You are on page 1of 18

CIVIL SOCIETY DAN MASYARAKAT MADANI

Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas kelompok dan di sampaikan dalam

presentasi kelas pada mata kuliah kewarganegaraan

Dosen Pengampuh :

Dr. Syarbaini Saleh, S.Sos., M.Si

Disusun Oleh Kelompok 8 :

Zidane ardino (0301222154)


Nazwa amanda sari (0301221043)
Feri azlina (0301221036)
Eva khairani (0301222128)

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUMATERA UTARA

MEDAN

2023 / 2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur hanya milik Allah SWT yang telah menganugerahkan hidayah,
taufiq dan inayah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini, yang berjudul
“Civil Society dan Masyarakat Madani”. Dalam menyusun makalah ini, penulis sangat
berterima kasih kepada sumber informasi dan data yang telah penulis gunakan.
Tentunya yang utama adalah kepada Ibu Dosen Khairun Nisa M.Pd serta kepada teman
teman yang senantiasa memberikan dukungan dan bantuannya yang sangat berarti
dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari


kesempurnaan dan masih banyak kekurangannya, hal ini dikarenakan keterbatasan
waktu, pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki penulis, oleh karena itu penulis
sangat mengharapkan adanya saran dan kritik. Dengan segala pengharapan dan doa
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya.

Medan, juni 2023

Penuilis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................2

DAFTAR ISI.................................................................................................3

BAB I..............................................................................................................4

PENDAHULUAN.........................................................................................4

A. Latar Belakang Masalah.............................................................................4


B. Rumusan Masalah......................................................................................4
C. Tujuan........................................................................................................5

BAB II............................................................................................................6

PEMBAHASAN............................................................................................6

A. Pengertian Masyarakat Madani dan Civil Society......................................6


B. Konsep Masyarakat Madani dan Civil Society..........................................7
C. Sejarah Masyarakat Madani dan Civil Society...........................................9
D. Karakteristik Masyarakat madani dan Civil Society................................12
E. Masyarakat Madani di Indonesia.............................................................14

BAB III........................................................................................................17

PENUTUP...................................................................................................17

A. Kesimpulan..............................................................................................17
B. Saran.........................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................18

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Civil Society merupakan sebuah konsep yang pertama kali muncul didunia
barat. Permaknaan tentang civil society oleh berbagai kalangan berariasi ada yang
mengartikan sebagai masyarakat sipil, masyarakat kewarganegaraan, masyarakat
madani, dan ada juga yang menggunakan civil society
. Terjemahan tersebut disuguhkan kepada publik dengan argument
masimasing-masing. Civil society sebenarnya merupakan suatu ide atau gagasan
yang terus diperjuangkan manifestasinya agar pada akhirnya terbentuk suatu
masyarakat bermoral, masyarakat sadar hukum, masyarakat beradab atau
terbentuknya suatu tatanan sosial yang baik, teratur dan progesif. Masyarakat
madani akan terbentuk ketika tatanan suatu masyarakat menjadi harmonis, bebas
dari eksploitasi dan penindasan. Konsep ini menekankan pada kondisi ideal dari
suatu masyarakat. Suatu masyarakat madani memiliki kondisi komunitas yang jauh
dari monopoli kebenaran dan kekuasaan. Konsep ini muncul akibat kesenjangan
yang terjadi dimasyarakat. Oleh karena itu, perwujudan konsep masyarakat madani
mengikiskan tekanan dari penguasa atau rezim yang berlaku dalam masyarakat.
Kuatnya tekana pemerintah pada orde baru pada tatanan kehidupan
masyarakat Indonesia menjadikan civil society mulai diperbincangkan. Hal ini
membuat cendikiawan kesulitan mencari konsep yang tepat untuk memaknai suatu
perjuangan menuju perubahan yang dicita-citakan.
B. Rumusan Masalah
Dari penjelasan latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah pada
penulisan makalah ini yaitu :
1. Apa pengertian masyarakat madani dan civil society?
2. Bagaimana konsep masyarakat madani dan civil society?
3. Bagaimana sejarah masyarakat madani dan civil society?
4. Apa saja karakteristik civil society dan masyarakat madani?

4
5. Bagaimana masyarakat madani di Indonesia?

