You are on page 1of 31

UPAYA DALAM PENANGANAN KONFLIK KURANGNYA

RASA SOLIDARITAS SISWA KELAS XI IPS 3

DI SMA NEGERI 1 PANGKALAN BUN

Kelompok 1

1. Dea Felisa Putri


2. Muhammad Pajri
3. Mutia Rahim
4. Rahma Tri Habsari
5. Ririn Agustina Purnomo
6. Sabda Wijaya
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul " UPAYA DALAM
PENANGANAN KONFLIK KURANGNYA RASA SOLIDARITAS SISWA
KELAS XI IPS 3”

Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu dalam penulisan makalah ini.

Makalah ini memberikan informasi mengenai rasa solidaritas satu sama lain
dan kuatnya rasa berkelompok atau circel di kelas XI IPS 3, mulai dari rasa egois
setiap individu maupun kelompok

Kami menyadari ada kekurangan pada makalah ini. Oleh sebab itu, saran dan
kritik senantiasa diharapkan demi perbaikan karya kami. Kami juga berharap semoga
makalah ini mampu memberikan kesadaran akan pentingnya kebersamaan walaupun
memiliki perbedaan kesukaan maupun yang lainnya.

Pangkalan Bun, 10 Mei 2023

Penulis,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................2
BAB I.......................................................................................................................................3
PENDAHULUAN...................................................................................................................3
A. Latar Belakang Masalah...............................................................................................3
B. Rumusan Masalah........................................................................................................4
C. Tujuan..........................................................................................................................4
D. Manfaat........................................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................................5
LANDASAN TEORI...............................................................................................................5
A. KONFLIK....................................................................................................................5
1. Pengertian Konflik...................................................................................................5
2. Jenis-Jenis Konflik...................................................................................................7
3. Faktor-Faktor Penyebab Konflik..............................................................................9
4. Dampak Konflik.....................................................................................................10
B. PENANGANAN KONFLIK......................................................................................12
1. Pengertian Penanganan Konflik.............................................................................12
2. Macam-Macam Penanganan Konflik.....................................................................12
C. SOLIDARITAS..........................................................................................................14
1. Pengertian Solidaritas.............................................................................................14
2. Macam-Macam Solidaritas.....................................................................................15
3. Faktor-Faktor Pembentuk Solidaritas.....................................................................15
D. WALI KELAS...........................................................................................................16
1. Pengertian Wali Kelas............................................................................................16
2. Pengaruh Wali Kelas..............................................................................................17
BAB III..................................................................................................................................20
METODE PENELITIAN.......................................................................................................20
A. Rancangan Penelitian.................................................................................................20
B. Subjek Penelitian........................................................................................................20
C. Teknik Pengumpulan Data.........................................................................................20
BAB IV..................................................................................................................................22
HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................................................22
A. HASIL PENELITIAN................................................................................................22
1. Penyajian Data.......................................................................................................22
2. Pengolahan Data.....................................................................................................22
B. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN....................................................................25
BAB V...................................................................................................................................27
PENUTUP.............................................................................................................................27
A. Kesimpulan................................................................................................................27
B. Saran..........................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................29
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Manusia adalah makhluk sosial artinya manusia sebagai warga masyarakat
dalam kehidupan sehari--hari tidak dapat hidup sendiri atau mencukupi kebutuhan
sendiri. Setiap manusia cenderung untuk berkomunikasi, berinteraksi, dan
bersosialisasi dengan manusia lainnya. Dapat dikatakan bahwa sejak lahir, dia
sudah disebut sebagai makhluk sosial.
Dalam kehidupan sosial cenderung muncul rasa solidaritas antar sesama.
Solidaritas menurut KBBI adalah sifat satu rasa, senasib, dan perasaan setia
kawan. Secara etimologi, melansir dari laman ppkn.co.id istilah solidaritas adalah
berasal dari bahasa Arab “tadhamun” yang artinya ketetapan dalam hubungan.
Secara bahasa, solidaritas dapat diartikan sebagai sebuah rasa
kesetiakawanan ataukekompakan yang apabila dikaitkan dengan konteks
kelompok sosial, maka solidaritas merupakan wujud dari rasa kebersamaan suatu
keompok untuk mencapai tujuan dan keinginan bersama. Sifat solidaritas juga
menggambarkan wajah cinta sosial, juga kepeduliaan sesama manusia.
Di SMAN 1 Pangkalan Bun terutama, kelas XI IPS 3 merupakan salah
satu kelas yang menjunjung tinggi solidaritas. Seiring dengan berkembangnya
waktu solidaritas yang biasanya dilakuakan oleh XI IPS 3 mulai memudar akibat
beberapa faktor. Diantara faktor yang terlihat adalah dari aktifitas dan sikap
mereka yang membentuk cirkel didalam kelas dan berujung mementingan
kelompok sendiri daripada kebersamaan satu kelas. Kelas tersebut sekarang
enggan untuk berbagi informasi penting antar sesama.
Bedasarkan permasalahan diatas penulis ingin menjelaskan apa yang
terjadi dan penyelesaian yang ada
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Upaya dalam Pencegahan Konflik Kurangnya Solidaritas
Siswa Kelas XI IPS 3 SMAN 1 Pangkalan Bun?
2. Apa saja faktor pendukung dan pengheambat dalam upaya penanganan
kurangnya solidaritas siswa kelas XI IPS 3 SMA 1 Pangkalan Bun?

C. Tujuan
1. Mengetahui bagaimana upaya wali kelas untuk meyelesaikan konflik antar
siswa
2. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam upaya penanganan
kurangnya solidaritas siswa

D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas dan memberikan
manfaat bagi ilmu pengetahuan yang ada di sekolah, khususnya oleh guru
bimbingan dan konseling dengan menggunakan layanan bimbingan
kelompok untuk meningkatkan sikap solidaritas dalam kelompok belajar.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini yaitu sebagai berikut :
Siswa dapat meningkatkan sikap solidaritas dalam kelompok belajar
melalui bimbingan kelompok.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. KONFLIK

1. Pengertian Konflik
Secara etimologis, kata konflik berasal dari Bahasa Latin yaitu “con” dan
“figere”. Dimana kata “con” mempunyai arti bersama, sedangkan “figere”
mempunyai arti memukul. Di dalam KBBI, entri “konflik” diartikan sebagai
percekcokan, perselisihan, dan pertentangan. Sehingga bisa kota simpulkan bahwa
konflik merupakan suatu kondisi ketika ada dua ataupun lebih pandangan,
kepercayaan, keinginan, kepentingan, kebutuhan yang berbeda, nilai, tidak selaras,
berseberangan, dan tidak sejalan.

