Professional Documents
Culture Documents
Kewarganegaraan
Kewarganegaraan
Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas kelompok dan di sampaikan dalam
Dosen Pengampuh :
SUMATERA UTARA
MEDAN
2023 / 2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur hanya milik Allah SWT yang telah menganugerahkan hidayah,
taufiq dan inayah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini, yang berjudul
“Civil Society dan Masyarakat Madani”. Dalam menyusun makalah ini, penulis sangat
berterima kasih kepada sumber informasi dan data yang telah penulis gunakan.
Tentunya yang utama adalah kepada Ibu Dosen Khairun Nisa M.Pd serta kepada teman
teman yang senantiasa memberikan dukungan dan bantuannya yang sangat berarti
dalam pembuatan makalah ini.
Penuilis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................3
BAB I..............................................................................................................4
PENDAHULUAN.........................................................................................4
BAB II............................................................................................................6
PEMBAHASAN............................................................................................6
BAB III........................................................................................................17
PENUTUP...................................................................................................17
A. Kesimpulan..............................................................................................17
B. Saran.........................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................18
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
5. Bagaimana masyarakat madani di Indonesia?
C. Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
2. Thomas Hobbes (abad 15-17 M) Civil Society merupakan suatu perjanjian
masyarakat yang diadakan olehindividu-individu untuk membentuk suatu
masyarakat politik atau negara.
3. Hegel (2004) Civil society tidak bisa dibiarkan begitu saja tanpa adanya kontrol
yang jelas. Hegel kemudian memberi pembedaan antara masyarakat politik (the
state) dan masyarakat sipil (civil society). Hegel memaknai civil society sebagai
masyarakat borjuis.
4. Ahmad Fathan Aniq Tocqueville Masyarakat sipil ia bersifat otonom dan memiliki
kapasitas politik cukup tinggi sehingga mampu menjadi kekuatan penyeimbang
menghadapi intervensi negara dan tidak hanya berorientasi pada kepentingan sendiri
tetapi juga terhadap kepentingan publik.
Istilah civil society pertama kali muncul di Indonesia pada abad 19 tepatnya
pada tahun 1988 melalui konferensi yang diselenggarakan oleh Monash University
Australia pada tanggal 25-27 November 1988 dengan tema “Stateand Civil Society
in Contemporary Indonesia”.Semenjak saat itu wacana mengenai civil society
berkembang begitu cepat dikalangan intelektualIndonesia. Berbagai terjemahan dan
pengertian civil society dikeluarkan oleh para intelektual Indonesia dengan argumen
dan pandangannya masing-masing.Salah satu istilah atau penerjemahan dari civil
society yang paling populer danditerima oleh masyarakat Indonesia adalah
“masyarakat madani". 1
1
Hedro Prasetyo, Islam dan Civil Society Pandangan Muslim Indonesia, (Jakarta. 2000) h.40
7
Makna Civil Society “Masyarakat sipil” adalah terjemahan dari civil society.
Konsep civil society lahir dan berkembang dari sejarah pergumulan masyarakat.
Cicero adalah orang Barat yang pertama kali menggunakan kata “societies civilis”
dalam filsafat politiknya. Konsep civil society pertama kali dipahami sebagai negara
(state). Secara historis, istilah civil society berakar dari pemikir Montesque, JJ.
Rousseau, John Locke, dan Hubbes. Ketiga orang ini mulai menata suatu bangunan
masyarakat sipil yang mampu mencairkan otoritarian kekuasaan monarchi-absolut
dan ortodoksi gereja.2
Antara Masyarakat Madani dan Civil Society sebagaimana yang telah
dikemukakan di atas, masyarakat madani adalah istilah yang dilahirkan untuk
menerjemahkan konsep di luar menjadi “Islami”. Menilik dari subtansi civil society
lalu membandingkannya dengan tatanan masyarakat Madinah yang dijadikan
pembenaran atas pembentukan civil society di masyarakat Muslim modern akan
ditemukan persamaan sekaligus perbedaan di antara keduanya.