C. Tujuan

Maka tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :

1. Mengetahui pengertian dari Masyarakat madani dan civil society


2. Menjelaskan konsep masyarakat madani dan civil society
3. Mendeskripsikan sejarah masyarakat madani dan civil society
4. Memahami karakteristik civil society dan masyarakat madani
5. Menjelaskan masyarakat madani di Indonesia.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Masyarakat madani dan Civil Society.


Sejarah masyarakat madani atau masyarakat sipil lahir pertama kalinya
dalam perjalanan politik masyarakat sipil di barat. Istilah masyarakat sipil luas
dengan istiliah Civil Society. Yang didefenisikan oleh para ahli bahwasanya
karagter dari masyarakat sipil sebagai komonitas sosial dan politik pada umumnya
memiliki peran dan fungsi yang berbeda dengan lembaga negara.
Istilah “Masyarakat Madanii” dimunculkan pertama kalinya di
kawasan asia tenggara oleh Cendikiawan Malaysia yang bernama Anwar Ibrahim.
Masyarakat madani berbeda dengan masyarakat civil barat yang beriorientasi penuh
pada kebebasan individu, menurut mantan perdana mentri malaysia itu Masyarakat
Madani adalah sistem sosial yang tumbuh berdasarkan prinsip moral yang menjamin
keseimbangan antara kebebasan individu dan mayarakat yang berupa pemikiran,
seni, pelaksanaan pemerintahan yang berdasarkan undang-undang dan bukan nafsu
keinginan individu. Ia juga mngatakan masyarakat madani memiliki ciri-ciri yang
khas yaitu kemajemukan kebudayaan (Multicultural), Hubungan timbal balik
(Reprocity) dan sikap yang saling memahami dan menghargai. Anwar Menjelaskan
watak masyarakat madani yang ia maksud adalah guiding ideas, dalam
melaksanakan ide-ide yang mendasari keberadaanya yaitu prinsip moral, keahlian,
kesamaan, musyawarah dan demokratis. Menurut pendapat para ahli :
1. Culla (2002) Istilah masyarakat madani sebenarnya hanya salah satu diantara
beberapaistilah yang seringkali digunakan orang dalam penerjemahan civil society.
Disamping masyarakat madani, padanan kata yang lain yang seringdigunakan adalah
masyarakat warga/kewargaan, masyarakat sipil,masyarakat beradab atau masyarakat
berbudaya.

6
2. Thomas Hobbes (abad 15-17 M) Civil Society merupakan suatu perjanjian
masyarakat yang diadakan olehindividu-individu untuk membentuk suatu
masyarakat politik atau negara.
3. Hegel (2004) Civil society tidak bisa dibiarkan begitu saja tanpa adanya kontrol
yang jelas. Hegel kemudian memberi pembedaan antara masyarakat politik (the
state) dan masyarakat sipil (civil society). Hegel memaknai civil society sebagai
masyarakat borjuis.
4. Ahmad Fathan Aniq Tocqueville Masyarakat sipil ia bersifat otonom dan memiliki
kapasitas politik cukup tinggi sehingga mampu menjadi kekuatan penyeimbang
menghadapi intervensi negara dan tidak hanya berorientasi pada kepentingan sendiri
tetapi juga terhadap kepentingan publik.
Istilah civil society pertama kali muncul di Indonesia pada abad 19 tepatnya
pada tahun 1988 melalui konferensi yang diselenggarakan oleh Monash University
Australia pada tanggal 25-27 November 1988 dengan tema “Stateand Civil Society
in Contemporary Indonesia”.Semenjak saat itu wacana mengenai civil society
berkembang begitu cepat dikalangan intelektualIndonesia. Berbagai terjemahan dan
pengertian civil society dikeluarkan oleh para intelektual Indonesia dengan argumen
dan pandangannya masing-masing.Salah satu istilah atau penerjemahan dari civil
society yang paling populer danditerima oleh masyarakat Indonesia adalah
“masyarakat madani". 1

B. Konsep Masyarakat madani dan Civil Society


Konsep “masyarakat madani” merupakan penerjemahan atau pengislaman
konsep “civil society”. Orang yang pertama kali mengungkapkan istilah ini adalah
Anwar Ibrahim dan dikembangkan di Indonesia oleh Nurcholish Madjid.
Pemaknaan civil society sebagai masyarakat madani merujuk pada konsep dan
bentuk masyarakat Madinah yang dibangun Nabi Muhammad. Masyarakat Madinah
dianggap sebagai legitimasi historis ketidakbersalahan pembentukan civil society
dalam masyarakat muslim modern.