Di dalam materi Sosiologi yang membahas mengenai konflik, kata tersebut lebih
diartikan sebagai suatu proses sosial yang terjadi di antara dua orang ataupun
kelompok yang berupaya saling menyingkirkan satu sama lain dengan membuat
seseorang atau kelompok lain tidak berdaya atau bahkan dengan cara menghancurkan
orang atau kelompok lain.

Umumnya, konflik akan timbul dari adanya perbedaan yang ada di dalam
kehidupan sehari-hari seperti halnya perbedaan budaya, fisik, kepentingan, nilai,
kebutuhan, emosi, dan pola-pola perilaku antar individu maupun kelompok yang ada
di dalam masyarakat. Perbedaan-perbedaan tersebut bisa memuncak menjadi sebuah
konflik sosial ketika sistem sosial masyarakatnya tidak bisa mengakomodasi
perbedaan yang ada di dalam masyarakat itu sendiri.

Pengertian Konflik Menurut Para Ahli. Berikut ini adalah beberapa pengertian
konflik menurut para ahli:
a. Alo Liliweri

Konflik adalah suatu bentuk pertentangan alamiah yang berasal dari individu
ataupun kelompok karena mereka terlibat mempunyai perbedaan kepercayaan, sikap,
kebutuhan, dan nilai.

b. De Moor

Dalam sebuah sistem sosial, bisa dikatakan ada konflik jika para penghuni sistem
tersebut membiarkan dirinya atau kelompoknya dibimbing oleh tujuan atau nilai yang
bertentangan dan hal tersebut terjadi secara besar-besaran.

c. Dean G. Pruitt dan Jeffrey Z. Rubin

Istilah “conflict” dalam bahasa aslinya mempunyai arti sebagai perkelahian,


peperangan, dan perjuangan yang berbentuk konfrontasi fisik antara beberapa pihak.

d. Lewis A. Coser

Konflik merupakan suatu perjuangan tentang nilai atau tuntutan atas status,
kekuasaan, bertujuan untuk menetralkan, mencederai, dan melenyapkan lawan.

e. M.Z Lawang

Konflik adalah suatu bentuk perjuangan untuk mendapatkan status, nilai, dan juga
kekuasaan saat tujuan dari pihak yang berkonflik tak hanya memperoleh keuntungan,
namun juga menundukkan saingannya.

f. Robert M.Z Lawang

Konflik merupakan suatu perjuangan untuk mendapatkan hal-hal yang langka


seperti status, nilai, kekuasaan, dan lain sebagainya. Tujuan dari adanya konflik
tersebut tidak hanya untuk mendapatkan kemenangan, tapi juga untuk menundukkan
pesaing atau lawannya.

g. Soerjono Soekanto
Konflik sebagai salah satu proses sosial individu per individu atau kelompok
manusia yang berupaya memenuhi kebutuhannya dengan cara menentang pihak
lawan yang disertai dengan kekerasan ataupun ancaman.

2. Jenis-Jenis Konflik
Berikut ini adalah beberapa jenis konflik yang biasa kita temukan di dalam
kehidupan bermasyarakat.

1. Konflik Pribadi

Jenis konflik yang pertama adalah konflik pribadi. Dimana konflik pribadi
adalah salah satu jenis konflik yang terjadi antara individu dengan individu ataupun
dengan kelompok masyarakat. Salah satu penyebab adanya konflik pribadi adalah
karena adanya perbedaan cara pandang antar individu yang berkaitan dengan
persoalan yang serupa. Jenis konflik yang satu ini sangat sering terjadi di dalam
pertemanan, keluarga, dunia kerja, dan lain sebagainya. Salah satu contoh dari konflik
pribadi adalah ketika sebuah keluarga beradu argumen tentang pembagian hak waris
atau warisan.

2. Konflik Agama

Jenis konflik berikutnya adalah konflik agama. Konflik agama merupakan


suatu konflik yang terjadi antara kelompok yang mempunyai agama serta keyakinan
yang berbeda.Sebagian besar masyarakat menilai bahwa agama sebagai salah satu
tuntunan dan juga pedoman hidup yang harus diikuti secara mutlak. Sehingga apapun
yang berbeda dan tidak sesuai dengan agama yang mereka anut, maka akan dianggap
sebagai masalah lalu hal itu akan memicu terjadinya konflik. Contoh dari konflik
agama adalah konflik yang terjadi di Poso. Dimana konflik antara dua agama tersebut
telah terjadi selama bertahun-tahun. Konflik tersebut terjadi karena Poso pada saat itu
dipenuhi dengan penduduk yang beragama Islam. Akan tetapi, seiring berjalannya
waktu, banyak orang yang menganut agama Kristen masuk ke wilayah Poso dan
menjadi dominan. Tapi pada akhirnya, konflik tersebut bisa diselesaikan melalui
mediasi.

3. Konflik Rasial

Konflik rasial adalah jenis konflik yang terjadi antara ras yang berbeda.
Dimana konflik ras akan terjadi saat masing-masing ras merasa lebih unggul dan
mengutamakan kepentingan kelompoknya sendiri. Untuk contoh dari konflik rasial
yaitu seperti konflik antara pemuda kulit putih dan pemuda kulit hitam. Pastinya hal
itu sangat meresahkan dan menyebabkan adanya perpecahan. Jenis konflik rasial ini
sering terjadi di Indonesia.

4. Konflik Antar Kelas Sosial

Jenis konflik selanjutnya adalah konflik antar kelas sosial. Dimana konflik
jenis ini dikenal dengan konflik vertikal, yang mana bisa muncul karena adanya suatu
perbedaan kepentingan di antara kelas-kelas yang ada di dalam masyarakat. Untuk
contoh dari jenis konflik yang satu ini adalah adanya demo yang terjadi antara
karyawan dan perusahaan, dimana para karyawan menuntut untuk kenaikan gaji.

