You are on page 1of 30

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa
karena atas berkat dan penyertaannya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Makalah tentang “Impaksi Gigi” Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah mendukung dalam menyusun makalah ini.
Penyusunan makalah ini telah diselesaikan dengan lancar, tetapi penulis
menyadari bahwa penyusunan tugas makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
jadi penulis mohon untuk memberikan masukan, kritik, dan saran yang
membangun demi perbaikan dalam penyusunan makalah ini.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak
yang telah membantu penyusunan makalah ini dan besar harapan penulis, semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat dan menambah pengetahuan tentang
masalah kesehatan.

Medan, 30 Juni 2017


Penulis

drg. Dewi Caronita Gurusinga


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................i


DAFTAR ISI ................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ...........................................................................................................1
B. Identifikasi Masalah .................................................................................................................2
C. Rumusan Masalah ....................................................................................................................2
D. Tujuan Penulisan ......................................................................................................................3
E. Manfaat Penulisan ....................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................4
A. Defenisi ..................................................................................................................................4
B. Etiologi ....................................................................................................................................5
C. Klasifikasi umum gigi impaksi ..............................................................................................6
D. Komplikasi ..............................................................................................................................9
E. Prediksi Faktor lainnya ..........................................................................................................11
F. Pengobatan dan penanganan ..................................................................................................11

BAB III PENUTUP .....................................................................................................................26


DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................27
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Impaksi gigi adalah suatu keadaan dimana benih gigi atau

calon gigi yang akan tumbuh terhalang jalan pertumbuhannya hingga

mengakibatkan gigi tidak dapat keluar atau tumbuh secara normal. Pada

kasus impaksi gigi geraham biasanya dapat mengganggu pengunyahan. Untuk

menangani masalah ini dokter bedah mulut melakukan pekerjaan pencabutan

dengan pembedahan yang biasa di sebut dengan odontektomi atau pada

umumnya disebut dengan operasi gigi bungsu. Odontektomi sendiri pada

umumnya bisa dikerjakan dengan suntik lokal ataupun dengan bius umum di

ruang operasi tergantung tingkat kesulitan kasus.

Impaksi gigi biasanya terjadi sekitar 20% dari total populasi. Pria lebih

sering mengalaminya daripada wanita. Impaksi gigi molar (geraham besar)

ketiga pada umumnya terjadi sekitar 17%-32% dari populasi yang telah

dilakukan penelitian, dimana frekuensi mandibula (rahang bawag) lebih tinggi

daripada maksila (rahang atas). Angka kejadian terjadinya impaksi

gigi kaninus (gigi Taring) atas terjadi sekitar 0,3-3,2%, dari populasi yang

diteliti. Impaksi gigi kaninus bagian palatal (langit langit mulut) terjadi

sebesar 15% kasus impaksi gigi kaninus, lebih banyak terjadi pada perempuan

daripada pria. Impaksi gigi premolar (geraham kecil yang terletak 1 dan 2

baris di belakang gigi taring) sebesar 0,5% dari populasi yang diteliti.

Gigi yang sering terjadi impaksiadalah molar (gigi geraham besar) ketiga
mandibula (rahang bawah) diikuti molar ketiga maksila (gigi geraham besar

rahang atas), dan premolar dua mandibula (gigi geraham kecil dua baris yang

terletak di belakang gigi taring rahang bawah). (Andreason 1997)

Gigi geraham bungsu atau gigi geraham ketiga atau gigi molar (M3)

atau “Wisdom Teeth” bisa disebabkan oleh kemungkinan rahang yang terlalu

kecil untuk menampung gigi geraham bungsu yang mengakibatkan terjadinya

penumpukan sehingga terjadi impaksi pada gigi. Biasanya gigi geraham ketiga

ini tumbuh pada usia 16 – 25 tahun.

Kemudian ada juga yang menganggap penyebab impaksi pada gigi

disebabkan oleh kebiasaan makan masyarakat modern yang hanya makan

makanan yang lunak saja dan kebiasaan mengunyah yang kurang baik; seperti

mengunyah kurang dari 30 kali dalam satu suapan.

Impaksi gigi adalah gigi yg mengalami kesukaran/kegagalan

bertumbuh normal pada lengkung rahang, yang disebabkan oleh posisi yang

salah, kekurangan tempat atau dihalang-halangi oleh gigi lain, tertutup tulang

yang tebal dan atau jaringan lunak disekitarnya

B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang diatas dalam makalah ini penulis mengangkat impaksi

gigi.

C. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian impaksi gigi

2. Apa Etiologi impaksi gigi

3. Bagaimana klasifikasi umum gigi impaksi

4. Bagaimana Komplikasi impaksi gigi


5. Apa saja prediksi factor lainnya

6. Bagaimana pengobatan dan penanganan

D. Tujuan

Untuk mengetahui pengertian, etiologi, patosiologi, klasifikasi umum

impaksi gigi, komplikasi, serta pengobatan dan penanganan impaksi gigi.

E. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan karya tulis ini adalah agar masyarakat/ warga binaan

Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Medan dapat mengetahui tentang

pentingnya pengenalan masalah impaksi gigi.


BAB II

KONSEP DASAR

A. Defenisi

Gigi geraham bungsu yang tumbuh secara normal dan tidak

menimbulkan keluhan apapun tidak perlu untuk di cabut. Lain hal jika gigi

tersebut menyebabkan impaksi pada gigi. Maka meskipun tidak terjadi

keluhan sakit akan tetapi tim medis sepakat bahwa gigi yang mengalami

impaksi perlu untuk di cabut demi pencegahan komplikasi lainnya yang di

timbul akibat impaksi.

Impaksi gigi adalah gigi yg mengalami kesukaran/kegagalan

bertumbuh normal pada lengkung rahang, yang disebabkan oleh posisi yang

salah, kekurangan tempat atau dihalang-halangi oleh gigi lain, tertutup tulang

yang tebal dan atau jaringan lunak disekitarnya.

Definisi Impaksi gigi adalah malposisi gigi karena benih gigi (tooth

buds) yang tumbuh tidak tepat. Hal ini dapat menyebabkan gigi gagal tumbuh

ke dalam mulut dalam posisi yang tepat. Impaksi juga bisa disebabkan oleh

tanggalnya gigi susu terlalu awal atau gigi berjejalan (crowding). Geraham

bungsu adalah gigi yang paling sering terkena dampaknya, tapi gigi taring

dan gigi premolar juga sering terpengaruh.

Impaksi gigi adalah kegagalan gigi untuk erupsi secara sempurna pada

posisinya akibat terhalang oleh gigi pada anteriornya maupun jaringan lunak
atau padat di sekitarnya (Peterson, 2003). Gigi yang sering mengalami

impaksi gigi adalah gigi molar 3 rahang bawah, dan gigi kaninus rahang atas.

Defenisi dan istilah lain:

 Impacted teeth merupakan gigi yg tidak keluar karena terhalang oleh gigi

sampingnya atau tulang.

 Malposed merupakan gigi erupsi tidak pada tempatnya

 Unerupted merupakan gigi yg tidak erupsi pada waktunya

 Eruptiodificilis merupakan gigi yg impaksi disertai dengan keradangan

disekitarnya

 Impacteed teeth merupakan retained teeth; gigi yg terletak salah satu

termasuk yg tidak erupsi, baik erupsi sebagian maupun total.

B. Etiologi

Ada sejumlah faktor yang diduga menjadi penyebab terjadinya impaksi gigi.

Faktor- faktor ini diklasifikasikan menjadi faktor lokal, faktor sistemik, dan

kondisi abnormal lainnya.

1. Faktor lokal

» Malposisi gigi lawan.

» Densitas jaringan keras di sekitarnya.

» Inflamasi Kronis yang meyebabkan fibrosis mukosa di sekitarnya.

» Ruangan yang tidak cukup karena perkembangan rahang yang tidak

sempurna atau karena retensi geligi sulung..

» Premature loss gigi sulung.


» Nekrosis karena adanya infeksi.

» Inflamasi pada tulang karena penyakit seperti parotitis.

2. Faktor sistemik

» Prenatal (keturunan, sifilis, malnutrisi)

» post natal (Rickets, anemia, endocrine dysfunction, penyakti pada rahang

dan jaringan lunak di sekitarnya).

3. Kondisi Abnormal Lain

» Cleidocranial dysostosis

» Oxycephaly

» Achondroplasia

» Cleft

C. Klasifikasi Umum Gigi Impaksi

1. Klasifikasi Menurut Pell Dan Gregory

Berdasarkan hubungan antara ramus mandibula dengan molar kedua

dengan caramembandingkan lebar mesio-distal molar ketiga dengan jarak

antara bagian distalmolar kedua ke ramus mandibula.

Kelas I: Ukuran mesio-distal molar ketiga lebih kecil dibandingkan jarak

antara distalgigi molar kedua dengan ramus mandibula.

Kelas II: Ukuran mesio-distal molar ketiga lebih besar dibandingkan jarak

antara distalgigi molar kedua dengan ramus mandibula.

Kelas III: Seluruh atau sebagian besar molar ketiga berada dalam ramus

mandibula.
2. Berdasarkan Letak Molar Ketiga di Dalam Rahang

Posisi A: Bagian tertinggi gigi molar ketiga berada setinggi garis oklusal

Posisi B: Bagian tertinggi gigi molar ketiga berada di bawah garis oklusal

namun masih terletak lebih tinggi daripada garis servikal gigi molar kedua

Posisi C: Bagian tertinggi gigi molar ketiga berada di bawah garis servikal

gigi molar kedua.

