You are on page 1of 46

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DISPEPSIA

Oleh :
Ida Bagus Gede Yogi Ambara, S.kep
NIM. C2223061

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES BINA USADA BALI
2023
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. DEFINISI DISPEPSIA
Dispepsia berasal dari Bahasa Yunani, yaitu dys (buruk) dan peptein
(pencernaan), yang menggambarkan keluhan atau kumpulan gejala (sindrom)
yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di epigastrum, mual, muntah,
kembung, cepat kenyang, rasa penuh, sendawa, regurgitasi dan rasa panas yang
menjalar di dada (Potter & Perry, 2021). Dispepsia adalah kumpulan gejala
berupa keluhan nyeri, perasaan tidak enak perut bagian atas yang menetap atau
episodic disertai dengan keluhan seperti rasa penuh saat makan, cepat kenyang,
sendawa, anoreksia, mual, muntah, hearthburn dan regusrgitasi (Muttaqin &
Sari, 2019).

2. ANATOMI FISIOLOGI

Gambar 1 Sistem Pencernaan Manusia


a. Mulut
Mulut atau oris adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri atas 2
bagian yaitu:
a) Bagian luar yang sempit yaitu ruang diantara gusi, gigi, bibir dan pipi.
b) Bagian rongga mulut bagian dalam yaitu rongga mulut yang dibatasi
sisinya oleh tulang maksilaris, palatum, dan mandibularis, disebabkan
belakang bersambung dengan faring (Ardiansyah, 2012).
b. Lidah
Pada permukaan atas dekat pangkal lidah terdapat alur berbentuk”V” yaitu
sulkus terminalis, yang memisahkan lidah bagian anterior dari bagian
posterior. Permukaan sepertiga belakang lidah tampak bernodul, tidak rata
karena adanya nodulus limfatikus (tonsila lingual). Permukaan atas lidah
dipenuhi banyak tonjolan kecil disebut papil lidah. Terdapat empat jenis papil
utma pada manusia, yaitu
a) Papila filiformis: seluruh permukaan lidah. Bentuk langsing tinggi.
b) Papila fungiformis: tersebar diantara papila filiformis. Bentuk jamur.
Banyak kuncup kecap pada epitelnya.
c) Papila sirkumvalata pada manusia jumlahnya hanya 10 sampai 14, tersebar
sepanjang sulkus terminalis. Ada bentuk kuncup kecap.
d) Papila foliata terdapat pada bagian samping dan belakang lidah, berbentuk
lipatan mirip daun, dengan kuncup kecap. Semua papila mengandung
banyak ujung saraf sensorik untuk rasa sentuhan dan kuncup kecap
terdapat pada semua papila kecuali papila filiformis (Ardiansyah, 2012).
c. Kelenjar Ludah
Kelenjar ludah merupakan kelenjar yang mempunyai duktus yang bernama
duktuswartani dan duktus stensoni. Kelenjar ludah ini ada 2 yakni kelenjar
ludah bawah lidah (kelenjar sublingualis) yang terdapat disebelah depan
dibawah lidah dankelenjar ludah bawah rahang (kelenjar submaksilaris), yang
terdapat dibawah tulang rahang atas pada bagian tengah (Ardiansyah, 2012).
d. Faring
Faring merupakan bagian saluran pencernaan yang terletak di belakang
hidung, mulut, dan laring. Kemudian faring langsung berhubungan dengan
esofagus sebuah tabung yang memiliki otot dengan panjang kurang lebih 20-
25 cm, yang terletak di belakang trakhea dan di depan tulang pungggung
kemudian masuk melalui toraks menembus diafragma yang berhubungan
langsung dengan abdomen dan menyambung dengan lambung (Ardiansyah,
2012).
e. Esofagus
Esofogus merupakan saluran yang menghubungkan tekak dengan lambung,
panjangnya ± 25 cm. Epitel mukosanya adalah epitel berlapis gepeng tanpa
lapis tanduk. Tunika muskularis mukosanya tebal. Tunika muskularisnya
unik, karena sepertiga bagian atasnya terdiri dari atas otot rangka. Pada
sepertiga bagian tengah `xdotot. Sepertiga bagian bawah esofagus terdiri atas
otot polos. Pada ujung atas esophagus terdapat sfingter superior, dan pada
ujung bawah terdapat sfingter inferior (Ardiansyah, 2012).
f. Lambung/Gaster
Lambung atau gaster merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang
paling banyak terutama di daerah epigaster. Lambung terdiri dari bagian atas
fundus uteri berhubugan dengan esofagus melalui orifisium pilorik, terletak
dibawah diafrgma di depan pankreas dan limpa, menempel di sebelah kiri
fundus uteri (Ardiansyah, 2012).
g. Usus
a) Usus halus
Intestinum minor adalah bagian dari sistem pencernaan makanan
yang berpangkal pada pilorus dan berakhir pada sekum, panjangnya ± 6
meter. Merupakan saluran yang panjang tempat proses pencernaan dan
absorbsi hasil pencernaan, yang terdiri dari lapisan usus halus, lapisan
mukosa (sebelah dalam), lapisan otot melingkar (m.sirkuler), lapisan otot
memanjang (m.longitudinal) dan lapisan serosa (sebelah luar)
(Dwingsang, 2014).
b) Duodenun
Disebut juga usus 12 jari panjangnya ± 25 cm. Berbentuk sepatu
kuda melengkung ke kiri pada lengkungan ini terdapat pankreas dan
bagian kanan duodenum terdapat selaput lendir yang membukit disebut
papila vateri. Pada papila vateri ini bermuara saluran empedu (duktus
koleduktus), dibuat di hati untuk dikeluarkan ke duodenum melalui
duktus koledoktus yang fungsinya mengemulsikan lemak, dengan
bantuan lipase. Pankreas juga menghasilkan amilase yang berfungsi
mencerna hidrat arang menjadi sakarida dan tripsin yang berfungsi
mencerna protein menjadi asam amino atau albumin dan palipeptika.
Dinding duodenum mempunyai lapisan mukosa yang banyak
mengandung kelenjar, kelenjar ini disebut kelenjar-kelenjar brunner,
berfungsi untuk memproduksi getah intestinum (Dwingsang, 2014).
c) Yeyunum dan ileum