5. Konflik Sosial

Adanya kelompok kelas di dalam sebuah masyarakat akan sangat berpotensi


memicu terjadinya konflik. Perebutan dan juga upaya untuk mempertahankan status
dan peran di dalam kelompok masyarakat kerap kali menimbulkan konflik. Contoh
dari konflik yang satu ini yaitu antara kelompok kaya dan kelompok miskin yang
saling merebutkan kekuasaan di dalam kursi politik.

6. Konflik Politik

Konflik politik adalah salah satu jenis konflik yang terjadi karena adanya
perbedaan pandangan di dalam kehidupan politik. konflik tersebut terjadi karena
masing-masing kelompok ingin berkuasa di dalam sebuah sistem pemerintahan.
Contoh dari konflik ini yaitu pemberontakan PKI di Madiun, Pemberontakan
30S/PKI, dan pemberontakan DI/TII. Bahkan, sekarang ini masih banyak konflik
politik yang terjadi ketika menjelang pemilu.

7. Konflik Internasional

Konflik internasional adalah jenis konflik yang melibatkan berbagai macam


kelompok negara karena adanya perbedaan kepentingan masing-masing negara. Salah
satu contoh dari konflik internasional adalah antara Korea Utara dan Korea Selatan,
ISIS, serta negara-negara lain yang melakukan peperangan.

3. Faktor-Faktor Penyebab Konflik


Di bawah ini adalah beberapa faktor penyebab konflik, antara lain:

1. Perbedaan Individu

Perbedaaan individu yang dimaksud yaitu meliputi perbedaan perasaan dan


pendirian. Dimana setiap manusia adalah individu yang unik. Ini artinya, setiap orang
mempunyai pendirian dan perasaan yang berbeda-beda antara satu dengan lainnya.
Perbedaan pendirian dan perasaan tersebut tetaplah menjadi suatu hal ataupun
kawasan yang nyata itu meraih menjadi salah satu faktor penyebab konflik sosial.
Sebab, dalam menjalani suatu hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan
kelompoknya. Misalnya saja, saat berlangsung pentas musik di lingkungan
pemukiman, tentu saja perasaan setiap orang akan berbeda-beda. Terdapat yang
merasa terganggu karena berisik, tapi juga ada yang merasa terhibur.

2. Perbedaan Latar Belakang Kebudayaan Sehingga Menciptakan Pribadi yang


Berbeda

Beberapa orang mungkin akan terpengaruh dengan pola pemikiran dan


pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda-beda itu pada
akhirnya dapat memicu konflik.
3. Perbedaan Kepentingan Antara Individu dan Kelompok

Setiap orang pasti memiliki perasaan, pendirian atau latar belakang


kebudayaan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, dalam waktu yang bersamaan,
masing-masing orang atau kelompok mempunyai kepentingan yang berbeda-beda.
Terkadang, orang-orang melakukan hal yang serupa, namun memiliki tujuan yang
berbeda-beda.

4. Perubahan Nilai yang Ekspress dan Mendadak di dalam Penduduk

Perubahan merupakan sesuatu yang wajar terjadi. Tapi bila perubahan


tersebut berlangsung secara cepat dan mendadak, maka perubahan itu dapat memicu
terjadinya konflik sosial. Misalnya saja, di dalam masyarakat pedesaan yang
mengalami suatu proses industrialisasi yang cukup mendadak, maka hal itu tentu
akan memunculkan konflik sosial. Sebab, nilai-nilai lama yang sudah ada di dalam
masyarakat tradisional yang umumnya bercorak pertanian secara mendadak berubah
menjadi nilai-nilai masyarakat industri.

4. Dampak Konflik
Merujuk penjelasan dalam buku Modul Pembelajaran Sosiologi yang
diterbitkan Kemdikbud, konflik sosial bisa menimbulkan sejumlah dampak positif
maupun negatif. Sejumlah dampak konflik sosial itu bisa dicermati dalam perincian
di bawah ini.

1. Dampak Positif Konflik Sosial

Konflik dapat membantu menghidupkan kembali norma-norma lama dan


menciptakan norma baru.Konflik merupakan jalan untuk mengurangi ketergantungan
antarindividu dan kelompok.Konflik meningkatkan solidaritas sesama anggota
kelompok yang sedang mengalami konflik dengan kelompok lain.Konflik
memunculkan sebuah kompromi baru apabila pihak yang berkonflik berada dalam
kekuatan seimbang.Konflik dapat memperjelas aspek-aspek kehidupan yang belum
jelas atau masih belum tuntas ditelaah.Konflik memungkinkan ada penyesuaian
kembali norma-norma, nilai-nilai dan hubungan-hubungan sosial dalam kelompok
bersangkutan dengan kebutuhan individu atau kelompok.Konflik dapat berfungsi
sebagai sarana untuk mencapai keseimbangan antara kekuatan-kekuatan yang ada di
dalam masyarakat.

2. Dampak Negatif Konflik Sosial

Konflik sosial dapat menimbulkan perpecahan di suatu kelompok sosial yang


tadinya bersatu. Misalnya, konflik agama di Maluku pernah memicu perpecahaan di
masyarakat. Untunglah konflik tersebut telah selesai dan rekonsiliasi dapat terjadi.
Konflik sosial juga dapat berakibat permusuhan dalam masyarakat. Permusuhan yang
terjadi seringkali memengaruhi kenyamanan dan kerukunan anggota kelompok.
Kekerasan juga dapat menjadi akibat dari konflik sosial. Kekerasan terjadi karena ada
agresi satu pihak terhadap pihak lain baik secara fisik maupun verbal.Dampak lain
dari konflik adalah perubahan kepribadian. Hal tersebut dapat terjadi karena individu
yang terlibat konflik mengalami tekanan psikologis. Misalnya, seorang anak yang tak
mau berkeluarga karena menjadi korban kekerasan orang tuanya. Terakhir, dampak
yang mungkin terjadi dari konflik adalah jatuhnya korban. Korban di sini dapat
berupa harta benda, sarana prasarana, korban luka, bahkan korban jiwa. Misalnya,
kerusuhan yang terjadi pada tahun 1998 di berbagai wilayah di Indonesia
menimbulkan banyak tokoh dijarah, banyak perempuan yang diperkosa, banyak
orang yang mengalami luka-luka, juga banyak orang yang kehilangan nyawa.
B. PENANGANAN KONFLIK

1. Pengertian Penanganan Konflik


Penanganan Konflik Sosial menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 7 tahun
2012 adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan terencana
dalam situasi dan peristiwa baik sebelum, pada saat, maupun sesudah terjadi Konflik
yang mencakup pencegahan konflik, penghentian konflik, dan pemulihan
pascakonflik.

