakukan
M/P= Jumlah Metionin+sistei ein dibagi dengan dengan menggunakan rumus us berikut ini :
jumlah protein. NPU teoritis = (SAA x MC)100
MC
a. Tempe dan Hanjeli serta ta beratnya (a dan
g) yang akan ditent ntukan SAA-nya 2.18 Jenis, Cara Pen engumpulan, dan
dimasukkan pada tabel el diatas. Jumlah Analisa Data
protein dihitung berdasar
arkan jumlah yang Jenis data yang diam
iambil adalah data
terkandung dalam masin ing-masing bahan primer, yaitu data yang diperoleh secara
makanan (b dan h) da an jumlahkan ke langsung dari penelitian. D Data yang diambil
bawah sehingga diperole leh P. adalah kadar protein serta m mutu protein pada
b. Dihitung kandungan Assam Amino (AA) berbagai substitusi tepung Hanjeli
H dan tepung
Lysin, Treonin, Triptofann, dan Metionin + tempe pada biskuit MP-A ASI. Data kadar
Sistein berdasarkan jum mlah protein yang protein pada biskuit diu iuji menggunakan
terkandung dalam bahan an makanan (c, d, statistik yang sebelumnya ya dilakukan uji
e, f, i, j, k, dan l). kenormalan. Jika data ter erdistribusi normal,
maka uji tersebut menggun nakan uji ANOVA,
c. Dihitung jumlah kanddungan masing-
namun jika data tersebutt tidak terdistribusi
masing asam amino tersebut dalam
normal makan uji yang digu gunakan adalah uji
satuan mg Asam Am mino per gram
Kruskal Walis. Jika ada pengaruh
pe substitusi
protein, sehingga dipe eroleh L/P, T/P,
tepung Hanjeli dan tepun ung tempe, maka
R/P, dan M/P.
dilanjutkan dengan uji Mann n Whitney.
d. Dihitung rasio (perbanndingan masing- Jika dari hasil uji A ANOVA atau uji
masing konsumsi Asam m Amino terhadap Kruskal Walis diperoleh valueva p >0,05 itu
Kandungan Asam Amino ino Esensial pada berarti tidak ada pengaruh h subtitusi tepung
anak usia 1-2 tahun,, dengan rumus Hanjeli dan tepung tempe e terhadap kadar
sebagai berikut :TKAE = kandungan AA/g protein dan mutu protein. Namun,
Na jika value p
proteinkandungan AA anak u usia 1-2 tahun < 0,05 itu berarti ada pe engaruh substitusi
e. Nilai TKAE yang terkecilil merupakan SAA tepung Hanjeli dan tepung g tempe terhadap
pembatas dari biskuit substitusi
s tepung kadar protein pada biskuit.
hanjeli. Sedangkan untuk mutu protein
Mutu Cerna Teoritis, carara menghitungnya dianalisa secara deskript ptif menggunakan
adalah sebagai berikut : perhitungan dengan mem mbandingkan skor
Siapkan tabel seperti tab bel asam amino pembatas dari telur dan
kemudian hasilnya dideskriptiptifkan.
Tabel 3. Perhitungan Mu
utu Cerna
Kons. Mutu
M Kons.
No Jenis Pangan Protein C
Cerna Protein 3. HASIL PENELITIAN N
(g) (
(MC) x MC 3.1 Pelaksanaan Peneli elitian
1 Hanjeli 8
82 Penelitian ini dilakukan
an pada tanggal 18
2 Tempe 9
90
Jumlah P J September 2013 hingga tan anggal 17 Oktober
Mutu Cerna Teoritis (MC) = J/P = ....
........ 2013. Terdapat 5 perla rlakuan dan tiap
perlakuan dilakukan 4 re replikasi sehingga
a. Data konsumsi panga gan dimasukkan keseluruhan terdapat 20 pe erlakuan (sampel).
dalam tabel 4.6 dan dihitung
di konsumsi Dengan kode perlakuan n yang diberikan
protein tiap jenis pan
angan, kemudian adalah :
dijumlahkan sehingga dip
iperoleh P gram. P0 : Kelompok perlakua uan tanpa substitusi
b. Dimasukkan MC dari ri masing-masing tepung hanjeli dan te
tepung tempe 0%
bahan makanan yan ang dikonsumsi P1 : Kelompok per
erlakuan dengan
berdasarkan kelompokny
nya. substitusi tepung haanjeli sebesar 10%
c. Kalikan total konsumsii protein
p (P gram) dan tepung tempe sebesar
se 40%
dengan MC dan juml mlahkan hasilnya P2 : Kelompok per
erlakuan dengan
sehingga didapat J. substitusi tepung haanjeli sebesar 20%
d. J dibagi dengan P, has
asil tersebut yang dan tepung tempe sebesar
se 30%
akan dinyatakan sebagaiai MC teoritis. P3 : Kelompok per
erlakuan dengan
substitusi tepung haanjeli sebesar 30%
dan tepung tempe sebesar
se 20%

14 BIMGI Volume 3 No.1 | Januari-Juni


J 2015
P4 : Kelompok perla
rlakuan dengan dengan menggunakan alatt penggiling
p adonan
substitusi tepung han njeli sebesar 40% mencapai ketebalan 3mm kemudian
k dicetak
dan tepung tempe seb ebesar 10% menggunakan cetakan. Ke Kemudian adonan
Pada substitusi bisk skuit bayi tepung yang telah dicetak diletakka
takkan diatas loyang
hanjeli dan tepung tempe e yang dianalisis yang sebelumnya diolesii marg
margarin dan dioven
meliputi kadar protein dilakukan di pada suhu 175 ̊C selama 255 menit.
laboratorium LSIH menggu gunakan metode
kheldal atau dapat disebutt metode Inhouse 3.4 Kadar Protein
pada laboratorium LSIH. Sedangkan
S mutu `Kadar protein rata-ra
rata pada masing-
protein menggunakan perh rhitungan dengan masing sampel biskuit bayii dapat
d dilihat pada
menentukan pada jenis dan an proporsi asam tabel :
amino yang dikandung pada a biskuit substitusi
dengan menghitung Asam m Amino, Asam Tabel 4. Kadar Protein pada
pa Biskuit Bayi
amino pembatas, mutu cern rna, INet Protein yang Disubstitusi dengan Tepung
Te Hanjeli dan
Utilizztion. Proses pembuat atan biskuit bayi Tepung Tempe (per 100 gra ram) dari Berbagai
dilakukan di laboratorium penyelenggaraan
p Substitusi
makanan Jurusan Gizi Faku kultas Kedokteran Kadar Protein
Universitas Brawijaya Malang g. Kadar Protein (gr/100
00gr) Rata - rata ± SD
Perlakuan Menurut Replikas si (gr/100 gr)

3.2 Pembuatan Substitu tusi Biskuit Bayi


Membuat substitusi bis
iskuit bayi dengan I II III IV

tepung hanjeli dan tepung tem


empe. Bahan baku
yang digunakan antara lain in tepung terigu, P0 6,53 6,43 6,41
1 6,41 6,44 ±0,03a
tepung hanjeli, tepung tempe,
e, butter unsalted, 14,88 ±
dan gula halus. Dalam pene nelitian ini biskuit P1 14,74 14,8 14,96
96 15,02 0,06b
menggunakan teknik pan nggang dengan 12,62 ±
dioven dengan mengatur ur suhunya
su secara P2 12,94 12,77 11,66
66 13,1 0,33c
tepat yakni 175 ̊C agar dapa at matang secara
10,90 ±
merata. Penambahan formul ulasi ini bertujuan P3 11,18 11,26 10,57
57 10,6 0,18d
mengetahui perningkatan kad adar protein pada
biskuit bayi yang disubstitus
usi tepung hanjeli
P4 8,28 8,16 8,48
8 8,66 8,39 ± 0,11e
dan tepung tempe
Keterangan : Notasi menunju
njukkan perbedaan
yang signifikan
3.3 Formulasi Biskukuit Bayi yang
Keterangan :
Disubstitusi dengan Tepun
ung Hanjeli dan
P0 : Kelompok perlakuan n tanpa substitusi
Tepung Tempe
tepung hanjeli da tepun
ung tempe 0%
P1 : Kelompok perlakuan dengan
d substitusi
Bahan Berat dalam Formulasi
F (gr)
tepung hanjeli sebesar
ar 10% dan tepung
0 1 2 3 4 tempe sebesar 40%
Tepung terigu 100 50 5
50 50 50 P2 : Kelompok perlakuan dengan
d substitusi
tepung hanjeli sebesar
ar 20% dan tepung
tempe sebesar 30%
Tepung Hanjeli 0 10 3
30 20 40 P3 : Kelompok perlakuan dengan
d substitusi
TepungTempe 0 40 2
20 30 10 tepung hanjeli sebesar
ar 30% dan tepung
Butter Unsalted 125 125 1
125 125 125 tempe sebesar 20%
P4 : Kelompok perlakuan dengan
d substitusi
tepung hanjeli sebesar
ar 40% dan tepung
Gula Halus 65 65 6
65 65 65
tempe sebesar 10%
Berdasarkan hasil uji normalitas data
Proses pembuatan n biskuit bayi dengan menggunakan ShapiroSh wilk test,
disubstitusi dengan tepung ha
hanjeli dan tepung didapatkan hasil yang sign gnifikan, dimana p
tempe dimulai dengan menca campurkan tepung >0.05 sehingga dapat dipe eroleh kesimpulan
terigu, tepung hanjeli, tepun
ung tempe, butter bahwa data terdistribusii secara normal.
unsalted dan gula halus. Kemudian
Ke bahan- Berdasarkan hasil uji sta tatistik One Way
bahan tersebut dicampur da an diaduk hingga ANOVA pada tingkat keperc ercayaan 95% (p <
adonan tercampur rata. Tahahapan selanjutnya 0,05) menunjukkan bahw hwa penambahan
adalah penggilingan adonan an menjadi pipih tepung hanjeli dan tepung tempe
te memberikan

15
BIMGI Volume 3 No.1 | Ja
Januari - Juni 2015
perbedaan yang signifikan n ( p = 0,00) Tabel 5. Perhitungan Mutu CCerna Biskuit Bayi
terhadap kadar protein sebagai bahan Substitusi Tepung Hanjeli dan
da Tepung Tempe
substitusi tepung terigu dala
alam biskuit bayi.
Berdasarkan rata-rata kada dar protein pada Proporsi Kandungan SAA MC NPU
masing–masing sampel biskuit
bis bayi nilai Tepung Terigu : Protein (g)
Tepung Hanjeli
tertinggi ditunjukkan pada sam
ampel P1 (biskuit : Tepung Tempe
bayi dengan penambahan ssubstitusi tepung
hanjeli 10% dan tepung tempe
tem 40%) yaitu
sebesar 14,88 ± 0,06 gr/1 r/100 gr sampel.
P0 (100 : 0 : 0) 9 46,73 96 44,86
Sedangkan rata-rata kadarr protein
p terendah
ditunjukkan pada sampel P0 P (biskuit bayi P1 (50 : 10 : 40) 13,92 89,40 92 82,25
tanpa penambahan substitus usi tepung hanjeli P2 (50 : 20 : 30) 12,94 69,63 90,7 63,15
dan tepung tempe 0%) yaitu tu sebesar 6,44 ±
P3 (50 : 30 : 20) 11,96 53,71 90 48,34
0,03 g/100 gr sampel. Hasil H uji statistik
dengan menggunakan Postt Hoc H Tukey yang P4 (50 : 40 : 10) 10,98 34,77 89,2 31,01
menunjukkan hasil bahwa a antara perlakuan
tanpa substitusi tepung hanjel
jeli 0% dan tepung Pada tabel diatas me enunjukkan bahwa
tempe 0% (P0) dengan perl rlakuan substitusi setiap penambahan tepun ung tempe pada
tepung hanjeli 10% dan tep pung tempe 40% komposisi substitusi bisk skuit bayi dapat
berbeda signifikan. meningkatkan mutu prote tein seperti Skor
Asam Amino dan Net Protei tein Utilization, juga
meningkatkan mutu cerna.. Produk dengan
nilai kadar protein, Skor asa
sam amino dengan
pembatas lisin ,dan NPU tertinggi terdapat
pada perlakuan P1 (tepung ng terigu : tepung
hanjeli : tepung tempe 50:1 :10:40) sedangkan
produk dengan mutu cerna a tertinggi terdapat
pada perlakuan P0 (tepung ng terigu : tepung
hanjeli : tepung tempe = 100 0:0:0).
Pada Penelitian ini mu utu cerna tertinggi
terdapat pada perlakuan P0 (tepung terigu :
tepung hanjeli : tepung tempe
te = 100:0:0),
namun pada perlakuan P1 P P0 (tepung terigu :
tepung hanjeli : tepu
pung tempe =
50:10:40)mampu memenuhi hi mutu cerna dari
bayi yaitu lebih dari 80
Pada penelitian ini,, kandungan
k asam
amino tepung hanjeli dis isamakan dengan
kandungan asam amino da ari jali, sedangkan
kandungan asam amino o tepung tempe
disamakan dengan kandun ngan asam amino
dari tempe dikarenakan be elum adanya data
3.5 Mutu Protein tentang kandungan asam a amino dari tepung
Mutu Protein pada b biskuit substitusi hanjeli dan tepung tempe
tepung hanjeli dan tepung ng tempe dinilai
dengan menggunakan Sko or Asam Amino 4. PEMBAHASAN
(SAA), Mutu Cerna (MC),, dan NPU (Net 4.1 Pengaruh Substitus si Tepung Hanjeli
Protein Utilization). Hasil pe
perhitungan mutu dan Tepung Tempe terhadap Kadar
protein dari produk tersebutut disajikan pada Protein Biskuit Bayi
tabel berikut ini: Dari hasil analisis mmenggunakan uji
statistik One Way Anov ova pada tingkat
kepercayaan 95% (p < 0,0 0,05) menunjukkan
bahwa tepung hanjeli dan an tepung tempe
memberikan perbedaan yan ng signifikan ( p =
0,00) terhadap kadar proteitein sebagai bahan
substitusi tepung terigu dalam
da biskuit bayi.
Berdasarkan rata-rata kad adar protein pada

16 BIMGI Volume 3 No.1 | Januari-Juni


J 2015
masing-masing sampel bis iskuit bayi, nilai serealia, asam amino pem mbatasnya adalah
tertinggi ditunjukkan pada da sampel P1 lisin. Pada perlakuan P0 hingga
h P4, asam
(kelompok perlakuan pertam ma) yaitu biskuit amino pembatasnya adalah h lisin. Lisin adalah
bayi dengan penambahan ssubstitusi tepung salah satu asam amino yan ang sangat reaktif,
hanjeli 10% dan tepung te tempe 40% yaitu karena mengandung gru rup asam amino
sebesar 14,88 ±0,06 gr/1 /100 gr sampel. “bebas” yaitu epsilon-ami mino yang dapat
Sedangkan rata-rata kadarr protein
p terendah berikatan dengan senyaw wa-senyawa lain.
ditunjukkan pada sampell P0 (kelompok Reaksi dengan senyawa lain la tersebut tidak
kontrol) yaitu biskuit bayi tannpa penambahan dapat diserap dan digunaka an oleh tubuh. Hal
substitusi tepung hanjeli dan an tepung tempe ini dianggap dapat merugi gikan karena lisin
0% yaitu sebesar 6,44 ± 0,03 g/100 gr termasuk dalam asam amin ino esensial yang
sampel. Sedangkan jika diban andingkan dengan seringkali menjadi asam amimino pembatas dari
masing-masing perlaku
kuan, maka protein nabati, terutama serealia.
se Jika lisin
penambahan tepung hanje njeli (10%) dan terikat dalam rantai polipept
ptida suatu protein,
tepung tempe (40%) pada da perlakuan P1 reaksinya dengan senya yawa lain dapat
memiliki kadar protein meningkat
m yang mengakibatkan penurunan daya d cerna protein
signifikan dibandingkan de engan kelompok (Muchtadi, 2010). Oleh ka karena itu apabila
perlakuan kontrol. Hal ini i dikarenakan asam amino pembatas yaitu ya lisin tersedia
kandungan protein pada tep epung hanjeli dan dalam jumlah cukup skore e asam amino>80,
tepung tempe lebih tingg ggi dibandingkan maka mutu cerna dari prod oduk tersebut akan
kandungan protein pada tep epung terigu (9,0 lebih baik. Yang dapatt dilakukan untuk
gr/100 gr) sehingga se semakin banyak menambah jumlah pada m mutu cerna dari
penambahan tepung tepun ng tempe pada produk tersebut diperlukan substitusi dengan
pembuatan biskuit bayi, maka m kandungan menambahkan bahan lain seperti substitusi
protein dalam biskuit semakin in meningkat. tepung labu kuning yang mampu
meningkatkan mutu cerna dalam
da produk.
4.2. Mutu Protein Produ duk Biskuit Bayi 4.3. Mutu Cerna
Substitusi Tepung Hanj njeli dan Tepung Berdasarkan hasil an nalisa mutu cerna
Tempe dari produk biskuit bayi substitusi
s tepung
Berdasarkan hasil ana nalisa skor asam hanjeli dan tepung tempe,, didapatkan mutu
amino biskuit bayi kontrol dan d biskuit bayi cerna paling tinggi terdapa at pada kelompok
substitusi tepung hanjeli dan an tepung tempe perlakuan P0 dengan ko komposisi tepung
didapatkan skor asam amiino yang paling hanjeli dan tepung tempe e 0 : 0. Hal ini
tinggi terdapat pada perlaku kuan P1 dengan dikarenakan tepung terigu gu memiliki mutu
komposisi tepung hanjeli 10% 10 dan tepung cerna lebih tinggi daripada te
tepung hanjeli dan
tempe 40% yaitu dengan skor sk asam amino tepung tempe yaitu sebesarr 96.
89,40 . Perhitungan mutu ce erna menunjukkan
Skor Asam Amino (SAA) adalah jumlah bagian dari protein asam
a amino yang
perhitungan teoritis yang d digunakan untuk dapat diserap tubuh diban andingkan dengan
menghitung nilai biologis is dari protein yang dikonsumsi. Perhitunga an mutu cerna ini
dikonsumsi. SAA menunjukk kkan proporsi dari merupakan cara teoritis unt ntuk menaksir nilai
asam amino esensiall yang dapat mutu cerna yang dilakukan n melalui penelitian
dimanfaatkan oleh tubuh uh dibandingkan bio-assay. Berdasarkan standar
sta dari mutu
dengan yang diserap (H Hardinsyah,1989). cerna yang dikonsumsii berkisar 85-92
Pada perhitungan SAA pa ada biskuit bayi (Hardinsyah, 1989). Mutu ccerna dari biskuit
substitusi bernilai antara 34,9
4,95-89,40. Hal ini bayi substitusi tepung ha anjeli dan tepung
menunjukkan bahwa sekitarr 34,95%-89,40% tempe sudah memenuhii standar. Hal ini
dari asam amino esensial yan ang diserap dapat dikarenakan pada taraf per erlakuan P1 - P4,
dimanfaatkan oleh tubuh.. Tepung tempe mutu cerna biskuit bayi substitusi
s tepung
merupakan penyumbang pr protein terbanyak hanjeli dan tepung tempe e berkisar antara
pada produk biskuit bayi sub bstitusi. Sehingga 89,2-92. Hal ini menunjukka kan bahwa sekitar
semakin banyak penambahan an tepung tempe, 89,2%-92% dari asam amin ino esensial yang
semakin tinggi kadar protein darid produk yang dikonsumsi dapat diserap oleh
ole tubuh.
dihasilkan. Dengan tinggin ginya kandungan 4.4 Net Protein Utilizatition (NPU)
protein, pembaginya pun akan an semakin tinggi. Berdasarkan hasil analisa
an Net Protein
Asam amino esensiall yang jumlahnya Utilization dari produk bisku
kuit bayi substitusi
kurang dalam bahan ma akanan disebut tepung hanjeli dan tepung tempe,
te didapatkan
sebagai asam amino pem embatas. Dalam hasil tertinggi terdapat pada kelompok