Yeyenum dan ileum mempunyai panjang sekitar ± 6 meter. Dua
perlima bagian atas adalah yeyenum dengan panjang ± 2-3 meter dan
ileum dengan panjang ± 4-5 meter. Lekukan yeyenum dan ileum melekat
pada dinding abdomen posterior dengan perantaraan lipatan peritonium
yang berbentuk kipad, dikenal dengan mesenterium. Ujung bawah ileum
berhubungan dengan sekum dengan perantaraan lubang yang bernama
orifisium ileoservikalis (Dwingsang, 2014).
Orifisium ini diperkuat oleh spinter ileosekalis dan berfungsi
untuk mencegah cairan dalam kolon asenden tidak masuk kembali ke
dalam ileum. Mukosa usus halus, permukaan epitel yang sangat luas
melalui lipatan mukosa dan mikro vili memudahkan pencernaan dan
absorbsi. Lipatan ini dibentuk oleh mukosa dan sub mukosa yang dapat
memperbesar permukaan usus.
Pada penampungan melintang villi oleh epitel dan kripta yang
menghasilkan bermacam-macam hormon jaringan dan enzim yang
memegang peranan aktif dalam pencernaan. Absorbsi makanan yang
sudah dicernakan seluruhnya berlangsung di dalam usus halus melalui
dua saluran, yaitu pembuluh kapiler dalam darah dan saluran limfe di
sebelah dalam permukaan villi usus. Sebuah vilus berisi lakteal,
pembuluh darah epitelium dan jaringan otot yang diikat bersama oleh
jaringan limpoid seluruhnya diliputi membran dasar dan ditutupi oleh
epitelium. Karena villi keluar dari dinding usu maka bersentuhan dengan
makanan cair dan lemak yang diabsorbsi ke dalam lakteal kemudian
berjalan melalui pembuluh limfe masuk ke dalam pembuluh kapiler darah
di villi dan oleh vena porta dibawa ke hati untuk mengalami beberapa
perubahan (Dwingsang, 2014).
Fungsi usus halus, terdiri dari:
1) Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna masuk untuk
diserap melalui kapiler-kapiler darah dan saluran-saluran limfe.
2) Menyerap protein dalam bentuk asam amino.
3) Karbohidrat diserap ke dalam bentuk monosakarida.
Di dalam usus halus terdapat kelenjar yang menghasilkan getah halus
yang menyempurnakan makanan;
1) Enterokinase; mengaktifkan enzim proteolitik.
2) Eripsin; yang menyempurnakan pencernaan protein menjadi asam
amino.
3) Laktase mengubah laktosa menjadi monosakarida.
4) Maltosa mengubah maltosa menjadi monosakarida.
5) Sukrosa mengubah sukrosa menjadi monosakarida.
(Dwingsang, 2014).
d) Usus besar/intestinal mayor
Panjangnya kurang lebih 1,5 meter, lebarnya 5-6 cm, lapisan-lapisan usus
besar dari dalam ke luar:
1) Selaput lender
2) Lapisan otot melingkar
3) Lapisan otot memanjang
4) Jaringan ikat
Fungsi usus besar, terdiri dari menyerap air dari makanan, tempat
tinggal bakteri coli dan tempat feses.
Adapun bagian-bagian dari usus besar adalah sebagai berikut :
1) Sekum
Di bawah seikum terdapat apendiks vermi formis yang berbentuk
seperti cincin sehingga disebut umbai cacing, dengan panjang 6
cm. Seluruhnya ditutupi oleh peritoneum, mudah bergerak
walaupun tidak mempunyai mensentrium dan dapat diraba melalui
dinding abdomen.
2) Colon Asenden
Panjangnya 13 cm, terletak di bawah abdomen sebelah kalon
membujur ke atas dari ileum di bawah hati. Di bawah hati
membengkok ke kiri, lengkungan ini disebut fleksura hepatica dan
dilanjutkan sebagian colon tranversum.
3) Apendiks
Bagian usus besar yang muncul seperti corong dari akhir seikum,
mempunyai pintu keluar yang sempit tapi masih memungkinkan
dapat dilewati oleh beberapa isi usus .
4) Colon Tranversum
Panjangnya kurang lebih 38 cm, membujur dari colon asendes
sampai ke colon desendens berada di bawah abdomen, sebelah
kanan terdapat fleksula hepatica dan sebelah kiri terdapat feksula
lianalis.
5) Colon desedens
Panjangnya kurang lebih 25 cm, terletak di bawah abdomen
bagian kiri membujur dari atas ke bawah dari fleksura lianalis
sampai ke depan ileum kiri, bersambung dengan colon sigmoid.
6) Colon Sigmoid
Merupakan lanjutan dari colon desendens terletak miring, dalam
rongga felvis sebelah kiri bentuknya menyerupai huruf S, ujung
bawahnya berhubungan dengan rectum.
7) Rectum
Terletak di bawah colon sigmoid yang menghubungkan
intestinum mayor dengan anus, terletak dalam rongga felvic
didepan oscracum dan oscocigis.
e) Anus
Adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rectum
dengan dunia luar. Terletak di dasar felvic, dindingnya diperkuat oleh 3
spincter :
a) Spincter Ani Internus, bekerja tidak menurut kehendak.
b) Spincter Levator Ani, bekerja tidak menurut kehendak.
c) Spincter Ani Eksternus, bekerja menurut kehendak
(Dwingsang, 2014).
3. ETIOLOGI
Seringnya, dispepsia disebabkan oleh ulkus lambung atau penyakit acid
reflux. Jika anda memiliki penyakit acid reflux, asam lambung terdorong ke atas
menuju esofagus (saluran muskulo membranosa yang membentang dari faring
ke dalam lambung). Hal ini menyebabkan nyeri di dada. Beberapa obat-obatan,
seperti obat anti-inflammatory, dapat menyebabkan dispepsia. Terkadang
penyebab dispepsia belum dapat ditemukan. Penyebab dispepsia secara rinci
adalah:
• Menelan udara (aerofagi)
• Regurgitasi (alir balik, refluks) asam dari lambung
• Iritasi lambung (gastritis)
• Ulkus gastrikum atau ulkus duodenalis
• Kanker lambung
• Peradangan kandung empedu (kolesistitis)
• Intoleransi laktosa (ketidakmampuan mencerna susu dan produknya)
• Kelainan gerakan usus
• Stress psikologis, kecemasan, atau depresi
• Infeksi Helicobacter pylory