Undang-undang ini, dalam penanganan konflik harus mencerminkan asas


kemanusiaan, hak asasi manusia, kebangsaan, kekeluargaan, mengacu pada bhineka
tunggal ika, keadilan, esetaraan gender, ketertiban, dan kepastian hukum. Juga
mencerminkan keberlanjutan, kearifan lokal, tanggung  jawab negara, partisipatif,
tidak memihak, dan tidak membeda-bedakan.

Tujuan Penanganan Konflik Sosial, menurut Pasal 3 undang-undang ini, adalah


menciptakan kehidupan masyarakat yang aman, tenteram, damai dan sejahtera. Lalu
memelihara kondisi damai dan harmonis dalam hubungan sosial kemasyarakatan.
Meningkatkan tenggang rasa dan toleransi, memelihara fungsi pemerintahan,
melindungi jiwa, harta benda, serta sarana dan prasarana umum. Serta memberikan
perlindungan dan pemenuhan hak korban, dan memulihkan kondisi fisik dan mental
masyarakat serta sarana dan prasarana umum.

2. Macam-Macam Penanganan Konflik


1. Mediasi

Mediasi merupakan cara penyelesaian konflik yang melibatkan bantuan pihak


ketiga (bersifat netral) sebagai penengah (kasih anjuran). Contoh mediasi yakni ketika
Dini yang ketahuan mencuri kue di toko, tetapi ia tidak dituntut oleh pemilik toko ke
ranah hukum karena ditengahi oleh Pak Joko.
2. Arbitrase

Pengendalian konflik dengan cara arbitrase berarti menyelesaikan konflik


dengan bantuan pihak ketiga (bersifat netral) yang bertindak sebagai pemberi
keputusan. Keputusan-keputusan yang dibuat disertai dengan perjanjian tertulis dari
pihak yang berkonflik. Contoh arbitrase yakni ketika wasit mengganjar kartu merah
untuk Rano pasca keributannya dengan Aldo. Di sini, wasit bertindak sebagai pihak
ketiga yang netral. Selain itu, keputusan wasit juga bersifat mutlak dan harus
dipatuhi.

3. Adjudikasi

Adjudikasi merupakan cara penyelesaian konflik melalui jalur pengadilan


(sidang). Contoh adjudikasi yakni ketika hakim memutuskan hak asuh anak diberikan
kepada sang istri setelah perceraian.

4. Kompromi

Kompromi adalah bentuk penyelesaian konflik dengan adanya upaya masing-


masing pihak untuk mengurangi tuntutan. Contoh kompromi adalah ketika Mia
terlibat kecelakaan dengan Diana, lalu mereka pun saling menuntut ganti rugi.
Namun, pada akhirnya mereka saling mengikhlaskannya.

5. Konsiliasi

Konsiliasi adalah bentuk penyelesaian konflik dengan adanya upaya


mempertemukan pihak yang berkonflik. Contoh konsiliasi yaitu ketika Pak RT
memanggil Budi dan Damar setelah rebutan lahan parkir.

6. Koersi

Koersi merupakan bentuk akomodasi dengan menggunakan ancaman, baik


fisik maupun psikologis agar pihak lain bertindak sesuai yang diharapkan. Contoh
koersi yakni ketika polisi menggunakan gas air mata sebagai upaya menghentikan
demonstrasi yang ricuh.

7. Stalemate

Stalemate adalah situasi di mana ketika kedua belah pihak yang berkonflik
memiliki kekuatan yang seimbang sehingga konflik terhenti pada titik tertentu.
Contoh stalemate yakni berakhirnya Perang Dingin antara Amerika Serikat vs Uni
Soviet, hingga konflik Korea Utara dan Korea Selatan.

C. SOLIDARITAS

1. Pengertian Solidaritas
Solidaritas merupakan konsep kesetiakawanan yang diperkenalkan oleh Emile
Durkheim pada 1858. Menurut Durkheim, solidaritas adalah suatu hubungan antara
individu atau kelompok yang terikat dengan perasaan moral dan kepercayaan yang
dianut bersama dan diperkuat oleh pengalaman emosional bersama.

Solidaritas juga dapat digambarkan dengan keadaan saling percaya yang tercipta
di antara individu atau anggota dalam suatu kelompok, seperti tertulis dalam artikel
ilmiah berjudul Pola Pembentukan Solidaritas Sosial dalam Kelompok Sosial Antara
Pelajar.

Secara bahasa, solidaritas dapat diartikan sebagai sebuah rasa kesetiakawanan


atau kekompakan yang apabila dikaitkan dengan konteks kelompok sosial, maka
solidaritas merupakan wujud dari rasa kebersamaan suatu kelompok untuk mencapai
tujuan dan keinginan bersama. Sifat solidaritas juga menggambarkan wajah cinta
sosial, juga kepedulian sesama manusia.

Dikutip dari buku Eksistensi Punguan Dalam Pelestarian Sistem Kekerabatan


oleh Ulung Napitu, disebutkan bahwa solidaritas adalah suatu bentuk kerja sama,
tolong menolong, dan musyawarah dalam segala aktivitas manusia yang sangat
berhubungan dalam memperkuat integrasi.
2. Macam-Macam Solidaritas
Durkheim membagi konsep solidaritas menjadi dua bentuk:

1. Solidaritas Mekanik

Solidaritas mekanik merupakan rasa solider yang hadir di tengah-tengah


masyarakat yang masih sederhana. Kesetiakawanan ini terikat oleh kesadaran setiap
orang dan belum mengenal adanya pembagian kerja di antara anggota kelompok.
Solidaritas Mekanik biasa muncul di lingkungan masyarakat pedesaan. Masyarakat
dengan solidaritas mekanik ditandai dengan aktivitas, pekerjaan serta tanggung jawab
yang sama.

