You are on page 1of 17

ANALISIS MANAJEMEN KEUANGAN RUMAH TANGGA SYARIAH

(PENGELOLAAN PENGELUARAN KELUARGA)

Dosen: Rani Puspitaningrum, S.P., M.SEI

Disusun Oleh:

Kelompok 9

Suci witantri (210440080)


Muhammad rio rezky (210440083)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
ACEH UTARA
2023
BAB I
PENDAHULUAN

Pada umumnya permasalahan yang banyak ditemui pada rumah tangga adalah terkait
dengan masalah keuangan. Terkadang bisa jadi dikarenakan kekurangan uang, adanya kelebihan
uang, maupun dikarenakan bingung mengatur keuangan, bagi keluarga yang memiliki
penghasilannya lebih kecil dari kebutuhannya. Hal ini sangat terkait erat dengan bagaimana
mengatur keuangan keluarga dengan baik, cerdas, cermat dan teliti. Mengelola keuangan rumah
tangga tidak hanya harus dilakukan pada keluarga yang penghasilannya terbatas apabila dibandi
ngkan dengan kebutuhannya, kalangan menengah maupun yang kaya.

Keluarga merupakan rumah tangga yang memiliki hubungan darah atau perkawinan atau
menyediakan terselenggaranya fungsi-fungsi instrumental mendasar dan fungsi-fungsi ekspresif
keluarga bagi para anggotanya yang berada dalam satu jaringan. Keluarga memegang peranan
penting pada kegiatan ekonomi suatu negara, karena rumah tangga berperan sebagai konsumen
dan dapat juga berperan sebagai produsen. Rumah tangga sebagai konsumen tidak terlepas dari
banyaknya pengeluaran rutin yang digunakan untuk mencukupi kebutuhannya. Hal ini agar suatu
keluarga dapat hidup dengan layak. Penghasilan keluarga menjadi faktor kunci untuk menunjang
kegiatan konsumsi tersebut. Penghasilan keluarga bersumber dari gaji, upah, keuntungan dari
transaksi, investasi atau pendapatan lain di luar penghasilan utama.

Mengurus keuangan rumah tangga memang tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Apalagi, kalau pemasukan keluarga tidak menentu, dan jika tidak cermat dalam mengelola
keuangan bisa saja peribahasa besar pasak daripada tiang menghinggapi keuangan rumah tangga.
Kestabilan ekonomi di keluarga merupakan salah satu faktor yang menentukan kebahagian
keluarga, karena penghasilan yang tidak mencukupi kebutuhan hidup dapat menjadi penyebab
utama terjadinya pertengkaran dalam keluarga.

Terjadinya ketidakstabilan dalam perekonomian keluarga bukan saja karena penghasilan


yang tidak cukup, tetapi karena keluarga kurang bijaksana dalam membelanjakan uang atau
dalam menghasilkan pendapatan. Oleh karena itu agar keluarga stabil maka di dalam keluarga
perlu membuat rencana anggaran belanja dan mengembangkan sikap yang mendukung
terwujudnya kestabilan ekonomi keluarga,yaitu sikap disiplin. Sikap disiplin dalam
melaksanakan apa yang telah direncanakan sehingga tidak akan terjadi banyak penyimpangan
dari apa yang telah direncanakan. Latar belakang keluarga, nilai-nilai yang dianut dalam
keluarga dan kebudayaan yang dimiliki mempengaruhi cara berpikir seseorang mengenai uang
dan pengelolaanya.

Seperti yang dijelaskan pada studi terdahulu bahwa dalam memanajemen keuangan
rumah tangga dengan ajaran Islam, ada suatu sistem yang harus dijalankan sesuai dengan
syariat, mengingat bahwa Agama Islam adalah agama universal yang mencakup berbagai aspek
baik sosial, politik, budaya, dan ekonomi. Semua telah diatur di dalam ajaran Islam. Oleh karena
Islam adalah Agama Rahmatan lilalamin ( membawa kebaikan, kesejahteraan, dan kebahagiaan
dunia dan akherat ). Dalam Manajemen keuangan pada setiap rumah tangga muslim tidak akan
berhasil secara optimal dan maksimal jika setiap muslim hanya mengetahui ajaran Islam hanya
diseputar ibadah mahdhoh saja ( seperti sholat, zakat, puasa, haji dan mendikotomi islam dan
pengetahuan. (ARNESIH, 2016)

Pengelolaan keuangan rumah tangga adalah proses mencapai tujuan melalui pengelolaan
keuangan yang terstruktur dan tepat. Banyak rumah tangga yang belum mempunyai perencanaan
keuangan untuk mencapai tujuan keuangannya, mereka selalu berharap masa depan selalu baik
atau mereka pasrah. Memang tidak mungkin untuk merencanakan semua tetapi dengan
perencanaan yang baik, setidaknya setiap keluarga mempunyai kesempatan membuat keputusan
yang lebih tepat agar hasilnya lebih baik, sehingga baik sekali jika setiap rumah tangga memiliki
pengelolaan keuangan rumah tangga yang baik. Dalam hal keuangan keluarga sangat dibutuhkan
sebuah pola pengelolaan dimana masing-masing individu dalam rumah tangga (suami dan istri)
memiliki hak dan kewajibannya masing-masing. (Aspian, 2016)

