You are on page 1of 48

BAB I

1. PERSIAPAN TANAH DILAPANGAN

1.1 Latar Belakang

Tanah merupakan salah satu bahan yang memiliki hubungan erat dengan
bangunan. Tanah sangat berpengaruh terhadap kondisi seluruh bangunan, baik
bangunan gedung, bangunan jalan, maupun bangunan jembatan, untuk itu tanah
menjadi komponen yang sangat diperhatikan dalam berbagai pekerjaan konstruksi
tersebut (Yuliet, et.al, 2013). Tanah merupakan lapisan permukaan bumi yang secara
fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran penopang
tumbuh tegaknya tanaman dan penyuplai kebutuhan air dan udara. Secara kimiawi
berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi (senyawa organik dan
anorganik sederhana) dan unsur-unsur esensial. Sedangkan biologis berfungsi sebagai
habitat biota (organisme) yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara dan zat-zat
aditif bagi tanaman. Ketiga hal tersebut secara integral mampu menunjang
produktivitas tanah untuk menghasilkan biomass dan produksi bagi tanaman
(Hanafiah, 2013).
Tanah merupakan material utama dalam dunia konstruksi, karena semua
bangunan akan bertumpu pada tanah. Tetapi tidak semua tanah baik digunakan
sebagai tanah dasar suatu bangunan, sebab ada beberapa jenis tanah yang bermasalah
baik dari segi daya dukung tanah dimana daya dukung terkait dengan kuat geser tanah
dan stabilitas tanah yang terkait dengan deformasi atau penurunan tanah (total
settlement dan differential settlement). Salah satu tanah yang biasa ditemukan pada
suatu konstruksi yaitu jenis tanah lempung. Untuk itu, dalam merencanakan suatu
konstruksi harus dilakukan penyelidikan terlebih dahulu terhadap karakteristik dan
kekuatan tanah, terutama sifat - sifat tanah yang mempengaruhi daya dukung tanah
dalam menahan beban konstruksi yang ada diatasnya (Lestari, 2014).
Ariyani dan Yuni (2011) menjelaskan bahwa tanah berfungsi sebagai dasar untuk
meletakkan suatu bangunan struktur harus memiliki sifat dan daya dukung yang baik,
karena kemampuan tanah dasar dalam menerima dan meneruskan beban yang bekerja
sangat mempengaruhi kekuatan dari struktur bangunan secara langsung. Tidak semua
tanah di alam ini mempunyai sifat dan daya dukung yang baik sebagai dasar dari
bangunan. Tanah yang tidak mempunyai sifat dan daya dukung baik sering dijumpai
pada beberapa lokasi.
Inceptisols termasuk salah satu ordo lahan kering dengan kesuburan relatif rendah
yang banyak digunakan untuk membudidaya-kan tanaman jagung. Di Indonesia tanah
Inceptisol menempati 37,5 % dari total daratan atau seluas 70,52 juta hektar (Yuniarti
et.al., 2019). Tanah Inceptisols memiliki kandungan bahan organik rendah, pH yang
masam, kapasitas tukar kation (KTK) rendah sampai tinggi, serta kejenuhan basa
(KB) rendah sampai tinggi (Damanik et.al, 2011). Inceptisol banyak digunakan
sebagai lahan pertanian intensif, karena pengelolaannya kurang tepat, maka sebagian
besar Inceptisol tingkat kesuburannya menjadi rendah. Hal tersebut ditunjukan oleh
kemasaman tanah, kandungan bahan organik, dan nitrogen yang rendah. Menurut
Munir (1996), Inceptisol adalah tanah yang tergolong masih muda atau tanah yang
sedang mulai berkembang. Profil Inceptisol mempunyai horizon yang
pembentukannya agak lambat sebagai hasil alterasi bahan induk. Tekstur tanah
biasanya beragam dari kasar hingga halus, hal ini tergantung pada tingkat pelapukan
dari bahan induknya. Bentuk lahan beragam dari berombak hingga bergunung.
Kesuburan tanahnya rendah dikarenakan kandungan bahan organik tanah,
kemasaman, dan kandungan beberapa unsur makro rendah.

1.2 Rumusan masalah

 Untuk mengambil contoh tanah utuh di lapangan


 Untuk melihat struktur dan fisiologi tanah dilapangan
 Untuk menentukan struktur tanah dan fisologis perlapisan secara langsung
dilapangan
 Untuk mepersiapkan tanah utuh yang akan di analisis di laboraturium