3. Klasifikasi Menurut George Winter

Klasifikasi yang dicetuskan oleh George Winter ini cukup sederhana. Gigi

impaksi digolongkan berdasarkan posisi gigi molar ketiga terhadap gigi

molar kedua. Klasifikasi berdasarkan posisi ini meliputi:

a. Posisi vertikal

Pada impaksi posisi vertikal, sumbu panjang molar ketiga rahang

bawah sejajar dengan sumbu panjang gigi- gigi lainnya.

b. Posisi horizontal

Pada posisi horizontal, sumbu panjang gigi molar ketiga rahang bawah

membentuk sudut hampir 90 derajat dengan sumbu panjang gigi molar

kedua.

c. Posisi mesioangular

Posisi mesioangular merupakan posisi yang paling sering didapatkan

pada kasus impaksi gigi. Pada posisi ini, gigi molar ketiga berinklinasi

ke arah mesial sehingga mendorong gigi molar kedua bawah.


d. Posisi distoangular

Pada impaksi posisi distoangular, gigi molar ketiga berinklinasi ke

arah distal mengarah ke ramus mandibula.

e. Posisi inverted

f. Posisi unusual

4. Gigi Kaninus (C)

a. Gigi Kaninus (C) Rahang atas

Klasifikasi Menurut acher

 Klas I: Gigi berada di palatum dengan posisi horizontal, vertikal atau

semi vertical.

 Klas II: Gigi berada dibukal, dengan posisi horizontal, vertikal atau

semi vertical.

 Klas III: Gigi dengan posisi melintang, korona dipalatinal, akarnya

melalui atau berada diantara akar-akar gigi tetangga da apeks berada

disebelah labial atau bukal dirahang atas atau sebaliknya.

 Klas IV: Gigi berada vertikal di prosessus alveolaris diantara gigi

insisivus dan premolar.

 Klas V: Impaksi kaninus berada pada edentolous (rahang yang


ompong).
5. Gigi Kaninus (C) Rahang Bawah

a. Klasifikasi

1) Level A: Mahkota gigi kaninus terpendam berada di servikal line

gigi sebelahnya.

2) Level B: Mahkota gigi kaninus terpendam berada di antara garis

servikal dan apikal akar gigi disebelahnya.

3) Level C: Mahkota gigi kaninus terpendam berada dibawah apikal

akar gigi sebelahnya.

6. Gigi Premolar (P)

Impaksi Premolar sering terjadi karena pencabutan prematur dari gigi

molar desidui. Dibanding gigi Premolar satu lebih sering terjadi pada gigi

Premolar dua oleh karena Premolar dua lebih lama erupsinya.

Impaksi pada Premolar mandibula lebih sering mengarah ke lingual dari

pada ke bukal, sedangkan pada maksila lebih sering ke palatinal daripada

ke bukal. Letaknya lebih sering vertikal, daya erupsinya lebih besar. Jika

korona belum nampak di rongga mulut dan gigi terletak di arkus dentalis

maka pengambilan gigi diambil dari bukal.

D. Komplikasi

Komplikasi yg dpt ditimbulkan oleh gigi impaksi, diantaranya :

 Infeksi dapat berupa : pericoronitis, abses alveolaris akut/kronik, osteitis

supuratif kronis, nekrosis dan osteomielitis


 Resorbsi patologis gigi tetangga

 Kista

 Tumor

 Rasa sakit

 Fraktur rahang

 Trismus

 Tonsilitis

 Nafas berbau

 Lidah berselaput

 Badan rasa tidak enak

 Tinnitus aurius

 Otitis

 Gangguan pada mata

Frekuensi/ insiden gigi yang paling banyak mengalami impaksi :

 Geraham belakang nomor 3 (M3) atas menurut literatur (orang barat)

 Geraham belakang nomor 3 (M3) bawah (orang indonesia)

 Gigi taring atas (C) (wanita bag.kanan)

 Geraham depan pertama (P1) atas dan bawah

 Gigi taring (C) bawah

 Gigi seri pertama (I1) atas

Gigi seri kedua (I2) atas


E. Prediksi faktor lainnya :

 Gigi yang berjejal

 Kepadatan tulang (compacta)

 Radang kronis

 Prematur ekstraksi

 Gigi sulung yang tanggalnya terlalu lama

 Perubahan tulang akibat penyakit sistemik waktu anak-anak

 Infeksi atau abses

 Keturunan

 Dan lain-lain

F. Pengobatan dan penanganan

Pencabutan gigi adalah solusi terbaik untuk menangani gigi yang impaksi

lewat operasi bedah gigi dan mulut atau yang dalam istilah kedokteran dikenal

dengan nama Odontectomy.

