You are on page 1of 15

Modul Ahli Muda K3 Konstruksi

M-13 Kesiagaan dan Sistem Tanggap Darurat

DAFTAR ISI

1. KEADAAN UMUM ............................................................................................... 1


2. PENGERTIAN TANGGAP DARURAT ............................................................... 2
3. DASAR PENANGANAN TANGGAP DARURAT .............................................. 2
4. TINDAKAN AWAL DALAM RENCANA TANGGAP DARURAT .................. 3
5. SISTEM PELAPORAN .......................................................................................... 6
5.1. Mempersiapkan sistem dan prosedur pelaporan dan penyelidikan
kecelakaan ..................................................................................................... 6
5.2. Batasan peristiwa insiden dan kecelakaan .................................................... 7
5.3. Sistem pelaporan kecelakaan ........................................................................ 7
5.4. Sistem pelaporan keadaan darurat................................................................. 8
6. TATA LAKSANA BAKU (SOP) .......................................................................... 8
6.1. Prosedur Keadaan Darurat ............................................................................ 8
6.2. Tahapan Aktifitas .......................................................................................... 9
6.3. Bagian Alur Tanggap Darurat ....................................................................... 11
7. PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (PPPK) ......................... 12

1
Modul Ahli Muda K3 Konstruksi
M-13 Kesiagaan dan Sistem Tanggap Darurat

KESIAGAAN DAN SISTEM


TANGGAP DARURAT

8. KEADAAN UMUM
Dalam proses pekerjaan konstruksi sering terjadi suatu hal yang bersifat darurat, misalnya
terjadi kebakaran. Akan tetapi karena petugas lapangan tidak mengerti bagaimana cara
penanganannya, kebakaran malah meluas dan kemungkinan dapat menimbulkan korban jiwa
yang seharusnya dapat dihindari apabila mengerti cara penanganan yang benar.

Sesuatu yang dilakukan secara teratur dan membuat suatu prosedur yang baku akan
menimbulkan perasaan aman dan tindakan terencana dengan baik, sehingga apabila terjadi
kejadian darurat banyak hal yang dapat dilakukan untuk menyelematkan baik harta benda,
peralatan, bangunan maupun jiwa manusia serta pekerjaan itu sendiri.

Dengan memberikan pelatihan dan pengarahan mengenai tindakan pekerja pada kondisi
darurat, segala sesuatu yang tidak kita inginkan dapat diatasi dan dihindari, atau
meminimalkan resiko akibat terjadinya keadaan darurat tersebut.

Tindakan yang dilakukan antara lain dengan mengadakan simulasi tersebut, pekerja akan
memperoleh pengetahuan cara mengatasi apabila terjadi keadaan darurat. Kendala lain
adalah tidak mempunyai pengetahuan bagaimana menggunakan APAR (Alat Pemadam Api
Ringan). Dengan adanya simulasi tersebut pengetahuan bertambah dan cara mengatasi
keadaan darurat akan lebih mudah dan terarah.

Modul kesiagaan dan tanggap darurat ini menyajikan persiapan dan tindakan yang penting
dalam menghadapi kondisi darurat yang terjadi dan dapat membantu memberikan
pemahaman kepada pelaksana proyek tentang penanganan kondisi darurat.

2
Modul Ahli Muda K3 Konstruksi
M-13 Kesiagaan dan Sistem Tanggap Darurat

9. PENGERTIAN TANGGAP DARURAT


Definisi keadaan darurat:
Suatu kondisi yang disebabkan baik oleh tindakan manusia, alat maupun bencana alam,
yang cenderung meluas dan dapat melibatkan seluruh pekerja dan peralatan, dan
menimbulkan korban jiwa dan harta benda yang cukup besar

Untuk meminimalkan kerugian yang timbul, perlu suatu perencanaan pada kondisi atau
keadaan darurat yang disebut: Rencana Tanggap Darurat
Rencana atau prosedur tanggap darurat ini harus disebarluaskan kepada seluruh pekerja dan
semua karyawan yang terkait, agar dimengerti, dipahami dan diikuti.