1.3 Tujuan Praktikum


 Dapat mengambil contoh tanah utuh yang baik
 Dapat menetukan dan melihat struktur dan fisiologi tanah dilapangan
 Dapat menetuukan struktur tanah dan fisiologi tanah perlapisan secara
langsung
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.2.1 Tanah
Tanah merupakan lapisan teratas lapisan bumi. Tanah memiliki ciri khas dan
sifat-sifat yang berbeda antara tanah di suatu lokasi dengan lokasi yang lain. Menurut
Fauizek et.al (2018), Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang berasal dari
material induk yang telah mengalami proses lanjut, karena perubahan alami di bawah
pengaruh air, udara, dan macam-macam organisme baik yang masih hidup maupun
yang telah mati. Tingkat perubahan terlihat pada komposisi, struktur dan warna hasil
pelapukan. Menurut Apriliyandi (2017), tanah adalah ikatan antara butiran yang
relatif lemah dapat disebabkan oleh karbonat, zat organik, atau oksida-oksida yang
mengendap-ngendap di antara partikel-partikel. Ruang di antara partikel-partikel
dapat berisi air, udara, ataupun yang lainnya.Tanah terdiri dari partikel pecahan
batuan yang telah diubah oleh proses kimia dan lingkungan yang meliputi pelapukan
dan erosi. Tanah berbeda dari batuan induknya karna interaksi antara, hidrosfer,
atmosfer, litosfer dan biosfer ini adalah campuran dari konstituen mineral dan organik
yang dalam keadaan padat,gas, dan cair (Susanto 2015).
Tanah adalah suatu benda alam yang terdapat dipermukaan kulit bumi, yang
tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil pelapukan batuan, dan bahan-bahan
organik sebagai hasil pelapukan sisa-sisa tumbuhan dan hewan, yang merupakan
medium atau tempat tumbuhnya tanaman dengan sifat-sifat tertentu, yang terjadi
akibat dari pengaruh kombinasi faktor-faktor iklim, bahan induk, jasad hidup, bentuk
wilayah dan lamanya waktu pembentukan (Yuliprianto, 2010). Bahan penyusun tanah
tersusun atas empat komponen, yaitu bahan padat mineral, bahan padat organik, air,
dan udara. Bahan padat mineral terdiri atas bibir batuan dan mineral primer, lapukan
batuan dan mineral, serta mineral sekunder. Bahan padat organik terdiri atas sisa dan
rombakan jasad, terutama tumbuhan, zat humik, dan jasad hidup penghuni tanah,
termasuk akar tumbuhan hidup (Darusman, 2006).
Pada awal mula terbentuknya tanah disebabkan oleh pelapukan batuan menjadi
partikel-partikel yang lebih kecil akibat proses mekanis dan kimia. Pelapukan
mekanis disebabkan oleh memuai dan menyusutnya batuan oleh perubahan panas dan
dingin yang terus-menerus (cuaca, matahari dan lain-lain) dan juga akibat gerusan
oleh aliran air yang akhirnya menyebabkan hancurnya batuan tersebut. Dalam proses
pelapukan mekanis tidak terjadi perubahan susunan kimiawi dari mineral batuan
tersebut. Pada proses pelapukan kimia mineral batuan induk diubah menjadi mineral-
mineral baru melalui reaksi kimia. kata "tanah" merujuk ke material yang tidak
membatu, tidak termasuk batuan dasar, yang terdiri dari butiran-butiran mineral yang
memiliki ikatan yang lemah serta memiliki bentuk dan ukuran, bahan organik, air dan
gas yang bervariasi. Jadi tanah meliputi gambut, tanah organik, lempung, lanau, pasir
dan kerikil atau campurannya ( Zainanda, 2012).
Definisi tanah secara mendasar dikelompokkan dalam tiga defenisi, yaitu
berdasarkan pandangan ahli geologi, berdasarkan pandangan ahli ilmu alam murni
dan berdasarkan pandangan ilmu pertanian. Menurut ahli geologi, tanah di
definisikan sebagai lapisan permukaan bumi yang berasal dari batuan yang telah
mengalami serangkaian pelapukan oleh gaya-gaya alam, sehingga membentuk
regolith (lapisan pertikel halus). Menurut ahli ilmu alam murni, tanah didefinisikan
sebagai bahan padat (baik berupa mineral maupun organik) yang terletak
dipermukaan bumi, yang telah dan sedang serta terus mengalami perubahan yang
dipengaruhi oleh faktor-faktor: bahan induk, iklim, organisme, topografi, dan waktu.
Menurut ahli pertanian, tanah di defenisikan sebagai media tempat tumbuh tanaman
(AAK. 2010.).
Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat
tumbuh dan berkembangnya perakaran sebagai penopang tumbuh tegaknya tanaman
dan menyuplai kebutuhan air dan hara ke akar tanaman. Secara kimiawi berfungsi
sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi (baik berupa senyawa organik
maupun anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial, seperti : N, P, K, Ca, Mg, S,
Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl); dan secara biologis berfungsi sebagai habitat dari organisme
tanah yang turut berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat
adiktif bagi tanaman; yang ketiganya (fisik, kimia dan biologi) secara integral mampu
menunjang produktifitas tanah untuk menghasilkan biomassa dan produksi baik
tanaman pangan, tanaman sayur - sayuran, tanaman hortikultura, tanaman obat-
obatan, tanaman perkebunan, dan tanaman kehutanan (AAK. 2010).
Menururt Hardjowigeno (2010), tanah yang telah berkembang mempunyai sifat
yang berbeda-benda meliputi perbedaan sifat profil tanah seperti jenis dan susunan
horizon, kedalaman solum tanah, kandungan bahan organik dan liat, kandungan air,
dan sebagainya. Ada dua belas ordo tanah menurut Soil Taxonomy yaitu entisol,
andisol, inseptisol, vertisol, ultisol, oxisol, alfisol, mollisol, spodosol, histosol,
aridisol, dan gleisol (Saridevi, 2013).
Tanah mempunyai sifat kompleks, terdiri atas komponen padat yang berinteraksi
dengan cairan dan udara. Komponen pembentuk tanah merupakan padatan, cairan
dan udara jarang berada dalam kondisi setimbang, selalu berubah mengikuti
perubahan yang terjadi di atas permukaan tanah yang dipengaruhi oleh suhu udara,
angin dan sinar matahari. Pengambilan contoh tanah merupakan tahap penting untuk
penetapan sifat-sifat fisik tanah di laboratorium. Prinsipnya, hasil analasis sifat fisik
tanah harus dapat menggambarkan keadaan sesungguhnya dari sifat fisik tanah di
lapangan.Contoh tanah adalah suatu volume massa tanah yang diambil dari suatu
bagian tubuh tanah (horizon/lapisan/solum) dengan cara-cara tertentu disesuaikan
dengan sifat-sifat yang akan diteliti secara lebih detail di laboratorium. Pengambilan
contoh tanah dapat dilakukan dengan 2 teknik yaitu pengambilan contoh tanah secara
utuh dan pengambilan contoh tanah secara tidak utuh (Lugito, 2012).
Ada 3 macam pengambilan contoh tanah yaitu pertama contoh tanah utuh yang
diperlukan untuk analisis penetapan berat isi, ukuran pori, dan permeabilitas. Kedua,
contoh tanah dalam keadaan agregat utuh untuk penetapan kemantapan agregat dan
kemantapan agregat ukuran. Dan terakhir, contoh tanah terganggu, yang diperlukan
untuk penetapan kadar lengas, tetapan atterberg, kenaikan kapiler, sudut singgung,
kadar air, pH tanah, kandungan bahan organik, dan juga kandungan unsur hara tanah
seperti P–tersedia, total N, dan lain–lain (Maryenti, 2012).
Menurut Fauizek et.al (2018), tanah adalah campuran partikel-partikel yang
terdiri dari salah satu atau seluruh jenis berikut :
 Berangkal (boulders), merupakan potongan batu yang besar, biasanya lebih
besar dari 250 mm sampai 300 mm. Untuk kisaran antara 150 mm sampai 250
mm, fragmen batuan ini disebut kerakal (cobbles).
 Kerikil (gravel), partikel batuan yang berukuran 5 mm sampai 150 mm.
 Pasir (sand), partikel batuan yang berukuran 0,074 mm sampai 5 mm, berkisar
dari kasar (3-5 mm) sampai halus (kurang dari 1 mm).
 Lanau (silt), partikel batuan berukuran dari 0,002 mm sampai 0,074 mm.
Lanau dan lempung dalam jumlah besar ditemukan dalam deposit yang
disedimentasikan ke dalam danau atau di dekat garis pantai pada muara
sungai.
 Lempung (clay), partikel mineral yang berukuran lebih kecil dari 0,002 mm.
Partikel-partikel ini merupakan sumber utama dari kohesi pada tanah yang
kohesif.
 Koloid (colloids), partikel mineral yang “diam” yang berukuran lebih kecil
dari 0,001 mm.

Fungsi utama tanah adalah sebagai media tumbuh makhluk hidup. Proses
pembentukan tanah dimulai dari hasil pelapukan batuan induk menjadi bahan induk
tanah, diikuti oleh proses pencampuran bahan organik yaitu sisa-sisa tumbuhan yang
dilapuk oleh mikroorganisme dengan bahan mineral dipermukaan tanah,
pembentukan struktur tanah, pemindahan bahan-bahan tanah dari bagian atas ke
bagian bawah dan berbagai proses lain, sehingga apabila kita menggali lubang pada
tanah maka akan terlihat lapisan-lapisan tanah yang berbeda sifat fisik, kimia, dan
biologinya, lapisan-lapisan inilah yang disebut dengan horizon tanah yang terbentuk
dari mineral anorganik akar. Susunan horizon tanah tersebut biasa disebut profil tanah
(Hanafiah 2014).
2.2 Tekstur Tanah
Tekstur tanah yang menunjukkan kasar halusnya tanah. Hal ini dapat dilihat
bahwa makin makin kecil ukuran separate berarti makin banyak jumlah dan makin
luas permukaannya. Persatuan bobot tanah, yang menunjukkan makin padatnya,
partikel-partikel persatuan volume tanah. Hal ini berarti makin banyak ukuran pori
mikro yang terbentuk, sebaliknya jika ukuran separate makin besar (Kemas, 2010).
Tekstur tanah mempunyai hubungan dekat dengan kemampuan tanah mengikat
lengas, udara tanah, dan hara tanah. Tekstur tanah juga mempengaruhi ruang
pergerakkan tanaman, lkonsistensi, dan pengelolaan tanah. Selain itu juga,
berpengaruh pada tingkat kesuburan tanah, yaitu pada tanah pasiran, tanah
lempungan, dan tanah debuan (Rachman, 2009). Dilaboratorium, tekstur tanah
umumnya ditetapkan melalui dua metode, yaitu metode pipet atau metode
hydrometer, yang keduanya didasarkan pada perbedaan kecepatan jatuhnya partikel-
partikel tanah didalam air dengan asumsi bahwa kecepatan jatuhnya partikel yang
berkerapatan sama dalam suatau larutan akan meningkat secara linier apabila radius
partikel bertambah secara kuadratik (Kemas, 2014). Konsistensi tanah merupakan
ketahanan tanah terhadap tekanan gaya-gaya dari luar, yang merupakan indikator
derajat manifestasi kekuatan dan corak gaya-gaya fisik yang bekerja pada tanah
selaras dengan tingkat kejenuhan airnya (Hanafiah 2014). Warnah tanah merupakan
salasatu ciri tanah yang jelas dan paling menonjol sehingga muda terlihat dan sering
digunakan dalam memerikan dari pada ciri tanah lain, kususnya orang awam. Warna
tanah tidak secara langsung mempengaruhi pertumbuhan tanaman, tetapi tak
langsung melalui daya pengaruhnya atas suhu dan legas tanah (Susanto 2015).