1
Hedro Prasetyo, Islam dan Civil Society Pandangan Muslim Indonesia, (Jakarta. 2000) h.40

7
Makna Civil Society “Masyarakat sipil” adalah terjemahan dari civil society.
Konsep civil society lahir dan berkembang dari sejarah pergumulan masyarakat.
Cicero adalah orang Barat yang pertama kali menggunakan kata “societies civilis”
dalam filsafat politiknya. Konsep civil society pertama kali dipahami sebagai negara
(state). Secara historis, istilah civil society berakar dari pemikir Montesque, JJ.
Rousseau, John Locke, dan Hubbes. Ketiga orang ini mulai menata suatu bangunan
masyarakat sipil yang mampu mencairkan otoritarian kekuasaan monarchi-absolut
dan ortodoksi gereja.2
Antara Masyarakat Madani dan Civil Society sebagaimana yang telah
dikemukakan di atas, masyarakat madani adalah istilah yang dilahirkan untuk
menerjemahkan konsep di luar menjadi “Islami”. Menilik dari subtansi civil society
lalu membandingkannya dengan tatanan masyarakat Madinah yang dijadikan
pembenaran atas pembentukan civil society di masyarakat Muslim modern akan
ditemukan persamaan sekaligus perbedaan di antara keduanya.
Perbedaan lain antara civil society dan masyarakat madani adalah civil
society merupakan buah modernitas, sedangkan modernitas adalah buah dari
gerakan Renaisans; gerakan masyarakat sekuler yang meminggirkan Tuhan.
Sehingga civil society mempunyai moral- transendental yang rapuh karena
meninggalkan Tuhan. Sedangkan masyarakat madani lahir dari dalam buaian dan
asuhan petunjuk Tuhan. Dari alasan ini Maarif mendefinisikan masyarakat madani
sebagai sebuah masyarakat yang terbuka, egalitar, dan toleran atas landasan nilai-
nilai etik-moral transendental yang bersumber dari wahyu Allah. 3 Masyarakat
madani merupakan konsep yang berwayuh wajah: memiliki banyak arti atau sering
diartikan dengan makna yang beda-beda. Bila merujuk kepada

2
Culla, Adi Suryadi. 1999. Masyarakat Madani Pemikiran : Teori dan Relevasinya Dengan Cita- cita
Reformasi. Jakarta : Raja Grafindo Persada. h.284.
3
Deden, M. Ridwan, dan Nurjulianti, Dewi (penyuting). 1999 Pembangunan Masyarakat Madani dan
Tantangan Demokratisasi di Indonesia. Cetakan Ke-1, Jakarta : LP3ES

8
Bahasa Inggris, ia berasal dari kata civil society atau masyarakat sipil, sebuah
kontraposisi dari masyarakat militer.
C. Sejarah Masyarakat Madani dan Civil Society
Sejarah Civil Society Tidak terlepas dari filsuf yunani Aris Toteles (384-322
SM) yang mengandung konsep Civil Society sebagai sistem kenegaraan atau identik
dengan negara itu sendiri. Pada masa sekarang konsep Civil Society dikenal dengan
Istilah Koinonia Politeke yaitu sebuah koonitas politik tempat warga negara dapat
terlibat lansung dalam peraturan ekonomi-politik dalam mengambil keputusan.
Istilah Koinonia Politeke dikeukakan Aris Toteles untuk menggambarkan sebuah
masyarakat politis dan etis dimana warga negara didalamnya berkedudukan sama
didepan hukum. Yang kemudian mengalami perubahan dengan pengertain Civil
Society yaitu masyarakat sipil diluar dan penyeimbang warga negara.
Seorang negarawan Romawi bernama Marcus Tullius Cicero (106-
43 SM) memiliki pandangan yang berbeda dengan Aris Toteles. Ia mengistilahkan
Masyarakat Sipil dengan societies cvilies yaitu sebuah komonitas yang
mendominasi komonitas yang lain dengan radisi politik kota sebagai komponen
utamanya. Istilah ini lebih menekankan pada konsep negara kota (City-state) yaitu
menggambarkan kerajaan, kota, dan bentuk korporasi lainya yang menjelma menjadi
entitas dan teorganisir.
Kemudian Rumusan Civil Society dikembangkan oleh Thomas Hobbes
(1588-1679 M) dan Jhon Locke (1632-1704) yang memandang perkembangan civil
society sebagai lanjutan dari evaluasi masyarakat yang berlansung secara alamiah.
Menurut Hobbes entitas negara civil society mempunyai peranan untuk meredam
konflik dalam masyarakat sehingga ia harus memiliki kekuasaan mutlak untuk
mengontrol dan mengawasi secara ketat pola-pla interaksi setiap warga negara.
Namun Menurut Jhon Locke, Kehadiran civil society untuk melindungi
kebebasan dan hak milik warga negara. Mengingat sifatnya seperti itu civil society
tidak absolut dan tidak membatasi perananya pada

