Professional Documents
Culture Documents
LP & Askep Dispepsia c2223061 Ida Bagus Gede Yogi Ambara
LP & Askep Dispepsia c2223061 Ida Bagus Gede Yogi Ambara
Oleh :
Ida Bagus Gede Yogi Ambara, S.kep
NIM. C2223061
2. ANATOMI FISIOLOGI
4. PATOFISIOLOGI
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas,
zat-zat seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres,
pemasukan makanan menjadi kurang sehingga lambung akan kosong,
kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan
antara dinding-dinding lambung, kondisi demikian dapat mengakibatkan
peningkatan produksi HCL yang akan merangsang terjadinya kondisi asam pada
lambung, sehingga rangsangan di medulla oblongata membawa impuls muntah
sehingga intake tidak adekuat baik makanan maupun cairan
5. MANIFESTASI KLINIS
Klasifikasi klinis praktis, didasarkan atas keluhan/gejala yang dominan,
membagi dispepsia menjadi tiga tipe :
1. Dispepsia dengan keluhan seperti ulkus, dengan gejala :
a. Nyeri epigastrum terlokalisasi
b. Nyeri hilang setelah makan atau pemberian antacid
c. Nyeri saat lapar
d. Nyeri episodic
2. Dispepsia dengan gejala seperti dismotilitas, dengan gejala seperti :
a. Mudah kenyang
b. Perut cepat terasa penuh saat makan
c. Mual
d. Muntah
e. Upper abdominal boating
f. Rasa tak nyaman bertambah saat makan
3. Dispepsia non-spesifik (tidak ada gejala seperti kedua tipe diatas) (Mansjoer,
et al, 2007).
Sindroma dispepsia dapat bersifat ringan, sedang, dan berat, serta dapat
akut atau kronis sesuai dengan perjalanan penyakitnya. Pembagian akut dan
kronik berdasarkan atas jangka waktu tiga bulan.
Nyeri dan rasa tidak nyaman pada perut atas atau dada mungkin disertai
dengan sendawa dan suara usus yang keras (borborigmi). Pada beberapa
penderita, makan dapat memperburuk nyeri; pada penderita yang lain, makan
bisa mengurangi nyerinya. Gejala lain meliputi nafsu makan yang menurun,
mual, sembelit, diare dan flatulensi (perut kembung).
Jika dispepsia menetap selama lebih dari beberapa minggu, atau tidak
memberi respon terhadap pengobatan, atau disertai penurunan berat badan atau
gejala lain yang tidak biasa, maka penderita harus menjalani pemeriksaan
6. PATHWAY
7. PENATALAKSANAAN
Berdasarkan Konsensus Nasional Penanggulangan Helicobacter pylori
1996, ditetapkan skema penatalaksanaan dispepsia, yang dibedakan bagi sentra
kesehatan dengan tenaga ahli (gastroenterolog atau internis) yang disertai
fasilitas endoskopi dengan penatalaksanaan dispepsia di masyarakat. Pengobatan
dispepsia mengenal beberapa golongan obat, yaitu:
a. Antasida 20-150 ml/hari
Golongan obat ini mudah didapat dan murah. Antasida akan generalisir
sekresi asam lambung. Antasida biasanya mengandung Na bikarbonat,
Al(OH)3, Mg(OH)2, dan Mg triksilat. Pemberian antasid jangan terus
menerus, sifatnya hanya simtomatis, untuk mengurangi rasa nyeri. Mg
triksilat dapat dipakai dalam waktu lebih lama, juga berkhasiat sebagai
absorben sehingga bersifat nontoksik, namun dalam dosis besar akan
menyebabkan diare karena terbentuk senyawa MgCl2.
b. Antikolinergik
Perlu diperhatikan, karena kerja obat ini tidak spesifik. Obat yang agak
selektif yaitu pirenzepin bekerja sebagai anti reseptor muskarinik yang
dapat menekan seksresi asama lambung sekitar 28-43%. Pirenzepin juga
memiliki efek sitoprotektif.
c. Antagonis reseptor H2
Golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati dispepsia organik
atau esensial seperti tukak peptik. Obat yang termasuk golongan
antagonis respetor H2 antara lain simetidin, roksatidin, ranitidin, dan
famotidin.
d. Penghambat pompa asam (proton pump inhibitor = PPI)
Golongan obat ini mengatur sekresi asam lambung pada stadium akhir
dari proses sekresi asam lambung. Obat-obat yang termasuk golongan
PPI adalah omeperazol, lansoprazol, dan pantoprazol.
e. Sitoprotektif
Prostoglandin sintetik seperti misoprostol (PGE1) dan enprostil (PGE2).