2. Solidaritas Organik

Sedangkan solidaritas organik adalah rasa solider yang menyatukan masyarakat


dengan kehidupan yang kompleks dan telah terbagi oleh pekerjaan yang berbeda.
Masyarakat dengan solidaritas organik hidup bersama karena adanya perbedaan di
antara mereka.

Memiliki aktivitas dan tanggung jawab yang berbeda-beda. Dengan begitu, kelompok
masyarakat ini saling bergantung satu sama lain. Solidaritas organik biasanya hadir di
tengah-tengah masyarakat perkotaan.

3. Faktor-Faktor Pembentuk Solidaritas


Ada 2 faktor yang mempengaruhi solidaritas yaitu:

1. Faktor lingkungan

Lingkungan sekitar bisa mempengaruhi adanya rasa solidaritas seperti bagaimana


cara bergaul dan berteman di dalam lingkungan

2. Faktor keluarga
Pendidikan yang di berikan dalam keluarga sejak kecil bisa memberikan dampak
positif setelah dewasa jadi pendidikan yang di berikan bagi anak-anak sangat berguna
bagi perkembangannya di kehidupan yang akan datang.

D. WALI KELAS

1. Pengertian Wali Kelas


Wali kelas memiliki tugas dan tanggung jawab khusus dalam mendidik peserta
didik, selain mendidik peserta didik wali kelas bertanggung jawab memberikan
bimbingan dan arahan kepada siswa yang bermasalah dan kurang dalam proses
pembelajaran di kelas. Dalam hal ini wali kelas sangat diharapkan dapat
mendampingi, memotivasi, membimbing dan memantau kegiatan siswa pada saat di
sekolah. Menurut (Mulyasa: 2012)

Wali kelas ibarat sebagai pembimbing dalam sebuah perjalanan, yang tidak hanya
menyangkut fisik tetapi juga perjalanan mental, emosional, kreativitas dan spiritual
peserta didik. Hal tersebut harus berdasrkan kerjasama yang baik dengan peserta
didik. Sebagai pembimbing, wali kelas memiliki berbagai hak dan tanggung jawab
dalam setiap perjalanan yang direncanakan dan dilaksanakan. Wali kelas juga sebgai
penasehat bagi peserta didik, bahkan menjadi orang tua, meskipun wali kelas atau
guru kelas tidak memiliki latihan khusus sebgai penasehat.

Wali kelas sudah seharusnya memantau perkembangan kelas dan siswa serta
dapat memahami bagaimana karakter siswa. Seorang wali kelas mempunyia peranan
yang besar dalam stiap individu siswa, wali kelas yang baik akan membantu siswa
saat siswa menghadapi kesulitan dalam belajar terutama mengembangkan rasa
percaya diri siswa agar siswa lebih bernai dan tampil percaya diri di depan kelas.
Dalam hal ini akan dijelaskan mengenai pengertian wali kelas dari beberapa
pendapat. Menurut Daryanto (2011: 171)
Wali kelas di samping sebagai petugas pengelola kelas wali kelas harus mampu
berperan sebagai pengganti orang tua murid disekolahnya. Mengetahui
perkembangan akademik didiknya secara komprehensif, membuat catatan-catatan
khusus. Kasus-kasus yang tidak mampu diselesaikan sendiri dikonsultasikan atau
dialihtugaskan kepada petugas bimbingan di sekolah. Pada prinsipnya senakal apapun
anak masih ada sisi baiknya, jika perlu dikonsultasikan dengan orang tua/wali murid
untuk solusinya.

Sukardi (2000) menyatakan bahwa Guru kelas adalah guru yang diberi tugas
tambahan disamping mengajar juga untuk mengelola kelas tertentu dan bertanggung
jawab membantu siswa yang bermasalah serta membantu dalam proses kegiatan
belajar mengajar, mengkoordinasi informasi dan kelengkapan data tentang siswa
yang dikelolanya. Berdasarkan pendapat tersebut, peran diartikan sebagai pola
tindakan yang diharapkan dari seorang yang melibatkan orang lain. Peran
mencerminkan posisi seseorang dalam berinteraksi, bersentuhan dengan sistem sosial,
hak, dan kewajiban, kekuasaan, serta bertanggung jawab yang menyertainya.

2. Pengaruh Wali Kelas


Proses belajar mengajar, peranan wali kelas sebagai seoarang guru tidak pernah
habis dan selalu dituntun agar bahan pelajaran yang disampaikan dapat diterima dan
dicerna oleh siswa dengan baik dan penuh semangat, wali kelas juga sangat berperan
aktif dalam membantu perkembangan siswa dan membimbing siswa kearah yang
kebih baik lagi.

Menurut Sopidi (dalam saefudin: 2010) Ada beberapa peranan atau kedudukan
penting wali kelas di dalam suatu sekolah, antara lain:

a. Sebagai pimpinan menengah (middle manage)


Wali kelas adalah guru yang diberi kepercayaan oleh kepala sekolah untuk
mengelola suatu kelas, oleh karena itu wali kelas sering disebut juga dengan
pemimpin menengah dalam suatu instansi pendidikan.

b. Sebagai mitra siswa

Wali kelas merupakan pengganti orang tua disekolah, oleh karena itu wali
kelas sangat berpengauh besar dalam perkembnagan siswa disekolah, istilah wali
kelas sebagai mitra memiliki arti bahwa wali kelas adalah teman atau pengarah siswa
disekolah bukan hanya pengajar bagi para siswa.

c. Sebagai mitra orang tua siswa

Salah satu tugas wali kelas adalah memantau perkembangan siswa disekolah
dan melaporkannya kepada setiap oang tua siswa, oleh karena itu wali kelas bisa juga
menjadi tempat bertanya setiap orang tua siswa tentang sikap tingkah laku, serta
perkembangan belajar siswa yang dilakukan siswa disekolah.

d. Sebagai mitra guru bidang studi

Keberadaan wali kelas sangatlah penting dalam proses pembelajaran


dikarenakan wali kelas adalah guru yang lebih mengetahui sikap dan perilaku siswa
sehingga pengetahuan tersebut dapat dijadikan sebagai acuan bagi para guru bidang
studi dalam melaksanakan pembelajaran yang lebih efektif lagi.

