Professional Documents
Culture Documents
Laporan Fiskim
Laporan Fiskim
Tanah merupakan salah satu bahan yang memiliki hubungan erat dengan
bangunan. Tanah sangat berpengaruh terhadap kondisi seluruh bangunan, baik
bangunan gedung, bangunan jalan, maupun bangunan jembatan, untuk itu tanah
menjadi komponen yang sangat diperhatikan dalam berbagai pekerjaan konstruksi
tersebut (Yuliet, et.al, 2013). Tanah merupakan lapisan permukaan bumi yang secara
fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran penopang
tumbuh tegaknya tanaman dan penyuplai kebutuhan air dan udara. Secara kimiawi
berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi (senyawa organik dan
anorganik sederhana) dan unsur-unsur esensial. Sedangkan biologis berfungsi sebagai
habitat biota (organisme) yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara dan zat-zat
aditif bagi tanaman. Ketiga hal tersebut secara integral mampu menunjang
produktivitas tanah untuk menghasilkan biomass dan produksi bagi tanaman
(Hanafiah, 2013).
Tanah merupakan material utama dalam dunia konstruksi, karena semua
bangunan akan bertumpu pada tanah. Tetapi tidak semua tanah baik digunakan
sebagai tanah dasar suatu bangunan, sebab ada beberapa jenis tanah yang bermasalah
baik dari segi daya dukung tanah dimana daya dukung terkait dengan kuat geser tanah
dan stabilitas tanah yang terkait dengan deformasi atau penurunan tanah (total
settlement dan differential settlement). Salah satu tanah yang biasa ditemukan pada
suatu konstruksi yaitu jenis tanah lempung. Untuk itu, dalam merencanakan suatu
konstruksi harus dilakukan penyelidikan terlebih dahulu terhadap karakteristik dan
kekuatan tanah, terutama sifat - sifat tanah yang mempengaruhi daya dukung tanah
dalam menahan beban konstruksi yang ada diatasnya (Lestari, 2014).
Ariyani dan Yuni (2011) menjelaskan bahwa tanah berfungsi sebagai dasar untuk
meletakkan suatu bangunan struktur harus memiliki sifat dan daya dukung yang baik,
karena kemampuan tanah dasar dalam menerima dan meneruskan beban yang bekerja
sangat mempengaruhi kekuatan dari struktur bangunan secara langsung. Tidak semua
tanah di alam ini mempunyai sifat dan daya dukung yang baik sebagai dasar dari
bangunan. Tanah yang tidak mempunyai sifat dan daya dukung baik sering dijumpai
pada beberapa lokasi.
Inceptisols termasuk salah satu ordo lahan kering dengan kesuburan relatif rendah
yang banyak digunakan untuk membudidaya-kan tanaman jagung. Di Indonesia tanah
Inceptisol menempati 37,5 % dari total daratan atau seluas 70,52 juta hektar (Yuniarti
et.al., 2019). Tanah Inceptisols memiliki kandungan bahan organik rendah, pH yang
masam, kapasitas tukar kation (KTK) rendah sampai tinggi, serta kejenuhan basa
(KB) rendah sampai tinggi (Damanik et.al, 2011). Inceptisol banyak digunakan
sebagai lahan pertanian intensif, karena pengelolaannya kurang tepat, maka sebagian
besar Inceptisol tingkat kesuburannya menjadi rendah. Hal tersebut ditunjukan oleh
kemasaman tanah, kandungan bahan organik, dan nitrogen yang rendah. Menurut
Munir (1996), Inceptisol adalah tanah yang tergolong masih muda atau tanah yang
sedang mulai berkembang. Profil Inceptisol mempunyai horizon yang
pembentukannya agak lambat sebagai hasil alterasi bahan induk. Tekstur tanah
biasanya beragam dari kasar hingga halus, hal ini tergantung pada tingkat pelapukan
dari bahan induknya. Bentuk lahan beragam dari berombak hingga bergunung.
Kesuburan tanahnya rendah dikarenakan kandungan bahan organik tanah,
kemasaman, dan kandungan beberapa unsur makro rendah.