10. DASAR PENANGANAN TANGGAP DARURAT


Dasar penetapan kesiagaan dan tanggap darurat mengacu kepada ketentuan peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku termasuk komitmen manajemen perusahaan dalam
memberikan perlindungan kepada seluruh tenaga kerja dan lingkungan kerja.
Peraturan dan perundang-undangan yang mengatur tentang penanganan keadaaan tanggap
darurat antara lain:
1) UU No. 1 Tahun 1970, Undang-Undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Bab
VII pasal 11,menyatakan:
1. Pengurus diwajibkan melaporkan tiap kejadian kecelakaan yang terjadi di tempat
kerja yang dipimpinnya kepada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.
2. Tata cara Pelaporan dan Pemeriksaan oleh pegawai yang dimaksud, diatur dengan
perundang-undangan.
2) Lampiran – 1, PP No. 50/2010 tentang: Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3), elemen 3.3, Identifikasi Sumber Bahaya, Penilaian dan Pengendalian
Resiko.
1. Sub elemen 3.3.8 : Prosedur Menghadapi Keadaan Darurat atau Bencana,
berbunyi:
 Perusahaan harus mempunyai prosedur untuk menghadapi keadaan darurat atau
bencana, yang diuji secara berkala untuk mengetahui keandalan pada saat
kejadian yang sebenarnya.

3
Modul Ahli Muda K3 Konstruksi
M-13 Kesiagaan dan Sistem Tanggap Darurat

 Pengujian prosedur secara berkala tersebut dilakukan oleh personil yang


memiliki kompetensi kerja, dan untuk instalasi yang mempunyai bahaya besar
harus dikoordinasikan dengna instansi terkait yang berwenang.
2. Sub elemen 3.3.9 : Prosedur Menghadapi Insiden, berbunyi:
Untuk mengurangi pengaruh yang mungkin timbul akibat insiden, perusahaan harus
memiliki prosedut yang meliputi:
a. Penyediaan fasilitas P3K dengan jumlah yang cukup dan sesuai sampai mendapat
pertolongan medis.
b. Proses perawatan lanjutan.
3. Sub elemen 3.3.10 : Prosedur Rencana Pemulihan Keadaan Darurat, berbunyi:
Perusahaan harus membuat Prosedur Rencana Pemulihan Keadaan Darurat untuk
secara cepat mengembalikan pada kondisi normal dan membantu pemulihan tenaga
kerja yang trauma.
3) Komitmen perusahaan untuk memberikan perlindungan kepada seluruh tenaga
kerja dan lingkungan kerjanya, yang didasarkan pada:
a. Kemampuan mengatasi sendiri dalam penanganan P3K atas insiden dan kecelakaan
kerja.
b. Kemampuan mengatasi keadaan dalam keadaan darurat besar seperti kebakaran,
bencana alam, dsb.

11. TINDAKAN AWAL DALAM RENCANA TANGGAP DARURAT


Dalam penanganan Rencana Darurat, perlu dilakukan tindakan-tindakan antara lain sebagai
berikut:

4.1. Merencanakan suatu Assembly Point yang merupakan suatu Denah Evakuasi yang
memberikan petunjuk arah kemana para pekerja harus segera berkumpul apabila terjadi
darurat dan diperintahkan untuk melakukan evakuasi semua atau sebagian pekerja.

4.2. Mengadakan simulasi kebakaran yang melibatkan Dinas Kebakaran setempat dan
kalau perlu dengan mengikutsertakan secara langsung Dinas Tenaga Kerja setempat.
4.3. Menyiapkan sirene dan alarm tanda bahaya

4
Modul Ahli Muda K3 Konstruksi
M-13 Kesiagaan dan Sistem Tanggap Darurat

Dalam menyiapkan tanda-tanda keadaan darurat, tentunya disertai prosedur


pelaksanaan atau petunjuk kerja. Petunjuk kerja dapat berupa:
➢ Membunyikan sirene/alarm
➢ Pemukulan benda-benda yang dapat menimbulkan suara nyaring dan keras, atau
➢ Menentukan suatu isyarat tertentu, ditandai dengan panjang pendeknya sirenen
yang dibunyikan. Sebagai contoh sbb:
 Sirine selama 6 (enam) menit menunjukkan adanya keadaan darurat
 Sirine 3 (tiga) menit menunjukkan pekerja harus segera mengevakuasi diri ke
lokasi Assembly Point
 Sirine 1 (satu) menit kondisi dapat diatasi dan aman untuk bekerja kembali