Penyebab dispepsia dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :


a. Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik
sebagai penyebabnya (misalnya tukak peptic, gastritis, pankreastitis,
kolesistitis dan lainnya).
b. Dispepsia non organik atau dyspepsia fungsional atau dyspepsia non
ulkus (DNU), bila tidak jelas penyebabnya.

4. PATOFISIOLOGI
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas,
zat-zat seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres,
pemasukan makanan menjadi kurang sehingga lambung akan kosong,
kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan
antara dinding-dinding lambung, kondisi demikian dapat mengakibatkan
peningkatan produksi HCL yang akan merangsang terjadinya kondisi asam pada
lambung, sehingga rangsangan di medulla oblongata membawa impuls muntah
sehingga intake tidak adekuat baik makanan maupun cairan

5. MANIFESTASI KLINIS
Klasifikasi klinis praktis, didasarkan atas keluhan/gejala yang dominan,
membagi dispepsia menjadi tiga tipe :
1. Dispepsia dengan keluhan seperti ulkus, dengan gejala :
a. Nyeri epigastrum terlokalisasi
b. Nyeri hilang setelah makan atau pemberian antacid
c. Nyeri saat lapar
d. Nyeri episodic
2. Dispepsia dengan gejala seperti dismotilitas, dengan gejala seperti :
a. Mudah kenyang
b. Perut cepat terasa penuh saat makan
c. Mual
d. Muntah
e. Upper abdominal boating
f. Rasa tak nyaman bertambah saat makan
3. Dispepsia non-spesifik (tidak ada gejala seperti kedua tipe diatas) (Mansjoer,
et al, 2007).
Sindroma dispepsia dapat bersifat ringan, sedang, dan berat, serta dapat
akut atau kronis sesuai dengan perjalanan penyakitnya. Pembagian akut dan
kronik berdasarkan atas jangka waktu tiga bulan.
Nyeri dan rasa tidak nyaman pada perut atas atau dada mungkin disertai
dengan sendawa dan suara usus yang keras (borborigmi). Pada beberapa
penderita, makan dapat memperburuk nyeri; pada penderita yang lain, makan
bisa mengurangi nyerinya. Gejala lain meliputi nafsu makan yang menurun,
mual, sembelit, diare dan flatulensi (perut kembung).
Jika dispepsia menetap selama lebih dari beberapa minggu, atau tidak
memberi respon terhadap pengobatan, atau disertai penurunan berat badan atau
gejala lain yang tidak biasa, maka penderita harus menjalani pemeriksaan
6. PATHWAY
7. PENATALAKSANAAN
Berdasarkan Konsensus Nasional Penanggulangan Helicobacter pylori
1996, ditetapkan skema penatalaksanaan dispepsia, yang dibedakan bagi sentra
kesehatan dengan tenaga ahli (gastroenterolog atau internis) yang disertai
fasilitas endoskopi dengan penatalaksanaan dispepsia di masyarakat. Pengobatan
dispepsia mengenal beberapa golongan obat, yaitu:
a. Antasida 20-150 ml/hari
Golongan obat ini mudah didapat dan murah. Antasida akan generalisir
sekresi asam lambung. Antasida biasanya mengandung Na bikarbonat,
Al(OH)3, Mg(OH)2, dan Mg triksilat. Pemberian antasid jangan terus
menerus, sifatnya hanya simtomatis, untuk mengurangi rasa nyeri. Mg
triksilat dapat dipakai dalam waktu lebih lama, juga berkhasiat sebagai
absorben sehingga bersifat nontoksik, namun dalam dosis besar akan
menyebabkan diare karena terbentuk senyawa MgCl2.
b. Antikolinergik
Perlu diperhatikan, karena kerja obat ini tidak spesifik. Obat yang agak
selektif yaitu pirenzepin bekerja sebagai anti reseptor muskarinik yang
dapat menekan seksresi asama lambung sekitar 28-43%. Pirenzepin juga
memiliki efek sitoprotektif.
c. Antagonis reseptor H2
Golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati dispepsia organik
atau esensial seperti tukak peptik. Obat yang termasuk golongan
antagonis respetor H2 antara lain simetidin, roksatidin, ranitidin, dan
famotidin.
d. Penghambat pompa asam (proton pump inhibitor = PPI)
Golongan obat ini mengatur sekresi asam lambung pada stadium akhir
dari proses sekresi asam lambung. Obat-obat yang termasuk golongan
PPI adalah omeperazol, lansoprazol, dan pantoprazol.
e. Sitoprotektif
Prostoglandin sintetik seperti misoprostol (PGE1) dan enprostil (PGE2).
Selain bersifat sitoprotektif, juga menekan sekresi asam lambung oleh sel
parietal. Sukralfat berfungsi meningkatkan sekresi prostoglandin
endogen, yang selanjutnya memperbaiki mikrosirkulasi, meningkatkan
produksi mukus dan meningkatkan sekresi bikarbonat mukosa, serta
membentuk lapisan protektif (site protective), yang bersenyawa dengan
protein sekitar lesi mukosa saluran cerna bagian atas (SCBA).
f. Golongan prokinetik
Obat yang termasuk golongan ini, yaitu sisaprid, domperidon, dan
metoklopramid. Golongan ini cukup efektif untuk mengobati dispepsia
fungsional dan refluks esofagitis dengan mencegah refluks dan
memperbaiki bersihan asam lambung (acid clearance) (Mansjoer et al,
2007).
g. Psikoterapi dan psikofarmaka (obat anti - depresi dan cemas)
Pada pasien dengan dispepsia fungsional, karena tidak jarang keluhan
yang muncul berhubungan dengan faktor kejiwaan seperti cemas dan
depresi (Sawaludin, 2005).
Sedangkan penatalaksanaan Non Farmakologinya adalah sebagai berikut:
a. Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung.
b. Menghindari faktor resiko sepeti alcohol, makanan yang pedas, obat-
obatan yang belebihan, nikotin rokok, dan stress.
c. Atur pola makan

8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium : lebih banyak ditekankan untuk menyingkirkan penyebab organik lainnya
seperti antara lain pankreasitis kronis, DM. Pada dispepsia biasanya hasil laboratorium
dalam batas normal.
b. Pemeriksaan radiologi yaitu, OMD dengan kontras ganda, serologi helicobacter pylori.
c. Endoskopi
d. CLO (Rapid urea test)
e. Patologi anatomi
f. Kultur mikroorganisme jaringan
g. PCR (Polymerase Chain Reaction)
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses dimana kegiatan yang dilakukan
yaitu: Mengumpulkan data, mengelompokkan data dan menganalisa data. Data
fokus yang berhubungan dengan dispepsia meliputi adanya nyeri perut, rasa pedih di
ulu hati, mual kadang-kadang muntah, nafsu makan berkurang, rasa lekas kenyang,
perut kembung, rasa panas di dada dan perut, regurgitasi (keluar cairan dari lambung
secar tiba-tiba). (Mansjoer A, 2000, Hal. 488).
Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis (sindrom) yang terdiri
dari rasa tidak enak/sakit diperut bagian atas yang dapat pula disertai dengan
keluhan lain, perasaan panas di dada daerah jantung (heartburn), regurgitasi,
kembung, perut terasa penuh, cepat kenyang, sendawa, anoreksia, mual, muntah, dan
beberapa keluhan lainnya (Warpadji Sarwono, et all, 1996, hal. 26)