9
wilayah yang tidak dapat dikelola warga negara untuk memperoleh haknya secara
adil dan profesional.
Pada tahun 1767 Adam ferguson mengkontektualisasikan civil society
dengan konteks sosial dan politik di skotlandia dengan perkembangan kapitalisme
yang berdampak pada krisis sosial. Berbeda dengan pndangan sebelumnya ia lebih
menekankan visi etis pada civil society dalam kehidupan sosial. Menurutnya
ketimpangan sosial akibat kapitalisme harus dihilangkan. Ia yakin bahwa publik
secara alamiah memiliki spirit solidaritas sosial dan sntimen moral yang
menghalangi munculnya kembali despotisme. Kekhawatiran ia semakin menguatnya
sistem individualistis dan berkurangnya tanggung jawab sosial mayarakat mewarnai
pandangan tentang civil society waktu itu.
Pada 29 januari 1737- 8 juni 1809 aktivis politik Asal Inggris- Amerika yang
bernama Thomas Paine civil society sebagai suatu yang berlawanan dengan lembaga
negara bahkan ia dianggap sebagai antitetis negara. Berdasarkan paradigma ini peran
negara sudah saatnya untuk dibatasi. menurut paradigma ini negara tidak lain
hanyalah keniscayaan buruk belaka. Konsep negara yang absah menurut pemikiran
ini adalah perwujudan dari delegasi kekuasaan yang diberikan oleh masyarakat demi
terciptanya kesejahteraan bersama. Dengan demikian menurutnya civil society
adalah ruang dimana warga negara dapat mengembangkan kepribadian dan memberi
peluang bagi pemuasan kepentinganya secara bebas dan tanpa paksaan.
Kemudian pada tahun 1770-1831 G.W.F. Hegel, Karl Max (1818- 1883), dan
Antonio Gramsci (1891-1837) mengembangkan Istilah civil society ialah elemen
ideologis keelas dominan. Pemahaman ini merupakan reaksi atas pandangan paine
yang memisahkan civil society dari negara. Berbeda dengan pandangan paine, Hegel
Memandang civil society sebagai kelompok subordinatif terhadap negara. Menurut
Ryaas Rasyid seorang pakar politik indonesia, menurutnya pandangan ini erat
kaitanya dengan perkembangan sosial masyarakat borjuasi eropa yang ditandai
dengan pelepasan diri dari cengkraman dominasi negara.

10
Selanjutnya hegel menjelaskan bahwa struktur sosial civil society terdaat tiga
entitas sosial : keluarga, masyarakat sipil, dan negara. Keluarga merupakan ruang
sosialisasi pribadi anggota masyarakat yang bercirikan keharmonisan. Sedangkan
masyarakat sipil merupakan tempat berlansungya percaturan sebagai kepentingan
pribadi dan golongan terutama kepentingan ekonomi. Menurutnya negara merupaka
ide universa yang bertugas melindungi kepentingan politik warganya dan
mempunyai hak penuh untuk intervensi terhadap civil society.

Berbeda dengan hegel, karl max memandang civil society sebagai


masyarakat borjuis. Dalam konteks hubungan produksi kapitalis. Keberadaan civil
society merupakan kendala besar bagi upaya pembebasan manusia dari penindasan
kelas pemiik modal. Oleh karena itu civil society harus dilenyapkan demi
terwujudnya tatanan masyarakat tanpa kelas.