17
BIMGI Volume 3 No.1 | Ja
Januari - Juni 2015
perlakuan P1 dengan ko omposisi tepung 5. KESIMPULAN
tempe 40% yang nilainya seb ebesar 82,25. Hal 1. Terdapat peningkat atan kadar protein
ini disebabkan NPU dipeng ngaruhi oleh nilai dan mutu protein n pada substitusi
skor asam amino dan nilai nil mutu cerna. tepung tepung han anjeli dan tepung
Tepung tempe memiliki mu mutu cerna lebih tempe pada biskuit MP-ASI bayi.
rendah dibandingkan dengan an tepung terigu. 2. Substitusi tepung hanjeli
ha dan tepung
Sedangkan produk yang memiliki m tepung tempe biscuit MP-ASI bayi
tempe tertinggi memiliki nilaii S SAA paling tinggi berpengaruh sec
ecara signifikan
karena kandungan proteinny nya paling tinggi, terhadap peningkata atan kadar protein.
sehingga semakin sedikit pu pula pembaginya. Semakin banyak substitusi
s tepung
Hal ini dapat mempengaru ruhi Net Protein tempe yang ditam mbahkan semakin
Utilization-nya. tinggi kadar protei tein dalam biskuit
Net Protein Utilizatio tion menunjukkan tersebut.
bagian protein yang dapat dimanfaatkan
dim oleh 3. Produk biskuit ssubstitusi tepung
tubuh dibandingkan yang d dikonsumsi. Nilai hanjeli dan tepung
t tempe
NPU pada biskuit bayi substitusi su tepung berpengaruh sec
ecara signifikan
hanjeli dan tepung terigu berkisar antara terhadap mutu prot otein (SAA, Asam
31,18–82,25. Hal ini menun unjukkan 31,18%- Amino Pembatass, dan NPU),
82,25% protein yang dik ikonsumsi dapat sedangkan untuk mutu m cerna masih
dimanfaatkan oleh tubuh. P Perlakuan terbaik berpengaruh secara ra signifikan.
pada penelitian ini ya aitu pada P1 4. Perlakuan terbaik yang
ya terpilih adalah
(50%:10%:40%). P1 yaitu dengan n substitusi 10%
4.5 Implikasi Penelitian tepung hanjeli dan 40%4 tepung tempe
Biskuit bayi substitusi si tepung hanjeli baik dalam kadarr protein sebesar
dan tepung tempe dapat dij dijadikan alternatif 14,88 gr/100gr mau upun mutu protein
sebagai MP-ASI karena mem emiliki kandungan lisin dengan skor 89,9,40 mg.
protein yang cukup un ntuk memenuhi
kebutuhan protein bagi bayii 8 bulan sebesar SARAN
93% dari total kebutuhan pro rotein bayi sehari. 1. Diperlukan mod
odifikasi terkait
Selain itu Skor Asam Amino o dan Net Protein formulasi sehingga p pemipihan adonan
Utilization dari produk mampu untuk dapat sesuai ketebalannya.
memenuhi kebutuhan protei tein bayi 8 bulan Diperlukan penggun unaan oven yang
sebesar 89,40 mg. Namun mutu cerna dari dapat mengatur suh hu dan waktu yang
produk ini dianggap kuran ang cukup tinggi tepat dalam pembu buatan biskuit bayi
karena bahan penyusunnya ya tepung tempe ini.
yang memiliki mutu cerna a yang rendah, 2. Diperlukan proses d dan alat yang lebih
sehingga tidak mampu meme menuhi kebutuhan terstandar agar adonan dapat
mutu cerna dari bayi 8 bulan n yyaitu sebesar 52. seragam dalam kete etebalannya. Untuk
Takaran saji untuk bayi da dapat mencukupi menghasilkan produ duk yang seragam
kebutuhan protein dalamm sehari yaitu diperlukan penggun naan alat pemipih
mengkonsumsi biskuit sebany nyak 10-12 keping adonan atau mesin sin ( roller cutting
biskuit perhari. machine/ biscuit mo
moulding machine).
4.6 Keterbatasan Peneliti itian Diperlukan oven yang mampu
Pada penelitian biskui uit bayi substitusi mengatur suhu dan n waktu yang tepat
tepung hanjeli dan tepun ung tempe ini, dalam pembuatan bi biskuit bayi ini.
keterbatasan penelitian nnya masih 3. Penelitian lanjutanan yang dapat
menggunakan alat sedederhana dalam dilakukan adaalah dengan
pembuatannya yaitu denga gan penggunaan menganalisis kad
adar karbohidrat,
oven dengan suhu tidak sta tabil dan rollerpin. lemak, kadar air ir dan pengujian
Sehingga pada penelitian an biskuit bayi organoleptik.
selanjutnya sebaiknya men nggunakan oven
dengan suhu yang stabil serta se pengukuran
DAFTAR PUSTAKA
waktu yang tepat agar hasil ha dari produk
1. Zaki, Ibnu. Pe
Pengaruh Lama
biskuit bayi lebih maksim imal dan mesin
Penyimpanan Ter
erhadap Kualitas
pencetak adonan agar keteb balan dari produk
Mikrobiologi Biskui
uit Bayi Dengan
sama..
Substitusi Tepung
ng Labu Kuning
(Cucurbita Moschat
atta) dan Tepung

18 BIMGI Volume 3 No.1 | Januari-Juni


J 2015
Ikan Patin (Pangasiu sius spp) sebagai gizi.depkes.go.id/asi/si/Pedoman%20M
MP-ASI. Artikel Pen nelitian. Program P-ASI%20Lokal.pdf . Diakses tanggal
Studi Ilmu Gizi Faku kultas Kedokteran 20Juni 2013 pukul 21.41WIB.
21 2006.
Universitas Diponeg goro. Semarang. 10.Almatsier, S. Prinsipsip Dasar Ilmu Gizi.
2011 Jakarta: PT.Gram amedia Pustaka
2. Norbertus, R. Kont ntribusi Zat Gizi Utama. 2003.
Makanan Pendampin ping Air Susu Ibu 11.Rachmawati, M; Su umiyati; Fransisca.
terkait Status Gizi Bayi
B 6-12 Bulan. Seri Panduan Us Usaha : Tepung
Thesis. Tidak dipublikasikan. Tempe. Jakarta : LIP IPI Press. 2000.
Universitas Diponego oro. 2011 12.Ministry of health’s h’s New Zealand.
3. Kusumawardani, B. Hubungan
H Praktik Food and Nutrition ion Guidelines for
Higiene Sanitas
asi Makanan Healthy Infants and nd Toddlers (Aged
Pendamping Air Susu Su Ibu (MP-ASI) 0–2): A background d paper (4th Ed) –
Tradisional Dengan n Kejadian Diare Partially Revised D December 2012.
Pada Anak Usia 6-24 24 Bulan Di Kota Wellington: Ministryy o of Health. 2008.
Semarang. Skripsi.. Dipublikasikan. 13.Sulastri, T.A. Penga ngaruh Konsentrasi
Universitas Diponego oro. 2010 Gum Arab Terhadap ap Mutu Velva Buah
4. Rustanti, N; Noer, R; Nurhidayati, Nenas Selama Peny enyimpanan Dingin.
Daya Terima dan Kan andungan Zat Gizi 2008. Skripsi. Dipublikasikan.
Biskuit Bayi seba
bagai Makanan Fakultas Pertania
nian Universitas
Pendamping ASI dengande Substitusi Sumatera Utara.
Tepung Labu Kun uning (Cucurbita 14.Ono, WH. Cita Rasa asa Prima. Jakarta:
moshichata) dan Tep epung Ikan Patin Setia Kawan. 2008.
(Pangasius spp). Artikel. Jurnal 15.SNI01-2973-1992. Mutu M dan Cara Uji
Aplikasi teknologi P Pangan. (1): 3. Biskuit.http://sisni.bssn.go.id/index.php
(2012). ?/sni_main/sni/detailil_sni/3346.
5. Persatuan ahli gizi IIndonesia. Tabel Diakses tanggal 4 Maret M 2013 pukul
Komposisi Panga
gan Indonesia. 18.34WIB.
Jakarta: PT. elex me edia komputindo.
2009.
6. Mulyati, Efi. Hanjelili Sebagai Bahan Riwayat Penu
nulis
Dasar Brownies. Institut
In Pertanian Nama : Febryana MMegawati S.Gz
Bogor, Bogor. 2008. Tempat : Malang
7. Bastian, F; Ishak,E; E; Tawali, A B; Tanggal Lahir : 11 Februar
ari 1992
Bilang, M. Daya a Terima dan Pendidikan : S1
Kandungan Zat Gizi zi Formula
F Tepung Jurusan : Gizi
Tempe dengan Pen enambahan Semi Fakultas : Kedokteran
an
Refined Carrageena nan (SRC) dan Universitas : Brawijaya
Bubuk Kakao. Re esearch Article.
Program Studi dan Te Teknologi Pangan
Universitas Hasanud uddin Makassar,
Indonesia. 2008.
8. Rustanti, N; Noer, R; R Nurhidayati .
2012, Daya Terima a dan Kandungan
Zat Gizi Biskuitt Bayi sebagai
Makanan Pendampin ping ASI dengan
Substitusi Tepung g Labu Kuning
(Cucurbita moshichathata) dan Tepung
Ikan Patin (Pangasiu sius spp). Artikel.
Jurnal Aplikasi teknolologi Pangan. (1):
3Amirshahrokhi, A.R. R. Dehpour a, J.
Hadjati b, M. Sotoud deh c, M. Ghazi-
Khansari. 7 Methado done ameliorates
multiple-low-dose streptozotocin-
induced type. Diabete tes 44:40. 2008
9. Depkes RI. Ped
edoman Umum
Pemberian Makanan n Pendamping Air
Susu Ibu (MP-ASI) I) Lokal. Jakarta.

19
BIMGI Volume 3 No.1 | Ja
Januari - Juni 2015
HUBUNGAN ASUPAN KARBOHID DRAT DAN
Penelitian
n INDEKS MASSA TUBUH PADA WA ANITA
PREMENOPAUSE DAN POSTMEN NOPAUSE
DI INDONESIA (ANALISIS RISKES
SDAS 2010)
1 2 2
M. Rizal Permadi , Idrus Jus’at , Nadiyah
1
Nutrisionist Universitas Esa Unggul Jakarta
2
Program Studi Ilmu Gizi FIKES Universitas Esa Unggu
ggul Jakarta
Jalan Arjuna Utara No. 9, Kebon Jeruk
Jakarta Barat, DKI Jakarta 11510
Email : permadi.kakak@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang: Di Indonesia, angka kejadian obesitas pa ada wanita


premenopause 21,6% dan wanita postmenopause 20,3%. Penelitian ian bertujuan
mengetahui hubungan n asupan karbohidrat dan indeks massa tubuh padap wanita
premenopause dan po ostmenopause di Indonesia. Metode: Data yang g digunakan
adalah Riskesdas 201 10 dengan pendekatan Cross-sectional dan des esain survey
analitik. Sampel yang d
didapat adalah 6057 wanita premenopause dan 47874 wanita
postmenopause. Peng gujian statistic menggunakan uji korelasi Pears
rson Product
Moment dan uji ana nalisis regresi berganda. Hasil: Karakteristik responden
didapatkan wanita preremenopause tinggal di wilayah perkotaan seban anyak 3.540
orang dan perdesaa an 2.517 orang, sedangkan pada wanita postm stmenopause
tinggal di wilayah perk
rkotaan sebanyak 2.733 orang dan perdesaan 2.054
2. orang.
Rata-rata indeks mas assa tubuh wanita premenopause 23,5±3,6 kkg, asupan
karbohidrat 207,3±67 7,1 gr dan rata-rata indeks massa tubu buh wanita
postmenopause 23,32 32±3,6 kg, asupan karbohidrat 204,4±66,5 gr. g Asupan
karbohidrat dan indeksks massa tubuh berhubungan secara bermakna na (p<0,05).
Kesimpulan: Hubunga gan antara asupan karbohidrat dan indeks ma assa tubuh
lemah, dengan intreprpretasi semakin tinggi asupan karbohidrat m maka indeks
massa tubuh akan se semakin rendah . Status menopause merupaka kan variabel
terkuat yang mempeng garuhi indeks massa tubuh pada wanita premeno nopause dan
postmenopause.

Kata kunci: indeks mas


assa tubuh, asupan karbohidrat.

ABSTRACT

Background: In Indononesia, the incidence of obesity is 21.6% in prem


emenopausal
women and 20.3% of o postmenopausal women. Objective: To id identify the
relationship betweenn intake of carbohydrates and body mass ss index in
premenopausal and popostmenopausal women in Indonesia. Methods: We W use data
Riskesdas 2010 with a cross-sectional study and analytical survey design.
d The
samples obtained were
ere 6057 premenopausal women and 4787 postm stmenopausal
women. The data wereere analyzed using pearson product moment corr orrelation test
and multiple regression
ion analysis test. Results: There were 3540 corre
rrespondents
obtained as premenopapausal women living in urban areas as many as 3,540
3, people
and 2,517 women live e in rural, whereas in postmenopausal women liv live in urban
areas as many as 2,733
33 people and 2,054 women live in rural. Average
e body mass
index of premenopausasal women is 23.5 ± 3.6, 207.3 ± 67.1 grams carbohydrate,
ca
meanwhile in postmen enopausal women is 23.32 ± 3.6, 204.4 ± 6 66.5 grams
carbohydrate. Carbohyhydrate intake and body mass index were significantly
s
associated (p <0.05). Conclusions:
C The relationship between carbohyd
ydrate intake

20
BIMGI Volume 3 No.1 | Januari
Ja - Juni 2015
and body mass indexx iis weak with interpretation the higher carbohydra
drates intake,
the body mass indexx would be lower. Menopausal status was the strongest
variable affecting bod
ody mass index in premenopausal and postm stmenopausal
women.

Keywords: body mass


ss index, intake of carbohydrates.

1. PENDAHULUAN asupan karbohidrat, sebabagai determinan


indeks massa tubuh wanitita premenopause
Jumlah penduduk lan njut usia (lansia) dan postmenopause di Indon
onesia.
senantiasa mengalami peni ningkatan seiring
dengan makin meningkatnyya usia harapan
hidup. Indonesia termasuk negara
ne berstruktur 2. METODE
tua, dapat dilihat dari persent
ntase pendudukan 2.1 Tempat Dan Waktu tu Penelitian
lansia pada tahun 2008, 2009 09 dan 2012 telah Penelitian ini men enggunakan data
mencapai lebih dari 7%, p penduduk lansia sekunder yang bersumber dari hasil Riset
tertinggi berjenis kelamin p perempuan yaitu Kesehatan Dasar Kement nterian Kesehatan
sebesar 8,2%. Perhitu
tungan statistik Republik Indonesia tahun 2 2010. Pengolahan
memperkirakan di tahun n 2020 jumlah dan analisis data dilakukan pada bulan April
penduduk Indonesia akan mencapai m 262,6 2014, lokasi penelitian melip
liputi 33 provinsi di
juta jiwa dengan jumlah p perempuan yang Indonesia.
hidup dalam usia menopausse adalah sekitar
30,3 juta jiwa dan jumlah laki-laki di usia 2.2 Desain Penelitian
1
andropause akan mencapai ai 24,7 juta jiwa . Desain penelitian adalah survei
Obesitas saat ini sudah m menjadi masalah berskala besar dengan desi sign potong lintang
global. Prevalensinya mening ngkat tidak saja di (cross-sectional).
negara maju tapi juga di negara-negara
berkembang. Sebuah penelit litian pada wanita 2.3 POPULASI DAN SAMPELSA
di Spanyol menunjukkkan obesitas Populasi pada pene nelitian ini adalah
berhubungan dengan mu unculnya gejala semua wanita usia premeno nopause yakni 45-
menopause berat, peneliti litian di Yunani 49 tahun dan postmenopa pause yakni 50-54
sekitar 44 % wanita postmen nopuase memiliki tahun di Indonesia. Adapu pun sampel pada
berat badan lebih, dari angka tersebut penelitian ini adalah 6057 wanita
2,3,3
20%nya menderita obesitas . premenopause usia 45-49 9 tahun dan 4787
Berdasarkan hasil Riskesdas
R 2010 wanita postmenopause usia sia 50-54 tahun di
bahwa status gizi obesitas lan
lansia pada wanita Indonesia yang memiliki IMT IM antara 16-35
umur 45 -49 dan 50 - 54 tah hun menunjukkan dan memilki kelengkapan n data-data yang
angka yang tertinggi. Dap pat dilihat pada menjadi variabel penelitian.
obesitas wanita lansia umur ur 45-49 tahun
berdasarkan IMT 21,6% dan an obesitas pada 2.4 ANALISIS DATA
wanita lansia umur 50-54 tah ahun berdasarkan
IMT 20,3%. Penelitian yan ang dilakukan di Analisis deskriptif dilakukan untuk
China menemukan terdapatt hubungan yang mengetahui distribusi frekue
uensi dari variabel
bermakna antara makanan n atau minuman yang diteliti dalam penelitlitian ini variabel-
4
manis dengan obesitas pada wanita . variabel yang diteliti melipu
iputi wilayah, usia,
Penelitian lain menunjukk kkan karbohidrat IMT, dan asupan karbohidrat
rat. Analisis korelasi
berhubungan positif dengan o obesitas (r=0,38, Pearson Product Moment mencari
m hubungan
5
p=0,01) (R2=0,46, p<0,000 001) . Penelitian variabel bebas yaitu asu supan karbohidrat
yang dilakukan di Kota Padang P Panjang dengan variabel tak beb bas yaitu Indeks
dengan metode cross sectio tional pada wanita Massa Tubuh (IMT). Analisis regresi
usia 25-50 tahun menunjukan an bahwa adanya menemukan model regresii yyang paling sesuai
hubungan antara asupan kar arbohidrat dengan untuk menggambarkan fa faktor-faktor yang
6
kegemukan . berhubungan dengan varibel el dependen.
Tujuan penelitian ini in yaitu untuk
menganalisis hubungan asu supan karbohidrat
dan IMT pada wanita premenopause
postmenopause di Indonesia
In dan
menganalisis faktor status m menopause serta

21
BIMGI Volume 3 No.1 | Janua
uari - Juni
3. HASIL
Rata-rata umur respononden berusia 45–
4000 49 tahun yaitu 46 tahun 8 b bulan ± 1 tahun 4
bulan. Dari tabel dapat ter erlihat bahwa usia
3000 terendah wanita premenopa ause 45 tahun dan
usia tertinggi wanita premen nopause 49 tahun.
2000 Perkotaan Sedangkan rata-rata umur responden
re berusia
50 – 54 tahun yaitu 51 tahunta 7 bulan ± 1
1000 Perdesaan tahun 4 bulan. Dari tabel dap
apat terlihat bahwa
usia terendah wanita pos ostmenopause 50
0 tahun dan usia te
tertinggi wanita
postmenopause 54 tahun.
Pre Post
Tabel 2. Indeks Massa Tubu
buh Premenopause
Grafik 1. Distribusi Wanita Premenopause
P dan Postmenoppause
dan Postmenopause Berdas asarkan Wilayah

Distribusi wanita prem


emenopause dan IMT Pre Post
postmenopause dibagi menjadi dua (n = 605
57) (n = 4787)
berdasarkan wilayah yaknii Perdesaan dan
perkotaan. Perdesaan yang d dimaksud adalah Mean 23.48 23.32
kesatuan wilayah yang dihun uni oleh sejumlah Median 23.10 22.90
keluarga yang dikepalai olehh seorang kepala
desa yang sebagian pendu duduknya bekerja Mode 22.0 22.0
pada sektor petanian, sedanangkan perkotaan Std. 3.63 3.63
ialah daerah permukiman yang y terdiri atas
Deviation
bangunan rumah yangg meru rupakan kesatuan
tempat tinggal dari be erbagai lapisan Minimum 16.0 16.0
masyarakat, dengan kepad adatan penduduk Maximum 35.0 35.0
yang tinggi serta fasilitasas modern dan
sebagian besar penduduknya ya bekerja di luar Berdasarkan tabell di atas dapat
7
pertanian . diketahui bahwa dari 6057 6 responden
Pada grafik di atas tas menunjukkan premenopause, rata–rata a indeks massa
bahwa distribusi responden n premenopause tubuhnya sebesar 23,48 dengan standar
dengan persentase terbesar tinggal
t di wilayah deviasi 3,63. Sedangk
gkan responden
perkotaan yaitu sebanyak ak 3.540 orang postmenopause terdiri dari ri 4787 responden,
(58,44%) dan di wilayah perd
rdesaan sebanyak rata-rata memiliki indeks massa tubuhnya
2.517 orang (41,56%). Ada dapun responden 23,32 dengan standar deviasi 3,63.
postmenopause dengan pers rsentase terbesar Kebanyakan wanita prem emenopause dan
tinggal di wilayah perkotaann yaitu sebanyak postmenopause memiliki IMT T sebesar 22 atau
2.733 orang (57,09%) dan d di wilayah 6,2 % dari total seluruh samp pel.
perdesaan sebanyak 2.054 orang
or (42,91%).