Peran tersebut merupakan hal yang tidak mudah untukdilaksanakan karena


faktor siswa yang bukan hanya sebagai individu dengan segala keunikan, akan tetapi
mereka juga satu kelompok sosial yang memiliki latar belakang yang berbeda antara
satu sama lainnya. Penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan peran wali kelas sangat
penting, tentunya mereka diharuskan untuk memiliki ketelatetan dalam mendidik dan
membimbing siswa sperti anak sendiri.
Peran guru kelas sebagai pemangku jabatan di kelas mempunyai peran
penting dalam membantu mengembangkan potensi siswa. Menurut Supriadi &
Darmawan (2012: 84) Guru kelas memiliki peran seperti:

a. Sebagai Fasilitator

Guru berperan sebagai sosok yang memberikan kemudahan bagi peserta didik
dalam melakukan proses belajar.

b. Sebagai pemacu

Guru berperan sebagai sosok yang terus memberikan dorongan, rangsangan,


menyemangati peserta didik.

c. Sebagai perekayasa pembelajaran

Guru berperan sebagai sosok analisis, pengambilan keputusan, perencanaan,


pelaksanaan, manager leader organisator dan evaluator pembelajaran.

d. Sebagai inspirator pembelajaran

Guru berperan sebagai sosok teladan yang patut digugu dan ditiru, dan sebagi
orang yang selalu memberikan inspirasi, penggagas dalam proses belajar.

Penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa peran guru kelas bukan
hanya mendidik siswa saja tetapi juga guru kelas berperan sebagai fasilitator, sebagai
pemacu, sebagai motivator, evaluator, dan juga sebagai inspirator, oleh karena itu
wali kelas harus terbiasa melakukan hal yang lyaknya sebagai orang tua siswa
dirumah.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian kualitatif, yaitu “menganalisis dan
menyajikan fakta secara sistematik sehingga dapat lebih mudah untuk difahami dan
mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ditemukan ketika
pelaksanaan penelitian”.Penelitian dalam skripsi ini menggunakan metode deskriptif,
menurut M. Nazir dalam skripsi Sukmawati “metode deskriptif adalah metode yang
meneliti suatu kondisi, pemikiran atau suatu peristiwa pada masa sekarang ini, yang
bertujuan untuk membuat gambaran deskriptif atau lukisan secara sistematika, faktual
dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang
diselidiki”.

B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian skripsi ini terdiri dari orang-orang yang dianggap dapat
memberikan gambaran dan informasi yang dianggap akurat, yang menjadi subjek
dalam penelitian makalah ini adalah Guru wali kelas XI IPS 3

C. Teknik Pengumpulan Data


Di dalam penelitian skripsi ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
sebagai berikut:
1. Observasi
Menurut Poerwandari dalam buku Imam Gunawan, “observasi merupakan
metode yang paling dasar dan paling tua, karena dengan cara-cara tertentu kita selalu
terlibat dalam proses mengamati”. Observasi diarahkan pada memerhatikan kegiatan
secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan
antar aspek dalam fenomena yang terjadi.
Teknik observasi dalam penelitian skripsi ini, dilakukan dengan cara peneliti
turun ke lapangan mengamati dan mencatat secara sistematik tentang waktu,
kegiatan, peristiwa dan perasaan.
2. Wawancara
Dalam buku Imam Gunawan menurut Setyadin wawancara adalah “suatu
percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu dan merupakan proses tanya
jawab lisan dimana dua orang atau lebih berhadapan secara fisik”. Wawancara
dilakukan untuk memperoleh data atau informasi sebanyak mungkin dan sejelas
mungkin kepada subjek penelitian.Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan
percakapan atau berdialog secara langsung dengan para informan.
3. Dokumentasi
Menurut Sugiyono dalam buku Imam Gunawan, “dokumentasi merupakan catatan
peristiwa yang berlalu yang berbentuk tulisan, gambar, atau karya monumental dari
seseorang”.Teknik ini dilakukan dengan cara mengumpulkan dan melengkapi data-
data tertulis, baik berupa gambar atau foto.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

1. Penyajian Data
Data diperoleh dengan cara wawancara, observasi dan dokumentasi. Wawancara
dilakukan dengan guru wali kelas XI IPS 3 yang sesuai dengan instrumen-instrumen
wawancara yang telah dipersiapkan. Observasi dilakukan dengan cara melihat lokasi
sekolah. Dokumentasi yang dilakukan melihat foto-foto, rekaman suara, dan video.

2. Pengolahan Data
Hasil penelitian ini diperoleh dari observasi, wawancara dan dokumentasi dan
wawancara dilakukan dengan guru wali kelas XI IPS 3. Pengolahan data yang kami
dapatkan di lapangan disajikan dibawah ini sebagai berikut:

Wali kelas merupakan tugas dan tanggung jawab besar yang berikan kepada guru,
berhasil atau tidaknya peraturan di dalam kelas ada dari campur tangan seorang wali
kelas, serta apapun yang akan terjadi di dalam kelas maka, guru sebagai wali kelaslah
yang bertanggung jawab. Guru wali kelas juga tidak mengajar saja namun, guru wali
kelas merangkul sebagai pendidik, pembimbing, dan penasehat, bagi siswa-siswanya.