4.4. Menyiapkan rambu-rambu arah ke tempat Assembly Poin, lokasi tabung pemadam
kebakaran dll.

4.5. menyiapkan Prosedur Tanggap Darurat


Prosedur ini menerangkan fase kejadian suatu situasi keadaan darurat yang perlu
ditanggapi oleh petugas yang bertanggung jawab di daerah kejadian untuk tujuan
pengendalian keadaan darurat di area pekerjaan.
Adapun prosedur yang harus diikuti adalah sebagai berikut:
1. Setiap pekerja/karyawan bertanggung jawab untuk mengamati keadaan di daerah
kegiatannya dan menanggulangi atau melaporkan segera setiap kejadian yang tidak
biasa di daerah tersebut.
2. Karyawan pada saat menemukan api, kebocoran gas atau segera melapor kepada
atasannya atau petugas yang menguasai area tersebut.
3. Setelah melapor atas petunjuk pengawas, maka pengawasa langsung mengambil
tindakan untuk menguasai keadaan atau menjaga agar api tidak meluas, sampai
bantuan datang. Tindakan yang segera dilakukannya antara lain:
 Bahan-bahan yang mudah terbakar dipindahkan ke tempat yang aman
 Menutup kran saluran gas
 Menghidupkan/mengaktifkan sistem sprinkler
 Penggunaan tabung pemadam kebakaran

5
Modul Ahli Muda K3 Konstruksi
M-13 Kesiagaan dan Sistem Tanggap Darurat

4. Pengawas/Supervisor segera menuju ke tempat kejadian, meyakinkan kepada para


pekerja bahwa prosedur tanggap darurat sudah dilaksanakan dengan baik.
5. Pengawas/Supervisor mendengarkan laporan, menanyakan sebab-sebab kejadian,
selanjutnya menginstrusikan tindakan yang perlu dilakukan untuk mengatasi
keadaan darurat
6. Jika sukar diatasi dan perlu bantuan, maka salah seorang pengawas segera
menghubungi Pemadam Kebakaran, Polisi atau Rumah Sakit dll.

4.6. Pengendalian Kendaraan


Beberapa hal yang harus dipatuhi oleh petugas dalam kondisi darurat:
1. Hanya kendaraan keadaan darurat yang telah ditentukan yang boleh memasuki
daerah gawat darurat.
2. Tidak boleh menghalangi jalan menuju daerah keadaan darurat. Tinggalkan kunci
kontak untuk pemindahan kendaraan jika diperlukan.
3. Sedangkan kepada pengendara lain:
 Segera menuju daerah Assembling Point Area
 Semua personil/pekerja yang tidak terlibat pengamanan daerah kejadian, sudah
berada di Assembly Area untuk kemudian dicatat sambil menunggu instruksi
selanjutnya
 Jangan meninggalkan Assembly Area sebelum tercatat oleh
Pengawas/Supervisor

4.7. Menghubungi pihak-pihak yang terlibat atau dilibatkan dalam tanggap darurat, antara
lain:
1. Pimpinan Proyek/Pimpinan pabrik dan Staf Keselamatan dan Kesehatan Kerja
beserta seluruh petugas pemadam kebakaran dan keamanan.
2. Klinik dan Rumah Sakit yang terdekat atau Rumah Sakit Rujukan.
3. Pihak kepolisian setempat.
4. Dinas Kebakaran dari Pos Kebakaran terdekat.
5. Dinas Tenaga Kerja.
6. Asuransi Kecelakaan Kerja.
7. Warga sekitar lokasi proyek/pabrik.
Semua telepon dari pihak yang terkait dipampang pengumuman dan jika perlu nama
personilnya yang dapat dihubungi.

