You are on page 1of 119

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN GASTROENTERITIS PADA ANAK


DI RUANG SERUNI RSUD TEMANGGUNG

KTI
Disusun untuk memenuhi sebagai syarat mata kuliah Tugas Akhir
Pada Program Studi D III Keperawatan Magelang

Oleh:
Anna Susilowati
NIM. P 17420512051

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN MAGELANG


JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK
KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
MEI, 2015
LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN


GASTROENTERITIS DI RUANG SERUNI
RSUD TEMANGGUNG

KTI
Disusun untuk memenuhi sebagai syarat mata kuliah Tugas Akhir
Pada Program Studi D III Keperawatan Magelang

Oleh :
Anna Susilowati
NIM. P 17420512051

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN MAGELANG


JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK
KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
MEI, 2015
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan puji syukur kepada Tuhan

Yang Maha Esa dan semua pihak yang telah membantu sehingga penulis dapat

menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan pada

Anak dengan Gastroenteritis di Ruang Seruni RSUD Temanggung”. Karya

tulis ilmiah ini disusun untuk memenuhi syarat mata kuliah tugas akhir program

pada program studi D III Keperawatan Magelang.

Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak menghadapi

masalah dan hambatan, tetapi berkat arahan dan bantuan dari beberapa pihak

maka karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan. Maka pada kesempatan ini penulis

ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Sugiyanto, S.Pd, M. App. Sc, Direktur Politeknik Kesehatan Kementrian

Kesehatan Semarang yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk

melaksanakan studi khususnya dalam pembuatan karya tulis ilmiah.

2. Budi Ekanto, S.Kep, M.Sc, Ketua Jurusan Keperawatan Semarang yang telah

memberikan ijin dan kesempatan untuk melaksanakan studi khususnya dalam

pembuatan karya tulis ilmiah.

3. Hermani Triredjeki, S.Kep, Ns, M.Kes, Ketua program studi DIII

Keperawatan Magelang, pembimbing sekaligus penguji penulisan karya tulis

ilmiah ini. Yang selalu mengingatkan, mengarahkan dan membimbing dalam

penyusunan karya tulis ilmiah ini.


4. Susi T. R. Talib, S.Kep, Ns, M.Kes, dan Lulut Handayani, S.Kep, Ns, M.Kes,

Dewan penguji karya tulis ilmiah yang memberikan kritik dan sarannya

dalam penulisan karya tulis ilmiah ini.

5. Ibu Nanik Agustin dan kakak Nanang dan Nano yang selalu memberikan doa,

motivasi, dukungan moral dan material untuk menyelesaikan laporan kasus.

6. Muhaimi Anshari yang tanpa henti senantiasa memberikan motivasi,

dukungan semangat dan doa.

7. Sahabat saya Farida, Rinda, Anita, Resti, Ninin, Salwa, Yuke, Rahma dan

sahabat Arjuna yang selalu memberikan doa, semangat, dan kerjasamanya.

8. Teman-teman di Prodi Keperawatan Magelang khususnya kelas Arjuna.

9. Pihak – pihak lain yang berhubungan langsung maupun tak langsung dalam

penulisan laporan ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis mengakui bahwa dalam penulisan karya tulis ilmiah ini masih

sederhana, hal ini disebabkan keterbatasan waktu, ilmu serta pengalaman yang

penulis miliki, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca

yang bersifat membangun.

Akhir kata penulis berharap agar apa yang telah tertulis dalam karya tulis

ilmiah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Magelang, 9 Mei 2015

Anna Susilowati

NIM. P 17420512051
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN ................................. ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................. iii

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv

KATA PENGANTAR ..................................................................................... v

DAFTAR ISI .................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ x

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1

B. Tujuan Penulisan ............................................................................. 6

C. Manfaat Penulisan ........................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Gastroenteritis .................................................................... 8

1. Definisi ........................................................................................ 8

2. Etiologi ........................................................................................ 9

3. Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ................................ 10

4. Patofisiologi ................................................................................. 11

5. Pathway Gastroenteritis ............................................................... 14


6. Manifestasi Klinis ........................................................................ 15

7.Derajat Dehidrasi .......................................................................... 16

8. Penatalaksanaan .......................................................................... 17

9. Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan Anak ......................... 19

B. Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Gastroenteritis................ 27

1. Pola kesehatan fungsional ........................................................... 27

2.Pemeriksaan Fisik ......................................................................... 27

3. Pemeriksaan Penunjang ............................................................... 29

4. Diagnosa Keperawatan ................................................................ 30

5. Perencanaan ................................................................................ 32

6. Evaluasi ...................................................................................... 35

BAB III LAPORAN KASUS

A. Biodata Klien ................................................................................... 37

B. Pengkajian ...................................................................................... 37

1. Riwayat Keperawatan ................................................................. 37

2. Pemeriksaan Fisik ....................................................................... 40

3. Pemeriksaan Diagnostik ............................................................. 41

C. Perumusan Masalah ........................................................................ 42

D. Perencanaan .................................................................................... 43

E. Pelaksanaan ..................................................................................... 44

F. Evaluasi ........................................................................................... 46
BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN ................................................ 49

A. Pembahasan .................................................................................... 49

B. Simpulan ......................................................................................... 66

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2. 1 Virus penyebab gastroenteritis ........................................................................... 9

2. 2 Derajat dehidrasi anak di bawah 2 tahun .................................................... 16

2. 3 Derajat dehidrasi pada anak antara 2 – 5 tahun ........................................... 16

2. 4 Dehidrasi berat menurut berat badan pasien dan umur ............................... 17

2. 5 Pencapaian tumbuh dan kembang secara normal ........................................ 22


DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2. 1 Pathway Gastroenteritis ............................................................................ 14


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. DDST

2. SAP

3. Leaflet

4. Dokumentasi Proses Keperawatan

5. Lembar Konsultasi

6. Daftar Riwayat Hidup


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Diare merupakan sindrom penyakit yang ditandai dengan

perubahan bentuk dan konsistensi tinja melambat sampai mencair, serta

bertambahnya frekuensi buang air besar dari biasanya hingga 3 kali atau

lebih dalam sehari. Dengan ungkapan lain, diare adalah buang air besar

(defekasi) dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cairan. Kandungan

air dalam tinja lebih banyak daripada biasanya (normal 100 – 200 ml/jam

tinja ) atau frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan 3 kali

pada anak (Fida & Maya,2012).

Menurut Suratun (2010), Gastroenteritis adalah radang pada

lambung dan usus yang memberikan gejala diare, dengan atau tanpa

disertai muntah, dan sering kali disertai peningkatan suhu tubuh. Diare

yang dimaksudkan adalah buang air besar berkali – kali (dengan jumlah

yang melebihi 4 kali, dan bentuk feses yang cair, dapat disertai dengan

darah atau lendir).

Gastroenteritis merupakan penyakit sendiri, namun juga bisa

dianggap sebagai gejala penyakit lainnya. Seseorang yang memiliki gejala

gastroenteritis dan akhirnya mengembangkan diare berdarah, biasanya

tidak didiagnosis sebagai gastroenteritis, tetapi sebagai penyakit tertentu


seperti shigellosis. Oleh karena itu ada banyak penyakit tertentu yang

gejala awalnya adalah gastroenteritis terutama di awal proses penyakit.

Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2008,

menyatakan bahwa secara global setiap tahun ada 2 miliar kasus

gastroenteritis. Di negara ASEAN, anak – anak balita mengalami rata –

rata 3 – 4 kali kejadian gastroenteritis pertahun atau hampir 15 – 20%

waktu hidup anak dihabiskan untuk gastroenteritis (Soebagyo, 2008).

Sampai saat ini penyakit gastroenteritis, masih merupakan masalah

masyarakat. Menurut WHO angka kesakitan diare pada tahun 2010 yaitu

411 penderita per 1000 penduduk. Berdasarkan data profil kesehatan

Indonesia tahun 2010 jumlah kasus diare dari daftar urutan penyebab

kunjungan Puskesmas / Balai Pengobatan, hampir selalu temasuk dalam

kelompok 3 penyebab utama ke Puskesmas. Angka kesakitannya adalah

sekitar 200 – 400 kejadian diantara 1000 penduduk setiap tahunnya.

Penyakit gastroenteritis merupakan penyakit nomor 2 yang

menyebabkan angka kesakitan dan angka kematian pada anak, khususnya

anak yang berusia 5 tahun. Sementara itu menurut hasil survey yang

dilakukan oleh Dirjen Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan

(P2PL), Departemen Kesehatan, pada tahun 2010 diketahui bahwa

penyakit diare menempati urutan teratas dalam daftar 10 penyakit rawat

inap di Rumah Sakit di Indonesia (Fida & Maya,2012).

Sedangkan di Indonesia diperkirakan ditemukan penderita diare

sekitar 60 juta kejadian setiap tahunnya, sebagian besar (70 – 80 %) dari


penderita ini adalah anak dibawah umur 5 tahun (± 40 juta kejadian).

Kelompok ini setiap tahunnya mengalami lebih dari satu kali kejadian

diare. Sebagian dari penderita 1 – 2% akan jatuh ke dalam dehidrasi dan

kalau tidak segera ditolong 50 – 60% diantaranya dapat meninggal

(Sudaryat Suraatmaja, 2010).

Sedangkan cakupan di Jawa Tengah selama tiga tahun terakhir

tidak mengalami peningkatan atau penurunan yaitu sekitar 25,22 per 1000

penduduk. Seringkali 1 – 2% penderita diare akan jatuh dehidrasi dan

kalau tidak segera tertolong 50 – 60% meninggal dunia (Depkes,2010).

Data dari dinas kesehatan kabupaten Temanggung menunjukkan

bahwa jumlah kasus diare pada tahun 2011 diperkirakan sekitar 30.417

kasus (4%) dari jumlah penduduk kabupaten Temanggung 719.078

penduduk. Sedangkan yang ditangani sekitar 27.172 (89.33%). Dan yang

tidak ditangani sekitar 3245 penduduk (10%) dengan jumlah kematian 4

orang (0,67%) (Sumber: bidang P2PL Kab. Temanggung).

Data dari Rumah Sakit Umum Temanggung, menunjukkan data

jumlah pasien anak 1 – 14 tahun pada tahun 2012 sebanyak 1038 pasien

dengan jumlah pasien kasus gastroenteritis 187 pasien (18%) terdiri dari

105 laki – laki 82 perempuan. Pada tahun 2013 jumlah pasien 1193

dengan jumlah pasien kasus gastroenteritis 167 pasien (14%) terdiri dari

101 laki-laki 71 perempuan. Pada tahun 2014 jumlah pasien 1280 dengan

jumlah kasus gastroenteritis 188 pasien (15%) terdiri dari 117 laki–laki 71

perempuan. Dari tahun 2012-2013 mengalami penurunan 0.2 %,


sedangkan dari tahun 2013 – 2014 mengalami peningkatan 0.21 %

(Sumber: Rumah Sakit Umum Temanggung).

Walaupun insidens diare akut masih tinggi, mortalitasnya saat ini

sudah sangat menurun. Dengan penatalaksanaan yang baik kejadian diare

akan sembuh dalam 3 – 6 hari. Hanya 25 – 30 % kasus berlangsung 7 – 14

hari dan 5 – 15 % lebih dari 14 hari (Sudaryat Suraatmaja, 2010, p.25).

Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam 6

golongan besar yaitu infeksi (disebabkan oleh bakteri, virus atau infestasi

parasit), malabsorpsi, alergi, keracunan dan sebab – sebab lainnya.

Penyebab yang sering ditemukan di lapangan ataupun secara klinis adalah

diare yang disebabkan infeksi dan keracunan (Departemen Kesehatan RI,

2011).

Terapi rehidrasi oral merupakan pengobatan utama pada sebagian

besar anak dengan gastroenteritis akut dan sebaiknya terdiri atas larutan

elektrolit/glukosa seimbang seperti oralit dengan pemberian kembali

makanan padat secara dini. Bayi yang diberi Air Susu Ibu (ASI) sebaiknya

didorong untuk melanjutkan minum ASI kecuali jika asupan makanan

kurang. Pasien yang mengalami dehidrasi sedang sampai berat

memerlukan terapi cairan intravena mula – mula dengan 20ml/kg larutan

salin normal, kemudian sering dilakukan penilaian ulang. Pemberian

berbagai obat antiemetik dan antidiare tidak memperlihatkan manfaat yang

jelas dan mengandung risiko. Oleh karena itu, obat yang mengontrol gejala
muntah dan diare sebaiknya dihindari (Dewi Asih Mahanani& Natalia

Susi,2004).

Penatalaksanaan anak dengan diare harus benar – benar

direncanaan dan diperhitungkan dengan benar dan seimbang antara

pemasukan dan pengeluaran, agar anak tidak jatuh dalam keadaan

dehidrasi dan malnutrisi (Soegeng Soegijanto, 2004) dan kalau tidak

segera ditangani dapat menyebabkan kematian (Sudaryat Suraatmaja,

2010).

Dari latar belakang diatas, penulis tertarik untuk menyusun Karya

tulis ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan dengan Gastroenteritis

pada Anak di Ruang Seruni RSUD Temanggung”.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum

Penulis mampu melaporkan pengelolaan Asuhan Keperawatan

Gastroenteritis pada Anak di Ruang Seruni RSUD Temanggung.

2. Tujuan khusus

a. Melakukan pengkajian pada Anak dengan Gastroenteritis di Ruang

Seruni RSUD Temanggung.

b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada Anak dengan Gastroenteritis

di Ruang Seruni RSUD Temanggung.

c. Menyusun rencana keperawatan pada Anak dengan Gastroenteritis di

Ruang Seruni RSUD Temanggung.


d. Melakukan implementasi keperawatan sesuai dengan rencana asuhan

keperawatan di Ruang Seruni RSUD Temanggung.

e. Melakukan evaluasi dan mendokumentasikan dari proses keperawatan

yang telah dilakukan dalam rangka pemenuhan kebutuhan klien di

Ruang Seruni RSUD Temanggung.

C. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Teoritis

Hasil penulisan karya tulis ilmiah ini diharapkan mampu

menambah pengetahuan khususnya pada asuhan keperawatan

gastroenteritis pada anak.

