Professional Documents
Culture Documents
Makalah Prosedur Pelaksanaan K3 Pada Pekerjaan Konstruksi Bangunan
Makalah Prosedur Pelaksanaan K3 Pada Pekerjaan Konstruksi Bangunan
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kegiatan Konstruksi merupakan unsur penting dalam pembangunan. Dalam melaksanakan Kegiatan
konstruksi menimbulkan berbagai dampak yang tidak diinginkan antara lain yang menyangkut aspek
keselamatan kerja dan lingkungan. Untuk itu Kegiatan konstruksi harus dikelola dengan
memperhatikan standar dan ketentuan K3 yang berlaku.
Bahaya yang paling sering terjadi di proyek konstruksi adalah : jatuh dari ketinggian, kecelakaan
kendaraan bermotor, dan tertimpa benda yang jatuh.
Jatuh dari ketinggian adalah penyebab utama kecelakaan kerja dalam industri konstruksi. Menurut
buku OSHA (29 CFR), tindakan perlindungan agar tidak jatuh meliputi : pembuatan landasan untuk
berpijak yang kuat, jalan setapak yang cukup lebar, dibuatkan pagar di sisi pinggiran . Perlindungan
juga diperlukan ketika karyawan yang berisiko untuk jatuh ke peralatan berbahaya.
Tertimpa benda yang jatuh adalah kejadian kecelakaan kerja yang ke tiga. Tidak seorangpun
diperbolehkan untuk menyeberang di bawah atau berdiri di bawah peralatan loading, semua pekerja
seharusnya berada pada jarak yang aman, disamping itu ada ketidak disiplinan dalam pemakaian
pelindung kepala.
2. Mangkunegara (2002)
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan
kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada
umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur.
3. Suma’mur (2001)
Keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan
tentram bagi para karyawan yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan.
4. Simanjuntak (1994)
Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan
dimana kita bekerja yang mencakup tentang kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan,
dan kondisi pekerja.
7. Jackson (1999)
Kesehatan dan Keselamatan Kerja menunjukkan kepada kondisi-kondisi fisiologis-fisikal dan
psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan.
1. Physical Hazards
2. Chemical Hazards
3. Electrical Hazards
4. Mechanical Hazards
5. Physiological Hazards
6. Biological Hazards
7. Ergonomic
8. Unsur Terkait dalam Proyek Konstruksi
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 PELAKSANAAN PROSEDUR K3 PADA PEKERJAAN KONSTRUKSI BANGUNAN
K3 dalam proyek konstruksi meliputi safety engineering > construction safety > personl safety.
Penyebab :
Pekerja Heterogen, Tingkat skill dan edukasi berbeda, Pengetahuan tentang keselamatan rendah.
Risk Assessment.
Bertujuan untuk mengetahui tingkat resiko suatu pekerjaan yang akan diserahkan kepada kontraktor.
Untuk menyesuaikan potensi bahaya dengan kemampuan kontraktor menjalankan pekerjaan dengan
setiap proyek memiliki karakteristik berbeda, misalnya proyek bangunan bertingkat, pembangunan
bendungan, pabrik dsb. Lakukan identifikasi potensi bahaya dalam kegiatan konstruksi yang akan
dilaksanakan. Buat mapping potensi bahaya menurut area atau bidang kegiatan masing-masing.
4. Implementation
Susun Program Implementasi dan program-program K3 yang akan dilakukan (buat dalam bentuk
elemen kegiatan).
Skala Proyek
Jumlah Tenaga Kerja
Lokasi Kegiatan
Potensi dan Resiko Bahaya
Peraturan dan standar yang berlaku
Teknologi proyek yang digunakan
Rencana kerja yang telah disusun implementasikan dengan baik. Sediakan sumberdaya yang
diperlukan untuk menjalankan program K3. Susun Kebijakan K3 terpadu.
5. Monitoring
Buat program untuk memonitor pelaksanaan K3 dalam perusahaan. Susun sistem audit dan inspeksi
yang baik sesuai dengan kondisi perusahaan.
Menetapkan prosedur dan sistem kerja K3 selama proyek berlangsung termasuk tugas dan wewenang
semua unsur terkait.
Kontraktor harus memiliki organisasi yang menangani K3 yang besarnya sesuai dengan kebutuhan
dan lingkup kegiatan. Organisasi K3 harus memiliki akses kepada penanggung jawab projek.
Kontraktor harus memiliki personel yang cukup yang bertanggung jawab mengelola kegiatan K3
dalam perusahaan yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan.