6
Modul Ahli Muda K3 Konstruksi
M-13 Kesiagaan dan Sistem Tanggap Darurat

4.8. Tindakan pekerja pada keadaan darurat karena gempa bumi:


2. Jauhi areal yang mudah terkena reruntuhan atau sengatan listrik.
3. Hindari sekat kaca, jendela dan rak gantung, sekat peralatan yang dapat menimpa
pekerja.
4. Hindari genangan dan kebocoran air karena dapat bermuatan listrik.
5. Berlindung di bawah meja dan tetap diam, dan lindungi kepala, leher dan mata.
Jika tidak ada tempat berlindung, jongkoklah ke lantai dengan punggung
menempel ke dinding. Lingkari kepala dengan tangan silang menjepit menutup
leher.
6. Tinggalkan gedung sesegera/secepat mungkin dengan tenang dan gunakan tangga
darurat. Segera menuju tempat berkumpul yang telah ditentukan dan tunggu
instruksi lanjutan dari Petugas K3.

12. SISTEM PELAPORAN


5.1. Mempersiapkan sistem dan prosedur pelaporan dan penyelidikan kecelakaan
Penyelidikan disini lebih difokuskan pada kronologis dan keadaan/situasi yang
berkembang sesaat setelah kejadian yang digunakan sebagai penjelasan laporan
kejadian kecelakaan.
Semua kejadian dimaksud, t4ermasuk kejadian-kejadian yang hampir menimbulkan
kecelakaan, merupakan gejala kelemahan atau kegagalan untuk mencapai operasi yang
efisien dan produksi maksimum yang aman.
Kesemuanya ini akan diselidiki dengan cara seksama oleh fungsi manajemen yang
terlibat dan mengembangkan usaha-usaha pengendalian yang efektif, agar tidak
terulangnya kejadian yang sama.
Penyelidikan dan pelaporan yang segera harus dilaksanakan, tentang semua kejadian-
kejadian yang hampir saja menyebabkan kecelakaan bertujuan untuk:
 Memenuhi ketentuan-ketentuan pelaporan yang sesuai dengan peraturan
pemerintah Indonesia.
 Penyedia informasi untuk menganalisa kejadian kecelakaan
 Menentukan dasar pelaksanaan tindakan perbaikan

7
Modul Ahli Muda K3 Konstruksi
M-13 Kesiagaan dan Sistem Tanggap Darurat

5.2. Batasan peristiwa insiden dan kecelakaan


➢ Insiden : adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan yang dapat menyebabkan
kerugian atau dapat menurunkan efisiensi kerja. Dimana insiden dapat mengarah
pada suatu kecelakaan.
➢ Kecelakaan : adalah suatu kejadian yang mengakibatkan orang cidera atau
kerusakan pada harta benda atau terhentinya suatu proses pekerjaan.

5.3. Sistem pelaporan kecelakaan


1. Tugas dan tanggung jawab dari setiap Pengawas atau Pelaksana adalah
meyakinkan bahwa setiap kejadian yang mengakibatkan kerusakan pada harta
benda atau yang menyebabkan luka pada setiap pekerja di bawah pengawasannya,
harus dilaporkan kepada Petugas Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan
Kerja ( P2K3) di unit kerjanya secara tertulis dengan membuat format laporan yang
telah disetujui dan dibuat sebelumnya.
2. Laporan kecelakaan yang lengkap sekurang-kurangnya sudah berada di kantor
P2K3, 24 jam setelah kejadian.
3. Laporan lisan mendahului laporan tertulis seperti dinyatakan di atas dapat
dilakukan , tetapi tidak menghilangkan kewajiban untuk membuat laporan tertulis.
4. Setiap kejadian yang berakibat fatal atau mengakibatkan cacat harus dilaporkan
kepada Departemen Tenaga Kerja selambat-lambatnya selama 2 x 24 jam setelah
terjadinya kecelakaan tersebut.
5. Penyelidikan harus sesegera mungkin dilakukan setelah kejadian. Penyidikan yang
dilakukan adalah untuk mencari fakta yang sebenarnya, bukan untuk mencari
kesalahan.
6. Pengawas yang bertanggung jawab atas orang atau peralatan yang mendapat
kecelakaan harus melakukan penyidikan bersama petugas P2K3, dan segera
membuat Laporan Penyidikan Kecelakaan Kerja.
7. Penyidikan lanjutan akan dilakukan untuk kejadianyang lebih parah, dengan
mengikutsertakan pihak lain yang terkait. Untuk ini dibuat Laporan Tambahan.