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi penulis

Hasil laporan ini diharapkan dapat memberikan pengalaman dan

gambaran tentang penatalaksanaan asuhan keperawatan

gastroenteritis pada anak.

b. Manfaat bagi klien dan keluarga

Keluarga dan klien mengerti tentang penyakit gastroenteritis dan

penatalaksanaan yang tepat untuk mengatasinya.

c. Manfaat bagi Institusi Pendidikan

Laporan kasus ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi

informasi dalam peningkatan mutu pendidikan di masa yang akan


datang terkait dengan asuhan keperawatan gastroenteritis pada

anak.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Gastroenteritis

1. Definisi

Gastroenteritis adalah infeksi saluran pencernaan disebabkan

oleh berbagai enteropatogen, termasuk bakteria dan parasit. Ditandai

dengan adanya muntah dan diare yang diakibatkan oleh infeksi, alergi,

tidak toleransi terhadap makanan / minuman tertentu (Deden & Tutik,

2010).

Menurut Suratun (2010), Gastroenteritis adalah radang pada

lambung dan usus yang memberikan gejala diare, dengan atau tanpa

disertai muntah, dan sering kali disertai peningkatan suhu tubuh. Diare

yang dimaksudkan adalah buang air besar berkali – kali (dengan

jumlah yang melebihi 4 kali, dan bentuk feses yang cair, dapat disertai

dengan darah atau lendir).

Sedangkan menurut Wong. Donna L (2003,p.492)

Gastroenteritis adalah inflamasi lambung dan usus yang disebabkan

oleh berbagai bakteri, virus, dan pathogen parasitik.

Menurut beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

gastroenteritis adalah inflamasi lambung dan usus yang disebabkan

oleh infeksi, bakteri, virus, dan patogen yang ditandai dengan buang
air besar berkali – kali melebihi 4 kali dan bentuk feses yang cair,

dapat disertai dengan darah atau lendir.

2. Etiologi

Pada pasien rawat – inap virus merupakan penyebab pada 50 %

pasien dan bakteri pada 15 – 20 % pasien. Pada pasien selebihnya,

penyebabnya tidak jelas sekalipun dengan fasilitas laboratorium

terbaik.

Tabel 2. 1

Virus penyebab gastroenteritis


Rotavirus 20 – 40 %

Adenovirus 6–8 %

Virus kecil bulat 2–4%

C.jejuni 8 – 10 %

Salmonella species 4–8%

Bakteri lain 2–5%

(Juffrie & Iyan, 2003)

Menurut Suratun & Lusianah (2010), Gastroenteritis disebabkan oleh :

a. Infeksi oleh bakteri (salmonella spp, campylobacter jejuni,

stafilococcus aureus, bacillus cereus, clostridium perfringens dan

enterohemorraghic escherichia coli (EHEC), virus (rota-virus,

adenovirus enteris, virus norwalk), parasit (biardia lambia,

cryptosporidium). Bakteri penyebab diare di Indonesia adalah


shigella, salmonela, campylobacter jejunim escherichia coli, dan

entamoeba histolytica. Disentri berat disebabkan oleh shigella

dysentry, dapat juga disebabkan oleh shigella flexneri, salmonnella

dan enteroinvasive E.coli (EIEC). Infeksi oleh mikroorganisme ini

menyebabkan peningkatan sekresi.

b. Diare juga dapat disebabkan oleh obat – obatan seperti laksatif,

antibiotik, asetaminophen, kemoterapi dan antasida.

c. Pemberian makan melalui NGT, gangguan motilitas usus seperti

diabetic enteropathy, scleroderma visceral, sindrom karsinoid,

vagotomi.

d. Penyakit pada pasien seperti gangguan metabolic dan endokrin

(diabetes, addiso, tirotoksikosis, Ca Tyroid sehingga terjadi

peningkatan penglepasam calsitonin), gangguan nutrisi dan

malabsorpsi usus (colitis ulseratif, syndrome usus peka, penyakit

seliaka), paralitik ileus dan obstruksi usus.

e. Makanan atau minuman yang terkontaminasi bakteri, bepergian ke

negara endemis dengan sanitasi lingkungan dan kebersihan air

yang buruk, penggunaan antibiotik yang berkepanjangan.


3. Mekanisme dasar yang menyebabkan diare

Menurut (Hasan, 2007), mekanisme dasar meliputi hal – hal sebagai

berikut :

a. Gangguan osmotik

Kondisi ini berhubungan dengan asupan makanan atau zat yang

sukar diserap oleh mukosa intestinal dan akan menyebabkan

tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi sehingga terjadi

pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus

yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya

sehingga timbul diare.

b. Gangguan sekresi

Akibat gangguan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus

akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam rongga

usus selanjutnya diare tidak karena peningkatan isi rongga usus.

c. Gangguan motilitas usus

Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan

usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare, sebaliknya

bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul

berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.

4. Patofisiologi

Secara umum kondisi peradangan pada gastrointestinal

disebabkan oleh infeksi dengan melakukan invasi pada mukosa,


memproduksi enterotoksin dan atau memproduksi sitotoksin.

Mekanisme ini menghasilkan peningkatan sekresi cairan dan atau

menurunkan absorpsi cairan sehingga akan terjadi dehidrasi dan

hilangnya nutrisi dan elektrolit.

Usus halus menjadi bagian absorpsi utama dan usus besar

melakukan absorpsi air yang akan membuat solid dari komponen feses,

dengan adanya gangguan dari gastroenteritis akan menyebabkan

absorpsi nutrisi dan elektrolit oleh usus halus, serta absorpsi air

menjadi terganggu.

Selain itu, diare juga dapat terjadi akibat masuknya

mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah melewati rintangan asam

lambung. Mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian

mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi

yang selanjutnya akan menimbulkan diare. Mikroorganisme

memproduksi toksin. Enterotoksin yang diproduksi agen bakteri

(seperti E. Coli I dan Vibrio cholera) akan memberikan efek langsung

dalam peningkatan pengeluaran sekresi air ke dalam lumen

gastrointestinal. Beberapa agen bakteri bisa memproduksi sitotoksin

(seperti Shigella dysentreriae, Vibrio parahaemolyticus, Clostridium

difficile, enterohemorraghic E. Coli) yang menghasilkan kerusakan sel

– sel mukosa, serta menyebabkan feses bercampur darah dan lendir

bekas sisa sel – sel yang terinflamasi. Invasi enterosit dilakukan

beberapa mikroba seperti Shigella, organisme campylobacter, dan


enterovasif E. Coli yang menyebabkan terjadinya destruksi, serta

inflamasi.

Pada manifestasi lanjut dari diare dan hilangnya cairan,

elektrolit memberikan manifestasi pada ketidakseimbangan asam basa

dan gangguan sirkulasi yaitu terjadinya gangguan keseimbangan asam

basa (metabolik asidosis). Hal ini terjadi karena kehilangan Na-

bikarbonat bersama feses. Metabolisme lemak tidak sempurna

sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh dan terjadinya

penimbunan asam laktat karena adanya anoreksia jaringan. Produk

metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat

dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria / anuria) dan terjadinya

pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler ke dalam cairan

intraseluler (Muttaqin & Sari, 2013).


5. Pathway Gastroenteritis
faktor makanan
Faktor Faktor infeksi Faktor
(makanan basi,
malabsorpsi psikologis
beracun, alergi
(karbohidrat, (cemas dan
terhadap Toksin dari
lemak, takut)
makanan) bateri dan virus Hormon
protein)
adrenalin
absorpsi
Enterotoksin Invasi pada meningkat
agen infeksi mukosa usus
Tekanan osmotik Mempengaruhi
usus saraf
Peningkatan Memproduksi
aktivitas sekresi Pergeseran air dan parasimpatik
enterotoksin/sito
air dan elektrolit elektrolit ke toksin
rongga usus hiperperistaltik
Akumulasi air di
lumen intestinal gastroenteritis

Dampak
Peningkatan hospitalisasi
motilitas usus Kerusakan
rongga usus
Gangguan Info tentang
diare penyakit
absorpsi nutrisi
dan cairan oleh Respons kurang
mukosa intestinal Defekasi lebih sistemik Kurang
dari 3 kali pengetahua
n
Gangguan
gastrointestinal Peningkatan hiperterm
sekresi cairan dan i
elektrolit
Mual, muntah, Pasase feses yang encer
kembung, anoreksia
Kekurangan
Kemerahan dan eksurasi
volume cairan
Asupan nutrisi kulit sekitar anus
tidak adekuat

Kerusakan
Nutrisi kurang intregitas kulit
dari kebutuhan

Gambar 2. 1 Pathway Gastroenteritis (Muttaqin & Sari, 2013;Hasan, 2007)


6. Manifestasi Klinis

a. Konsistensi feses cair dan frekuensi defekasi semakin sering

b. Muntah (umumnya tidak lama)

c. Demam (mungkin ada, mungkin tidak)

d. Kram abdomen, tenesmus

e. Membran mukosa kering

f. Fontanel cekung (bayi)

g. Berat badan turun

h. Malaise (Sari Kurnianingsih & Monica Ester, 2010).

Mula – mula anak balita menjadi cengeng, gelisah, suhu badan

meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada kemudian timbul

diare. Tinja cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna

tinja makin lama berubah kehijau – hijauan karena tercampur empedu,

karena seringnya defekasi, anus dan sekitarnya lecet karena tinja

semakin lama menjadi asam akibat banyaknya asam laktat, yang

berasal dari laktosa yang tidak diabsorbsi oleh usus selama diare.

Gejala muntah dapat terjadi sebelum dan atau sesudah diare

(Ngastiyah, 2005).

Sedangkan akibat dari penyakit gastroenteritis ada beberapa

tahap – tahap, pertama dehidrasi ringan yang berakibatkan haus dan

oliguria ringan tetapi tanda fisik yang bisa dideteksi setara dengan

kehilangan berat badan 5%. Pada tahap kedua dehidrasi sedang

mengakibatkan haus dan oliguria mencolok, disertai takhikardi, sedikit


perubahan tonus kulit, sedikit penurunan tekanan bola mata dan ubun –

ubun cekung, setara dengan kehilangan berat badan 5 – 10%. Tahap

ketiga dehidrasi berat mengakibatkan takhikardi mencolok, kehilangan

tonus kulit mencolok (tugor kulit dan jaringan buruk), mata cekung,

tekanan bola mata rendah, oliguria berat atau anuria, gelisah dan

apatis, setara dengan kehilangan berat badan sebesar 10%. Selain itu

bisa menjadi kolaps sirkulasi, delirium, koma, hiperpireksia, sianosis

dan kematian (M.juffri dan Iyan Darmawan, 2003. P.75).

7. Derajat dehidrasi

Tabel 2. 2

Derajat dehidrasi anak di bawah 2 tahun

Derajat Dehidrasi PWL IWL CWL

Ringan 50 100 25
Sedang 75 100 25
Berat 125 200 25

Tabel 2. 3

Derajat dehidrasi pada anak antara 2 – 5 tahun

Derajat Dehidrasi PWL IWL CWL

Ringan 30 80 25
Sedang 50 80 25
Berat 80 80 25
Tabel 2. 4

Dehidrasi berat menurut berat badan pasien dan umur

Berat Badan Umur PWL IWL CWL

0-3 kg 0-1 bln 150 125 25

3-10 kg 1 bln-3 th 125 100 25


2-5 th 100 80 25
10-15 kg
5-10 th 80 25 25
15-25 kg

(Ngastiyah, 2005)

Keterangan :

PWL : Previous Water Loss / cairan yang hilang karena muntah

(ml/kg BB)

IWL : Insensible Water Loss / cairan hilang melalui kulit dan

pernafasan (ml/kg BB)

CWL :Concomitant Water Loss / cairan yang hilang karena

muntah hebat (ml/kg BB)

(Ngastiyah, 2005)

8. Penatalaksanaan

a. Pencegahan : mencuci tangan.

b. Pemberian cairan dan elektrolit; oral (seperti pedialyte atau oralit)

atau terapi parenteral.


c. Pada bayi, pemberian ASI (air susu ibu) diteruskan jika penyebab

bukan dari ASI.

d. Pengobatan dietik

ASI atau susu formula yang mengandung rendah laktosa dan

asam lemak. Beri makanan tinggi kalori dan tinggi kalium

misalnya : jeruk, pisang dan air kelapa.

e. Obat – obatan

1) Obat anti sekresi : Asetosil dosis 25 mg/hari dengan dosis

minimum 30 mg.

2) Klorpromazin dosis 0,5 – 1 mg/kg BB/hari.

3) Obat spasmolitik dan lain – lain, umumnya obat spasmolitik

seperti papaverin ekstrak beladona.

4) Antibiotik, tetrasiklin 25 – 50 mg/kg BB/hari.

f. Pemberian cairan

1) Belum terjadi dehidrasi

Cairan rumah tangga (air tajin, air teh manis dan lain – lain)

sepuasnya atau dengan perkiraan 10 ml/kg BB setiap kali BAB.

2) Dehidrasi ringan

Beri cairan oralit 30 ml/kg BB dalam 3 jam pertama

selanjutnya 10 ml/kg BB atau sepuasnya setiap kali BAB.

3) Dehidrasi sedang

Beri cairan oralit 100 ml/kg BB dalam 3 jam pertama

selanjutnya oralit 10 ml/kg BB atau sepuasnya setiap kali BAB.


4) Dehidrasi berat

a) 0 – 2 tahun

Ringer laktat 70 ml/kg BB dalam 3 jam pertama, bila

dehidrasi beri cairan oralit 40 ml/kg BB seterusnya 10

ml/kg BB setiap BAB.

b) Lebih dari 2 tahun

Ringer laktat 110 ml/kg BB dalam 3 jam, bila syok, guyur

sampai nadi teraba. Bila masih dehidrasi beri cairan oralit

200 – 300 ml/kg BB tiap jam. Seterusnya cairan oralit 10

ml/kg BB (Deden Dermawan & Tutik R, 2010).

9. Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Dalam pertumbuhan dan perkembangan anak terdapatdua

peristiwa, yaitu peristiwa percepatan dan perlambatan. Peristiwa

tersebut akan berlainan dalam satu organ tubuh. Peristiwa percepatan

dan perlambatan tersebut merupakan suatu kejadian yang berbeda

dalam setiap organ tubuh, namaun masih saling berhubungan satu

dengan yang lain, misal terjadinya perubahan tentang besarnya,

jumlah, dan ukuran di tingkat sel mana pun organ pada individu serta

perubahan bentuk dan fungsi pematangan organ mulai dari aspek

sosial, emosional, dan intelektual.


Ciri – ciri pertumbuhan dan perkembangan anak, dalam

peristiwa pertumbuhan dan perkembangan anak memiliki berbagai ciri

khas yang membedakan komponen satu dengan yang lain.