Tabel 1. Usia Wanita Pre


remenopause dan Tabel 3. Asupan Karbohidra
rat Premenopause
Postmenopapause dan Postmenoppause

Asupan KH Pre Post


Usia Pre Post
(n = 6057
7) (n=
N 6057 4787 4787)
Mean 46.81 51,76 Mean 207.25 204,04
Median 47 52 Median 202.30 198.96
Mode 45 50 Mode 97.40 197.10
Std. 1.425 1.454 Std. 67.12 66.43
Deviation
Deviation
Minimum 50.38 52.15
Minimum 45 50
Maximum 399.44 399.90
Maximum 49 54

22
BIMGI Volume 3 No.1 | Januari - Juni
J 2015
Rata–rata asupan n karbohidrat tubuh akan berkurang 0,163
63. Selain itu dapat
premenopause sebanyak 207,25 20 gr dengan diprediksi setiap penambaha
han asupan 1 gram
standar deviasi 67,12 atau 53,96
53 % dari total karbohidrat maka indeks massa
m tubuh akan
energi. Dari tabel dapat terliha
ihat bahwa asupan menurun sebesar 0,284.
karbohidrat terendah premenopause
sebanyak 50,38 gr dan asu supan karbohidrat 4. PEMBAHASAN
tertinggi sebanyak 399,44 gr. g Adapun dari 4.1 Indeks Massa Tubuh h
4787 responden wanita postmenopause, Berdasarkan data ya yang didapat dari
rata–rata asupan karbohidrat at postmenopause penelitian ini. Rata–rata inddeks massa tubuh
sebanyak 204,04 gr dengan n standar deviasi wanita premenopause usia ia 45- 49 tahun di
66,43. Dari tabel dapat terliha
hat bahwa asupan Indonesia yaitu 23, 477 dengan standar
karbohidrat terendah postmenopause deviasi 3,63. Sedangkan rata–rata indeks
sebanyak 52,15 gr dan asu supan karbohidrat massa tubuh untuk wanita ita postmenopause
tertinggi sebanyak 399,90 gr. usia 50 – 54 tahun di Indo onesia yaitu 23,32
dengan standar deviasi 3,63 63. Penelitian yang
Tabel 4. Hubungan Asupan
n Karbohidrat
K dan dilakukan di Vietnam, dila ilaporkan rata–rata
Indeks Massa Tubuh Pre
remenopause indeks massa tubuh pada da wanita dewasa
danPostmenopaause umur>18 tahun sebe
besar 19,5±1,9.
Berdasarkan Survey Kons nsumsi Thailand
Pre Post pada tahun 2010 individu wanitadewasa
wa (18 -
70 tahun), rata – rata mem miliki indeks massa
8
IM
IMT IMT tubuh sebesar 23,1±4,5 . Perbedaan IMT
pada usia dewasa dikaren enakan perbedaan
9
proporsi tubuh antar invidu aatau populasi .
Asupan r -
-.028 -.033
Karbohidrat 4.2 Asupan Karbohidrat
at
(sig) .
.028* .024*
Berdasarkan hasilil yang diperoleh,
N 6
6057 4787 rata-rata asupan karbohid idrat total wanita
premenopause usia 45-49 ta tahun di Indonesia
*)
signifikan p < 0.05 adalah sebesar 207,2
,25+61,12 gram.
Sedangkan rata–rata asupan an karbohidrat total
Berdasarkan tabel dia
iatas dapat dilihat wanita postmenopause usia ia di 50-54 tahun di
bahwa terdapat hubungan yang signifikan Indonesia adalah sebesarr 198, 96±66,43.
(<0,05) antara asupan karboh
ohidrat dan indeks Menurut data Riskesdas 2 2010, wanita di
massa tubuh pada wanita preremenopause dan Indonesia umur 19-55 tahun rata–rata
10
postmenopause di Indonesia.. mengkonsumsi karbohidra rat 224 gram .
Berdasarkan Angka Kecuku kupan Gizi (2013)
Tabel 5. Pemodelan Hubungan
H kecukupan karbohidrat pada da wanita usia 30-
Status Menopause, Asupaan Karbohidrat 49 adalah 323 gram dan p pada wanita 50-64
11
Dan Indeks Massa
a Tubuh tahun adalah 285 gram . Oleh karena itu
asupan karbohidrat wanita ita premenopause
Model β Sta
tandar p-value dan postmenopause masih ih di bawah angka
ko
oef. β kecukupan yang dianjurkan.n. Survei Konsumsi
(Constant) 24,049 - 0,000 Thailand pada tahun 2010 10 individu wanita
Status dewasa (18-70 tahun)n), rata-rata
-0,163 0,022
-0, 0,020* mengkonsumsi karbohidratt sebesar 199,1 gr
Menopause 8
Asupan KH per hari . Pebedaan asu supan karbohidrat
-0,284 0,039
-0, 0,000* dapat terjadi karena perbe bedaan kebutuhan
energi, makanan sumber kkarbohidrat dapat
*)
signifikan p < 0.05 memenuhi setengah dari ri total kebutuhan
12
energi .
IMT = 24,049 – 0,163 (Statu
tus Menopause)-
0,284 (Asupan Karbrbohidrat)

Dengan model persa amaan ini maka


dapat diprediksi bahwa setia
tiap kenaikan satu
tahun status menopause makaka indeks massa

23
BIMGI Volume 3 No.1 | Januari - Juni
ni
4.3 ANALISIS KORELAS
ASI kenaikan usia satu tahun ma aka indeks massa
tubuh akan berkurang 0,034 34. Selain itu dapat
Hubungan Asupan Karbohid
idrat dan Indeks diprediksi setiap penamb bahan 1 gram
Massa Tubuh karbohidrat maka indeks ks massa tubuh
menurun sebesar 0,284.
Berdasarkan hasil penelitian dan Model analisis regres esi hanya mampu
perhitungan uji statistik den ngan uji korelasi memprediksi nilai IMT sebesar se 0,2%. Ini
pada wanita premnopause m menunjukkan ada berarti terdapat faktor lain ain yang mungkin
hubungan yang signifikan antara asupan mempengaruhi indeks ma assa tubuh pada
karbohidrat dengan indekss massa tubuh, wanita premenopause dan wanita
dengan nilai p = 0,028 (p≤ ≤0,05). Kekuatan postmenopause seperti
rti aktivitas fisik,
hubungan variabel asupan karbohidrat dan penyakit degeneratif, dan lain ain – lain.
indeks massa tubuh ditunjukk kkan dengan nilai Berdasarkan hasil uji uj analisis regresi
r= -0,028. Nilai Korelasi in ini menunjukkan variabel usia merupakan ssalah satu faktor
kekuatan hubungan antara a kedua variabel yang mempengaruhi indek eks massa tubuh
tersebut negatif lemah. Adap apun pada wanita karena berperan penting dalam da menentukan
postmenopause menunjukkan an ada hubungan pemilihan makanan. Selain ain itu pada usia
yang signifikan antara asu upan karbohidrat premenopause dan postm menopause terjadi
dengan indeks massa tubuh, h, dengan nilai p = penurunan sistem persarafan
pe yaitu
0,024 (p≤0,05). Kekuatan hubungan
hu variabel menurunnya hubunganan persarafan,
asupan karbohidrat dan inde deks massa tubuh mengecilnya saraf panca a indera. Sistem
ditunjukkan dengan nilai r = -0,033. Nilai gastrointestinal, kehilanga an gigi, indera
korelasi ini menunjukkan kek ekuatan hubungan pengecap menurun, esofag gus melebar, rasa
antara kedua variabel tersebu but negatif lemah. lapar menurun, peristaltik me elemah dan timbul
Hubungan negatif artinyaa semakin konstipasi, serta fungsi absropsi
ab melemah.
tinggi asupan karbohidrat ma aka IMT semakin Sistem endokrin menurunya a laju metabolisme
rendah. Hal ini mungkin n terjadi karena 13
.
terdapat variabel penggang nggu yaitu serat Pada penelitian inii variabel asupan
yang tidak dihitung asupan seratnya. Selain karbohidrat menujukkan ad adanya hubungan
itu pada penelitian ini tidak membedakan
me jenis yang signifikan dengan inde deks massa tubuh
karbohidrat kompleks da
dan karbohidrat dan dapat mengurangi inde deks massa tubuh
sederhana. Penelitian ini sejalan dengan pada wanita preme enopause dan
penelitian pada orang dewasa sa di Kota Padang postmenopause di Indo onesia. Hal ini
yang menyatakan terda
apat hubungan kemungkinan terkait d
dengan asupan
bermakna antara asupan kar arbohidrat dengan karbohidrat yang banyak dikonsumsi
di adalah
8
indeks massa tubuh (p<0 0,05) . Hal ini karbohidrat kompleks yan ang mengandung
mungkin disebabkan oleh jenis j karbohidrat serat sehingga kenaikan karbohidrat tidak
yang dikonsumsi, dimana karbohidrat
ka dibagi menyebabkan kenaikan inde deks massa tubuh.
menjadi dua jenis yaitu karbo bohidrat kompleks Jadi terdapat variabel sera rat yang mungkin
atau karbohidrat sederhan ana. Karbohidrat menjadi variabel penggangg gu dan tidak diteliti
sederhana lebih mudah dicer erna dibandingkan oleh peneliti, serta a
adanya penyakit
karbohidrat kompleks. komplikasi diabetes melitus tus, penyakit yang
banyak dijumpai pada lansia, la bisa jadi
4.4 ANALISIS REGRESI
SI merupakan variabel pengga ganggu yang tidak
diteliti. Sebagaimana dik iketahui penyakit
Analisis regresi dilak
akukan bertujuan
diabetes melitus cenderung ng mengakibatkan
untuk mendapatkan modell yang cocok (fit)
penderita tampak lebih kurus walaupun
dalam menggambarkan hubunganhu antara
dengan asupan karbohidratt yang y tinggi.
variabel dependen dan variariabel independen.
Hasil penelitian inii sejalan dengan
Selain itu nilai R square pada
da permodelan ini
penelitian yang menyatakan an bahwa asupan
sebesar 0,002 yang berarti rti kedua variabel
karbohidrat menjadi predikt iktor indeks massa
independen ini menjelaskan n variabel indeks 2 14
tubuh dengan nilai r sebesa sar 0,46 (0<0,01) .
massa tubuh sebesar 0,2 ,2 %. Hasil uji
Berdasarkan hasil pene nelitian NHANES
permodelan dapat menun unjukkan bahwa
(National Health and Nutri trition Examination
koefisien beta pada usia sebebesar -0,034 dan
Survey), asupan karbo
bohidrat mampu
nilai koefisien beta asup upan karbohidrat
menurukan berat badan, n, terutama jika
sebesar -0,284. Dengan demikian dari
mengkonsumsi karbohidrat kompleks yang
permodelan dapat diprediks ksi bahwa setiap 155
banyak mengandung serat . Penelitian yang

24
BIMGI Volume 3 No.1 | Januari - Juni
J 2015
dilakukannya selama 4 tahu
hun pada 120877 6. KESIMPULAN
pada pria dan wanita
ta di Amerika Hasil analisa korelas
lasi diketahui ada
menyimpulkan asupan kentan
ang menyebabkan hubungan negatif r = -0,028 8 dan signifikan (p
16
penurunan berat badan sebeesar 0,6 kg . = 0,028) antara asupan karbohidrat dan
indeks massa tubuh pada wanita
5. KETERBATASAN PENE
ELITIAN premenopause, sedangkan an pada wanita
postmenopause diketahuii ada hubungan
Data status menopause se dikelompokkan negatif r = -0,033 dan signinifikan (p = 0,024)
menggunakan umur, diam mbil berdasarkan antara asupan karbohidrat d dan indeks massa
jurnal dan penelitian-penel elitian terdahulu, tubuh pada wanita postme menopause. Olehk
sehingga tidak dapat me engetahui status karena itu wanita prem emenopause dan
menopause yang sesungguhn hnya. postmenopause diharapka an meningkatkan
Recall dalam Riskesda as 2010 ini hanya konsumsi karbohidrat terut rutama karbohidrat
menggunakan recall 1 x 24 jjam. Recall yang kompleks. Status menopa pause merupakan
dianggap representatif terhad adap pola makan variabel terkuat yang mem mpengaruhi indeks
sehari-hari adalah minimal 2 x 24 jam dan massa tubuh pada wanita pr premenopause dan
tidak berturut-turut. Sehingg gga hasil analisa postmenopause. Petuga
gas kesehatan
menjadi tidak sesuai dengan d konsep diharapkan memberikan titindakan promotif
pemikiran yang ada sebelumnya, se ini dan preventif melalui pen enyuluhan tentang
disebabkan oleh teknik pen engumpulan data pentingnya memperban
anyak asupan
asupan yang hanya menggu unakan recall 1 x karbohidrat untuk mempe pertahankan berat
24 jam . badan ideal agar terc rciptanya derajat
Selain itu kuesioner er recall 24 jam, kesehatan yang baik sesua uai dengan angka
yang memerlukan daya ingat at untuk menjawab kecukupan gizi yang direko komendasikan oleh
makanan yang sebelumlumnya mereka pemerintah dan perlu adany nya penelitian lebih
konsumsi, sedangkan wanita ita premenopause lanjut tentang hubungan ind deks massa tubuh
dan postmenopause yang g dilteliti sudah pada wanita preme enopause dan
memasuki usia lansia kelom ompk middle age postmenopause dengan variabel yang
(45- 59 tahun). Sehingga terjadi te penurunan berbeda seperti adanya asup upan serat, asupan
daya ingat terhadap kejadia ian atau kegiatan karbohidrat sederhana, asu supan karbohidrat
yang dilakukan. Sehingga a mengakibatkan kompleks, penyakit degene neratif (DM), dan
data mungkin saja menjadi kurang ku tepat. aktifitas fisik.
Selain itu pada pen nelitian ini tidak
diketahui secara jelas jenis asupan
karbohidrat, asupan lemak ak dan asupan DAFTAR PUSTAKA
kalsium serta adanya variab abel-variabel yang
bisa mempengaruhi indeks ks massa tubuh 1. Kementerian Keseha atan RI. Profil
seperti asupan serat, pen enyakit Diabetes Kesehatan Indonesia ia 2005. Jakarta:
Melitus (DM), serta aktifitass fisik yang tidak Departemen Kesehatan n RI. 2007.
diteliti pada penelitian ini. Bias
ias infrormasi yang 2. Fernandez, Alonso et.al. Obesity Is
dapat terjadi pada saat waw wancara misalnya Related To Increas ased Menopausal
pertanyaan dari enumeratorr tidak dimengerti Symptoms Among Spanish S Women.
oleh sampel. Hal ini dapa pat menyebabkan Journal Menopause Inte nternational Vol. 16
sampel menjawab tidak sesu suai bahkan tidak No. 3. (2010)
menjawab sama sekali. Kemungkinan
Ke lain 3. Lambrinoudaki I, Brinc incat M, Erel CT,
terjadi kecenderungan the flat lat slope syndrome Gambacciani M, Moen en MH, Schenck-
yaitu kecenderungan bagi rresponden yang Gustafsson K, et al. a 2010. EMAS
kurus untuk melaporkan ko onsumsinya lebih Position Statement: Managing
M Obese
banyak (over estimate) dan n bagi responden Postmenopausal Wo
Women. Journal
yang gemuk cenderung melaporkan m lebih Maturitas Vol. 66(3): 323
23-327. (2010)
17
sedikit (under estimate) . 4. Kim K, Yun SH, Choii BY, & KIM MK..
Metode analisis regressi pada penelitian 2008. Cross- Section tional Relationship
ini memiliki kelemahan yaitu ya tidak dapat Between Dietary Carboh ohydrate, Glycemic
digunakan untuk menililai persentase Index, Glicemic Load,, and Risk Of The
kontribusi asupan karbohidra rat terhadap IMT Metabolic Syndrome in a Korean
dan tidak dapat digu gunakan menilai Population. British Jou
ournal og Nutrition,
persentase kontribusi meno opause terhadap 100 (2008): 576-58.
perubahan IMT.

25
BIMGI Volume 3 No.1 | Januari - Juni
ni
5. Megan.,et al. Dietary Var ariety Within Food Jenderal Bina Gizi Da an Kesehatan Ibu
Groups : Association Wiith Energy Intake dan Anak. 2013.
And Body Fatness in Men M and Women. 12. Raylene, M. Penilaian ian Status Nutrisi.
American Journal of Clini
linical Nutrition Vol. 2008. 23 Mei 2014.
69 (1999): 440 – 447. <http://lyrawati.wordpres ess.com
6. Supeni, dkk. Kegemuka ukan (Overweight) /2008/07/penilaian-statu tus-nutrisi.pdf>
pada Perempuan Umur ur 25-50 tahun di 13. Nugroho. Keperawawatan Gerontik,
Kota Padang Panjang. 2007.2 Maret 2014 Jakarta: EGC. 200.
<www.jurnalkesmas.com m/index.php/kesm 14. Megan et al. Energyy Intake And Meal
as/article/view/61/50> Portions: Association
ions With BMI
7. Setawan, Ebta. Desa da dan Kota. Kamus Percentile In U.S.. North American
Besar Bahasa Indo
donesia. Badan Association For The Study S Of Obesity
Pengembangan dan Pem embinaan Bahasa (NAASO). 1999.
Kemendikbud. 2012. 15. Kant AK, Graubard B BI, Schatzkin A,
<http://kbbi.web.id/desa/k
a/kota> Ballard-Barbash R. Prop roportion Of Energy
8. Jitnarin, Nattine, Vongsv svat Kosulwat, et Intake From Fat Andsu subsequent Weight
al. Risk Factor for Overweight
O and
Change In The NHANE ES I Epidemiologic
Obesity among Thai Adu dults: Result of the
National Thai Food Cons nsumption Survey. Follow-Up Study. American Am Journal
Mdpi Journal Nutrients Vol.V 2 (2010); 60 Clinical Nutrition Vol. 61 1:1 (1995):11-17.
– 74. 16. Mozaffarian. Changes es In Diet and
9. World Health Organizati ation. Obesity and Lifestyle and Long- Ter erm Weight gain in
Overweight. WHO Medi dia Centre. 2015. Women and Men. The T New England
<http://www.who.int/med diacentre/factshe Journal Of Medicine. 20 011.
ets/fs311/en/index.html>
10. Kementerian Kesehahatan Republik 17. Supariasa, I Nyoman, n,et al,. Penilaian
Indonesia. Pedoman Pelayanan
P Gizi Status Gizi. Jakarta: EGC.
EG 2001.
Rumah Sakit 2013. Jak akarta : Direktorat 18. Mourbas, Iswanelly. Hubungan
H Jumlah
Jenderal Bina Gizi Dan an Kesehatan Ibu Konsumsi Makanan Ter erhadap IMT Orang
dan Anak. 2013. Dewasa di Kotamadya dya Padang 1996.
11. Kementerian Kesehahatan Republik Depok: Fakultas Keseh ehatan Masyarakat,
Indonesia. Pedoman Pelayanan
P Gizi Universitas Indonesia. 1997.
1
Rumah Sakit 2013. Jak akarta : Direktorat

26
BIMGI Volume 3 No.1 | Januari - Juni
J 2015
Penelitian
n SUBSTITUSI TEPUNG HANJELI DA
AN TEPUNG
TEMPE TERHADAP MUTU FISIK, ORGANOLEPTIK
OR
DAN KADAR KALSIUM PADA BISKKUIT MAKANAN
PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-A
ASI)
1
Lavrencia Annashopy R
1
Program Studi Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya
B
Jalan Veteran, Malang, Jawa Timur 65145
Email : lavrencia.annashopy@gmail.com

ABSTRAK
Latar Belakang: Kebut utuhan kalsium bayi 400 mg/hari. Walaupun tercukukupi dari susu dan
biskuit bayi komersialial, tidak semua masyarakat dapat menjangka kau susu formula,
sedangkan kandungan an kalsium biskuit bayi komersial berasal dari tambahan
ta premiks
mineral. Oleh karena ititu, diperlukan alternatif sumber kalsium alami, seperti
s hanjeli dan
tempe yang dilakukan an penepungan untuk disubstitusikan dalam biskuit,
bis agar dapat
memenuhi kebutuhan n kalsium harian bayi. Penelitian ini bertujuan u untuk mengetahui
kandungan mutu fisik,, organoleptik, dan kadar kalsium pada biskuit MP-ASI
M yang telah
disubstitusi dengan tepung
t hanjeli dan tepung tempe. Metode: e: Penelitian true
eksperimental dengan n rancangan acak lengkap dengan empat per erlakuan dan lima
replikasi (0%:0%:100,, 40%:30%:30%, 60%:30%:10%, 80%:20%:0%). ). Hasil Penelitian:
Terdapat perbedaan yang y bermakna terhadap kadar kalsium biskuituit (p<0,05) namun
tidak menunjukkan per erbedaan yang bermakna pada mutu fisik. Nilai K Kadar kalsium dan
2
mutu fisik antara 46,9 – 144,7 mg/100 gram (p=0,001) dan 0,64 – 3,15 5K Kg/cm (p=0,414).
Untuk mutu organolep ptik, terdapat perbedaan bermakna terhadap parameter
p warna ,
tekstur, citarasa, dan aroma,
a dengan nilai p=0,000 pada tiap parameter
er. Untuk perlakuan
terbaik P0 dengan nila ilai hasil (NH) 0,69221. Simpulan: Substitusi tepung
te hanjeli dan
tempe pada MP-ASI biskuit
b memberikan peningkatan terhadap kalsiumium dengan tingkat
kerenyahan sama deng ngan biskuit kontrol, namun tidak memberikan pe engaruh bermakna
pada mutu organoleptik tik sehingga perlu dilakukan perbaikan proses pepenepungan tempe
dan penambahan vanili ili.