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nausea b.d. iritasi lambung
b. Nyeri Akut b.d. agen pencedera fisiologis
c. Hipovolemia b.d. kekurangan intake cairan
d. Defisit Nutrisi b.d. ketidakmampuan mencerna makanan
3. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan
1 nausea Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x … Manajemen Mual (I.03117)
jam tingkat nausea menurun dengan Kriteria hasil : 1. Identifikasi faktor penyebab mual dan muntah
1. Nafsu makan meningkat 2. Identifikasi karakteristik muntah
2. Keluhan mual menurun 3. Identifikasi dampak mual terhadap kualitas
3. Perasaan ingin muntah menurun hidup (nafsu makan, aktivitas, kinerja, dan
Takikardia membaik tidur)
4. Monitor mual (frekuensi, durasi, tingkat
keparahan) dan periksa volume muntah
5. Monitor asupan nutrisi dan kalori
6. Monitor keseimbangan cairan dan elektrolit
7. Kendalikan faktor lingkungan penyebab mual
dan muntah
8. Kurangi atau hilangkan keadaan penyebab
mual dan muntah
9. berikan makanan dalam jumlah kecil dan
menarik
10. Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup
11. Anjurkan makanan tinggi karbohidrat rendah
lemak
12. Ajarkan pengunaan teknik nonfarmakologis
untuk mengatasi mual muntah (biofeedback,
hipnosis, relaksasi, terapi musik)
13. Anjurkan sering membersihkan mulut, kecuali
jika merangsang mual
Kolaborasi pemberian antiemetik
2 Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ..x.. jam diharapkan Intervensi Utama
Tingkat Nyeri (L.08066) menurun dengan kriteria hasil: Manajemen Nyeri (I.08238)
1. Kemampuan menuntaskan aktivitas meningkat Observasi
2. Keluhan nyeri menurun 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
3. Meringis menurun intensitas nyeri
4. Sikap protektif menurun 2. Identifikasi skala nyeri
5. Gelisah menurun 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
6. Kesulitan tidur menurun 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
7. Menarik diri menurun Berfokus pada diri sendiri menurun nyeri
8. Diaphoresis menurun 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
9. Perasaan depresi ( tertekan) menurun 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
10. Perasaan takut mengalami cedera berulang menurun 7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
11. Anoreksia menurun 8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
12. Perineum terasa tertekan menurun diberikan
13. Uterus teraba membulat menurun 9. Monitor efek samping penggunaan analgetic
14. Ketegangan otot Terapeutik
15. Pupil dilitasi 1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
16. Muntah menurun nyeri (mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi music,
17. Mual menurun biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi
18. Frekuensi nadi membaik terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
19. Pola napas membaik 2. Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis.
20. Proses berfikir membaik suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
21. Fokus membaik 3. Fasilitasi istirahat dan tidur
22. Fungsi berkemih membaik 4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
23. Perilaku membaik strategi meredakan nyeri
24. Nafsu makan membaik Edukasi
Pola tidur membaik 1. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi untuk meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetic secara tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetic, jika perlu

Pemberian Analgesik (I.08243)


Observasi
1. Identifikasi karakteristik nyeri (mis. pencetus, pereda,
kualitas, lokasi, intensitas, frekuensi, durasi)
2. Identifkasi riwayat alergi obat
3. Identifkasi kesesuaian jenis analgesik (mis. narkotika, non
- narkotik, atau NSAID) dengan tingkat keparahan nyeri
4. Monitor tanda -tanda vital sebelum dan sesudah pemberian
analgesic
5. Monitor efektifitas analgesic
Terapeutik
1. Diskusikan jenis analgesik yang disukai untuk mencapai
analgesia optimal, jika perlu
2. Pertimbangkan penggunaan infus kontinu, atau bolus
opioid untuk mempertahankan kader dalam serum
3. Tetapkan target efektiftas analgesik untuk mengoptimalkan
respons pasien
4. Dokumentasikan respons terhadap efek analgesik dan efek
yang tidak diinginkan
Edukasi
1. Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik, sesuai
indikasi

Intervensi Pendukung
Edukasi Manajemen Nyeri (I.12391)
Observasi
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Terapeutik
2. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
3. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
4. Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
5. Jelaskan penyebab, periode, dan strategi meredakan nyeri
6. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
7. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

3 Hipovolemi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ......x...... Manajemen Hipovolemi (I.03116)
menit diharapkan Hypovolemia Membaik dengan kriteria Observasi
hasil: - Periksa tanda dan gejala hypovolemia (frekuensi
Status Cairan: nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan
- Kekuatan nadi (5) darah menurun, volume urin menurun, haus,
- Turgor kulit (5) lemah)
- Output urine (5) - Monitor intake dan output
- Pengsisian vena (5) Terapeutik
- Frekuensi nadi (5) - Hitung kebutuhan cairan
- Tekanan darah (5) - Berikan posisi modified Trendelenburg
- Tekanan nadi (5) - Berikan asupan cairan oral
- Membrane mukosa (5) Edukasi
- Jugular Venous Pressure - Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
(JVP) (5) - Anjurkan menghindari perubahan posisi
mendadak
Kolaborasi
− Kolaborasi pemberian cairan Iv isotonis (NaCl,
RL)
4 Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … … x Manajemen Nutrisi (I.03119)
… . . menit/ jam diharapkan defisit nutrisi membaik 1 . Identifikasi status nutrisi
dengan 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
3. Idenfikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
Kriteria hasil : 4. Monitor asupan makan
1. Porsi makanan yang dihabiskan meningkat 5 . Monitor berat badan
2. Kekuatan otot 6. Monitor pemeriksaan laboratorium
pengunyah meningkat 7. Identifikasi perlunya penggunaan selang
3. Kekuatan otot nasogastric
menelan meningkat 8. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika
4. Frekuensi makan membaik perlu
5. Nafsu makan membaik 9. Fasilitasi menentukan pedoman diet
6. Peristaltic usus 10. Berikan makan tinggi serat untuk mencegah
7 . Nyeri abdomen menurun konstipasi
8. Diare menurun 11. Berikan makan tinggi kalori dan tinggi
protein
9 . Serum albumin meningkat
12. Hentikan pemberian makan melalui
10. Berat badan membaik
selang nasogatrik jika asupan oral dapat
11. Dyspepsia menurun
ditoleransi
12. Jumlah residu cairan lambung menurun 13. Anjurkan posisi duduk , jika mampu
1 3 . Verbalisasi keinginan untuk meningkatkan nutrisi
14. Ajarkan diet yang diprogramkan
meningkat 15. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan, jika perlu
16. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan, jika perlu

Promosi Berat Badan (I.03136)


17. Identifikasi penyebab kemungkinan BB
kurang
18. Identifikasi makanan yang disukai
19. Monitor mual dan muntah
20. Monitor warna konjungtiva
21. Monitor Albumin, Limfosit dan elektrolit
serum
22. Identifikasi kemampuan menelan
23. Identifikasi perlunya penggunaan selang
nasogastric
24. Berikan perawatan mulut sebelum
memberikan makan
25. Sediakan makanan yang tepat sesuai dengan
kondisi pasien
26. Jelaskan makanan yang bergizi tinggi
27. Berikan suplemen makanan
Anjurkan makan sedikit tapi sering
4. EMPLEMENTASI

Implementasi adalah tahap keempat dari proses keperawatan. Tahap ini


muncul jika perencanaan yang dibuat diaplikasikan pada klien. Implementasi terdiri
atas melakukan dan mendokumentasikan yangmerupakan tindakan keperawatan
khusus yang digunakan untukmelaksanakan intervensi. Tindakan yang dilakukan
mungkin sama, mungkin juga berbeda dengan urutan yang telah dibuat pada
perencanaan. Implementasi keperawatan membutuhkan fleksibilitas dan kreativitas
dimana aplikasi yang akan dilakukan pada klien akan berbeda, disesuaikan dengan
kondisi klien saat itudan kebutuhan yang paling dirasakan oleh klien (Debora, 2017).