Pertumbuhan memiliki ciri – ciri sebagai berikut (Aziz, 2009) :

a. Dalam pertumbuhan akan terjadi perubahan ukuran dalam hal

bertambahnya ukuran fisik, seperti berat badan, tinggi badan,

lingkaran kepala, lingkaran lengan, lingkaran dada, dan lain – lain.

b. Dalam pertumbuhan dapat terjadi perubahan proporsi yang dapat

terlihat pada proporsi fisik atau organ manusia yang muncul dari

masa konsepsi hingga dewasa.

c. Pada pertumbuhan dan perkembangan terjadi hilangnya ciri – ciri

lama yang ada selama masa pertumbuhan, seperti hilangnya

kelenjar timus, lepasnya gigi susu, atau hilangnya refleks- refleks

tertentu.

d. Dalam pertumbuhan terjadi ciri – ciri baru yang secara perlahan

mengikuti proses kematangan, seperti adanaya rambut pada daerah

aksila, pubis, atau dada.

Adapaun perkembangan memiliki ciri – ciri sebgai berikut (Aziz,

2009) :

a. Perkembangan selalu melibatkan proses pertumbuhan yang diikuti

dari perubahan fungsi, seperti perkembangan sistem reproduksi

akan diikuti perubahan fungsi alat kelamin.


b. Perkembangan memiliki pola yang konstan dengan hukum tetap,

yaitu perkembangan dapat terjadi dari daerah kepala menuju ke

arah kaudal atau dari bagian proksimal kebagian distal.

c. Perkembangan memiliki tahapan yang berurutan mulai kemampuan

melakukan hal yang sederhana menuju kemampuan melakukan hal

yang sempurna.

d. Perkembangan tiap individu memiliki kecepatan pencapaian

perkembangan yang berbeda.

e. Perkembangan dapat menetukan pertumbuhan tahap selanjutnya, di

mana perkembangan harus melewati tahap demi tahap.


Tabel 2. 5 Pencapaian tumbuh dan kembang secara normal

Umur Motorik Halus Motorik Kasar Bahasa Perilaku/ adaptasi sosial

0-28 Kemampuan untuk Diawali dengan tanda Kemampuan bersuara Tanda- tanda tersenyum dan mulai
hari mengikuti garis gerakan seimbang pada (menangis) dan bereaksi menatap muka untuk mengenali seseorang
tengah bila kita tubuh dan mulai terhadap suara atau bel
memberi respon mengangkat kepala
terhadap gerakan jari
atau tangan

1-4 Memegang suatu Mengangkat kepala saat Kemampuan untuk Kemampuan untuk mengamati tangannya,
bulan objek, mengikuti tengkurap, mencoba bersuara dan tersenyum, tersenyum spontan dan membalas
suatu objek dari sisi duduk sebentar dengan mengucapkan huruf senyuman bila diajak tersenyum, mengenal
ke sisi, mencoba ditopang, mampu hidup, berceloteh, ibunya dengan penglihatan, penciuman,
memegang dan duduk dengan kepala mengucapkan kata pendengaran, dan kontak. Tersenyum pada
memasukkan benda tegak, jatuh terduduk di “ooh/ahh”, tertawa dan wajah manusia. Waktu tidur dalam sehati
ke mulut, memegang pangkuan ketika berteriak, mengoceh lebih sedikit daripada waktu terjada.
benda tapi terlepas, disokong pada posisi spontan, serta bereaksi Membentuk siklus tidur- bangun.
memerhatikan tangan berdiri, kontrol kepala dengan mengoceh Menangis bila terjadi sesuatu yang aneh.
dan kaki, memegang sempurna, mengangkat Membedakan wajah- wajah yang dikenal
benda dengan kedua kepala sambil berbaring dan tidak dikenal. Senang menatap wajah-
tangan, serta menahan terlentang, berguling wajah yang dikenalnya. Serta terdiam bila
benda di tangan dari terlentang ke ada orang tak dikenal.
walaupun hanya miring, posisi lengan
sebentar dan tungkai kurang
fleksi, dan berusaha
untuk merangkak
Tabel 2. 5 (Lanjutan)

Umur Motorik Halus Motorik Kasar Bahasa Perilaku/ adaptasi sosial

4-8 Mengamati benda, Posisi telungkup pada Menirukan bunyi atau Anak merasa takut dan terganggu dengan
bula menggunakan ibu jari alas, dan sudah kata-kata, menoleh ke keberadaan orang asing. Mulai bermain
n untuk memegang, memulai mengangkat arah suara atau sumber dengan mainan, mudah frustasi, serta
mengeksplorasi benda kepala dengan bunyi, tertawa, menjerit, memukul- mukul lengan dan kaki jika
yang sedang melakukan gerakan menggunakan vokalisasi sedang kesal.
dipegang, mengambil menekan kedua semakin banyak, serta
objek dengan tangan tangannya. Pada bulan mengggu
tertungkup, mampu ke-4 sudah mampu
menahan kedua benda memalingkan kepala ke nakan kata yang terdiri
di kedua tangan kanan dan kekiri, duduk dari atas dua suku kata
secara stimulant, dengan kepala tegak, dan dapat membuat dua
menggunakan bahu membalikkan badan, bunyi vocal yang
dan tangan sebagai bangkit dengan kepala bersamaan seperti “ba-
satu kesatuan, serta tegak, menumpu beban ba”
memindahkan objek pada kaki dengan
dari satu tangan ke lengan berayun ke
satu tangan yang lain. depan dank e belakang,
berguling dari
terlentang ke tengkurap,
serta duduk dengan
bantuan dalm waktu
yang singkat
Tabel 2. 5 (Lanjutan)

Umur Motorik Halus Motorik Kasar Bahasa Perilaku/ adaptasi sosial

8-12 Mencari atau meraih Duduk tanpa pegangan, Mampu mengucapkan Kemampuan bertepuk tangan. Menyatakn
bulan benda kecil, bila berdiri dengan kata “papa” dan “mama” keinginan. Sudah mulai minum dengan
diberi kubus mampu pegangan, bangkit lalu yang belum spesifik, cangkir. Menirukan kegiatan orang.
memindahkan, berdiri, berdiri 2 detik, mengoceh hingga Bermain bola atau lainnyadengan orang
mengambil, dan berdiri sendiri mengatakannya secara lain.
memegang dengan spesifik, serta dapat
telunjuk dan ibu jari, mengucapkan 1- 2 kata.
membenturkannya,
serta meletakkan
benda atau kubus ke
tempatnya

1-2 Kemampuan dalam Melangkah dan berjalan Memiliki 10 Kemampuan membantu kegiatan di rumah,
tahun mencoba menyusun dengan tegak. Usia 18 perbendaharaan kata, menyuapi boneka, mulai menggosok gigi,
atau membuat menara bulan anak mampu tingginya kemampuan serta mencoba mengenakan baju sendiri
pada kubus menaiki tangga dengna meniru, mengenal, dan
satu tangan dipegang. responsive terhadap
Pada akhir tahun ke-2 orang lain, mampu
sudah mampu berlari- menunjukkan dua
lari kecil, menendang gambar,
bola, dan mulai mengkombinasikan kata-
mencoba melompat kata, serta mulai mampu
menunjukkan lambaian
anggota badan.
Tabel 2. 5 (Lanjutan)

Umur Motorik Halus Motorik Kasar Bahasa Perilaku/ adaptasi sosial

3-6 Memiliki kemampuan Berdiri dengan satu Kemampuan Kemampuan bermain dengan permaian
tahun untuk kaki selama 1- 5 detik, menyebutkan hingga sederhana, menangis jika dimarahi,
menggoyangkan jari- melompat dengan satu empat gambar, membuat permintaan sederhana dengan
jari kaki, menggambar kaki, berjalan dengan menyebutkan satu hingga gaya tubuh, menunjukkan peningkatan
dua atau tiga bagian, tumit ke jari kaki, dua warna, menyebutkan kecemasan terhadap perpisahan, sserta
memiliki garis yang menjelajah, membuat kegunaan benda, mengenali anggota keluarga.
lebih panjang dan posisi merangkak, dan menghitung, mengartikan
menggambar orang, berjalan dengan dua kata, mengerti empat
melepas objek dengan bantuan kata depan,
jari lurus, mampu mengertibeberapa kata
menjepiit benda, sifat dan jenis kata
melambaikan tangan, lainnya, menggunakan
menggunakan bunyi untuk
tangannya untuk mengidentifikasi objek,
bermain, orang, dan aktivitas,
menempatkan objek menirukan berbagai
ke dalam wadah, bunyi kata, memahami
makan sendiri, minum arti larangan, serta
dari cangkir dengan merespons panggilan
bantuan, makan orang dan anggota
dengan jari, serta keluarga dekat
membuat coretan di
atas kertas
Tabel 2.5 (Lanjutan)

Umur Motorik Halus Motorik Kasar Bahasa Perilaku/ adaptasi sosial

6-9 Kecepatan dan Tahap operasional Ekspansif.


tahun kehalusan aktivitas konkret (7-11 tahun)
motori menigkat. Ingin terlibat dalam segala sesuatu.
Umur dengan pemikiran
Menggunakan alat- yang berhubungan. Mencari teman secara aktif.
alat yang umum Mampu Menyukai kelompok dan mode.
seperti palu dan mengelompokkan,
pelatan rumah tangga. menyusun seri, mengatur Mulai memuja pahlawan.
dalam urutan.
Variasi ketrampilan Suka membantu
lebih individual. Mempelajari prinsip-
mungkin menunjukkan minat yang kurang
prinsip penghematan.
terhadap Tuhan.
Mengetahui tanggal.

Menyebutkan nama-
nama hari dan bulan
dengan berurutan.
Menghitung mundur dari
20 ke 1.
10-12 Pertambahan tinggi Membaca untuk Fase operasional formal Sangat tertarik terhadap bacaan, ilmu
tahun badan lambat. kesenangan dan tujuan pengetahuan, usaha-usaha kreatif.
tertentu Pemikiran logis dan
Pertambahan berat kemampuan Demonstratif.
badan cepat. menggunakan pemikiran
abstrak berkembang. Teman sebaya dan orang tua penting.
Perubahan tubuh yang
berhubungan dengan Pemikiran reflektif, Bersifat percakapan.
pubertas tampak. futuristik, Mulai tertarik dengan lawan jenis
mutlidimensional.
Sisa erupsi gigi.

Mencuci pakaian.
27

B. Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Gastroenteritis

1. Pola kesehatan fungsional menurut Gordon (Wong, 2009)

a. Pola penatalaksanaan kesehatan - persepsi kesehatan

b. Pola nutrisi metabolik

c. Pola eliminasi

d. Pola aktivitas - latihan fisik

e. Pola tidur – istirahat

f. Pola kognitif – perseptual

g. Pola konsep diri - persepsi diri

h. Pola hubungan – peran

i. Pola reproduktif seksualitas

j. Pola toleransi stres koping

k. Pola keyakinan - nilai

2. Pemeriksaan Fisik

a. Pemeriksaan kulit, kuku, rambut dan kelenjar getah bening.

Inspeksi kulit untuk adanya pucat, dan ikterik. Kaji turgor kulit

untuk menentukan dehidrasi, kulit perut dicubit selama 30-60

detik, kemudian dilepas. Jika kulit kembali normal dalam waktu

2-5 detik: turgor kulit agak kurang (dehidrasi ringan), 5-10 detik:

turgor kulit kurang (dehidrasi sedang), dan > 10 detik: turgor kulit

sangat kurang (dehidrasi berat). Bentuk kuku yang cekung atau

cembung menunjukkan adanya cedera, defisiensi besi atau

infeksi. Rambut kering, rapuh dan kurang pigmen menunjukkan

27
adanya kekurangan gizi. Pembesaran kelenjar getah bening

dengan diameter lebih dari 10 mm menunjukkan kemungkinan

adanya indikasi penyakit tertentu.

b. Pemeriksaan kepala dan leher, meliputi : pemeriksaan kepala,

wajah, mata, telinga, hidung, mulut dan lidah, faring, laring dan

leher. Anak usia dibawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi,

ubun-ubunnya biasanya cekung. Pada pemeriksaan mata anak

yang diare tanpa dehidrasi, bentuk kelopak mata normal. Apabila

mengalami dehidrasi ringan/ sedang, kelopak mata cekung.

Sedangkan apabila mengalami dehidrasi berat, kelopak mata

sangat cekung. Mulut dan lidah kering menunjukkan terjadi

dehidrasi.

c. Pemeriksaan dada, meliputi pemeriksaan paru, payudara, dan

jantung dengan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.

d. Pemeriksaan abdomen.

Inspeksi abdomen untuk tanda-tanda distensi abdomen dan

gerakan peristaltik yang tampak pada dinding abdomen.

Auskultasi abdomen harus dilakukan sebelum palpasi dan perkusi

untuk menghindari perubahan bising usus, perhatikan ada

tidaknya hiperperistaltik usus (normalnya 10-30 kali per menit).

Palpasi abdomen untuk menentukan adanya nyeri tekan, rigiditas,

massa, dan organomegali. Perkusi pada abdomen untuk


mengetahui adanya gas yang berlebih, massa, cairan, dan

pembesaran hepar.

e. Pemeriksaan genitalia dan anus. Inspeksi adanya iritasi pada daerah

sekitar anus.

f. Pemeriksaan tulang belakang dan ekstremitas.

3. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan tinja

Diperiksa dalam volume warna dan konsistensinya serta di teliti

adaya mukus darah dan leukosit. Pada umumnya leokosit tidak dapat di

tentuka jika diare berhubungan dengan penyakit usus halus. Tetapi

ditemukan pada penderita Salmonelia, E. Coli, enterovirus dan

Shigelosis. Terdapatnya mukus yang berlebih dalam tinja menunjukan

kemungkinan adanya keradangan kolom. pH tinja yang rendah

menunjukan adanya malabrorsi HA, jika kadar glukosa tinja rendah pH

kurang dari 5,5 maka penyebabnya diare bersifat tidak menular.

b. Pemeriksaan darah

Pemeriksaan analisis gas darah, elektrolit, ureum, kreatinin dan

berat jenis plasma untuk mengetahui faal ginjal. Penurunan pH darah

disebabkan karena terjadi penurunan bikarbonat sehingga frekuensi

nafas agak cepat. Elektrolit terutama kadar natrium, kalsium, dan

fosfor dalam serum ( Padila, 2013 ).