Perbedaan lain antara civil society dan masyarakat madani adalah civil
society merupakan buah modernitas, sedangkan modernitas adalah buah dari
gerakan Renaisans; gerakan masyarakat sekuler yang meminggirkan Tuhan.
Sehingga civil society mempunyai moral- transendental yang rapuh karena
meninggalkan Tuhan. Sedangkan masyarakat madani lahir dari dalam buaian dan
asuhan petunjuk Tuhan. Dari alasan ini Maarif mendefinisikan masyarakat madani
sebagai sebuah masyarakat yang terbuka, egalitar, dan toleran atas landasan nilai-
nilai etik-moral transendental yang bersumber dari wahyu Allah. 3 Masyarakat
madani merupakan konsep yang berwayuh wajah: memiliki banyak arti atau sering
diartikan dengan makna yang beda-beda. Bila merujuk kepada
2
Culla, Adi Suryadi. 1999. Masyarakat Madani Pemikiran : Teori dan Relevasinya Dengan Cita- cita
Reformasi. Jakarta : Raja Grafindo Persada. h.284.
3
Deden, M. Ridwan, dan Nurjulianti, Dewi (penyuting). 1999 Pembangunan Masyarakat Madani dan
Tantangan Demokratisasi di Indonesia. Cetakan Ke-1, Jakarta : LP3ES
8
Bahasa Inggris, ia berasal dari kata civil society atau masyarakat sipil, sebuah
kontraposisi dari masyarakat militer.
C. Sejarah Masyarakat Madani dan Civil Society
Sejarah Civil Society Tidak terlepas dari filsuf yunani Aris Toteles (384-322
SM) yang mengandung konsep Civil Society sebagai sistem kenegaraan atau identik
dengan negara itu sendiri. Pada masa sekarang konsep Civil Society dikenal dengan
Istilah Koinonia Politeke yaitu sebuah koonitas politik tempat warga negara dapat
terlibat lansung dalam peraturan ekonomi-politik dalam mengambil keputusan.
Istilah Koinonia Politeke dikeukakan Aris Toteles untuk menggambarkan sebuah
masyarakat politis dan etis dimana warga negara didalamnya berkedudukan sama
didepan hukum. Yang kemudian mengalami perubahan dengan pengertain Civil
Society yaitu masyarakat sipil diluar dan penyeimbang warga negara.
Seorang negarawan Romawi bernama Marcus Tullius Cicero (106-
43 SM) memiliki pandangan yang berbeda dengan Aris Toteles. Ia mengistilahkan
Masyarakat Sipil dengan societies cvilies yaitu sebuah komonitas yang
mendominasi komonitas yang lain dengan radisi politik kota sebagai komponen
utamanya. Istilah ini lebih menekankan pada konsep negara kota (City-state) yaitu
menggambarkan kerajaan, kota, dan bentuk korporasi lainya yang menjelma menjadi
entitas dan teorganisir.
Kemudian Rumusan Civil Society dikembangkan oleh Thomas Hobbes
(1588-1679 M) dan Jhon Locke (1632-1704) yang memandang perkembangan civil
society sebagai lanjutan dari evaluasi masyarakat yang berlansung secara alamiah.
Menurut Hobbes entitas negara civil society mempunyai peranan untuk meredam
konflik dalam masyarakat sehingga ia harus memiliki kekuasaan mutlak untuk
mengontrol dan mengawasi secara ketat pola-pla interaksi setiap warga negara.
Namun Menurut Jhon Locke, Kehadiran civil society untuk melindungi
kebebasan dan hak milik warga negara. Mengingat sifatnya seperti itu civil society
tidak absolut dan tidak membatasi perananya pada
9
wilayah yang tidak dapat dikelola warga negara untuk memperoleh haknya secara
adil dan profesional.