Kata kunci:biskuit MP--ASI, tepung hanjeli, tepung tempe, kalsium

ABSTRACT

Background: The requ quirement of calcium in infants ranged from 200-4 400 mg/day which
can be fulfilled from infant
inf formula and commercial biscuits. However, not n all people can
buy infant formula, mor oreover, the calcium in commercial biscuits derivrived from additives
minerals premix. Thereerefore,we need a natural source of calcium with ith affordable prices
such as job’s tear andnd tempeh. To help infants consume job's tear an and tempeh, these
foods need to be flour ured which can be substituted in biscuit so, it can
ca be expected to
meet the daily requirem
ement of calcium in infants. The aim of this researc
arch is to determine
the levels of calcium,, the
t organoleptic quality and physical quality in biscuits
b that have
been substituted with job’s
j tear and Tempeh flour. Method: This res esearch was a true
experimental study with
wit completely randomized design with four treatments
tre and five
replications (0%:0%:1 :100, 40%:30%:30%, 60%:30%:10%, 80%:20% 0%:0%). Results:
Significant differencess in the levels of calcium (p <0,05) but no signignificant different in
physical quality. The he calcium level and physical quality ranged ed from 46,9 to
2
144,7mg/100g and 0,64 ,64 to 3,15Kg/cm . For the organoleptic quality, the
th best product is
P0 with value result 0,69221.
0, Conclusion: The substitution of job’ss tear
t and Tempeh
flour on biscuits can increase
in the calcium level with the same physica
ical quality result as
the control biscuits but,
bu no significant effect on the organoleptic qua uality So, it needs
improvement on the process
pro of flouring and the amount of vanillin.

Keywords: biscuit, job’


b’s tear flour, tempeh flour, calcium

27
BIMGI Volume 3 No.1 | Januari - Juni 2015
1. PENDAHULUA AN karena dapat merangsa sang pertumbuhan
Gizi memegang ng peranan penting gigi pada bayi. Selain itu,
itu MP-ASI biskuit
dalam siklus kehidupan an manusia terutama juga dapat diberikan seb
ebagai finger foods
pada usia 0-24 bulan lan yang merupakan untuk memperkenalkan n berbagai tekstur
masa pertumbuhan d dan perkembangan dan rasa makanan, men ndorong keinginan
yang pesat. Pada u usia 0-24 tersebut, bayi agar makan send ndiri, serta untuk
6,7
merupakan masa yyang baik untuk melatih keterampilan mak
akan bayi .
1
pertumbuhan tulang da an gigi . Penelitian ini bertujuan
b untuk
Salah satu za zat gizi pembentuk mengetahui mutu organo noleptik, fisik, dan
tulang dan gigi adalah lah kalsium. Kalsium kandungan kalsium pada da MP-ASI biskuit
sangat penting p
peranannya untuk yang telah disubstitusisi dengan tepung
pertumbuhan. Kurangn gnya asupan kalsium hanjeli dan tepung tempe.
te Hasil dari
pada anak-anak akan nm meningkatkan risiko penelitian ini dihar
arapkan mampu
terjadinya fraktura tu tulang pada anak, memberikan manfaat secaras akademis,
sehingga anak tidak ak dapat mencapai yaitu untuk menciptakanan suatu lapangan
2
pertumbuhan tulang se ecara optimal . penelitian baru menge genai pengolahan
Kebutuhan kals alsium untuk bayi bahan makanan lokal yanang dapat dijadikan
mencapai 400 mg per hari. Sumber sebagai MP-ASI biskuit
b dengan
tertinggi kalsium dapatat diperoleh terutama kandungan tinggi kalsium m yang baik untuk
dari Air Susu Ibu (ASI) I) dan susu formula. pertumbuhan tulang dan n gigi.
g
Namun, tidak semua a masyarakat dapat
menjangkau susu for ormula. Selain susu 2. METODE PENEL LITIAN
formula, pemberian bisbiskuit bayi komersial Penelitian ini merurupakan penelitian
juga dapat memenuhi hi kebutuhan kalsium true eksperimental den engan rancangan
harian pada bayi. N Namun, kandungan acak lengkap, dengan empat perlakuan
kalsium pada bisku uit bayi komersial dan lima replikasi. Perb rbandingan antara
berasal dari bahan tambahan premiks tepung hanjeli, tepung tempe
te dan tepung
mineral.Untuk itulah, peperlu adanya sumber terigu secara berturut-turu
urut yakni 0:0:100
kalsium alami dengan an harga terjangkau (P0), 40:30:30 (P1), 60:3:30:10(P2), 80:20:0
yang berasal dari baha han makanan. Bahan (P3). P0 merupakan p perlakuan kontrol
makanan yang men engandung kalsium, yang menggunakan tep epung terigu 100
antara lain hanjeli dan n tempe. Kandungan gram yang merupakan resep r biskuit bayi
kalsium pada hanjelii a adalah 213 mg per yang telah dilakukan ujiji ccoba sebelumnya
3
100 gr bahan . Tempe e kaya akan zat gizi. pada tanggal 24 Septemb ber 2013. Variabel
Proses fermentasii pada tempe dalam penelitian ini terb
rbagi menjadi dua,
menghasilkan asamm yang dapat variabel bebas dan terika
kat. Variabel bebas
menghambat pertu
tumbuhan bakteri dari penelitian ini adalaha formulasi
patogen dan ini sang ngat penting dalam substitusi tepung hanj njeli dan tepung
pembuatan makanan yang y ditujukan untuk tempe. Variabel terikat pada
p penelitian ini
kelompok sasaran khus usus seperti bayi dan adalah mutu fisik, organonoleptik, dan kadar
4
orang lanjut usia . Da alam 100 g bahan, kalsium pada biskuit bayi b yang telah
kadar kalsium pada te tempe cukup tinggi, disubstitusi dengan tep pung hanjeli dan
5
yakni 155 mg . tepung tempe.
Untuk memudah hkan bayi mencerna Data tingkat kereerenyahan didapat
hanjeli dan tempe, mak aka perlu pengolahan dari analisis meng
nggunakan alat
lebih lanjut, yakni pene
nepungan hanjeli dan Penetrometer. Data mutu m organoleptik
tempe. Tepung hanjeli eli dan tepung tempe yang diperoleh dari uji organoleptik
inilah yang nantinya a dapat digunakan meliputi warna, tekstur tur, citarasa, dan
sebagai bahan pembua uatan MP-ASI biskuit. aroma. Tingkat kesukaa aan menggunakan
MP-ASI biskuit baik d diberikan pada bayi skala hedonik. Paneliss yang digunakan

28
BIMGI Volume 3 No.1 | Januari - Juni 2015
adalah panelis agak terlatih,
te sebanyak 20 (p=0,000) antara perlakkuan kontrol (P0)
panelis. Data kandung ngan kadar kalsium dengan biskuit substitusi
si (P1,P2, dan P3).
didapat dari analisi isis kadar kalsium Namun, antar biskuit sububstitusi, formulasi
menggunakan metode e Atomic Absorption tepung hanjeli dan tepu pung tempe tidak
Spectrofotometer (AAS S). memberikan pengaruh yang signifikan
Untuk analisis ddata, kadar kalsium pada parameter tekstu tur, citarasa, dan
dan tingkat kerenyahanan dianalisis dengan aroma (assymp. Sig > 0,05). Untuk
menggunakan uji One O Way Anova, parameter warna, P1 berbeda
b signifikan
sedangkan mututu organoleptik dengan P2 dan P3 (assy symp. Sig < 0,05).
menggunakan uji Krus ruskal Wallis dengan Hasil uji organoleptik dapat
da dilihat pada
tingkat kepercayaan n yang digunakan gambar 2,3,4 dan 5 di baw
awah ini.
adalah 95%.
3.3. Kadar Kalsium m
3. HASIL PENEL LITIAN Hasil analisis kadaar kalsium MP-ASI
3.1. Mutu Fisik (Ke erenyahan) biskuit berkisar antara 466,9 – 144,7mg/100
Hasil analisis uji mutu fisik MP-ASI gram. Substitusi tepung hanjeli
h dan tepung
biskuit berupa nilai kuatk tekan berkisar tempe cenderung men eningkatkan kadar
2
antara 0,64 – 3,15 5Kg/cm . Substitusi kalsium sebagaimana disajikan pada
tepung hanjeli dan an tepung tempe gambar6.Sampel perlaku kuan P1 memiliki
cenderung tidak mempengaruhi kadar rata-rata kalsium m tertinggi, yaitu
kerenyahan MP-ASI biskuit b berdasarkan sebesar 140,4 mg per 1 100 gram sampel,
hasil uji One Way AN ANOVA pada tingkat sedangkan sampel perla lakuan P0 memiliki
kepercayaan 95% (α<0 0,05), menunjukkan kadar rata-rata kalsium m terendah, yaitu
bahwa proporsi tepung ng hanjeli dan tepung sebesar 47,48mg per 100 00 gram sampel.
tempe tidak memberika ikan perbedaan yang Hasil uji One W Way ANOVApada
signifikan (p=0,414) terhadap
t nilai kuat tingkat kepercayaan 95% (α<0,05),
tekan. Hasil mutu fisikik berupa kerenyahan menunjukkan bahwa semakin s banyak
dapat dilihat pada gambmbar 1. proporsi tepung hanjeli dand tepung tempe
memberikan perbedaan n yang signifikan
3.2. Organoleptik
tik (p=0,001) terhadap kada dar kalsium. Lebih
Mutu orgonelptlptik pada MP-ASI lanjut hasil uji Duncanme enunjukkan bahwa
biskuit dengan substit titusi tepung hanjeli kadar kalsium pada perlakuan
p kontrol
dan tepung tempe ini menggunakan tanpa adanya tambahan an tepung hanjeli
metode uji hedonicc dengan 5 skala dan tepung tempe (P0) berbeda
b signifikan
penilaian. Analisis datata yang didapat dari dengan perlakuan yang g lain (P1 hingga
uji mutu organoleptik ik menggunakan uji P3). Namun untuk P1 dengan P2 tidak
statistik nonparametritrik yaitu ujiKruskal terdapat perbedaan yang ng signifikan, baik
Wallis. Apabila p-val alue < 0,05 maka P1 maupun P2 memilik iliki kadar kalsium
menunjukkan adanya a perbedaan yang yang lebih tinggi dibandin
dingkan dengan P0
signifikan antar perlaku
kuan yang kemudian dan P3.
dilanjutkan dengan uji Mann
M Whitney.
Tepung hanjelili dan tepung tempe
memberikan perbedaa aan yang signifikan

29
BIMGI Volume 3 No.1 | Januari - Juni 2015
a 100
Rata-Rata Nilai Kuat Tekan
3 2,242
1,83 1,438 1,58 100
2

Tingkat Kesukaan Panelis (%)


80
(kg/cm2)

1 b b
60 b 30
0 20 20
40
P0 P1 P2 P3 20
Taraf Perlakuan
kuan 0
P0 P1 P2 P3
Gambar 1. Nilai Kuat Tekan (Ke
Kerenyahan) MP- Taraf Perla
erlakuan
ASI Biskuit dengan Substitusii T
Tepung Hanjeli Gambar 5. Grafik Kesukaa
an Panelis Terhadap
dan Tepung Temp pe Variabel Cita
itarasa

a
Tingkat Kesukaan Panelis (%)

100 a
80 c 80 70

Tingkat Kesukaan Panelis (%)


65 c
b 50 60 b
50 30 35 b
40 25
b
20 5
0
P0 P1 P2 P3 0
Taraf Perlakuan P0 P1 P2 P3
Gambar 2. Grafik Kesukaan Pa
anelis Terhadap Taraf Perla
erlakuan
Variabel Warna Gambar 4. Grafik Kesukaa
an Panelis Terhadap
Variabel Aro
roma
a
Tingkat Kesukaan Panelis

100 85
c c
140 140,16
140,4 b
Rata-Rata Kadar Kalsium

b 150 98,9
b b
(%)

50 35 30 a
25 100
47,48
(mg)

50
0
0
P0 P1 P2 P3
Taraf Perlakuan
kuan P0 P1 P2 P3
Gambar 3. Grafik Kesukaan Paanelis Terhadap Taraf
araf Perlakuan
Variabel Tekstur
ur
Gambar 6. Kadar Kalsium (mg/100 g) MP-ASI
Biskuit dengan Subtitusii Tepung
T Hanjeli dan
Tepung Tem empe
Keterangan:
- Notasi dengan huruf menunjukkanan perbedaan yang - Proporsi substitusi tepung hanjel
jeli : tepung tempe : tepung
signifikan P0 = 0 : 0 : 100 P = 60 : 30 : 10
P2 terigu P1 = 40 : 30 : 30 P3 = 808 : 20 : 0

3.4. Taraf Perlakuan Terbaik ik 4. PEMBAHASAN


Hasil perhitungan indekss efektivitas untuk 4.1. Mutu Fisik (Keren
nyahan) Biskuit
menentukan mutu MP-ASI biskuit dengan Berdasarkan hasil uji
uj statistik One Way
substitusi tepung hanjeli dan n tepung tempe ANOVA pada tingkat kepe percayaan 95% (p <
menunjukkan bahwa citaras
rasa merupakan 0,005) menunjukkan bahwa dengan
variabel terpenting yang mem miliki nilai paling penambahan tepung hanjel jeli dan tepung tempe
tinggi. tidak memberikan pengaruh h yang signifikan (p =
Untuk taraf perlakuan te terbaik, pemilihan 0,414) terhadap parameter er mutu fisik berupa
perlakuan terbaik dilakukan berd rdasarkan hasil uji tingkat kerenyahan pada M MP-ASI. Hal ini dapat
organoleptik, didapat hasil P0 sebagai
se perlakuan disimpulkan bahwa kerenyahahan biskuit substitusi
terbaik dengan Nilai Hasil (NH) 0,69221.
0 setara dengan kerenyahan biskuit
b kontrol.

30
BIMGI Volume 3 No.1 | Janu
nuari - Juni 2015
Berdasarkan hasil obsservasi subjektif tepung hanjeli akan menin ningkatkan kekerasan
11
penulis, biskuit substitusi tepupung hanjeli dan dari tortilla .
tepung tempe memiliki tingkat kerenyahan
k yang Berdasarkan peneli
elitian yang telah
berbeda dengan biskuit kom mersial. Namun, dikembangkan oleh Kutsc schera, pengurangan
biskuit substitusi memiliki satu je
jenis karakteristik jumlah tepung hanjeli dapatd meningkatkan
yang sama dengan biskuit kome ersial, yakni rasa kelembutan tekstur dari prod
oduk. Dalam penelitian
lembut biskuit dimulut, namun un, untuk tingkat tersebut, untuk tekstur, p penambahan tepung
kerenyahan biskuit, biskuit substitusi
s masih hanjeli sebesar 10 dan 15 % memiliki skor lebih
belum dapat menyamai tingk gkat kerenyahan tinggi dari penambahan tepepung hanjeli sebesar
biskuit komersial. Hal ini dap apat dikarenakan 20%. Selanjutnya, penamb bahan tepung hanjeli
komposisi bahan penyusun bisku kuit yang berbeda. sebesar 15% dipilih sebag agai proporsi tertinggi
Pada biskuit komersial, tersus usun dari bahan- yang disarankan untuk m mendapatkan tekstur
12
bahan seperti tepung terigu, gula
ula, minyak nabati, yang disukai oleh konsumen n .
dan pengemulsi nabati.Pengemu mulsi nabati dapat
membuat adonan lebih stabil, mudah 4.2.3. Citarasa
mengembang, tercampur rata ta, tekstur tidak Berdasarkan hasil pe enelitian, P0 memiliki
terlalu padat maupun cair, ser erta tidak mudah citarasa yang berbeda signifikan dengan
9
berubah karena pengaruh lingkun ungan . perlakuan yang lain. Hal ini in dapat disebabkan
karena adanya rasa pahitt pada p MP-ASI biskuit
4.2. Organoleptik dengan tambahan tepung tempe. t Adanya rasa
4.2.1. Warna pahit pada tempe ini dapat at dipengaruhi banyak
Perbedaan warna yang g terjadi warna faktor antara lain adanya ba akteri yang digunakan
biskuit dapat disebabkan oleh h adanya reaksi untuk proses fermentasi tem mpe. Dalam penelitian
maillard selama proses pemang nggangan. Reaksi yang dilakukan oleh Barus us et al., (2008) dari
maillard merupakan reaksi antatara gugus amino kelima sampel produsen tem mpe, tiap tempe yang
protein dengan gugus karbonilnil gula pereduksi dihasilkan terdapat rasa papahit, namun berbeda
yang menyebabkan perubahan n warna menjadi intensitasnya. Selain baktekteri, tingginya asam
10
kecoklatan . amino lisin pada tempe juga a dapat menyebabkan
Seperti pada penelitian ooleh Rahmawati rasa pahit. Berdasarkan Kus usumaningrum (2004),
(2013) pada penelitian tersebut
ut, warna cookies asam amino lisin memilik liki rasa yang pahit,
dengan tambahan tepung tempe pe memiliki warna sehingga tepung tempe ya yang dihasilkan juga
1
13,14
kecoklatan. Selain karena proses
es maillard, warna mempunyai rasa yang pahit .
kecoklatan didapat karena wa arna asli tepung Untuk menghilangkan an rasa pahit pada
tempe berwarna kuning ke ecoklatan. Pada tepung tempe, dapat dilakuk ukan proses blanching
penelitian tersebut, warna yang
ng paling disukai untuk mematikan mikroba ya yang ada pada tempe.
oleh panelis adalah cookies dengan
de substitusi Blanching merupakan pros roses bahan mentah
tepung tempe sebesar 25%. Berbeda
B dengan dimasukkan dalam air ham ampir mendidih atau
hasil penelitian ini, dimana a panelis lebih sudah mendidih selama a beberapa menit.
8
menyukai warna perlakuan kontrtrol . Terdapat dua cara blanchin ing, yakni dengan hot
water blanching dan steam am blanching. Steam
4.2.2. Tekstur blanching atau pengukusan n lebih baik digunakan
Pada penelitian ini, teks
kstur biskuit yang agar zat gizi tidak ikut tererlarut dalam air dan
dihasilkan cenderung renyah. Ha al ini dikarenakan dapat mematikan spora yan ang ada pada tempe.
proporsi substitusi tepung hanj
njeli lebih banyak Dengan proses blanching ini, i akan mematikan
dari pada tepung tempe. P Pada penelitian mikroba dan membuat enzi zim menjadi non aktif
Rahmawati, 2013, semakin tingg gi proporsi tepung sehingga dapat mengurang ngi rasa pahit pada
tempe, maka tekstur cookies aka
kan semakin keras tepung tempe. Selain pros oses blanching pada
karena rendahnya kandungan an gluten pada pembuatan tepung tempe, fermentasi
fe tempe dan
tepung tempe mengakibatkan n rongga-rongga suhu pengeringan tepung g tempe juga dapat
adonan yang terbentuk hanya sedikit.
se Hasil pada mempengaruhi citarasa tepung tempe.
penelitian ini juga berbeda dedengan penelitian Berdasarkan penelitian d dari Dewi (2006)
oleh Cahyani (2010) diman na penambahan fermentasi tempe yang ba baik digunakan untuk
pembuatan tepung tempe e yakni yang telah