Pengelolaan keuangan keluarga Islami berdasarkan prinsip syariah berpengaruh terhadap


pencapaian maqashid syariah dalam keluarga. Implementasi dalam pencapaian maqashid syariah
dapat dilihat dari terpenuhinya pendidikan bagi anak, pengendalian pengeluaran rumah tangga,
memiliki aset nyata sebagaibentuk investasi, terjalinnya kehidupan yang harmonis antar
anggota keluarga, kebersihan dan kesehatan jasmani seluruh anggota keluarga, dan pengeluaran
rutin. Zakat, infaq, shadaqah. Istri dalam mengelola keuangan rumahtangga harus
memperhatikan lima aspek maqashid syariah berupa memelihara agama, jiwa, akal, keturunan
dan harta. Sebagai pengelola keuangan rumah, aspek yang pentingadalah merencanakan
keuangan dengan cermat, mengaturkas rumah tangga dengan baik, mengevaluasi atau
menggerakkan kas rumah tangga untuk berbelanja sesuai kebutuhan dan dengan cara yang
benar, dan mengendalikan pengeluaran yang dikeluarkan dengan mengevaluasi ilmu agama
yang baik akan mendukung tercapainya kesejahteraan . Maqashid syariah dan akan memudahkan
pengelola keuangan dalam mengimplementasikannya sesuai ajaran agama. Dengan
mengamalkan agama dalam kehidupan diyakini akan lebih mudah dalam menjalankan segala
sesuatunya tanpa ada hambatan yang berarti. Dengan mengamalkan ajaran agama memotivasi
istri sebagai pengelola keuangan rumah tangga untuk mengelola keuangan rumah tangga secara
cermat,hematdan hati-hati.

Secara umum perekonomian juga salah satu hal yang dikembangkan dari ajaran-ajaran
agama islam yang terdapat dalam Al-quran dan as-Sunnah. Salah satu tujuan dalam berumah
tangga mencari ridho Allah untuk mencapai kebahagiaan serta melanjutkan keturunan. Untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari, manusia memerlukan penghasilan. Setiap keluarga tentunya
memiliki sumber penghasilan yang berasal dari berbagai bidang pekerjaan yang ditekuninya.
Seberapa besar penghasilan dalam suatu keluarga, sebaiknya dapat dikelola secermat dan sebaik
mungkin agar pengeluaran sesuai dengan pendapatan yang diterima, sehingga seluruh kebutuhan
penting dalam keluarga dapat terpenuhi sesuai kemampuan masing-masing.

Kebutuhan hidup manusia dibagi dua, yaitu : (1) kebutuhan jasmani, seperti pangan,
sandang, papan, dan sebagainya, dan (2) kebutuhan rohani, seperti pendidikan, agama, kasih
sayang, hiburan, dan sebagainya. Setiap manusia menginginkan kebutuhan jasmani dan rohani
dapat terpenuhi secara seimbang, karena keseimbangan pemenuhan kedua kebutuhan tersebut
berkaitan dengan kebahagiaan dan kesejahteraan keluarga. Pemenuhan kebutuhan – kebutuhan
tersebut memerlukan keterampilan untuk mengatur dan mengelola dengan cermat dan baik.
Besar kecilnya penghasilan keluarga bukan satusatunya penentu cukup tidaknya pemenuhan
kebutuhan. Penghasilan yang kecil apabila dikelola dengan cermat dan baik akan dapat
memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang dianggap penting oleh sebuah keluarga. Sebaliknya
penghasilan yang besar belum tentu dapat memenuhi semua kebutuhan jika salah atau kurang
cermat dalam mengelolanya. Diperlukan komitmen mengatur diri sendiri dan keluarga dalam
menggunakan uang. Sebuah keluarga tidak bisa mengatur harga bahan makanan akan tetapi bisa
mengatur menu makanan yang dikonsumsi. Sebuah keluarga tidak bisa mengatur tarif harga
listrik dan BBM tetapi bisa mengatur pemakaiannya. Berikut juga tidak bisa mengatur biaya
pendidikan anak tetapi bisa menyiapkan dana nya sedini mungkin. (Hazmi, 2018)

