You are on page 1of 22

EPIDEMIOLOGI HIV DAN AIDS DI

INDONESIA

AFNI HERNALIA 21011076


JINIY PATMAWATI 21011077
MUHAMMAD IKRAM 21011060

DOSEN PENGAMPU : Dr. NOPRIADI. M.Kes

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS HANG TUAH PEKANBARU
2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayahnya kepada kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan ini dengan tepat waktu sesuai
dengan batas waktu yang telah ditentukan.

Makalah ini kami susun dengan semaksimal mungkin dengan bantuan dari rekan rekan
kelompok kami yang menyempatkan waktunya serta memberikan tenaga nya sehingga makalah
ini dapat terselesaikan. Untuk itu kami sangat berterima kasih kepada rekan rekan dan pihak
pihak lainnya yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari itu semua, kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah yang dibuat ini
masih terdapat kekurangan baik dari segi tata bahasanya maupun penyusunan kalimatnya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala kritik, masukkan, dan saran dari
pembaca sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.

Pekanbaru, 08 Juli 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
1.1 Latar belakang........................................................................................................................1
1.2 Tujuan.....................................................................................................................................2
1.3 Rumusan masalah...................................................................................................................3
BAB II..............................................................................................................................................4
PEMBAHASAN..............................................................................................................................4
2.1 Pengertian HIV/AIDS............................................................................................................4
2.2 Penyebab penyakit HIV/AIDS...............................................................................................4
2.3 Gejala penyakit HIV/AIDS....................................................................................................5
2.4 Proses penyebaran HIV/AIDS...............................................................................................6
2.5 Perkembangan penyakit HIV/AIDS di Indonesia..................................................................7
2.6 Cara Mencegah dan Menangani HIV/ AIDS.........................................................................8
2.7 Epidemologi HV dan AIDS di Indonesia tahun 2012..........................................................11
BAB III..........................................................................................................................................16
PENUTUP......................................................................................................................................16
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................................16
3.2 Saran.....................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Pada tahun 1981, beberapa pengamat melaporkan kejadian infeksi oportunis yang
disebabkan oleh mikroba patogen intraseluler dan kanker yang jarang yaitu sarcoma Kaposi,
pada populasi terbatas secara epidemiologi. Penyakit ini pertama dilaporkan pada
pertengahan tahun 1979 dan ditandai oleh cacat imun yang menyeluruh, disebut sindrom
imudefisiensi didapat (AIDS).

Mendengar kata virus membuat orang berfikir tentang hal yang membahayakan seperti
wabah ataupun penyakit yang mematikan, apalagi HIV/AIDS. Virus ini menyerang
kekebalan/ imunitas seseorang sehingga ketika orang tersebut terkena HIV tubuhnya tidak
dapat melawan infeksi walaupun hanya sesederhana virus influenza.

Permasalahan HIV ini merupakan persoalan kesehatan masyarakat yang sangat penting
dibeberapa negara, termasuk Indonesia dan bahkan memiliki implikasi yang bersifat
internasional. Banyak orang menganggap bahwa HIV adalah penyakit yang menyebabkan
penderitanya harus diisolasi dan dijauhkan dari kontak fisik apapun. Karena, Pada mulanya
kasus ini dilaporkan pada homoseksual aktif dan penyalah guna obat intravena. Selanjutnya
orang yang mendapat transfusi darah atau terapi komponen darah, anak-anak yang
dilahirkan dari ibu penyalah guna obat intravena atau wanita psk dan kontak seksual antara
laki-laki biseksual dan pengguna obat yang kemudian di identifikasi mempunyai cacat dan
manifestasi klinik yang sama. Banyak orang dengan AIDS kemudian menderita penyakit
prodormal yang lamanya bervariasi ditandai oleh demam, limfadenopati generalisata,
malaise, kehilangan berat badan, sariawan dan diarea. Sindrom prodromal ini disebut
kompleks terkait-AIDS ( AIDS-related Complex = ARC ). ( Shulman, stanfordt : 420 ).

AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndromeatau Acquired Immune Deficiency


Syndrome) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom) yang timbul karena
rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV; atau infeksi virusvirus
lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan Iain-lain).1 Virusnya sendiri
bernama Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV) yaitu virus yang
memperlemah
1
kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap
infeksi oportunistik ataupun mudah terkena rumor. Meskipun penanganan yang telah ada
dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa
disembuhkan.

HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara
lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang
mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan presemmal, dan air susu ibu.
Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah,
jarum suntikyang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau
menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.Berbagai gejala
AIDS umumnya tidak akan terjadi pada orang-orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh
yang baik. Kebanyakan kondisi tersebut akibat infeksi oleh bakteri, virus, fungi dan parasit,
yang biasanya dikendalikan oleh unsur-unsur sistem kekebalan tubuh yang dirusak HIV.
Infeksi oportunistik umum didapati pada penderita AIDS. HIV mempengaruhi hampir semua
organ tubuh. Penderita AIDS juga berisiko lebih besar menderita kanker seperti sarkoma
kaposi, kanker leher rahim, dan kanker sistem kekebalan yang disebut limfoma.4 Biasanya
penderita AIDS memiliki gejala infeksi sistemik; seperti demam, berkeringat (terutama pada
malam hari), pembengkakan kelenjar, kedinginan, merasa lemah, serta penurunan berat badan.
Infeksi oportunistik tertentu yang diderita pasien AIDS, juga tergantung pada tingkat
kekerapan terjadinya infeksi tersebut di wilayah geografis tempat hidup pasien.

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui HIV dan AIDS
2. Untuk mengetahui penyebab penyakit HIV/AIDS
3. Untuk mengetahui gejala penyakit HIV/AIDS
4. Untuk mengetahui proses penyebaran HIV/AIDS
5. Untuk mengetahui perkembangan penyakit HIV/AIDS di Indonesia
6. Untuk mengetahui cara pencegahan dan penanganan HIV/AIDS

2
1.3 Rumusan masalah
1. Apa itu HIV/AIDS?
2. Apa penyebab penyakit HIV/AIDS?
3. Apa gejala penyakit HIV/AIDS?
4. Bagaimana proses penyebaran penyakit HIV/AIDS?
5. Bagaimana perkembangan penyakit HIV/AIDS di Indonesia?
6. Bagaimana cara mencegah dan menangani HIV/AIDS?

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian HIV/AIDS


Human Immunodeficiency Virus atau yang sering dikenal dengan HIV adalah virus yang
bisa menyebabkan suatu kondisi yang disebut AIDS. Virus ini hidup dalam cairan tubuh
seperti darah, air mani, dan cairan vagina. Virus ini memperlemah kekebalan pada tubuh
manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi opertunistik
ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat
laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.

HIV sendiri adalah retrovirus yang biasanya menyerang organ-organ vital sistem
kekebalan manusia seperti sel T CD4+ (sejenis sel T), makrofag, dan sel dendritik. HIV
merusak sel T CD4+ secara langsung dan tidak langsung, padahal sel T CD4+ dibutuhkan
agar sistem kekebalan tubuh dapat berfungsi baik. Bila HIV telah membunuh sel T CD4 +
hingga jumlahnya menyusut sampai kurang dari 200 per mikroliter darah, maka kekebalan di
tingkat sel akan hilang, dan akibatnya ialah kondisi yang disebut AIDS. Infeksi akut HIV
akan berlanjut menjadi infeksi laten klinis kemudian timbul gejala infeksi HIV awal, dan
akhirnya AIDS yang diidentifikasi dengan memeriksa jumlah sel T CD4 + di dalam darah
serta adanya infeksi tertentu.

Acquired Immunodeficiency Syndrome atau yang sering dikenal dengan AIDS adalah
sekumpulan gejala dan infeksi yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia
akibat infeksi virus HIV atau infeksi virus-virus lain yang menyerang spesies lainnya (SIV,
FIV,dll). Gejala AIDS sangat terkait dengan infeksi yang seseorang alami sebagai akibat
dari kerusakan sistem imun.