Berbeda dengan max. Antonio Gramsci tidak memandang masyarakat sipil


dalam konteks relasi produksi tetapi lebih pada sisi idiologis. Gramsci meletakan
masyaraakat madani pada struktur berdampingan degan negara yang disebut sebagai
Political society. Menurutnya civil society merupakan tempat perebutan posisi
hegemoni untuk membentuk konsensus dalam masyarakat. Ia memberiakan
pandangan penting kepada kaum cendikiawan sebagai aktor dalam proses utama
perubahan sosial dan politik.

Selanjutnya wacana civil society sebagai reaksi terhadap mazhab hegelian


dikembangkan oleh Alexis de Tocqueville (1805-1859 M) yang bersumber dari
pengalamanya mengamati budaya demokrasi america. Menurutnya Tocqueville
kekuatan politik dalam masyarakat sipil merupakan kekuatan utama yang
menjadikan demokrasi amerika mempunyai daya tahan yang kuat. Berkaca pada
budaya amerika yang berciri Plural, Mandiri, dan kedewasaan berpolitik warga
negara manapun mampu mengimbangi dan mengontrol kekuatan negara.

11
Berbeda dengan hegelian, pemikiran Tocqueville lebih menempatkan
masyarakat sipil sebagai suatu yang tidak apriori maupun tersubordinasi lembaga
negara. Sebaliknya civil society bersifat otnom dan memiliki kepastian politik cukip
tinggi sehingga mampu menjadikan kekuatan penyeimbang terhadap kecenderungan
intervensi negara atas warga negara.

Dari sekian banyak pandangan mengenai civil society, Mazhab Gramscian


dan Tocquevillian telah menjadi inspirasi gerakan prodemokrasi di eropa timur dan
eropa tengah pada dasawarsa 80-an. Pengalaman kawasan ini hidup dibawah
dominasi negara terbukti telah melumpuhkan kehidupan masyarakat sipil.

Tidak hanya di eropa timur dan eropa tengah , muzhab pemikiran civil
society tocquelville juga dikembangkan oleh cendikiawan muslim indonesia Dawam
Rahardjo dengan konsep masyarakat madaninya, rahardjo mengilustrasikan bahwa
peranan pasar sangat menenukan unsur- unsur dalam masyarakat madani sedangkan
menurut Wutnow dalam hubungan anrata unsur-unsur pokok masyarakat madani
faktor Valuntary sangat menentukan pola interaksi antara negara dan pasar.

Didalam tatanan pemerintahan yang demokratis komponen rakyat disebut


masyarakat madani (Civil Society) yang harus memperoleh peranan utama. Dalam
sistem demokrasi kekuasaan tidak hanya ditangan penguasa melainkan ditangan
rakyat. Jadi peran sektor swasta sangat mendukung terciptanya proses keseimbangan
kekuasaan dalam koridor pemerintahan yang baik, seketika peran swasta bisa berada
diatas ini terjadi jika pembuatan kebijakan publik berkolusi dan tergoda untuk
memberikan akses yang longgar pada konglomerat ataupun usahawan.4

D. Karakteristik Masyarakat madani dan Civil Society.

4
Azra, Azyumardi. 1999. Menuju Masyarakat Madani. Cetakan ke-1. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.

12
Munculnya masyarakat madani disebabkan unsur-unsur sosial dalam tatanan
masyarakat. Unsur tersebut merupakan kesatuan yang saling mengikat dan
menjadikan karagter khas masyarkat madani. Unsur pokok yang harus dimiliki
masyarakat madani yaitu : republik yang bebas, demokrasi, toleransi, kemajemukan,
dan keadilan sosial.