2.1 Faktor-Faktor Pembentuk Tanah


Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembentukan tanah, antara lain:
1. Iklim
2. Organisme
3. Batuan Induk
4. Vegetasi
5. Relief (tinggi rendahnya permukaan)
6. Waktu
Iklim ini terbagi menjadi dua, yaitu suhu dan curah hujan. Suhu akan berpengaruh
terhadap proses pelapukan bahan induk. Apabila fluktuasi suhu tinggi, maka proses
pelapukan akan berlangsung cepat sehingga pembentukan tanah juga cepat.
Sedangkan, curah hujan akan berpengaruh terhadap kekuatan erosi dan pencucian
tanah, sedangkan pencucian tanah yang cepat menyebabkan tanah menjadi asam (pH
tanah menjadi rendah). Pengaruh suhu terhadap pembentukan tanah dapat terjadi
dalam dua cara, yakni memperbesar evapotranspirasi (penguapan tanah) sehingga
mempengaruhi tingkat kelembaban tanah dan mempercepat reaksi kimia dalam tanah.
Dalam pembentukan tanah, yang berpengaruh adalah kandungan jumlah air dalam
tanah. Suhu udara dan curah hujan yang tinggi dapat melakukan proses pelapukan
dan pencucian (Anonim 1, 2012)
Organisme sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah dalam hal:
1. Membantu proses pelapukan baik pelapukan organik maupun pelapukan
kimiawi. Pelapukan organik adalah pelapukan yang dilakukan oleh makhluk hidup
(hewan dan tumbuhan), sedangkan pelapukan kimiawi terjadi oleh proses kimia
seperti batu kapur yang larut oleh air.
2. Membantu proses pembentukan humus. Tumbuhan akan menghasilkan dan
menyisakan daun-daunan dan ranting-ranting yang menumpuk di permukaan tanah.
Daun dan ranting itu akan membusuk dengan bantuan jasad renik/mikroorganisme
yang ada di dalam tanah.
3. Pengaruh jenis vegetasi terhadap sifat-sifat tanah sangat nyata terjadi di daerah
beriklim sedang seperti di Eropa dan Amerika. Vegetasi hutan dapat membentuk
tanah hutan dengan warna merah, sedangkan vegetasi rumput membentuk tanah
berwarna hitam karena banyak kandungan bahan organik yang berasal dari akar-akar
dan sisa-sisa rumput.
4. Kandungan unsur-unsur kimia yang terdapat pada tanaman berpengaruh
terhadap sifat-sifat tanah. Contoh, jenis tanaman cemara akan memberi unsur-unsur
kimia seperti Ca, Mg, dan K yang relatif rendah, akibatnya tanah di bawah pohon
cemara, derajat keasamannya lebih tinggi daripada tanah yang ada di bawah pohon
jati. (Anonim 1, 2012)
Bahan induk terdiri atas batuan vulkanik, batuan beku, batuan sedimen (endapan),
dan batuan metamorf. Batuan induk itu akan hancur menjadi bahan induk, kemudian
akan mengalami pelapukan dan menjadi tanah. Tanah yang terdapat di permukaan
Bumi sebagian memperlihatkan sifat (terutama sifat kimia) yang sama dengan bahan
induknya. Bahan induk terkadang masih terlihat pada tanah baru, misalnya tanah
bertekstur pasir berasal dari bahan induk yang kandungan pasirnya tinggi. Susunan
kimia dan mineral bahan induk akan memengaruhi intensitas tingkat pelapukan dan
vegetasi di atasnya. Bahan induk yang banyak mengandung unsur Ca akan
membentuk tanah dengan kadar ion Ca yang banyak pula, akibatnya pencucian asam
silikat dapat dihindari dan sebagian lagi dapat membentuk tanah yang berwarna
kelabu. Sebaliknya bahan induk yang kurang kandungan kapurnya membentuk tanah
yang warnanya lebih merah. (Anonim 1, 2012)
Keadaan relief suatu daerah akan memengaruhi:
1. Tebal atau tipisnya lapisan tanah
Daerah yang memiliki topografi miring dan berbukit, lapisan tanahnya lebih tipis
karena tererosi, sedangkan daerah yang datar lapisan tanahnya tebal karena terjadi
sedimentasi.
2. Sistem drainase
Daerah yang drainasenya jelek seperti sering tergenang menyebabkan tanahnya
menjadi asam.
Tanah merupakan benda alam yang terus-menerus berubah, akibat pelapukan dan
pencucian yang terus-menerus. Oleh karena itu, tanah akan menjadi semakin tua.
Mineral yang banyak mengandung unsur hara telah habis mengalami pelapukan,
sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk seperti kuarsa. Karena proses
pembentukan tanah yang terus berjalan, maka induk tanah berubah berturut-turut
menjadi tanah muda, tanah dewasa, dan tanah tua. (Anonim 1, 2012)
Tanah muda ditandai oleh masih tampaknya pencampuran antara bahan organik
dan bahan mineral atau masih tampaknya struktur bahan induknya. Contoh tanah
muda adalah tanah aluvial, regosol, dan litosol. Tanah dewasa ditandai oleh proses
yang lebih lanjut sehingga tanah muda dapat berubah menjadi tanah dewasa, yaitu
dengan proses pembentukan horizon B. Contoh tanah dewasa adalah andosol, latosol,
dan grumusol. Tanah tua proses pembentukan tanah berlangsung lebihlanjut sehingga
terjadi proses perubahan-perubahan yang nyata pada perlapisan tanah. Contoh tanah
pada tingkat tua adalah jenis tanah podsolik dan latosol tua (laterit). (Anonim 1,
2012)
Lamanya waktu yang diperlukan untuk pembentukan tanah berbeda-beda. Bahan
induk vulkanik yang lepas-lepas seperti abu vulkanik memerlukan waktu 100 tahun
untuk membentuk tanah muda dan 1.000–10.000 tahun untuk membentuk tanah
dewasa. Dengan melihat perbedaan sifat faktor-faktor pembentuk tanah tersebut, pada
suatu tempat tentunya akan menghasilkan ciri dan jenis tanah yang berbeda-beda
pula. Sifat dan jenis tanah sangat tergantung pada sifat-sifat faktor pembentukan
tanah. Kepulauan Indonesia mempunyai berbagai tipe kondisi alam yang
menyebabkan adanya perbedaan sifat dan jenis tanah di berbagai wilayah, akibatnya
tingkat kesuburan tanah di Indonesia juga berbeda-beda. (Anonim 1, 2012) Periode
pembentukan akan menentukan jenis dan sifat tanah yang terbentuk disuatu kawasan,
karena waktu memberikan kesempatan kepada empat faktor pebentukan tanah untuk
mempengaruhi proses-proses pembentukan tanah. Tahap awal terjadi pencampuran
bahan organik dan perubahan kimia dan mineralogi pada bahan induk, selanjutnya
perubahan kimia, mineralogi dan fisika tanah, sehingga membentuk horison yang
jelas, hingga dapat mencapai keadaan steady state, yaitu keadaan tanah yang tidak
berubah dalam waktu yang lama (Hanafiah 2014).
Iklim adalah rata-rata cuaca semua energi untuk membentuk tanah datang dari
matahari berupa penghancuran secara radio aktif yang menghasilkan gaya dan panas.
Enegi matahari menyebabkan terjadinya fotosintesis (asimilasi) pada tumbuhan dan
gerakan angin menyebabkan transvirasi dan evaforasi (keduanya disebut
evafotranspirasi). Akibat langsung dari gerakan angin terhadap pembentukan tanah
yaitu berupa erosi angin dan secara tidak langsung berupa pemindahan panas.
Komponen iklim yang utama adalah curah hujan dan suhu (Hanafiah 2014). Fungsi
utama organisme hidup adalah untuk menyediakan bahan organik bagi tanah. Humus
akan menyediakan nutrien dan membantu menahan air. Diantara berbagai organisme
vegetasi atau mikroflora merupakan yang paling berperan penting dalam
mempengaruhi proses perkembangan tanah, karena merupakan sumber utama biomas
atau bahan organik tanah (Hanafiah 2014).

3. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum pengenalan tanah di lapangan ini dilaksanakan pada tanggal 26 Maret
2023 dimulai pada jam 07.00 WIB samapi dengan selesai tempat pelaksanaan
praktikum ini di Provinsi Aceh, Kabupaten Aceh Utara, Kecamatan Muara Batu, Desa
Reuleut Barat, tempat pengambilan sampel tanah di lahan percobaan Gedung A
Fakultas Pertaian Universitas Malikussaleh.