Tujuan penelitian ini adalah untuk memudahkan para rumah tangga dalam mengatur
pengeluaran keuangan rumah tangga dengan menggunakan syariat islam. Selain memiliki
hubungan yang baik antar anggota keluarga, diperlukan pengelolaan keuangan yang efektif dan
efisien, misalnya dalam mensiasati kenaikan harga BBM yang mengakibatkan beratnya beban
psikologis mengelola keuangan rumah tangga karena naiknya pengeluaran yang tidak diimbangi
dengan naiknya pendapatan. Pengelolaan keuangan rumah tangga adalah proses mencapai tujuan
melalui pengelolaan keuangan yang terstruktur dan tepat. Dan memiliki tujuan untuk
memberikan wawasan mengenai kosep pengelolaan ekonomi dalam rumah tangga sesuai yang
diajarkan oleh rasulullah, meningkatkan pengetahuan mengenai manajemen keuangan
secara islami, meningkatkan kemampuan dalam membuat keputusan investasi, memberikan
pengetahuan dan wawasan tentang bahayanya berhutangdan memberikan wawasan mengenai
literasi keuangan.Penyelenggaraan program ini memiliki target khusus yaitu meningkatkan
wawasan tentang pengelolaan ekonomi dalam rumah tangga dan mampu mengelola
keuangan keluarga demikesejahteraan di dunia dan keberuntungan dengan mendapatkan ridha
Allah SWT.

Kekurangan dalam project pengelolaan keuangan dalam rumah tangga syariah ini yaitu;
pertama, Pengelolaan keungan dalam rumah tangga dipisahkan dengan ajaran Islam, seolah –
olah islam tidak mengajarkan bagaimana cara mengelola keuangan dalam rumah tangga . Kedua
Tidak memiliki strategi pengelolaan keuangan dalam Rumah tangga Islami , sehingga sering
tidak ditemukan hal-hal yang prinsipil yang seharusnya dipelajari lebih awal, malah terlewatkan,
bahkan ini terlebih jelas lagi terlihat implementasi manajemen keuangan dalam rumah tanga
yang dianggapnya sebagai puncak atau inti agama, maka islam seakan diidentikan dengan paham
keagamaan yang bersifat dikotomi. Ketiga kurangnya penjelasan yang luas dan mendalam serta
kurangnya penguasaan simantik dan generik atas istilah – istilah kunci dan pokok dalam ajaran
agama sehingga sering ditemukan penjelasan yang sangat jauh dan berbeda dari makna yang
sebenarnya, Hal semacam inilah yang membuat umat Islam terkadang kaku dalam menjalankan
syariat islam, bahkan syariat Islam dianggap suatu hal yang memberatkan ini semua akibat dari
cara penyampaian ajaran Islam yang kurang tepat, padahal kalaulah semua umat islam
mengetahui bahwa ajaran islam adalah ajaran yang universal yang menyangkut kebahagian dunia
dan akherat keselamatan dunia dan akhirat, maka hal inilah sebenarnya yang diinginkan oleh
semua orang.

Penelitian ini ditujukan untuk para rumah tangga untuk lebih efektif dan efisien dalam
mengelola pengeluaran keuangan dalam rumah tangga sesuai dengan ajaran islam dan
bagaimana cara menyusun pengeluaran keuangan dengan lebih baik. Untuk menjaga kesetabilan
keuangan dalam rumah tangga muslim, Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan ini
dapat bersifat praktek dan teoritik yaitu, Secara teoritik, hasil penulisan ini dapat menjadikan
bahan kajian dalam materima najemen keuangan yang berbasis syariah, Membantu
mensosialisasikan manajemen keuangan berbasis syarah, khususnya bagi yang beragama Islam
umumnya bagi yang ingin mengetahui strategi keuangan dalam rumah tangga, dan secara
praktik, dapat membantu para ibu rumah tangga yang masih bingung dalam mengelola keuangan
dikarnakan tidak menggunakan manajemen strategi keuangan, sehingga pendapatan berapapun
yang diterima tak pernah cukup apalagi ditabung.
BAB 2

ISI

Membicarakan keuangan dalam rumah tangga merupakan hal yang sangat penting
guna mengetahui apakah pereokomian rumah tangga kita termasuk ekonomi sehat atau tidak?
Apakah pengelolaan keuangan rumah tangga kita sudah sesuai syariah?? setidaknya terdapat
sebuah pertanyaan yang perlu direnungkan. Yang ideal mestinya kedua aspek itu
diintegrasikan menjadi satu pendekatan yang utuh sekalipun pada prakteknya banyak kendala
yang harus diselesaikan , karena setiap pilihan yang diambil akan berimplikasi pada
metodologi serta target akhir yang hendak dicapainya, yaitu kesejahteraan yang diridhoi
Allah SWT.

Pada hakekatnya rizki pemberian Allah merupakan amanah yang harus dijalankan
sesuai dengan pungsinnya, baik dalam penglolaan maupun dalam menjaganya seperti yang
tercantum dalam qura’an surat Al-baqarah ayat 265 yang artinya : “ dan perumpamaan
orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhoan Allah dan untuk
keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak didataran tinggi yang disiram
oleh hujan lebat maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat, jika hujan lebat tidak
menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadainya) Dan Allah maha melihat apa yang
kamu perbuat.