a. Wilayah Publik Yang Bebas


Merupakan sarana untuk mengemukakan pendapat warga negara, yang mana
didalamnya semua warga negara memiliki posisi dan hak yang sama untuk
melakukan transaksi sosial dan politik tanpa rasatakut dan terancam oleh kekuatan-
kekuatan civil society.
b. Demokrasi
Demokrasi adalah persyaratan mutlak lainya bagi keberadaan civil society yang
murni. Tanpa demokrasi, masyarakat sipil tidak akan terwujud yang mana
demokrasi adalah suatu tatanan politik sosial yang bersumber dan dilakukan, oleh,
dari, dan untuk warga negara
c. Toleransi
Merupakan sikap saling menghargai dan menghormati perbedaan pendapat.
Menurut Nurcholish Madjid toleransi adalah persoalan ajaran dan kewajiban
melaksanakan ajaran itu. Jika toleransi menghasilkan tata cara pergaulan yang
menyenangkan antara kelompok yang berbeda-beda maka hasil itu dipahami sebagai
hikmah atau manfaat dari ajaran yang benar. Toleransi bukan hanya tuntutan sosial
masyarakat majemuk saja , tapi juga menjadi bagian terpenting pelaksanaan ajaran
moral.
d. Kemajemukan
Disebut juga pluralisme yang tidak hanya dipahami seagai sebatas sikap harus
mengakui dan memahami kenyataan sosial yang beragam, tetapi harus disertai
dengan sikap ttulus untuk menerima kenyataan pandangan sebagai suatu yang
alamiah dan rahmat tuhan yang bernilai positif bagi kehidupan masyarakat.
e. Keadilan Sosial
Keadilan sosial adalah adanya keseimbangan dan pembagian yang propersional atas
hak dan kewajiban warga negara yang mencakup segala

13
aspek kehidupan ekonomi, politik, pengetahuan, dan pelengkapan. Dengan
pengertian lain keadilan sosial adalah hilangnya monopoli dan pemusatan salah satu
aspek kehidupan yang dilakukan oleh kelompok atau golongan tertentu.5

E. Masyarakat Madani di Indonesia

Indonesia memiliki tradisi kuat civil society, jauh sebelum bangsa indonesia
berdiri, masyarakat sipil telah berkembang pesat yang diwakili oleh kiprah beragam
organisasi sosial keagamaan dan penggerakan nasional dalam merebut
kemerdekaan. Selain berperan sebagai organisasi peejuang penegak HAM dan
perlawanan terhadap kekuasaan kolonial. Organisasi berbasis islam seperti syariakat
islam (SI), Nahdatul Ulama (NU), dan muhammdadiyah telah menunjukan
kiprahnya sebagai komponen civil society yang penting dalam perkembangan
masyarakata sipil indonesia. Terdapat strategi yang ditawarkan kalangan ahli tentang
bagaimana seharusnya bangunan masyarakat madani yang bisa tterwujud di
indonessia :

1. Pandangan integrasi nasional dan politik. Menyatakan bahwa sistem demokrasi


tidak mungkin berlansung dalam kenyataan hidup sehari-hari dalam masyarakat
sebelum memiliki kesadaran berbangsa dan bernegara yang kuat. Bagi pengikut
pandangan ini praktik demokrasi ala barat hanya akan berakibat konflik antara
sesama warga bangsa.
2. Pandangan Reformasi Sistem Politik Demokrasi merupakan pandangan yang
menekankan bahwa untuk membangun demokrasi tidak usah terlalu bergantung
pada kepentingan ekonomi. Pembangunan institusi demokratis lebih diutamakan
oleh warga negara dibanding pembangunan ekonomi.
3. Paradigma pembangunan masyarakat madani sebagai basis utama pembangunan
demokrasi. Ini merupakan alternatif diantara dua pandangan yang pertama yang
dianggap gagal dalam pembangunan demokrasi. Pandangan ini lebih menekankan
proses pendidikan dan penyadaran poitik

5
Budiman, Arief.1990. State And Civil Society. Clayton : Monash Paper Southeast Asi No.22

14
warga negara, khusus kalangan kelas menengah. Hal itu mengingatkan demokrasi
membutuhkan topangan kultural sselain mendukung struktural.

Bersandar dari tiga paradigma diatas pengembangan demokrasi masyarakat


madani selayaknya tidak hanya tergantung pada salah satu pandangan tersebut.
Sebaliknya untuk mewujudkan masyarakat madani yang seimbang dengan kekuatan
negara dibutuhkan gabungan strategi dan paradigma. Tiga paradigma diatas dapat
dijadikan acuan dalam pengembangan demokrasi dimasa transisi sekarang melalui :

a. Memperluas golongan menengah melalui pemberian kesempatan bagi kelas


menegah untuk berkembang menjadi kelompok masyaraat madani yang mandiri
secara politik dan ekonomi.
b. Mereformasikan sistem politik demokratis melalui pemberdayaan lembaga-lembaga
demokrasi yang ada berjalan sesuai prinsip-prinsip demokrasi.
c. Penyelenggaraan pendidikan politik (pendidikan demokrasi) bagi warga negara
secara keseluruhan.