2.2 Penyebab penyakit HIV/AIDS


Penyebab disfungsi imun yang membawa kepada AIDS adalah infeksi dengan retrovirus,
virus imunodifisiensi manusia tipe 1 atau 2. Retrovirus ini berhubungan dengan sejumlah
retrovirus primata yang menyebabkan sindrom. HIV-1 adalah virus yang pertama dikenali
dan diisolasi. Analisis genetic menunjukkan bahwa HIV- 1 dan HIV-2 sangat terkait
dengan

4
kelompok lentivirus dari retrovirus dan dengan consensus nama virus imunodefisiensi
diberikan untuk virus manusia baru ini.

2.3 Gejala penyakit HIV/AIDS


Instruksi Menteri Kesehatan Republik Indonesia No: 72/Menkes/Inst/Ii/1988 tentang
Kewajiban Melaporkan Penderita Dengan Gejala AIDS Menteri Kesehatan Republik
Indonesia.

Kebanyakan seseorang yang terkena ataupun terinfeksi HIV/AIDS memiliki gejala yang
ada pada deretan frekuensi menurun, yaitu sebagai berikut :

1. Mual, muntah, diare

Orang yang dinyatakan positif terkena penyakit HIV/AIDS akan mengalami diare
secara terus-menerus dengan disertai mual dan muntah.

2. Nyeri otot

Penderita HIV/AIDS akan mengalami nyeri pada bagian ototnya yang terasa tidak
normal dan tidak biasa karena nyeri ini disebabkan oleh peradangan yang terjadi pada
kelenjar getah bening.

3. Ruam kulit

Ruam kulit merupakan salah satu tanda awal yang akan terjadi pada penderita
HIV/AIDS yaitu dengan timbulnya jerawat, bisul yang timbul secara tiba-tiba.

4. Penurunan berat badan

Salah satu gejala yang paling sering dialami penderita HIV/AIDS yaitu penurun
berat badan secara drastis dan tiba-tiba.

5. Batuk kering

Penderita HIV/AIDS akan mengalami batuk yang tidak kunjung sembuh dan
menjadi semakin parah. Hal ini terjadi karena virus HIV/AIDS sudah menyerang
kekebalan tubuh dan menyerang sel-sel lain yang ada didalam tubuh.

5
6. Demam

Demam juga tanda awal seseorang terkena HIV/AIDS. Bahkan penderita akan
berkeringat pada malam hari walaupun cuaca sedang dingin. Biasanya penderita juga
akan mengalami sakit pada bagian tenggorokan.

7. Perubahan pada kuku

Biasanya penderita HIV/AIDS akan mengalami perubahan pada kukunya menjadi


sedikit lebih tebal dan melengkung, bahkan akan mengalami perubahan pada warna
kukunya.

8. Limfadenopati

Adanya pembekakan pada kelenjar limfe merujuk pada ketidak normalan kelenjar
getah bening dalam ukuran, konsistensi atau pun jumlahnya.

9. Hepatomegaly

Terjadinya pembesaran ukuran organ hati yang melebihi ukuran normalnya.

10. Splenomegaly

Pembesaran limpa akibat proliferasi limfosit dalam limpa karena infeksi di tempat
lain tubuh.

11. Gangguan pertumbuhan,

2.4 Proses penyebaran HIV/AIDS


Pada dasarnya HIV adalah virus yang dapat menular dari satu orang ke orang yang
lainnya.
Berikut beberapa cara penularan HIV/AIDS :

1. Hubungan seksual (Kontak Seksual)

Menurut Irianto (2014:467) berbagai aktivitas seksual memberikan resiko


penularan HIV yang berbeda-beda. Berdasarkan urutan kemungkinan resiko penularan
HIV dari paling tinggi sampai yang terendah pada berbagai aktivitas seksual yaitu dengan
Receptive anal intercouse, Receptive vaginal intercouse, Insertive vaginal intercouse,

6
Insertive anal intercouse, Oral contact, Sexual intercouse with condom, Wet kissing or
deep/ tongue kissing.

2. Kontak Darah dengan Darah (Transfusi Darah)

HIV terdapat didalam darah, setiap kontak dengan darah yang terinfeksi HIV
berpotensi menyebabkan infeksi. Metode infeksi yang paling umum adalah melalui
berbagi peralatan injeksi diantara pengguna obat terlarang yang diinjeksikan (French,
2015:66).