Maksud ayat tersebut menjelaskan bahwa rizki adalah pemberian Allah, maka jika
kita menggunakannya sesuai fungsinya dijalan Allah, maka Allah akan menambah nya
berlipat ganda, maka biasakanlah untuk menyisihkan keuangan kita minimal dua setengah
persen untuk diinfakan dijalan Allah, lalu pergunakan keuangan itu sesuai kebutuhan dan
rencanakan sesuai target. Tetapi masih banyak orang yang belum menjalankan strategi
keuangan dengan baik dan benar. Hal itu karena masih ada orang yang mendikotomikan
ajaran Islam.(ARNESIH, 2016)

A. MENYERTAKAN DASAR-DASAR HUKUM SYARIAH MAUPUN POSITIF DARI


PENGELOLAAN KEUANGAN KELUARGA SYARIAH

Allah SWT dalam firman-Nya telah menjelaskan kepada manusia mengenai


gambaran kehidupan dunia dan kesenangan didalamnya, yang terdapat pada surah Al-Hadid
ayat 20 yang artinya;

“Ketahuilah bahwa kehidupan dunia itu hanyalah permainan, kelengahan, perhiasan,


dan saling bermegah-megahan di antara kamu serta berlomba-lomba dalam banyaknya
harta dan anak keturunan. (Perumpamaannya adalah) seperti hujan yang tanamannya
mengagumkan para petani, lalu mengering dan kamu lihat menguning, kemudian hancur. Di
akhirat ada azab yang keras serta ampunan dari Allah dan keridaan-Nya. Kehidupan dunia
(bagi orang-orang yang lengah) hanyalah kesenangan yangmemperdaya." (Q.S Al-
Hadid:20)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memuji seseorang yang mengkonsumsi hasil


usahanya sendiri dengan sabdanya: “Tidaklah seseorang mengkonsumsi makanan lebih baik
dari mengkonsumsi makanan yang diperoleh dari hasil kerja sendiri, sebab nabi Allah,
Daud, memakan makanan dari hasil kerjanya.” (HR. Bukhari). “Semoga Allah merahmati
seseorang yang mencari penghasilan secara baik, membelanjakan harta secara hemat dan
menyisihkan tabungan sebagai persediaan di saat kekurangan dan kebutuhannya.” (HR.
Muttafaq ‘Alaih).

Hal ini menunjukkan bahwa Islam menghendaki setiap muslim untuk dapat
mengelola usaha dan berusaha secara baik, mengelola dan memenej harta secara ekonomis,
efisien dan proporsional serta memiliki semangat dan kebiasaan menabung untuk masa depan
dan persediaan kebutuhan mendatang. Prinsip ini sebenarnya menjadi dasar ibadah kepada
Allah agar dapat diterima (mabrur) karena saran, niat dan caranya baik.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah itu baik dan hanya
menerima yang baik-baik saja.” (HR. Muslim).

Kesadaran akuntabilitas (ma’uliyah) dalam bidang keuangan itu yang mencakup


aspek manajemen pendapatan dan pengeluaran timbul karena keyakinan adanya kepastian
audit dan pengawasan dari Allah subhanahu wa ta’ala seperti sabda Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam: “Kedua telapak kaki seorang hamba tidak akan beranjak dari tempat
kebangkitannya di hari kiamat sebelum ia ditanya tentang empat hal, di antaranya tentang
hartanya; dari mana dia memperoleh dan bagaimana ia membelanjakan.” (HR. Tirmidzi).

Sharing suami-istri dalam aspek keuangan keluarga adalah dalam bentuk tanggung
jawab suami untuk mencari nafkah halal dan tanggung jawab istri untuk mengurus,
mengelola, merawat dan memenej keuangan rumah tangga. Meskipun demikian, bukan
berarti suami tidak boleh memberikan bantuan dalam pengelolaan aset dan keuangan rumah
tangganya bila istri kurang mampu atau memerlukan bantuan. Dan juga sebaliknya tidak ada
larangan Syariah bagi istri untuk membantu suami terlebih ketika kurang mampu dalam
memenuhi kebutuhan keluarga dengan cara yang halal dan baik serta tidak membahayakan
keharmonisan dan kebahagiaan rumah tangga selama suami mengizinkan, bahkan hal itu
akan bernilai kebajikan bagi sang istri. Bukankah Khadijah radhiyallahu ‘anha. ikut andil
dalam membantu mencukupi kebutuhan keluarga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. sebagai
bentuk ukhuwah dan tolong menolong dalam kebajikan. (QS.Al-Maidah:2)

Allah telah menegaskan bahwa bekerja itu hendaknya sesuai dengan batas-batas
kemampuan manusia.(QS.Al-Baqarah:286). Namun bila kebutuhan sangat banyak atau
pasak lebih besar daripada tiang maka dibutuhkan kerjasama yang baik dan saling membantu
antara suami istri dalam memperbesar pendapatan keluarga dan melakukan efisiensi dan
penghematan sehingga tiang penyangga lebih besar dari pada pasak. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda: “Janganlah kamu bebani mereka dengan apa-apa yang mereka
tidak sanggup memikulnya. Dan apabila kamu harus membebani mereka di luar
kemampuan, maka bantulah mereka.”(HR. Ibnu Majah)