31
BIMGI Volume 3 No.1 | Janu
nuari - Juni 2015
difermentasi selama 36 jam, kare
rena mengandung biskuit MP-ASI substitusi si ini telah dapat
asam amino yang lebih sedik dikit. Untuk suhu memenuhi hingga 35% kebu utuhan kalsium harian
pengeringan tepung tempe, sem makin tinggi suhu bayi. Untuk memenuhi hing ingga 35% kebutuhan
yang digunakan, maka, asam a amino lisin akan kalsium, dapat diberikan 10 100 gram biskuit yang
semakin mudah terpecah sehin hingga rasa pahit setara dengan 7-10 keping g dalam sehari. Satu
15
akan berkurang . keping biskuit memiliki beratat 10 hingga 14 gram.
Untuk prioritas pemilihan produk, maka, dari
4.2.4. Aroma penelitian ini, substitusi tep
epung hanjeli sebesar
Dari hasil uji organoleptik,
ik, sebagian besar 60% dipilih sebagai prop oporsi tertinggi yang
panelis tidak menyukai biskuit d dengan substitusi disarankan untuk dapat men encapai nilai gizi yang
tepung tempe dan tepung hanje njeli (P1, P2, P3). diinginkan, yakni kadar kalsilsium. Selain itu, pada
Sama seperti penelitian oleh Ro Rohmawati (2013) substitusi tepung hanjeli sebebesar 60%, dari segi
semakin banyak proporsi tepun ng tempe, maka, tekstur masih dapat diterima a oleh panelis.
tingkat kesukaan akan semakin n menurun. Hal ini Dari hasil perhitunga
gan indeks efektivitas
dapat dikarenakan aroma langu u yang
y ditimbulkan untuk menentukan mutu MP P-ASI biskuit dengan
dari tepung tempe. Aroma lang ngu pada tepung substitusi tepung hanjelii dan tepung tempe
tempe disebabkan oleh aktivitas a enzim menunjukkan bahwa ci
citarasa merupakan
lipoksigenase yang secara alam mi terdapat dalam variabel terpenting yang memiliki
m nilai paling
kedelai. Enzim lipoksige
igenase dapat tinggi dan berdasarkan per erhitungan nilai hasil,
menghidrolisis asam lemak tak jenuh
j ganda dan didapat P0 merupakan perla lakuan terbaik. Secara
menghasilkan senyawa-sen nyawa volatil keseluruhan, MP-ASI biskui uit substitusi ini tidak
penyebab aroma langu, khus ususnya etil fenil dapat diterima oleh panelis secara
s organoleptik.
16
keton . Agar dapat diterima a secara organoleptik
oleh panelis, maka perlu adanya
ad perbaikan baik
4.3. Kadar Kalsium Biskuit dari pengolahan hingga penambahan
p bahan
Meningkatnya kadar kalsiu sium pada MP-ASI lainnya. Untuk menghilangk gkan rasa pahit dan
biskuit ini karena tepung han njeli dan tepung aroma langu, dapat dilakukkan proses blanching
tempe memiliki kadar kalsium ya yang cukup tinggi, terlebih dahulu pada tem mpe sebelum tempe
yakni 213 mg/ 100 g dan 149 mg/ m 100 g. Hal ini ditepungkan. Selain prose ses blanching, untuk
didukung penelitian oleh Rah ahmawati (2013) mengurangi rasa pahit, tepung te tempe yang
dimana semua cookies dengan substitusi
s tepung paling baik adalah tepung tempe yang berasal
tempe memiliki kadar kalsium lebih tinggi dari dari fermentasi tempe 36 6 jam dengan suhu
0
pada kadar kalsium biskuitit kontrol. Pada pengeringan 70 C, kare rena produk yang
penelitian tersebut, nilai tertingg
ggi kadar kalsium dihasilkan lebih cerah, kand ndungan asam amino
15
pada cookies dengan substitus usi tepung tempe lisin rendah, dan zat gizinya
ya masih tinggi . Agar
sebesar 25 %. Tingginya kada dar kalsium pada aroma biskuit lebih harum m, ada baiknya bila
MP-ASI biskuit juga dipenga garuhi oleh sifat pembuatan biskuit dengan menambahkan
m bahan
kalsium dalam bahan makanan tidak ti terpengaruh lain, seperti telur, maizena,
a, margarin dan vanili.
3,8
oleh proses pengolahan . Vanili dalam pembuatan bis iskuit dapat membuat
Jika dibandingkan deng ngan pemenuhan aroma harum pada biskuit uit, serta mengurangi
17
kebutuhan kalsium bayi, bayii usia 6-8 bulan aroma langu dari tepung tem mpe .
memerlukan kalsium sebesar 20 200-400 mg dalam
sehari. Apabila kebutuhan bayi yi 400 mg sehari, 5. KESIMPULAN
maka, untuk per 100 gram P1, P2, P dan P3 dapat Dari hasil penelitian da
dapat diketahui bahwa
memenuhi kebutuhan kalsium se sebesar 35,10 %, terdapat peningkatan kadar ar kalsium pada MP-
35,04 %, dan 24,72 % AKG. Hal al ini hampir sama ASI biskuit dengan substitus usi tepung hanjeli dan
dengan biskuit komersial, di manam per takaran tepung tempe. Pada m mutu fisik berupa
saji biskuit komersial dapat memenuhi 25% kerenyahan, tidak terdap pat pengaruh yang
kebutuhan kalsium sehari berdas asarkan AKG. bermakna, hal ini menunju jukkan bahwa biskuit
substitusisama renyahnya dengan
de biskuit kontrol.
4.4. Perlakuan Terbaik Namun, secara organoleptik tik, biskuit substitusi ini
Berdasarkan tujuan, untu
tuk meningkatkan tidak menunjukkan peningka katan yang bermakna
kandungan kalsium pada MP-ASASI biskuit, maka, sehingga perlu adanya perba baikan.

32
BIMGI Volume 3 No.1 | Janu
nuari - Juni 2015
6. SARAN Protein, Kalsium, dan Organoleptik
O cookies.
Formulasi biskuit yang ng tepat untuk Skripsi. Program Studi di Ilmu Gizi Fakultas
memenuhi kebutuhan kalsium pa pada bayi yakni 60 Kedokteran Univers
rsitas Diponegoro,
Semarang. 2013.
% tepung hanjeli, 30% tepung ng tempe, 10 %
9. Yulianingsih E. Lapora ran Magang :Proses
tepung terigu. Namun dengan n perbaikan pada Produksi Biskuit di PT Tiga Pilar Sejahtera
proses pembuatan tepung tempe, yakni Food TBK unit IV Sra ragen, Jawa Tengah.
dilakukan proses steamblanching
ing terlebih dahulu, Tugas Akhir. Program D Diploma III Teknologi
pembuatan tepung tempe darii fermentasi
fe tempe Hasil Pertanian F
Fakultas Pertanian
36 jam, suhu pengeringan tepu pung tempe 70 C
0 Universitas Sebelas Mar aret Surakarta. 2007.
untuk mengurangi rasa pahit d dan aroma langu 10. Winarno, F.G. Kimia a Pangan dan Gizi.
Jakarta : PT Gramedi dia Pustaka Utama).
dari tempe, serta untuk member erikan warna yang
2004.
lebih cerah pada tepung temp mpe. vanili dapat 11. Sukamto. Perbaikan Tekstur dan Sifat
ditambahkan agar aroma bisk skuit lebih harum Organoleptik Roti yang ng Dibuat dari Bahan
sehingga dapat meningkatkan mutu
m organoleptik. Baku Tepung Jagung dimodifikasi
di oleh Gum
Selain itu, perlu adanya kontrol terhadap Xanthan. Skripsi. Univ iversitas Widyagama
proses pemanggangan agar dida idapat hasil biskuit Malang.2006.
dengan warna seragam. 12. Kutschera M, Krasaeko koopt W. 2012. The
Use of Job’s Tear (Coix ix llacryma-jobi L.) Flour
Untuk penelitian selan anjutnya dengan to Substitute Cake Flo Flour in Butter Cake.
menggunakan tepung hanjeli,i, agar mendapat Technical Report Facul ulty of Biotechnology,
tekstur yang lebih halus, tepun ung dapat diayak Assumption University, y, Bangkok, Thailand
dengan ayakan 100 mesh. AU J.T. 15:4 (2012): 23333-238.
13. Kusumaningrum, EN. Pembuatan
P Minuman
DAFTAR PUSTAKA Soygurt dari Sari
ri Tempe dengan
Menggunakan Bakte
kteri Lactobacillus
Plantarum. Jurnal Mate atematika, Sains dan
1. Soetjiningsih. Tumbuh KembangK Anak Teknologi. 5: 1 (2004)
Bagian Ilmu Kesehatan Anak ak. FK universitas <http://pk.ut.ac.id/jmst/ju
jurnal_2004/elizabeth.
Udayana. Jakarta: Penerbitt Buku
B EGC. 2000. pdf>
2. Goulding A, Rockell JE, Blac
ack RE, Grant AM, 14. Barus T, Suwanto A, Wa ahyudi AT, Wijaya H.
Jones IE, Williams SM. 200 004. Children who 2008. Role of Bacteria in Tempe Bitter Taste
Avoid Drinking Cow’s Milk are a at Increased Formation: Microbiologi ogical and Molecular
Risk for Prepubertal Bone F Factures. Journal Biological Analysis bas ased on 16s RRNA
of The American Dietetic Association,2004;
A gene. Microbiology Indonesia
Ind 2:1 (2008).
104 :2 (2004): 250-253. April 2008.
3. Persagi. Tabel Komposisi PaPangan Indonesia. 15. Dewi PK. Pengaruh Lama La Fermentasi dan
Jakarta: PT. Elex media kom mputindo. 2009. Suhu Pengeringan Terh rhadap Jumlah Asam
4. Babu DP, Bhakyaraj R, Vidhyalakshmi
V R. Amino Lisin Dan Karakter Ka Fisiko-Kimia
2009. A Low Cost Nutrition F Food “tempeh”- a Tepung Tempe. Skripsi si. Jurusan Teknologi
Review. World Journal of Dairy & Food Pangan Fakultas TeknologiTe Pertanian
Sciences 4:1 (2009): 22-27. Universitas Katolik Soegijapranata,
5. Direktorat Gizi Indonesia.D Daftar Komposisi Semarang. 2006.
Bahan Makanan.Penerbit:Bh hratara. 1967. 16. Rohmawati AH. Pengaru aruh Substitusi Tepung
6. Rachmawati M, Sumiya
iyati F.2000.Seri Tempe pada Flakes Berb erbahan Dasar Tepung
Panduan Usaha : Tepung T Tempe. Jakarta : Maizena Terhadap Nilai Nil Zat Gizi, Mutu
LIPI Press. 2000. Organoleptik, dan Fisik.. Fakultas Kedokteran
7. Ministry of health’s New Zea
ealand.2008. Food Universitas Brawijaya. 2013.
20
and Nutrition Guidelines for Healthy Infants 17. Zulfa NI, Rustanti N. Nilai
N Cerna Protein In
and Toddlers (Aged 0–2): 2): A background Vitro dan Organoleptikk MP-ASI Biskuit Bayi
paper (4th Ed) – Partially Reevised December dengan Substitusi Tep epung Kedelai, Pati
2012. Wellington: Ministry of Health. 2008. Garut dan Tepung Ubii Jalar J Kuning. Journal
8. Rahmawati H. Pengaruh Subtitusi
S Tepung of Nutrition College,Volu lume 2:4 (2013): 439-
Tempe dan Tepung Ik Ikan Teri Nasi 446.
(Stolephorus sp.) terhad adap kandungan

33
BIMGI Volume 3 No.1 | Janu
nuari - Juni 2015
RIWAYAT PENULIS

Nama :Lavrenccia Annashopy


Rachmad adani
Tanggal Lahir : Malangg, 31 Maret 1992
Jurusan : S1 Gizi
Fakultas : Fakulta
tas Kedokteran
Universitas : Brawija
jaya
Tahun Lulus : 2014

34
BIMGI Volume 3 No.1 | Janu
nuari - Juni 2015
HUBUNGAN POLA PEMBERIAN MP- ASI
H AS DENGAN
Penelitian S
STATUS
P
PESISIR
GIZI ANAK USIA 6-23 BULAN DI WILAYAH
KECAMATAN TALLO KOTA MAKASSAR
M
T
TAHUN 2013
1
R
Rizki Eka Sakti Octaviani
1
Mahasiswa Gizi Kesehatan Masyarakat, ,Universitas Hasanu
uddin
Kampus Tamalanrea, Jalan Perintis Kemerdekaan km. 10
K
M
Makassar, Sulawesi Selatan 90245
E
Email: riezqqeka@gmail.com

ABSTRAK
Latar Belakang: Terdap apat kaitan yang sangat erat antara status gizi dan
an konsumsi
makanan. Dalam pemb berian makanan anak perlu diperhatikan ketepa patan waktu
pemberian, frekuensi, jenis,je jumlah bahan makanan, dan cara pem mbuatannya.
Penelitian ini bertujuan n untuk mengetahui hubungan pola pemberia rian MP-ASI
dengan status gizi anak ak usia 6-23 bulan. Metode: Jenis penelitian obs bservasional
analitik dengan desain ya yaitu cross-sectional study. Sampel yaitu semua anak
a usia 6-
23 bulan di wilayah pes esisir kecamatan tallo kota makassar yang diam mbil dengan
menggunakan teknik exh xhaustive sampling didapatkan 150 anak. Hasil il penelitian:
Adanya hubungan frek ekuensi pemberian MP-ASI dengan status g gizi (BB/U)
didapatkan nilai siginifika
kan (p = 0,000), hubungan umur pemberian MP-A ASI pertama
kali dengan status giz izi anak (BB/U) tidak signifikan (p = 0,748),, hubungan
pemberian jenis MP-ASII sekarang dengan status gizi anak (BB/U) tidak ssignifikan (p
= 0,620), hubungan jum mlah konsumsi energi dengan status gizi anak (BB/U)
(B tidak
siginifikan (p = 0,570)) d dan hubungan jumlah konsumsi protein dengan n status gizi
anak (BB/U) tidak sigini inifikan (p = 0,388). Simpulan: Disarankan agar ar dilakukan
penyuluhan kepada ibu tentang
t kualitas maupun kuantitas dan pola pemmberian MP-
ASI yang sesuai dengan n usia anak sehingga masalah gizi pada anak dapapat dicegah
sedini mungkin.

Kata Kunci : Anak usia


a66-23 bulan, pola MP-ASI, status gizi, wilayah pes
esisir

ABSTRACT
Background: There is a very close link between nutritional status us and food
consumption. In infantt fe
feeding need to be considered on time delivery, y, frequency,
type, amount of food,, and how to make it. This study aimed to analyze a the
relationship between thehe pattern of complementary feeding with nutrition onal status of
children aged 6-23 mont nths. Method: Type of observational analytic stud udy design is
a cross-sectional study.y. Samples that all children aged 6-23 months taken ta using
exhaustive sampling tech
echniques found 150 children. Result: Showed a relationship
r
frequency of complemen entary feeding and nutritional status (weight/age ge) obtained
significant value (p = 0.0
.000), age relationships MP-ASI giving first time with
w a child's
nutritional status (weigh
ight/age) was not significant (p = 0.748), relatio tionship type
assignments MP-ASI is now with child nutritional status (weight/age ge) was not
significant (p = 0.620), the
th relationship of energy consumption with nutritiritional status
(weight/age) was not sigsignificant (p = 0.570) and relationship with the e amount of
consumption of protein nutritional
n status (weight/age) are not significantt ((p = 0.388).
Conclusion: Recommen ended that carried information to mothers about ut the quality
and the quantity and patt
attern of provision of appropriate complementary fe feeding with
age so that the child maln
alnutrition in children can be prevented as early as possible.

Keywords : Children 6 to 23 month, complementary feeding patterns


ns, nutritional
status, coastal
co areas

35
BIMGI Volume 3 No
No.1 | Januari - Juni 2015
1. PENDAHULUAN
Hasil pemantauan status
s gizi di Kota
Gizi merupakan salah ssatu faktor penting
Makassar tahun 2007 men enunjukkan bahwa
yang menentukan tingkatt kesehatan dan
jumlah balita yang meng ngalami gizi buruk
kesejahteraan manusia, di mana m tingkat status
adalah 31,4%, gizi kurang g sebanyak 19,3%
gizi optimal akan tercapai a apabila kebutuhan 9
1 dan gizi baik sebanyak 49,9,2% . Tallo adalah
zat gizi optimal terpenuhi . Salah
S satu wilayah
salah satu kecamatan yang ng terdapat di Kota
pesisir yang penting seca ara ekonomi dan
Makassar. Di antara 15 kel elurahan yang ada,
ekologi adalah wilayah pesis isir Kota Makassar.
terdapat 3 kelurahan yang g termasuk wilayah
Adanya berbagai aktivitas d di wilayah pesisir
pesisir yaitu Kelurahan Buloa,
B Kelurahan
Kota Makassar telah menyeb ebabkan terjadinya 2
2 Lakkang, dan Kelurahan Tallo
Ta .
penurunan kualitas lingkungan an .
Tujuan dari penelitian
ian ini adalah untuk
Keadaan status gizi anak
an usia di bawah
mengetahui hubungan pola ola pemberian MP-
dua tahun (Baduta) merupaka kan kelompok yang
ASI dengan status gizi padada anak usia 6-23
rawan gizi dan akan menentu tukan kualitas hidup
bulan. Mengacu dari uraia aian atas, terdapat
selanjutnya. Pemenuhan giz izi merupakan hak
3 beberapa hal yang perlu di diperhatikan dalam
dasar anak . Penjelasan tentang t makanan
pemberian MP-ASI pada a anak usia 6-23
pendamping ASI (MP-ASI) I) dan status gizi
bulan, seperti umur pem emberian MP-ASI
balita memunculkan masal alah pada aspek
pertama kali, frekuensi pe emberian MP-ASI,
hubungan sebab akibat diman ana pemberian MP-
bentuk MP-ASI, serta jumlah j konsumsi
ASI yang kurang tepat mela lahirkan status gizi
4 energi dan protein yang terkandung
t dalam
kurang/status gizi buruk .
MP-ASI yang akan mem mpengaruhi status
Program perbaikan giz gizi yang bertujuan
gizi anak, khususnya yang g berada di wilayah
meningkatkan jumlah dan n mutu MP-ASI,
pesisir.
diantaranya dapat dila
ilakukan dengan
pemberian MP-ASI kepada anak an dan anak usia
5 2. METODE PENELITIAN
AN
6–24 bulan dari keluarga m miskin . Pemberian
makanan pendamping ASII yang terlalu dini Penelitian ini telahh dilaksanakan di
dapat menyebabkan anak kurang ku selera untuk wilayah pesisir Kecama atan Tallo Kota
minum ASI. Sebaliknya, pem emberian makanan Makassar. Jenis penelilitian ini adalah
pendamping yang terlambat
ter dapat penelitian observasional analitik dengan
menyebabkan anak sulit untuk menerima rancangan cross sectionalnal study. Populasi
6
makanan pendamping . dalam penelitian ini adalahh seluruh anak usia
Beberapa penelitian menyatakan
m bahwa 6-23 yang terdapat dii wilayah pesisir
masalah gizi pada anak diseb ebabkan kebiasaan Kecamatan Tallo Kota Makassar
M dengan
pemberian ASI dan MP-ASI SI yang tidak tepat jumlah populasi sebanyakk 150 anak usia 6-
(segi kuantitas dan kualitas) s). Selain itu, para 23 bulan. Sampel diambill ddengan teknik total
ibu kurang menyadari bah ahwa sejak anak sampel (exhaustive samplin
pling) sebanyak 150
berusia 6 bulan sudah mem emerlukan MP-ASI anak. Responden dalam penelitian
pe ini adalah
7
dalam jumlah dan mutu yang g baik . semua ibu dari anak usia ia 6-23 bulan yang
Pada usia 6 bulan, sela lain ASI anak mulai menjadi sampel. Data pe enelitian diperoleh
bisa diberi makanan pendam mping ASI, karena dengan mengumpulkan dat ata primer dan data
pada usia itu anak sudah mempunyai
m refleks sekunder. Data primer er menggunakan
mengunyah dengan pencer ernaan yang lebih kuisioner yang berisi ten ntang karakteristik
kuat. Dalam pemberian mak akanan anak, perlu responden dan sampel dan status gizi
diperhatikan ketepatan wa waktu pemberian, sampel. Data sekunder berupa
be data jumlah
frekuensi, jenis, jumlah baha han makanan, dan anak usia 6-23 bulan yan ang diperoleh dari
cara pembuatannya. Adan anya kebiasaan puskesmas dan kader posyandu. Data
pemberian makanan anak yang tidak tepat, dianalisis menggunakan p program SPSS 16
antara lain pemberian maka kanan yang terlalu dalam bentuk distribusi danan persentase dari
dini atau terlambat, makana nan yang diberikan setiap variabel penelitian dan
d dalam bentuk
8
tidak cukup, dan frekuensi yan ang kurang . tabulasi silang (crosstab),
), serta uji statistik
WHO (2001) menyebu butkan bahwa ada chi-square untuk menge getahui hubungan
51% angka kematian anak balita disebabkan variabel dependen dan indedependen.
oleh pneumonia, diare, camp mpak, dan malaria.
Lebih dari separuh kematia ian tersebut (54%)
erat hubungannya dengan m masalah gizi. Oleh
karena itu, prioritas penangan anan utama adalah
memperbaiki pemberian ma akan kepada bayi
9
dan anak serta perbaikan gizi izi ibunya .
36
BIMGI Volume 3 No.1 | Januari--Juni 2015
3. HASIL (Perguruan Tinggi) seba banyak 2 orang
3.1 Karakteristik Responde
den Berdasarkan (1,3%). Untuk pekerjaan ib ibu paling banyak
Sosial Dan Ekonomi tidak bekerja atau sebagaii ibu rumah tangga
(IRT) sebanyak 134 orang (89,3%),
Tabel 1 menunjukkan n umur ibu paling
sedangkan paling sedikit
s sebagai
banyak, yaitu pada kategorii umur
u 16-25 tahun
PNS/POLRI/TNI sebanyakk 1 orang (0,7%).
sebanyak 78 orang (52%),, ssedangkan paling
Untuk pendapatan keluar arga yang paling
sedikit, yaitu pada kategori
ri umur >36 tahun
banyak yaitu Rp. 500 0.000,00 – Rp.
sebanyak 12 orang (8%). UntukU pendidikan
1.000.000,00 sebanyak 69 keluarga (46%),
terakhir ibu paling banyak,k, yaitu tamat SD
sedangkan yang paling g sedikit < Rp.
sebanyak 78 orang (52%), sedangkan paling
500.000,00 sebanyak 27 7 keluarga (18%).
sedikit, yaitu dengan pendidik
dikan terakhir di PT