3. Penularan Kepada Janin dari Ibu Penderita AIDS

HIV dapat ditularkan dari Ibu ke bayinya, baik sebelum atau selama kelahiran dan
ketika menyusui. Semua Ibu hamil dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan HIV untuk
mempermudah pencegahan virus dari Ibu ke anak apabila Ibunya dinyatakan positif
mengidap HIV.

4. Pengguna NAPZA dengan jarum suntik

Apabila seseorang menggunakan jarum suntik untuk keperluan yang menyimpang


seperti penggunaan narkotika dan sejenisnya apalagi digunakan secara bergantian dengan
orang lain, maka salah satu diantara orang yang menggunakan jarum suntuk tersebut
memiliki resiko terkena penyakit ataupun tertular HIV/AIDS.

2.5 Perkembangan penyakit HIV/AIDS di Indonesia


Walaupun agama dan budaya indonesia tidak permisive terhadap hubungan seks diluar
nikah, dalam kenyataannya penularan melalui hubungan seksual meningkat dihampir semua
provinsi. Dari hasil penilitian perilaku diketahui bahwa lebih dari separuh laki-laki dari
kelompok tertentu baik yang sudah menikah maupun belum menikah, pernah berhubungan
seks dengan wanita penjaja seks dalam tahun terakhir. Dalam hubungan ini sembilan
diantara sepuluh orang tidak selalu menggunakan kondom, dan angka ini merupakan yang
terendah di bandingkan dengan negara Asia lainnya. Dengan perilaku berisiko ini laki-laki
dapat tertular ataupun menularkan HIV kepada pasangannya, istrinya selanjutnya kepada
bayinya. Angka kejadian infeksi HIV pada ibu hamil dari survei di propinsi Riau dan Papua
adalah 0,35% dan 0,25%. Namun dari hasil testing sukarela pada ibu hamil di DKI Jakarta
ditemukan infeksi HIV sebesar 2, 86%. Dalam kelompok wanita penjaja seks
7
kecenderungan meningkat

8
dibeberapa provinsi misalnya Papua, Riau dan Jawa Barat angka infeksi sudah diatas 5%. Di
kota Besar seperti Jakarta, Surabaya walaupun masih dibawah 5% tetapi terlihat meningkat
pula pada dua tahun terakhir ini.

Angka kejadian infeksi HIV pada kelompok pengguna NAPZA suntik meningkat dari
tahun ke tahun misalnya di Jakarta dari 15% dua tahun yang lalu sudah menjadi 47% pada
awal tahun 2002. Jumlah kumulatif kasus AIDS yang dilaporkan sampai dengan 2001
berjumlah 671 dan 1904 HIV. Dilihat dari jenis kelamin, sebagian besar AIDS (79,1%)
terdapat pada laki-laki dan 20.9% pada perempuan. Bila di lihat menurut kelompok umur,
94% mengenai usia 15-49 tahun (umur seksual aktif), dimana 73% menyerang usia 20-39
tahun. Dari cara penularan, 68% terjadi melalui hubungan seksual, dan 20,3% terjadi pada
pengguna NAPZA suntik.

Dari pengalaman beberapa negara seperti Thailand dan Cambodia sudah jelas tindakan
apa yang harus dilakukan, yaitu dengan promosi penggunaan kondom bagi mereka yang
berperilaku risiko tinggi dan pengurangan dampak buruk bagi penggunaan NAPZA suntink.
Kegiatan ini sebenarnya mudah tapi sering mengalami hambatan karena tidak ad dukungan
politik dari pengambilan keputusan baik dari politik, tokoh agama dan masyarakat. Hasil ini
berhasil dengan adanya komitmen politik yang kuat dari pemimpin semua tingkat. Dari
negara lain bis adilihat bila tidak didukung dengan kepemimpinan yang kuat, epidemi akan
bertamabah besar seperti negara yang cukup kaya Afrika Selatan dan Bostwana, dimana satu
orang dewasa diantara empat orang terkena infeksi HIV, padahal penyakit dapat dicegah
dengan metode yang sangat sederhana.

2.6 Cara Mencegah dan Menangani HIV/ AIDS


Ditinjau dari Undang-undang RI nomor 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular
agar penyebaran HIV/AIDS tidak semakin luas maka perlu dilakukan tindakan pencegahan
pada orang yang belum tertular dan penanganan pada orang yang telah tertular.