Dalam manajemen keuangan keluarga juga tidak dapat dilepaskan dari optimalisasi
potensi keluarga termasuk anak-anak untuk menghasilkan rezki Allah. Islam senantiasa
memperhatikan masalah pertumbuhan anak dengan anjuran agar anak-anak dilatih mandiri
dan berpenghasilan sejak usia remaja di samping berhemat agar pertumbuhan ekonomi
keluarga muslim dapat berjalan lancar yang merupakan makna realisasi keberkahan secara
kuantitas maka Islam melarang orang tua untuk memanjakan anak-anak sehingga tumbuh
menjadi benalu, tidak mandiri dan bergantung kepada orang lain. Firman Allah Swt. di awal
(QS. An-Nisa [4]:6)

Mengisyaratkan bahwa kita wajib mendidik dan membiasakan anak-anak untuk


cakap mengurus, mengelola dan mengembangkan harta, sehingga mereka dapat hidup
mandiri yang nantinya akan menjadi kepala rumah tangga bagi laki-laki dan pengurus
keuangan keluarga bagi perempuan, di samping anak terlatih untuk bekerja, meringankan
beban dan membantu orang tua. (Muhammad,2015)

Secara umum, aktivitas yang dilakukan adalah proses pengelolaan penghasilan untuk
mencapai tujuan finansial seperti keinginan memiliki dana pernikahan, dana kelahiran anak
dan lain- lain. Perencanaan keuangan adalah milik semua lapisan masyarakat. Dengan
memiliki perencanaan keuangan, maka kondisi kehidupan yang lebih sehat dan sejahtera
akan lebih mudah untuk diraih. Kekuranganya adalah pendidikan tentang keuangan keluarga
hanya berhenti di tingkatan dasar berupa mendidik dan menganjurkan untuk menabung,
tetapi tidak dilanjutkan dengan keahlian –keahlian lain yang menunjang keputusan seseorang
dalam perilaku kehidupan berkeuangan. (Hazmi, 2018)

B. MENYERTAKAN PERAN DAN BATASAN ANTARA PIHAK SUAMI DAN ISTRI

Ketika mengarungi bahtera rumah tangga, pasangan harus pandai-pandai mengatur


keuangan keluarga agar semua kebutuhan bisa terpenuhi. Nafkah rumah tangga yang menjadi
kewajiban suami-istri dan anak-anak dibedakan antara nafkah lahir dan nafkah bathin.Nafkah
lahir terbagi 3 yaitu: makan dan minuman,pakaian dan tempat tinggal. Sedangkan nafkah
bathin, seorang suami mengauli seoarang istri.yang wajib member nafkah adalah suami dan
tidak wajib bagi seorang istri untuk bekerja mencari nafkah,jika suami mampu dan tidak
mengizinkan istrinya keluar rumah untuk bekerja. Sedangkan menurut Amir Syarifuddin
yang termasuk pengertian nafaqah menurut yang disepakati ulama adalah belanja untuk
keperluan makan yang mencakup Sembilan bahan pokok pakaian dan perumahan atau dalam
bahasa sehari-hari disebut sandang, pangan, dan papan.Nafakah merupakan kewajiban suami
terhadap isterinya dalam bentuk materi, karena nafakah itu sendiri berkonotasi materi.Lebih
lanjut dijelaskan bahwa pencari nafkah itu adalah suami, sementara isteri bukanlah pencari
nafkah. Dalam kedudukannya, isteri sebagai penerima nafkah.

“Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. dan orang
yang disempitkan rezkinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah
kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa
yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah
kesempitan”. (Qs. At-talaq ayat 7)

Ayat di atas menjelaskan bahwa sumi hendaklah yang lapang dalam mencari nafkah,
maksudnya adalah bahwa suami harus memiliki banyak rezeki untuk nafkahnya kepada anak dan
isterinya. Dengan banyak atau lapangnya rezki dari suami, akan membuat isteri juga memiliki
kelapangan dan keluasan berbelanja. Dalam mencari nafkah untuk keluarga, suami harus
menyesuaikan dengan kemampuannya, artinya meskipun ia dituntun untuk memberikan rizki
yang banyak untuk keluarganya, namun tidaklah boleh mendapatkannya dengan cara yang
dilarang oleh agama. Ayat ini juga mengginggatkan para isteri untuk tidak menuntut terlalu
banyak kepada suaminya, dan perlu untuk mempertimbangkan keadaan suaminya.