Tabel 1. Distribusi Responden


en Berdasarkan Sosial Dan Ekonomi Di Wilayah Pesisir
P Kecamatan
Tallo Kota Makassar Tahun 2013
Karakte
teristik Responden Jumlah Persentase
se
(n) (%)
Umur Ibu
16-25 tahuun 78 52
26-35 tahuun 60 40
>36 tahun 12 8
Pendidikan IIbu
Tidak pern
rnah sekolah 4 2,7
Tidak tamaat SD 6 4
Tamat SD 78 52
SMP 39 26
SMA 21 14
PT 2 1,3
Pekerjaan Ibu
Ib
Tidak beke
kerja/IRT 134 89,3
Pedagang/g/wiraswasta 7 4,7
PNS/Polri/T
ri/TNI 1 0,7
Buruh 4 2,7
Lainnya 4 2,7
Pendapatan Keluarga/Bulan
< Rp 500.0
.000,00 27 18
Rp 500.000
00,00 - Rp 1.000.000,00 69 46
> Rp 1.000
00.000,00 54 36
Total 150 100
Sumber : Da
ata Primer, 2013

3.2 Karakteristik Sampel B


Berdasarkan tergolong gizi kurang, ya aitu pada sampel
Status Gizi dengan jenis kelamin perem mpuan sebanyak 7
anak (11,9%). Lebih bany nyak sampel yang
Tabel 2 menunjukkan n bahwa jumlah
tergolong kategori gizi kura
rang, yaitu sampel
sampel terbanyak berdasarka kan jenis kelamin,
pada umur 18-23 bulan se sebanyak 11 anak
yaitu anak laki-laki dengan jumlah
j 91 anak
(42,8%), sedangkan palin ling sedikit, yaitu
(60,7%) dan anak perempua uan sebanyak 59
sampel pada umur 12-17 b bulan sebanyak 5
anak (39,3%). Sedangkan an, berdasarkan
anak (10,2%), dan untuk kategori
k gizi baik
umur sampel lebih banyak pada kelompok
paling banyak, yaitu sampe
pel pada umur 6-11
umur 6-11 bulan (48,7%) dan da paling sedikit
bulan sebanyak 65 anak (89%),
(8 sedangkan
adalah pada kelompok umu mur 18-23 bulan
paling sedikit yaitu sampell pada umur 18-23
(18,7 %). Lebih banyakk sampel yang
bulan sebanyak 16 anak (5757,1%).
tergolong kategori gizi buruk,
k, gizi kurang, dan
gizi baik berdasarkan jenis is kelamin, yaitu
sampel dengan jenis kelamin ke laki-laki
sebanyak 91 anak dan palin ling banyak, yaitu
sampel yang tergolong gizi baik
ba sebanyak 71
anak (78%), sedangkan pali aling sedikit yang

37
BIMGI Volume 3 No
No.1 | Januari - Juni 2015
3.3 Hubungan Umur Pemb berian MP-ASI pemberian MP-ASI kurang ng, yaitu sebanyak
Pertama Kali dengan Status
S Gizi 26 anak (38,2%). Hasill uji statistik (chi-
square) antara frekuensi pe
pemberian MP-ASI
Tabel 3 menunjukkan an bahwa anak
dengan status gizi anak meenunjukkan bahwa
yang berstatus gizi buru ruk/kurang yang
ada hubungan yang signifika
ikan (p = 0,000).
mendapatkan MP-ASI pada u usia tepat, yaitu
sebanyak 27 anak (18%). HasilH uji statistik
3.5 Hubungan Umur Pem mberian MP-ASI
(chi-square) antara umur pememberian MP-ASI
Pertama Kali dengan
n Status Gizi
pertama kali dengan sta tatus gizi anak
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan Tabel 3 menunjukk kkan bahwa anak
yang signifikan (p = 0,748). yang berstatus gizi bur uruk/kurang yang
mendapatkan MP-ASI pada da usia tepat, yaitu
3.4 Hubungan Frekuensi PPemberian MP- sebanyak 27 anak (18%).. Hasil uji statistik
ASI dengan Status Gizi
izi (chi-square) antara umur pemberian
pe MP-ASI
pertama kali dengan st status gizi anak
Tabel 3 menunjukkan
an bahwa lebih
menunjukkan bahwa tidak ak ada hubungan
banyak anak yang berstatus
b gizi
yang signifikan (p = 0,748).
buruk/kurang yang mendapa
patkan frekuensi

Tabel 2. Distribusi Sampe


pel Berdasarkan Status Gizi di Wilayah Pesisir Kec
ecamatan Tallo
Kota Makassar Tahun 2013

BB/U
Karaketristik T
Total
Gizi Gizi
Sampel Gizi Baik
Buruk Kurang
n (%) n (%) n (%) n (%)

Jenis Kelamin
Laki-laki 5 5,5 15 16,5 71 78 91 60,67
Perempuan 2 3,4 5 8,5 52 88,1 59 39,33
Umur
6-11 bulan 2 2,7 6 8,2 65 89 73 48,67
12-17 bulan 2 4,1 5 10,2 42 85,7 49 32,67
18-23 bulan 3 10,7 9 32,1 16 57,1 28 18,67
Total 7 4,7 20 13,3 123 82 150 100
Sumber: Data Prime
er, 2013

3.6 Hubungan Frekuensi P Pemberian MP- statistik (chi-square) antar


tara jenis MP-ASI
ASI dengan Status Gizi
izi dengan status gizi anak meenunjukkan bahwa
tidak ada hubungan yang g signifikan (p =
Tabel 3 menunjukkan an bahwa lebih
0,620).
banyak anak yang berstatus
b gizi
buruk/kurang yang mendapa patkan frekuensi
3.8 Hubungan Jumlah Ko onsumsi Energi
pemberian MP-ASI kurang,, yaitu sebanyak
dengan Status Gizi
26 anak (38,2%). Hasil ujiuj statistik (chi-
square) antara frekuensi pem
emberian MP-ASI Tabel 3 menunjukka kan bahwa sampel
dengan status gizi anak menu
nunjukkan bahwa paling banyak mengonsum msi energi kurang
ada hubungan yang signifikan
an (p = 0,000). dari rekomendasi AKG yai aitu sebanyak 123
anak (82%), akan tetapii hanya 24 anak
3.7 Hubungan Jenis MP-AS
ASI dengan (19,5%) yang berstatus g gizi buruk/kurang.
Status Gizi Sedangkan, anak yang men engonsumsi energi
sesuai dengan rekomen endasi sekurang-
Tabel 3 menunjukkann bahwa terdapat
kurangnya 80% dari AKG sebanyak
s 27 anak
62 anak (41,3%) yang menda
dapatkan MP-ASI
(18%), akan tetapi yang ng berstatus gizi
dengan konsistensi tepat sesuai dengan
buruk/kurang hanya 3 anakk (11,1%). Hasil uji
umurnya, akan tetapi hanya
ya 53 anak yang
statistik (chi-square) antara
ra jumlah konsumsi
berstatus gizi baik dibanddingkan dengan
kalori dengan status gizi anak
an menunjukkan
status gizi anak yang menda
dapatkan MP-ASI
bahwa tidak ada hubungan n yang signifikan (p
dengan konsistensi kurang g sebanyak 70
= 0,570).
anak yang berstatus gizii baik. Hasil uji

38
BIMGI Volume 3 No.1 | Januari--Juni 2015
Tabel 3. Distribusi Sampel Berdasarkan
Be Variabel Penelitian Di Wilayah Pesisir
sir Kecamatan Tallo
Kota Makassar Tahun 2013

Indikator BB/U
Variabel Gizi Buuruk/Gizi p
Gizi baik N (%)
Penelitian Kur
urang value
n % n %
Umur
Pemberian
MP-ASI
Pertama Kali
Kurang 11 18,1 50 82 61 40.67 0,748
Tepat 16 18 73 82 89 59,33
Frekuensi
Pemberian
MP-ASI
Kurang 26 38,2 42 61,8 68 45,33 0,000
Tepat 1 1,2 81 98,8 82 54,67
Jenis MP-ASI
Kurang 18 20,5 70 79,5 88 59,67 0,620
Tepat 9 14,5 53 85,5 62 41,33
Jumlah
Konsumsi
Energi
MP-ASI
Kurang 24 19,5 99 80,5 123 82 0,570
Cukup 3 11,1 24 88,9 27 18
Jumlah
Konsumsi
Protein
MP-ASI
Kurang 24 20,1 95 79,8 119 79,33 0,388
Cukup 3 9,7 28 90,3 31 20,67
Total 27 18 123 82 150 100
Sumber: Data Primer, 2013
13

3.9 Hubungan Jumlah Konnsumsi Protein 4. BAHASAN


dengan Status Gizi 4.1 Hubungan Umur Pem mberian MP-ASI
Pertama Kali Dengan
n Status Gizi
Tabel 3 menunjukkan n bahwa sampel
paling banyak mengonsumsi si protein kurang Pada anak usia 6-23 bulan, selain ASI
dari rekomendasi AKG, yaitu itu sebanyak 119 anak mulai bisa diberi makakanan pendamping
anak (79,33%), akan tetapii hanya 24 anak ASI, karena pada usia ters rsebut anak sudah
(20,1%) yang berstatus giz izi buruk/kurang. mempunyai refleks men engunyah dengan
Sedangkan, anak yang meng gonsumsi protein pencernaan yang lebih ih kuat. Dalam
sesuai dengan rekomend ndasi sekurang- pemberian makanan, anak perlu
kurangnya 80% dari AKG seb ebanyak 31 anak memperhatikan ketepatan w waktu pemberian,
(20,67%), akan tetapi yang ng berstatus gizi frekuensi, jenis, jumlah bahhan makanan, dan
10
buruk/kurang hanya 3 anak (9,7%).
( Hasil uji cara pembuatannya .
statistik (chi-square) antara ju
jumlah konsumsi Pemberian MP-ASII yang dikatakan
protein dengan status gizi ana
nak menunjukkan tepat jika diberikan pada um
umur < 6 bulan dan
bahwa tidak ada hubungan ya yang signifikan (p pemberian MP-ASI yang ttepat digolongkan
= 0,33). pada anak yang diberika an MP-ASI pada
11
umur ≥ 6 bulan . Berdasar arkan hasil analisis
chi-square menunjukkan bahwab tidak ada
hubungan yang signifika kan antara umur
pemberian MP-ASI pertam tama kali dengan
status gizi anak usia 6-23 bbulan berdasarkan
kategori BB/U. Pada penelielitian ini, diketahui
39
BIMGI Volume 3 No
No.1 | Januari - Juni 2015
banyak anak yang berstatus
b gizi meningkatkan daya beli dalam
d memenuhi
14
buruk/kurang yang mendap apatkan MP-ASI kebutuhan pangan keluarga
a .
pada usia tepat, yaitu seba banyak 27 anak
(18%). Adapun perbedaan ha hasil penelitian ini 4.3 Hubungan Jenis MP-A
ASI dengan
dikarenakan ibu dengan anak ak yang tergolong Status Gizi
memberikan MP-ASI pertam ma kali dengan
Hasil penelitian meenunjukkan bahwa
tepat, yaitu setelah anak beberumur 6 bulan,
terdapat 62 anak (41,3%) ya yang mendapatkan
namun dalam perjalanan se selanjutnya, anak
MP-ASI dengan konsisten tensi tepat sesuai
tidak mendapatkan MP-ASII yang tergolong
dengan umurnya dan 88 anak yang
baik secara kualitatif dan n cukup secara
mendapatkan MP-ASI kur urang tepat, akan
frekuensi dan kuantitatif m makanan, serta
tetapi hanya 53 anak yan ang dapat MP-ASI
frekuensi sakit anak yang juga
ga mempengaruh
12 tepat dan berstatus gizi baik
aik. Sedangkan, 70
nafsu makan dan jumlah asup upannya .
anak mendapatkan MP-AS ASI kurang tepat,
Penelitian ini bertentntangan dengan
namun status gizinya bai aik. Hasil analisis
hasil penelitian Sari (2010) di wilayah pesisir
menunjukkan bahwa tidak ak ada hubungan
desa Weujangka kecam
amatan Kuala
yang signifikan antara pemberian jenis
kabupaten Bireuen yang g menunjukkan
makanan pendamping ASII sekarang dengan
bahwa umur pemberian MP-A ASI pertama kali
status gizi anak usia 6-23 bbulan berdasarkan
mempunyai hubungan deng ngan status gizi
1 kategori BB/U.
anak .
Hasil penelitian ini didukung oleh
penelitian Vita dan Aba bas (2003) yang
4.2 Hubungan Frekuensi PPemberian MP-
menunjukkan bahwa tidak terdapat
t pengaruh
ASI dengan Status Gizi
izi
yang signifikan antara jenis makanan
15
Pemberian makanan pendamping
p ASI terhadap status gizi anak an . Ibu yang
yang tepat biasanya diberikakan 3 kali sehari. memberikan bubur beras atau at bubur formula
Pemberian makanan pendam mping ASI dalam kepada anak sebagai MP-A ASI, namun masih
frekuensi yang berlebihan atau diberikan ditemukan banyak anak ya yang status gizinya
lebih dari 3 kali sehari, kem
mungkinan dapat tidak baik. Hal ini juga disebabkan oleh
9
mengakibatkan terjadinya diare . Hasil karena jumlah MP-ASI yang ng diberikan masih
penelitian menunjukkan bahwa ada kurang memadai.
hubungan yang signifikan a antara frekuensi Hasil penelitian me enunjukkan jenis
pemberian makanan pen endamping ASI MP-ASI berdasarkan kkonsistensi tidak
dengan status gizi anak u usia 6-23 bulan berhubungan dengan status us gizi anak. Hal ini
berdasarkan kategori BB/U. dikarenakan dari hasil penelitian
p didapat
Hasil penelitian ini ni bertentangan bahwa kualitas MP-ASI yan ng diberikan masih
dengan penelitian Sharma a (2013) yang kurang memadai.
menunjukkan bahwa bany nyak ibu yang
memberikan MP-ASI den engan frekuensi 4.4 Hubungan Jumlah Ko onsumsi Energi
20
pemberian MP-ASI dengan kejadian
k diare . Dengan Status Gizi
Namun, hasil penelitian ini ni didukung oleh
Hasil penelitian men
enunjukkan bahwa
penelitian Firdhani dan Gunananti (2005) yang
sebanyak 123 anak (82% 2%) mengonsumsi
menunjukkan bahwa ada hub bungan frekuensi
MP-ASI dengan kandunga gan energi kurang
pemberian MP-ASI pada anak dengan
dari AKG, sedangkan
an anak yang
kejadian diare. Hal ini menununjukkan bahwa
mengonsumsi energi sesuai dengan
anak yang diberi MP-ASI dengan
de frekuensi
rekomendasi sekurang-kura rangnya 80% dari
yang tidal tepat, kemu ungkinan tidak
AKG sebanyak 27 anak (18 18%). Berdasarkan
mempunyai resiko lebih besa ar untuk terpapar
hasil analisis menunjukkan n bahwa tidak ada
diare dibanding dengan anakk yang diberi MP-
13 hubungan yang signifikan antara
a kecukupan
ASI dengan frekuensi yang tetepat .
jumlah konsumsi energi da ari pemberian MP-
Pada penelitian ini, mayoritas
ASI dengan status gizi ana
nak usia 6-23 bulan
penghasilan per bulan kelua uarga antara Rp.
berdasarkan kategori BB/U/U.
500.000,00 - Rp. 1.000.000 0,00. Kondisi ini
Berdasarkan penelit litian Wahyu dkk
memungkinkan frekuensi pem emberian MP-ASI
(2012), menyatakan bahw wa penyebab gizi
belum sesuai dengan u usianya. Hasil
kurang tidak hanya dis isebabkan karena
penelitian ini sesuai den engan pendapat
jumlah makanan yang tida idak sesuai, tetapi
Simondin (2007) yang men ngatakan bahwa 16
juga karena penyakit . Ana
nak yang mendapat
pendapatan keluarga merupa pakan faktor tidak
makanan yang baik tetapi karena
k sering sakit
langsung yang memengaru ruhi status gizi,
diare atau demam dapatt menderita
m kurang
karena dengan penda
dapatan akan
gizi. Demikian dengan anak ak yang makannya

40
BIMGI Volume 3 No.1 | Januari--Juni 2015
tidak cukup baik, maka day aya tahan tubuh 5. KESIMPULAN
makin melemah dan mu udah terserang
Hasil penelitian ini in menunjukkan
penyakit. Kenyataan secara a bersama-sama
bahwa tidak ada hubungan an umur pemberian
baik makanan maupun peny nyakit merupakan
makanan pendamping ASI AS pertama kali
penyebab dari kurang gizi.
dengan status gizi anak ber
erdasarkn BB/U ( p
= 0,748). Terdapat hubunga
gan yang signifikan
4.5 Hubungan Jumlah Konnsumsi Protein
antara frekuensi pemb berian makanan
Dengan Status Gizi
pendamping ASI dengan status gizi anak
Hasil penelitian menu unjukkan bahwa berdasarkan kategori BB B/U (p = 0,000).
total konsumsi protein anakk yang berstatus Tidak ada hubungan yang g signifikan antara
gizi buruk memang rendah bi bila dibandingkan pemberian jenis makanan n pendamping ASI
dengan AKG sehari-hari, dim imana AKG untuk sekarang dengan status gizi anak (p =
anak umur 0-6 bulan adalah 10 1 gram dengan 0,620). Tidak ada hubungagan yang signifikan
batas interval minimum 80% dari AKG, yaitu antara kecukupan jumlah h konsumsi energi
8 gram. Untuk kecukupan protein, pr sebagian dengan status gizi an nak berdasarkan
besar sampel mengonsumsi si protein kurang kategori BB/U (p = 0,5 ,570). Tidak ada
dari rekomendasi AKG, yaitu itu sebanyak 119 hubungan yang signifikan antara
a kecukupan
anak (79,3%). Berdasarkan an hasil analisis jumlah konsumsi protein dengan
d status gizi
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan anak berdasarkan kategori ri BB/U (p = 0,388).
yang signifikan antara kec ecukupan jumlah Disarankan agar dilailakukan penelitian
konsumsi protein dari pem mberian MP-ASI selanjutnya, agar masalah h gizi yang terjadi
dengan status gizi anak u usia 6-23 bulan pada anak dapat diketa tahui dan dapat
berdasarkan kategori BB/U. dicegah dengan cepat serta dilakukan
Adapun pengelompo pokkan interval penyuluhan kepada ibu tentang kualitas
berdasarkan kecukupan konssumsi energi dan maupun kuantitas dan polaola pemberian MP-
protein dilakukan berdasarka kan rekomendasi ASI yang sesuai dengan usisia anak.
Angka Kecukupan Gizi denga gan batas interval
bawah sebesar 80% dari ari AKG sesuai DAFTAR PUSTAKA
rentang umur anak dan bata atas interval atas
1. Sari K. Pola Pemberian
ian ASI dan MP-ASI
menyesuaikan dengan ka kategori interval
Pada Anak 0-2 Tah ahun Ditinjau Dari
selanjutnya dan nilainya anta tara 100%-120%
17 Aspek Sosial Ekono nomi di Wilayah
dari AKG .
Pesisir Desa Weujan jangka Kecamatan
Sebuah studi yang g dilakukan di
Kuala Kabupaten Bireu
ireuen Tahun 2010,
Lusaka, Zambia bertentanga gan dengan hasil
Tidak Diterbitkan, Fakkultas Kesehatan
penelitian ini yang menunjuk ukkan rendahnya
Masyarakat, Universi sitas Sumatera
asupan protein anak pada konsumsi ko sehari-
Utara Medan. 2010.
hari mereka dengan sing ingkong sebagai
2. Anonim. Profil Kecam amatan Tallo Kota
makanan pokok. Ketidakcuku kupan protein ini
Makassar. (Online). 2012. 11 Januari
mempengaruhi tingginya p prevalensi gizi
18 2013.<http://kecamatanantallo.blogspot.co
buruk dalam populasi ini . Perbedaan
P hasil
m/2012/10/profil-kelura
rahan-tallo.htm>
penelitian ini dengan peneliti litian sebelumnya
3. Ferreira A et al. Nutri
tritional Status and
dikarenakan bahwa penelitia ian ini sebagian
Growth of Indigenouss Xavante
X Children,
besar sampel memiliki keb ebiasaan makan
Central Brazil. Nutriti
rition Jurnal. 11:3
dengan frekuensi yang tida dak terartur dan
(2012): 1-9.
jumlah konsumsi makanan an pokok yang
4. Deba, U. Perbedaan Status
S Gizi Antara
sedikit. Selain itu jika dilihatt dari pendidikan
Bayi yang Diberi ASII Eksklusif Dengan
terakhir ibu, sebagian besa ar adalah tamat
Bayi yang Diberi MP-ASI M Dini di
SD, sehingga pengetahuan an tentang jenis
Puskesmas Perumnas as Kota Kendari,
makanan yang dikon nsumsi yang
Jurnal SELAMI IPS, 2:2 :21 (2007).
mengandung banyak protein n masih
m kurang.
5. Fatimah. Pengetahua uan dan Praktek
Makanan tambahan yang ya baik adalah
Keluarga Sadar Gizii Ibu I Balita, Jurnal
kaya energi, protein, dan an mikronutrien
Kesehatan Masyaraka kat, 4:4 (2010):23-
(terutama zat besi, zink, kals lsium, vitamin A,
25.
vitamin C dan folat), bersih d dan aman, tidak
6. Helmyati S dan Lestar tariani W. Kejadian
terlalu pedas atau asin, muda dah dimakan oleh
Anemia Pada Bayi Us Usia 6 Bulan yang
anak, disukai anak, harga terjangkau dan
19 Berhubungan dengan n Sosial Ekonomi
mudah disiapkan .
Keluarga dan Usia Pem emberian Makanan
Pendamping ASI, Berita B Kedoteran
Masyarakat, 23:1 (200707): 35-40.