Pada tahun 1767 Adam ferguson mengkontektualisasikan civil society
dengan konteks sosial dan politik di skotlandia dengan perkembangan kapitalisme
yang berdampak pada krisis sosial. Berbeda dengan pndangan sebelumnya ia lebih
menekankan visi etis pada civil society dalam kehidupan sosial. Menurutnya
ketimpangan sosial akibat kapitalisme harus dihilangkan. Ia yakin bahwa publik
secara alamiah memiliki spirit solidaritas sosial dan sntimen moral yang
menghalangi munculnya kembali despotisme. Kekhawatiran ia semakin menguatnya
sistem individualistis dan berkurangnya tanggung jawab sosial mayarakat mewarnai
pandangan tentang civil society waktu itu.
Pada 29 januari 1737- 8 juni 1809 aktivis politik Asal Inggris- Amerika yang
bernama Thomas Paine civil society sebagai suatu yang berlawanan dengan lembaga
negara bahkan ia dianggap sebagai antitetis negara. Berdasarkan paradigma ini peran
negara sudah saatnya untuk dibatasi. menurut paradigma ini negara tidak lain
hanyalah keniscayaan buruk belaka. Konsep negara yang absah menurut pemikiran
ini adalah perwujudan dari delegasi kekuasaan yang diberikan oleh masyarakat demi
terciptanya kesejahteraan bersama. Dengan demikian menurutnya civil society
adalah ruang dimana warga negara dapat mengembangkan kepribadian dan memberi
peluang bagi pemuasan kepentinganya secara bebas dan tanpa paksaan.
Kemudian pada tahun 1770-1831 G.W.F. Hegel, Karl Max (1818- 1883), dan
Antonio Gramsci (1891-1837) mengembangkan Istilah civil society ialah elemen
ideologis keelas dominan. Pemahaman ini merupakan reaksi atas pandangan paine
yang memisahkan civil society dari negara. Berbeda dengan pandangan paine, Hegel
Memandang civil society sebagai kelompok subordinatif terhadap negara. Menurut
Ryaas Rasyid seorang pakar politik indonesia, menurutnya pandangan ini erat
kaitanya dengan perkembangan sosial masyarakat borjuasi eropa yang ditandai
dengan pelepasan diri dari cengkraman dominasi negara.
10
Selanjutnya hegel menjelaskan bahwa struktur sosial civil society terdaat tiga
entitas sosial : keluarga, masyarakat sipil, dan negara. Keluarga merupakan ruang
sosialisasi pribadi anggota masyarakat yang bercirikan keharmonisan. Sedangkan
masyarakat sipil merupakan tempat berlansungya percaturan sebagai kepentingan
pribadi dan golongan terutama kepentingan ekonomi. Menurutnya negara merupaka
ide universa yang bertugas melindungi kepentingan politik warganya dan
mempunyai hak penuh untuk intervensi terhadap civil society.
11
Berbeda dengan hegelian, pemikiran Tocqueville lebih menempatkan
masyarakat sipil sebagai suatu yang tidak apriori maupun tersubordinasi lembaga
negara. Sebaliknya civil society bersifat otnom dan memiliki kepastian politik cukip
tinggi sehingga mampu menjadikan kekuatan penyeimbang terhadap kecenderungan
intervensi negara atas warga negara.
Tidak hanya di eropa timur dan eropa tengah , muzhab pemikiran civil
society tocquelville juga dikembangkan oleh cendikiawan muslim indonesia Dawam
Rahardjo dengan konsep masyarakat madaninya, rahardjo mengilustrasikan bahwa
peranan pasar sangat menenukan unsur- unsur dalam masyarakat madani sedangkan
menurut Wutnow dalam hubungan anrata unsur-unsur pokok masyarakat madani
faktor Valuntary sangat menentukan pola interaksi antara negara dan pasar.