"Sesungguhnya, tidaklah kamu menafkahkan suatu nafkah yang dimaksudkan mengharap


wajah Allah kecuali kamu akan diberi pahala termasuk sesuatu yang kamu suapkan ke
mulut istrimu."(HR. Bukhari)

Hadis ini menjelaskan bahwa setiap nafkah yang diberikan dengan menghadap wajah
Allah (ikhlas) maka akan diberikan pahala oleh Allah, maka nafkah yang diberikan kepada isteri
dengan penuh keikhlasan, akan dianggap sebagai sebuah sedekah yang ikhlas dari sedekah yang
sunnat.” (Salmah,2014)

Nyatanya peran wanita dalam keluarga tidak hanya sebatas Ibu yang bertugas mendidik
sang buah hati tetapi juga mengelola keuangan sehari-hari bahkan beberapa keputusan strategis
lainnya yang menyangkut urusan keuangan. Lalu upaya apa saja yang perlu dilakukan oleh
wanita agar mampu mengelola keuangan keluarganya dengan baik diantaranya:

1. Menetukan tujuan keuangan

Misalnya dalam sebuah keluarga yang sedang mempersiapkan biaya bagi sang
buah hati untuk masuk Sekolah Dasar. Seorang Ibu pasti akan mulai mencari sekolah
mana yang memiliki kualitas Pendidikan terbaik untuk anaknya, lalu mencari tahu berapa
biaya sekolahnya, dan pada akhirnya mencari cara dalam mengalokasikan uang untuk
biaya yang timbul seperti membeli seragam sekolah, membeli buku paket, dan membayar
uang sekolah.
2. Lakukan periksa dompet dan pencatatan keuangan

Untuk mengelola keuangan agar kondisi dompet tetap sehat, seorang Ibu perlu
melakukan pencatatan keuangan. Dalam hal ini, seorang Ibu yang banyak berperan ketika
mengelola uang, perlu mencatat pengeluaran bulanan bahkan pengeluaran untuk belanja
harian juga perlu dicatat. Dengan melakukan pencatatan keuangan, seorang Ibu dapat
mengevaluasi kondisi keuangan dan memastikan jumlah pengeluaran atau belanja yang
dilakukan benar-benar sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat menghindari
pemborosan. Selain itu, daftar utang dan harta juga perlu dicatat untuk dapat mengetahui
posisi kekayaan dan kesehatan keuangan keluarga. Dalam melakukan pencatatan
keuangan Ibu dan Ayah dapat berbagi peran, misalnya Ibu mencatat arus uang untuk
kebutuhan sehari-hari, sementara Ayah mencatat arus uang untuk cicilan dan investasi.

3. Membuat pos keuangan

Seorang Ibu bisa membuat pos-pos pengeluaran untuk kebutuhan


keluarga. Anggarkan terlebih dahulu sesuai skala prioritas yang sejalan dengan tujuan
keuangan seperti hal-hal yang menjadi kebutuhan wajib atau keharusan misalnya uang
bulanan untuk belanja makanan, transportasi, listrik, uang jajan sekolah anak, atau cicilan
bulanan. Jangan lupa menetapkan alokasi anggaran menabung maupun investasi untuk
mencapai tujuan keuangan jangka panjang yang telah ditetapkan.

4. Memilih produk keuangan yang sesuai kebutuhan

Jika sebelumnya telah menetapkan tujuan keuangan keluarga, seorang Ibu atau
Istri juga perlu berperan dalam memilih produk keuangan yang sesuai dengan kebutuhan.
Misalnya seorang Ibu dapat mempertimbangkan memiliki produk asuransi kesehatan
untuk mengalihkan risiko kerugian finansial jika dikemudian hari salah satu anggota
keluarga jatuh sakit dan memerlukan biaya perawaratan di fasilitas kesehatan yang tidak
sedikit nominalnya.

5. Bijak dalam berutang dan berinvestasi

Banyak kasus penipuan akibat pinjaman online ilegal dan investasi bodong yang


menimpa Ibu Rumah Tangga dikarenakan kurangnya informasi dan pengetahuan
keuangan, sehingga mudah terbujuk proses pinjaman yang mudah atau iming-iming
imbal balik investasi yang cepat dan besar. Berutang dan berinvestasi dapat
menguntungkan dan membantu kesehatan keuangan keluarga, akan tetapi hal ini perlu
dilakukan dengan lebih bijak dan cermat. Untuk itu, sebelum meminjam atau berinvestasi
pastikan dulu aspek 2L yaitu Legal dan Logis, pastikan legalitas perusahaannya telah
berizin dan diawasi oleh OJK. Selain itu yang tidak kalah penting adalah pastikan imbal
hasil atau bunga yang diberikan logis yaitu besarnya masih wajar serta diinformasikan
secara transparan dan jelas. (Zulaikha,2018)

Adapun peran suami dalam mengelola keuangan rumah tangga. Yaitu:

1. Suami dianggap lebih cakap mengelola keuangan

Mengatur keuangan keluarga bukanlah perkara mudah. Diperlukan


keahlian yang mumpuni agar bahtera rumah tangga tidak goyah karena masalah
finansial. Makanya, ketika suami dianggap lebih cakap mengelola keuangan, tak
ada salahnya memberikan tugas manajer keuangan kepadanya. Misalnya suami
memang lulusan manajemen yang sudah akrab dengan hitung-hitungan bujet atau
istri lebih impulsif dalam soal keuangan. Bisa berbahaya kalau istri pegang uang
dan ternyata hobi belanja tanpa rencana.