2.2.1 Tanah
Tanah merupakan lapisan teratas lapisan bumi. Tanah memiliki ciri khas dan
sifat-sifat yang berbeda antara tanah di suatu lokasi dengan lokasi yang lain. Menurut
Fauizek et.al (2018), Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang berasal dari
material induk yang telah mengalami proses lanjut, karena perubahan alami di bawah
pengaruh air, udara, dan macam-macam organisme baik yang masih hidup maupun
yang telah mati. Tingkat perubahan terlihat pada komposisi, struktur dan warna hasil
pelapukan. Menurut Apriliyandi (2017), tanah adalah ikatan antara butiran yang
relatif lemah dapat disebabkan oleh karbonat, zat organik, atau oksida-oksida yang
mengendap-ngendap di antara partikel-partikel. Ruang di antara partikel-partikel
dapat berisi air, udara, ataupun yang lainnya.Tanah terdiri dari partikel pecahan
batuan yang telah diubah oleh proses kimia dan lingkungan yang meliputi pelapukan
dan erosi. Tanah berbeda dari batuan induknya karna interaksi antara, hidrosfer,
atmosfer, litosfer dan biosfer ini adalah campuran dari konstituen mineral dan organik
yang dalam keadaan padat,gas, dan cair (Susanto 2015).
Tanah adalah suatu benda alam yang terdapat dipermukaan kulit bumi, yang
tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil pelapukan batuan, dan bahan-bahan
organik sebagai hasil pelapukan sisa-sisa tumbuhan dan hewan, yang merupakan
medium atau tempat tumbuhnya tanaman dengan sifat-sifat tertentu, yang terjadi
akibat dari pengaruh kombinasi faktor-faktor iklim, bahan induk, jasad hidup, bentuk
wilayah dan lamanya waktu pembentukan (Yuliprianto, 2010). Bahan penyusun tanah
tersusun atas empat komponen, yaitu bahan padat mineral, bahan padat organik, air,
dan udara. Bahan padat mineral terdiri atas bibir batuan dan mineral primer, lapukan
batuan dan mineral, serta mineral sekunder. Bahan padat organik terdiri atas sisa dan
rombakan jasad, terutama tumbuhan, zat humik, dan jasad hidup penghuni tanah,
termasuk akar tumbuhan hidup (Darusman, 2006).
Pada awal mula terbentuknya tanah disebabkan oleh pelapukan batuan menjadi
partikel-partikel yang lebih kecil akibat proses mekanis dan kimia. Pelapukan
mekanis disebabkan oleh memuai dan menyusutnya batuan oleh perubahan panas dan
dingin yang terus-menerus (cuaca, matahari dan lain-lain) dan juga akibat gerusan
oleh aliran air yang akhirnya menyebabkan hancurnya batuan tersebut. Dalam proses
pelapukan mekanis tidak terjadi perubahan susunan kimiawi dari mineral batuan
tersebut. Pada proses pelapukan kimia mineral batuan induk diubah menjadi mineral-
mineral baru melalui reaksi kimia. kata "tanah" merujuk ke material yang tidak
membatu, tidak termasuk batuan dasar, yang terdiri dari butiran-butiran mineral yang
memiliki ikatan yang lemah serta memiliki bentuk dan ukuran, bahan organik, air dan
gas yang bervariasi. Jadi tanah meliputi gambut, tanah organik, lempung, lanau, pasir
dan kerikil atau campurannya ( Zainanda, 2012).
Definisi tanah secara mendasar dikelompokkan dalam tiga defenisi, yaitu
berdasarkan pandangan ahli geologi, berdasarkan pandangan ahli ilmu alam murni
dan berdasarkan pandangan ilmu pertanian. Menurut ahli geologi, tanah di
definisikan sebagai lapisan permukaan bumi yang berasal dari batuan yang telah
mengalami serangkaian pelapukan oleh gaya-gaya alam, sehingga membentuk
regolith (lapisan pertikel halus). Menurut ahli ilmu alam murni, tanah didefinisikan
sebagai bahan padat (baik berupa mineral maupun organik) yang terletak
dipermukaan bumi, yang telah dan sedang serta terus mengalami perubahan yang
dipengaruhi oleh faktor-faktor: bahan induk, iklim, organisme, topografi, dan waktu.
Menurut ahli pertanian, tanah di defenisikan sebagai media tempat tumbuh tanaman
(AAK. 2010.).
Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat
tumbuh dan berkembangnya perakaran sebagai penopang tumbuh tegaknya tanaman
dan menyuplai kebutuhan air dan hara ke akar tanaman. Secara kimiawi berfungsi
sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi (baik berupa senyawa organik
maupun anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial, seperti : N, P, K, Ca, Mg, S,
Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl); dan secara biologis berfungsi sebagai habitat dari organisme
tanah yang turut berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat
adiktif bagi tanaman; yang ketiganya (fisik, kimia dan biologi) secara integral mampu
menunjang produktifitas tanah untuk menghasilkan biomassa dan produksi baik
tanaman pangan, tanaman sayur - sayuran, tanaman hortikultura, tanaman obat-
obatan, tanaman perkebunan, dan tanaman kehutanan (AAK. 2010).
Menururt Hardjowigeno (2010), tanah yang telah berkembang mempunyai sifat
yang berbeda-benda meliputi perbedaan sifat profil tanah seperti jenis dan susunan
horizon, kedalaman solum tanah, kandungan bahan organik dan liat, kandungan air,
dan sebagainya. Ada dua belas ordo tanah menurut Soil Taxonomy yaitu entisol,
andisol, inseptisol, vertisol, ultisol, oxisol, alfisol, mollisol, spodosol, histosol,
aridisol, dan gleisol (Saridevi, 2013).
Tanah mempunyai sifat kompleks, terdiri atas komponen padat yang berinteraksi
dengan cairan dan udara. Komponen pembentuk tanah merupakan padatan, cairan
dan udara jarang berada dalam kondisi setimbang, selalu berubah mengikuti
perubahan yang terjadi di atas permukaan tanah yang dipengaruhi oleh suhu udara,
angin dan sinar matahari. Pengambilan contoh tanah merupakan tahap penting untuk
penetapan sifat-sifat fisik tanah di laboratorium. Prinsipnya, hasil analasis sifat fisik
tanah harus dapat menggambarkan keadaan sesungguhnya dari sifat fisik tanah di
lapangan.Contoh tanah adalah suatu volume massa tanah yang diambil dari suatu
bagian tubuh tanah (horizon/lapisan/solum) dengan cara-cara tertentu disesuaikan
dengan sifat-sifat yang akan diteliti secara lebih detail di laboratorium. Pengambilan
contoh tanah dapat dilakukan dengan 2 teknik yaitu pengambilan contoh tanah secara
utuh dan pengambilan contoh tanah secara tidak utuh (Lugito, 2012).
Ada 3 macam pengambilan contoh tanah yaitu pertama contoh tanah utuh yang
diperlukan untuk analisis penetapan berat isi, ukuran pori, dan permeabilitas. Kedua,
contoh tanah dalam keadaan agregat utuh untuk penetapan kemantapan agregat dan
kemantapan agregat ukuran. Dan terakhir, contoh tanah terganggu, yang diperlukan
untuk penetapan kadar lengas, tetapan atterberg, kenaikan kapiler, sudut singgung,
kadar air, pH tanah, kandungan bahan organik, dan juga kandungan unsur hara tanah
seperti P–tersedia, total N, dan lain–lain (Maryenti, 2012).
Menurut Fauizek et.al (2018), tanah adalah campuran partikel-partikel yang
terdiri dari salah satu atau seluruh jenis berikut :
Berangkal (boulders), merupakan potongan batu yang besar, biasanya lebih
besar dari 250 mm sampai 300 mm. Untuk kisaran antara 150 mm sampai 250
mm, fragmen batuan ini disebut kerakal (cobbles).
Kerikil (gravel), partikel batuan yang berukuran 5 mm sampai 150 mm.
Pasir (sand), partikel batuan yang berukuran 0,074 mm sampai 5 mm, berkisar
dari kasar (3-5 mm) sampai halus (kurang dari 1 mm).
Lanau (silt), partikel batuan berukuran dari 0,002 mm sampai 0,074 mm.
Lanau dan lempung dalam jumlah besar ditemukan dalam deposit yang
disedimentasikan ke dalam danau atau di dekat garis pantai pada muara
sungai.
Lempung (clay), partikel mineral yang berukuran lebih kecil dari 0,002 mm.
Partikel-partikel ini merupakan sumber utama dari kohesi pada tanah yang
kohesif.
Koloid (colloids), partikel mineral yang “diam” yang berukuran lebih kecil
dari 0,001 mm.