Kontraktor harus memiliki personel atau pekerja yang cakap dan kompeten dalam menangani setiap
jenis pekerjaan serta mengetahui sistem cara kerja aman untuk masing-masing kegiatan.
Kontraktor harus memiliki kelengkapan dokumen kerja dan perizinan yang berlaku.
Kontraktor harus memiliki Manual Keselamatan Kerja sebagai dasar kebijakan K3 dalam
perusahaan.
Kontraktor harus memiliki prosedur kerja aman sesuai dengan jenis pekerjaan dalam kontrak yang
akan dikerjakannya.
Identifikasi bahaya
Sebelum memulai suatu pekerjaan,harus dilakukan identifikasi bahaya guna mengetahui potensi
bahaya dalam setiap pekerjaan. Identifikasi bahaya dilakukan bersama pengawas pekerjaan dan
Safety Departement. Identifikasi Bahaya menggunakan teknik yang sudah baku seperti Check List,
What If, Hazops, dsb. Semua hasil identifikasi Bahaya harus didokumentasikan dengan baik dan
dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan setiap kegiatan.
Identifikasi Bahaya harus dilakukan pada setiap tahapan proyek yang meliputi :
Design Phase
Procurement
Konstruksi
Kebijakan K3 proyek
Cara melakukan pekerjaan dengan aman
Cara penyelamatan dan penanggulangan darurat
Safety Committee (Panitia Pembina K3)
Panitia Pembina K3 merupakan salah satu penyangga keberhasilan K3 dalam perusahaan. Panitia
Pembina K3 merupakan saluran untuk membina keterlibatan dan kepedulian semua unsur terhadap
K3. Kontraktor harus membentuk Panitia Pembina K3 atau Komite K3 (Safety Committee). Komite
K3 beranggotakan wakil dari masing-masing fungsi yang ada dalam kegiatan kerja. Komite K3
membahas permasalahan K3 dalam perusahaan serta memberikan masukan dan pertimbangan kepada
manajemen untuk peningkatan K3 dalam perusahaan.
Promosi K3
Selama kegiatan proyek berlangsung diselenggarakan program-program Promosi K3. Bertujuan
untuk mengingatkan dan meningkatkan awareness para pekerja proyek. Kegiatan Promosi berupa
poster, spanduk, buletin, lomba K3 dsb .Sebanyak mungkin keterlibatan pekerja.
Safety Inspection
Merupakan program penting dalam phase konstruksi untuk meyakinkan bahwa tidak ada “unsafe act
dan unsafe Condition” dilingkungan proyek. Inspeksi dilakukan secara berkala. Dapat dilakukan oleh
Petugas K3 atau dibentuk Joint Inspection semua unsur dan Sub Kontraktor
Equipment Inspection
Semua peralatan (mekanis,power tools,alat berat dsb) harus diperiksa oleh ahlinya sebelum diizinkan
digunakan dalam proyek.
Semua alat yang telah diperiksa harus diberi sertifikat penggunaan dilengkapi dengan label khusus.
Pemeriksaan dilakukan secara berkala.
Contractor Safety
Latar Belakang : Kontraktor merupakan unsur penting dalam perusahaan sebagai mitra yang
membantu kegiatan operasi perusahaan
Kontraktor Konstruksi
Latar Belakang :
CSMS
CSMS adalah suatu sistem manajemen untuk mengelola kontraktor yang bekerja di lingkungan
perusahaan. CSMS merupakan sistem komprehensif dalam pengelolaan kontraktor sejak tahap
perencanaan sampai pelaksanaan pekerjaan. Tujuan CSMS :
Untuk meyakinkan bahwa kontraktor yang bekerja dilingkungan perusahaan telah memenuhi
standar dan kriteria K3 yang ditetapkan perusahaan.
Sebagai alat untuk menjaga dan meningkatkan kinerja Keselamatan di lingkungan kontraktor
Untuk mencegah dan menghindarkan kerugian yang timbul akibat aktivitas kerja kontraktor
Keselamatan Transportasi
Kegiatan Proyek melibatkan aktivitas transportasi yang tinggi. Pembinaan dan Pengawasan
transportasi diluar dan didalam lokasi Proyek. Semua kendaraan angkutan Proyek harus memenuhi
persyaratan yang ditetapkan.
Pengelolaan Lingkungan
Selama proyek berlangsung harus dilakukan pengelolaan lingkungan dengan baik mengacu dokumen
Amdal/UKL dan UPL. Selama proyek berlangsung dampak negatif harus ditekan seminimal
mungkin untuk menghindarkan kerusakan terhadap lingkungan.