Selain bersifat sitoprotektif, juga menekan sekresi asam lambung oleh sel
parietal. Sukralfat berfungsi meningkatkan sekresi prostoglandin
endogen, yang selanjutnya memperbaiki mikrosirkulasi, meningkatkan
produksi mukus dan meningkatkan sekresi bikarbonat mukosa, serta
membentuk lapisan protektif (site protective), yang bersenyawa dengan
protein sekitar lesi mukosa saluran cerna bagian atas (SCBA).
f. Golongan prokinetik
Obat yang termasuk golongan ini, yaitu sisaprid, domperidon, dan
metoklopramid. Golongan ini cukup efektif untuk mengobati dispepsia
fungsional dan refluks esofagitis dengan mencegah refluks dan
memperbaiki bersihan asam lambung (acid clearance) (Mansjoer et al,
2007).
g. Psikoterapi dan psikofarmaka (obat anti - depresi dan cemas)
Pada pasien dengan dispepsia fungsional, karena tidak jarang keluhan
yang muncul berhubungan dengan faktor kejiwaan seperti cemas dan
depresi (Sawaludin, 2005).
Sedangkan penatalaksanaan Non Farmakologinya adalah sebagai berikut:
a. Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung.
b. Menghindari faktor resiko sepeti alcohol, makanan yang pedas, obat-
obatan yang belebihan, nikotin rokok, dan stress.
c. Atur pola makan
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium : lebih banyak ditekankan untuk menyingkirkan penyebab organik lainnya
seperti antara lain pankreasitis kronis, DM. Pada dispepsia biasanya hasil laboratorium
dalam batas normal.
b. Pemeriksaan radiologi yaitu, OMD dengan kontras ganda, serologi helicobacter pylori.
c. Endoskopi
d. CLO (Rapid urea test)
e. Patologi anatomi
f. Kultur mikroorganisme jaringan
g. PCR (Polymerase Chain Reaction)
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses dimana kegiatan yang dilakukan
yaitu: Mengumpulkan data, mengelompokkan data dan menganalisa data. Data
fokus yang berhubungan dengan dispepsia meliputi adanya nyeri perut, rasa pedih di
ulu hati, mual kadang-kadang muntah, nafsu makan berkurang, rasa lekas kenyang,
perut kembung, rasa panas di dada dan perut, regurgitasi (keluar cairan dari lambung
secar tiba-tiba). (Mansjoer A, 2000, Hal. 488).
Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis (sindrom) yang terdiri
dari rasa tidak enak/sakit diperut bagian atas yang dapat pula disertai dengan
keluhan lain, perasaan panas di dada daerah jantung (heartburn), regurgitasi,
kembung, perut terasa penuh, cepat kenyang, sendawa, anoreksia, mual, muntah, dan
beberapa keluhan lainnya (Warpadji Sarwono, et all, 1996, hal. 26)
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nausea b.d. iritasi lambung
b. Nyeri Akut b.d. agen pencedera fisiologis
c. Hipovolemia b.d. kekurangan intake cairan
d. Defisit Nutrisi b.d. ketidakmampuan mencerna makanan
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi Pendukung
Edukasi Manajemen Nyeri (I.12391)
Observasi
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Terapeutik
2. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
3. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
4. Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
5. Jelaskan penyebab, periode, dan strategi meredakan nyeri
6. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
7. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
3 Hipovolemi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ......x...... Manajemen Hipovolemi (I.03116)
menit diharapkan Hypovolemia Membaik dengan kriteria Observasi
hasil: - Periksa tanda dan gejala hypovolemia (frekuensi
Status Cairan: nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan
- Kekuatan nadi (5) darah menurun, volume urin menurun, haus,
- Turgor kulit (5) lemah)
- Output urine (5) - Monitor intake dan output
- Pengsisian vena (5) Terapeutik
- Frekuensi nadi (5) - Hitung kebutuhan cairan
- Tekanan darah (5) - Berikan posisi modified Trendelenburg
- Tekanan nadi (5) - Berikan asupan cairan oral
- Membrane mukosa (5) Edukasi
- Jugular Venous Pressure - Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
(JVP) (5) - Anjurkan menghindari perubahan posisi
mendadak
Kolaborasi
− Kolaborasi pemberian cairan Iv isotonis (NaCl,
RL)
4 Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … … x Manajemen Nutrisi (I.03119)
… . . menit/ jam diharapkan defisit nutrisi membaik 1 . Identifikasi status nutrisi
dengan 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
3. Idenfikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
Kriteria hasil : 4. Monitor asupan makan
1. Porsi makanan yang dihabiskan meningkat 5 . Monitor berat badan
2. Kekuatan otot 6. Monitor pemeriksaan laboratorium
pengunyah meningkat 7. Identifikasi perlunya penggunaan selang
3. Kekuatan otot nasogastric
menelan meningkat 8. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika
4. Frekuensi makan membaik perlu
5. Nafsu makan membaik 9. Fasilitasi menentukan pedoman diet
6. Peristaltic usus 10. Berikan makan tinggi serat untuk mencegah
7 . Nyeri abdomen menurun konstipasi
8. Diare menurun 11. Berikan makan tinggi kalori dan tinggi
protein
9 . Serum albumin meningkat
12. Hentikan pemberian makan melalui
10. Berat badan membaik
selang nasogatrik jika asupan oral dapat
11. Dyspepsia menurun
ditoleransi
12. Jumlah residu cairan lambung menurun 13. Anjurkan posisi duduk , jika mampu
1 3 . Verbalisasi keinginan untuk meningkatkan nutrisi
14. Ajarkan diet yang diprogramkan
meningkat 15. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan, jika perlu
16. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan, jika perlu
5. EVALUASI
Evaluasi adalah aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan, dan terarah ketika
klien dan profesional kesehatan menentukan kemajuan klien menuju pencapaian
tujuan/hasil, dan keefektifan rencana asuhan keperawatan. (Kozier et al., 2011).