5.4. Sistem pelaporan keadaan darurat

8
Modul Ahli Muda K3 Konstruksi
M-13 Kesiagaan dan Sistem Tanggap Darurat

Cara yang baik untuk melaporkan keadaan darurat harus berbicara dengan jelas dan
terang serta memberikan informasi yang berurutan sebagai berikut:
➢ Semua panggilan keadaan darurat selalu didahului dengan kalimat yang telah
ditentukan dalam prosedur, misalnya: Ini Keadaan Darurat
➢ Beritahu lokasi kejadian dengan jelas dan tepat
➢ Ringkasan kejadian, misalnya penyebab kebakaran, pipa bocor dll
➢ Perkenalkan diri anda : nama ; bagian/seksi ; nama perusahaan ; atasan anda
dll
➢ Ulangi informasi di atas dengan jelas
Petugas Fire Safety akan mengulang informasi di atas, agar tidak terjadi kesalahan
informasi.

13. TATA LAKSANA BAKU (SOP)


6.4. Prosedur Keadaan Darurat
Tanggap darurat meliputi perencanaan keadaan darurat dan penanganannya, umunya
disebut : Rencana Tanggap Darurat.
Perencanaan tanggap darurat tingkatkan karyawan dan pekerja, dijelaskan, dilatihkan,
sehingga seluruh pekerja mengerti dan memahami.
Dasar penanganan keadaan darurat, pada dasarnya ada 2 (dua), yakni:
a. Kemampuan mengatasi kecelakaan kerja
Meliputi kemampuan petugas dalam hal:
Penanganan P3K atas insiden dan kecelakaan seperti pada kendaraan terbakr,
kebakaran pada tumpukan sampah, kebocoran gas LPG atau kebocoran bahan
kimia yang mudah terbakar.
b. Kemampuan mengatasi keadaan darurat
Meliputi kemampuan petugas dalam hal:
Kemampuan untukmenguasai/mengatasi keadan darurat dimana kondisi yang ada
telah mengancam keselamatan seluruh pekerja dan harta benda lainnya (property)
serta kendaraan/peralatan.
Penanganan keadaan darurat yang berdasarkan pada kemampuan orang dalam
menangani keadaan yang lebih besar seperti kebakaran besar.
6.5. Tahapan Aktifitas

9
Modul Ahli Muda K3 Konstruksi
M-13 Kesiagaan dan Sistem Tanggap Darurat

1. Merencanakan daerah evakuasi dan menginformasikan daftar pihak-pihak yang


terkait keadaan darurat. Daftar tersebut harus:
 Ditempatkan di papan informasi
 Ditempatkan pada tempat-tempat strategis yang mudah diketahui dan dibaca
oleh semua pekerja, staf, karyawan dll
 Ditempatkan pada tempat yang tidak mudah rusak/hilang
2. Memberikan pengertian/penyuluhan, simulasi dan penjelasanuntuk mengantisipasi
keadaan darurat seperti: kebakaran, ledakan, gempa bumi, banjir bandang, kondisi
darurat dll.
3. Dalam keadaan darurat.
Dalam hal terjadi keadaan darurat, penemu keadaan darurat wajib segera
melaporkan ke atasannya atau kepada petugas K3 (atau petugas yang mewakili
seperti : security¸ pengawas pekerjaan).
Dalam kondisi darurat, pelapor harus dapat melaporkan dengan jelas dan teliti,
mengenai hal-hal berikut:
a. Didahului dengan pernyataan KONDISI DARURAT
b. Lokasi peristiwa/kejadian/kecelakaan
c. Ringkasan peristiwa/kejadian dan penyebab keadaan darurat, termasuk
laporan korban jiwa kalau ada
d. Nama pelapor, bagian/seksi, nama kontraktor/supplier/vendor
e. Ulangi laporan
4. Petugas K 3 mengambil langkah-langkah penanganan.
Langkah penanganan berupa instruksi dapat secara sistematis diprogram melalui
radio komunikasi dan/atau telepon, pengeras suara, alarm, sirine diantaranya
memberikan:
a. Informasi kondisi/keadaan darurat kepada seluruh pekerja danjajarannya
agar tetap dalam kondisi tenang, tidak panik, agar mudah menemukan arah
penunjuk keluar (exit sign/gate) menuju jalan/tangga darurat yang telah
ditentukan.
b. Menghentikan semua kegiatan yang berkenaan dengan keadaan darurat
dan/atau berpotensi berkembangnya situasi lanjutan.