5. EVALUASI
Evaluasi adalah aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan, dan terarah ketika
klien dan profesional kesehatan menentukan kemajuan klien menuju pencapaian
tujuan/hasil, dan keefektifan rencana asuhan keperawatan. (Kozier et al., 2011).
Tujuan evaluasi adalah untuk menilai pencapaian tujuan pada rencana keperawatan
yang telah ditetapkan, mengidentifikasi variabel-variabel yang akan mempengaruhi
pencapaian tujuan, dan mengambil keputusan apakah rencana keperawatan
diteruskan, modifikasi atau dihentikan (Manurung, 2011).
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart.2002. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol. 2. Jakarta: EGC

Doengoes. E. M, et al.2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta: EGC

Hadi, S.1995. Gastroenterologi Edisi 4. Bandung: Alumni

Herdman, T.H dan Kamitsuru. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015 –
2017 Edisi 10. EGC : Jakarta
Manjoer, A, et al.2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jakarta: Medika aeusculapeus

Mansjoer, A., Triyanti, K., Savitri, R., Wardhani, W.L, dan Setiowulan, W.1999. Kapita Selekta

Kedokteran. Jilid 1. Edisi 1. Jakarta: Media Aesculapius

Price & Wilson.1994. Patofisiologi, Edisi 4, Jakarta: EGC

Suryono Slamet, et al.2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 2. Jakarta: FKUI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator

Diagnostik Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI

Warpadji Sarwono, et al.1996. Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta: FKUI


LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
PADA Tn. KD DENGAN DISPEPSIA
TANGGAL 16 – 17 MEI 2023
DI RUANG KASWARI RSUD BALI MANDARA

Oleh :
Ida Bagus Gede Yogi Ambara, S.kep
NIM. C2223061

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES BINA USADA BALI
2023
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
BINA USADA BALI
SK MENDIKNAS RI. NOMOR 122/D/O/2007
TERAKREDITASI BAN PT.NOMOR 351/SK/BAN-PT/ Akred/ PT/IV/2015
Kompleks Kampus MAPINDO Jl. Padang Luwih, Tegal Jaya Dalung - Badung
Telp. (0361) 9072036,Email: binausada@yahoo.com Web: binausadabali.ac.id

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. KD


DENGAN DISPEPSIA
TANGGAL 16 – 17 MEI 2023
DI RUANG KASWARI RSUD BALI MANDARA

I. PENGKAJIAN
A. Tanggal Masuk : 14 Mei 2023
B. Tanggal Pengkajian : 16 Mei 2023
C. Jam Pengkajian : 15.00 Wita
D. CM : 13.05.95
E. Sumber Data : Pasien, Keluarga, Rekam Medis
F. Identitas :
1. Identitas Klien
Nama : Tn. KD
Umur : 53 Th
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Hindu
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Alamat : Jl. Kebo iwa no. 45
Status Pernikahan : Menikah
2. Penanggung Jawab Pasien
Nama : Ny. MR
Umur : 34 Th
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Hindu
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Alamat : Jl. Kebo iwa no. 45
Status pernikahan : Menikah
Hub. Dengan px : Anak

G. Riwayat Kesehatan
1. Alasan Utama Masuk Rumah Sakit dan Perjalanan Penyakit Saat Ini
a. Keluhan Utama Saat Masuk Rumah Sakit
Pasien mengatakan nyeri perut
b. Keluhan Utama Saat Pengkajian
Pasien mengatakan nyeri perut

2. Riwayat Kesehatan Sekarang


Pasien datang ke IGD RSBM dengan keluhan nyeri perut atas, hilang timbul,
skala 4 (0-10), sensasi diremas-remas, keluhan nyeri dirasakan sejak pagi hari
memberat 30 menit SMRS, keluhan disertai dengan Mual (+), Muntah (+) >4
kali. Karena pasien mengatakan tidak nyaman dengan nyeri nya maka
keluarga membawa pasien untuk diperiksa dan dirawat inap di ruang kaswari.

3. Riwayat Kesehatan Dahulu


Pasien mengatakan tidak memiliki Riwayat penyakit hipertensi, DM

4. Riwayat Alergi
Pasien mengatakan tidak mempunyai alergi obat maupun makanan

5. Riwayat Kesehatan Keluarga


Pasien mengatakan orang tua tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi
6. Genogram

Keterangan Genogram
: Laki-laki

: Perempuan

: tinggal serumah

: pasien

H. Pola Fungsi Kesehatan


1. Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Sebelum sakit:
Pasien mengatakan selalu menjaga kebersihan lingkungan dan kebersihan diri
dengan mandi 2x sehari, apabila pasien menderita sakit pasien berobat ke
pelayanan kesehatan terdekat.
Saat sakit:
pasien melakukan pemeriksaan tensi dan gula darah rutin di puskesmas, dan
jika sakit berobat ke puskesmas

2. Nutrisi dan Metabolik


Pasien mengatakan sebelum sakit biasa makan 3 x sehari dengan porsi nasi,
lauk dan sayuran, kadang diselingi buah selesai makan siang. Pasien minum
air putih sebanyak 6 gelas per hari
Saat sakit:
Pasien mengatakan setelah dirawat pasien hanya mampu menghabiskan
setengah porsi makanan yang disediakan dari rumah sakit. Pasien minum 4
gelas perhari.

3. Aktivitas dan Latihan


Keampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan / Minum v
Mandi v
Toileting v
Berpakaian v
Berpindah v
Mobilisasi di tempat tidur & ambulai ROM v

0 : Mandiri
1 : Menggunakan Alat Bantu
2 : Dibantu Orang
3 : Dibantu Orang Lain dan Alat
4 : Tergantung Total

Sebelum sakit:
Pasien mengatakan sebelum sakit pasien bisa melakukan aktivitas dan latihan
secara mandiri

Saat sakit:
Pasien mengatakan sedikit pusing dan lemas jika hendak beraktifitas terutama
jika hendak bangun dari tempat tidur menuju kamar mandi
4. Tidur dan Istirahat
Sebelum sakit:
Pasien mengatakan sebelum sakit biasa tidur ± 8 jam mulai pukul 22.00 wita
sampai 06.00 wita, pasien jarang tidur siang.
Saat sakit:
Pasien mengatakan saat sakit tidurnya sedikit terganggu karena nyeri perut dan
mual

5. Eliminasi
Sebelum sakit:
Pasien mengatakan BAK biasanya kurang lebih bisa sampai 4 x perhari. Tidak
ada nyeri saat BAK, warna urine jernih, bau khas urine. BAB 1 kali sehari
dengan konsistensi feses normal.
Saat sakit:
Pasien BAK ke kamar mandi, sebanyak 3 kali per hari