3.3 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat dan Bahan yang digunakan di Pemboran
Alat- alat yang digunakan :
 Bor tanah
 Buku munsel
 Spidol
 Meteran
 Pisau
 pH teskit, dll
Bahan yang digunakan :
 Aquadest
 HCl
 H2O2
3.2.2 Alat dan Bahan yang digunakan di Pengambilan Contoh Tanah Utuh
Alat-alat yang digunakan :
 Tabung kuning atau besi lebih dikenal dengan ring sampel
 Sekop atau cangkul
 Pisau yang tajam dan tipis
 Kotak ring sampel
3.3 Langkah kerja
3.3.2 Langakah kerja yang digunakan di pemboran
 Lokasi pemboran harus dibersihkan dari vegetasi atau kotoran sampah,
dengan tidak mengangu lapisan permukaan tanah.
 Pemboran dilakuka dengan hati-hati, usahakan agar mata bor tetap tegak
lurus.
 Bor diputar searah jarum jam sambal ditekan pelan-pelan.
 Putar dan tekan bor sampai seluruh mata bor (±20 cm) masuk kedalam
tanah.
 Keluarkan mata bor dalam tanah dengan ditarik secara perlahan-lahan dan
mata bor usahakan jangan diputar.
 Seterusnya mata bor diletakkan diatas plakstik, keluarkan tanah dengan
mata pisau dari mata bor dan letakkan di atas alas yang telah disediakan.
 Dengan jalan yang sama (2 s/d 6) lakukan sampai [ada kedalaman 40 cm,
60 cm atau menurut kedalaman yang dibutuhkan dan sampai dimana mata
bor masuk.
 Tanah dari mata bor disusun secara sistematik dari lapisan atas sampai
lapisan yang paling bawah.
 Kemudian lakukan pengamatan dengan cara mencatat beberapa sifat tanah
yang tercantum dalam daftar isisan pemboran.
3.1 Langkah kerja pengambilan contoh tanah utuh
 Ratakan dan bersihkan lapisan tanah yang akan diambil kemudian
letakkan tabung tegak pada lapisan tanah tersebut, nomor yang ada pada
tabung jangan sampai terbalik.
 Gali tanah sekeliling tabung dengan sekop.
 Iris tanah dengan pisau sampai hamper mendekati tabung

 Tekan tabung sampai bagian masuk kedalam tanah.

 Letakkan tabung lain tepat di atas tabung pertama, kemudian tekan lagi
samapai bagian bawah dari tabung ini masuk kedalam tanah kira-kira
1cm.
 Tabung beserta tanah didalamnya digali skop
 Pisahkan tabung kedua dengan hati-hati, kemudian potonglah tanah
kelebihan yang ada pada bagian atas dan bawah tabung sampai rata sekali
 Tutuplah tabung dengan tutup plastik (tutupnya sendiri) kemudian
masukkan kedalam kotak ring sampel.
4. HASIL dan PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Dari kegiatan pengambilan contoh tanah utuh didapatkan sampel tanah utuh
yang daimbil dari dua tempat yaitu dari tanah bedeng dan tanah pemboran tanah yang
dilaksanakan di kebun percobaan universitas malikussaleh mendapat kan berbagai
hasil dengan jenis tanah inceptisol, fisiografis yang tidak banyak semak belukar,
sedikit curam, banuak batuan dan permukaan yang terlalu terbuka. Cuaca yang cerah
dengan ketinggian ±50 m diatas permukaan laut untuk daya serap lumayan cepat air
menyerap kedalam tanah, banyak terdapat batuan besar dan kecil yang terdapat
didalam tanah atau di permukaan tanah parikum inin mendapatkan dua hasil yaitu
tanah bor, dan ring sampel.tersebut kemudian akan dianalisis dilakukan di
laboraturium ilmu tanah samapel tanah sebelum dianalisis dilab dilakukan kering
angin selama 1x24 jam dan setelah itu disaring mengunakan saringan halus.

4.1 Pembahasan
Pembahasan yang didapat adalah tanah yang diambil pada praktikum ini adalah
tanah bedeng dan tanah bor tanah pada bedengan diambil pada bagian atas bedengan
atau top soil tanah atau bagian atas pada permukaan tanah sedangkan pada tanah bor
yang diambil pada lapisan 0-20,21-40,41-60,dan 61-80 kemudian tanah akan dikering
aginkan dan akan di analisis di laboratorium ilmu tanah.

5. KESIMPULAN dan SARAN

5.1 Simpulan
Sehingga kesimpulan yang didapat pramtikum dilaksanakan pada tanggal 26
maret 2023 adalah pengambilan sampel tanah, pengambilan tanah pengeboran,
praktikum ini dilaksanakan pada jam 07.00 WIB dengan keadaan topografi sedikit
miring dan pengambilan sampel tanah berada di puncak lerengmemiliki vegetasi
yang banyak rumput. Pemboran adalah kegiatan membuat lubang vertikal ke dalam
tanah. Dalam keadaan tertentu pemboran dapat juga dilakukaTanah merupakan
material yang selalu berhubungan dengan teknologi konstruksi sipil. Karena
besarnya pengaruh tanah terhadap perencanaan seluruh konstruksi, maka tanah
menjadi komponen yang sangat diperhatikan dalam perencanaan konstruksi. Untuk
itu, dalam perencanaan suatu konstruksi harus dilakukan penyelidikan terhadap
karakteristik dan kekuatan tanah terutama sifat-sifat tanah yang mempengaruhi
kekuatan dukungan tanah dalam menahan beban konstruksi yang ada di atasnya atau
disebut juga dengan daya dukung (Yuliet 2011).n secara miring (directional drilling)
atau disebut juga pemboran berarah.

5.2 Saran
Seharusnya untuk penggunaan alat lebih diperhatikan lagi biar tidak ada
peralatan atau alat yang rusak atau tidak bisa digunakan

DAFTAR PUSTAKA

Aak. 2010. Budidaya Jagung. Yogyakarta: Kanisius


Anonim, 2011 . Tinjauan Pustaka. http://digilib.unila.ac.id/830/9/BAB%20II.pdf.
Diunduh 11/08/2015 jam 08.00 WIB.
Ariyani, Ninik dan Yuni, Ana, 2011. Pengaruh Penambahan Kapur Pada Tanah
Lempung Ekspansif Dari Dusun Bodrorejo Klaten. Jurusan Teknik Spil
Fakultas Teknik UKRIM, Yogyakarta.
Apriliyandi, Emiril. 2017. Analisis Aplikasi Pemberian Air Irigasi Dengan Metode
SRI (System Of Rice Intensification) Di Desa Banjar Sari Kecamatan Labuhan
Haji Kabupaten Lombok Timur. Skripsi. Nusa Tenggara Barat: Universitas
Mataram.
Ali Kemas. 2014. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. Fakultas Pertanian. Edisi
ketiga, Universitas Sriwijaya Palembang.
Ali Hanifah, Kemas, Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rajawali
Pers, 2010.
Damanik, M. M. B., Hasibuan, B. E., Fauzi., Sarifudin., Hanum, H. 2011. Kesuburan
Tanah dan Pemupukan. USU Press. Medan. 40 hal.
Darusman D, Hardjanto. 2006. Tinjauan ekonomi hutan rakyat. Di dalam: Kontribusi
Hutan Rakyat Dalam Kesinambungan Industri Kehutanan. Prosiding Seminar
Hasil Litbang Hasil Hutan 2006; Bogor, 21 September 2006. Bogor: Pusat
Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan, hlm 7-13.
Fauizek, Michelle & Suhendra. Andryan. 2018. Efek Dari Dynamic Compaction (Dc)
Terhadap Peningkatan Kuat Geser Tanah. Jurnal Mitra Teknik Sipil. Jakarta:
Universitas Tarumanegara.
Hanafiah, K.A. 2013. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Rajawali Pers. Jakarta.
Hanafiah, K, A. 2014. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
359 hal.
Hardjowigeno, S. 2015. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.
Lestari, I Gusti A.A.I. (2014). Karakteristik Tanah Lempung Ekspansif Studi Kasus di
Desa Tanah Awu, Lombok Tengah. Fakultas Teknik Universitas Islam AlAzhar
Maratam.
Lugito. 2012. Tekstur Tanah. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Lampung.
Munir, M. 1996. Tanah-Tanah Utama Di Indonesia, Karakteristik, Klasifikasi dan
Pemanfaatannya. Pustaka Jaya. Jakarta. hal. 216-238.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Pengeboran tanah
Lampiran 3 pengambilan tanah bor
Lampiran 4. Pembersihan gulam pengambilan tanah utuh
Lampiran 5. Pengambilan contoh tanah utuh
BAB II
1. PENETAPAN KADAR AIR TANAH