c. Instruksi pemadam kebakaran jika terjadi kebakaran.

10
Modul Ahli Muda K3 Konstruksi
M-13 Kesiagaan dan Sistem Tanggap Darurat

Bila mampu, dipadamkan oleh karyawan/personil yang mempunyai


pengetahuan pemadaman dengan tidak mengorbankan diri personil sendiri.
d. Informasi keadaan darurat lainnya, seperti gempa bumi.
 Tindakan yang harus dilakukan diantaranya:
 Jauhi areal yang mudah terkena reruntuhan atau kawat/sengatan listrik.
 Hindari sekat kaca, jendela dan rak gantung, sekat peralatan yang dapat
menimpa pekerja.
 Hindari genangan dan kebocoran air karena dapat bermuatan listrik.
 Berlindung di bawah meja dan tetap diam. Lindungi kepala, leher dan
mata. Jika tidak ada tempat berlindung, jongkok dilantai dengan
punggung menempel dinding. Lindungi kepala dengan tangansilang
menjepit menutup leher.
 Segera tinggalkan gedung dengan tenang dan tertib jika hanya kondisi
gedung tidak memungkinkan. Gunakan tangga darurat dan segera menuju
tempat berkumpul yang telah ditentukan dan tunggu instruksi lanjutan dari
petugas K3.
e. Tindakan evakuasi secepatnya, sebelum keadaan berkembang menjadi lebih
berat dan parah.
f. Mengarahkan seluruh pekerja berjalan menuju tempat berkumpul
(assembly point) yang telah ditentukan.
5. Semua personil/pekerja diwajibkan mengetahui keadaan darurat dan dapat
melakukan ketentuan-ketentuan di atas.
6. Menghubungi pihak-pihak yang terkait dengan Kondisi Keadaan Darurat,
diantaranya:
a. Cari bantuan petugas K3 dan bantuan P3K yang ditunjuk
b. Dalam kondisi darurat, hubungi nomor-nomor penting:
 Ambulance : 118
 Rumah Sakit terdekat : ditentukan oleh proyek
 Pemadam Kebakaran : tergantung daerah
 Kantor Polisi sektor : jika diperlukan
 Kantor Disnaker : dilakukan oleh petugas K3

6.6. Bagian Alur Tanggap Darurat

11
Modul Ahli Muda K3 Konstruksi
M-13 Kesiagaan dan Sistem Tanggap Darurat

Ditemukan kondisi yang dapat


menimbulkan keadaan darurat
(kebocoran, gas beracun, dsb)

Pantau tidak
situasi
(teratasi ?)

ya

Singkirkan barang-barang yang


mudah terbakar atau
membahayakan
Beritahu atasan dan rekan
pekerja lainnya
Penggunaan peralatan yang
tersedia (APAR, dll)

Memberitahukan kepada Petugas K3


dan Pihak lain yang dilibatkan
tidak (Pemadam Kebakaran, Polisi, Tim
Pantau SAR, dll)
situasi Ikuti petunjuk Petugas untuk akses
(teratasi ?) yang aman
Evakuasi ke Assembly Point
ya