6. Pola Persepsi Diri (Konsep Diri)


Sebelum sakit:
Pasien mengatakan ia mengenal dirinya sebagai ayah. Pasien memiliki 2 orang
anak, dimana pasien merasa bangga pada dirinya dan keluarganya. Pasien
berperan sebagai ayah dari kedua anaknya
Saat sakit:
Pasien mengatakan tidak mengalami masalah mengenai identitas dirinya.
Pasien mengatakan tidak nyaman dengan keadaan pasien saat ini karena tidak
dapat berkumpul dengan keluarga dan cucu nya

7. Peran dan Hubungan Sosial


Sebelum sakit:
Pasien mengatakan berperan sebagai ayah. Pasien biasa berinteraksi dengan
keluarga dan masyarakat disekitar tempat tinggal
Saat sakit:
Pasien mengatakan sejak pasien sakit ia tidak bisa menjalankan perannya.
Pasien mengatakan tidak dapat berinteraksi dengan keluarga dan masyarakat
sekitar tempat tinggalnya
8. Seksual dan Reproduksi
Pasien mengatkan ia seorang laki-laki, pasien sudah menikah, sudah memiliki
dua orang anak.

9. Manajemen Koping
Sebelum sakit:
Pasien mengatakan jika ada masalah ia selalu menceritakan masalahnya
dengan anaknya.
Saat sakit:
Pasien mengatakan jika ada masalah dengan kondisi pasien saat ini pasien
menyampaikan keadaannya kepada anaknya dan petugas perawat yang
bertugas diruangan.

10. Kognitif Perseptual


Sebelum sakit:
Pasien mengatakan ia memiliki status mental yang baik dengan kesadaran
baik, pasien berbicara menggunakan bahasa bali dan Indonesia, pasien tidak
memiliki masalah pada panca indra.
Saat sakit:
Pasien mengatakan tidak memiliki masalah pada panca indra dan status
mentalnya.

11. Nilai dan Kepercayaan


Sebelum sakit:
Pasien mengatakan pasien menganut agama hindu, pasien bisa melakukan
persembahyangan dirumah.
saat sakit:
Pasien mengatakan pasien tidak bisa melakukan persembahyangan, namun
pasien tetap berdoa dari tempat tidur, pasien berharap agar cepat sembuh dan
bisa segera pulang.
I. Pemeriksaan Fisik
1. Vital Sign
TD : 144/77 mmHg
Suhu : 36 0C
Nadi : 97x/menit
RR : 22x/menit
2. Kesadaran: Compos mentis
GCS : 15
Eye :4
Motorik :6
Verbal :5
3. Keadaan Umum:
a. Sakit/ nyeri : Ringan Sedang Berat
Skala nyeri : skala nyeri 4 (0-10)
Lokasi nyeri : kuadran kiri atas
b. Status gizi : Gemuk Normal Kurus
BB: 60 kg TB: 168 cm
c. Sikap : Tenang Gelisah Menahan nyeri

d. Personal hygiene : Bersih Kotor

Lain-lain :……………………………………………………
e. Orientasi waktu/ tempat/ orang : Baik Terganggu

4. Pemeriksaan Fisik Head To Toe
a. Kepala
• Bentuk : √ Mesochepale Mikrochepale
Hidrochepale
Lain-lain :……………………………………………………
• Lesi/luka : Hematome Perdarahan Luka
Lain-lain : ……………………………………….
b. Rambut
• Warna : hitam dan putih
• Distribusi rambut : merata
• Kelainan : tidak ditemukan kelainan
c. Mata
• Penglihatan : Normal Kaca Mata/ Lensa
Lain-Lain:…………………………………………………….
• Sklera : Ikterik Tidak ikterik
• Konjungtiva : Anemis Tidak Anemis
• Pupil : Isokor Anisokor
Midriasis Katarak
• Kelainan : tidak ada
• Data tambahan : tidak ada
d. Hidung
• Penciuman : √ Normal Ada gangguan…………
• Secret/darah/polip: tidak ada
• Tarikan cuping hidung : Ya √ Tidak
Lain-lain : tidak ada
e. Telinga
: √ Normal Kerusakan

Tuli kanan/kiri Tinnitus

Lain-lain : tidak ada

• Sekret/ cairan/ darah : Ada √ Tidak


Bau: tidak ada Warna: tidak ada

f. Mulut dan Gigi


• Bibir : √ Lembab Kering Cianosis Pecah-pecah
• Mulut dan Tenggorokan : √ Normal Lesi Stomatitis
• Gigi : √ Penuh/Normal Ompong Lain-lain:………..
g. Leher
• Pembesaran tyroid : Ya √ Tidak
• Lesi : √ Tidak Ya, di sebelah…………
• Nadi karotis : √ Teraba Tidak
• Pembesaran limfoid : Ya √ Tidak

h. Thorax
• Jantung :
1. Nadi: 97x/menit
2. Kekuatan : √ Kuat Lemah
3. Irama : √ Teratur Tidak
4. Lain-lain : tidak ada
• Paru-paru :
1. Frekuensi nafas : √ Teratur Tidak
2. Kualitas : √ Normal Dalam Dangkal
3. Suara nafas : √ Vesikuler Ronchi
Wheezing

4. Batuk : Ya √ Tidak

5. Sumbatan jalan nafas : Sputum Lendir

Darah Ludah

• Retraksi dada : Ada √ Tidak


• I : pergerakan dada simetris, tidak ada lesi/jejas
• A : terdengar suara vesikuler
• P : tidak ada nyeri tekan
• P : terdengar suara sonor
i. Abdomen
• Peristaltik usus : √ Ada: 5x/menit Tidak ada
Hiperperistaltik Lain-lain:……………

• Kembung : √ Ya Tidak
• Nyeri tekan : Tidak Ya, dikuadran 2 /bagian kiri atas
• Ascites : Ada √ Tidak ada
• I : tidak ada lesi, tidak ada ascites
A : terdengar bising usus 5x/menit
P : terdengar suara tympani
P : tidak ada nyeri tekan
j. Genetalia
• Pimosis : Ya Tidak

• Alat bantu : Ya Tidak
• lain -lain : √ Tidak Ya,
k. Kulit
• Turgor : √ Elastis Kering Lain-lain………………
• Laserasi : √Luka Memar Lain-lain :
• Warna kulit : √ Normal (putih/sawo matang/hitam) Pucat
Sianosis Ikterik Lain-lain…………

l. Ekstrimitas
• Kekuatan otot : 555 555

555 555

• ROM : Penuh √ Terbatas


• Hemiplegic/ parese : √ Tidak Ya, kanan/kiri
• Akral : √ Hangat Dingin
• Capillary refill time : √ <3 detik >3detik
• Edema : √ Tidak ada Ada
• Lain-lain : tidak ada

m. Data pemeriksaan fisik tambahan


Tidak ada
n. Pemeriksaan Penunjang
• Laboratorium
14 Mei 2023
pemeriksaan hasil Nilai normal