1.1 Latar Belakang


Kadar air tanah adalah konsentrasi air dalam tanah yang biasanya dinyatakan
dengan berat kering. Kadar air pada kapasitas lapang adalah jumlah air yang ada
dalam tanah sesudah kelebihan air gravitasi mengalir keluar dan dengan nyata,
biasanya dinyatakan dengan persentase berat. Kadar air pada titik layu permanen
adalah yang dinyatakan dengan persentase berat kering. Pada saat daun tumbuhan
yang terdapat dalam tanah tersebut mengalami pengurangan kadar air secara
permanen sebagai akibat pengurangan persediaan kelembaban tanah (Sutanto 2005).
Sebagian besar air yang diperlukan oleh tumbuhan berasal dari tanah. Air ini
harus tersedia pada saat tumbuhan memerlukannya. Kebutuhan air setiap tumbuhan
berbeda. Tumbuhan air memerlukan air lebih banyak dibandingkan jenis tumbuhan
lainnya.  Air merupakan substansi yang paling umum di atas bumi dan diperlukan
untuk semua kehidupan. Penyediaan air tawar dalam jangka waktu lama selama
terus-menerus sama dengan presipitasi (hujan) tahunan yang rata-ratanya 26 inci
(650 mm) untuk permukaan lahan dunia. Air dibagikan tidak merata oleh curah
hujan, berubah bentuk, berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya dan dapat
tercemar (Hanafiah 2014).
Kandungan air kapasitas lapang merupakan persentase kandungan air yang
ditahan oleh tanah pada retensi 0,1 hingga 0,5 atm. Kandungan air pada kapasitas
lapang dipengaruhi oleh tekstur tanah dan beberapa karakteristik lainnya. Tekstur
tanah berhubungan dengan total pori tanah sehingga dapat mempengaruhi total air
tersedia bagi tanaman (Darmayanti dan Sutikto, 2019). Pada dasarnya, kapasitas
lapang yang sesuai menjamin terpenuhinya kandungan air pada tanah agar cukup
untuk digunakan oleh tanaman untuk tumbuh. Menurut Darmawan et al., (2015)
media tanam yang baik untuk tanaman harus menyediakan faktor-faktor utama untuk
pertumbuhan tanaman, yaitu unsur hara, air, dan udara dengan fungsinya sebagai
media tunjangan mekanik akar dan suhu tanah. Semua faktor tersebut harus
seimbang agar pertumbuhan tanaman baik dan berkelanjutan. Kondisi tanah yang
tidak sesuai bagi pertumbuhan tanaman akan menyebabkan penurunan produksi
tanaman yang merupakan salah satu produk pangan yang paling dibutuhkan guna
pemenuhan zat gizi. Daya potensial atau kemampuan air mengukur adanya
kekurangan air pada masa panen bisa dikaitkan dengan status air dalam tanah. Aliran
air pada keadaan tanaman dan tanah sebagai satu sistem proporsional yang stabil
terhadap kemampuan naik turunnya air dan kebalikannya yaitu proporsional terhadap
aliran dalam tahap cair dan uap. Namun, model ini tidak berguna untuk
menggambarkan perkembangan tanaman yang kekurangan air karena adanya
dominasi dalam tahap uap. Akibatnya, kemampuan air terhadap daun terus dianggap
sebagai variabel tergantung pada adanya jawaban terhadap perubahan taraf aliran
melalui sistem (ditentukan oleh kondisi dan daun) dan terhadap aliran cairan air
dalam sistem tanaman tanah. Dalam tanah yang diberi air dengan baik, perubahan
stabil harian dalam kemampuan air daun terjadi terkait dekat dengan perubahan
harian taraf kehilangan uap air (Heddy, 2012).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah menentukan kadar air kapasitas lapang tanah ?
2. Bagaimana cara menentukan kadar air di laha bedeng dan bor tanah ?
3. Bagaimanakah pengaruh status kadar air tanah terhadap pertumbuhan
tanaman?

1.3 Tujuan praktikum


1. Untuk menentukan kadar air kapasitas lapang tanah.
2. Untuk mengetahui pengaruh status kadar air tanah terhadap
pertumbuhan tanaman.
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KADAR AIR TANAH