2. Sepakat adanya transparansi

Sebenarnya entah suami entah istri yang mengatur keuangan, tapi


transparansi itu penting. Dalam soal suami sebagai pengelola keuangan,
transparansi perlu lebih ditekankan. Suami jangan sampai menjadi diktator yang
semena-mena dalam mengatur pengeluaran. Misalnya royal kalau untuk
kebutuhan sendiri, tapi pelit ketika istri atau anak sedang butuh.

3. Suami tetap pegang tugas lain

Walau sudah menjabat manajer keuangan dalam keluarga, suami bukan


lantas bebas dari tugas lainnya. Namanya suami, ada hal-hal yang umumnya lebih
membutuhkan sentuhan tangannya ketimbang sang istri. Untuk urusan yang lebih
penting juga begitu. Misalnya dalam hal pendidikan anak.

Suami tetap berperan sebagai ayah yang bertugas mendidik sang anak.
Entah oleh suami ataupun istri, keuangan dalam rumah tangga harus diatur.
Jangan sampai bahtera yang dibangun berjalan autopilot alias tanpa kontrol
tangan kita sendiri.(Nabila Mecadinisa,2017)
C. MENYERTAKAN SIMULASI LAPORAN NERACA ASET/HUTANG DAN ARUS
KAS RUMAH TANGGA

Dalam hal ini, rumah tangga ini melakukan usaha kebun kelapa sawit. Dengan modal
Rp. 150.000.000 + tanah 10 hektar, dengan harga tanah 1 hektar Rp. 25.000.000 . dalam hal
ini rumah tangga menyerahkan kebunnya kepada seseorang yang ahli mengurus kebun. Hal
ini memakai unsur akad mudharabah yaitu bekerja sama antara dua atau lebih pihak di mana
pemilik modal (sahibul mall) kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian
pembagian keuntungan. Dengan perbandingan 30:70, yaitu 30% untuk pemilik modal dan
70% untuk pengelola.

Aset suami sebelum menikah:

Kendaraan Rp. 30.000.000


Tabungan Rp. 20.000.000
Warisan tanah Rp. 250.000.000
Total Rp. 300.000.000

Asset istri sebelum menikah:

Perhiasan Rp. 20.000.000


Total Rp. 20.000.000

Berikut ini adalah contoh laporan neraca aset/hutang dan cash flow keluarga:

Laporan Neraca Aset/Hutang Keluarga:

Aset investasi jangka Panjang:

 Tabungan di bank

 Rumah

 Kebun

 Kendaraan
 Perlengkapan rumah tangga

Tabungan di bank Rp. 200.000.000


Tanah beserta kebun Rp. 500.000.000
Rumah Rp. 150.000.000
Kendaraan Rp. 300.000.000
Perlengkapan pribadi Rp. 35.000.000
Perlengkapan Rumah tangga Rp. 10.000.000
Total Rp. 1.195.000.000

Hutang:

 Kredit kendaraan

Kredit mobil Rp. 300.000.000


Total Rp. (300.000.000)

Dalam laporan hutang ini menggunakan akad ijarah wwa iqtina , yaitu yang
dilakukan dengan komsep sewa menyewa. Namun, pada akhir penyewaan, barang yang
disewa bisa dibeli oleh nasabah sehingga status kepemilikannya berpindah dari pemberi
pinjaman nasabah kepada nasabah. Kredit biasanya menjadi pilihan saat ingin melakukan
transaksi pembelian barang namun uang yang dimiliki tidak cukup. Kredit memang terkesan
memudahkan namun biasanya ada tambahan biaya dari harga aslinya. Tentu dalam islam
tidak diperbolehkan adanya riba atau penambahan uang. Tetapi allah SWT bersabda dalam
al-qur’an surah al-baqarah ayat 278 membolehkan adanya kredit dalam islam. “hukumnya
halal. Kredit dibolehkan dalam hukum jual beli secara Islami. Kredit adalah membeli
barang dengan harga yang berbeda antara pembayaran dalam bentuk tunai tunai dengan
bila dengan tenggang waktu”. (QS. Al-Baqarah: 278).

Keluarga menilai jumlah aset yang dimiliki seperti tabungan, investasi jangka
panjang, rumah, kendaraan, dan perlengkapan rumah tangga. Kemudian, keluarga juga
menilai jumlah hutang yang dimilikinya seperti kredit kendaraan.
Dengan mengetahui jumlah aset dan hutang yang dimiliki, keluarga dapat mengevaluasi
keuangan mereka dan memutuskan untuk melakukan perubahan atau tindakan yang
diperlukan. Jika jumlah hutang terlalu besar, keluarga dapat memutuskan untuk mengurangi
pengeluaran atau mempertimbangkan untuk membayar hutang lebih cepat.