41
BIMGI Volume 3 No
No.1 | Januari - Juni 2015
7. Hermina dan Nurfi. Hu ubungan Praktik Gunungpati. Pusatt Penelitian dan
Pemberian ASI Eks ksklusif dengan Pengembangan Gizi zi dan Makanan,
Karakteristik Sosial, D Demografi dan Badan Litbang Keseha hatan, Kementerian
Faktor Informasi Tentang
ang ASI Dan MP- Kesehatan. 21:8 (2012 2): 433-439.
ASI (Studi Di Kota ta Padang dan 17. Khoiriyah N. Hubun ungan Pemberian
Kabupaten Solok Prov rovinsi Sumatera Makanan Pendamping ing ASi (MP-ASI)
Barat). Pusat Pe enelitian Dan Dini dengan Diare pad ada Bayi Usia 1-6
Pengembangan Gizi Dan D Makanan. Bulan. Jurnal Stikesnu.. 2(1) (2012):1-6.
Badan Litbang Kesehata tan. Kementerian 18. Owino V. Complem ementary Feeding
Kesehatan. 13:4 (2010): 353-360. Practices and Nutrietrient Intake from
8. Maseko M dan Ow waga E. Child Habitual Complemen entary Foods of
Malnutrition and Mortalit
ality in Swizeland Infants and Children A Aged 6-18 Months
Situation Analysis off the Immedate, Old in Lusaka, Zambiabia. African Journal
Underlying and Basic ic Causes 2012. Of Food Agriculture re Nutrition And
African Journal of Foo ood, Agriculture, Development. 8:1 (200 08): 28-47.
Nutrisi, and Developmen ent. 12:2 (2012): 19. Hermina dan Prihatin tini S. Gambaran
5994-6006. Keragaman Mak
akanan dan
9. Departemen Kesehatan n RI. Pedoman Sumbangannya terha rhadap Konsumsi
Umum Gizi Seimbang ng. Departemen Energi Protein Pada An
Anak Balita Pendek
Kesehatan RI. Jakarta. 2007
2 Di Indonesia. Jurnall B Buletin Penelitian
10. Gibson RS. Ferguson EL. Lehrfeld J. Kesehatan. 39 (2010): 62-73.
Complementary Foodsds for Infant
Feeding in Developing Countries:
C Their
Nutrient Adequacy and nd Improvement. RIWAYAT PENULIS
European Journal Of Clinical
C Nutrition. Nama : Rizki Eka Sakt
kti Octaviani
72 (2008): 421-429. TTL : Kendari, 1 Okt
ktober 1991
11. Bogue J. Parental P Perceptions of Pendidikan :
Feeding Practices in Five European 1. SDN 14 Madonga Kend ndari 1996-2003
Countries: An Explo ploratory Study. 2. SMPN 9 Kendari 2003--2006
European Journal Of Clinical
C Nutrition. 3. SMAN 4 Kendari 2006--2009
61 (2007) : 946–956. 4. S1 Jurusan Gizi Fak akultas Kesehatan
12. Lande B. Relations Between High Masyarakat Universi sitas Hasanuddin
Ponderal Index at B Birth, Feeding 2009-2013
Practices and Body Mass M Index in 5. S2 Jurusan Gizi Kesehehatan Masyarakat
Infancy. European Jour urnal of Clinical Fakultas Kesehata
tan Masyarakat
Nutrition. 59 (2005): 1241
41– 1249. Program Pascasarja
rjana Universitas
13. Firdhani E dan Gu unanti I. Pola Hasanuddin 2014-seka karang
Pemberian ASI, MP-ASII dan Status Gizi
Anak Usia 1-2 Tahun Pada Keluarga
Etnis Madura dan Etnis is Arab (Studi Di
Puskesmas Pegirian d dan Puskesmas
Perak Timur Surabaya) a). Jurnal Pusat
Penelitian Dan Pengemb bangan Gizi Dan
Makanan, Badan Litba bang Kesehatan,
Kementerian Kesehatan.. 8:2 (2005): 35-
41.
14. Simondon KB. Age at Introduction of
Complementary Food d and Physical
Growth from 2 to 9 M Months in Rural
Senega. European Jour urnal Of Clinical
Nutrition. 51 (2007) : 846
46–856.
15. Vita, K dan Abas B.. Studi Dampak
Pemberian Makanan P Pendamping Air
Susu Ibu (MP-ASI) terhadap
te Tingkat
Pertumbuhan Anak Umu ur 5 Bulan. Pusat
Penelitian Dan Pengee eembangan Gizi
Dan Makanan. 26:1 (200 03): 1-10.
16. Wahyu D, Heryanto, Ro odhi. Perbedaan
Berat Badaan Pada Bay ayi Usia 6 Bulan
Yang Diberikan ASII Dengan yang
Diberikan MP-ASI D Di Kecamatan
42
BIMGI Volume 3 No.1 | Januari--Juni 2015
Tinjauan PENGARUH EPA (EICOSAPENTAENOIIC ACID)
P
D
DAN DHA (DOCOSAHEXAENOIC ACID
D) MINYAK
Pustaka I
IKAN TERHADAP TEKANAN DARAH PADA
P
K
KARYAWAN PERUSAHAAN SWASTA YYANG
M
MENGALAMI HIPERTENSI
1
J
Jeallyza Muthia Azra
1
M
Mahasiswa Progam Studi Gizi Masyarakat, Institut Pertanian
n Bogor
JJalan Raya Darmaga, Kampus IPB Darmaga, Bogor, Jawa Ba arat 16680
E
Email: ajeallyzamuthia@ymail.com

ABSTRAK

Tekanan darah adalah tekan anan yang dihasilkan oleh dinding arteri jantung
ng. Tekanan darah
terdiri dari tekanan sistolik saa
saat jantung berkontraksi (N: 120 mmHg) dan teka
kanan diastolik saat
jantung berelaksasi (N: 80 m mmHg). Tekanan darah dengan nilai sistolik > 140 mmHg dan
diastolik > 90 mmHg disebut ut hipertensi. Hipertensi pada karyawan perusahaa
aan swasta dengan
faktor risiko yang lebih tinggi
gi dapat disembuhkan dengan mengonsumsi mak akanan yang dapat
menurunkan tekanan darah sseperti EPA dan DHA pada minyak ikan. Omega a 3, EPA, dan DHA
mampu menghentikan pemb mbekuan darah, melebarkan pembuluh darah,, dan mengurangi
ketebalan dinidng arteri.

Katakunci : DHA, EPA, Hiper


ertensi, Omega 3, Tekanan darah

ABSTRACT

Blood pressure is the pressu sure generated by the arterial of heart. Blood pre ressure consists of
systolic blood pressure (N:1 :120 mmHg) and diastolic blood pressure (N:: 80 mmHg). The
condition if sistolic > 140 mm mHg and diastolic > 90 mmHg called hypertens nsion. Hypertensive
disease of employees in priva
rivate companies which has high risk factor can be cured by eating
foods that can make blood pre
pressure lower such as EPA and DHA in fish oil. Omega
Om 3, EPA, and
DHA has the ability to stop blood
bl clotting, dilate blood vessels, and reduce the thickness of the
arterial wall.

Keyword :Blood pressure, DH


DHA, EPA, Hypertension, Omega 3

1. PENDAHULUAN

Masyarakat pada era globalisasi saat Hipertensi sebagai sal


alah satu pencetus
ini lebih rentan terkena penya
yakit tidak menular terjadinya penyakit jantungg dan stroke, ikut
dibandingkan penyakit menu nular. Salah satu andil dalam peningkatan p proporsi kematian
penyakit tidak menular adalalah tekanan darah penyakit tidak menular tertentu seperti
tinggi yang juga memicu kejadian
ke penyakit proporsi kematian karena
ka penyakit
kardiovaskuler seperti jantung
ng koroner, gagal kardiovaskular meningkat dari
d 9,1% (tahun
1
jantung, stroke, ataupun g gagal ginjal .The 1986) menjadi 26,3% (tahu hun 2001), jantung
seventh report of the Joint National iskemik dari 2,5% (tahun un 1980) menjadi
Committee on Preventio
tion, Detection, 14,9% (tahun 2001), dan stroke dari 5,5%
3
Evaluation, and Treatment nt of HighBlood (tahun 1986) menjadi 11,5%,5% (tahun 2001).
Pressure (JNC VII) meny nyatakan bahwa Kematian di dunia pada tahunt 2004 yang
seseorang dapat dikatakan n hipertensi jika disebabkan oleh penyakkit jantung dan
tekanan darah sistolik 140 m mmHg atau lebih pembuluh darah sebesarr 36,3 %. Angka
dan tekanan darah diastolik ik 90 mmHg atau kematian ini meningkat 28 28% per tahun di
2
lebih. negara berkembang. Ber erbagai penelitian

43
BIMGI Volume 3 No.1 | Ja
Januari - Juni 2015
epidemiologis yang dilakuka kan di Indonesia yang terlalu banyak, konflik
flik dengan teman,
menunjukan 1,8-28,6 % penduduk p yang serta tidak ada dukungan n dari kolega dan
7
berusia diatas 20 tahun a adalah penderita cara memimpin. Oleh karen ena itu, faktor risiko
4
hipertensi. karyawan perusahaan swasta s terhadap
Penyakit hipertensi dap apat disembuhkan hipertensi lebh tinggi
atau dicegah dengan berba bagai cara, salah Atas dasar uraian diat
iatas, maka penulis
satu diantaranya adalah den ngan berolahraga tertarik untuk mengetah hui lebih lanjut
dan mengonsumsi makana nan yang dapat mengenai pengaruh pembe berian minyak ikan
menurunkan tekanan darah.. Salah satu studi yang mengandung EPA da dan DHA terhadap
yang yang dilakukandi Eskim kimo dan Jepang penurunan tekanan dara rah sistolik dan
dimana penduduk disana a mengonsumsi diastolik pada karyawan perusahaan
pe swasta
lemak hewani dalam jumlah lah dan frekuensi yang menderita hipertensi.
yang tinggi menunjukkan b bahwa penduduk
tersebut memiliki angka yan ang rendah untuk 2. PEMBAHASAN
terkena penyakit jantung. Lem emak hewani yang
dikonsumsi penduduk Eskim imo dan Jepang 2.1 Tekanan Darah
cenderung berasal dari hewa an laut yaitu ikan Tekanan darah adala alah tekanan yang
laut dan mamalia laut sepert erti ikan paus dan ditimbulkan pada dinding g arteri. Tekanan
5
anjing laut (minyak ikan). Min inyak ikan secara darah ada dua yaitu sisto tolik dan diastolik.
tradisional dapat kita peroleh p dengan Tekanan darah sistolik adalah tekanan
mengonsumsi ikan, tetapi minyakm ikan yang puncak yang terjadi saat ventrikel
sudah dikemas dalam ben entuk kapsuljuga berkontraksi. Sementara itu, u, tekanan diastolik
dapat menjadi alternatif untuk
tuk mempermudah adalah tekanan terendah yang y terjadi saat
mengonsumsi minyak ikan. jantung beristirahat. Tekanan
T darah
Minyak ikan merupaka kan sumber asam merupakan rasio antara tekanan sistolik
lemak rantai panjan
ang omega-3, terhadap diastolik. Bahwa a tekanan darah
Eicosapentaenoic Aci
cid (EPA), sistolik (atas) adalah punca cak yang tercapai
Docosahexaenoic Acid (DH HA) yang dapat ketika jantung berkontraksii dan d memompakan
5 8
menurunkan tekanan darah. Cara kerja dari darah keluar melalui arteri. ri. Tekanan darah
kandungan pada minyak ikan n adalah omega 3 sistolik dicatat apabila terdengar bunyi
dapat membantu dalam m penghentian pertama (Korotkoff I) pad da alat pengukur
penggumpalan darah. Hasil sil metabolit EPA darah. Tekanan darah diastolik (angka
yaitu prostaglandin be erfungsi untuk bawah) diambil ketika teka kanan jatuh ketitik
mengencerkan darah dan
da melebarkan terendah saat jantung rile ileks dan mengisi
pembuluh darah sehing
ngga peripheral darah kembali. Tekanan n darah diastolik
resistance menurun yang berdampakb pada dicatat apabila bunyi tida ak terdengar lagi
6 8
penurunan tekanan dara rah. Disamping (Korotkoff V). Normalnya tek tekanan darah pada
berdampak positif untuk me engatasi penyakit orang dewasa berkisar dar ari 100/60 sampai
hipertensi, minyak ikan jug ga memiliki efek 140/90. Rata-rata tekana an darah orang
9
samping diantaranya mual, berbaub amis, dan normal yaitu 120/80. Teka anan darah diukur
gas yang menyebabkan perut menjadi dalam satuan milimeter air ra raksa (mmHg).
kembung. Cara untuk m mengantisipasinya Tekanan darah rata ata-rata ataumean
dapat dilakukan dengan men ngonsumsiminyak arterial pressure (MAP) adalah ad tekanan di
ikan sebelum tidur, atau bersamab dengan seluruh sistem arteri pada satu sa siklus jantung.
makanan. Tekanan darah rata-rata (TDR) diperoleh
10
Karyawan swastata merupakan dengan rumus sebagai berik ikut:
seseorang atau sekumpula lan orang yang
bekerja pada suatu bada dan usaha atau TDR = 1/3 (TS- TD) + TD
T (1)
perusahaan swasta dan di diberikan imbalan TDR: Tekanan Darah Rata-R Rata
kerja sesuai dengan perun rundang-undangan TS: Tekanan Sistolik
yang berlaku baik bersifat harian,
ha mingguan, TD: Tekanan Diastolik
maupun bulanan. Karyaw wan perusahaan
swasta memiliki tingkat stress yang umumnya Tekanan darah rata--rata inilah yang
lebih tinggi dan pola maka kan yang kurang merupakan hasil perkalianan curah jantung
teratur dibandingkan pegawa ai negeri. Hal ini dengan tahanan perifer.Nila
ilai tekanan darah
disebabkan karena beban n kerja, tekanan tersebut dapat berubah-uba
bah sesuai dengan
kerja, syarat-syarat karir, proromosi yang tidak faktor yang berpengaruh padanya seperti
jelas, masalah apresiasi, tuntutan atasan curah jantung, isi sekuncup
up, denyut jantung,

44 BIMGI Volume 3 No.1 | Januar


ari-Juni 215
tahanan perifer dan sebagain
inya maupun pada Hipertensi berdasarka an penyebabnya
keadaan olahraga, usia lanju
jut, jenis kelamin, dibagi menjadi 2 jenis :
suku bangsa, iklim, dan penyakit-penyakit
p 1.Hipertensi primer atau u esensial yaitu
10
jantung atau pembuluh darahn
hnya. hipertensi yang tidak atau belum diketahui
penyebabnya (terdapat pa ada kurang lebih
2.2 Tekanan Darah Ting
ggi 90% dari seluruh kejadian hipertensi).
hip
Tekanan darah tinggigi atau hipertensi 2. Hipertensi sekunder adala lah hipertensi yang
merupakan kondisi medis
m dengan disebabkan atau sebagai akibatak dari adanya
peningkatan tekanan darah ah secara kronis penyakit lain.
dalam jangka waktu lama.. Tekanan darah Hipertensi esensialial kemungkinan
yang selalu tinggi menjadi ssalah satu faktor memiliki banyak penyeyebab, beberapa
risiko untuk stroke, seranganan jantung, gagal perubahan pada jantung dan an pembuluh darah
jantung, aneurisma arterial,l, dan merupakan kemungkinan bersama-sam ma menyebabkan
penyebab utama gagal ja jantung kronis.
11 meningkatnya tekanan d darah. Hipertensi
Hipertensi adalah kondisi tekanan darah esensial merupakan salah ssatu faktor resiko
sistoliknya sama atau diatass 140
1 mm Hg atau penting untuk terjad
adinya penyakit
tekanan darah diastoliknya ssama atau diatas cerebrovaskuler dan penyakit
pe jantung
2
90 mm Hg. Seseorang dikata atatakan hipertensi koroner. Hipertensi esensial ial juga merupakan
apabila mempunyai tekanan an darah sistolik penyebab kesakitan dan n kematian yang
>140 mmHg dan tekanan da arah diastolik >90 cukup banyak dalam ma asyarakat. Kasus
mmHg.
11
Berikut adalah klasifikasi
k untuk hipertensi esensial meliputi ti lebih kurang 90-
penderita dalam pengobatan n antihipertensi:
a 95% dan 5-10% lainnya ya adalah kasus
10
hipertensi sekunder. Han anya 50% dari
Tabel 1. Klasifikasi Tekanaan Darah Untuk golongan hipertensi sekunde der dapat diketahui
Umur 18 Tahun Atautau Lebih penyebabnya, dan dari go olongan ini hanya
Kategori Tekan
anan darah beberapa persen yang dapat diperbaiki
12
kelainannya.
Sistolik Diastolik
Sekitar 5% kasus hipertensi telah
(mmHg) (mmHg)
diketahui penyebabnya. Hipe ipertensi ini disebut
Optimal <120 <80
sebagai hipertensi sekun under. Penyebab
Normal <130 <85
Normal tinggi 130-139 tersebut antara lain penyakkit parenkim ginjal
85-89
(3%), penyakit renovaskule ler (1%), kelainan
Hipertensi 140-159 90-99
endokrin (1%), koarktasio sio aorta, kaitan
derajat 1
dengan kehamilan, dan ak akibat penggunaan
Hipertensi 160-179 100-109 12
obat.
derajat 2
Hipertensi >180 >110
2.3 Faktor Risiko Hipertenensi
derajat 3
Kejadian penyakit hipe
pertensi memiliki
Sumber : The sixth of the joint National
beberapa faktor risiko diantataranya: stres, pola
Committee on Preventio
tion, Detection,
makan, umur, faktor genet etik, jenis kelamin,
Evaluation, and Treatmentt of Hight Blood
obesitas, asupan gar
aram, peminum
Pressure (1997)
alkohol,dan kebiasaan mer erokok. Hipertensi
bersifat diturunkan atau bersifat genetik.
Para penderita hiper ertensi umumnya
Individu dengan riwayat ke keluarga hipertensi
tidak menyadari bahwa diri mereka sedang
mempunyai risiko dua kkali lebih besar
terkena hipertensi karena tid
idak menimbulkan
untukmenderita hipertensii daripada orang
gejala yang spesifik. Akan n tetapi, apabila
yang tidak mempunyai keluarga k dengan
hipertensinya berat atau me enahun dan tidak
riwayat hipertensi. Insidens
nsi hipertensi juga
diobati, gejala yang akan n timbul adalah
meningkat seiring dengan pertambahan
p usia
sebagai berikut: sakit kepala,
a, kelelahan, mual,
dan pria memiliki risiko le lebih tinggi untuk
muntah, sesak nafas, gelis lisah, pandangan
menderita hipertensi lebih ih awal. Obesitas
menjadi kabur yang terjadi di karena adanya
dapat meningkatkan keja ejadian hipertensi
kerusakan pada otak, mata ata, jantung, dan
karena lemak dapat menim imbulkan sumbatan
ginjal. Kadang penderita h hipertensi berat
pada pembuluh darah sehingga se tekanan
mengalami penurunan kesada daran dan bahkan
darah meningkat. Selain itu, itu asupan garam
koma karena terjadi pemb bengkakan otak.
yang tinggi akan menyeba babkanpengeluaran
Keadaan ini disebut ensefaloalopati hipertensif,
12 berlebihan dari hormon natriouretik
n yang
yang memerlukan penangana nan segera.
secara tidak langsung aka kan meningkatkan