Indikasi odontektomi

1. Pencegahan tehadap Penyakit Periodontal

Gigi yang berdekatan dengan gigi yang impaksi merupakan salah satu

factor predisposisi dari penyakit periodontal. Kehadiran gigi molar ketiga

rahang bawah mengurangi jumlah tulang pada bagian distal dari gigi

sebelahnya (molar kedua). Karena permukaan gigi yang paling sulit untuk

dibersihkan adalah bagian distal dari gigi terakhir pada lengkung, pasien

juga bisa mengalami inflamasi gingival dengan migrasi apical dari


perlekatan gingival pada daerah distal gigi molar kedua. Gingivitis minor

yang disebabkan oleh bakteri juga memiliki peluang yang besar terhadap

permukaan akar dimana menghasilkan periodontitis yang parah. Pasien

dengan gigi impaksi pada molar ketiga sering memiliki pocket periodontal

yang lebih dalam pada bagian distal molar kedua.

Dengan menghilangkan gigi molar tiga yang mengalami impaksi secara

cepat, penyakit periodontal bisa dicegah dan kemungkinan terjadinya

penyembuhan tulang pada area sebelumnya yang pernah terkena mahkota

molar ketiga dapat cepat terisi kembali.

2. Pencegahan terhadap Karies

Ketika gigi molar tiga mengalami impaksi atau erupsi sebagian, bacteria

dapat menimbulkan karies pada bagian distal molar dua.

3. Pencegahan terhadap Perikoronitis

Ketika gigi erupsi sebagian dengan jumlah jaringan lunak yang banyak

pada permukaan oklusal, pasien secara periodic sering mengalami

perikoronitis. Perikoronitis adalah infeksi pada jaringan lunak yang

mengelilingi mahkota dari gigi yang erupsi sebagian dan disebabkan oleh

flora normal rongga mulut.

Perikoronitis juga bisa terjadi karena secondary minor trauma dari gigi

molar tiga rahang atas. Jaringan lunak yang menutupi mahkota gigi molar

tiga sebagian (operculum) bisa mengalami trauma dan terjadi

pembengkakan.
Penyebab lain dari perikoronitis adalah terjebaknya sisa makanan dibawa

operculum. Selama makan, sejumlah makanan masuk kedalam operculum

dan terjebak diantara operculum dan mahkota gigi yang impaksi. Karena

tidak dapat dibersihkan, bakteri masuk dan dimulailah perikoronitis.

Pencegahan dari perikoronitis adalah dengan mengambil gigi molar tiga

yang mengalami impaksi sebelum erupsi. Meskipun eksisi permukaan

jaringan lunak yang menutupi gigi impaksi atau disebut operkulektomi

merupakan metode yang dapat mencegah terjadinya perikoronitis,

operkulektomi sangat sakit dan kadang tidak memberikan hasil yang lebih

baik. Hal itu malah akan membuat operculum tumbuh kembali.

Penanganan utama dalam pencegahan perikoronitis adalah hanya dengan

mengekstraksi gigi yang mengalami impaksi tersebut.

4. Penceghan terhadap resorpsi akar

Terkadang, gigi yang mengalami impaksi memberikan tekanan pada akar

gigi sebelahnya dan menyebabkan resorpsi akar.

5. Gigi impaksi dibawah protesa

Ada beberapa alasan gigi impaksi harus dihilangkan sebelum dibuatkan

protesa pada pasien edentulous. Jika gigi impaksi tersebut dihilangkan

setelah pembuatan protesa, protesa tersebut akan menekan jaringan lunak

pada daerah bekas pencabutan yang tidak tertutup oleh tulang dan bisa

menyebabkan ulserasi dan terjadi infeksi odontogenik. Gigi impaksi harus

dihilangkan sebelum pembuatan protesa karena jika gigi impaksi

dihilangkan setelah pembuatan protesa , alveolar ridge akan berubah


setelah ekstraksi dan protesa menjadi kehilangan fungsi dan tidak nyaman

digunakan.

6. Pencegahan terhadap kista odontogenik dan tumor

Ketika gigi impaksi tertahan oleh tulang alveolar, hubungan kantung

follicular juga akan tertahan. Meskipun pada kebanyakan pasien dental

follicular bertahan pada ukuran normal, tetapi bisa saja berkembang

menjadi kista dan kista dentigerous atau keratosit. Dokter gigi bisa

mendiagnosis kista sebelum mencapai ukuran yang besar. Bagaimanapun,

kista yang tidak termonitor bisa menjadi sangat besar ukurannya. Sebagai

petunjuk umum, jika ruangan folicullar disekitar mahkota gigi lebih dari 3

mm, diagnosis kista dentigerous bisa ditegakkan.