Fungsi utama tanah adalah sebagai media tumbuh makhluk hidup. Proses
pembentukan tanah dimulai dari hasil pelapukan batuan induk menjadi bahan induk
tanah, diikuti oleh proses pencampuran bahan organik yaitu sisa-sisa tumbuhan yang
dilapuk oleh mikroorganisme dengan bahan mineral dipermukaan tanah,
pembentukan struktur tanah, pemindahan bahan-bahan tanah dari bagian atas ke
bagian bawah dan berbagai proses lain, sehingga apabila kita menggali lubang pada
tanah maka akan terlihat lapisan-lapisan tanah yang berbeda sifat fisik, kimia, dan
biologinya, lapisan-lapisan inilah yang disebut dengan horizon tanah yang terbentuk
dari mineral anorganik akar. Susunan horizon tanah tersebut biasa disebut profil tanah
(Hanafiah 2014).
2.2 Tekstur Tanah
Tekstur tanah yang menunjukkan kasar halusnya tanah. Hal ini dapat dilihat
bahwa makin makin kecil ukuran separate berarti makin banyak jumlah dan makin
luas permukaannya. Persatuan bobot tanah, yang menunjukkan makin padatnya,
partikel-partikel persatuan volume tanah. Hal ini berarti makin banyak ukuran pori
mikro yang terbentuk, sebaliknya jika ukuran separate makin besar (Kemas, 2010).
Tekstur tanah mempunyai hubungan dekat dengan kemampuan tanah mengikat
lengas, udara tanah, dan hara tanah. Tekstur tanah juga mempengaruhi ruang
pergerakkan tanaman, lkonsistensi, dan pengelolaan tanah. Selain itu juga,
berpengaruh pada tingkat kesuburan tanah, yaitu pada tanah pasiran, tanah
lempungan, dan tanah debuan (Rachman, 2009). Dilaboratorium, tekstur tanah
umumnya ditetapkan melalui dua metode, yaitu metode pipet atau metode
hydrometer, yang keduanya didasarkan pada perbedaan kecepatan jatuhnya partikel-
partikel tanah didalam air dengan asumsi bahwa kecepatan jatuhnya partikel yang
berkerapatan sama dalam suatau larutan akan meningkat secara linier apabila radius
partikel bertambah secara kuadratik (Kemas, 2014). Konsistensi tanah merupakan
ketahanan tanah terhadap tekanan gaya-gaya dari luar, yang merupakan indikator
derajat manifestasi kekuatan dan corak gaya-gaya fisik yang bekerja pada tanah
selaras dengan tingkat kejenuhan airnya (Hanafiah 2014). Warnah tanah merupakan
salasatu ciri tanah yang jelas dan paling menonjol sehingga muda terlihat dan sering
digunakan dalam memerikan dari pada ciri tanah lain, kususnya orang awam. Warna
tanah tidak secara langsung mempengaruhi pertumbuhan tanaman, tetapi tak
langsung melalui daya pengaruhnya atas suhu dan legas tanah (Susanto 2015).
3. METODOLOGI
Letakkan tabung lain tepat di atas tabung pertama, kemudian tekan lagi
samapai bagian bawah dari tabung ini masuk kedalam tanah kira-kira
1cm.
Tabung beserta tanah didalamnya digali skop
Pisahkan tabung kedua dengan hati-hati, kemudian potonglah tanah
kelebihan yang ada pada bagian atas dan bawah tabung sampai rata sekali
Tutuplah tabung dengan tutup plastik (tutupnya sendiri) kemudian
masukkan kedalam kotak ring sampel.
4. HASIL dan PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Dari kegiatan pengambilan contoh tanah utuh didapatkan sampel tanah utuh
yang daimbil dari dua tempat yaitu dari tanah bedeng dan tanah pemboran tanah yang
dilaksanakan di kebun percobaan universitas malikussaleh mendapat kan berbagai
hasil dengan jenis tanah inceptisol, fisiografis yang tidak banyak semak belukar,
sedikit curam, banuak batuan dan permukaan yang terlalu terbuka. Cuaca yang cerah
dengan ketinggian ±50 m diatas permukaan laut untuk daya serap lumayan cepat air
menyerap kedalam tanah, banyak terdapat batuan besar dan kecil yang terdapat
didalam tanah atau di permukaan tanah parikum inin mendapatkan dua hasil yaitu
tanah bor, dan ring sampel.tersebut kemudian akan dianalisis dilakukan di
laboraturium ilmu tanah samapel tanah sebelum dianalisis dilab dilakukan kering
angin selama 1x24 jam dan setelah itu disaring mengunakan saringan halus.