Cara mencegah HIV/AIDS:

1. Pencegahan secara khusus dapat dilakukan melalui pencegahan diri sendiri, dan
anggota keluarganya dari serangan penyakit AIDS. Pencegahan terhadap diri
sendiri dilakukan, antara lain :

9
a. Hubungan seksual hanya dengan istri sendiri, dan menghindarkan
hubungan seksual di luar nikah.

b. Menggunakan alat kontrasepsi saat berhubungan seksual.

c. Menghindari hubungan seksual bila sedang mengalami luka pada alat


kelamin serta menghindari penggunaan alat-alat tertentu saat berhubungan
seksual yang mungkin saja dapat menimbulkan luka.

d. Menghindari penyalahgunaan narkotika terutama yang menggunakan


suntikan.

e. Menghindari penggunaan pisau cukur, gunting kuku, atau sikat gigi milik
orang lain, karena alat-alat tersebut mungkin saja mengandung virus HIV.

f. Mengadakan pemeriksaan darah untuk mengetahui apakah mengidap virus


HIV atau tidak.

2. Pencegahan dari serangan penyakit AIDS terhadap anggota keluarga, antara lain
:

a. Setiap orang tua harus menjaga diri dari perbuatan yang memungkinkan
tertular virus HIV.

b. Ibu yang sedang hamil agar melakukan pemeriksaan kesehatannya dengan


rutin untuk menjaga diri dari kemungkinan terinfeksi virus HIV.

c. Menjaga kesehatan anak, terutama balita yang belum mempunyai daya


tangkal kuat terhadap penyakit, terutama penyakit AIDS.

d. Mendidik dan membimbing anaknya agar tidak berperilaku yang


memungkinkan tertular penyakit AIDS seperti seks bebas dan penggunaan
narkotika. ( Zuhroni, dkk, 2013 : 278 ).

e. Apabila seseorang telah terkena atau terjangkit penyakit AIDS,


hendaknya menjaga diri agar penyakit tersebut tidak menular kepada
orang lain, dengan cara tidak melakukan hubungan seksual, donor darah,
tidak melahirkan dan menyusui anak. Hal ini erat kaitanya dengan

10
Instruksi

11
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No: 72/Menkes/Inst/Ii/1988
tentang Kewajiban Melaporkan Penderita Dengan Gejala AIDS Menteri
Kesehatan Republik Indonesia.

f. Bagi seseorang wanita yang sudah positif terkena AIDS di sarankan tidak
hamil lagi.

g. Diusahakan agar pasangan suami istri selalu dapat menciptakan rumah


tangga yang rukun dan menjauhi dari hal-hal yang dapat menimbulkan
perselingkuhan.

3. Pencegahan menurut ketetapan pemerintah untuk ancaman HIV/AIDS:

a. Memperkuat keterbukaan dan keterlibatan masyarakat dalam melawan


diskriminasi dan stigmatisasi HIV/AIDS.

b. Memperkuat srategi penanggulangan HIV/AIDS.

c. Melakukan reformasi kebijakan sosial untuk mengurangi kerentanan


terhadap HIV/AIDS.

d. Menyusun rencana strategi Nasional Penanggulangan HIV/AIDS.

e. Memberikan informasi tentang bahaya HIV/AIDS sesuai Pasal 7 UU


Kesehatan bahwa setiap orang berhak mendapatkan informasi dan
edukasi tentang kesehatan serta informasi tentang data kesehatan
dirinya.

Cara menangani HIV/AIDS:

1. Dengan memakai obat:

a. NRTI(nucleotide reverce transcribtase inhibitor) merupakan obat anti


retrofrilar menangani infeksi HIV dengan menghambat replikasi HIV.

b. NNRTI(non nucleotide reverce transcribtase inhibitor) merupakan salah


satu golongan ARV yang bekerja pada tahap replikasi virus. Obat ini dapat
memrperlambat kecepakatan sintesis DNA HIV atau menghambat replikasi
virus.
12
c. PI(Protease inhibitor) merupakan obat yang menghambat enzim protease
sehingga bila kegiatan protease dihambat, virus yang baru yang matang
tidak dapat dibuat.

d. Fusion inhibitor ialah obat untuk melindungi sel dari infeksi oleh HIV
melalui pencegahan pengikatan virus pada sel dan menembus selaput yang
melapisi sel.