7. Treatment terhadap nyeri yang tidak terdefinisikan

Adakalanya, pasien datang ke dokter gigi mengeluhkan adanya nyeri pada

bagian retromolar mandibulan dengan alasan yang tidak jelas. Jika kondisi

seperti sindrom nyeri otot wajah dan kelainan TMJ tidak termasuk dan

pasien memiliki gigi impaksi, pencabutan gigi impaksi bisa menjadi solusi

untuk nyerinya.

8. Pencegahan terhadap fraktur rahang

Gigi impaksi molar tiga rahang bawah biasanya menempati darah yang

berisi tulang pada mandibula dan menyebabkan tulang pada bagian

tersebut menjadi lemah. Jika fraktur terjadi pada daerah gigi molar tiga

yang impaksi, gigi tersebut harus dihilangkan sebelum fraktur direduksi

dan IMF diaplikasikan.


9. Memfasilitasi perawatan ortodontik

Pada pasien yang menaik molar pertama dan molar kedua dengan

perawatan ortodontik, kehadiran molar tiga yang mengalami impaksi akan

menghambat perawatan. Untuk itu, biasanya direomendasikan untuk

dilakukan pencabutan gigi molar tiga sebelum dilakukan perawatan.

Kondisi lainnya, jika pencabutan molar ketiga dilakukan setelah

perawatan, hal itu bisa menyebabkan terjadi crowding pada gigi incisal.

10. Mengoptimalkan penyembuhan periodontal

Seperti disebutkan sebelumnya, salah satu indikasi yang paling penting

untuk pengangkatan gigi molar ketiga yang impaksi adalah untuk menjaga

kesehatan periodontal. perhatian diberikan kepada dua parameter utama

kesehatan setelah operasi molar ketiga, yaitu, tinggi tulang pada aspek

distal molar kedua dan tingkat perlekatan pada aspek distal molar kedua.

Penelitian terbaru telah memberikan informasi tentang kemungkinan

penyembuhan periodontal secara optimal. Dua faktor yang paling penting

adalah luasnya kerusakan infrabony praoperasi pada aspek distal molar

kedua dan pasien usia pada saat operasi. Jika sejumlah besar tulang distal

hilang karena gigi impaksi dan folikel, sangat kecil kemungkinan bahwa

pocket infrabony bisa berkurang Demikian juga, jika pasien berusia tua,

maka kemungkinan penyembuhan tulang menurun. Pasien yang

melakukan odontektomi sebelum usia 25 lebih cenderung memiliki

penyembuhan tulang yang lebih baik daripada mereka yang melakukan

odontektomi setelah usia 25. Pada pasien yang lebih muda, tidak hanya
penyembuhan periodontal inisial yang lebih baik, tetapi regenerasi jangka

panjang periodontal ini jelas lebih baik.

Kontraindikasi Odontektomi

1. Umur Yang ekstrim

Kontraindikasi yang paling umum untuk odontektomi adalah bagi pasien

lanjut usia. pasien lanjut usia memiliki tulang yang sangat kaku, sehingga

kurang fleksibel. Oleh karena itu pada pasien yang lebih tua (biasanya di

atas usia 35) dengan gigi yang impaksi yang tidak menunjukkan tanda-

tanda penyakit, gigi tidak harus diekstraksi. Jika gigi impaksi

menunjukkan tanda-tanda pembentukan kista atau penyakit periodontal

yang melibatkan gigi yang berdekatan ataupun gigi impaksi, atau menjadi

gejala sebagai focal infeksi, maka gigi harus diekstraksi.

2. Pasien dengan status compromised

Jika fungsi jantung pasien atau pernafasan atau pertahanan tubuh terhadap

infeksi terganggu, ahli bedah harus mempertimbangkan dilakukannya

odontektomi. Namun, jika gigi menjadi focal infeksi, dokter bedah harus

bekerja hati-hati untuk mengekstraksi gigi tersebut.

3. Kemungkinan kerusakan yang luas pada struktur gigi sebelahnya

Untuk pasien yang lebih muda yang mungkin mengalami gejala gigi

impaksi, dokter gigi akan secara bijaksana mencegah kerusakan struktur

gigi ataupun tulang yang berdekatan. Namun, untuk pasien yang lebih tua

tanpa tanda-tanda komplikasi yang akan muncul dan kemungkinan


terjadinya komplikasi rendah, gigi impaksi tidak boleh diekstraksi. Sebuah

contoh misalnya pasien yang lebih tua dengan potensi kerusakan

periodontal pada aspek distal molar kedua tetapi dalam pengangkatan

molar ketiga bisa mengakibatkan hilangnya molar kedua. Dalam situasi

ini gigi impaksi tidak boleh diekstraksi.

Penatalaksanaan Impaksi Gigi Molar Tiga Rahang Bawah

1. Anastesi

Persyaratan pertama untuk keberhasilan pembedahan gigi impaksi adalah

pasien yang relaks dan anestesi lokal yang efektif atau pasien yang

teranestesi dengan selamat. Pemberian sedatif oral tertentu pada sore hari

sebelum dan 1 jam sebelum pembedahan merupakan teknik yang bisa

diterima. Sering kali anestesi umum merupakan pilihan yang cocok untuk

pembedahan impaksi.