4.1 Pembahasan
Pembahasan yang didapat adalah tanah yang diambil pada praktikum ini adalah
tanah bedeng dan tanah bor tanah pada bedengan diambil pada bagian atas bedengan
atau top soil tanah atau bagian atas pada permukaan tanah sedangkan pada tanah bor
yang diambil pada lapisan 0-20,21-40,41-60,dan 61-80 kemudian tanah akan dikering
aginkan dan akan di analisis di laboratorium ilmu tanah.
5.1 Simpulan
Sehingga kesimpulan yang didapat pramtikum dilaksanakan pada tanggal 26
maret 2023 adalah pengambilan sampel tanah, pengambilan tanah pengeboran,
praktikum ini dilaksanakan pada jam 07.00 WIB dengan keadaan topografi sedikit
miring dan pengambilan sampel tanah berada di puncak lerengmemiliki vegetasi
yang banyak rumput. Pemboran adalah kegiatan membuat lubang vertikal ke dalam
tanah. Dalam keadaan tertentu pemboran dapat juga dilakukaTanah merupakan
material yang selalu berhubungan dengan teknologi konstruksi sipil. Karena
besarnya pengaruh tanah terhadap perencanaan seluruh konstruksi, maka tanah
menjadi komponen yang sangat diperhatikan dalam perencanaan konstruksi. Untuk
itu, dalam perencanaan suatu konstruksi harus dilakukan penyelidikan terhadap
karakteristik dan kekuatan tanah terutama sifat-sifat tanah yang mempengaruhi
kekuatan dukungan tanah dalam menahan beban konstruksi yang ada di atasnya atau
disebut juga dengan daya dukung (Yuliet 2011).n secara miring (directional drilling)
atau disebut juga pemboran berarah.
5.2 Saran
Seharusnya untuk penggunaan alat lebih diperhatikan lagi biar tidak ada
peralatan atau alat yang rusak atau tidak bisa digunakan
DAFTAR PUSTAKA
4.1 hasil
Untuk mencari kadar air di gunakan rumus perhitungan sebagai berikut :
= 6.38 %
Dan didapatkan hasil tanah bor dengan mengunakan rumus diatas sebagai berikut :
Dik :
Bobot cawan = 4.0 g
Massa tanah = 12.5 g
Berat tanah kering = 15.1 g
Dit : % kadar air tanah
= 12.61 %
4.2 Pembahasan
Berdasarkan dari perhitungan diatas dapat dilihat bahwa kadar air pada tanah
bedeng yang diambil lapisan atas adalah 6.38 % sedangkan kadar air pada tanah bor
adalah 12.61 % kadar air tanah bor lebih besar dari pada tanah bedengan.
Metode oven / pengeringan yang digunakan merupakan salah astu metode
pemanasan langsung dalam penetapan kadar air. Dalam metode ini bahan di panaskan
pada suhu tertentu sehingga semua air menguap. Kehilagan berat bahan yang terjadi
menunjukkan jumlah air yang terkandung. Metode ini terutama digunakan untuk
bahan-bahan yang stabil terhadap pemanasan yang agak tinggi.
5.1 Kesimpulan
Kemampuan tanah untuk menyimpan air secara opitomal disebut kapasitas
lapang. Kapasitas lapang yaitu kemampuan tanah untuk menyimpan air setelah
dilakukan pemberian air setelah atau sampai berada pada titik jenuh. Dimana nilai
kadar air sangat beragam tergantung jenis tanah. Kadar air adalah kemampuan yang
tergolong dan terkandung dalam pori-pori tanah suatu tanah tertentu. Kandungan air
dalam tanah untuk diolah. Kadar biasanya dinyatakan dalam banyak air yang hilang
bila masa tanah dikeringkan dalam oven pada suhu 105 0C samapai diperoleh berat
tanah kering yang tetap. Kemampuan tanah menahan air yang dipengaruhi oleh
tekstur tanah.
Tanah bertekstur kasar memepunyai daya menahan air lebih kecil
dibandingkan bertanah bertekstur halus.
5.2 Saran
Lebih diperhatikan dalam melakukan dan perlunya pengawasan yang lebih
dari praktikan dan asisten.
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran 3. Pengevonan
yang terputus-putus (Sukarman, 2017).