4. Diagnosa Keperawatan

a. Diare

1) Definisi : pengeluaran feses lunak dan tidak bermassa

2) Batasan Karakteristik

Subjektif : nyeri abdomen, kram, urgensi

Objektif : sedikitnya sehari mengalami tiga kali defekasi

dengan feses cair, bising usus hiperaktif (Wilkinson, 2012).

b. Kekurangan Volume Cairan

1) Definisi : penurunan cairan intravaskuler, interstisial, atau

intrasel. Diagnosis ini merujuk pada dehidrasi yang merupakan

kehilangan cairan saja tanpa perubahan kadar natrium.

2) Batasan karakteristik

Subjektif : haus

Objektif : perubahan status mental, penurunan turgor kulit dan

lidah, penurunan haluaran urin, penurunan pengisian vena, kulit

dan membran mukosa kering, hematokrit meningkat, suhu

tubuh meningkat, peningkatan frekuensi nadi, penurunan

tekanan darah, penurunan volume dan tekanan nadi,

konsentrasi urine meningkat, penurunan berat badan yang tiba

– tiba (kecuali pada ruang ketiga), kelemahan (Wilkinson,

2012).
c. Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh

1) Definisi : asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi

kebutuhan metabolik.

2) Batasan karakteristik : berat badan kurang dari 20% atau lebih

dibawah berat badan ideal untuk tinggi badan dan rangka

tubuh, asupan makanan kurang dari kebutuhan metabolik, baik

kalori total maupun zat gizi tertentu, kehilangan berat badan

dengan asupan makanan yang adekuat (Wilkinson, 2012).

d. Kerusakan Integritas Jaringan

1) Definisi : kerusakan pada membran mukosa, jaringan kornea,

integumen, atau subkutan.

2) Batasan karakteristik : kerusakan atau kehancuran jaringan

(misalnya, kornea, membran mukosa, integumen, atau

subkutan) (Wilkinson, 2012).

e. Hipertermi

1) Definisi : peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal.

2) Batasan karakteristik : kulit merah, suhu tubuh meningkat di

atas rentang normal, takikardia, takipnea (Wilkinson, 2012).

f. Kurang pengetahuan

1) Definisi : penyerapan informasi kognitif yang berhubungan

dengan topik tertentu yang mencukupi untuk memenuhi tujuan

kesehatan dan dapat ditingkatkan.


2) Batasan karakteristik : mengungkapkan ketertarikan untuk

belajar, menjelaskan pengalaman sebelumnya yang

berhubungan dengan topik pembelajaran (Wilkinson, 2012).

5. Perencanaan

a. Diare

1) NOC :

Diare dapat dikendalikan atau dihilangkan, yang dibuktikan

oleh kontinensia alur, eliminasi fekal, keseimbangan elektrolit

dan asam basa, keseimbangan cairan, hidrasi, perawatan diri :

ostomi dan keparahan gejala.

2) NIC

a) Observasi dan catat frekuensi defekasi, karakteristik, jumlah

dan faktor pencetus

b) Identifikasi makanan dan cairan yang menyebabkan diare

c) Ajurkan pemberian cairan peroral secara bertahap

d) Beri antibiotik sesuai indikasi (Wilkinson, 2012).

b. Kekurangan volume cairan

1) NOC

Kekurangan volume cairan akan tetap teratasi , dibuktikan oleh

keseimbangan Elektrolit dan asam basa, Hidrasi yang adekuat,

dan Status Nutrisi : Asupan makanan dan cairan yang adekuat


2) NIC

a) Observasi kulit kering, membran mukosa, penurunan turgor

kulit, dan pengisian kapiler lambat

b) Pantau masukan dan keluaran, karakteristik dan jumlah

feses

c) Pertahankan cairan oral dan parenteral

d) Kolaborasi pemberian obat antidiare sesuai indikasi

(Wilkinson, 2012).

c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

1) NOC

Memperlihatkan status gizi : Asupan Makanan dan Cairan yang

adekuat, makanan oral, pemberian makanan lewat selang, atau

nutrisi parenteral total.

2) NIC

a) Observasi gangguan makanan

b) Pertahankan kebersihan mulut

c) Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat saat sakit

d) Beri diit yang tidak merangsang (lunak, bubur)

e) Beri makanan dan minuman secara bertahap

f) Beri diit tinggi kalori, tinggi protein dan mineral yang

cukup (Wilkinson, 2012).


d. Kerusakan integritas jaringan

1) NOC

Menunjukkan integritas jaringan kulit dan membran mukosa,

yang dibuktikan oleh tidak ada gangguan, keutuhan kulit,

tekstur dan ketebalan jaringan.

2) NIC

a) Observasi adanya iritasi

b) Cuci area kemerahan dengan lembut menggunakan sabun

ringan, bilas lalu keringkan

c) Massage dengan lembut area yang sakit untuk merangsang

sirkulasi. Jangan dilakukan massage jika area tampak

kemerahan

d) Beri makanan tinggi protein dan karbohidrat untuk

mempertahankan keseimbangan dan mempercepat

penyembuhan luka

e. Hipertermi

1) NOC

Pasien akan menunjukkan termoregulasi, yang dibuktikan oleh

kehilangan panas, nilai suhu, denyut nadi, frekuensi

pernapasan, dan tekanan darah dalam rentang normal.

2) NIC

a) Pantau suhu, nadi, RR, dan warna kulit

b) Beri kompres hangat


c) Anjurkan untuk memakai pakaian yang tipis

d) Ajarkan keluarga klien dlam mengukur suhu untuk

mencegah dan mengenali secara dini hipertermia

e) Kolaborasi pemberian obat antipiretik

f. Kurang pengetahuan

1) NOC

Pasien dan keluarga akan mengidentifikasi kebutuhan terhadap

informasi tambahan mengenai perilaku promosi kesehatan atau

program terapi.

2) NIC

a) Bina hubungan saling percaya

b) Kaji tingkat pendidikan keluarga

c) Kaji tingkat pengetahuan keluarga

d) Lakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit pada

keluarga

e) Libatkan keluarga dalam setiap tindakan pada pasien

(Wilkinson, 2012).

6. Evaluasi

Evaluasi yang diharapkan (Sari Kurnianingsih & Monica Ester, 2010):

a. Anak kembali ke fungsi gastrointestinal yang normal.

b. Anak terhidrasi dengan baik.


c. Anak dan orang tua memahami perawatan di rumah dan kegunaan

pemeriksaan medis selanjutnya.


BAB III

LAPORAN KASUS

A. Biodata Klien

Klien adalah anak bernama An. A yang berusia 1 tahun 5 bulan,

beragama Islam, dan berjenis kelamin perempuan. Klien tinggal di Lungge,

Temanggung. Klien datang ke Rumah Sakit Umum Daerah Temanggung

pada tanggal 1 Maret 2015 pada pukul 19. 15 WIB melalui IGD diantar

oleh keluarga dengan diagnosa medis diare akut dengan dehidrasi sedang

lalu dirawat di ruang Seruni RSUD Temanggung.

Ayah klien bernama Tn. S yang bertanggung jawab selama klien

dirawat di RSUD Temanggung. Tn. S berusia 29 tahun, beragama Islam.

Pekerjaan Tn. S adalah karyawan swasta. Tn. S tinggal satu rumah dengan

An. A yaitu di Lungge Temanggung. Penulis melakukan pengkajian

terhadap An. A pada tanggal 2 Maret 2015 pukul 08.00 WIB di ruang

Seruni RSUD Temanggung.

B. Pengkajian

1. Riwayat Keperawatan

Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 2 Maret 2015

pukul 08.00 di ruang Seruni RSUD Temanggung, ibu klien

mengatakan bahwa An. A sering rewel, buang air besar cair lebih dari
5 kali, panas 5 hari sebelum dibawa ke Rumah Sakit, pasien susah

makan, dan muntah 3 kali.

Pada tanggal 1 Maret 2015 pukul 19. 15 WIB pasien diantar

oleh keluarganya ke Rusah Sakit Umum Daerah Temanggung melalui

IGD dengan keluhan diare sejak 2 hari yang lalu yaitu mulai tanggal

28 Februari 2015. Hari pertama diare pasien BAB cair sebanyak 9 kali,

muntah 3 kali, dan suhu tubuh 39ºC. Sebelumnya pasien belum pernah

dirawat di rumah sakit. Penyakit yang sering diderita hanya batuk dan

pilek. Tetapi 2 bulan yang lalu pasien mengalami diare dan

diperiksakan ke bidan mandiri. Ibu pasien mengatakan bahwa tidak

ada anggota keluarga yang mempunyai riwayat penyakit yang bersifat

bawaan, misalnya hipertensi, diabetes mellitus, dan lain-lain ataupun

penyakit menular lainnya.

Pasien merupakan anak kedua dan anak kandung dari Tn. S dan

Ny. A. Pasien tinggal satu rumah dengan kedua orang tuanya. Selama

masa kehamilan, Ny. A rutin memeriksakan kehamilannya ke bidan

mandiri setiap bulan. An. A dilahirkan secara normal dengan

pertolongan bidan desa. An. A dilahirkan dengan berat badan 2500

gram dan dengan panjang 47 cm. An. A telah mendapatkan imunisasi

lengkap.

Ibu klien mengatakan bahwa klien jarang sakit. Jika klien sakit

langsung dibawa ke bidan desa. Sebelum sakit berat badan klien 9 kg,

saat sakit 7,5 kg. Sebelum sakit klien makan 2 kali sehari porsi kecil,
minum ASI dan minum air putih sebagai tambahan. Saat sakit klien

tidak mau makan, minum ASI sedikit dan minum air putih 200 cc.

Pada pengkajian antropometri, berat badan klien 7,5 kg dengan tinggi

badan 74 cm, lingkar kepala 43 cm, lingkar dada 49 cm, dan lingkar

lengan atas 15 cm. Pada pemeriksaan biokimia, hemoglobin 8.3 g/dL,

hematokrit 27 %, leukosit 6.4 x 10̑ 3ul. Ubun-ubun pasien cekung,

mukosa bibir lembab. Pengkajian terhadap diit didapatkan klien tidak

mau makan diit yang diberikan rumah sakit yaitu bubur kasar.

Sebelum sakit, klien buang air kecil sebanyak 3 sampai 4 kali

sehari dengan warna urine jernih dan buang air besar sebanyak 1 kali

sehari dengan warna kuning dan konsistensi lembek berbentuk. Selama

sakit, klien buang air kecil sebanyak 8 kali sehari, warna pekat, buang

air besar sebanyak 5 kali cair.

Sebelum sakit, klien adalah anak yang aktif dalam melakukan

aktivitasnya. Klien bermain boneka, dan menyusun permainan susun

gambar yang mudah. Saat sakit klien hanya bermain balon di atas

tempat tidurnya, klien tampak lemas dan aktivitasnya terbatas.

Ibu klien mengatakan bahwa sebelum sakit klien tidur siang 2

jam dan tidur malam kurang lebih 9 jam, namun setelah klien sakit,

klien susah tidur, mudah terbangun dan hanya tidur kurang lebih 8 jam.

Klien tampak lemas. Klien adalah anak kedua dari dua bersaudara dan

tinggal bersama kedua orang tuanya. Klien dekat dengan orang tuanya
terutama ibunya. Klien berjenis kelamin perempuan dan beragama

Islam seperti yang dianut oleh kedua orang tuanya.

Ibu klien mengatakan bahwa klien hanya diam dan sedikit

beraktifitas apabila klien merasa tubuhnya kurang sehat. Klien tidak

mau bermain boneka dan tidak mau bermain permainan apapun. Ibu

klien bingung saat anaknya sakit dan rewel.

2. Pemeriksaan Fisik

Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum An. Y

lemah dengan kesadaran compos mentis. Tanda-tanda vital diperoleh

respiration rate 20 kali per menit, nadi 112 kali per menit dan suhu

tubuh aksila 36,6˚C. Kepala klien mesochepal, rambut bersih, tidak

terdapat lesi dan ubun-ubun cekung. Mata klien normal, konjunctiva

anemis, pupil isokor, dan sklera tidak ikterik. Hidung tampak bersih,

tidak ada sekret dan tidak ada polip.

Mulut klien tidak ada stomatitis, mukosa bibir klien lembab.

Telinga tampak bersih dan tidak ada penumpukan serumen.

Pemeriksaan pada leher tidak ditemukan pembesaran kelenjar tiroid

dan tidak terdapat lesi.

Pada pemeriksaan dada pada paru-paru, inspeksi

memperlihatkan pergerakan dada simetris. Vokal premitus simetris

saat dilakukan palpasi. Sonor saat dilakukan perkusi dan terdengar

suara vesikuler saat dilakukan auskultasi. Pada pemeriksaan jantung

tidak terlihat pembesaran di area jantung. Ictus cordis teraba di


intercosta ke 5 mid clavicula sinistra. Pada saat dilakukan perkusi

terdengar suara vesikuler. S1 dan S2 reguler saat dilakukan auskultasi.

Pada pemeriksaan abdomen didapatkan abdomen simetris,

buncit dan tidak ada lesi. Bising usus terdengar 22 kali per menit. Pada

saat dilakukan perkusi terdengar suara hipertimpani, dan tidak ada

pembesaran hepar dan nyeri tekan saat dilakukan palpasi. Pada

ekstremitas atas dan ekstremitas bawah tidak ada edema maupun lesi.

Genetalia bersih dan tidak terpasang kateter. Pada pemeriksaan kulit

didapatkan turgor kulit jelek dengan turgor kembali dalam waktu 2

detik. Pada anus tidak terjadi lecet.

3. Pemeriksaan Diagnostik

Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 1 Maret 2015

didapatkan hemoglobin 8.3 g/dL, hematokrit 27 %, lekosit 6.4 x 10̑


3
/ul, eritrosit 3.19 x 10̑ 6/ul, trombosit 281 x 10̑ 3/ul. Pada pemeriksaan

makroskospis feses rutin pada tanggal 2 Maret 2015, feses berwarna

kuning, konsistensi lembek, terdapat lendir namun tidak terdapat

darah. Pemeriksaan mikroskopis eritrosit 0-5 /lpb, lekosit 0-1 /lpb,

amoeba positif, epitel negatif, telur cacing negatif, bakteri positif (3+).