2. Desain Flap

Ada pendapat bahwa persyaratan kedua untuk pembedahan impaksi adalah

flap yang didesain dengan baik dan ukurannya cukup. Flap mandibula

yang paling sering digunakan adalah envelope tanpa insisi tambahan,

direfleksikan dari leher M1 dan M2 tetapi dengan perluasan distal kearah

lateral atau bukal kedalam region M3 (trigonum retromolare). Aspek

lingual mandibula dihindari untuk mencegah cedera pada n.lingualis. Jalan

masuk menuju M3 impaksi yang dalam (level C) pada kedua lengkung

rahang sering diperoleh dengan insisi serong tambahan ke anterior.


3. Pengambilan Tulang

Pengambilan tulang mandibula terutama dilakukan dengan bur dan dibantu

dengan irigasi larutan saline. Tekik yang biasa dilakukan adalah membuat

parit sepanjang bukal dan distal mahkota dengan maksud melindungi

crista oblique externa namun tetap bisa mendapatkan jalan masuk yang

cukup kepermukaan akar yang akan dipotong.

4. Pengambilan Gigi

Gigi bawah yang impaksi biasanya dipotong-potong. Kepadatan dan sifat

tulang mandibula menjadikan pemotongan terencana pada kebanyakan

gigi impaksi menjadi sangat penting apabila ingin diperoleh arah

pengeluaran yang tidak terhalang. Tindakan ini harus dilakukan dengan

hati-hati untuk menghindari fraktur dinding alveolar lingual atau

tertembusnya bagian tersebut dengan bur karena ada kemungkinan terjadi

cedera n.lingualis.

Dasar pemikiran dari pemotongan adalah menciptakan ruang yang bisa

digunakan untuk mengungkit atau mengeluarkan segmen mahkota atau

sisa akar.

Berbagai cara pemotongan berdasarkan arah impaksi :

1) Impaksi Mesioangular

Untuk pemotongan bagian distal mahkota atau separh bagian distal gigi

bawah yang impaksi mesioangular, sesudah pembuatan parit disekitar gigi,

bur fisur diletakkan pada garis servikal dan dengan gerakan seperti

menggergaji atau menyikat, gigi dipotong ke aksial dari 2/3 atau ¾


menembus dari lingual ke bukal. Elevator lurus yang kecil digunakan

untuk menyelesaikan pemisahan bagian-bagian gigi, mematahkan bagian

distal mahkota atau memecah gigi menjadi dua daerah bifurkasi. Sesudah

mahkota bagian distal dikeluarkan, sisa gigi impaksi didorong kearah

celah yang terbentuk sebelumnya dengan menggunakan elevator Crane

Pick #41 yang diinsersikan pada bagian mesio-bukal atau pada tempat

yang sama dengan pengeluaran bagian distal. Gaya ini melepaskan gigi

dari linggir distal gigi sebelahnya.

2) Impaksi Distoangular

Pemotongan standar untuk impaksi distoangular adalah mengambil

sebanyak mungkin bagian akar atau mahkota gigi sebelah distal. Pada

teknik ini yang sangat penting adalah mempertahankan bagian mesial

mahkota atau akar, karena bagian tersebut menjadi pegangan untu

pergeseran ke distal dari sisa potongan gigi. Jika segmen ini hilang,

pengambilan hanya bisa dilakukan dengan membuat jalan masuk bukal

yang besar dengan eksisi tulang tambahan.

3) Impaksi Horizontal

Rencana pemotongan untuk impaksi horizontal tergantung pada

pengambilan awal mahkota dan diikuti pergeseranakar baiksatu persatu

atau langsung seluruhnya ke arah ruang yang terbentuk dari pengambilan

mahkota.

Biasanya mahkota lebih baik diambil dengan dua tahap. Pemotongan

pertama adalah melintang pada garis servikal, sedangkan tahap kedua (


aksial atau longitudinal) adalah sejajar sumbu panjang gigi. Belahan

mahkota lingual dipatahkan dan diungkit kearah lingual dengan

menggunakan elevator, sedangkan sisa mahkota yang tertinggal digeser

kearah ruangyang ada dan dikeluarkan. Akar superior terdedah dan dibuat

titik kaian pada permukaa superior. Elevator diinsersikan dan kemudian

ditarik ke anterior (mesial). Hal ini cenderung menggeser akar kea rah

anterior kea rah ruang yang sebelumnya ditempati oleh mahkota. Apabila

akar tidak bisa bergerak sebagai satu unit, maka akar superior dipisahkan

dari yang inferior, dan kemudian akan dikeluarkan satu per satu.