4
Azra, Azyumardi. 1999. Menuju Masyarakat Madani. Cetakan ke-1. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
12
Munculnya masyarakat madani disebabkan unsur-unsur sosial dalam tatanan
masyarakat. Unsur tersebut merupakan kesatuan yang saling mengikat dan
menjadikan karagter khas masyarkat madani. Unsur pokok yang harus dimiliki
masyarakat madani yaitu : republik yang bebas, demokrasi, toleransi, kemajemukan,
dan keadilan sosial.
13
aspek kehidupan ekonomi, politik, pengetahuan, dan pelengkapan. Dengan
pengertian lain keadilan sosial adalah hilangnya monopoli dan pemusatan salah satu
aspek kehidupan yang dilakukan oleh kelompok atau golongan tertentu.5
Indonesia memiliki tradisi kuat civil society, jauh sebelum bangsa indonesia
berdiri, masyarakat sipil telah berkembang pesat yang diwakili oleh kiprah beragam
organisasi sosial keagamaan dan penggerakan nasional dalam merebut
kemerdekaan. Selain berperan sebagai organisasi peejuang penegak HAM dan
perlawanan terhadap kekuasaan kolonial. Organisasi berbasis islam seperti syariakat
islam (SI), Nahdatul Ulama (NU), dan muhammdadiyah telah menunjukan
kiprahnya sebagai komponen civil society yang penting dalam perkembangan
masyarakata sipil indonesia. Terdapat strategi yang ditawarkan kalangan ahli tentang
bagaimana seharusnya bangunan masyarakat madani yang bisa tterwujud di
indonessia :
5
Budiman, Arief.1990. State And Civil Society. Clayton : Monash Paper Southeast Asi No.22
14
warga negara, khusus kalangan kelas menengah. Hal itu mengingatkan demokrasi
membutuhkan topangan kultural sselain mendukung struktural.
15
Sikap demokratis diekspressikan melalui peran aktif mahasiswa dalam
proses pendemokrasian masyarakat melalui cara analogis, santun, dan bermartabat.
Adapun sikap kritis mahasiswa dapat dilakukan dengan mengaamati, mengkritik,
mengontrol pelaksanaan kebijakan pemerintah atau lembaga publik terkait,
khususnya pada kebijakan yang menyangkut dengan masa depan bangsa.6
6
Culla, Adi Suryadi. 1999. Masyarakat Madani Pemikiran : Teori dan Relevasinya Dengan Cita- cita
Reformasi. Jakarta : Raja Grafindo Persada
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masyarakat madani merupakan sistem sosial yang subur berdasarkan prinsip
moral yang menjamin keseimbangan antara kebebasan individu dengan kestabilan
masyarakat akan berupa pemikiran seni, pelaksanaan pemerintahan yang
berdasarkan undang-undang dan bukan nafsu atau keinginan individu.
Untuk mewujudkan masyarakat madani dan agar terciptanya kesejahteraan
umat maka kita sebagai generasi penerus supaya dapat membuat suatu perubahan
yang signifikan. Selain itu, kita juga harus dapat menyesuaikan diri dengan apa yang
sedang terjadi di masyarakat sekarang ini. Agar di dalam kehidupan bermasyarakat
kita tidak ketinggalan berita. Selain memahami apa itu masyarakat madani kita juga
harus melihat pada potensi manusia yang ada di masyarakat, khususnya di
Indonesia. Potensi yang ada di dalam diri manusia sangat mendukung kita untuk
mewujudkan masyarakat madani. Karena semakin besar potensi yang dimiliki oleh
seseorang dalam membangun agama Islam maka akan semakin baik pula hasilnya.
Begitu pula sebaliknya, apabila seseorang memiliki potensi yang kurang di dalam
membangun agamanya maka hasilnya pun tidak akan memuaskan. Oleh karena itu,
marilah kita berlomba-lomba dalam meningkatkan potensi diri melalui latihan-
latihan spiritual dan praktek- praktek di masyarakat.
B. Saran
17
DAFTAR PUSTAKA
18