Hematologi

WBC 9.00 4,10 – 11,00

HB 12,2 12,00 – 16,00

HCT 36,7 35,00 – 47,00

PLT 300 150 – 440

GDS 105 100 - 150

Elektrolit

Natrium 133 136 - 145

Kalium 3.41 3,5 – 5,1

o. Terapi Medik
Tanggal : 14 Mei 2023
No Terapi Dosis Fungsi Terapi Cara Pemakaian
1 IVFD NACL 0,9% 20 TPM Pemenuhan Cairan IV
2 Parasetamol 3 x 1 gram Analgetik IV
3 Pantoprazole 2 x 40 mg antimetik IV
5 Ondancentron 3 x 4 Mg antimetik IV
6 Antasida 3 x C1 antimetik PO
7 Sucrafat 3 x C1 antimetik PO
II. ANALISA DATA DAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Nama Klien : Tn. KD No RM : 13.05.95
Umur / JK : 53 th / L Dx Medis : Dispepsia
No. Tanggal Data Fokus Etiologi Masalah
Keperawatan
1 16 Mei DS : Dispepsia Nyeri Akut
2023 Pasien mengatakan nyeri skala
Makanan
4 (0-10), nyeri hilang timbul, asam/pedas
sensasi seperti tertusuk sampai
diremas, dirasakan pada bagian Merangsang saraf
perut kiri atas, memberat ketika simpati (N) ke
nervus Vagus (V)
pasien hendak makan.
Produksi HCL
DO : pada lambung
meningkat
Pasien tampak meringis
Pasien tampak sulit untuk tidur HCL menekan
Nafsu makan berubah mukosa gaster
Frekuensi nadi meningkat
Nyeri
Pola nafas berubah
TD : 144/77 mmHg Nyeri akut
Suhu : 36 0C
Nadi : 97x/menit
RR : 22x/menit
2 16 Mei DS : Dispepsia Nausea
2023 Pasien mengatakan merasa
Makanan
mual, mual dirasakan hilang
asam/pedas
timbul, dan sewaktu-waktu
muncul, memberat jika pasien Merangsang saraf
hendak makan, muntah (+) > 4 simpati (N) ke
kali nervus Vagus (V)

Produksi HCL
DO : pada lambung
Pasien tampak muntah meningkat
Pasien mengalami takikardi
Terdapat diaphoresis pada Mual
telapak tangan
Nausea
TD : 144/77 mmHg
Suhu : 36 0C
Nadi : 97x/menit
RR : 22x/menit
III. DIAGNOSA KEPERAWATAN
No. Tgl. Diagnosa Tgl. Paraf
Dx. Muncul Keperawatan Teratasi
Kep.
1 16 Mei Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis d/d Pasien 17 Mei
2023 mengatakan nyeri skala 4 (0-10), nyeri hilang timbul, 2023
sensasi seperti tertusuk sampai diremas, dirasakan pada
bagian perut kiri atas, memberat ketika pasien hendak
makan. Pasien tampak meringis, Pasien tampak sulit
untuk tidur, Nafsu makan berubah, TD : 144/77 mmHg
Suhu : 36 0C Nadi : 97x/menit RR : 22x/menit

2 16 Mei Nausea b/d iritasi lambung d/d Pasien mengatakan 17 Mei


2023 merasa mual, mual dirasakan hilang timbul, dan 2023
sewaktu-waktu muncul, memberat jika pasien hendak
makan, muntah (+) > 4 kali Terdapat diaphoresis pada
telapak tangan TD : 144/77 mmHg, Suhu : 36 0C,
Nadi : 97x/menit, RR : 22x/menit
IV. INTERVENSI KEPERAWATAN

No. Rencana Keperawatan


Hari/Tanggal.
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Selasa / 16 1 Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 Intervensi Utama
Mei 2023 x 24 jam diharapkan Tingkat Nyeri (L.08066)
Manajemen Nyeri (I.08238)
menurun dengan kriteria hasil:
Observasi
1. Keluhan nyeri menurun
2. Meringis menurun 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
3. Gelisah menurun 2. Identifikasi skala nyeri
4. Kesulitan tidur menurun 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
5. Diaphoresis menurun 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
6. Muntah menurun 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
7. Mual menurun 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
8. Frekuensi nadi membaik 7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
9. Pola napas membaik 8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
10. Nafsu makan membaik 9. Monitor efek samping penggunaan analgetic
11. Pola tidur membaik Terapeutik

1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi music, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
2. Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi

1. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri


2. Jelaskan strategi untuk meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetic secara tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian analgetic, jika perlu

Pemberian Analgesik (I.08243)

Observasi

1. Identifikasi karakteristik nyeri (mis. pencetus, pereda, kualitas, lokasi, intensitas,


frekuensi, durasi)
2. Identifkasi riwayat alergi obat
3. Identifkasi kesesuaian jenis analgesik (mis. narkotika, non - narkotik, atau NSAID)
dengan tingkat keparahan nyeri
4. Monitor tanda -tanda vital sebelum dan sesudah pemberian analgesic
5. Monitor efektifitas analgesic
Terapeutik

1. Diskusikan jenis analgesik yang disukai untuk mencapai analgesia optimal, jika perlu
2. Pertimbangkan penggunaan infus kontinu, atau bolus opioid untuk mempertahankan
kader dalam serum
3. Tetapkan target efektiftas analgesik untuk mengoptimalkan respons pasien
4. Dokumentasikan respons terhadap efek analgesik dan efek yang tidak diinginkan
Edukasi

1. Jelaskan efek terapi dan efek samping obat


Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik, sesuai indikasi

Intervensi Pendukung

Edukasi Manajemen Nyeri (I.12391)

Observasi

1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi


Terapeutik

2. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan


3. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
4. Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi

5. Jelaskan penyebab, periode, dan strategi meredakan nyeri


6. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
7. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
8. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

Selasa / 16 2 Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Mual (I.03117)