Air merupakan salah satu komponen penting bagi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Air yang diserap tanaman adalah air yang berada pada pori-
pori tanah. Setiap jenis tanah memiliki distribusi dan ukuran pori yang berbeda-beda,
yang akan mempengaruhi ketersediaan air di dalam tanah. Tekstur tanah sangat
mempengaruhi kemampuan tanah dalam memegang air. Tanah bertekstur liat
memiliki kemampuan yang lebih besar dalam memegang air daripada tanah
bertekstur pasir hal ini terkait dengan luas permukaan adsorptifnya. Semakin halus
teksturnya akan semakin besar kapasitas menyimpan airnya (Haridjaja et al., 2013).
Peningkatan jumlah ruang pori dapat menyebabkan peningkatan kadar air kapasitas
lapang. Peningkatan kadar air kapasitas lapang berarti peningkatan air tersedia bagi
tanaman (Sulistyono dan Abdillah, 2017). Secara umum, kadar air kapasitas lapang
didefinisikan sebagai kadar air tanah di lapang pada saat air drainase sudah berhenti
atau hampir berhenti mengalir karena adanya gaya gravitasi setelah sebelumnya tanah
tersebut mengalami jenuh sempurna (Haridjaja et al., 2013).
Peranan utama air tanah merupakan komponen utama tubuh tanaman, bahkan
hampir 90% sel-sel tanaman dan mikrobia terdiri dari air. Air yang diserap tanaman
disamping berfungsi sebagai komponen sel-selnya, juga berfungsi sebagai media
reaksi pada hampir seluruh proses metabolismenya yang apabila telah terpakai
diuapkan melalui mekanisme transpirasi, yang bersama-sama dengan penguapan dari
tanah sekitarnya (evaporasi) disebut evapotranspirasi. Dalam memproduksi biomass
sangat banyak dibutuhkan air, tergantung pada jenis tanaman, biasanya untuk setiap
kg bobot kering biomass yang diproduksi akan ditranspirasikan air sebanyak 500 kg
(nisbah transpirasi 500). Oleh karena itu, apabila dalam satu hektar tanah, tanaman
memproduksi biomass sebanyak 10 ton (4 ton gabah + 6 ton jerami), maka selama
hidupnya akan ditranspirasikan air sebanyak 500 x 10 ton = 5 juta ton air atau 5 juta
m2. Apabila umur tanaman ini adalah 100 hari berarti setiap hari akan ditranspirasikan
sebanyak 50 ton/ha (setara dengan 10 mobil tangki berkapasitas angkut 5 ton)
(Hanafiah, 2013).
Kadar dan komposisi udara tanah sebagian besar ditentukan oleh hubungan
air dan tanah. Udara tanah yang terdiri dari campuran gas itu bergerak menuju ke
pori-pori yang belum di duduki oleh air. Air terdapat di dalam tanah karena ditahan
(diserap) oleh massa tanah, tertahan oleh lapisan kedap air atau karena
keadaan drainase yang kurang baik (Farkhi, 2012). Air adalah zat atau materi atau
unsur yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini di
bumi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi hampir 71% permukaan bumi. Air
diperlukan untuk kelangsungan proses biokimiawi organisme hidup, sehingga sangat
essensial (Purnomo, 2012). Ketersediaan air dalam tanah sangat mempengaruhi
pertumbuhan tanaman secara langsung. Budidaya tanaman lahan kering, air
merupakan faktor pembatas yang paling menentukan dan sumber air utama bagi
pertumbuhan tanaman adalah hujan. Bervariasinya hujan, baik dalam jumlah,
intensitas, dan waktu datangnya hujan dapat menjadi penyebab sulitnya prediksi
waktu yang tepat melakukan penanaman atau mengatur pola tanam yang diakibatkan
oleh ketersediaan air yang fluktuatif (Ayu et al, 2013).
Analisis gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur
atau senyawa tertentu. Bagian terbesar dari penetuan secara analisis gravimetri
meliputi transformasi unsur atau radikal ke senyawa murni stabil yang dapat segera
diubah menjadi bentuk yang dapat ditimbang dengan teliti. Berat unsur dihitung
berdasarkan rumus senyawa dan berat atom unsur-unsur yang menyusunnya.
Pemisahan unsur-unsur atau senyawa yang dikandung dilakukan dengan beberapa
cara, seperti: metode pengendapan, metode penguapan, metode elektroanalisis, atau
berbagai macam metode lainnya. Pada prakteknya, dua metode pertama adalah yang
terpenting. Metode gravimetri memakan waktu cukup lama, adanya pengotor pada
konstituen dapat diuji dan bila perlu faktor-faktor koreksi dapat
digunakan (Kusumaningrum, 2014).
Akar tanaman tumbuh dan memanjang diantara pada ruang diantara padatan
tanah (ruang pori), hal yang sama juga terjadi pada pergerakan air, pergerakan hara
tanaman dan respirasi akar sehingga diharapkan struktur tanah yang terbentuk akan
mempunyai ukuran pori antra lain, pori drainase cepat yang berfungsi sebagai pori
aerase dan pertumbuhan akar tanaman, pori drainase lambat yang memberi
kemudahan bagi pergerakan air dan unsur hara dan pori berukuran kecil yaitu pori air
tersedia dan pori air tidak tersedia yang berfungsi sebagai tedon air yang dapat
digunakan oleh tanaman dalam kurun waktu lama dan tetap berada dalam tingkat
kelengasan yang dikehendaki Akar tanaman tumbuh dan memanjang diantara pada
ruang diantara padatan tanah (ruang pori), hal yang sama juga terjadi pada pergerakan
air, pergerakan hara tanaman dan respirasi akar sehingga diharapkan struktur tanah
yang terbentuk akan mempunyai agihan ukuran pori antra lain, pori drainase cepat
yang berfungsi sebagai pori aerase dan pertumbuhan akar tanaman, pori drainase
lambat yang memberi kemudahan bagi pergerakan air dan unsur hara dan pori
berukuran kecil yaitu pori air tersedia dan pori air tidak tersedia yang berfungsi
sebagai tedon air yang dapat digunakan oleh tanaman dalam kurun waktu lama dan
tetap berada dalam tingkat kelengasan yang dikehendaki (Putinella, 2011)
Air tanah adalah air yang berada di dalam tanah.Air tanah dibagi menjadi dua,
air tanah dangkal dan air tanah dalam.Air tanah dangkal merupakan air yang berasal
dari air hujan yang diikat oleh akar pohon.Air tanah ini terletak tidak jauh dari
permukaan tanah serta berada diatas lapisan kedap air. Sedangkan air tanah dalam
adalah air hujan yang meresap kedalam tanah lebih dalam lagi mealui proses absorpsi
serta filtrasi oleh batuan dan mineral di dalam tanah. Sehingga berdasarkan prosesnya
air tanah dalam lebih jernih dari air tanah dangkal (Kumalasari & Satoto, 2011). Air
tanah (groundwater) merupakan air yang berada di bawah permukaan tanah. Air tanah
ditemukan pada akifer pergerakan air tanah sangat lambat kecepatan arus berkisar
antara 10-10 – 10-3 m/detik dan dipengaruhi oleh porositas, permeabilitas darilapisan
tanah, dan pengisian kembali air. Karakteristik utama yang membedakan air tanah
dan air permukaan adalah pergerakan yang sangat lambat dan waktu tinggal yang
sangat lama, dapat mencapai puluhanbahkan ratusan tahun. Karena pergerakan yang
sangat lambat dan waktu tinggal yang lama tersebut, air tanah akan sulit untuk pulih
kembali jika mengalami pencemaran (Effendi, 2003).
Air tanah dalam dikenal juga dengan air artesis. Air ini terdapat diantara dua
lapisan kedap air. Lapisan diantara dua lapisan kedap air tersebut disebutlapisan
akuifer. Lapisan tersebut banyak menampung air. Jika lapisan kedap airretak, secara
alami air akan keluar ke permukaan. Air yang memancar kepermukaan disebut mata
air artesis. Pengambilan air tanah dalam, tak semudahpada air tanah dangkal. Dalam
hal ini harus digunakan bor dan memasukan pipa kedalamnya sehingga dalam suatu
kedalaman (biasanya antara 100-300m) akan didapatkan suatu lapisan air. Jika
tekanan air tanah ini besar, maka air dapat menyembur ke luar dan dalam keadaan ini,
sumur ini disebut dengan sumur artesis. Jika air tidak dapat ke luar dengan
sendirinya, maka digunakan pompa untuk membantu pengeluaran air tanah dalam ini
(Parulian, 2009).
Air di bawah permukaan tanah, baik dari zona tak jenuh (unsaturated) dan
jenuh (saturated), disebut sebagai air tanah. Jumlah air tanah diperkirakan lebih dari
100 kali lipat yang tersedia dari sungai dan danau (Shiklomanov, 2013). Air tanah
dapat ditemukan hampir di semua tempat di bumi (Hess, 2014). Air tanah dan air
permukaan merupakan sumber air yang mempunyai ketergantungan satu sama lain.
Banyak sungai di permukaan tanah yang sebagian besar alirannya berasal dari air
tanah, sebaliknya aliran air tanah merupakan sumber utama untuk imbuhan air tanah.
Pembentukannya mengikuti siklus peredaran air di alam, yang mengalami
perpindahan tempat secara berurutan dan terus menerus (Kodoatie, 2012).
Kapasitas lapangan (field capacity) adalah kapasitas menahan air yang
maksimum dimana banyaknya dinyatakan dalam persen volume (θ). Keadaan ini
sama dengan keadaaan tanah kering menahan air dengan permukaan air tanah yang
rendah sesudah mendapat curah hujan yang cukup selama 1 sampai 2 hari. Faktor
yang mempengaruhi kemampuan tanah menahan air adalah tekstur, struktur dan
porositas tanah Kapasitas lapang biasanya dicapai 2 atau 3 hari sejak terjadi
pembasahan atau hujan dan setelah proses drainase berhenti. Definisi tersebut berlaku
untuk penampang tanah homogen dan tidak terjadi penguapan dari permukaan tanah.
Kandungan air tanah berkurang secara eksponensial menurut waktu (t), namun 2- 3
hari setelah drainase selesai, perubahan kandungan air tanah masih relatif besar.
Adanya nilai perubahan kandungan air tanah yang berbeda pada setiap penampang
mengindikasikan penampang tanahnya relatif seragam (Alberta et. al., 2016)..
Penetapan kandungan air pada kondisi kapasitas lapang dan titik layu
permanen diperlukan untuk menjadwalkan irigasi, menilai kebutuhan air tanaman,
dan menilai kesesuain lahan untuk berbagai penggunaan lahan. Di laboratorium,
kandungan air atau kelembaban tanah pada kondisi kapasitas lapang dan titik layu
permanen ditentukan menggunakan peralatan pelat tekan (Pressure Plate Apparatus).
Penggunaan alat tersebut memakan waktu cukup lama dengan menggunakan contoh
tanah utuh (Mbah, 2012). Tanah dengan struktur granuler/remah, mempunyai
porositas yang tinggi daripada tanah-tanah dengan struktur massive/pejal. Tanah
dengan tekstur pasir banyak mempunyai pori-pori makro sehingga sulit menahan air
(Halilullah dan Novpriansyah, 2021). Pengukuran kandungan air kapasitas lapang
pada tekstur klei yang diukur dengan metode Pressure plate menghasilkan nilai yang
tinggi dibandingkan dengan tekstur yang lebih kasar. Hal ini terjadi karena contoh
tanah yang digunakan pada pengukuran kandungan air kapasitas lapang dengan
metode Digital Repository Universitas Jember 5 Pressure plate merupakan tanah
terusik yang memiliki partikel sangat lepas (tidak memiliki struktur) dan tidak
teragregasi dengan baik walaupun sudah dilakukan inkubasi. Pada saat proses
penjenuhan, terjadi perpecahan agregat tanah menjadi butir-butir tanah yang
berukuran lebih kecil (slaking) (Haridjaja dkk., 2013).
Tanah adalah suatu benda padat berdimensi tiga terdiri dari panjang lebar
dalam yang merupakan bagian dari kulit bumi. Kata tanah seperti banyak kata
umumnya mempunyai beberapa pengertian. Pengertian tradisional, tanah adalah
medium alami untuk pertumbuhan tanaman dan merupakan daratan. Pengertian lain,
tanah berguna sebagai pendukung pondasi bangunan dan sebagai bahan bangunan itu
sendiri, seperti batu bata, paving blok. Faktor yang mempengaruhi daya dukung tanah
antara lain : jenis tanah, tingkat kepadatan, kadar air, dan lainlain. Tingkat kepadatan
tanah dinyatakan dalam presentase berat volume (γd) terhadap berat volume kering
maksimum (γdmaks). (Afrenia, 2014)
Sifat fisik tanah merupakan faktor dominan yang mempengaruhi penggunaan
tanah, terutama yang berkaitan dengan ketersediaan oksigen, mobilitas air dalam
tanah dan kemudahan penetrasi akar tanaman. Ada beberapa komponen penyusun
sifat fisik tanah yaitu:
1. Warna Tanah
Warna tanah merupakan sifat fisik tanah yang paling mudah ditentukan. Warna
tanah dapat digunakan sebagai indikator kualitatif untuk menentukan tingkat
kesuburan tanah, kandungan bahan organik, aerasi dan drainase. Tedapat empat faktor
utama yang mempengaruhi warna tanah, yaitu: (a) kandungan bahan organik; (b)
kadar air dan kondisi drainase tanah, baik jenuh maupun tidak jenuh; (c) adanya
oksida besi dan mineral tanah seperti kuarsa, hematit, limonit, glauconite; dan (d)
kondisi fisiografi wilayah seperti wilayah cekungan atau dataran dan topografi
berlereng (Utomo et al, 2016).
2. Tekstur Tanah
Menurut Gardiner & Miller (2018) tekstur tanah penting untuk diperhatikan
karena dapat menentukan sifat-sifat tanah. Tekstur tanah mempengaruhi kecepatan
penetrasi air ke dalam tanah, penyimpanan air dalam tanah, kemudahan mengolah
tanah, aerasi dan pemupukan tanah. Tekstur tanah mempengaruhi kemampuan tanah
untuk menahan air. Tanah bertekstur liat memiliki kemampuan menahan air lebih
besar dibandingkan tanah bertekstur pasir, hal ini berkaitan dengan luas adsorptifnya,
semakin halus teksturnya maka semakin besar daya ikat airnya (Haridjaja, Tejo, &
Setianingsih, 2013).
3. Struktur Tanah
Struktur tanah merupakan faktor penting dalam tanah. Struktur tanah memiliki
proses pembentukan yang kompleks dan melibatkan bahan organik serta liat dalam
pembentukannya. Tanah lapisan atas dan lapisan tanah bawah memiliki tahapan
pembentukan struktur tanah yang berbeda, sehingga menyebabkan perbedaan
karakteristik sturktur. Perbedaan karakteristik struktur tanah menyebabkan adanya
fluktuasi kualitas struktur tanah baik dalam arah vertikal maupun horizontal.
Pengelolaan tanah yang sesuai dengan karakteristik struktur tanah penting dilakukan
agar fungsi sumberdaya tanah tidak menurun (Sukmawijaya & Sartohadi, 2019).
Struktur tanah merupakan sifat penting dalam menentukan dan memengaruhi
keadaan fisik tanah, perkembangan akar tanaman, sirkulasi udara atau aerasi tanah,
pengelolaan air dan panas, ketersediaan unsur hara dan perombakan bahan organik
serta kegiatan mikroba tanah (Utomo et al, 2016). Brady & Weil (2008) menjelaskan
bahwa unit struktur tanah secara alami ditentukan oleh tiga karakter, yaitu tipe
(bentuk), kelas (ukuran), dan grade (kekuatan kohesi). Berdasarkan deskripsinya, ada
beberapa tipe struktur, yaitu speroidal (granular dan remah), seperti gumpal (angular
blocky dan subangular blocky), lempeng (platy) dan seperti prisma (columnar dan
perismatic).
4. Konsistensi Tanah
Konsistensi tanah merupakan sifat fisik yang memungkinkan terjadinya
daerah adhesi dan kohesi partikel dalam tanah dengan tingkat kelembaban yang
berbeda. Sifat-sifat yang ditunjukan dalam konsistensi adalah keliatan (plasticity),
keteguhan (friability), dan kelekatan (stickness). Penentuan nilai konsistensi dibagi
menjadi dua bagian yaitu kualitatif dan kuantitatif dengan pendekatan angka Attebreg
yaitu batas cair (BC), batas lekat (BL), batas gulung (BG), dan batas perubahan
warna (BBW). Bilangan atterberg memiliki hubungan antara kadar lengan (%)
dengan konsistensi tanah, serta pendekatan tambahan yaitu indeks plastisitas dan
waktu olah tanah (Soepraptohardjo, 2007). Tanah dengan konsistensi yang baik,
umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada alat pengolah tanah. Konsistensi
tanah dapat ditentukan dalam 3 kondisi yaitu basah, lembab, dan kering. Konsistensi
tanah basah adalah penetapan konsistensi tanah pada saat kadar air diatas kapasitas
lapang. Konsistensi kondisi lembab adalah penetapan konsistensi tanah pada kondisi
air tanah di sekitar kapasitas lapang. dan konsistensi tanah kering adalah penetapan
konsistensi tanah pada kondisi kadar air kering angin (Hardjowigeno, 2015).
Tekstur tanah ialah komposisi partikel-partikel penyusun suatu tanah yang
terdiri dari fraksi pasir, debu, dan liat. Ada beberapa penggolongan atau klasifikasi
partikel berdasarkan ukuran yang membatasi masing-masing partikel tersebut. Fraksi
pasir kasar memiliki diameter 0.20 – 2.00 mm, fraksi pasir halus memiliki diameter
0.02 – 0.20 mm, fraksi debu memiliki diameter 0.002 – 0.02 mm, dan fraksi liat
memiliki diameter kurang dari 0.002 mm. Penentuan tekstur tanah dapat dilakukan
dengan beberapa cara, yaitu dengan metode perasaan (feeling method), metode pipet,
metode hydrometer, dan metode segitiga tekstur (A. Christanti, Riza, Utami, dan
Widianto, 2012).
Tanah bersama air dan udara merupakan sumber daya alam utama yang sangat
mempengaruhi kehidupan. Tanah mempunyai fungsi utama sebagai tempat tumbuh
dan berproduksi tanaman. Kemampuan tanah sebagai media tumbuh akan dapat
optimal jika didukung oleh kondisi fisika, kimia dan biologi tanah yang baik yang
biasan menunjukkan tingkat kesuburan tanah (Arifin, 2011). Kesuburan tanah adalah
potensi tanah untuk menyediakan unsur hara dalam jumlah yang cukup dalam bentuk
yang tersedia dan seimbang untuk menjamin pertumbuhan tanaman. Selain dari pada
itu bahwa apakah status subur atau tidak subur, maka haruslah dikaitkan dengan
keadaan sifat fisik dan kimia tanahnya, karena bisa saja tanah itu subur secara fisik
namun secara kimia tidak dan sebaliknya (Yamani, 2010).
Tingkat kesuburan tanah yang tinggi menunjukkan kualitas tanah yang tinggi
pula, kualitas tanah menunjukkan kemampuan tanah untuk menampilkan fungsi-
fungsinya dalam penggunaan lahan atau ekosistem, dan meningkatkan kesehata
tanaman, binatang, dan manusia (Winarso, 2005). Berdasarkan pengertian tersebut,
sangat jelas kualitas sangat erat hubungannya dengan lingkungan, yaitu tanah tidak
hanya dipandang sebagai produk transformasi mineral dan bahan organik dan sebagai
media pertumbuhan tanaman tingkat tinggi, akan tetapi dipandang secara menyeluruh
yaitu mencakup fungsi-fungsi lingkungan dan kesehatan (Gagah, 2015).
3. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 1 April 2023 yang dilaksanakan di
laboraturium ilmu tanah Universitas Malikussaleh di provinsi Aceh, kabupaten Aceh
Utara, kecamatan Muara Batu di desa Reulet Barat.