Terapi yang diberikan yaitu infus Asering 150 cc untuk rehidrasi, infus

KA-EN 3A 10 tetes per menit, injeksi Metronidazol 3x7,5cc,

Dexametason 3x0,3 cc, zirkumkid 1x20 mg, L-Bio 3x1 sachet, dan

paracetamol sirup apabila suhu tubuh klien meningkat.


C. Perumusan Masalah

Pada tanggal 2 Maret 2015 jam 08.00 WIB didapatkan data

subyektif, ibu klien mengatakan bahwa anaknya rewel, buang air besar

cair sebanyak 5 kali selama di rumah sakit. Dari data objektif diperoleh

hasil pemeriksaan feses rutin terdapat lendir, amoeba, dan bakteri.

Berdasarkan data yang diperoleh, maka rumusan masalah yang muncul

dari An. A adalah diare berhubungan dengan proses infeksi ditandai

dengan adanya bakteri pada feses. Pada jam 08.20 didapatkan data

subjektif ibu klien mengatakan An. A klien hanya mau minum air putih

dan ASI sebanyak ±150 cc, buang air besar cair 5 kali, buang air kecil 7

kali. Dari data objektif diperoleh hasil pemeriksaan fisik keadaan umum

An. A lemas, ubun-ubun cekung, turgor kembali 2 detik, mukosa bibir

lembab, dan mata normal. Berdasarkan data yang diperoleh, maka

rumusan masalah yang muncul dari An. A adalah kekurangan volume

cairan berhubungan dengan kehilangan cairan sekunder akibat diare. Pada

pukul 08.30 didapatkan data subjektif dari ibu klien nafsu makan An. A

menurun, muntah 3 kali, mengalami penurunan berat badan sebanyak 1,5

kg. Dari data objektif diperoleh berat badan sebelum sakit 9kg, berat badan

saat sakit 7,5kg, Hb 8.3g/dL, suhu aksila 36,6ºC, nadi 112 kali per menit,

diit bubur kasar dari rumah sakit tidak dimakan. Berdasarkan data yang

diperoleh, maka rumusan masalah yang muncul dari An. A adalah nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan muntah

ditandai dengan muntah dan penurunan berat badan. Pada pukul 08.40
didapatkan data subjektif bahwa ibu klien menanyakan banyak hal tentang

penyakit yang diderita An. A dan cara penanganan awal saat di rumah.

Dari data objektif diperoleh bahwa ibu An. A bingung dan tidak bisa

menjawab beberapa pertanyaan tentang diare. Berdasarkan data yang

diperoleh, maka rumusan masalah yang muncul dari An. A adalah kurang

pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit.

D. Perencanaan

Tujuan dilakukan asuhan keperawatan terhadap An. A selama 3x24

jam diharapkan masalah diare dapat teratasi dengan kriteria hasil buang air

besar < 2 kali /hari, buang air besar tidak cair, masalah kekurangan volume

cairan tubuh dapat teratasi dengan kriteria hasil turgor kulit baik kembali

dalam waktu kurang dari 1 detik, keseimbangan cairan dan elektrolit,

masalah nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat teratasi dengan kriteria

hasil asupan makanan adekuat, kenaikan berat badan, masalah kurang

pengetahuan dapat teratasi dengan kriteria hasil mengerti perilaku hidup

bersih dan sehat, mengerti pencegahan diare dan mengerti penanganan

awal untuk diare.

Untuk memenuhi tujuan dan kriteria hasil yang telah disebutkan

diatas, maka intervensi yang akan dilakukan yaitu monitor frekuensi

defekasi, identifikasi penyebab diare, anjurkan pemberian cairan per oral

secara bertahap, kolaborasi pemeriksaan feses rutin, observasi tanda

dehidrasi, monitor masukan dan haluaran makanan maupun cairan,

anjurkan untuk mempertahankan pemberian cairan oral dan parenteral,


kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan intravena dan dalam

pemberian obat khususnya dalam masalah kekurangan volume cairan

tubuh, kaji pola makan klien, lakukan oral hygiene, beri makanan dan

minuman secara bertahap, beri diit tinggi kalori, tinggi protein, dan mineral

cukup. Bina hubungan saling percaya, kaji tingkat pengetahuan keluarga,

dan lakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit gastroenteritis pada

keluarga.

E. Pelaksanaan

Pada tanggal 2 Maret 2014 dilakukan implementasi pada An. A

mulai jam 09.00 WIB. Saat mengobservasi frekuensi defekasi An. A buang

air besar cair 5 kali, berlendir, ibu pasien tidak mengetahui penyebab diare

anaknya, tetapi ibu pasien menyadari kurangnya kebersihan makanan pada

An. A. Pada jam 09.00 dilakukan observasi tanda dehidrasi dan

pengukuran masukan cairan dan haluaran cairan pada An. A, didapatkan

masukan cairan sebanyak 950 cc dan haluaran cairan sebanyak 2800 cc.

Untuk memenuhi cairan, maka dianjurkan kepada anak untuk

menambahkan asupan cairan melalui oral, namun anak hanya mau minum

sebanyak 65 cc air putih dan 95 cc ASI. Saat dikaji tentang nutrisi An. A

tidak mau makan dan muntah. Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ibu

pasien memberikan biskuit dan energen. Pada pengukuran tanda-tanda vital

didapatkan suhu tubuh An. A 36,6ºC dengan nadi 112 kali per menit dan

pernapasan 28 kali per menit. Ibu An. A tidak mengetahui cara

penanganan diare secara cepat saat di rumah. Penulis melakukan


pendidikan kesehatan tentang diare dan penanganan awal saat di rumah.

Pada pukul 12.00 pasien mendapatkan terapi injeksi metronidazole 7,5 cc

dan dexametason 0,3 cc.

Implementasi hari kedua yaitu pada tanggal 3 Maret 2015 pukul

07.00 WIB yaitu memonitor frekuensi defekasi, An. A buang air besar

sebayak 4 kali, lembek, berlendir dan sudah ada ampas. Ibu pasien tetap

memberikan ASI dan minum air putih untuk menyeimbangkan cairan yang

hilang. An. A hanya minum sebanyak 100 cc air putih dan 80 cc ASI. Saat

dikaji nutrisi, An. A sudah tidak muntah, An. A makan biskuit dan 2

sendok makan bubur diit rumah sakit. Pada pukul 07.20 memonitor status

hidrasi klien. Mukosa bibir klien lembab, konjunctiva anemis, turgor kulit

kembali dalam waktu 2 detik, pasien lemas, ubun-ubun cekung. Perawat

memberikan dorongan kepada ibu pasien agar memberikan ASI dan

minum air putih. Saat dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan

suhu tubuh klien 36,8˚ C, nadi 98 kali per menit, dan pernapasan 28 kali

per menit. Perawat tetap memberikan dorongan kepada ibu klien untuk

memberikan minum, klien hanya minum sebanyak 100 cc air putih dan 80

cc ASI. Perawat memberikan terapi pada klien pada jam 13.00 WIB injeksi

metronidazole 7,5 cc dan dexametason 0,3 cc melalui intravena.

Implementasi hari ketiga yaitu pada tanggal 4 Maret 2015 pukul

07.00 WIB yaitu memonitor frekuensi defekasi, An. A buang air besar

sebanyak 2 kali, lembek, berlendir dan sudah ada ampas. Ibu pasien tetap

memberikan ASI dan minum air putih untuk menyeimbangkan cairan yang
hilang. An. A hanya minum sebanyak 120 cc air putih dan 80 cc ASI. Saat

dikaji nutrisi, An. A sudah tidak muntah, An. A makan biskuit dan 5

sendok makan bubur diit rumah sakit. Pada pukul 07.20 memonitor status

hidrasi klien. Mukosa bibir klien lembab, konjunctiva anemis, turgor kulit

kembali dalam waktu < 1 detik, ubun-ubun normal. Perawat memberikan

dorongan kepada ibu pasien agar memberikan ASI dan minum air putih.

Saat dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan suhu tubuh klien

36,3˚ C, nadi 112 kali per menit, dan pernapasan 28 kali per menit. Perawat

tetap memberikan dorongan kepada ibu klien untuk memberikan minum,

klien hanya minum sebanyak 120 cc air putih dan 80 cc ASI. Perawat

memberikan terapi pada klien pada jam 13.00 WIB injeksi metronidazole

7,5 cc dan dexametason 0,3 cc melalui intravena.

F. Evaluasi

Pada tanggal 2 Maret 2015 evaluasi yang didapat dari implementasi

terhadap An. A yaitu buang air besar sebanyak 5 kali cair tanpa ampas,

berlendir, hasil feses rutin bakteri positif (+3), An. A tidak mau makan,

muntah, BB 7,5 kg, pasien lemas, ubun-ubun cekung, mukosa bibir

lembab, turgor kulit kembali dalam waktu 2 detik, klien tidak mau minum,

hanya minum 65 cc air putih dan 95 cc ASI. Suhu tubuh An. Y 36,6˚ C

dengan nadi 112 kali per menit dan pernapasan 28 kali per menit. Masalah

klien teratasi sebagian yaitu suhu dalam batas normal ( 36,6ºC ) nadi dalam

batas normal (112 kali per menit). Untuk mencapai tujuan, maka harus

dilanjutkan intervensi yaitu monitor frekuensi defekasi, hitung intake


makanan, status hidrasi, monitor tanda-tanda vital, anjurkan ibu klien

untuk memberikan minum kepada klien, monitor masukan dan haluaran

cairan, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan intravena dan

dalam pemberian obat.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan kembali pada tanggal 3

Maret 2015, dilakukan evaluasi dan didapatkan hasil An. A buang air besar

cair sebanyak 4 kali, lembek, berlendir, sudah ada sedikit ampas, An. A

mau makan sebanyak 2 sendok makan bubur kasar diit dari rumah sakit,

pasien lemas, ubun-ubun cekung, turgor kembali 2 detik, mukosa bibir

lembab, klien minum air putih sebanyak 100 cc dan ASI 80 cc, suhu tubuh

klien 36,8˚ C, nadi 98 kali per menit dan pernapasan 28 kali per menit.

Keluarga pasien sudah mengetahui tentang penyakit gasroenteritis dan pola

hidup bersih dan sehat. Masalah klien teratasi sebagian yaitu suhu tubuh

klien dalam batas normal (36,6º C), nadi klien dalam batas normal (98 kali

per menit). Sehingga perlu dilanjutkan intervensi yaitu kaji frekuensi

defekasi, hitung intake makanan, monitor status hidrasi, monitor tanda-

tanda vital, dorong ibu klien untuk memberikan minum, monitor masukan

dan haluaran cairan, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan

intravena dan dalam pemberian obat.

Pada tanggal 4 Maret 2015 dilakukan evaluasi kembali dan

didapatkan An. A buang air besar cair terdapat ampas sebanyak 2 kali, An.

A makan 3 keping biskuit dan 5 sendok makan bubur kasar diit dari rumah

sakit, keadaan pasien cukup, ubun-ubun normal, turgor kulit kembali


dalam waktu kurang dari 1 detik, mukosa bibir lembab, klien mau minum

sebanyak 120 cc air putih dan 80 cc ASI. Suhu tubuh klien 36,3˚ C, nadi

112 kali per menit, dan pernapasan klien 28 kali per menit. Masalah klien

teratasi sebagian yaitu buang air besar < 2 kali, makan 5 sendok makan diit

rumah sakit, suhu tubuh nadi klien dalam batas normal (112 kali per

menit), suhu tubuh dalam batas normal (36,3˚ C), mukosa bibir lembab,

turgor kulit kembali dalam waktu kurang dari 1 detik, dan masukan serta

haluaran cairan seimbang. Klien masih diare dan rentan mengalami

kekurangan volume cairan sehingga perlu dilanjutkan intervensi yaitu

monitor status hidrasi, monitor tanda-tanda vital, monitor masukan dan

haluaran, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan intravena dan

dalam pemberian obat.


BAB IV

PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

Pada bab ini penulis akan membahas tentang pengelolaan asuhan

keperawatan pada An. A dengan gastroenteritis di Rumah Sakit Umum Daerah

Temanggung. Hal-hal yang dibahas pada bab ini meliputi kesenjangan-

kesenjangan yang muncul selama penulis melakukan asuhan keperawatan pada

An. A dengan gastroenteritis dari pengkajian hingga evaluasi mulai tanggal 2

Maret 2015 sampai 5 Maret 2015.

Penulis memperoleh data pengkajian dari hasil wawancara keluarga dan

ibu klien, melakukan pemeriksaan fisik, dan kolaborasi dengan laboratorium

dalam melakukan pemeriksaan penunjang.

A. PEMBAHASAN

1. Diare berhubungan dengan Proses Infeksi

Diare adalah pengeluaran feses lunak dan tidak bermassa

(Wilkinson, 2012). Diagnosa keperawatan diare dapat ditegakkan apabila

terdapat tanda-tanda : sedikitnya sehari mengalami tiga kali defekasi

dengan feses cair, bising usus hiperaktif (Wilkinson, 2012).

Penulis menegakkan diagnosa keperawatan diare karena

berdasarkan data subjektif ibu klien mengatakan An. A buang air besar cair

lebih dari 5 kali, dan berlendir. Data objektif bising usus 22 kali per menit,

terdapat amoeba dan bakteri pada pemeriksaan feses rutin. Hasil


pengkajian tersebut sesuai dengan tanda-tanda pada diagnosa diare. Pasien

mengalami diare karena hiperperistaltik usus halus yang disebabkan oleh

bahan-bahan kimia makanan, makanan (makanan yang pedas, terlalu

asam), gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa dingin,

alergi dan terjadinya berlipatgandanya bakteri/ flora usus dan jamur

(Suratun & Lusianah, 2010).

Diare timbul disebabkan oleh masuknya mikroorganisme hidup ke

dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung,

mikrorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin

dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan

menimbulkan diare (Susanty, 2011, p. 115)

Diare timbul karena asupan makanan atau zat yang sukar diserap

oleh mukosa intestinal dan akan menyebabkan tekanan osmotik dalam

rongga usus meninggi sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke

dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang

usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare (Hasan, 2007).

Penulis mengangkat diagnosa keperawatan diare karena anak-anak

sangat berisiko terhadap diare. Akibat lanjut bila tidak diatasi dapat

menyebabkan kekurangan cairan dan elektrolit (dehidrasi) dan dapat

menyebabkan gangguan gizi dampak dari pengeluaran cairan yang berlebih

akibat diare dan apabila tidak ditangani dapat menyebabkan kematian

(Sudaryat Suraatmaja, 2010).