Keadaan Darurat
Perlu disusun Prosedur keadaan darurat sesuai dengan kondisi dan sifat bahaya proyek misalnya
bahaya kebakaran, kecelakaan, peledakan dsb. SOP Darurat harus disosialisasikan dan dilatih kepada
semua pekerja
Audit K3
Secara berkala dilakukan audit K3 sesuai dengan jangka waktu proyek. Audit K3 berfungsi untuk
mengetahui kelemahan dan kelebihan pelaksanaan K3 dalam proyek sebagai masukan pelaksanaan
proyek berikutnya. Sebagai masukan dalam memberikan penghargaan K3.
4. Ketentuan administrasi K3
5. Kewajiban umum
Kewajiban umum di sini dimaksudkan kewajiban umum bagi perusahaan Penyedia Jasa Konstruksi,
yaitu :
Kami berkewajiban untuk mengusahakan agar tempat kerja, peralatan, lingkungan kerja dan
tata cara kerja diatur sedemikian rupa sehingga tenaga kerja terlindungi dari resiko
kecelakaan.
Kami menjamin bahwa mesin-mesin peralatan, kendaraan atau alat-alat lain yang akan
digunakan atau dibutuhkan sesuai dengan peraturan keselamatan kerja.
Kami turut mengadakan pengawasan terhadap tenaga kerja, agar tenaga kerja tersebut dapat
melakukan pekerjaan dalam keadaan selamat dan sehat.
Kami menunjuk petugas keselamatan kerja yang karena jabatannya di dalam organisasi
Penyedia Jasa, bertanggung jawab mengawasi koordinasi pekerjaan yang dilakukan untuk
menghindarkan resiko bahaya kecelakaan.
Kami memberikan pekerjaan yang cocok untuk tenaga kerja sesuai dengan keahlian, umur,
jenis kelamin dan kondisi fisik/kesehatannya.
Sebelum pekerjaan dimulai Kami menjamin bahwa semua tenaga kerja telah diberi petunjuk
terhadap bahaya dari pekerjaannya masing-masing dan usaha pencegahannya, untuk itu
Penyedia Jasa dapat memasang papan- papan pengumuman, papan-papan peringatan serta
sarana-sarana pencegahan kecelakaan yang dipandang perlu.
Orang tersebut bertanggung jawab pula atas pemeriksaan berkala terhadap semua tempat
kerja, peralatan, sarana-sarana pencegahan kecelakaan, lingkungan kerja dan cara-cara
pelaksanaan kerja yang aman.
Hal-hal yang menyangkut biaya yang timbul dalam rangka penyelenggaraan keselamatan dan
kesehatan kerja menjadi tanggung jawab kami.
1. Organisasi keselamatan dan kesehatan kerja
Kami menugaskan secara khusus Ahli K3 dan tenaga K3 untuk setiap proyek yang dilaksanakan.
Tenaga K3 tersebut harus masuk dalam struktur organisasi pelaksanaan konstruksi setiap proyek,
dengan ketentuan sebagai berikut :
Petugas keselamatan dan kesehatan kerja harus bekerja secara penuh (full- time) untuk
mengurus dan menyelenggarakan keselamatan dan kesehatan kerja.
Pengurus dan Penyedia Jasa yang mengelola pekerjaan dengan mempekerjakan pekerja
dengan jumlah minimal 100 orang atau kondisi dari sifat proyek memang memerlukan,
diwajibkan membentuk unit pembina K3.
Panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja tersebut ini merupakan unit struktural dari
organisasi penyedia jasa yang dikelola oleh pengurus atau penyedia jasa.
Petugas keselamatan dan kesehatan kerja tersebut bersama-sama dengan panitia pembina
keselamatan kerja ini bekerja sebaik-baiknya, dibawah koordinasi pengurus atau Penyedia
Jasa, serta bertanggung jawab kepada pemimpin proyek.
Kami akan melakukan hal-hal sebagai berikut :
1. Memberikan panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja fasilitas- fasilitas dalam
melaksanakan tugas mereka.
2. Berkonsultasi dengan panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja dalam segala hal
yang berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan kerja dalam proyek.
3. Mengambil langkah-langkah praktis untuk memberi efek pada rekomendasi dari panitia
pembina keselamatan dan kesehatan kerja.
Jika 2 (dua) atau lebih Kami bergabung dalam suatu proyek mereka harus bekerja sama
membentuk kegiatan kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja.