Cash flow Keluarga perbulan

 Sewa kendaraan
 Gaji Art
 Listrik
 Transportasi
 Internet
 Keperluan kebun
 Keperluan dapur
 Biaya tak terduga
 Menabung
 Zakat

Gaji suami Rp. 35.000.000


Hasil kebun Rp. 25.000.000
kredit mobil Rp. (5.000.000)
Gaji art Rp. (2.000.000)
Listrik Rp. (1.500.000)
Transportasi Rp. (1.000.000)
Internet Rp. (500.000)
Keperluan dapur Rp. (3.000.000)
Keperluan kebun Rp. (3.000.000)
Biaya tak terduga Rp. (2.000.000)
Nabung ke bank Rp. (6.000.000)
Zakat Rp. (3.500.000)
Total Rp. 27.500.000
Perintah untuk mengeluarkan zakat penghasilan ini termasuk dalam Al-Qur'an
surah Al Baqarah ayat 267. Allah SWT berfirman,

ِ ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اَ ْنفِقُوْ ا ِم ْن طَي ِّٰب‬


ِ ْ‫ت َما َك َس ْبتُ ْم َو ِم َّمٓا اَ ْخ َرجْ نَا^ لَ ُك ْم ِّمنَ ااْل َر‬
...‫ض‬

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, infakkanlah sebagian dari hasil


usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi
untukmu..."

Nisab zakat penghasilan senilai 85 persen gram emas. Adapun, kadar zakat
pendapatan dan jasa senilai 2,5 persen. zakat penghasilan dapat dilakukan dengan
mengalikan 2,5 persen dengan jumlah penghasilan dalam 1 bulan. Contohnya apabila
penghasilannya Rp 60 juta per bulan maka cara menghitungnya sebagai berikut,

2,5% x Rp 60.000.000 = Rp 3.500.000 per bulan.

Apabila profesi yang dijalankan tidak menghasilkan pendapatan yang tetap dan
pendapatan dalam 1 bulannya tidak mencapai nisab, maka hasil pendapatannya selama 1
tahun dikumpulkan baru dihitung. Kemudian, zakat baru ditunaikan jika penghasilan
bersihnya sudah mencukupi nisab.

Dalam laporan ini, keluarga menilai semua pengeluaran yang dibutuhkan dalam
kehidupan sehari-hari seperti makanan dan minuman, transportasi, sewa rumah, listrik
dan air, telepon dan internet, pendidikan, kesehatan, dan belanja keperluan rumah tangga.
Dengan mengetahui pengeluaran yang dilakukan oleh keluarga, keluarga dapat
memperkirakan dan mengatur anggaran pengeluaran yang dibutuhkan untuk kehidupan
sehari-hari, serta dapat mengurangi pengeluaran yang tidak diperlukan. Melalui laporan
neraca aset/hutang dan pengeluaran keluarga, keluarga dapat memantau keuangan mereka
secara berkala dan memutuskan strategi keuangan yang tepat untuk memastikan
keuangan keluarga tetap sehat dan stabil.
D. RASIO KEUANGAN KELUARGA

Tidak hanya Kesehatan badan yang perlu di cek. Keuangan juga perlu di cek,
apakah sehat atau tidak. Rasio keuangan adalah kegiatan membandingkan angka-angka
yang ada di dalam laporan keuangan. Perbandingan dapat dilakukan antara satu
komponen dengan komponen dalam satu laporan keuangan atau antar komponen yang
ada di antara laporan keuangan. Kemudian, angka yang diperbandingkan dapat berupa
angka-angka dalam satu periode maupun beberapa periode.

1. Menghitung berapa lama uang tunai dapat memenuhi pemgeluaran bulanan.

Rumah tangga memiliki pemasukan Rp. 60.000.000 dan pengeluaran bulanan


sebesar Rp. 20.500.000. berarti dana cukup untuk penegluaran selama 3 bulan.
Rasio ideal adalah 3-6 bulan, ini juga disebut Rasio likuiditas.

2. Menghitung berapa bersih uang kas atau asset setara kas dari seluruh kekayaan
bersih

Kekayaan bersih dihitung dengan Aset dikurangi hutang.


Rp. 1.195.000.000 – Rp. 300.000.000 = Rp. 895.000.000. rasionya 25%, Rasio
ideal 15%. Maka keuangan ini ideal.

3. Menghitung seberapa besar kemampuan investasi

Dengan penghasilan Rp. 60.000.000, dan menabung Rp. 6.000.000 perbulan.


Tabungan ideal 10%-20%.
Rp. 60.000.000 x 10/100 = Rp. 6.000.000 Maka tabungan 10% dari penghasilan
bulanan

4. Menghitung seberapa kemampuan membayar hutang


keuangan yang sehat biasanya memiliki rasio utang tidak lebih dari 30% dari
pendapatan. Pendapatan Rp. 60.000.000 dan cicilan mobil Rp. 5.000.000
perbulan.
Rp. 60.000.000 x 8/100 = Rp. 4.800.000 maka rasio hutang 8%, berarti keuangan
sehat.

Dari keempat rasio diatass dapat dibuktikan bahwa keuangan rumah tangga syariah
ini adalah sehat.

You might also like