Tujuan evaluasi adalah untuk menilai pencapaian tujuan pada rencana keperawatan
yang telah ditetapkan, mengidentifikasi variabel-variabel yang akan mempengaruhi
pencapaian tujuan, dan mengambil keputusan apakah rencana keperawatan
diteruskan, modifikasi atau dihentikan (Manurung, 2011).
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart.2002. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol. 2. Jakarta: EGC
Herdman, T.H dan Kamitsuru. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015 –
2017 Edisi 10. EGC : Jakarta
Manjoer, A, et al.2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jakarta: Medika aeusculapeus
Mansjoer, A., Triyanti, K., Savitri, R., Wardhani, W.L, dan Setiowulan, W.1999. Kapita Selekta
Suryono Slamet, et al.2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 2. Jakarta: FKUI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator
Oleh :
Ida Bagus Gede Yogi Ambara, S.kep
NIM. C2223061
I. PENGKAJIAN
A. Tanggal Masuk : 14 Mei 2023
B. Tanggal Pengkajian : 16 Mei 2023
C. Jam Pengkajian : 15.00 Wita
D. CM : 13.05.95
E. Sumber Data : Pasien, Keluarga, Rekam Medis
F. Identitas :
1. Identitas Klien
Nama : Tn. KD
Umur : 53 Th
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Hindu
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Alamat : Jl. Kebo iwa no. 45
Status Pernikahan : Menikah
2. Penanggung Jawab Pasien
Nama : Ny. MR
Umur : 34 Th
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Hindu
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Alamat : Jl. Kebo iwa no. 45
Status pernikahan : Menikah
Hub. Dengan px : Anak
G. Riwayat Kesehatan
1. Alasan Utama Masuk Rumah Sakit dan Perjalanan Penyakit Saat Ini
a. Keluhan Utama Saat Masuk Rumah Sakit
Pasien mengatakan nyeri perut
b. Keluhan Utama Saat Pengkajian
Pasien mengatakan nyeri perut
4. Riwayat Alergi
Pasien mengatakan tidak mempunyai alergi obat maupun makanan
Keterangan Genogram
: Laki-laki
: Perempuan
: tinggal serumah
: pasien
0 : Mandiri
1 : Menggunakan Alat Bantu
2 : Dibantu Orang
3 : Dibantu Orang Lain dan Alat
4 : Tergantung Total
Sebelum sakit:
Pasien mengatakan sebelum sakit pasien bisa melakukan aktivitas dan latihan
secara mandiri
Saat sakit:
Pasien mengatakan sedikit pusing dan lemas jika hendak beraktifitas terutama
jika hendak bangun dari tempat tidur menuju kamar mandi
4. Tidur dan Istirahat
Sebelum sakit:
Pasien mengatakan sebelum sakit biasa tidur ± 8 jam mulai pukul 22.00 wita
sampai 06.00 wita, pasien jarang tidur siang.
Saat sakit:
Pasien mengatakan saat sakit tidurnya sedikit terganggu karena nyeri perut dan
mual
5. Eliminasi
Sebelum sakit:
Pasien mengatakan BAK biasanya kurang lebih bisa sampai 4 x perhari. Tidak
ada nyeri saat BAK, warna urine jernih, bau khas urine. BAB 1 kali sehari
dengan konsistensi feses normal.
Saat sakit:
Pasien BAK ke kamar mandi, sebanyak 3 kali per hari
9. Manajemen Koping
Sebelum sakit:
Pasien mengatakan jika ada masalah ia selalu menceritakan masalahnya
dengan anaknya.