Pertanyaan

Pertanyaan diperuntukan Ibu Diah Wijayanti, S.Pd selaku ibu wali kelas XI IPS 3
adalah

1. Menurut ibu, bagaimana tanggung jawab setelah menjadi seorang guru wali
kelas dan bagaimana mengelola konflik yang ada pada siswa di kelas XI IPS
3?”
Jawaban :
Ibu wali kelas mengatakan “ Tanggung jawab yang sangat besar awalnya
keberatan saat ditunjuk oleh sekolah sebagai wali kelas karena yang
ditakutkan ketika tidak dapat membina siswa yang menjadi pantauan ibu
tetapi walau sudah mendapat tugas tersebut harus diterima dan dijalani dan
cara bagaimana mengelola konflik yang ada di kelas XI IPS 3 yaitu
dengan cara pendekatan memanggil siswa yang terkena konflik”
2. Menurut ibu selama menjadi guru wali kelas,apakah mampu dan sanggup
dalam mengelola kelas, apa lagi dengan siswa yang memiliki konflik di kelas
XI IPS3?”
Jawaban :
Ibu wali kelas mengatakan “Selama 2 periode ini alhamdulillah nya ibu
mampu dan sanggup mengelola kelas apalagi dengan siswa yang berbagai
macam karakter”
3. Menurut ibu, apakah siswa di dalam kelas membuat
kelompok-kelompok/genk dan terkesan mengasingkan siswa lainya?”
Jawaban :
Ibu wali kelas mengatakan “Secara kaca mata ibu masih banyak sekali anak-
anak yang membuat kelompok-kelompok dan mengasingkan siswa lainnya
ada tetapi tidak juga semuanya diasingkan biasanya mereka didalam satu
kelas terdapat kelompok-kelompok ada personilnya lebih dari 5 ada juga
yang hanya 2 orang saja”
4. Menurut ibu, apakah siswa sering terlibat dalam perbedaan pendapat?
Jawaban :
Ibu wali kelas mengatakan “Sering, hal yang wajar dimana perbedaan itu
menjadi kelas yang hidup apabila semua anak mengikuti maka kelas menjai
tidak berwarna dan kritis dalam hal yang positif mempunyai tujuan kebaikan
bersama salah satu contoh nya pemilihan warna kelas”
5. Menurut ibu, apakah siswa satu dengan lainnya memiliki kesalahpahaman
sehingga sampai saat ini tidak berkomunikasi dengan baik?”
Jawaban :
Ibu wali kelas mengatakan “Ada. Salah satu siswa yang tidak berkomunikasi
dengan baik tetapi bagaimana caranya untuk kita saling mencari solusi, jalan
tengahnya apa yang menyebabkan ada kesalahpahaman contohnya ada salah
satu siswa yang notabene nya anak ini tidak mampu tetapi kebanyakan warga
kelas termasuk mampu ada kesalahpahaman dalam ucapan”
6. Menurut ibu, apakah siswa dapat bekerja sama demi mewujudkan
kepentingan bersama?”
Jawaban :
Ibu wali kelas mengatakan “Alhamdulillah nya untuk saat ini siswa yang
berkonflik ini mampu bekerja sama walaupun masih ada satu atau dua orang
yang susah untuk ikut bekerja sama tetapi orang tersebut akan selalu
dirangkul untuk mewudkan kepentingan bersama contohnya ketika ada
perlombaan classmeeting”
7. Apakah ibu wali kelas akan mencari permasalahan dan memecahkan masalah
pada siswa yang berkonflik?”
Jawaban :
Ibu wali kelas mengatakan “ Tidak akan mencari kesalahan siswa tetapi
ketika ibu mendengar siswa tersebut menyalahi aturan tata tertib maka ibu
akan menyelesaikan dengan memanggil siswa ini untuk ditanyai alasannya”
8. Apakah ibu, memilih tindakan mendamaikan yang berusaha untuk
memperbaiki hubungan siswa yang berkonflik tanpa mengetahui
permasalahan pokoknya?”
Jawaban “
Ibu wali kelas mengatakan “ Ibu akan mendamaikan itu dengan dicari celah
nya, latar belakang nya dan awal akar pemasalahan nya ini sehingga dapat
menyebabkan konflik. Semisalnya memperbaiki tanpa mengetahui sebab
akibat nya ibarat nya akan membuat masalah menjadi fatal nanti ada yang
menganggap bahwa ibu mendukung kelompok ini sehingga ibu akan mencari
akar permasalahan nya dulu baru dibicarakan bersama sehingga dapat
mengetahui akar permasalahannya yang harus diselesaikan”
9. Apa upaya yang dilakukan oleh ibu wali kelas untuk menyatukan kembali
para siswa kelas XI IPS 3 untuk menjadi satu?
Jawaban :
Ibu wali kelas mengatakan “Berdiskusi, dibicarakan bersama kemudian
apabila dengan cara berdiskusi dapat menyebabkan konflik maka ibu akan
memanggil anak murid satu demi satu orang yang menjadi permasalahannya
kemudian ibu akan menyampaikan dan berusaha untuk mendamaikan supaya
suasana kelas itu tidak ada lagi namanya saling menghina dan membully”

B. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN


Tugas merupakan hal yang dibebankan oleh seseorang untuk dikerjakan, maka
tugas guru wali kelas dalam penanganan konflik antar siswa di SMA 1 Negeri
Pangkalan Bun merupakan suatu tanggungjawab yang besar dalam mengelola satu
ruang kelas yang terisi dengan siswa-siswa yang mempunyai sifat atau karakter yang
berbeda-beda. Adapun peran guru wali kelas yang peneliti teliti dalam pengelolaan
konflik antar siswa di SMA 1 Negeri Pangkalan Bun adalah sebagai pendidik,
pembimbing, dan penasehat bagi kelas yang dipimpinnya.
Konflik akan terjadi dimana saja dan kapan saja, namun dalam sebuah masalah
tentu ada jalan keluarnya seperti halnya guru wali kelas dalam mengelola konflik
yang terjadi adalah hal yang membuat siswa-siswa berkonflik di dalam kelas maupun
di luar kelas yaitu mengatasinya dengan mencari dan menemukan masalah, teguran,
ancaman dan mendamaikan kepada siswa-siswa yang bermasalah atau konflik. Pada
umumnya memakai strategi dalam pengelolaan konflik antar siswa, sebagai berikut:
a. Kolaboratif (collaborating), guru wali kelas telah memakai strategi ini dalam
mengatasi permasalahan biarpun sebenarnya guru wali kelas tanpa mengetahui
strategi apa yang telah dipakainya untuk mengatasi konflik. Caranya dengan
mengidentifikasikan masalah yang dihadapi, mencari permasalahannya,
mempertimbangkan serta mencari solusi yang tepat untuk memecahkan masalah yang
ada. Kelemahan yang ada pada gaya mengatasi konflik ini adalah memerlukan waktu
yang lama dalam penyelesaian masalah dan konflik terjadi secara berulang-ulang.