Menurut Rahardjo masyarakat madani indonesia masih merupakan sisitem-


siste yang dihasilkan oleh sister politik represif. Ciri kritisnya lebih menonjol
dibandingkan ciri struktifnya. Menurutnya lebih banyak melakukan protes daripada
mengajukan solus, lebih banyak menuntut daripada memberi sumbangan terhadap
pemecahan masalah.

Mahasiswa merupakan salah satu komponen strategis bangsa indonesia


dalam pembanguunan demokrasi dan masyarakat madani. Peran startegis mahasiswa
dalam proses perjuangan demokrasi menumbangkan rezim otorier seharusnya
ditindak lanjuti dengan keterlibatan mahasiswa dalam proses demokrasi bangsa dan
pembangunan masyarakat demokrasi madani indonesia. Karenaa mahasiswa
merupakan bagian dari kelas menengah, ia memiliki tanggung jawab terhadap nasib
masa depan demokrasi dan masyarakat madani indonesia.

15
Sikap demokratis diekspressikan melalui peran aktif mahasiswa dalam
proses pendemokrasian masyarakat melalui cara analogis, santun, dan bermartabat.
Adapun sikap kritis mahasiswa dapat dilakukan dengan mengaamati, mengkritik,
mengontrol pelaksanaan kebijakan pemerintah atau lembaga publik terkait,
khususnya pada kebijakan yang menyangkut dengan masa depan bangsa.6

6
Culla, Adi Suryadi. 1999. Masyarakat Madani Pemikiran : Teori dan Relevasinya Dengan Cita- cita
Reformasi. Jakarta : Raja Grafindo Persada

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Masyarakat madani merupakan sistem sosial yang subur berdasarkan prinsip
moral yang menjamin keseimbangan antara kebebasan individu dengan kestabilan
masyarakat akan berupa pemikiran seni, pelaksanaan pemerintahan yang
berdasarkan undang-undang dan bukan nafsu atau keinginan individu.
Untuk mewujudkan masyarakat madani dan agar terciptanya kesejahteraan
umat maka kita sebagai generasi penerus supaya dapat membuat suatu perubahan
yang signifikan. Selain itu, kita juga harus dapat menyesuaikan diri dengan apa yang
sedang terjadi di masyarakat sekarang ini. Agar di dalam kehidupan bermasyarakat
kita tidak ketinggalan berita. Selain memahami apa itu masyarakat madani kita juga
harus melihat pada potensi manusia yang ada di masyarakat, khususnya di
Indonesia. Potensi yang ada di dalam diri manusia sangat mendukung kita untuk
mewujudkan masyarakat madani. Karena semakin besar potensi yang dimiliki oleh
seseorang dalam membangun agama Islam maka akan semakin baik pula hasilnya.
Begitu pula sebaliknya, apabila seseorang memiliki potensi yang kurang di dalam
membangun agamanya maka hasilnya pun tidak akan memuaskan. Oleh karena itu,
marilah kita berlomba-lomba dalam meningkatkan potensi diri melalui latihan-
latihan spiritual dan praktek- praktek di masyarakat.

B. Saran

Melalui makalah ini saya berharap semoga pembahasan mengenai


Masyarakat Madani, sedikit banyaknya dapat dipahami oleh pembaca, selain itu
kami sebagai penulis mohon ma’af apabila masih terdapat kesalahan-kesalahan
dalam penyusunan makalah ini, untuk itu kami mengharapkan kritikan dan saran
dari pembaca, untuk kesempurnaan dari makalah kami ini.

17
DAFTAR PUSTAKA

Azra, Azyumardi. 1999. Menuju Masyarakat Madani. Cetakan ke-


1. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Budiman, Arief.1990. State And Civil Society. Clayton : Monash Paper


Southeast Asi No.22.

Culla, Adi Suryadi. 1999. Masyarakat Madani Pemikiran : Teori dan


Relevasinya Dengan Cita-cita Reformasi. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Deden, M. Ridwan, dan Nurjulianti, Dewi (penyuting). 1999 Pembangunan


Masyarakat Madani dan Tantangan Demokratisasi di Indonesia. Cetakan Ke-1,
Jakarta : LP3ES.

Hedro Prasetyo, Islam dan Civil Society Pandangan Muslim Indonesia,


(Jakarta. 2000).

18

You might also like