4) Impaksi Melintang

Pemotongan pada gigi impaksi melintang mengikuti cara yang mirip

dengan yang dilakukan pada impaksi horizontal. Sekali lagi kuncinya

adalah mahkota dikeluarkan dahulu. Pada keadaan ini, mahkota

dipisahkan, kemudian dipatahkan dengan elevator dan diungkit ke lingual

seluruhnya. Titik kaitan dibuat pada akar superior dan tekanan kearah

lingual diaplikasikan untuk mengeser akar kedalam ruang yang tadinya

ditempati mahkota.

5) Impaksi Vertical

Pencabutan gigi impaksi vertical, khususnya apabila terletak di tempat

yang sangat dalam, biasanya diperlancar dengan pengeluaran mahkota

dahulu. Ini dikerjakan dengan membuka garis servikal dan dengan

menggunakan bur untuk memoton melalui duapertiga atau tigaperempat

mahkota ke bukal/lingual, diikuti dengan mematahkan mahkota


menggunakan elevator. Titik kaitan dibuat disebelah bukal akar, kemudian

dikeluarkan ke arah superior dengan menggunakan elevator Crane Pick

#41. Jika sulit digeser, akan dipisahkan pada bifurkasinya dan dicabut satu

per satu.

Tindakan Pasca Pencabutan

Sesudah gigi impaksi berhasil dikeluarkan dengan baik, sisa-sisa folikel

dibersihkan seluruhnya. Kegagalan untuk melakukan hal ini bisa

mengakbatkan penyembuhan yang lama atau perkembangan patologis dari

sisa epitel odontogenik. Setelah folikel dibersihkan, alveolus diirigasi dengan

saline dan diperiksa dengan teliti.

Yang penting berkenaan dengan pembedahan impaksi gigi bawah adalah

kondisi bundel neurovascular alveolaris inferior yang sering terlihat pada

kedalaman alveolus. Semua pemotongan gigi atau serpihan tulang juga

serpihan periosteum dan mukosa harus dihilangkan. Tepi-tepi tulang harus

dihaluskan dengan bur dan kikir tulang. Penjahitan dilakukan terutama unutk

menstabilkan jaringan terhadap prosesus alvelaris dan terhadap aspek

distobukal M2 didekatnya. Foto sinar-X segera sesudah operasi dibuat untuk

kasus-kasus yang sulit dimana ada kemungkinan terjadi fraktur/ cedera

struktur sekitarnya (permukaan akar). Keudian diletakkan tampon diatas bekas

operasi dan pasien dianjurkan untuk tetap mengigitnya paling tidak 1-1 ½ jam.

Instruksi Pasca Bedah

Tekankan perlunya meminum analgesic sebelum rasa sakit timbul, seperti juga

aplikasi dingin untuk mengontrol pembengkakan. Puncak rasa sakit sesudah


pembedahan impaksi adalah selama kembalinya sensasi daerah operasi

sedangkan pembengkakan maksimal biasanya terjadi 24 jam pasca

pencabutan.

Kontrol dijadwalkan pada waktu melepas jahitan, biasanya hari

keempat/kelima sesudah operasi. Pada kunjungan ini daerah yang dioperasi

diperiksa dengan teliti yaitu mengenai penutupan mukosa dan keberadaan

beku darah.

Penatalaksanaan Impaksi Gigi Molar Tiga Rahang Atas

1. Anastesi

Persyaratan pertama untuk keberhasilan pembedahan gigi impaksi adalah

pasien yang relaks dan anestesi lokal yang efektif atau pasien yang

teranestesi dengan selamat. Pemberian sedatif oral tertentu pada sore hari

sebelum dan 1 jam sebelum pembedahan merupakan teknik yang bisa

diterima. Sering kali anestesi umum merupakan pilihan yang cocok untuk

pembedahan impaksi.

2. Desain Flap

Flap yang paling sering digunakan adalah envelope tanpa insisi tambahan,

diletakkan diatas tuberositas sedangkan perluasan distalnya tetap ke lateral

atau bukal. Jalan masuk menuju M3 impaksi yang dalam (level C) pada

kedua lengkung rahang sering diperoleh dengan insisi serong tambahan ke

anterior.
3. Pengambilan Tulang

Pada rahang atas pengambilan tulang lebih sering dilakukan dengan

elevator lurus yang digunakan sebagai pencungkil tulang atau dengan

osteotom dan tekanan tangan. Kadang-kadang tulang seperti kulit telur

menutupi mahkota. Tulang ini mudah dikupas dengan menggunakan

elevator periosteal #9 atau elevator lurus yang kecil, untuk menyingkap

folikel dibawahnya.