Penulis menyusun rencana tindakan keperawatan pada tanggal 2

Maret 2015 pada pukul 08.00 WIB untuk mengatasi masalah tersebut

adalah observasi dan catat frekuensi defekasi, karakteristik, dan jumlah,

identifikasi makanan dan cairan yang menyebabkan diare, anjurkan

pemberian cairan peroral secara bertahap, dan kolaborasi pemberian

antibiotik.

Dalam penulisan dokumentasi proses keperawatan penulis kurang

lengkap dalam menentukan batasan karakteristik. Batasan karakteristik

yang akan dicapai oleh penulis yaitu BAB <2 kali /hari, BAB tidak cair,

lembek berbentuk, tidak berlendir, bising usus normal (kali/mnit), dan

tidak terdapat bakteri dalam pemeriksaan feses.

Implementasi pertama pada tanggal 2 Maret 2015 yang dilakukan

penulis melakukan observasi frekuensi defekasi, karakteristik, dan jumlah.

Data yang diperoleh BAB cair sebanyak 5 kali. Pengkajian feses

membantu mengevaluasi efektivitas agen antidiare dan pembatasan diet

(Carpenito, 2013).

Implementasi kedua pada tanggal 2 Maret 2015 mengidentifikasi

penyebab diare, ibu klien mengatakan anaknya tidak pernah makan

makanan yang mencurigakan, tetapi ibu klien menyadari bahwa ibu klien

kurang menjaga kebersihan dalam memberikan makanan kepada An. A.

Tindakan ini merupakan tindakan yang perlu dilakukan secara seksama

karena mengidentifikasi kekurangan atau kebutuhan serta memantau atau

memilih intervensi dalam pemberian diit (Doenges, 2000).


Implementasi ketiga pada tanggal 2 Maret 2015 menganjurkan ibu

klien untuk memberikan minuman secara bertahap. Ibu klien memberikan

ASI dan air putih. Masukan oral perlu dilakukan untuk membantu rehidrasi

cairan didalam tubuh klien (Ely Susanty, 2011).

Implementasi keempat pada tanggal 2 Maret 2015 berkolaborasi

pemberian injeksi metronidazole 7,5 cc (75 mg) dan dexametason 0,5 cc,

respon anak rewel saat diinjeksi. Metronidazole, cara kerja adalah

antibakteri dan antiprotozoa sintetik derivat nitroimidazol yang mempunyai

aktifitas bakterisid, amebisid dan trikomonosid. Dalam sel atau

mikroorganisme metronidazole mengalami reduksi menjadi produk polar.

Hasil reduksi ini mempunyai aksi antibakteri dengan jalan menghambat

sintesa asam nukleat. Indikasi : pengobatan trikomoniasis (vaginitis,

uretritis) amebiasis, dan giardiasis. Dexametazon, cara kerja memiliki aksi

anti inflamasi, anti alergi dan metabolik yang kuat, obat ini bereaksi

dengan cara berdifusi ke dalam sel dan berinteraksi dengan reseptor

sitoplastik. Setiap vial berisi 3 cc. Indikasi : antiinflamasi, pengobatan

rematik arthritis, alergi dermatitis, penyakit kulit, penyakit saluran

pencernaan. Dosis : dapat diberikan 0,5-9 mg perhari IM atau IV.

Kontraindikasi : penderita yang hipersensitif terhadap dexametazone,

penderita infeksi jamur sistemik, kontraindikasi pada penderita herpes

simplek. Efek samping: saluran pencernaan: tukak lambung dengan

kemungkinan perforasi dan perdarahan, pankreatitis distensi abdominal,

oesofagitis ulserativa, peningkatan nafsu makan, mual (DOI, 2008).


Implementasi kelima berkolaborasi pemeriksaan feses rutin. Hasil

feses terdapat bakteri (3+), amoeba (+), dan lendir (+). Diare mendadak

dengan buang air besar lebih dari empat kali per hari dan tidak ada muntah

sebelum diare meningkatkan kemungkinan adanya enteritis bakterial pada

feses (Schwartz, 2005).

Evaluasi tindakan keperawatan yang telah dilakukan penulis tanggal

2 Maret 2015 didapatkan hasil evaluasi subjektif (S): ibu klien mengatakan

An. A buang air besar sebanyak 5 kali. Evaluasi objektif (O): hasil feses

terdapat bakteri (3+), amoeba (+), dan lendir (+). Assesment (A): masalah

belum teratasi. Planning (P): lanjutkan intervensi yaitu observasi frekuensi

defekasi, anjurkan pemberian cairan per oral, kolaborasi pemberian terapi.

Implementasi yang penulis lakukan pada hari kedua tanggal 3 Maret

2015 tentang masalah diare adalah mengobservasi frekuensi defekasi.

Didapatkan data An. A BAB cair sebanyak 4 kali, berlendir, sedikit ampas.

Keadaan umum An. A masih lemas. Implementasi kedua menganjurkan

ibu klien untuk memberikan cairan per oral. Ibu klien memberikan ASI dan

air minum. An. A juga mau minum energen Implementasi ketiga

memberikan injeksi metronidazole 7,5 cc dan injeksi dexametason 0,5 cc.

Respon An. A rewel dan menangis.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada tanggal 3 Maret 2015

evaluasi yang didapatkan data Subjektif (S): ibu klien mengatakan An. A

BAB cair 4 kali, berlendir, dan terdapat ampas. Objektif (O): klien rewel,

lemas, tidak kooperatif. Assesment (A): masalah belum teratasi. Planning


(P): lanjutkan intervensi observasi defekasi, menganjurkan pemberian

cairan per oral, berkolaborasi pemberian terapi, pemeriksaan laboratorium

feses rutin.

Pada implementasi hari ketiga tanggal 4 Maret 2015 tindakan

keperawatan yang dilakukan adalah mengobservasi defekasi. An. A BAB

cair 2 kali berampas. Implementasi yang kedua menganjurkan ibu klien

memberikan terapi oral. Ibu memberikan ASI dan air putih. Implementasi

ketiga memberikan injeksi metronidazole 7,5 cc dan dexametasone 0,5 cc.

Injeksi masuk via IV catheter. Implementasi keempat pemeriksaan feses

rutin, hasil laboratorium amoeba (-), bakteri (2+).

Evaluasi pada tanggal 4 Maret 2015 adalah Subjektif (S): ibu klien

mengatakan An. A BAB cair 2 kali, sudah berampas. Data Objektif (O):

hasil pemeriksaa feses rutin amoeba (-), bakteri (2+). Assesment (A):

masalah teratasi sebagian. Planning (P): lanjutkan intervensi observasi

defekasi, kolaborasi pemberian terapi.

Pada implementasi hari keempat tanggal 5 Maret 2015 tindakan

keperawatan yang dilakukan adalah mengobservasi defekasi. Data

Subjektif (S): ibu klien mengatakan An. A belum BAB. Data Objektif (O):

Pasien kooperatif, tidak rewel. Implementasi kedua berkolaborasi

pemberian metronidazole 7,5 cc dan injeksi dexametasone 0,5 cc, terapi

masuk via IV catheter.

Evaluasi pada tanggal 5 Maret 2015 adalah Subjektif (S): ibu klien

mengatakan An. A belum BAB. Objektif (O): pasien kooperatif, tidak


rewel. Assesment (A): masalah teratasi. Planning (P): pertahankan

intervensi.

2. Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan Kehilangan Cairan

Sekunder akibat Diare

Kekurangan volume cairan adalah keadaan ketika seorang individu

yang tidak menjalani puasa mengalami atau beresiko mengalami dehidrasi

vaskuler, interstisial, atau intravascular (Carpenito, 2013). Menurut

Wilkinson (2012) kekurangan volume cairan adalah penurunan cairan

intravaskuler, interstisial, atau intrasel. Diagnosis ini merujuk pada

dehidrasi yang merupakan kehilangan cairan saja tanpa perubahan kadar

natrium. Diagnosa ini dapat ditegakkan apabila terdapat tanda-tanda

penurunan turgor kulit dan lidah, penurunan haluaran urin, penurunan

pengisian vena, kulit dan membran mukosa kering, hematokrit meningkat,

suhu tubuh meningkat, peningkatan frekuensi nadi, penurunan tekanan

darah, penurunan volume dan tekanan nadi, konsentrasi urine meningkat,

penurunan berat badan yang tiba – tiba, kelemahan (Wilkinson, 2012).

Penulis menegakkan diagnosa keperawatan kekurangan volume

cairan karena berdasarkan hasil pengkajian didapatkan data subjektif ibu

klien mengatakan An. A BAB cair 5 kali, muntah 2 kali. Data objektif

klien lemas, ubun-ubun cekung, turgor kembali dalam waktu 2 detik,

mukosa bibir lembab.


Ibu klien mengatakan bahwa salah satu penyebab An. A adalah

makanan yang kurang bersih. Ibu klien kurang mengetahui cara-cara

penyajian makanan untuk anak balita. An. A mengalami diare dan muntah

berkali-kali. An. A tidak ada nafsu makan dan kurang dalam pemberian

ASI dan minuman.

Anak yang menderita diare mengalami hiperperistaltik di usus

sehingga cairan berkumpul di kolon karena penyerapan di usus menurun.

Elektrolit akan mengikuti masuk ke lumen. Cairan elektrolit tubuh terdiri

dari natrium, kalium, magnesium, klorida, bikarbonat, fosfat, dan sulfat.

Banyaknya cairan di kolon membuat frekuensi buang air besar meningkat.

Dengan demikian maka akan muncul masalah kekurangan volume cairan

dan elektrolit tubuh (Suriadi dan Rita Yuliani, 2010).

Diagnosa kekurangan volume cairan pada pasien dengan diare

harus segera mendapatkan penanganan karena dapat terjadi gangguan

sirkulasi darah berupa renjatan (syok) hipovolemik, akibatnya perfusi

jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah hebat, dapat

mengakibatkan perdarahan dalam otak, kesadaran menurun

(soporokomateus) dan apabila tidak segera di tolong dapat menyebabkan

kematian pada penderita (Sudaryat Suraatmaja, 2010).

Penulis menyusun rencana tindakan keperawatan pada tanggal 2

Maret 2015 pada pukul 08.20 WIB dengan tujuan setelah dilakukan

tindakan keperawatan selama 3x8 jam, masalah kekurangan volume cairan

dapat teratasi dengan kriteria hasil ubun-ubun normal, turgor kembali


dalam <2 detik, mukosa bibir lembab, balance input dan output. Rencana

tindakan keperawatan yang penulis susun adalah observasi tanda-tanda

dehidrasi, pantau masukan dan keluaran, karakteristik dan jumlah feses,

pertahankan cairan oral dan parenteral, kolaborasi pemberian obat antidiare

sesuai indikasi.

Dalam penulisan dokumentasi proses keperawatan penulis kurang

lengkap dalam menentukan batasan karakteristik. Batasan karakteristik

yang akan dicapai oleh penulis yaitu turgor kulit kembali <2 detik, ubun-

ubun normal, tidak ada pengeluaran yang berlebih, pemasukan dan

pengeluaran cairan seimbang, dan tanda-tanda vital dalam batas normal.

Implementasi pertama pada tanggal 2 Maret 2015 mengobservasi

tanda-tanda dehidrasi, ibu klien mengatakan An. A BAB cair 5 kali,

muntah 2 kali, BAK 8 kali. Pasien lemas, ubun-ubun cekung, turgor

kembali dalam waktu 2 detik, dan mukosa bibir lembab. Propulsi feses

yang cepat melalui usus mengurangi absorbsi air. Volume sirkulasi yang

rendah menyebabkan kekeringan membran mukosa dan rasa haus

(Carpenito, 2013).

Implementasi kedua menghitung input dan output cairan, pasien

BAB 5 kali, BAK 8 kali, muntah 2 kali (2800 cc). Pasien hanya minum

ASI (95 cc) dan air putih (65 cc). Haluaran dapat melebihi masukan, yang

sebelumnya sudah tidak mencukupi untuk mengkompensasi kehilangan

yang tak kasap mata. Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi

glomerulus, membuat haluaran tak adekuat untuk membersihkan sisa


metabolism denga baik dan mengarah pada peningkatan BUN dan kadar

elektrolit (Carpenito, 2013).

Implementasi ketiga menganjurkan ibu klien untuk memberikan

terapi rehidrasi oral. An. A minum ASI dan air putih. Pemberian terapi

rehidrasi oral untuk untuk memenuhi keseimbangan cairan dan tidak

mengalami dehidrasi (Sudaryat Suraatmaja, 2010).

Implementasi keempat memberikan terapi cairan parenteral. An. A

mendapatkan terapi infus KA-EN 3A 10 tetes per menit. Indikasi: larutan

rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit

dengan kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian pada

keadaan asupan oral terbatas. Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk

KA-EN 3A. Kandungan KA-EN 3A adalah Natrium, Kalium, Clorida,

laktat, dan glukosa.

Evaluasi yang didapat pada tanggal 2 Maret 2015 pada An. A yaitu

evaluasi Subjektif (S): ibu klien mengatakan An. A masih BAB cair

sebanyak 5 kali, muntah 2 kali, dan BAK 8 kali. Data objektif (O): didapat

bahwa balance cairan adalah output lebih besar daripada input.

Berdasarkan perhitungan total output dikurangi total input, yaitu sebanyak

1690 cc. Klien lemas, mukosa bibir lembab, mata normal, dan ubun-ubun

cekung. Assesment (A): masalah cairan belum teratasi. Planning (P):

lanjutkan intervensi monitor tanda dehidrasi, hitung balance cairan,

anjurkan pemberian terapi rehidrasi oral, dan kolaborasi pemberian terapi

cairan parenteral.
Implementasi yang pertama pada hari kedua tanggal 3 Maret 2015

yaitu memonitor tanda dehidrasi. Ibu klien mengatakan An. A BAB cair 4

kali, BAK 4 kali. Pasien lemas, ubun-ubun cekung, turgor kembali 2 detik,

mukosa bibir lembab. Implementasi kedua yaitu menghitung masukan dan

keluaran cairan. Ibu klien mengatakan An. A minum air putih (100cc) dan

ASI (80cc). An. A BAB 4 kali, BAK 4 kali. Implementasi ketiga yaitu

menganjurkan ibu klien untuk memberikan terapi rehidrasi oral. Ibu klien

memberikan ASI dan minum air putih. Pasien masih rewel. Implementasi

keempat yaitu berkolaborasi pemberian terapi cairan parenteral. An. A

terpasang infus KA-EN 3A 10 tetes per menit.