Buat laporan kejadian

tidak Pantau
situasi
(teratasi ?)
ya

Pencarian oleh Tim Buat laporan kejadian


SAR/Petugas
Kebakaran

7. PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (PPPK)

12
Modul Ahli Muda K3 Konstruksi
M-13 Kesiagaan dan Sistem Tanggap Darurat

7.1. Semua mandor di tempat kerja harus dilatih P3K dan mempunyai sertifikat P3K yang
bertaraf nasional. Sejumlah karyawan yang memenuhi syarat juga harus dilatih P3K.
7.2. Fasilitas P3K harus dapat dilaksanakan pada tempat yang nyaman pada tiap tempat
kerja. Pusat P3K harus dibangun pada tiap tempat kerja yang luas/besar dengan
peralatan yang memadai.
 Harus mudah diidentifikasikan
 Dijaga kebersihannya
 Dicatat dengan baik
 Penerangan dan ventilasi yang mencukupi
 Persediaan medis yang cukup untuk pengobatan, bidai, tandu dan obat-obatan
 Mempunyai fasilitas air mengalir yang bersih
7.3. Perlengkapan keadaan darurat misalnya tandu/usungan dan telepon harus tersedia di
Pusat P3K.
7.4. Kotak-kotak P3K yang mencukupi berisi perlengkapan dan persediaan obat-obatan
harus disediakan di tempat kerja di bawah pengawasan mandor.
7.5. Cara-cara harus ditentukan dan dipublikasikan untuk keadaan darurat daripada
karyawan yang cidera dari tempat kerja, persiapan P3K dan dimana perlu, untuk medis
atau pengobatan Rumah Sakit/Dokter setempat.
7.6. Pertolongan pertama jika terjadi kecelakaan atau penyakit yang tiba-tiba, harus
dilakukan oleh dokter, juru rawat atau seorang yang terdidik dalam kegiatan P3K.
7.7. Perlengkapan P3K harus disediakan:
 Alat P3K atau kotak obat-obatan yang memadai harus disediakan di tempat kerja
dan dijaga agar tidak dikotori oleh debu, kelembaban udara dan lain-lain.
 Alat P3K atau kotak obat-obatan paling sedikit harus berisi:
- Obat untuk kompres
- Plester, perban, gauze yang steril
- Gunting, splint dan perlengkapan gigitan ular
7.8. Peralatan P3K dan kotak obat-obatan tidak boleh berisi benda-benda lain selain alat-
alat P3K yang diperlukan dalam keadaan darurat.
7.9. Peralatan P3K dan kotak obat-obatan harus berisi keterangan/instruksi yang mudah
dan jelas sehingga mudah dimengerti.
7.10. Isi dari kotak obat-obatan dan alat P3K harus diperiksa secara teratur dan harus dijaga
supaya tetap berisi (tidak boleh kosong).

13
Modul Ahli Muda K3 Konstruksi
M-13 Kesiagaan dan Sistem Tanggap Darurat

7.11. Kereta untuk mengangkat orang sakit (carrying basket) harus selalu tersedia. Jika
tenaga kerja dipekerjakan di bawah tanah atau pada keadaan lain, alat penyelamat
harus selalu tersedia di dekat tempat mereka bekerja.
7.12. Jika tenaga kerja dipekerjakan di tempat-tempat yang menyebabkan adanya resiko
tenggelam atau keracunan gas alat-alat penyelamat harus selalu tersedia di dekat
tempat mereka bekerja.

14
Modul Ahli Muda K3 Konstruksi
M-13 Kesiagaan dan Sistem Tanggap Darurat

DAFTAR PUSTAKA

1. Pedoman Dasar Keselamatan Kerja (Petunjuk Kerja Aman di Kilang Minyak UP –


V Pertamina)
2. Himpunan Peraturan dan Perundang-undangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja,
Direktorat Jenderal Hubungan Industrial dan Pengawasan Tenaga Kerja,
Departemen Tenaga Kerja RI
3. Semiloka Penerapan SMK3 di Sektor Konstruksi Dalam Menunjang Otonomi
Daerah dan Globalisasi, 2002
4. ILO Geneva, Safety and Health in Building and Civil Enggineering

15

You might also like