Saat sakit:
Pasien mengatakan jika ada masalah dengan kondisi pasien saat ini pasien
menyampaikan keadaannya kepada anaknya dan petugas perawat yang
bertugas diruangan.
h. Thorax
• Jantung :
1. Nadi: 97x/menit
2. Kekuatan : √ Kuat Lemah
3. Irama : √ Teratur Tidak
4. Lain-lain : tidak ada
• Paru-paru :
1. Frekuensi nafas : √ Teratur Tidak
2. Kualitas : √ Normal Dalam Dangkal
3. Suara nafas : √ Vesikuler Ronchi
Wheezing
4. Batuk : Ya √ Tidak
Darah Ludah
• Kembung : √ Ya Tidak
• Nyeri tekan : Tidak Ya, dikuadran 2 /bagian kiri atas
• Ascites : Ada √ Tidak ada
• I : tidak ada lesi, tidak ada ascites
A : terdengar bising usus 5x/menit
P : terdengar suara tympani
P : tidak ada nyeri tekan
j. Genetalia
• Pimosis : Ya Tidak
√
• Alat bantu : Ya Tidak
• lain -lain : √ Tidak Ya,
k. Kulit
• Turgor : √ Elastis Kering Lain-lain………………
• Laserasi : √Luka Memar Lain-lain :
• Warna kulit : √ Normal (putih/sawo matang/hitam) Pucat
Sianosis Ikterik Lain-lain…………
l. Ekstrimitas
• Kekuatan otot : 555 555
555 555
Hematologi
Elektrolit
o. Terapi Medik
Tanggal : 14 Mei 2023
No Terapi Dosis Fungsi Terapi Cara Pemakaian
1 IVFD NACL 0,9% 20 TPM Pemenuhan Cairan IV
2 Parasetamol 3 x 1 gram Analgetik IV
3 Pantoprazole 2 x 40 mg antimetik IV
5 Ondancentron 3 x 4 Mg antimetik IV
6 Antasida 3 x C1 antimetik PO
7 Sucrafat 3 x C1 antimetik PO
II. ANALISA DATA DAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Nama Klien : Tn. KD No RM : 13.05.95
Umur / JK : 53 th / L Dx Medis : Dispepsia
No. Tanggal Data Fokus Etiologi Masalah
Keperawatan
1 16 Mei DS : Dispepsia Nyeri Akut
2023 Pasien mengatakan nyeri skala
Makanan
4 (0-10), nyeri hilang timbul, asam/pedas
sensasi seperti tertusuk sampai
diremas, dirasakan pada bagian Merangsang saraf
perut kiri atas, memberat ketika simpati (N) ke
nervus Vagus (V)
pasien hendak makan.
Produksi HCL
DO : pada lambung
meningkat
Pasien tampak meringis
Pasien tampak sulit untuk tidur HCL menekan
Nafsu makan berubah mukosa gaster
Frekuensi nadi meningkat
Nyeri
Pola nafas berubah
TD : 144/77 mmHg Nyeri akut
Suhu : 36 0C
Nadi : 97x/menit
RR : 22x/menit
2 16 Mei DS : Dispepsia Nausea
2023 Pasien mengatakan merasa
Makanan
mual, mual dirasakan hilang
asam/pedas
timbul, dan sewaktu-waktu
muncul, memberat jika pasien Merangsang saraf
hendak makan, muntah (+) > 4 simpati (N) ke
kali nervus Vagus (V)
Produksi HCL
DO : pada lambung
Pasien tampak muntah meningkat
Pasien mengalami takikardi
Terdapat diaphoresis pada Mual
telapak tangan
Nausea
TD : 144/77 mmHg
Suhu : 36 0C
Nadi : 97x/menit
RR : 22x/menit
III. DIAGNOSA KEPERAWATAN
No. Tgl. Diagnosa Tgl. Paraf
Dx. Muncul Keperawatan Teratasi
Kep.
1 16 Mei Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis d/d Pasien 17 Mei
2023 mengatakan nyeri skala 4 (0-10), nyeri hilang timbul, 2023
sensasi seperti tertusuk sampai diremas, dirasakan pada
bagian perut kiri atas, memberat ketika pasien hendak
makan. Pasien tampak meringis, Pasien tampak sulit
untuk tidur, Nafsu makan berubah, TD : 144/77 mmHg
Suhu : 36 0C Nadi : 97x/menit RR : 22x/menit
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi music, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
2. Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
Observasi
1. Diskusikan jenis analgesik yang disukai untuk mencapai analgesia optimal, jika perlu
2. Pertimbangkan penggunaan infus kontinu, atau bolus opioid untuk mempertahankan
kader dalam serum
3. Tetapkan target efektiftas analgesik untuk mengoptimalkan respons pasien
4. Dokumentasikan respons terhadap efek analgesik dan efek yang tidak diinginkan
Edukasi
Intervensi Pendukung
Observasi