1. Laporan kecelakaan
Salah satu tugas pelaksana K3 adalah melakukan pencatatan atas kejadian yang terkait dengan K3,
dimana :
Setiap kejadian kecelakaan kerja atau kejadian yang berbahaya harus dilaporkan kepada
Instansi yang terkait.
Laporan tersebut harus meliputi statistik yang akan menunjukkan hal-hal sebagai berikut :
1. Menunjukkan catatan kecelakaan dari setiap kegiatan kerja, pekerja masing- masing dan
2. Menunjukkan gambaran kecelakaan-kecelakaan dan sebab-sebabnya.
3. Keselamatan kerja dan pertolongan pertama pada kecelakaan
Organisasi untuk keadaan darurat dan pertolongan pertama pada kecelakaan harus dibuat sebelumnya
untuk setiap proyek yang meliputi seluruh pegawai/petugas pertolongan pertama pada kecelakaan
dan peralatan, alat-alat komunikasi dan alat-alat lain serta jalur transportasi, dimana :
Safety hat, yang berguna untuk melindungi kepala dari benturan benda keras selama
mengoperasikan atau memelihara AMP.
Safety shoes, yang akan berguna untuk menghindarkan terpeleset karena licin atau
melindungi kaki dari kejatuhan benda keras dan sebagainya.
Kaca mata keselamatan, terutama dibutuhkan untuk melindungi mata pada lokasi pekerjaan
yang banyak serbuk metal atau serbuk material keras lainnya.
Masker, diperlukan pada medan yang berdebu meskipun ruang operator telah tertutup rapat,
masker ini dianjurkan tetap dipakai.
Sarung tangan, dibutuhkan pada waktu mengerjakan pekerjaan yang berhubungan dengan
bahan yang keras, misalnya membuka atau mengencangkan baut dan sebagainya.
Penutup telinga, diperlukan pada waktu mengerjakan pekerjaanyang berhubungan dengan
alat yang mengeluarkan suara yang keras/bising, misalnya pemadatan tanah dengan stamper
dan sebagainya.
6. Pedoman untuk pelaku utama konstruksi
7. Pedoman untuk manajemen puncak
Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian manajemen puncak untuk mengurangi biaya karena
kecelakaan kerja, antara lain :
Kunjungan lapangan untuk mengadakan komunikasi tentang keselamatan kerja dengan cara
yang sama sebagaimana dilakukan pelaksanaan monitoring dan pengendalian mengenai biaya
dan rencana penjadwalan pekerjaan.
Mengalokasikan biaya keselamatan kerja pada anggaran perusahaan dan mengalokasikan
biaya kecelakaan kerja pada proyek yang dilaksanakan.
Mempersyaratkan perencanaan kerja yang terperinci sehingga dapat memberikan jaminan
bahwa peralatan atau material yang digunakan untuk melaksanakan pekerjaan dalam kondisi
aman.
Para pekerja yang baru dipekerjakan menjalani latihan tentang keselamatan kerja dan
memanfaatkan secara efektif keahlian yang ada pada masing masing divisi (bagian) untuk
program keselamatan kerja.
1. Pedoman untuk manajer dan pengawas
Untuk para manajer dan pengawas, hal-hal berikut ini dapat diterapkan untuk mengurangi kecelakaan
dan gangguan kesehatan dalam pelaksanan pekerjaan bidang konstruksi :
Memperlakukan pekerja yang baru dengan cara yang berbeda, misalnya dengan tidak
membiarkan pekerja yang baru itu bekerja sendiri secara langsung atau tidak
menempatkannya bersama-sama dengan pekerja yang lama dan kemudian membiarkannya
begitu saja.
Mengurangi tekanan terhadap pekerjanya, misalnya dengan tidak memberikan target
produktivitas yang tinggi tanpa memperhatikan keselamatan dan kesehatan pekerjanya.
Selanjutnya manajemen puncak dapat membantu para mandor untuk mengurangi kecelakaan kerja
dengan cara berikut ini :
1. Secara pribadi memberikan penekanan mengenai tingkat kepentingan dari keselamatan kerja
melalui hubungan mereka yang tidak formal maupun yang formal dengan para mandor di
lapangan.
2. Memberikan penekanan mengenai keselamatan kerja dalam rapat pada tataran perusahaan.
3. Pedoman untuk pekerja
Pedoman yang dapat digunakan pekerja untuk mengurangi kecelakaan dan gangguan kesehatan
dalam pelaksanaan pekerjaan bidang konstruksi antara lain adalah :
4.2 SARAN
Untuk kelancaran pekerjaan konstruksi, perlu adanya penerapan prosedur K3 dalam setiap pekerjaan
kosntruksi.