3.2 Alat dan Bahan


Alat-alat yang digunakan :
 Botol Timbangan
 Timbangan Analitik
 Oven
 Eksikator

Bahan yang digunakan :


 Contoh (Sampel) Tanah

3.3 Cara Kerja


Adapun cara kerja sebagai berikut:
 keringkan selama 30 menit cawan alumunium dan botol timbang di tanur
listrik pada suhu 1050C.
 masukkan cawan ke eksikator selama 45 menit dan timbang.
 masukkan 10 contoh tanah kedalam botol timbang yang bersih, kering dan
sudah diketahui beratnya, kemudian timbangkan.
 keringakan contoh tanah tersebut dalam oven (botol timbang tetap terbuka)
pada suhu 1050C sampai bobotnya tetap (±24 jam).
 Dinginkan cawan alumunium / botol timbang selama 15 menit dalam esikator
untuk mencapai suhu ruangan.
 Hitung kadar air tanah atas dasar bobot tanah kering oven 1050C.

4. HASIL dan PEMBAHASAN

4.1 hasil
Untuk mencari kadar air di gunakan rumus perhitungan sebagai berikut :

%kadar air tanah=

Sehingga didapatkan hasil tanah bedeng mengunakan rumus perhitungan


sebagai berikut:
Dik :
 Berat cawan = 4.7 g
 Massa tanah = 10 g
 Berat tanah kering oven = 14.1 g
Dit : % kadar air tanah

Jawab : %kadar air tanah =

= 6.38 %
Dan didapatkan hasil tanah bor dengan mengunakan rumus diatas sebagai berikut :
Dik :
 Bobot cawan = 4.0 g
 Massa tanah = 12.5 g
 Berat tanah kering = 15.1 g
Dit : % kadar air tanah

Jawab : % kadar air tanah =

= 12.61 %
4.2 Pembahasan
Berdasarkan dari perhitungan diatas dapat dilihat bahwa kadar air pada tanah
bedeng yang diambil lapisan atas adalah 6.38 % sedangkan kadar air pada tanah bor
adalah 12.61 % kadar air tanah bor lebih besar dari pada tanah bedengan.
Metode oven / pengeringan yang digunakan merupakan salah astu metode
pemanasan langsung dalam penetapan kadar air. Dalam metode ini bahan di panaskan
pada suhu tertentu sehingga semua air menguap. Kehilagan berat bahan yang terjadi
menunjukkan jumlah air yang terkandung. Metode ini terutama digunakan untuk
bahan-bahan yang stabil terhadap pemanasan yang agak tinggi.