b. Kompromi (compromising) sudah diterapkan oleh guru wali kelas karena


tidak asing lagi dengan kata kompromi bagi guru wali kelas, namun guru wali kelas
tidak tahu teori tentang ini, teori ini menjelaskan ada tawar-menawar untuk
mendapatkan kesepakatan. Pada gaya ini, pihak yang berkonflik saling memberi dan
menerima masukan dari pihak-pihak yang terlibat konflik maupun tidak. Akan tetapi,
penyelesaian konflik pada gaya ini terkadang bersifat sementara dan mencegah
kreativitas dalam penyelesaian masalah.

c. Penghalusan (smoothing) berarti tindakan mendamaikan yang berusaha


untukmemperbaiki hubungan dan menghindarkan rasa permusuhan terbuka tanpa
memecahkan dasar ketidaksepakatan. Guru wali juga memakai gaya ini karena ada
tindakkan mendamaikan siswa yang berkonflik dengan cara menegurnya dan tanpa
ingin tahu apa yang diinginkan oleh siswanya. Penyelesaian konfliknya hanya bersifat
sementara dikarenakan tidak mencari tahu tentang permasalahan pokok yang ingin
dipecahkan.
Strategi dalam mengatasi konflik merupakan langkah meraih kedamaian
dalam sebuah permasalahan. Secara umum, mengatasi konflik dapat dilakukan
dengan cara menciptakan hubungan dan pemikiran positif terhadap diri sendiri
maupun orang lain, menumbuhkan rasa percaya diri, menumbuhkan kemampuan
yang tidak memaksakan diri, menjalin komunikasi dengan baik.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMA Negeri 1 Pangkalan Bun,
maka peneliti dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: Sikap solidaritas
siswa khususnya sikap kesetiakawanan siswa kelas XI IPS 3 adalah sebagai berikut:
Dalam keseharian sikap solidaritas siswa sudah berjalan dengan baik, seperti halnya
ada siswa yang sudah mengerti tentang solidaritas yang baik ada juga yang belum,
seperti masih ada siswa yang membuat kelompok pertemanan sendiri, adanya
pembedaan didalam memilih kelompok belajar, tidak bertanggung jawab dalam
mengerjakan tugas antar kelompok masih ada siswa yang hanya mengandalkan
kelompoknya saja seperti hanya menitip nama didalam tugas kelompok tanpa ada ikut
campur dalam pengerjaan tugas itu tadi, dan masih ada juga siswa yang tidak peduli
dengan sekelilingnya dan hanya memikirkan diri sendiri.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi solidaritas siswa seperti interaksi


interpersonal, rasa kebersamaan, dan saling percaya. Upaya yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan solidaritas adalah dengan meningkatkan keterbukaan
komunikasi antara siswa, memperkenalkan kegiatan sosial dan kesempatan untuk
meningkatkan kerja tim, serta pembinaan kepemimpinan pada siswa. Lebih lanjut,
penting untuk melibatkan guru dan orang tua dalam mengembangkan serta
mempraktikkan upaya-upaya tersebut. Guru dapat berperan sebagai mediator dalam
menyelesaikan konflik dan memastikan seluruh siswa terlibat dalam kegiatan kelas,
sementara orang tua dapat memfasilitasi interaksi sosial anak-anak di luar
sekolah.Dan dari hasil observasi kepada siswa saya melihat dan menemukan ada sifat
solidaritas siswa yang lainnya yaitu adanya sifat tanggung jawab di diri siswa itu
sendiri.
B. Saran
1. Bagi Guru

Peran guru hendaknya dapat mempertahankan dan ditingkatkan kembali untuk


keberhasilan didalam meningkatkan solidaritas kepada siswa. Sebagaimana kita
ketahui bahwasanya guru akan berperan sangat penting dalam mendidik dan
memotivasi siswa kearah yang baik lagi terutama bersikap solidaritas yang baik antar
sesama temannya. Guru juga harus bisa membentuk sikap sosial siswa yang lebih
positif yaitu dengan memberikan motivasi serta arahan ketika didalam kelas maupun
diluar kelas.

2. Bagi Sekolah

Untuk pihak Sekolah harus lebih unggul dalam menguatkan hubungan dan
tetap merangkul siswanya didalam proses belajar mengajar serta menanamkan sikap
solidaritas yang baik antar temannya agar kedepannya siswa bisa bersikap solidaritas
yang lebih tinggi dan baik lagi.

3. Bagi Siswa

Siswa diharapkan bisa bersikap solidaritas yang baik antar sesama temannya
baik itu didalam belajar kelompok maupun belajar seperti biasanya, siswa harus bisa
bersolidaritas yang baik antar individu dengan individu, individu dengan kelompok,
maupun kelompok dengan kelompok. Agar situasi didalam kelas menjadi lebih baik
lagi dari sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Hendyat Soetopo. (2010). Perilaku Organisasi, Teori Dan Praktik Dibidang Pendidikan.
Bandung: Remaja Rosdakarya.

H.A. Tabrani Rusyan. (2013). Seri Peningkatan Mutu Pendidikan: Membangun Disiplin
Karakter Anak Bangsa. Jakarta: Dinamika Pendidikan.

Imam Gunawan. (2013). Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik. Jakarta: Bumi
Aksara.
Nur Zazin. (2016). Kepemimpinan Transformasional Plus; Memahami Politik Mengelola
Konflik Organisasi. Sleman Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

Prahesti Khasanah. (2014). “Meningkatkan Kemampuan Manajemen Konflik Melalui


Konseling Kelompok”. Psikopedagogia. Vol. 3. No. 2. ISSN: 2301-6167.

Robbins Stephen P. dan Judge Timothy A. (2009). Perilaku Organisasi. Jakarta: Selemba
Empat.
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6167971/pengertian-solidaritas-prinsip-dan-
bentuknya

https://www.ruangguru.com/blog/dampak-konflik-sosial

https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-konflik/

You might also like