Evaluasi pada tanggal 3 Maret 2015 didapatkan data Subjktif(S):

ibu klien mengatakan An. A BAB cair sebanyak 4 kali, BAK sebanyak 4

kali. Data Objektif (O): didapatkan balance cairan output lebih besar

daripada input. Pasien lemas, ubun-ubun cekung, turgor kembali 2 detik,

mukosa bibir lembab. Assesment (A): masalah belum teratasi. Planning

(P): lanjutkan intervensi monitor tanda dehidrasi, hitung balance cairan,

anjurkan ibu klien memberikan terapi rehidrasi oral, dan kolaborasi

pemberian terapi cairan parenteral.

Implementasi pertama pada hari ketiga tanggal 4 Maret 2015 yaitu

monitor tanda dehidrasi. Ibu klien mengatakan An. A BAB cair sebanyak 2

kali, BAK 6 kali. Mukosa bibir lembab, turgor kulit kembali 1 detik, ubun-

ubun normal, dan mata normal. Implementasi kedua yaitu menghitung

balance cairan. Input air putih 120 cc, ASI 80 cc. BAB cair 2 kali, BAK 6
kali. Implementasi ketiga yaitu menganjurkan ibu klien untuk memberikan

terapi rehidrasi oral. Ibu klien memberikan ASI dan minum air putih.

Implementasi keempat yaitu berkolaborasi pemberian terapi cairan

parenteral. An. A mendapatkan terapi infus KA-EN 3A 10 tetes per menit.

Evaluasi pada tanggal 4 Maret 2015 didapatkan data Subjektif (S):

ibu klien mengatakan An. A BAB cair 2 kali, BAK 6 kali. Data objektif

(O): mukosa bibir lembab, turgor kembali 1 detik, ubun-ubun normal, dan

mata normal. Assesment (A): masalah kekurangan volume cairan teratasi.

Planning (P): pertahankan intervensi.

Kesulitan yang dialami penulis dalam melakukan perhitungan input

dan output, dikarenakan klien mendapat ASI, sehingga untuk

memperkirakan berapa banyak ASI yang dikonsumsi sangat sulit. Penulis

tidak mengetahui seberapa kuat An. A menghisap, dan seberapa banyak

ASI yang dihisap oleh An. A. Kemudian juga dalam pengeluaran BAK.

Hal ini merupakan kekurangan penulis dalam melakukan pengkajian,

dikarenakan An. A menggunakan pampers dan penulis tidak menimbang

berat pampers setelah pemakaian. Penulis hanya menghitung input dan

output cairan, tidak menghitung balance cairan karena penulis hanya

melakukan tindakan keperawatan selama 8 jam.


3. Perubahan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan

Mual dan Muntah

Diagnosa diatas seharusnya penulis tambahkan menjadi

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan mual dan muntah. Menurut Wilkinson (2012) ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh merupakan asupan nutrisi tidak

mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah

suatu keadaan ketika individu yang tidak puasa mengalami atau berisiko

mengalami penurunan berat badan yang berhubungan dengan asupan yang

tidak adekuat atau metabolisme nutrien yang tidak adekuat untuk

kebutuhan metabolik (Carpenito, 2013). Batasan karakteristik yang

menyebutkan berat badan kurang dari 20% atau lebih dibawah berat badan

ideal untuk tinggi badan dan rangka tubuh, asupan makanan kurang dari

kebutuhan metabolik, baik kalori total maupun zat gizi tertentu, kehilangan

berat badan dengan asupan makanan yang adekuat (Wilkinson, 2012).

Penulis menegakkan diagnosa ini berdasarkan data yang didapat

pada klien yaitu data subjektif ibu klien mengatakan An. A muntah

sebanyak 3 kali, tidak ada nafsu makan. Data objektif antropometri yaitu

lingkar lengan 15cm, lingkar kepala 43cm, lingkar dada 49cm, BB

sebelum sakit 9kg, BB selama sakit 7,5kg, BB turun 1,5kg, Berat Badan

Ideal 2n+8 = 2x1,4+8 = 10,8kg. Biochemical yaitu Hb 8,3 g/dL. Clinical


Sign yaitu ubun-ubun cekung, turgor kembali 2 detik, dan lemas. Diit yaitu

klien mendapat diit bubur kasar namun klien tidak mau makan.

Diagnosa keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh pada pasien dengan diare harus segera mendapatkan

penanganan karena kebutuhan nutrisi merupakan salah satu kebutuhan

fisiologis bagi manusia setelah oksigen dan cairan, karena nutrisi yang

berasal dari makanan diperlukan untuk mengganti sel yang rusak dan

bekerja sebagai bahan pembakar untuk menghasilkan panas dan energi.

Apabila masalah ini tidak ditangani pasien akan mengalami gangguan

dalam proses penyembuhan karena nutrisi yang diperlukan untuk

mengganti sel yang rusak tidak terpenuhi, sehingga mengganggu proses

penyembuhan dan perkembangan, juga mudah terserang infeksi karena

pertahanan tubuh menurun (Price & Wilson, 2006).

Penulis menyusun rencana tindakan keperawatan pada tanggal 2

Maret 2015 dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

3x8 jam, masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

teratasi dengan kriteria hasil berat badan sesuai tinggi badan, tidak ada

tanda malnutrisi, tidak ada penurunan berat badan. Rencana tindakan

keperawatan yang penulis susun adalah mengkaji pola makan klien,

mengukur berat badan, melakukan oral hygiene, memotivasi ibu klien

untuk memberi makanan kesukaan klien, memberikan diit tinggi kalori,

tinggi protein, dan mineral cukup.


Dalam penulisan dokumentasi proses keperawatan penulis kurang

lengkap dalam menentukan batasan karakteristik. Batasan karakteristik

yang akan dicapai oleh penulis yaitu asupan makanan adekuat dengan

menghabiskan porsi diit dari rumah sakit, tidak mual, tidak muntah,

kenaikan berat badan hingga berat badan ideal dalam jangka panjang dan

tidak ada penurunan berat badan dalam jangka pendek.

Implementasi pertama tanggal 2 Maret 2015 mengkaji pola makan

klien. Ibu klien mengatakan An. A tidak mau makan, mual dan muntah.

Minum air putih dan ASI. Dengan mengetahui pola makan klien dan

makanan kesukaan klien membantu memberikan progam diit bagi klien

dan pemenuhan nutrisi untuk klien (Carpenito, 2013).

Implementasi kedua mengukur berat badan klien. Ibu klien

mengatakan An. A mengalami penurunan 1,5 kg. BB sebelum sakit 9 kg,

BB saat sakit 7,5 kg. Memberikan catatan lanjutan penurunan dan

peningkatan berat badan yang akurat. Juga menurunkan obsesi tentang

peningkatan dan penurunan (Doenges, 2000).

Implementasi ketiga yaitu melakukan oral hygiene, ibu klien

mengatakan bisa melakukan sendiri. Mulut yang bersih dapat

meningkatkan rasa makanan sehingga oral higiene perlu dilakukan.

(Doenges, 2000).

Implementasi keempat yaitu memotivasi ibu untuk memberikan

makanan kesukaan klien. Ibu klien memberikan biskuit, An. A makan 2

keping biskuit. Memberikan makanan kesukaan bertujuan supaya


menambah nafsu makan klien. Makanan yang disukai dapat meningkatkan

masukan, meningkatkan rasa berpartisipasi (Doenges, 2000).

Implementasi yang kelima yaitu memberikan diit tinggi kalori dan

tinggi protein. An. A mendapat diit bubur kasar tinggi kalori dan tinggi

protein. Ibu klien mengatakan An. A tidak mau makan. Makanan yang

banyak mengandung kalori dapat membantu mencegah malnutrisi.

Makanan yang banyak mengandung protein membantu untuk peningkatan

toleransi (Doenges, 2000).

Evaluasi yang didapat dari implementasi terhadap An. A mengenai

masalah nutrisi yaitu evaluasi subjektif (S): ibu klien mengatakan An. A

tidak mau makan, muntah, dan tidak nafsu makan. Data objektif (O):

penurunan berat badan 1,5 kg. Assesment (A): masalah belum teratasi.

Planning (P): lanjutkan intervensi kaji pola makan dan motivasi pemberian

makanan kesukaan klien.

Implementasi pertama pada hari kedua tanggal 3 Maret 2015 yaitu

mengkaji pola makan An. A. Ibu klien mengatakan An. A makan 2 sendok

makan bubur kasar. Klien masih tampak lemas. Implementasi kedua yaitu

memotivasi ibu klien untuk memberikan makanan tambahan. Ibu klien

mengatakan An. A makan 2 keping biskuit.

Evaluasi pada tanggal 3 Maret 2015 didapatkan evaluasi subjektif

(S): ibu klien mengatakan An. A makan bubur kasar 2 sendok makan dan 2

keping biskuit. Data objektif (O): klien masih tampak lemas. Assesment

(A): masalah belum teratasi. Planning (P): lanjutkan intervensi kaji pola
makan pasien, motivasi pemberian makanan tambahan dan timbang berat

badan.

Implementasi pertama tanggal 4 Maret 2015 mengkaji pola makan

An. A. Ibu klien mengatakan An. A makan 5 sendok makan bubur kasar.

Keadaan umum pasien cukup. Implementasi kedua memotivasi ibu klien

untuk memberikan makanan tambahan. Ibu klien mengatakan An. A

makan biskuit 5 keping. Implementasi ketiga menimbang berat badan

klien. Ibu klien mengatakan nafsu makan An. A meningkat. BB An. A 8,5

kg.

Evaluasi pada tanggal 4 Maret 2015 didapatkan evaluasi subjektif

(S): ibu klien mengatakan An. A makan 5 sendok makan bubur kasar,

makan biskuit 5 keping. Data objektif (O): BB An. A 8,5 kg. Assesment

(A): masalah teratasi. Planning (P): pertahankan intervensi.

4. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan Kurangnya Informasi tentang

Penyakit

Kurang pengetahuan adalah penyerapan informasi kognitif yang

berhubungan dengan topik tertentu yang mencukupi untuk memenuhi

tujuan kesehatan dan dapat ditingkatkan. Batasan karateristik mayor yaitu

mengungkapkan kurang pengetahuan atau ketrampilan ataupun permintaan

informasi (Carpenito, 2001).

Penulis menegakkan diagnosa kurang pengetahuan berdasarkan

data yang didapat pada ibu klien yaitu ibu klien menanyakan tentang
penyakit diare dan penanganan awal pada anak diare. Pengkajian tersbut

tercantum dalam pengkajian dokumentasi proses keperawatan, namun

penulis lalai mencamtumkan dalam pengkajian laporan kasus karena

penulis sibuk dengan aktivitas praktek komunitas sehingga penulis kurang

teliti dalam penulisan.

Masalah tersebut dialami oleh ibu klien karena kurangnya

informasi tentang penyakit diare serta pelaksanaannya. Apabila hal

tersebut tidak teratasi kemungkinan keluarga akan mengalami masalah

yang sama dikemudian hari dan akan mengalami kesulitan dalam

perawatan diare secara mandiri di rumah. Dampak lain dari masalah

kurang pengetahuan adalah dapat menyebabkan kecemasan, kurangnya

perawatan diri serta kemungkinan untuk dapat sakit diare lagi dan dapat

menjadi semakin parah dari sakit yang sekarang akibat tidak tahu akan

cara penatalaksanaan yang dimulai dari pengobatan, pencegahan dengan

pemberian larutan oralit (Ngastiyah, 2005, p223).

Tindakan yang dilakukan penulis adalah mengkaji pengetahuan ibu

klien tentang diare, membuat kontrak tentang pelaksanaan pendidikan

kesehatan, dan memberi pendidikan kesehatan tentang diare. Intervensi

membina hubungan saling percaya sudah dilakukan dari awal perkenalan

dengan keluarga pasien.

Dalam penulisan dokumentasi proses keperawatan penulis kurang

lengkap dalam menentukan batasan karakteristik. Batasan karakteristik

yang akan dicapai oleh penulis yaitu keluarga pasien mengerti bagaimana
cara penanganan pertama pada anak saat di rumah dan keluarga pasien

dapat menyebutkan kembali materi pendidikan kesehatan yang sudah

diberikan oleh penulis.

a. Implementasi pertama mengkaji tingkat pendidikan keluarga klien dan

pengetahuan ibu klien tentang diare. Ibu klien mengatakan ia lulus

SMA dan tidak mengetahui bagaimana penanganan awal pada anak

apabila anak mengalami diare. Pemberian pendidikan kesehatan

menurut tingkat pendidikan, sehingga informasi yang diberikan dapat

dipahami.

b. Implementasi kedua membuat kontrak tentang pelaksanaan pendidikan

kesehatan, respon orang tua klien mengatakan bersedia mengikuti

pendidikan kesehatan, kesepakatan pendidikan kesehatan jam 11.30.

Membuat jadwal pendidikan kesehatan terlebih dahulu sehingga saat

pendidikan kesehatan keluarga dapat hadir.

c. Implementasi ketiga memberikan pendidikan kesehatan tentang diare.

Respon keluarga dapat memahami dan menjelaskan kembali apa yang

telah disampaikan perawat. Informasi yang lengkap tentang diare dari

pengertian, tanda gejala, patofisiologi, penyebab, penanganan awal dan

perawatan penderita diare.

Evaluasi yang didapat dari implementasi masalah kurang

pengetahuan. Subjektif (S): ibu klien mengatakan telah memahami

mengenai diare dan cara penanganan awal pada diare. Objektif (O):

keluarga terlihat paham, mampu menyebutkan kembali apa yang telah


perawat sampaikan. Assesment (A): masalah teratasi. Planning (P):

hentikan intervensi.

B. SIMPULAN

Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada An. A

dengan gastroenteritis di bangsal Seruni Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Temanggung dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pengkajian

Berdasarkan hasil pengkajian, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan

penunjang yang dilakukan telah sesuai dengan teori. Ibu klien mengatakan

An. A BAB cair lebih dari 5 kali, klien lemas, ubun-ubun cekung, mata

normal, mukosa bibir lembab, turgor kulit kembali 2 detik, tidak nafsu

makan, mual, muntah, penurunan berat badan 1,5 kg. Saat pengkajian ibu

klien mengatakan tidak mengetahui cara penanganan awal pada anak diare

dan tidak bisa menjawab pertanyaan seputar penyakit klien. Sehingga

penulis menegakkan empat diagnosa yaitu diare, kekurangan volume

cairan, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, dan kurang

pengetahuan.

2. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan data yang diperoleh, penulis menegakkan diagnosa

keperawatan yaitu diare berhubungan dengan proses infeksi, kekurangan

volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan sekunder akibat

diare, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan mual dan muntah, kurang pengetahuan berhubungan

dengan kurangnya informasi tentang penyakit.

3. Intervensi

Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan

diare yaitu observasi dan catat frekuensi defekasi, karakteristik, dan

jumlah, identifikasi makanan dan cairan yang menyebabkan diare,

anjurkan pemberian cairan peroral secara bertahap, dan kolaborasi

pemberian antibiotik.

Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah kekurangan

volume cairan yaitu observasi tanda-tanda dehidrasi, pantau masukan dan

keluaran, karakteristik dan jumlah feses, pertahankan cairan oral dan

parenteral, kolaborasi pemberian obat antidiare sesuai indikasi.

Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah perubahan

nurtrisi kurang dari kebutuhan yaitu mengkaji pola makan klien, mengukur

berat badan, melakukan oral hygiene, memotivasi ibu klien untuk

memberi makanan kesukaan klien, memberikan diit tinggi kalori, tinggi

protein, dan mineral cukup.

Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah kurang

pengetahuan yaitu mengkaji pengetahuan ibu klien tentang diare, membuat

kontrak tentang pelaksanaan pendidikan kesehatan, dan memberi

pendidikan kesehatan tentang diare.


4. Implementasi

Tindakan keperawatan yang tidak dilakukan oleh penulis yaitu tidak

memberikan terapi oral kepada klien.

5. Evaluasi

Hasil evaluasi yang didapatkan selama 3 hari dilakukan asuhan

keperawatan dengan masalah diare teratasi ditandai dengan klien BAB

ampas, < 2 kali/hari. Masalah kekurangan volume cairan teratasi ditandai

dengan ubun-ubun normal, keseimbangan input dan output. Masalah

perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi ditandai dengan

intake makanan adekuat. Masalah kurang pengetahuan teratasi ditandai

dengan keluarga klien mengerti tentang penyakit gastroenteritis.


DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L. J. (2013). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.

Doenges, E. Marilyin. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien (Terjemahan).

Jakarta : EGC.

DOI. (2008). Daftar Obat di Indonesia (DOI) Edisi 11. Jakarta: PT Multiapurna

Jayaterbit.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Laporan Hasil Riset

Kesehatan Dasar Indonesia (Riskesdas).

Dermawan, Deden & Tutik Rahayuningsih. (2010). Keperawatan Medikal Bedah

( Sistem Pencernaan ). Yogyakarta: Penerbit Gosyen Publishing

Fida & Maya. (2012). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Jogjakarta: D-MEDIKA.

Haniyarti, Shanti (Ed). (2011). Kegawatdaruratan Pediatri. Jakarta: EGC.

Hasan, R. (2007). Buku Kuliah: Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Penerbit Bagian

Ilmu Kesehatan Anak. FKUI.

Hidayat, A. Aziz Alimul. (2009). Pengantar Ilmu Kesehatan untuk Pendidikan

Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

Jelliffe, D.B. Tanpa Tahun. Kesehatan Anak di Daerah Tropis. Terjemahan oleh

Mira T. Windy. 1994. Jakarta: Bumi Aksara.


Juffrie, M & Iyan Darmawan. (2003). Panduan Praktek Pediatrik. Yogyakarta:

Gajah Mada University Press.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Profil Kesehatan Indonesia

2010.

(online),(http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdati

n/profil-kesehatan-indonesia/profil-kesehatan-indonesia-2010.pdf

diakses tanggal 9 januari 2015)

Kurnianingsih, Sari & Monica Ester (Eds). (2010). Buku Saku Keperawatan

Pediatri. Jakarta: EGC.

Mahanani, Dewi Asih & Natalia Susi (Eds). (2004). Pedoman Klinik Pediatri.

Jakarta: EGC.

Merenstein, G.B., Kaplan, D.W., & Rosenberg A.A. (2010). Buku Pegangan

Pediatri. Jakarta: Widya Medika.

Muttaqin, Arif & Kumala Sari. (2013). Gangguan Gastrointestinal (aplikasi

asuhan keperawatan medikal bedah). Jakarta: Salemba Medika.

Ngastiyah. (2005). Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.

Padila.(2013). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam.Yogyakarta :NuhaMedika.

Price, sylvia A. & Wilson, Lorraine M. (2006). Patofisiologi: Konsep Klinis

Proses-proses Penyakit. Jakarta: EGC.

Rekam Medis RSUD Temanggung. (2014). Rekapitulasi Penyakit Rawat Inap

2012-2014. Temanggung: RSUD Temanggung.


Schwartz, William. (2004). Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta: EGC.

Soebagyo. (2008). Diare Akut pada Anak. Surakarta: Universitas Sebelas Maret

Press.

Soegijanto, Soegeng. (2004). Ilmu Penyakit Anak Diagnosa & Penatalaksanaan.

Jakarta: Salemba Medika.

____________ . (2004). Kumpulan Makalah Penyakit Tropis dan Infeksi di

Indonesia. Surabaya: Airlangga University Press.

Suraatmaja, Sudaryat. (2010). Gastroenterologi Anak. Jakarta: Sagung Seto.

Suratun & Lusianah. (2010). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem

Gastrointestinal. Jakarta: TIM.

Suriadi & Rita Y. (2010). Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta: Sagung Seto.

Susanty, Ely. (2011). Diagnosa Keperawatan Aplikasi NANDA dan NIC NOC.

Yogyakarta: Modya Karya.

Walley, Wong. & Donna L. (2009). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik.

Jakarta: EGC.

Wijaya, Andra Saferi & Yessie Mariza Putri. (2013). Keperawatan Medikal

Bedah (Keperawatan Dewasa). Yogyakarta: Nuha Medika.

Wilkinson, Judith M. & Nancy R. Ahern. (2013). Buku Saku Diagnosa

Keperawatan Edisi 9.Jakarta : EGC.


Lampiran 1
Lampiran 2

SATUAN ACARA PENYULUHAN

( SAP )

A. Pokok Bahasan : Gastroenteritis

B. Sasaran : Keluarga Pasien

C. Waktu : 30 menit

D. Penyuluhan : Anna Susilowati

E. Hari / Tanggal : Senin, 2 Maret 2015

F. Tempat : Ruang klien

G. Tujuan Intruksional Umum ( TIU )

Setelah diberikan penyuluhan, sasaran mampu memahami tentang penyakit

gastroenteritis.

H. Tujuan Intruksional Khusus ( TIK )

Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit diharapkan sasaran dapat :

1. Menyebutkan pengertian gastroenteritis.

2. Menyebutkan penyebab terjadinya gastroenteritis.

3. Menyebutkan mekanisme penyebab diare.

4. Menyebutkan tanda dan gejala gastroenteritis.

5. Menyebutkan penatalaksanaan klien gastroenteritis.

6. Mengetahui cara penanganan klien gastroenteritis.

7. Mengetahui obat-obatan bagi klien gastroenteritis.


I. Materi Penyuluhan

1. Pengertian gastroenteritis.

2. Penyebab terjadinya gastroenteritis.

3. Mekanisme terjadinya diare.

4. Tanda dan gejala gastroenteritis.

5. Penatalaksanaan bagi klien gastroenteritis.

6. Penanganan gastroenteritis.

7. Obat-obatan bagi klien gastroenteritis.

J. Metode = Ceramah dan diskusi

K. Media = Leaflet

L. Pelaksanaan

Tahap Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Audience

Pembukaan 5 menit a. Mengucapkan salam a. Menjawab salam


b. Menjelaskan tujuan b. Mendengarkan

Pelaksanaan 15 menit a. Menjelaskan pengertian a. Mendengarkan


gastroenteritis. b. Memperhatikan
b. Menjelaskan penyebab
terjadinya gastroenteritis.
c. Menjelaskan mekanisme
terjadinya gastroenteritis.
d. Menjelaskan tanda dan gejala
diare.
e. Menjelaskan cara
penatalaksanaan bagi klien
gastroenteritis.
f. Menjelaskan cara penanganan
gastroenteritis.
g. Menjelaskan obat-obatan bagi
klien gastroenteritis.

Penutup 10 menit a. Menyimpulkan a. Menjawab


pertanyaan
b. Mengevaluasi
b. Menjawab salam
c. Mengucapkan salam penutup

M. Sumber.

Dermawan, Deden & Tutik Rahayuningsih. (2010). Keperawatan Medikal Bedah

( Sistem Pencernaan ). Yogyakarta: Penerbit Gosyen Publishing

DOI. (2008). Daftar Obat di Indonesia (DOI) Edisi 11. Jakarta: PT Multiapurna

Jayaterbit.

Hasan, R. (2007). Buku Kuliah: Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Penerbit Bagian

Ilmu Kesehatan Anak. FKUI.

Kurnianingsih, Sari & Monica Ester (Eds). (2010). Buku Saku Keperawatan

Pediatri. Jakarta: EGC.

Muttaqin, Arif & Kumala Sari. (2013). Gangguan Gastrointestinal (aplikasi

asuhan keperawatan medikal bedah). Jakarta: Salemba Medika.

Ngastiyah. (2005). Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.

Suratun & Lusianah. (2010). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem

Gastrointestinal. Jakarta: TIM.


N. Evaluasi.

 Jenis tes = pertanyaan lisan

 Prosedur: Post Test

 Butir soal

1. Sebutkan pengertian gastroenteritis.

2. Sebutkan penyebab terjadinya gastroenteritis.

3. Sebutkan mekanisme penyebab gastroenteritis.

4. Sebutkan tanda dan gejala diare.

5. Sebutkan cara penatalaksanaan klien dengan gastroenteritis.

6. Sebutkan cara penanganan klien dengan gastroenteritis.

7. Sebutkan obat-obatan untuk penderita gastroenteritis.

 Kunci jawaban terlampir dalam materi.

O. Lampiran.

1. Materi

2. Media

3. Presensi
MATERI PENYULUHAN

1. Pengertian Gastroenteritis

Gastroenteritis adalah infeksi saluran pencernaan disebabkan oleh

berbagai enteropatogen, termasuk bakteria dan parasit. Ditandai dengan

adanya muntah dan diare yang diakibatkan oleh infeksi, alergi, tidak toleransi

terhadap makanan / minuman tertentu (Deden & Tutik, 2010).

2. Penyebab gastroenteritis

a. Infeksi Bakteri dan Virus

b. Malabsorbsi

c. Alergi susu

d. Keracunan makanan

e. Faktor lingkungan

f. Faktor kebersihan (Suratun & Lusianah, 2010)

3. Mekanisme penyebab diare

a. Gangguan osmotik

Kondisi ini berhubungan dengan asupan makanan atau zat yang

sukar diserap oleh mukosa intestinal dan akan menyebabkan tekanan

osmotik dalam rongga usus meninggi sehingga terjadi pergeseran air dan

elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan

merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.


b. Gangguan sekresi

Akibat gangguan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus

akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam rongga usus

selanjutnya diare tidak karena peningkatan isi rongga usus.

c. Gangguan motilitas usus

Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan

usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare, sebaliknya bila

peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan

yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula. (Hasan, 2007).

4. Tanda dan gejala Gastroenteritis.

a. Konsistensi feses cair dan frekuensi defekasi ( >4 kali )

b. Muntah (umumnya tidak lama)

c. Demam (mungkin ada, mungkin tidak)

d. Membran mukosa kering

e. Fontanel cekung (bayi)

f. Berat badan turun

g. Malaise (Sari Kurnianingsih & Monica Ester, 2010).

5. Penatalaksanaan bagi pasien gastroenteritis

a. Pencegahan : mencuci tangan.

b. Pemberian cairan dan elektrolit; oral (seperti pedialyte atau oralit) atau

terapi parenteral.

c. Pada bayi, pemberian ASI (air susu ibu) diteruskan jika penyebab bukan

dari ASI.
d. Pengobatan dietik

e. ASI atau susu formula yang mengandung rendah laktosa dan asam lemak.

f. Beri makanan tinggi kalori dan tinggi kalium misalnya : jeruk, pisang dan

air kelapa. (Muttaqin & Sari, 2013).

6. Cara penanganan gastroenteritis

a. Belum terjadi dehidrasi

Cairan rumah tangga (air tajin, air teh manis dan lain – lain) dengan

perkiraan 10 ml/kg BB setiap kali BAB.

b. Dehidrasi ringan

Beri cairan oralit 30 ml/kg BB dalam 3 jam pertama selanjutnya 10 ml/kg

BB atau sepuasnya setiap kali BAB.

c. Dehidrasi sedang

Beri cairan oralit 100 ml/kg BB dalam 3 jam pertama selanjutnya oralit 10

ml/kg BB atau sepuasnya setiap kali BAB.

d. Dehidrasi berat

Bawa ke Rumah Sakit untuk penanganan lebih lanjut (Ngastiyah, 2005).

7. Obat-obatan bagi pasien gastroenteritis

a. Obat anti sekresi : Asetosil dosis 25 mg/hari dengan dosis 30 mg.

b. Klorpromazin dosis 0,5 – 1 mg/kg BB/hari.

c. Obat spasmolitik seperti papaverin ekstrak beladona.

d. Antibiotik, tetrasiklin 25 – 50 mg/kg BB (DOI, 2008).


Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. BIODATA
1. Nama Lengkap : Anna Susilowati
2. NIM : P 17420512051
3. Tempat Lahir : Magelang
4. Tanggal Lahir : 28 Desember 1993
5. Jenis Kelamin : Perempuan
6. Alamat Rumah :
a. Dusun : Kedon RT 02 RW 01
b. Desa : Pasuruhan
c. Kecamatan : Mertoyudan
d. Kabupaten : Magelang
7. Telepon :
a. Rumah :-
b. HP : 085641895057
c. E-mail : annasusilo@ymail.com
annasusilowati28@gmail.com

B. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. Pendidikan TK di RA Muslimat NU Pasuruhan, lulus tahun 2000
2. Pendidikan SD di SD N Pasuruhan 1 Mertoyudan, lulus tahun 2006
3. Pendidikan SMP di SMP N 5 Semarang, lulus tahun 2009
4. Pendidikan SMA di SMA 4 Semarang, lulus tahun 2012
5. Pendidikan D3 di Poltekkes Kemenkes Semarang Prodi Keperawatan
Magelang

You might also like