Mei 2023 selama 2 x 24 jam tingkat nausea 1. Identifikasi faktor penyebab mual dan muntah
menurun dengan Kriteria hasil : 2. Identifikasi karakteristik muntah
1. Nafsu makan meningkat 3. Identifikasi dampak mual terhadap kualitas hidup (nafsu makan,
2. Keluhan mual menurun aktivitas, kinerja, dan tidur)
3. Perasaan ingin muntah menurun 4. Monitor mual (frekuensi, durasi, tingkat keparahan) dan periksa
4. Takikardia membaik volume muntah
5. Monitor asupan nutrisi dan kalori
6. Monitor keseimbangan cairan dan elektrolit
7. Kendalikan faktor lingkungan penyebab mual dan muntah
8. Kurangi atau hilangkan keadaan penyebab mual dan muntah
9. berikan makanan dalam jumlah kecil dan menarik
10. Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup
11. Anjurkan makanan tinggi karbohidrat rendah lemak
12. Ajarkan pengunaan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi mual
muntah (biofeedback, hipnosis, relaksasi, terapi musik)
13. Anjurkan sering membersihkan mulut, kecuali jika merangsang mual
14. Kolaborasi pemberian antiemetik
V. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari / No Jam Tindakan Keperawatan Evaluasi Paraf
Tanggal Dx.
Selasa, 1,2 15.10 Monitoring TTV DS :
16 Mei 2023 Pasien mengatakan saat ini mengeluh nyeri pada
perut kiri atas, terkadang merasa mual, muntah 2 kali
DO :
Pasien tampak meringis
Terdapat diaphoresis pada tangan
TD : 144/77 mmHg
Suhu : 36 0C
Nadi : 97x/menit
RR : 22x/menit
1 15.30 Mengkaji lokasi, karakteristik, durasi, DS :
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri Pasien mengatakan nyeri skala 4 (0-10), nyeri hilang
timbul, sensasi seperti tertusuk sampai diremas,
dirasakan pada bagian perut kiri atas, memberat
ketika pasien hendak makan.
DO :
Pasien tampak meringis
2 15.35 Mengkaji faktor penyebab dan DS :
frekuensi mual&muntah Pasien mengatakan merasa mual apabila hendak
makan, terkadang sampai muntah, terasa asam dan
pahit di mulut.
DO :
Pasien tidak dapat menghabiskan 1 porsi makanan
1,2 16.00 Memberikan terapi non farmakologi DS :
- Nafas dalam Pasien mengatakan sedikit lebih nyaman saat
melakukan nafas dalam, nyeri berkurang, mual
berkurang, pasien mengatakan akan melakukan nafas
dalam jika merasa nyeri dan mual muncul
DO :
Pasien tampak paham dan dapat mengikuti instruksi
untuk melakukan nafas dalam.
1,2 17.00 Memberikan terapi non farmakologi DS :
- Kompres hangat perut Pasien mengatakan nyeri pada perut berkurang
Ketika diberikan kompres hangat, skala nyeri 3 (0-
10)
DO :
Pasien tampak rileks, meringis berkurang,
1,2 17.30 Delegatif pemberian analgetic & DS :
antimetik Pasien mengatakan tidak ada reaksi alergi saat
- Paracetamol 1 gr IV diberikan obat
- Ondansentron 4 mg IV DO :
- Antasida C1 PO Pasien dapat minum obat sirup tanpa muntah dan
- Sucrafat C1 PO tidak menunjukan reaksi aleri terhadap obat
1,2 18.00 Menganjurkan pasien untuk makan DS :
dengan porsi sedikit tapi sering Pasien mengatakan paham tentang penjelasan yang
diberikan, pasien mengatakan mampu menghabiskan
½ porsi makanan tanpa muntah.
DO :
Pasien mampu menghabiskan ½ porsi makanan tanpa
muntah.
2 18.20 Menganjurkan pasien untuk rutin DS :
membersihkan mulut Pasien paham dengan penjelasan yang diberikan oleh
perawat dan akan gosok gigi setelah makan
DO :
Pasien tampak paham dengan penjelasan yang
diberikan
Rabu, 1,2 15.00 Monitoring TTV DS :
17 Mei 2023 Pasien mengatakan saat ini mengeluh nyeri pada
perut kiri atas, skala 2 (0-10) terkadang merasa mual,
tetapi tidak sampai muntah
DO :
Pasien tidak tampak meringis
TD : 136/67 mmHg
Suhu : 36 0C
Nadi : 89x/menit
RR : 20x/menit
1 15.30 Mengkaji lokasi, karakteristik, durasi, DS :
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri Pasien mengatakan nyeri skala 2 (0-10), nyeri hilang
timbul, sensasi seperti tertusuk pada bagian perut kiri
atas.
DO :
Pasien tidak meringis
2 15.35 Mengkaji faktor penyebab dan DS :
frekuensi mual&muntah Pasien mengatakan merasa mual apabila hendak
makan,
1,2 16.00 Memberikan terapi non farmakologi DS :
Nafas dalam Pasien mengatakan lebih nyaman saat melakukan
nafas dalam, nyeri berkurang, mual berkurang, pasien
mengatakan akan melakukan nafas dalam jika merasa
nyeri dan mual muncul
DO :
Pasien tampak paham dan dapat mengikuti instruksi
untuk melakukan nafas dalam.
1,2 17.00 Memberikan terapi non farmakologi DS :
Kompres hangat perut Pasien mengatakan nyeri perut berkurang Ketika
diberikan kompres hangat, skala nyeri 2 (0-10)
DO :
Pasien tampak rileks
1,2 17.30 Delegatif pemberian analgetic & DS :
antimetik Pasien mengatakan tidak ada reaksi alergi saat
- Paracetamol 1 gr IV diberikan obat
- Ondansentron 4 mg IV DO :
- Antasida C1 PO Pasien dapat minum obat sirup tanpa muntah dan
- Sucrafat C1 PO tidak menunjukan reaksi aleri terhadap obat
1,2 18.00 Menganjurkan pasien untuk makan DS :
dengan porsi sedikit tapi sering Pasien mengatakan paham tentang penjelasan yang
diberikan, pasien mengatakan mampu menghabiskan
1 porsi makanan tanpa muntah.
DO :
Pasien mampu menghabiskan 1 porsi makanan tanpa
muntah.
2 18.20 Menganjurkan pasien untuk rutin DS :
membersihkan mulut Pasien paham dengan penjelasan yang diberikan oleh
perawat dan akan gosok gigi setelah makan
DO :
Pasien tampak paham dengan penjelasan yang
diberikan
1,2 18.30 Memberikan edukasi pencegahan DS :
dispepsia Pasien mengatakan paham tentang penjelasan yang
diberikan, pasien akan mengurangi makanan pedas
dan asam
DO :
Pasien mampu menjelaskan terkait tanda gejala dan
penyebab dyspepsia.
VI. EVALUASI KEPERAWATAN
NO Hari / Jam No Evaluasi paraf
Tanggal DX
1 Rabu, 17 18.40 1 S:
Mei 2023 Pasien mengatakan nyeri perut berkurang dari
hari sebelumnya, skala 2 (0-10), nyeri hilang
timbul, sensasi seperti tertusuk, dirasakan pada
bagian perut kiri atas, pasien juga mengatakan yogi
dapat istirahat tidur dengan tenang di malam
hari
O:
Tidak tampak diaphoresis
Tidak tampak gelisah
Tidak tampak meringis
TD : 136/67 mmHg
Suhu : 36 0C
Nadi : 89x/menit
RR : 20x/menit
A:
Masalah teratasi
P:
Pertahankan Kondisi
3 Rabu, 17 18.40 2 S:
Mei 2023 pasien mengatakan frekuensi mual berkurang dari
kemarin, tidak muntah, dan dapat menghabiskan 1
porsi makanan (bubur)
O:
yogi
Pasien mampu menghabiskan 1 porsi makanan
Tidak tampak muntah
Frekuensi mual berkurang
TD : 136/67 mmHg
Suhu : 36 0C
Nadi : 89x/menit
RR : 20x/menit
A:
masalah teratasi
P:
Pertahankan kondisi

You might also like