2. Rehabilitasi dan mendekatan diri kepada Tuhan YME

2.7 Epidemologi HV dan AIDS di Indonesia tahun 2012


Virus HIV diklasifikasikan ke dalam golongan lentivirus atau retroviridae. Virus ini
secara material genetik adalah virus RNA yang tergantung pada enzim reverse transcriptase
untuk dapat menginfeksi sel mamalia, termasuk manusia, dan menimbulkan kelainan
patologi secara lambat. Virus ini terdiri dari 2 grup, yaitu HIV-1 dan HIV-2. Masing-masing
grup mempunyai lagi berbagai subtipe, dan masing-masing subtipe secara evolusi yang
cepat mengalami mutasi. Diantara kedua grup tersebut, yang paling banyak menimbulkan
kelainan dan lebih ganas di seluruh dunia adalah grup HIV-1 (Zein, 2006).

Human Immunodeficiency Virus (HIV) dianggap sebagai virus penyebab AIDS. Virus ini
termaksuk dalam retrovirus anggota subfamili lentivirinae. Ciri khas morfologi yang unik
dari HIV adalah adanya nukleoid yang berbentuk silindris dalam virion matur. Virus ini
mengandung 3 gen yang dibutuhkan untuk replikasi retrovirus yaitu gag, pol, env. Terdapat
lebih dari 6 gen tambahan pengatur ekspresi virus yang penting dalam patogenesis penyakit.
Satu protein replikasi fase awal yaitu protein Tat, berfungsi dalam transaktivasi dimana
produk gen virus terlibat dalam aktivasi transkripsional dari gen virus lainnya. Transaktivasi
pada HIV sangat efisien untuk menentukan virulensi dari infeksi HIV. Protein Rev
dibutuhkan untuk ekspresi protein struktural virus. Rev membantu keluarnya transkrip virus
yang terlepas dari nukleus. Protein Nef menginduksi produksi khemokin oleh makrofag,
yang dapat menginfeksi sel yang lain (Brooks, 2005).

Sejak ditemukan tahun 1978, secara kumulatif jumlah kasus AIDS di Indonesia semakin
meningkat dari tahun ke tahun. berdasarkan data dari Ditjen PP & PL RI jumlah kumulatif
kasus AIDS sebagai berikut :

13
Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia
Dilapor s/d Desember 2013
Sumber : Ditjen PP & PL Kemenkes RI

Jumlah HIV & AIDS yang dilaporkan 1 Januari s.d. 31 Desember 2012 adalah:
Total HIV & AIDS reported from 1 January through 31 Desember 2012 are
¤ HIV= 29,037 ¤ AIDS = 5,608
Jumlah Kumulatif Kasus AIDS Menurut Golongan Umur (Cumulative AIDS Cases by
Age Group)

KELOMPOK UMUR PERSENTASI


<15 tahun 2,65%
15-19 tahun 3,05%
20-29 tahun 49,07%
30-39 tahun 30,14%
40-49 tahun 8,82%
50-59 tahun 2,655
≥60 tahun Tidak di 0,51%
ketahui 3,27%
Sumber : Ditjen PP & PL Kemenkes RI

Jumlah Kumulatif Kasus AIDS Menurut Jenis Kelamin (Cumulative AIDS Cases by Sex)

Jenis Kelamin/Sex AIDS

Laki-laki/Male 28,846

Perempuan/ 15,565
Female
Tak Diketahui/Unknown 7,937

Jumlah/Total* 52,348
Sumber : Ditjen PP & PL Kemenkes RI

14
Jumlah Kumulatif Kasus AIDS Menurut Faktor Risiko (Cumulative AIDS Cases by Mode
of Transmission)
Faktor Risiko/Mode of Transmission AIDS
32,719
Heteroseksual/Heterosexual Homo-
1,274
Biseksual/Homo-Bisexual IDU
8,407
Transfusi Darah/Blood Transfusion
123
Transmisi Perinatal/Perinatal Trans
Tak Diketahui/Unknown 1,438
7,954
Sumber : Ditjen PP & PL Kemenkes RI