4. Pengambilan Gigi

Gigi atas yang impaksi jarang dikeluarkan dengan pemotongan. Jika

pemotongan gigi atas diperlukan, biasanya mahkota dipotong agar akar

dapat digerakkan kebukal-oklusal. Gigi diambil menggunakan tang

bayonet karena desain bayonet memberikan keuntungan tertentu yaitu

menghindari terjepitnya bibir pada waktu melakukan pencabutan.

5. Tindakan Pasca Pencabutan

Sesudah gigi impaksi berhasil dikeluarkan dengan baik, sisa-sisa folikel

dibersihkan seluruhnya. Kegagalan untuk melakukan hal ini bisa

mengakibatkan penyembuhan yang lama atau perkembangan patologis

dari sisa epitel odontogenik. Setelah folikel dibersihkan, alveolus diirigasi

dengan saline. Pada rahang atas terutama perhatikan adanya kemungkinan

perforasi sinus.

Tepi-tepi tulang harus dihaluskan dengan bur dan kikir tulang. Penjahitan

dilakukan terutama unutk menstabilkan jaringan terhadap prosesus

alvelaris dan terhadap aspek distobukal M2 didekatnya. Foto sinar-X


segera sesudah operasi dibuat untuk kasus-kasus yang sulit dimana ada

kemungkinan terjadi fraktur/ cedera struktur sekitarnya (permukaan akar).

Keudian diletakkan tampon diatas bekas operasi dan pasien dianjurkan

untuk tetap mengigitnya paling tidak 1-1 ½ jam.

6. Instruksi Pasca Bedah

Sama dengan rahang bawah, ditekankan pada pasien untuk meminum

analgesic sebelum rasa sakit timbul, seperti juga aplikasi dingin untuk

mengontrol pembengkakan. Puncak rasa sakit sesudah pembedahan

impaksi adalah selama kembalinya sensasi daerah operasi sedangkan

pembengkakan maksimal biasanya terjadi 24 jam pasca pencabutan.

Kontrol dijadwalkan pada waktu melepas jahitan, biasanya hari

keempat/kelima sesudah operasi. Pada kunjungan ini daerah yang

dioperasi diperiksa dengan teliti yaitu mengenai penutupan mukosa dan

keberadaan beku darah. Yang hampir selalu terjadi adalah kebersihan

mulut yang jelek karena penyikatan gigi masih sakit. Tekankan anjuran

unutk menggunkaan larutan kumur secara efektif, sedangkan penggunaan

alat pulsasi air sebaiknya ditunda karena dihawatirkan dapat melukai atau

melepas bekuan darah.

Penanganan Gigi Impaksi Lainnya

Setelah molar tiga rahang atas dan rahang bawah, gigi lain yang sering

mengalami impaksi adalah kaninus rahang atas. Jika pasien mau dengan

perawatan ortodontik, seorang ortodontis akan memanipulasi letak kaninus

yang impaksi tersebut dengan membuang sedikit jaringan lunak dan jaringan
keras diatasnya. Ketika gigi diposisikan dengan cara manipulasi ortodontik,

gigi kaninus akan dikeluarkan dipasang bracket. Flap dengan empat sisi akan

dibuat untuk mereposisi jaringan lunak pada bagian apical untuk jaringan

keratin secara maksimum. Kemudian jaringan tulang diatasnya dihilangkan

dengan chisel atau bur jika diperlukan. Setelah dilakukan debridement, gigi

diaplikasikan bracket seperti biasa yaitu dengan melakukan etsa dan

perlekatan primer.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Gigi impaksi adalah gigi yang gagal erupsi kedalam lengkung geligi pada

saatnya tumbuh dikarenakan terhalang gigi tetangganya, tulang yang tebal

serta jaringan lunak yang padat. Gigi ini seumur hidup tidak akan erupsi,

apabila tidak dilakukan tindakan pencabutan. (Andreasen, 1997, Peterson,

1998; Dym, 2001). Kondisi ini sering dijumpai pada pasien yang datang

ke tempat praktek dokter gigi dengan keluhan sakit maupun kurang estetis

gigi berupa crowding ataupun diastema. Gigi impaksi lebih sering terjadi

pada molar ketiga baik rahang atas maupun rahang bawah, diikuti oleh

kaninus rahang atas dan incisive 2 kadang-kadang kaninus rahang bawah

serta premolar rahang atas dan bawah (Peterson, 1998; Andreasen, 1997).
DAFTAR PUSTAKA

Fragiskos, Fragiskos D. Oral Surgery. New York : Springer-Verlag Berlin


Heidelberg, 2007.

Pedersen, Gordon W. 1996. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Jakarta : EGC.

Peterson L.J.,2003.Contemporary Oral Maxillofacial Surgery.4th Ed.St.


Louis: Mosby

Peterson. 2004. Principle of Oral and Maxillofacial Surgery. London: BC Decker


Inc.

Riawan, Lucky. 2007. Materi Kuliah Bedah Dento Alveolar. Universitas


Padjadjaran Bandung

You might also like