45
BIMGI Volume 3 No.1 | Ja
Januari - Juni 2015
tekanan darah. Kebiasaan n merokok juga meta analisis pada pen nderita hipertensi
berpengaruh dalam menin ningkatkan risiko dengan konsumsi asam llemak omega 3
hipertensi walaupun mekan anisme timbulnya sebanyak 7,7 gram/h
/hari didapatkan
13
hipertensi belum diketahui sec
ecara pasti. penurunan tekanan dara rah sistolik dan
diastolik berturut-turut sebbanyak 4 dan 3
2.4 Minyak Ikan (EPA da an DHA) mmHg.
Minyak ikan merupaka an sumber asam Cara kerja dari kandungan
k pada
lemak rantai panjan
ang omega-3, minyak ikan adalah omega 3 dapat membantu
eicosapentaenoic acid
cid (EPA), dalam penghentian pengg ggumpalan darah.
5
docosahexaenoic acid (DHA HA). Asam lemak Pemberian DHA akan meng ngurangi ketebalan
omega-3, EPA, dan DHA ada dalah zat gizi yang dinding arteri koroner d dan aorta pada
dapat menurunkan tekanan an darah. Asam binatang percobaan tikus dengan
lemak omega-3 membantu tu menghentikan hipertensi.Hasil metabolit
lit EPA yaitu
11
penggumpalan darah. Has asil metabolit EPA prostaglandin berfungsi untutuk mengencerkan
yaitu prostaglandin berfungs gsi mengencerkan darah dan melebarkan pembuluhp darah
14
darah dan melebarkan pembu buluh darah. sehingga peripheral resistan
ance menurun yang
6
Asam lemak omega-3 3 terbagi menjadi berdampak pada penurunan n tekanan darah.
dua grup yaitu rantai panj njang dan rantai
pendek. Asam lemak omega--3 rantai panjang 2 KESIMPULAN
disebut EicosapentanoicAci cid (EPA) dan Hipertensi atau tekananan darah tinggi
Docosaheanoic acid (DH HA). Komponen adalah suatu keadaantekan anan darah sistolik
tersebut terdapat pada minyakmi ikan dan >140 mmHg dan tekanan da darah diastolik >90
dibentuk tubuh dari ALA yyang merupakan mmHg. Hipertensi merupa akan faktor risiko
asam lemak omega-3 rantaii pendek.
p EPA dan untuk stroke, serangan jantung, gagal
DHA dikonversi menjadi horm rmon yang disebut jantung, aneurisma arterial,
al, dan merupakan
prostaglandin, trombosantin, in, dan leukotrin. penyebab utama gagall jantung kronis.
Pembentukan ini berfungsi u untuk mengontrol Karyawan perusahaan swas asta yang memiliki
pembekuan darah, inflam
amasi, elastisitas faktor risiko lebih tinggi ter
terhadap hipertensi
15
pembuluh darah, dan sistem imun. i bisa disembuhkan dengan n kandungan EPA
Beberapa penelitiann menunjukkan dan DHA pada minyakk ikan. Hal ini
bahwa semakin tinggi intak ake asam lemak disebabkan karena kemam ampuan omega 3
omega-3, maka akan semak akin rendah untuk dalam penghentian pembek ekuan darah, DHA
terkena risiko jantung kronik. k Hal ini untuk mengurangi ketebala alan dinding arteri
disebabkan oleh kemampua uan prostaglandin koroner, dan EPA yyang berfungsi
untuk mengurangi pembek ekuan sel darah mengencerkan darah dan
d melebarkan
15
merah dan mengurangi tekan nan darah. pembuluh darah.
Asam lemak omega-6 6 terdiri dari asam
linoleat, gamma-linolenic ac acid (GLA), dan DAFTAR PUSTAKA
docohexapentanoic acid (DHA) sangat 1. Kabo P. Bagaimana Me enggunakan Obat-
penting untuk fungsi kesehataatan membran sel. obatan Kardiovaskulerr secara Rasional.
Asam lemak omega-6 dap apat menurunkan Jakarta : Balai Pe Penerbit Fakultas
kolesterol LDL, tetapi apab bila intake asam Kedokteran Universitass Indonesia. 2010.
lemak ini sangat tinggi ma maka juga dapat 2. Joint National Commititteon Prevention,
menurunkan kolesterol HD DL. Intake yang Detection, Evaluation,, aand Treatment of
tinggi juga dapat meningka katkan kerusakan Hight Blood Pressure. The Sixth of the
dari radikal bebas dan risik siko kanker. Oleh Joint National Committe
ittee on Prevention,
karena itu, disarankan untu tuk mengonsumsi Detection, Evaluation,, aand Treatment of
15
asam lemak ini dalam jumlah h yang moderat. Hight Blood Pressure.. National Institute
Penelitian yang dilakuk
ukan di University of Hight Blood Pressurere 98 (1997) :480.
of Cincinnati (Ohio) Collage e mengemukakan 3. Arthur CG, John EH H. Otot Jantung;
bahwa konsumsi minyak ikan n dengan dosis 2- Jantung sebagai Sebu buah Pompa dan
3 gram/hari dapat menurunka kan tekanan darah Fungsi Katup-Katup JJantung. Jakarta:
sistolik sebesar 4,4 mmHg da dan tekanan darah Buku Ajar Fisiologi. Edis
disi 11. EGC. 2007.
16
diastolik sebesar 6,5 mm mHg. Penelitian 4. Gunawan. Hipertensi.. Yogyakarta :
meta analisis menunju jukkan adanya Kanisius. 2005.
penurunan tekanan darah h sistolik/tekanan 5. Webb GP. Dietary Supplement
S and
darah diastolik 0.66/0.35 m mmHg tiap gram Functional Foods. Blaclackweil Publishing
konsumsi minyak ikan pada hipertensi.
h Suatu Ltd :30 -131. 2006.

46 BIMGI Volume 3 No.1 | Januar


ari-Juni 215
6. Martha CM, James OT,, Meir M JS, Bernard 13. Wade, Hwheir A, Came meron DN. Using a
R, Frank MS. The Effecfect of Fish Oil on Problem Detection Study S (PDS) to
Blood Pressure in MildMi Hypertensive Identify and Compa pareHealth Care
Subjects: a Randomize ized Trial. <http:// Privider and Consume mer Views of Anti
www.ajcn.org.> hypertension Therapy py. Journal Of
7. Soewondo S. Relaksasi si Progresif.
P Depok HumanHypertension, 17:617 (2003): 397
: LPSP3 Fakultas Psiko ikologi Universitas 14. Kazumasa E, Norika M. Influence of Age
Indonesia. 2009. and Sex on High F Fat Diet Induced
8. Budiyanto KAM. Gizii d dan Kesehatan. Increase in Blood Pr Pressure: Nagoya
Edisi I. Malang : Universitas Journal of Medical Science.
S Japan :
Muhammadiyah Malang g Press. 2002. Nagoya University Sch chool of Medicine.
9. Smeltzer S and Bare e BG. Buku Ajar 2006.
Keperawatan Medikall Bedah Edisi 8 15. Bean A. The Complete te Guide to Sports
Vol.2. Jakarta : EGC. 200
001. Nutrition. London : A &C C Black. 2009.
10. Ibnu M. Dasar-da
dasar Fisiologi 16. Kristof V, Moniek PMM, PM Johan WM
Kardiovaskuler. Jakarta : EGC. 1996. Heemskerk. Fish Oilil C Consumption and
11. WHO. World Health lth Organization- Rdection of Arteriall Disease. 2003.
International Society of o Hypertension <http://www.jn.nutrition.o
n.org>
Guidelines far the Management
M of
Hypertension. Journall of Hypertension
151:183-17. 1999.
12. Gray HH, Dawkins KD, KD Morgan JM,
Simpson IA. Lectuture Notes :
Kardiologi(4rd ed). Jakakarta : Erlangga.
2005.

47
BIMGI Volume 3 No.1 | Ja
Januari - Juni 2015
Editorial OPTIMALKAN PEMAHAMAN MASYARA
O
M
MENGENAI
AKAT
10 PESAN PEDOMAN GIZII SEIMBANG
S
(P
(PGS) 2014 MELALUI MEDIA MASSA YANG
YA
K
KOMUNIKATIF
1 1
N Afiati Nadhiyah dan Ellen Natalia
Nur
1
M
Mahasiswa Gizi Kesehatan, Fakultas Kedokteran, Universitas
as Brawijaya
Jalan Veteran, Malang, Jawa Timur 65145
Ja
Em : afit.nadya@gmail.com
Email

Permasalahan gizi, b baik gizi kurang tersebut, seperti halnya ya ang terjadi pada
ataupun lebih yang terjadii di masyarakat pesan-pesan dalam pedo oman terdahulu.
merupakan akibat perila
ilaku konsumsi Kurangnya pemahaman di masyarakat
makanan yang tidak seim eimbang. Untuk mengenai pesan dalam PGS S terjadi akibat dari
mencegah munculnya perm rmasalahan gizi, terdapatnya kendala dalam sosialisasi serta
pemerintah dari banyak ne negara di dunia masih melekatnya perseps psi “4 sehat 5
mengeluarkan Food-bas
ased Dietary sempurna” di masyarakat. Oleh O karena itu,
Guidelines (FBDG), yang memuat m anjuran diperlukan cara untuk men engatasi masalah
dan panduan memilih makan anan sehat yang tersebut, yaitu dengan cara m mengoptimalisasi
dikonsumsi oleh masyarak akat sehari-hari. media massa yang komuni nikatif, baik iklan,
FBDG juga berisi anjuran n dan panduan koran, majalah, aplikasi pa ada gadget, dan
beraktivitas fisik untuk menjanjaga agar berat internet. Seperti yang telah h diketahui bahwa
badan berada dalam kead daan sehat. Di media massa memuat inform masi yang mampu
Indonesia, FBDG dikenal seb ebagai Pedoman mempengaruhi pikiran, pera rasaan, sikap dan
1
Umum Gizi Seimbang (PUGS S) . perilaku individu. Sehing gga diharapkan
Pedoman mengenaii gizi seimbang keluaran yang terjadi di m masyarakat, yaitu
telah diimplementasikan di Indonesia
I sejak pesan dapat dipahami dan m merubah persepsi
tahun 1955. Pedoma
man tersebut “4 sehat 5 sempurna” yang g tertanam dalam
menggantikan slogan “4 seha hat 5 sempurna” hati dan ingatan masyarakat.
yang telah diperkenalkan se ejak tahun 1952 Penulisan editorial ini bertujuan untuk
dan sudah tidak sesuaii lagi dengan memberikan saran dalam mengoptimalkan
perkembangan Ilmu Peng ngetahuan dan pemahaman masyarakat men engenai 10 pesan
Teknologi (IPTEK) dalam bid idang gizi, serta PGS 2014. Penyusunan n editorial ini
masalah dan tantangan yang g dihadapi. Pada menggunakan metode stud udi literatur yang
tahun 1995, Pedoman Umum m Gizi Seimbang didapatkan dari jurnal, buk uku, serta artikel
(PUGS) telah diperke
kenalkan dan berkala.
disosialisasikan kepada masy syarakat, namun
masih banyak masalah dan n kendala dalam Manfaat dan Dampak Pelaks
ksanaan PGS
sosialisasi gizi seimbang, seh ehingga harapan
Hakikat pembangunan n nasional adalah
untuk merubah perilaku gizi zi masyarakat ke
pembangunan SDM seutuhny nya dimana untuk
arah perilaku gizi seim imbang belum
2 mewujudkan manusia Indonesia
In yang
sepenuhya tercapai .
berkualitas harus dimulai sejak
s usia dini.
Agar terciptanya perilaku gizi
Pedoman Gizi Seimbang diperlukan
d untuk
seimbang dalam masyara rakat, dilakukan
mencukupi kebutuhan nutrisrisi harian optimal
pengembangan pada 13 pesan PUGS,
terutama pada window opport
ortunity yaitu balita,
dengan alasan pada 13 pesan PUGS
ibu hamil, ibu menyusui dan
n pentingnya 1000
terdapat pesan yang tidak mudahm dipahami 3
hari pertama kehidupan .
dan tidak praktis digunakan n sebagai acuan
Berbagai studi menununjukkan bahwa
edukasi gizi masyarakat ole leh petugas gizi
periode 5 (lima) tahun perertama kehidupan
puskesmas. Sehingga 13 pesan PUGS
2 anak merupakan ‘masa emas as’ (golden period)
dimodifikasi menjadi 10 pesan an PGS 2014 .
atau ‘jendela kesempa
patan’ (window
Meskipun telah terda dapat modifikasi
opportunity) dalam meletakkkkan dasar-dasar
pada pesan dalam PGS, tetapi tet tujuan dari
tumbuh kembang seorang
se anak.
pesan tersebut tidak akan p pernah tercapai
Perkembangan otak manusia sia secara optimal
apabila masyarakat kuran ang memahami
terjadi pada masa janin dan
da bayi, mampu
informasi mengenai pesan an dalam PGS

48 BIMGI Volume 3 No.1 | Januari - Jun


uni 2015
berkembang hebat pada ma asa rangsangan peningkatan nilai pemaham aman masyarakat
sampai dengan usia 8 tahu hun. Masa-masa awam pada penyulu
luhan dengan
keemasan inilah yang disebu ut golden period, menggunakan leaflet. Media a komunikasi
k cetak
yang akan menentukan me enjadi generasi yang juga menunjang penye yebaran 10 pesan
4
yang cerdas tidaknya . Kualitas
Ku tumbuh PGS, serta telah terbukti dap
apat meningkatkan
kembang anak pada ma asa ini akan pengetahuan pembaca yang ng dalam hal ini
6
menentukan kualitas kesehataatan fisik, mental, adalah masyarakat, yaitu media poster .
emosional, sosial, kemampua uan belajar, dan Berdasarkan penelitian yang ng dilakukan oleh
perilaku sepanjang hidupnya ya. Oleh karena Wahdini (2013), menunnjukkan bahwa
itu, golden period harus diman
anfaatkan sebaik penyuluhan dengan metode e ceramah disertai
mungkin untuk mengoptim imalkan tumbuh media poster maupun med edia leaflet dapat
kembang anak sesuai denga gan potensi yang meningkatkan pengetahuan n dan sikap ibu
5 9
dimilikinya . Adanya pela laksanaan gizi balita .
seimbang akan menentukan n kualitas
k sumber Optimalisasi penyebararan pesan juga
daya manusia yang ada di suatu
su negara, gizi menggunakan media komun unikasi elektronik.
seimbang, bangsa cerdas, be erprestasi. Teknologi komputer interaktiftif dan multimedia
telah berkembang dalam dua ua dekade terakhir
10 Pesan Pedoman Gizi Seim
eimbang (PGS) sebagai alat untuk edukas asi gizi. Menurut
Serrano & Anderson, teknologi ini
Di dalam Pedoman Gizi Seimbang
menggabungkan kemampuan an animasi, video
2014, terdapat 10 pesan yang
dan musik, serta menyediaka kan peluang untuk
menyempurnakan pedoman n gizi seimbang
meningkatkan keinginan belajar dan
terdahulu. 10 pesan tersebebut adalah: 1) 10
perubahan perilaku . Denga gan menggunakan
syukuri dan nikmati aneka ragam
ra makanan,
dampak peluang yang dihassilkan oleh media
2) banyak makan sayuran dadan cukup buah-
elektronik diharapkan juga a dapat menjadi
buahan, 3) biasakan men ngonsumsi lauk
sarana penyebaran pengetahu huan mengenai 10
pauk yang mengandung pro protein tinggi, 4)
pesan gizi seimbang yang ng lebih mudah
biasakan mengonsummsi aneka 11
dijangkau dan diakses oleh m masyarakat .
ragam makanan pokok, 5) batasi
b konsumsi
Kesimpulannya addalah adanya
pangan manis, asin dan n berlemak, 6)
pelaksanaan gizi seimbang akana menentukan
biasakan sarapan, 7) biasa akan minum air
kualitas sumber daya manu usia yang ada di
putih yang cukup dan ama an, 8) biasakan
suatu negara, ditunjang dengagan apabila media
membaca label pada kemas asan pangan, 9)
cetak dan media elektronik didiperdayagunakan
cuci tangan pakai sabun den
engan air bersih
secara optimal dan dilakuka an inovasi-inovasi
mengalir, 10) lakukan aktiv
tivitas fisik yang
terhadap media yang ad da, maka tidak
cukup dan pertahankan berat badan
1,2 diragukan lagi pemahaman an mengenai 10
normal .
pesan PGS 2014 akan diperoleh d secara
optimal oleh masyarakat, dis disamping dengan
Optimalisasi Penyebaran 10 Pesan PGS
digunakannya kata-kata dal alam penyusunan
Status gizi masyaraka kat sangat erat pesan PGS yang lebih mu udah dimengerti.
kaitannya dengan faktor pen engetahuan dan Dengan pemahaman mengen nai 10 pesan PGS
6
perilaku, selain biaya dan n aksesibilitas . 2014 di masyarakat maka akan ak tercipta pula
Pengetahuan yang tidak memadai dan perilaku gizi seimbang dalam masyarakat yang
praktik-praktik yang tidak te
tepat merupakan sesuai dengan PGS yang terb rbaru.
hambatan signifikan terhada dap peningkatan
7
gizi . Salah satu upaya untuk
uk meningkatkan DAFTAR PUSTAKA
pengetahuan, sikap dan tin tindakan tentang
1. Afriansyah N dkk. Pengemgembangan Pesan-
gizi adalah melalui pendidiidikan kesehatan
8 Pesan Gizi Seimbang da dalam PUGS yang
(penyuluhan kesehatan) .
Lebih Praktis Digunaka kan Petugas Gizi
Brosur atau leaflet me erupakan media
Lapangan, PGM 2003. 26:2 (2003): 35-
yang baik untuk mengemas informasi
i dalam
41.
bentuk yang sederhana,, desain yang
2. Kementrian Kesehatatan Republik
menarik yang dapat mem mikat pembaca
Indonesia. Pedoman Gizi Seimbang
dengan informasi dasar. Bro rosur atau leaflet
(PGS) 2014. 20
014. (Online),
yang dibuat dengan baik ik akan dapat
<http://gizi.depkes.go.id/p
/pgs-2014-2>
mempengaruhi pembaca untu tuk berpikir serta
diakses 3 Desember 201 14).
mulai melakukan aksi sesu suai instruksi di
9 3. Almatsier S. Gizi dalam Daur Kehidupan,
dalam brosur atau leaflet . Dalam suatu
EGC, Jakarta. 2011.
penelitian yang dilakukan oleh Suiraoka
(2010), menyatakan bahwa
ba terjadi

49

BIMGI Volume 3 N
No.1 | Januari - Juni
4. PNPM. Petunjuk Teknis nis Pelaksanaan RIWAYAT PENULIS
Gizi Buruk: Progra
gram Nasional
1. Nama : Nur Afiati Nadhiyah
Na
Pemberdayaan Masya yarakat Mandiri
TTL : Malang, 8 Mei
M 1994
Pedesaan. 2010.
Pendidikan :
5. BKKBN. Panduan Pelaksanaan
1. SD NU Kepanjen 2001 01-2007
Kegiatan Bina Keluarg rga Balita yang
2. SMPN 4 Kepanjen 200 007-2010
Terintegrasi dalam
am Rangka
3. SMAN 1 Kepanjen 201 010-2013
Penyelenggaraan Penge gembangan Anak
4. S1 Jurusan Gizi Kes esehatan Fakultas
ratif. 2013.
Usia Dini Holistik Integrat
Kedokteran Universrsitas Brawijaya
6. Suiraoka dkk, 2010. Penyuluhan
Pe Gizi
2013-sekarang
dengan Media Leaflett KADARZI dan
Perilaku Keluarga Sadar ar Gizi Ibu Balita.
2. Nama : Ellen Natalia
lia
JIG. 1:1 (2010): 42-52.
TTL : Malang, 111 Desember
D 1993
7. Pennisi LA et al. How ow to Create an
Pendidikan :
Effective Brochure. University of
1. SDK Sang Timur 1999 99-2005
Nebraska-Lincoln Extens nsion, Institute of
2. SMPK Sang Timur 200 005-2008
Agriculture and Natur ural Resources.
3. SMAK Almasih 2008-2 2011
2011.
4. S1 Jurusan Gizi Kes esehatan Fakultas
8. UNICEF Indonesia. Gizi izi Ibu dan Anak
Kedokteran Univers
rsitas Brawijaya
(Ringkasan Kajian). UNIC ICEF Indonesia.
2011-sekarang
Jakarta. 2012.
9. Wahdini. Pengaruh Pe enyuluhan Oleh
Tenaga Pelaksana Gizii d dengan Metode
Ceramah Disertai Med edia Poster dan
Leaflet Terhadap Peri erilaku Ibu dan
Pertumbuhan Balita Gizi G Kurang di
Kecamatan Tanjung Beringin.B Tidak
diterbitkan. Program Studi Ilmu
Kesehatan Masyarakka kat. Universitas
Sumatera Utara. 2013.
10. Hermina dan Afriansy syah N. 2010.
Pengembangan Perma mainan (Game-
Play) Edukasi Gizi Berb erbasis Komputer
untuk Murid Sek
ekolah Dasar
(Development of C
Computer-Based
Nutritional Education Gameplay for
Primary School Student nts). PGM 2010.
33:2 (2010): 161-172.
11. Pramitasuri TI. Sosialisa
lisai 4 Pilar Gizi
Seimbang: Wujudkan Edukasi yang
Komprehensif dengan Konsultasi
K Gizi
Rutin Terpadu, Jurnal Ilmlmiah Mahasiswa
Kedokteran. 2:2 (2014).

50 BIMGI Volume 3 No.1 | Januari - Jun


uni 2015

You might also like