Kadar air tanah adalah


konsentrasi air dalam tanah
yang biasanya dinyatakan
dengan berat kering. Kadar
air pada kapasitas lapang
adalah jumlah air yang ada
dalam
tanah sesudah kelebihan
air gravitasi mengalir
keluar dan dengan
nyata, biasanya
dinyatakan dengan
persentase berat. Kadar air
pada titik layu permanen
adalah yang
dinyatakan dengan
persentase berat kering.
Pada saat daun tumbuhan
yang terdapat
dalam tanah tersebut
mengalami pengurangan
kadar air secara permanen
sebagai akibat
pengurangan persediaan
kelembaban tanah (Sutanto
2005).
Kadar air tanah adalah
konsentrasi air dalam tanah
yang biasanya dinyatakan
dengan berat kering. Kadar
air pada kapasitas lapang
adalah jumlah air yang ada
dalam
tanah sesudah kelebihan
air gravitasi mengalir
keluar dan dengan
nyata, biasanya
dinyatakan dengan
persentase berat. Kadar air
pada titik layu permanen
adalah yang
dinyatakan dengan
persentase berat kering.
Pada saat daun tumbuhan
yang terdapat
dalam tanah tersebut
mengalami pengurangan
kadar air secara permanen
sebagai akibat
pengurangan persediaan
kelembaban tanah (Sutanto
2005).
Kadar air tanah adalah
konsentrasi air dalam tanah
yang biasanya dinyatakan
dengan berat kering. Kadar
air pada kapasitas lapang
adalah jumlah air yang ada
dalam
tanah sesudah kelebihan
air gravitasi mengalir
keluar dan dengan
nyata, biasanya
dinyatakan dengan
persentase berat. Kadar air
pada titik layu permanen
adalah yang
dinyatakan dengan
persentase berat kering.
Pada saat daun tumbuhan
yang terdapat
dalam tanah tersebut
mengalami pengurangan
kadar air secara permanen
sebagai akibat
pengurangan persediaan
kelembaban tanah (Sutanto
2005).
Kadar air tanah adalah konsentrasi air dalam tanah yang biasanya
dinyatakandengan berat kering. Kadar air pada kapasitas lapang adalah jumlah air
yang ada dalamtanah sesudah kelebihan air gravitasi mengalir keluar dan
dengan nyata, biasanyadinyatakan dengan persentase berat. Kadar air pada titik
layu permanen adalah yangdinyatakan dengan persentase berat kering. Pada saat daun
tumbuhan yang terdapatdalam tanah tersebut mengalami pengurangan kadar air
secara permanen sebagai akibatpengurangan persediaan kelembaban tanah (Sutanto
2005).

Sebagian besar air yang


diperlukan oleh tumbuhan
berasal dari tanah. Air ini
harus tersedia pada saat
tumbuhan memerlukannya.
Kebutuhan air setiap
tumbuhan
berbeda. Tumbuhan air
memerlukan air lebih
banyak dibandingkan
jenis tumbuhan
lainnya. Air merupakan
substansi yang paling umum
di atas bumi dan diperlukan
untuk
semua kehidupan.
Penyediaan air tawar
dalam jangka waktu
lama selama terus-
menerus sama dengan
presipitasi (hujan) tahunan
yang rata-ratanya 26 inci
(650 mm)
untuk permukaan lahan
dunia. Air dibagikan tidak
merata oleh curah hujan,
berubah
bentuk, berpindah dari satu
tempat ke tempat lainnya
dan dapat tercemar
(Hanafiah
2014)
Sebagian besar air yang diperlukan oleh tumbuhan berasal dari tanah. Air
iniharus tersedia pada saat tumbuhan memerlukannya. Kebutuhan air setiap
tumbuhanberbeda. Tumbuhan air memerlukan air lebih banyak dibandingkan
jenis tumbuhanlainnya. Air merupakan substansi yang paling umum di atas bumi
dan diperlukan untuksemua kehidupan. Penyediaan air tawar dalam jangka
waktu lama selama terus-menerus sama dengan presipitasi (hujan) tahunan yang
rata-ratanya 26 inci (650 mm)untuk permukaan lahan dunia. Air dibagikan tidak
merata oleh curah hujan, berubahbentuk, berpindah dari satu tempat ke tempat
lainnya dan dapat tercemar (Hanafiah 2014).

5. KESIMPULAN dan SARAN

5.1 Kesimpulan
Kemampuan tanah untuk menyimpan air secara opitomal disebut kapasitas
lapang. Kapasitas lapang yaitu kemampuan tanah untuk menyimpan air setelah
dilakukan pemberian air setelah atau sampai berada pada titik jenuh. Dimana nilai
kadar air sangat beragam tergantung jenis tanah. Kadar air adalah kemampuan yang
tergolong dan terkandung dalam pori-pori tanah suatu tanah tertentu. Kandungan air
dalam tanah untuk diolah. Kadar biasanya dinyatakan dalam banyak air yang hilang
bila masa tanah dikeringkan dalam oven pada suhu 105 0C samapai diperoleh berat
tanah kering yang tetap. Kemampuan tanah menahan air yang dipengaruhi oleh
tekstur tanah.
Tanah bertekstur kasar memepunyai daya menahan air lebih kecil
dibandingkan bertanah bertekstur halus.
5.2 Saran
Lebih diperhatikan dalam melakukan dan perlunya pengawasan yang lebih
dari praktikan dan asisten.
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Mahfud dan A.Rachim, Djunaedi. 2011. Klasifikasi Tanah di Indonesia.


Bandung. Pustaka Reka Cipta
A. Christanti, S. Riza, S. R. Utami dan Widianto. 2012. Panduan Praktikum Dasar
Ilmu Tanah. Universitas Brawijaya Press: Malang. 43 hlm.
Alberta, E. (2009). Spanish Language Arts Guide to Implementation (4-6), Learning
and Instruction Strategies (pp 63-81). Canada. Alberta. Retrived on 15 january
2016. http:educationalberta.ca.
Balai Penelitian Tanah. 2005. Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air, dan Pupuk. Badan
Penelitian dan Pengembangan Departemen Pertanian. 143 hal.
Bakar, R.A., Z.A. Razak., S.H. Ahmad., B.J.S. Bardan., L.C. Tsong dan C.P. Meng.
2015. Influence of Oil Palm Empty Fruit Bunch Biochar on Floodwater pH and
Yield Components of Rice Cultivated on Acid Sulphate Soil Under Rice
Intensification Practices. Plant Production Science Vol.18. Universitas Putra
Malaysia. Malaysia. Hal 491-500.
Chan, K.Y., V. Zwieten., L. Meszaros., Downie, A., dan Josep, S. 2008. Using Poultry
Litter Biochars as Soil Amendments. Australian Journal of Soil Research 46(5).
Hal 437-444 dalam Verheijen, F.G.A., Jeffery, S., Bastos, A.C., van der Velde,
M., dan Diafas, I. 2010. Biochar Application To Soil – A Critical Scientific
Review Of Effect On Soil Properties, Processes And Functions. EUR 24099 EN,
Office For The Official Publications Of The European Communities,
Luxembourg. 149 hal
Damayanti, Y., & Sutini, T. (2019). Swaddling Dan KMC Dapat Mempertahankan
Suhu Tubuh Bayi BBLR. 1, 376–385. .
Damanik, M. M .B., B. E . Hasibuan., Fauzi., Sarifuddin dan H. Hanum. 2011.
Kesuburan Tanah dan Pemupukan. USU PRESS. Medan.
Darmawan., B.Rusman., S.Yasin., B.Arifin. 2015. Peningkatan Kualitas Lahan
Melalui Pemberian Biochar Limbah Padat Pengolahan Kelapa Sawit . Pusat Studi
Lingkungan Hidup. Universitas Andalas. 31 hal.
Darmawan., I. Darfis., Aflizar. 2013. Teknik Pembutaan Arang Sekam Sebagai
Amelioran Untuk Peningkatan Kualitas Lahan. Universitas Andalas. Padang. 22
hal.
Fadilla, U. 2016. Usaha Perbaikan Kesuburan Tanah Sawah Tradisional Melalui
Pemberian Biochar Sekam Padi Di Nagari Tanjung Betung Kabupaten Pasaman.
Skripsi. Universitas Andalas. Padang. 68 hal.
LAMPIRAN
Lampiran 1. mengayakan tanah

Lampiran 2. Penimbangan cawan

Lampiran 3. Pengevonan
yang terputus-putus (Sukarman, 2017).

You might also like