Jumlah Kumulatif Kasus HIV & AIDS Berdasarkan Provinsi (Cumulative HIV & AIDS
Cases by Province)

NoPROPINSI HIV AIDS


Papua 14,087 10,116
Jawa Timur 16,235 8,725
DKI Jakarta 28,790 7,477
Jawa Barat 10,98 4,131
Bali 8,059 3,985
Jawa Tengah 6,963 3,339
Sulawesi Selatan 3,764 1,703
Kalimantan Barat 4,135 1,699
Sumatra Utara 7,967 1,301
Banten 3,179 1,042
Riau 1,733 992
Sumatra Barat 932 952
Di Yogyakarta 2,179 916
Sulawesi Utara 2,043 798
15
15 Nusa Tenggara Timur 1,581 496
16 Nusa Tenggara Barat 710 456
17 Maluku 1,187 437
18 Jambi 642 437
19 Lampung 939 423
20 Kepulauan Riau 3,902 382
21 Kalimantan Selatan 366 334
22 Kalimantan Timur 2,199 332
23 Sumatera Selatan 1,461 322
24 Bangka Belitung 429 303
25 Sulawesi Tenggara 226 212
26 Sulawesi Tengah 308 190
27 Papua Barat 2,344 187
28 Maluku Utara 206 165
29 NAD/Aceh 131 165
30 Bengkulu 236 160
31 Kalimantan Tengan 192 97
32 Gorontalo 51 68
33 Sulawesi Barat 33 6
Jumlah Total 127,416 52,384

Sumber : Ditjen PP & PL Kemenkes RI

Hal- hal yang mendorong penulis melakukan surveliens epidemiologi penyakit


HIV/AIDS ini adalah :

 Meningkatnya jumlah kasus penyakit HIV/AIDS

Surveilens epidemiologi di gunakan untuk menilai,memonitor dan merencanakan program


kesehatan pada umumnya terutama dalam kaitan kasus yang berhubungan dengan HIV/AIDS

Tiga kegiatan surveilens epidemiologi adalah :

 Pengumpulan data secara systematik,teratur dan terus menerus

16
 Pengolahan dan analisa dan interpresi data menghasilkan suatu informasi.
 Penyebaran hasil informasi tersebut kepada orang orang atau lembaga berkepentingan.

17
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa HIV atau Human Immunodeficiency Virus
adalah virus yang bisa menyebabkan suatu kondisi yang disebut AIDS dan AIDS sendiri
adalah sekumpulan gejala dan infeksi yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh
manusia akibat infeksi virus HIV atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang
spesies lainnya.

HIV dapat memperkuat atau memperbanyak diri dalam tubuh manusia dengan
mengedarkan virusnya dalam aliran darah. Virus ini juga dapat ditransmisikan dari satu
manusia ke manusia lain dengan cara hubungan seksual (kontak seksual), kontak darah
dengan darah, dan penularan kepada janin dari ibu penderita AIDS.

3.2 Saran
Agar tidak terkena HIV/ AIDS dan menambah penyebaranya, masyarakat harus
memperkuat iman dengan meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan YME, menghindari seks
bebas, penggunaan NAPZA dengan alat injeksi, dan penggunaan tato di sembarang tempat.

Setelah mengetahui apa itu HIV/AIDS, bagaimana penyebarannya, dan


penanggulangannya, sebagai individu yang sehat tidak boleh mengucilkan seorang penderita
HIV/ AIDS karena penderita tidak hanya memerlukan pemulihan tapi juga dukungan moral.

18
DAFTAR PUSTAKA

Irianto, Koes. 2014. Seksologi Kesehatan. Bandung : Alfabeta CV.

Sidang Kabinet Sesi Khusus HIV/AIDS. 2002. Penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia.

KEMENKES. Program PengendalianHIV AIDS dan PIMSFasilitas Kesehatan Tingkat Pertama.


https://siha.kemkes.go.id/portal/files_upload/BUKU_3_PENGENDALIAN_HIV_COLOR_A5_15
x21_cm.pdf

19

You might also like